Anda di halaman 1dari 7

Louis Sondakh

SEJARAH ROSARIO

Dalam pelajaran agama anak saya diajarkan bahwa Oktober adalah bulan rosario. Karena saya
baru menjadi Katolik, dapatkah kiranya dijelaskan lebih lanjut mengenai asal-usul rosario?
~ seorang pembaca di Leesburg
Rosario adalah salah satu doa yang paling disukai dalam Gereja Katolik kita.
Uskup Agung Fulton Sheen mengatakan, Rosario adalah kitab bagi mereka yang
buta, di mana jiwa-jiwa melihat dan di sana ditampilkan drama kasih teragung yang
pernah dikenal dunia; Rosario adalah kitab bagi mereka yang sederhana, yang
menghantar mereka masuk ke dalam misteri-misteri dan pengetahuan yang lebih
memuaskan hati dari pendidikan manusia; Rosario adalah kitab bagi mereka yang
lanjut usia, yang matanya tertutup terhadap bayang-bayang dunia ini dan terbuka
pada dunia mendatang. Kuasa rosario melampaui kata-kata.
Diawali dengan Kredo, Bapa Kami, tiga Salam Maria dan Doksologi (Kemuliaan),
serta diakhiri dengan Salve Regina (Salam ya Ratu), rosario merupakan pendarasan
lima misteri; masing-masing misteri terdiri dari Bapa Kami, 10 Salam Maria dan
Doksologi. Selama mendaraskan rosario, kita merenungkan misteri-misteri
penyelamatan dalam hidup Tuhan kita dan kesaksian iman Bunda Maria. Melalui
peristiwa-peristiwa Gembira, Cahaya, Sedih dan Mulia dalam rosario, kita dihantar
pada kenangan akan inkarnasi Tuhan kita, pewartaan-Nya di hadapan publik,
sengsara dan wafat-Nya, dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Dengan
demikian, rosario membantu kita untuk bertumbuh dalam penghayatan yang lebih
mendalam atas misteri-misteri ini, dalam mempersatukan hidup kita dengan lebih
akrab pada Tuhan kita dan dalam memohon bantuan rahmat-Nya untuk mengamalkan
iman. Kita juga memohon bantuan doa Bunda Maria, teladan iman, yang menghantar
semua orang percaya kepada Putranya.
Asal-usul rosario agak kabur. Penggunaan manik-manik dan pendarasan doa yang
diulang-ulang untuk membantu orang dalam meditasi berasal dari masa-masa awal
Gereja dan telah ada bahkan pada masa-masa sebelum kekristenan. Didapati bukti-
bukti dari Abad Pertengahan bahwa untaian manik-manik dipergunakan untuk
membantu orang menghitung jumlah Bapa Kami atau Salam Maria yang didaraskan.
Sesungguhnya, untaian manik-manik ini kemudian dikenal sebagai Pater noster,
bahasa Latin untuk Bapa kami. Sebagai contoh, pada abad ke-12, guna membantu
agar mereka yang kurang terpelajar dapat berpartisipasi lebih baik dalam liturgi,
pendarasan 150 Bapa Kami dipakai untuk menggantikan 150 Mazmur, dan dikenal
sebagai brevir orang-orang sederhana.
Struktur rosario perlahan-lahan berkembang antara abad ke-12 dan abad ke-15.
Pada akhirnya 50 Salam Maria (atau lebih) didaraskan dan dihubungkan dengan
ayat-ayat Mazmur atau ayat-ayat lain mengenangkan sukacita Maria dalam hidup
Yesus dan Maria. Dominikus dari Prussia, seorang biarawan Carthusian, pada tahun
1409 mempopulerkan praktek mempertalikan 50 ayat mengenai hidup Yesus dan
Maria dengan 50 Salam Maria. Pada masa ini, bentuk doa ini dikenal sebagai
rosarium (kebun mawar), sesungguhnya suatu istilah umum, yang berarti bunga
rampai, yang dipergunakan untuk menyebut suatu kumpulan bahan yang serupa,
misalnya suatu bunga rampai kisah-kisah dengan subyek atau tema yang sama. Pada
akhirnya, ditambahkan juga dukacita Maria dan sukacita surgawi, sehingga jumlah
Salam Maria menjadi 150. Dan akhirnya, ke-150 Salam Maria digabungkan dengan
ke-150 Bapa Kami; satu Salam Maria sesudah satu Bapa Kami.
Pada awal abad ke-15, Henry Kalkar (wafat 1408), seorang biarawan Carthusian
lainnya, membagi ke-150 Salam Maria ke dalam kelompok-kelompok; satu kelompok
berisi 10 Salam Maria dengan diawali satu Bapa Kami. Pada abad ke-16, struktur
lima misteri rosario didasarkan pada tiga rangkaian peristiwa.
 Peristiwa Gembira
1. Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel;
2. Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya;
3. Yesus dilahirkan di Betlehem;
4. Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah;
5. Yesus diketemukan dalam Bait Allah,
 Peristiwa Sedih
1. Yesus berdoa kepada BapaNya di surga dalam sakrat maut;
2. Yesus didera;
3. Yesus dimahkotai duri;
4. Yesus memanggul salib-Nya;
5. Yesus wafat disalib
 Peristiwa Mulia
1. Yesus bangkit dari kematian;
2. Yesus naik ke surga;
3. Roh Kudus turun atas para Rasul;
4. Maria diangkat ke surga;
5. Maria dimahkotai di surga.
Pada tahun 2002, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II menetapkan
 Peristiwa Cahaya
1. Yesus dibaptis di Sungai Yordan;
2. Yesus menyatakan DiriNya dalam perjamuan nikah di Kana;
3. Yesus mewartakan Kerajaan Allah serta menyerukan pertobatan;
4. Yesus dipermuliakan;
5. Yesus menetapkan Ekaristi.
Juga, setelah penampakan Bunda Maria di Fatima pada tahun 1917, doa yang
diajarkan Bunda Maria kepada anak-anak secara umum ditambahkan pada akhir
setiap misteri, Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami
dari api neraka. Hantarlah jiwa-jiwa ke surga, teristimewa jiwa-jiwa yang amat
membutuhkan kerahiman-Mu.
Menurut tradisi, St Dominikus (wafat 1221) menyusun rosario seperti yang kita
kenal sekarang. Tergerak oleh suatu penampakan Bunda Maria, ia mewartakan
penggunaan rosario dalam karya misionarisnya di antara kaum Albigensia, suatu
kelompok bidaah yang fanatik. Albigensia berasal dari nama kota Albi di Perancis
selatan di mana mereka tinggal; mereka percaya bahwa semua yang jasmaniah
adalah jahat dan semua yang rohaniah adalah baik. Karenanya, mereka menyangkal
inkarnasi Tuhan kita; bagi mereka, Yesus, sungguh Allah yang menjadi sungguh
manusia dan mengenakan kodrat manusiawi kita, sungguh tidak masuk akal. Menurut
ajaran Albigensia, jiwa orang dianggap terbelenggu dalam tubuh yang jahat. Sebab
itu, mereka berpantang kasih perkawinan dan prokreasi, sebab dianggap jahat
membelenggu suatu jiwa lain dalam suatu raga. Tindakan religius mereka yang paling
luhur disebut endura, suatu tindakan bunuh diri yang membebaskan jiwa dari raga.
Mereka juga menentang otoritas manapun yang mewakili suatu kerajaan dunia ini,
sebab itu mereka membantai para pejabat kerajaan dan para pejabat Gereja.
Gereja mengutuk bidaah ini, dan St Dominikus berusaha mempertobatkan mereka
melalui khotbah-khotbah yang logis dan kasih Kristiani sejati. Sayangnya, otoritas
kerajaan tidak cukup berbelaskasih. (Sekedar tambahan, suatu siaran traveling
menyiarkan di televisi suatu program traveling di Perancis selatan, dan mengunjungi
kota Albi, mengatakan bahwa orang-orang di sana dianiaya oleh Gereja; narator
program tersebut tidak menyebutkan bahwa orang-orang ini adalah bidaah bunuh
diri yang ajarannya membahayakan jiwa-jiwa umat beriman.) Namun demikian, St
Dominikus mempergunakan rosario sebagai suatu sarana ampuh untuk
mempertobatkan kaum Albigensia.
Sebagian ilmuwan mengesampingkan peran aktual St Dominikus dalam
terbentuknya rosario sebab kisah-kisah riwayat hidupnya yang ditulis lebih awal
tidak menyebutkan hal itu, konstitusi Dominikan tidak menghubungkannya dengan
hal tersebut, dan pelukis-pelukis pada masa St Dominikus tidak memasukkan rosario
sebagai lambang yang menjadi ciri khas St Dominikus. Pada tahun 1922, Dom Louis
Gougaud menyatakan, Berbagai unsur yang ada dalam komposisi devosi Katolik yang
umum disebut rosario merupakan hasil dari suatu perkembangan yang panjang dan
perlahan yang dimulai sebelum masa St Dominikus, dan yang terus berlanjut tanpa ia
ikut ambil bagian di dalamnya, dan yang akhirnya mendapati bentuk akhirnya
beberapa abad setelah kematiannya. Namun demikian, sebagian ilmuwan lain
menyanggah pendapat bahwa St Dominikus tidak begitu terlibat dalam menciptakan
rosario, sebab ia mewartakan penggunaannya untuk mempertobatkan para pendosa
dan mereka yang telah menyimpang dari iman. Di samping itu, sekurangnya ada
selusin paus yang menyebutkan hubungan antara St Dominikus dengan rosario dalam
berbagai pernyataan kepausan, mendukung perannya setidak-tidaknya sebagai
seorang beriman yang saleh. Dari antaranya, yang pertama-tama dinyatakan oleh
Paus Alexander VI pada tahun 1495.
Rosario menjadi semakin populer pada tahun 1500-an, teristimewa melalui upaya
Paus St Pius V. Pada waktu itu, kaum Muslim Turki menyerang Eropa Timur. Pada
tahun 1453 Konstantinopel telah jatuh ke tangan Muslim, sementara Balkan dan
Hungaria nyaris ditaklukkan. Pada tahun 1521 kaum Muslim berhasil menaklukkan
Belgrade, Hungaria, dan pada tahun 1526 mereka telah berada di perbatasan
Vienna, Austria. Dengan kaum Muslim menyerbu bahkan pesisir Italia, maka
penguasaan atas Mediterania sekarang di ujung tanduk.
Pada bulan Februari 1570, utusan Turki menyampaikan ultimatum kepada Republik
Venisia: menyerahkan kepulauan Siprus secara damai atau menghadapi perang.
Venisia menolak, dan setelah berperang selama sebelas bulan, Siprus takluk pada
kekuasaan Muslim pada tanggal 1 Agustus 1571. Syarat-syarat penyerahan diri
ditetapkan demi keselamatan pasukan Kristen yang kalah. Tetapi, begitu komandan
Muslim mengambil alih kuasa kota, ia memerintahkan agar komandan Kristen,
Marcantonio Bragadin, dikuliti hidup-hidup. Tubuhnya kemudian dibelah menjadi
empat, dan sayatan kulitnya diisi jerami dan seragamnya dikenakan padanya, lalu
diseret sepanjang kota. Sekarang kaum Kristen tahu benar musuh macam apa yang
tengah mereka hadapi.
Pada tahun 1571, Paus St Pius V mengorganisir suatu armada di bawah komando
Don Juan dari Austria, sanak Raja Philip II dari Spanyol. Bala tentara dari Spanyol,
Venisia, Roma, Savoy, Genoa, Lucca,Tuscany, Manova, Parma, Urbino, dan Ferrara,
juga Malta membentuk suatu aliansi melawan Turki. (Menariknya, Perancis yang
Katolik menolak bersatu dan bahkan mendanai pasukan Muslim Turki demi
melemahkan musuh bebuyutan mereka, Jerman-Austria). Sementara persiapan
dilakukan, Bapa Suci meminta segenap umat beriman untuk mendaraskan rosario dan
memohon bantuan doa Bunda Maria di bawah gelar Bunda Kemenangan,memohon
Tuhan menganugerahkan kemenangan kepada umat Kristiani.
Meski armada Muslim jauh melampaui armada Kristiani, baik dalam jumlah kapal-
kapal perang maupun pasukan, kedua armada siap bertempur. Kapal pemimpin Kristen
mengibarkan bendera biru dengan lukisan Kristus Tersalib, sementara bendera
Muslim mencantumkan ayat-ayat dari Al Quran menyerukan jihad dan membasmi
orang-orang kafir. Pada hari Minggu, 7 Oktober 1571, pukul 11 pagi, Pertempuran di
Lepanto dimulai, dan dalam tempo lima jam, kaum Muslim dikalahkan. Siang itu,
sementara Paus St Pius V tengah berada dalam suatu rapat, sekonyong-konyong
beliau berdiri, menuju jendela, menatap ke luar ke arah pertempuran berlangsung
bermil-mil jauhnya, dan mengatakan, Marilah kita berhenti menyibukkan diri dengan
masalah-masalah ini dan marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan. Armada
Kristen telah meraih kemenangan.
Tahun berikutnya, Paus St Pius V sebagai ungkapan syukur menetapkan Pesta
Rosario Suci pada tanggal 7 Oktober di mana umat beriman tidak hanya
mengenangkan kemenangan ini, melainkan juga terus menyampaikan syukur kepada
Tuhan atas segala rahmat-Nya dan mengenangkan kuasa perantaraan Bunda Maria
kita. Bapa Suci juga secara resmi menganugerahkan gelar, Auxilium Christianorum
atau Pertolongan Orang-orang Kristen pada Bunda Maria. Majelis Tinggi Venesia
juga mencantumkan pada sebilah papan dalam ruang pertemuan mereka, Non virtus,
non arma, non duces, sed Maria Rosari, victores nos fecit, yang artinya, Bukan
kegagahan, bukan senjata, bukan pemimpin, melainkan Maria dari Rosario yang
membuat kita menang.
Mengenangkan tindakan Paus Pius V, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II, dalam
sebuah amanat Angelus yang disampaikan pada bulan Oktober 1983 mengatakan,
Rosario juga mengambil perspektif baru dan dibebani dengan intensi-intensi yang
terlebih dahsyat dan terlebih banyak dari masa lalu. Sekarang bukan masalah
memohon kemenangan besar, seperti di Lepanto dan di Vienna, melainkan memohon
Maria untuk menyediakan bagi kita pejuang-pejuang yang gagah berani melawan roh
kejahatan dan kesesatan, dengan senjata-senjata Injil, yakni Salib dan Sabda Allah.
Doa Rosario adalah doa manusia untuk manusia. Rosario adalah doa solidaritas
kemanusian, doa bersama orang-orang yang ditebus, dengan merefleksikan roh dan
intensi dari dia yang pertama-tama ditebus, yakni Maria, Bunda dan Citra Gereja.
Rosario adalah doa bagi segenap manusia di dunia dan dari sepanjang sejarah, yang
hidup dan yang mati, yang dipanggil untuk menjadi Tubuh Kristus bersama kita dan
bersama-sama kita menjadi ahli waris bersama dengan Dia dalam kemuliaan Bapa.
Di masa-masa belakangan ini, rosario telah dijunjung tinggi dan dianjurkan
sebagai suatu sarana yang efektif bagi pertumbuhan rohani. Banyak para kudus
mendorong didaraskannya rosario, termasuk St Petrus Kanisius, St Filipus Neri dan
St Louis de Montfort. Paus Leo XIII, yang kerap disebut Paus Rosario, berupaya
memelihara tradisi doa ini, yang ditegaskannya sebagai suatu senjata rohani yang
ampuh melawan kejahatan (Supremi Apostolatus Officio, 1884). Paus Pius XI pada
tahun 1938 memberikan indulgensi penuh kepada barangsiapa yang mendaraskan
rosario di depan Sakramen Mahakudus. Paus Beato Yohanes XXIII dan Paus Paulus
VI keduanya juga dikenal sebagai penganjur rosario yang gigih. Buku Pedoman
Indulgensi (1969), yang mendapatkan persetujuan Paus Paulus VI, memberikan
indulgensi penuh jika rosario didaraskan di sebuah gereja atau suatu tempat doa
umum, atau dalam suatu kelompok keluarga, suatu komunitas religius atau
perkumpulan saleh (No. 48).
Yang paling akhir, untuk menandai diawalinya 25 tahun masa pontifikatnya, Bapa
Suci Paus Yohanes Paulus II menerbitkan Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae,
dimana beliau menetapkan Peristiwa Cahaya dan lagi, mendorong umat beriman untuk
menggunakan rosario untuk bersama Maria, merenungkan wajah Kristus. Dengan
mengesampingkan adanya gagasan bahwa rosario mengalihkan perhatian orang dari
liturgi atau gagasan bahwa rosario merupakan penghalang bagi ekumene, Bapa Suci
menegaskan, Alasan paling kuat untuk mendesakkan pelaksanaan doa rosario adalah
karena doa rosario merupakan sarana yang paling efektif untuk mengembangkan di
kalangan kaum beriman komitmen untuk berkontemplasi pada misteri Kristiani; ini
sudah saya usulkan dalam Surat Apostolik Novo Millennio Ineunte sebagai latihan
kekudusan yang sejati. Kita memerlukan kehidupan Kristiani yang menonjol dalam
seni berdoa (No 5).
Sebab itu, rosario meupakan bagian dari sejarah rohani Gereja yang patut
dijunjung tinggi. Rosario memampukan umat beriman untuk berpartisipasi dalam
sejarah keselamatan yang hidup, mempersatukan kita secara lebih akrab dengan
Juruselamat dan BundaNya yang Tesuci, dan dengan segenap Gereja. Rosario perlu
menjadi bagian dari sejarah tiap-tiap individu dan tiap-tiap keluarga, sebab melalui
doa rosario ikatan kasih diperteguh.
*Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of
catechetics and theology at Christendom's Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber: Straight Answers: The Origins of the Rosary by Fr. William P. Saunders; Arlington
Catholic Herald, Inc; Copyright ©2005 Arlington Catholic Herald. All rights reserved;
www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip/menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan:
diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.
Oleh: P. William P. Saunders

Anda mungkin juga menyukai