Anda di halaman 1dari 2

SEJARAH MASUKNYA KEKRISTENAN KE INDONESIA

SAMPAI KE TANAH BATAK

A. SEJARAH MASUKNYA KRISTEN KE INDONESIA

Pada abad ke-7 atau sekitar tahun 645 Masehi, seorang misionaris Katolik Roma dan pendiri
ordo Yesuit bernama Fransiscus Xaverius membawa agama Kristen ke Kepulauan Maluku
untuk pertama kalinya di Indonesia melalui gereja timur Assyria yang berada di 2 tempat
wilayah Sumatera, yaitu daerah pancur yang sekarang disebut Deli Serdang serta daerah
Barus yang sekarang merupakan daerah Tapanuli Tengah. Pada saat itu, Fransiscus Xaverius
bekerja dan ditugaskan di Kepulauan Maluku untuk menyebarkan agama Kristen.

Pada tahun 1960 ketika aliran komunisme datang ke Indonesia, banyak etnis Tionghoa yang
mengaku sebagai pemeluk agama Kristen agar tetap aman dan tidak melanggar aturan
pemerintah. Namun pada akhirnya, masyarakat Tionghoa di Indonesia banyak yang
memeluk agama Kristen dan menjadi agama mayoritas etnis Tionghoa di Indonesia saat ini.

Pada masa era penjajahan, bangsa barat berlayar untuk berdagang ke wilayah timur hingga
ke Indonesia. Mereka juga menjajah sambil mecari komoditas perdagangan sebanyak-
banyaknya, mencari kejayaan agar Negara mereka yang paling unggul, dan juga sambil
menyebarkan agama Kristen ke wilayah perdagangannya atau wilayah jajahannya. Inilah
yang disebut dengan istilah gold, glory, dan gospel.

Masuknya agama Kristen ke Indonesia berawal dari bangsa Portugis yang mendarat di Aceh,
lalu ke wilayah timur Indonesia dan penyebaran agama Kristen lebih berkembang di wilayah
timur Indonesia. Namun, ada teori yang menyatakan bahwa agama Kristen masuk ke
Indonesia sudah ada sejak lama, jauh sebelum kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan adanya catatan sejarah bangsa Eropa yang menyebutkan bahwa
ada sebuah gereja yang berdiri di wilayah Indonesia, yaitu di wilayah Barus Tapanuli Tengah
dan wilayah Sumatera Utara.

B. MASUKNYA KEKRISTENAN KE TANAH BATAK


Sebelum Injil masuk ke Tanah Batak, suku Batak adalah suku penyembah berhala.
Kehidupan agamanya bercampur, antara penganut kepercayaan animisme, dinamisme, dan
magi. Ada begitu banyak dewa atau begu ( setan ) yang disembah. Diantaranya adalah begu
djau ( dewa yang tidak begitu dikenal orang ), begu antuk ( begu yang memukul kepala
seseorang sebelum ia mati ), begu siherut ( dewa yang membuat orang kurus tinggal kulit ),
dan masih banyak lagi.

Penginjil Utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris


Pada tahun 1820, 3 utusan pekabaran Injil Baptis Inggris, yaitu Nathan Ward, Evans, dan
Richard Burton dikirim ke Bengkulu untuk menemui Raffles. Pada tahun 1824, mereka
masuk ke utara ke daerah Silindung. Awalnya mereka diterima dengan baik oleh suku Batak
namun ada kesalahpahaman dengan penduduk , sehingga perjalanan Injil mereka terhenti.
Pada tahun itu juga mereka diusir karena penduduk salah menafsirkan khotbah penginjil
yang mengatakan bahwakerajaaan mereka harus menjadi kecil seperti anak kecil.

Penginjil Utusan Amerikan Board of Commissioners for Foreign Mission


Pada tahun 1834, 2 orang Amerika, yaitu Munson dan Lyman yang merupakan utusan
gereja Kongregationalis Amerika yang diutus oleh The American Board of Commissioners for
Foreign Mission ( ABCFM ) di Boston untuk masuk ke wilayah Sumatera. Pada tanggal 31
Maret 1861, ada 2 orang Batak pertama dibaptis, yaitu Jakobus Tampubolon dan Simon
Siregar. Pada tanggal 7 Oktober 1861, diadakan rapat 4 pendeta di Sipirok yang diikuti oleh
2 pendeta Jerman, yaitu Pdt. Heine dan Pdt. Klemmer serta 2 pendeta Belanda, yaitu Pdt.
Betz dan Pdt. Asselt. Mereka melakukan rapat untuk menyerahkan misi penginjian kepada
Rheinische Missionsgesellschaft. Hari tersebut dianggap menjadi hari berdirinya Huria
Kristen Batak Protestan atau yang dikenal dengan sebutan HKBP.

Perkembangan Kekristenan setelah Injil Masuk di Tanah Batak


Suku Batak yang masuk Kristen mendapat tekanan dan diusir dari kampong halamannya
karena tidak mau memberi sumbanganuntuk upacara-upacara suku. Keadaan seperti ini
memaksa mereka berkumpul pada satu kampong tersendiri, yaitu Huta Dame ( Kampung
Damai ). Setelah 7 tahun, Nommensen melakukan penginjilan, Nommensen diangkat
menjadi Ephorus oleh RMG. Jabatan tersebut dipegangnya hingga ia meninggal dunia pada
tanggal 23 Mei 1918. Suku Batak memberi gelar kepada Nommensen dengan sebutan
Ompunta ( Nenek Kita ). Gelar ini menyejajarkan Nommensen dengan si Singamangaraja
atau tokoh sakti lainnya.

Anda mungkin juga menyukai