SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
OLEH:
SARDANI
E511 08 277
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Sardani
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Antropologi
FISIP UNHAS
ii
HALAMAN PENERIMAAN
Nama : Sardani
NIM : E 511 08 277
Judul Skripsi : Fungsi Upacara Pamali Manggodo dalam Aktivitas
Pertanian Tradisional di Desa Sambori Kec.
Lambitu Kab. Bima
Panitia Ujian
iii
KATA PENGANTAR
di Desa Sambori Kec. Lambitu Kab. Bima ini sebagai salah satu syarat
dan salam pada junjungan besar nabi Muhammad SAW. sebagai utusan-
dapat tercapai tanpa bantuan dari berbagai pihak dalam berbagai bentuk
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis merasa perlu
yang ada.
iv
3. Prof. Dr. M. Yamin Sani, MS sebagai Pembimbing I dan Dra.
perkuliahan.
kepada penulis.
jasa beliau yang amat besar dalam kehidupan penulis dan Ir.
kritik dan saran beliau terhadap tulisan ini dari awal hingga akhir.
akhirat kelak.
v
8. De Judin, kakanda yang banyak berjasa membantu peneliti selama
pengumpulan data.
dalam setiap langkah dan tahap penyusunan skripsi ini. Karena itu penulis
membuka diri menerima segala bentuk kritik dan saran yang berkenaan
Semoga segala sifat, ucapan, sikap dan tingkah laku penulis tiada
SWT.
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii
HALAMAN PENERIMAAN ............................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................ vii
ABSTRACT ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Fokus Masalah ..................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7
D. Tinjauan Konseptual ............................................................ 8
E. Metode dan Teknik Penelitian .............................................. 15
1. Metode Penelitian ........................................................... 15
2. Penentuan Lokasi Penelitian ......................................... 16
3. Teknik Pemilihan Informan ........................................... 17
4. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 17
5. Teknik Analisis Data ....................................................... 19
F. Hambatan Penelitian ............................................................ 19
G. Sistematika Penulisan ......................................................... 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Fungsi dan Sistem ................................................................ 22
B. Fungsi Upacara .................................................................... 25
C. Fungsionalisme .................................................................... 29
D. Petani dan Karakteristik Pertanian Tradisional ................. 38
ix
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Sejarah Singkat Desa Sambori ........................................... 41
B. Kondisi Geografis ................................................................ 46
C. Demografi ............................................................................. 47
D. Mata Pencaharian Hidup ...................................................... 48
E. Agama dan Sistem Kepercayaan ........................................ 52
F. Kondisi Sosial-budaya ......................................................... 55
G. Pendidikan ............................................................................ 58
H. Kesehatan ............................................................................. 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Pertanian Tradisional .............................................. 62
1. Sistem Pemanfaatan dan Pembukaan Lahan ............... 65
2. Sistem Pengolahan Lahan ............................................. 71
B. Upacara Pamali Manggodo ................................................. 75
1 Asal-usul Upacara .......................................................... 75
2 Unsur-unsur Upacara ..................................................... 77
3 Proses Pelaksanaan Upacara ........................................ 81
C. Fungsi Upacara Pamali Manggodo ..................................... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 94
B. Saran ..................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
maupun politik. Tidak hanya itu, dari segi geografis, Indonesia juga
dan kecil, yang tersebar di atas permukaan laut yang luasnya melebihi
1
kalangan menengah dan bawah. Raja-raja pada zaman dahulu
kesejahteraan dirinya.
2
kemampuan normal manusia. Demikian melalui aneka macam ritual,
adat dan ritual khusus mendapat tempat yang penting dalam kebiasaan
ritual adat sangat banyak dan beraneka macam ditemukan pada setiap
3
persoalan bercocok tanam atau kegiatan berladang, setiap sub suku
unsur kepercayaan yang sangat kental terhadap dunia mistik. Pada tradisi
macam nama makhluk halus atau roh yang menghuni kawasan hutan
tempat lahan akan dibuka dan roh-roh tersebut juga berbeda-beda sesuai
dengan bentuk tanah yang ada. Dengan adanya makhluk berupa roh
upacara yang erat kaitanya dengan dunia pertanian, salah satunya yakni
sangit, ujung janur mati, dan mereng. Inti upacara ini adalah permohonan
kepada Tuhan agar keseimbangan alam tetap terjaga. Oleh sebab itu,
pada bulan Februari atau Maret dalam rangka memohon restu para dewa
4
Barat, dikenal istilah ngarot, yakni upacara yang digelar setiap akhir tahun
Utara, dikenal tradisi bondang yang dilakukan saat musim tanam (buka
didasari oleh kepercayaan dan tradisi yang telah melekat sejak lama
adat istiadat yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Namun, pada
5
Bagaimanapun, aktivitas pertanian merupakan ranah penting dan
masyarakat Sambori.
Kabupaten Bima.
B. Fokus Masalah
upacara adat yang dimaksud dalam penelitian ini terkait dengan sistem
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
2. Manfaat
7
D. Tinjauan Konseptual
a. Kebudayaan
miliki.
aktivitas, dan sikap yang bertujuan untuk mecapai sasaran tertentu, (c)
sebaginya, (e) dari sudut pandang dinamika budaya, dapat dilihat pula
8
Bronislaw Molinowski berpendirian bahwa segala aktivitas
9
merupakan ritual penting dalam momen tertentu. Sedangkan ritual
didefinisikan sebagai segi sosial dari agama. Seperti yang dapat kita
umum atau biasa, tetapi sesuatu yang bersifat khusus dan istimewa
10
khusus, perbuatan yang luar biasa dengan dilengkapi berbagai
berada :
11
d. Orang-orang yang terlibat di dalamnya
yang terdiri atas: (1) keyakinan tentang suatu wilayah yang sacral dan
adikodrati, dan (2) tata cara dan upacara yang ditujukan kepada
unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur lain, yaitu
; (a) sistem keyakinan; (b) sistem upacara keagamaan; (c) suatu umat
12
Kepercayaan masyarakat dapat berupa roh-roh atau
manusia itu, yang bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap oleh
panca indera manusia, yang mampu berbuat hal-hal yang tak dapat
atau pemikiran religius atau magi tidak pernah terpisah jauh dari
2012:456).
13
d. Aktivitas Pertanian
dan lain sebagainya. Lebih dari itu, pertanian memiliki pengertian yang
lebih luas dari segi ilmiah yang meliputi: pertanian dalam arti sempit
pengolahan hasil bumi dan juga pemasaran hasil bumi (Tohir, 1991:1).
mereka.
14
belukar, dan menebang pohon-pohon, kemudian dahan-dahan dan
dengan pengolahan minimum dan tanpa irigasi. Setelah dua atau tiga
itu ditinggalkan. Sebuah ladang baru dibuka dengan cara yang sama
aktivitas pertanian.
1. Metode Penelitian
penelitian deskriptif.
15
menekankan pemahaman terhadap fenomena sosial budaya dalam
16
3. Teknik Pemilihan Informan
kunci bisa saja merupakan tokoh adat setempat, tokoh agama, tokoh
masyarakat, kepala desa atau ketua bagian desa seperti Ketua RT,
Ketua RW, Kepala Dusun, dll. serta anggota masyarakat yang telah
hidup lama dan mengenal dengan baik ihwal sejarah dan kebudayaan
17
penelitian. Data yang diambil dari studi literature tersebut pada
Selain itu peneliti juga mengamati berbagai macam hal lain yang
sebagainya.
18
c. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
dipertanyakan.
yang telah direduksi pada tahap analisis pertama, dan tahap terakhir
F. Hambatan Penelitian
berbagai macam persoalan baik yang berasal dari penulis sendiri maupun
19
informan tidak dapat dimengerti dengan baik. Selain itu informan sendiri
bahasa di luar bahasa lokal yang mereka miliki. Selain itu, hal ini juga
Kondisi alam yang terasa begitu dingin serta tingginya curah hujan
harus meluangkan waktu lebih dan mengeluarkan biaya lebih besar dari
yang semestinya.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang mana tiap bagiannya
tidak lepas dari masalah yang dibahas dan saling terkait antara satu
20
akhir bab dijelaskan mengenai pendekatan, metode serta
skripsi ini.
masyarakat.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
aspek yang dijadikan sebagai titik fokus dalam melihat gejala sosial
maupun dalam bahasa ilmiah dengan arti yang berbeda. M.E. Spiro,
dengan hal yang lain (kalau nilai dari satu hal x itu berubah, maka
nilai dari satu hal lain yang ditentukan oleh x tadi, juga berubah)
22
3) Pemakaian yang menerangkan hubungan yang terjadi antara satu
hal dengan hal-hal lain dalam suatu system yang terintegrasi (suatu
beserta dinamika yang terjadi. Seperti yang dapat kita lihat unsur-unsur
23-24) :
berhubungan.
keutuhan sosial.
sistem tersebut ingin tetap hidup. Oleh sebab itu, fungsi suatu
23
Di lain pihak Parsosns mengemukakan beberapa asusmsi dasar
sama lain.
ekuilibrium.
tertata.
bagian lain.
sistem sosial lebih jauh dicirikan oleh satu sistem normative yang (kurang-
24
menyangkut mesti dan jangan diinteraksikan dalam batasan sistem
(Eriksen, 2009:129).
B. Fungsi Upacara
secara berbeda.
praktek ritual, magik, atau agama, juga tidak ada kepercayaan mengenai
bentuk primitif yang tidak dapat dilihat dari teknik-teknik rasional atau
25
pengetahuan ilmiah; semuanya adalah masalah kualitas dan memiliki
dengan roh agar tidak menganggu hidup manusia atau sebagai wadah
bala bencana. Dalam hal ini, fungsi ritual terletak pada hubungan antara
mereka.
Berarti ritual menjadi alat pemersatu atau integrasi; (2) ritual menjadi
yang berlainan pada ranah individual dan struktur sosialnya (Turner dalam
26
masyarakat; (3) upacara bertujuan untuk mempersatukan dua prinsip yang
virilokal; dan (4) dengan upacara orang mendapat kekuatan motivasi baru
kompetesi ini adalah orang yang mampu memberi lebih banyak dari yang
diterimanya.
adat Potlatch ini sebagai berikut (Turner & Maryanski, 2010 : 150) :
makanan.
27
4. Dengan cara seperti ini, tingkat ketahanan hidup di antara semua
diperlukan).
prestise itu diadopsi oleh penduduk suku itu secara umum di masa-
komunitas. Hal ini dapat terjadi karena upacara religi tersebut mampu
28
Forms of the Religious Life yang terbit pada 1912 membahas tentang
C. Fungsionalisme
29
perangkat-perangkat yang saling berhubungan dan membentuk sebuah
sistem.
kekerabatan yang kompleks serta aneka ragam praktik yang teratur dan
2009: 301).
yang berfungsi memenuhi hasrat naluri manusia untuk secara timbal balik
2000 : 199)
30
Penelitian Malinowski selama dua tahun (antara tahun 1914 dan
pada individu yang sedang bertindak, seraya melihat struktur sosial bukan
menulis tentang cakupan luas tema, mulai dari sihir kebun, ekonomi,
pada konsep bahwa kebudayaan harus diamati sebagai tingkah laku yang
31
menjelaskan eksistensi (dan juga persistensi) upacara keagamaan itu bagi
sebagai yang secara intrinsik berkaitan satu sama lain, dan menekankan
yang hidup sebagai suatu sistem yang terintegrasi timbul setelah 1925 di
84).
32
Malinowski berusaha untuk mengklasifikasikan jenis-jenis
kebutuhan yang ada pada tiga tataran yang berbeda: tataran biologis,
Kebutuhan Biologis.
kolektif dan terpadu secara simbolis. Bagi Malinowski, jika saja kebutuhan-
33
Ketika manusia telah menjadi terorganisasi dalam upaya memenuhi
34
Tabel 1
yang dominan dalam teori fungsional parsons terletak pada sistem sosial,
memenuhi kebutuhan adaptif (A), pencapaian tujuan (G), integrasi (I) dan
35
politik) digunakan masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan mereka serta
siapa yang terlibat dalam suatu lembaga (b) apa tujuannya (c) apa norma
utamanya (d) apa hakikat peralatan dan fasilitasnya (e) apa hakikat dan
36
dan dengan begitu saling ketergantungan sistem dalam jaringan
sosial.
37
D. Petani dan Karakteristik Pertanian Tradisional
seperti traktor yang telah banyak digunakan oleh petani modern seperti
menggunakan bibit unggul. Bibit yang mereka tanam adalah bibit lokal
yang dari turun-temurun digunakan oleh nenek moyang mereka yang lebih
pupuk kandang yang terbuat dari kotoran hewan. Hal demikian juga
pendidikan formal, melainkan telah ada sejak dahulu. Seperti pada saat
musim tanam tiba, mereka tidak secara langsung turun kesawah untuk
38
sendiri-sendiri tetapi secara berkolompok. Karena untuk menentukan hari
manusia dan karenanya seringkali dilihat sebagai gejala yang muncul dari
kekuatan adikodrati.
hal-hal yang bersifat supranatural. Hal ini disebabkan, bahwa tanah yang
mereka tempati bermukim atau tanah yang mereka harus garap dan
39
hubungan-hubungan mereka dengan alam (infrastruktur), di samping
hubungan petani dengan orang lain dalam dimensi struktur sosial dan
40
BAB III
1999:57).
kerajaan dimulai tidak terdapat dengan jelas pada kitab Bo, melainkan
asli dan masyarakat pendatang dari berbagai macam suku luar yang
41
perbedaan tersebut dan tidak mampu bersaing secara ekonomi mencari
terletak di sebelah barat teluk Bima dan Donggo Ele (wilayah pegunungan
sekitar gunung Lambitu) yang terletak di sebelah timur teluk Bima. Dari
disebut Dou Donggo dan bukan lagi Dou Mbojo (namun realita
Kata mbojo berasal dari kata babuju yang berarti tanah yang
istilah bima diambil dari nama sang bima yang merupakan julukan dari
seorang pahlawan dari Jawa yang memiliki peran penting dalam sejarah
purbakala.
42
Setelah masa Naka, dikenal masa Ncuhi yang mana kehidupan
masyarakat pada saat itu dipimpin oleh beberapa ketua dengan masing-
masing anggota atau pengikutnya. Pada saat itu dikenal lima orang Ncuhi
teritorial Bima, yaitu bagian Selatan oleh Ncuhi Parewa, Barat oleh Ncuhi
Bolo, Utara oleh Ncuhi Dorowoni, Timur oleh Ncuhi Panggapupa dan
Tengah oleh Ncuhi Dara yang sekaligus sebagai pemimpin para Ncuhi
yang melandasi interaksi sosial antar mereka. Salah satu peran Ncuhi di
juga digambarkan sebagai pemimpin yang tetap hidup dalam wujud roh
hak istimewa dari raja, seperti tidak boleh mengambil harta benda milik
43
mereka, tidak boleh diperintah bepergian oleh raja dan tidak boleh
Kesultanan Bima.
Hindu tersebut terbukti dari adanya situs-situs berupa wadu paa, wadu
tunti, lingga dan batu berukir corak Hindu (Maryam dkk., 2013:10).
ke berbagai daerah dan sebagian orang yang tidak sanggup lagi untuk
44
mengemukakan asal mula kata sambori adalah sambore (palu), yang
berarti adanya ketetapan hati dan keputusan untuk tetap tinggal di lereng
dari kata sampori yang dalam bahasa Bima berarti terlepas. Karena
45
B. Kondisi Geografis
dari lima desa yang berada di sekitar pegunungan Lambitu yang termasuk
prasarana umum, perkebunan rakyat dan kawasan lindung seluas 736 Ha.
46
Topografi wilayah Sambori dan sekitarnya berbukit-bukit dan datar yang
yaitu :
lengge dan rumah panggung. Kondisi alam seperti ini pula yang
C. Demografi
47
Lambitu dan Dusun Lengge. Sedangkan jumlah kepala keluarganya
Dusun Penduduk
Lambitu 1014
Lengge 892
Total 1906
sejak tahun 1980-an. Motivasi mereka biasanya keluar untuk sekolah atau
48
yang tidak seberapa dan tidak menentu, tergantung keikhlasan pemilik
lahan pertanian.
oleh penduduk.
di kota Bima dan Dompu. Proses produksi dan pemasaran warga Sambori
terhadap tanaman obat ini masih sangat sederhana dan tradisional yaitu
sawuku yang terdiri dari dua jenis, yaitu berumur 3 dan 5 bulan. Varietas
samping itu ada ada varietas padi lokal lainnya, misalnya njompa yang
49
terdiri dari dua jenis, yaitu berusia 3 dan 5 bulan dan mangge berusia 5
Produksi (Ton)
Komoditi
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Padi Sawah 155 2.405 3.932 2.656 3.666 4.603
Padi Ladang 2.514 3.243 3.120 1.758 1.365 1.742
Jagung 139 33 851 2.562 654 1.157
Kacang Hijau 8 13 0 0 0 0
Ubi Kayu 721 662 83 13 0 0
Kedelai 35 0 0 0 0 65
Kacang Tanah 47 25 8 1 95 285
Ubi Jalar 600 159 23 23 0 179
sapi, kambing, itik, ayam, dll. Penduduk melihara sapi dengan cara
50
melepas begitu saja di gunung. Hanya sekali waktu penduduk
intensif di rumah.
Sambori. Hewan kuda yang dulu digunakan sebagai alat angkut barang
dan transportasi, kini digantikan oleh mobil yang setiap hari menuju ke
desa Sambori.
51
E. Agama dan Sistem Kepercayaan
segala sesuatu yang hidup dan yang mati memiliki roh baik itu manusia
maupun benda-benda.
menginjak gundukan tanah yang berada di uma lengge dan tetap selalu
adat.
dari tanah Sambori dan digunakan sebagai senjata untuk melukai atau
membunuh lawan.
52
Dalam rumah lengge terdapat tombak yang dianggap memiliki
kekuatan gaib dan tidak boleh diganggu. Tombak tersebut tidak dapat
bencana. Bisa saja orang yang melakukan itu mati atau ketika tombak itu
dijatuhkan maka akan ada orang yang mati di arah mata tombak itu
Menurut cerita masyarakat, hal itu pernah terjadi menimpa hampir semua
tersebut. Kolam itu berisi belut besar yang tidak boleh dimakan dan
sekitar tahun 1640 M. Hingga kini, 100 % warga Sambori dan sekitarnya
beragama Islam.
53
Tabel 6. Sarana Keagamaan Desa Sambori
Sarana Jumlah
Masjid 2
Musolah/Langgar 1
Total 3
Lambitu.
54
Akhir--akhir ini pengaruh islam semakin dirasakan oleh masyarakat
kedatangan saya bersama empat orang teman. Ibu-ibu dan nenek yang
duduk di atas tangga depan rumah mereka, ada pula yang duduk di
Sambori baru telah memiliki jalan beraspal sedangkan Sambori lama jalan
55
kepercayaan yang lebih kental dibandingkan dengan masayrakat Sambori
masih kolot dan sulit diatur, hal demikian nampaknya disebabkan karena
mereka lebih menjaga jarak dengan para pendatang dan belum begitu
Mama roo nahi atau mengunyah daun sirih merupakan kebiasaan sehari-
hari masyarakat Sambori. Daun sirih juga menjadi suguhan bagi tamu
yang berkunjung ke rumah mereka. Bagi mereka, mama roo nahi memiliki
Tidak sedikit masyarakat Sambori yang memiliki lebih dari satu istri
bangunan uma lengge (rumah lumbung) yang hanya ditopang oleh empat
tiang. Rumah tanpa paku yang beratapkan alang-alang ini memiliki dua
fungsi yaitu, sebagai tempat tinggal (too kai) sekaligus lumbung padi
56
(pompa). Uma lengge merupakan rumah panggung yang terdiri dari tiga
digunakan sebagai tempat duduk dan memiliki fungsi sosial, seperti untuk
berukuran sekitar 4x4 m yang dipakai untuk tempat tidur sekaligus dapur.
Paling atas merupakan lumbung untuk menyimpan padi dan hasil bumi
lainnya.
Uma lengge telah ada di desa Sambori sejak 300 tahun yang lalu.
Namun, sekarang hanya tersisa satu bangunan uma lengge yang asli.
sesajen. Jika hal ini tidak dilakukan, maka rumah yang dibangun tidak
Mereka lebih memilih mendirikan rumah panggung dari kayu (uma ceko
panggung dapat menampung anggota keluarga lebih besar dan dari segi
57
G. Pendidikan
Prasarana Jumlah
TK 2
SD 2
Sambori Baru disebabkan karena lokasi Sambori Lama yang lebih jauh
dari pusat kecamatan dan juga akses jalan yang belum beraspal, pada
saat hujan jalanan pun becek. Hanya sekolah dasar yang terdapat di desa
Sambori, sedangkan untuk SMP dan SMA mereka harus sekolah di pusat
kecamatan yang jaraknya lebih kurang 3 kilo meter dari Sambori Lama.
58
Gambar 2. Anak Sekolah Desa Sambori
kecil, bahkan anak yang masih berusia balita, dengan begitu pengetahuan
H. Kesehatan
permulaan dari orang tua mereka tanpa harus mengeluarkan biaya. Orang
sesuatu demi kesembuhan penyakit yang diderita anaknya. Hal yang pada
seperti sakit kepala, demam, sakit gigi dan berbagai penyakit ringan
lainnya adalah dengan cara ufi, yakni membacakan doa seraya meniup
59
bagian anggota tubuh anak yang dianggap sakit dan mengusap-
60
Tabel 8. Prasarana Kesehatan
Jenis Jumlah
Rumah Bersalin 1
Puskesmas Pembantu 2
Polindes/Poskesdes 1
Praktek Bidan 1
Posyandu 2
Total 7
terdapat 328 buah milik keluarga, 71 buah milik bersama, 22 buah jamban
umum.
61
BAB IV
sosial yang lambat laun menetap dan digunakan sebagai ciri atau adat
milik mereka. Struktur sosial tersebut ada dalam berbagai macam aspek
memiliki semangat kerja yang tinggi. Sejak kecil mereka telah terbiasa
waktunya di ladang atau sawah. Terutama saat padi mulai hamil sampai
panen usai, kaum laki-laki menginap di sawah untuk mejaga tanaman padi
dari gangguan babi hutan. Mereka bekerja dari pagi hingga sore hari.
62
Bahkan beberapa di antaranya menetap di sawah, terutama bagi yang
ladang.
untuk sarapan anak-anak sekolah dan suami ke sawah. Jika tidak ada
dan lain-lain.
mamiliki mata air yang digunakan untuk memasak, sebagai air minum, dll.
dalam karung. Padi dalam karung yang masih berada di sawah tersebut
63
persawahan, untuk membawa padi tersebut dapat dilakukan dengan mobil
karena akses jalan untuk dilewati kendaraan sudah terbuka. Namun, jalan
Tanaman padi dilakukan sekali hingga dua kali setahun. Jika telah
ditanami lagi.
Biasanya bagi pemilik sawah lain yang walaupun lahan mereka belum
lahan yang lainnya milik tetangga atau pun milik kerabat mereka.
termanifestasi dalam tradisi weha rima (ambil tangan) dan mbei rima
meringankan beban kerja mereka, maka disaat itu pula mereka merasa
harus membalas jasa. Balas jasa tidak perlu dilakukan hari itu juga,
64
melainkan pada hari-hari berikutnya, terkadang satu keluarga yang akan
selesai dikerjakan. Prinsip tersebut juga tidak hanya dilakukan pada saat
lahan baik dalam arti media tanam (soil) maupun ruang (space) sangat
fungsi lahan tidak hanya untuk bercocok tanam secara subsisten saja.
65
yang mereka miliki. Masyarakat desa Sambori mengenal klasifikasi
oleh masyarakat.
Wohaarak
parafu juga dipakai untuk suatu tempat yang ada makam leluhur dan di
66
parafu yang berarti pantangan atau yang disucikan. Pengambilan air
sambil melantunkan lagu ritual disebut mangge ila. Pada saat yang
air parafu dari sumber air. Upacara ini dilakukan selama empat hari
Ngaha Ncore ditutup dengan makan nasi bersama yang dibawa dari
rotan, tanaman obat dan hasil hutan lainnya. Sesekali waktu mereka
67
So
Bangga
68
Oma
untuk merencanakan upacara Wea Oha Dana atau Wea Oha Oma
Sambori ada beberapa Panggita Oma dan setiap upacara Wea Oha
Dana tidak selalu dipimpin oleh Panggita Oma. Pembuka ladang baru
tiba, mereka melakukan upacara Palosa Sua atau Mara Menta untuk
69
aliran sungai. Lahan yang sudah ditanami beberapa kali akan
dengan baik dan tidak akan memetik hasil panen bagi mereka yang
membuka ladang di daerah ini. Pada jarak tertentu dari parafu dan
Rasa
keluarga atau klan, seperti orang tua dan anak beserta anggota
70
salah satu anggota keluarga mereka menikah, orang tua akan
Untuk membangun rumah ini mereka tidak perlu meminta ijin kepada
ncuhi.
seperti Due dan Tuki, berbaur menjadi perkampungan lebih besar. Kini
71
Dikala memasuki musim tanam, masyarakat mulai sibuk untuk
Mbolo (musyawarah) :
saja yang akan memiliki lahan yang akan dibuka serta aturan-
72
Ngoho (membuka lahan) :
Udu (mengumpulkan) :
pembakaran ini yakni apabila asap yang muncul pada saat proses
Maa :
73
dibiarkan untuk menunggu benih-benih atau tumbuhan yang masih
bisa tumbuh.
Note :
Doa :
Salaja ada dua jenis, yaitu salaja nae dan salaja toi, Untuk posisi
pinggir sawah.
74
Ngguda (penanaman)
untuk menanam).
cepe rima yang mana ia membalas budi dari pemilik lahan yang
telah diakui sejak masa kerajaan. Pada masa itu, Bima mengalami
75
monyet, babi, burung, ulat, tikus dan berbagai macam hama padi
lainnya.
pelaksanaan ritual.
76
masyarakat yang mana diyakini bahwa yang memasuki tubuh anggota
2. Unsur-unsur Upacara
a. Pelaksana Upacara
77
di sekitar mata air tersebut. Selain itu, ada pula tempat seperti
simbol dari pengakuan akan adanya kuasa yang harus dia puaskan
keamanannya.
78
Pada upacara pamali manggodo proses yang memuat unsur
d. Kesenian
sang Khalik.
karena itu, atraksi seni ini biasa digelar di sawah dan huma ketika
79
kedelai ke tanah yang telah mereka lubangi dengan kayu runcing
bibit tadi.
maupun pernikahan.
Gele Arugele
Lino na tolo lino ntauka kantolo
Linona moti lino ntau balata
Linona ade tiwara dou ma eda
Gele Arugele
Ura bura aka main onto doro
Madama dodo dasaina tolo
Jagaku mbeca tembe doo ra cepe
Gele Arugele
Papa pai la tanau ra nefa
Campo konci la sabua mafaka
Musyawara kabou mampasa
80
kebersamaan dan seluruh aktifitas para petani di sawah/ladang dan
huma.
tari Sagele berasal dari tari Arugele Donggo Ele. Tari sagele hanya
dilahan yang akan dibuka untuk meminta agar tanaman ladang mereka
tidak diserang oleh wabah yang dapat merusak pertanian, seperti ulat,
81
upacara serta aturan-aturan yang ada pada saat proses upacara
berlangsung.
manggodo).
ua (pinang), serta
tambaku (tembakau).
82
Proses upacara Pamali Manggodo berikutnya adalah upacara
hujan pada musim tanam. Apabila ilalang dan semak yang terbakar
banyak, mereka percaya pada musim tanam tersebut curah hujan akan
Lawo/Lancole yang memimpin tolak bala hama tikus dan Pamali Karii
berburu yang dipimpin oleh Pamali Lawo yang diikuti oleh anggota
83
mereka akan didenda seekor ayam dan gabah satu ganta. Dan
itu, warga masyarakat juga dilarang membuat suara gaduh atau suara
tolak bala burung pipit. Upacara ini dipimpin oleh Pamali Karii dengan
sirih dan kelapa muda yang telah dikunyah melalui mulut (sampuru)
Belaleha juga digunakan untuk upacara tolak bala jika terjadi wabah
penyakit di desa.
84
pembagian, setiap warga yang ingin mendapatkan bagian
Belaleha,
Alona Tembe Kala
Aloyilana matiri nggunggu
Ndoo poda dikatente Cepe
Belaleha
Ria Ese Tolo Reo
Mamuna Tembe mee ma riu
Dodoku di salampe cempe
Belaleha
Nuri se tolo naru
Manangi la ntonggu tolu
Oi oluna sacanggi moro
Bela leha
Akadu la joa
Makidi katake hidi
Rasa pana ra ngari dompo
Belaleha
Akadu dou matua
Ma wiina nggahi karenda
Karenda da mbali mbua
85
menaburkan di sawah masing-masing sekaligus untuk menandai
masyarakat diserang oleh hama, maka akan sulit untuk menciptakan hasil
86
meresahkan masyarakat petani karena dapat menyebabkan ekonomi
dalam hal menyelamatkan padi dari hama. Apa yang dimaksudkan terletak
indo wau ba sampro fare ma bou doho aka, ngaha ba sampuru aka na
mbora mpa si ma ndede doho re, de loi aka watisi na losa wau kako aka
fare de watipu ngawana made ni, kone ede na loa mpa mai mbali.
Nggara sampuru dekam de ti kone wara sisa na.
tidak seperti semprot padi yang baru-baru ini ada, dilakukan dengan
sampuru akan hilang begitu saja jenis-jenis hama padi itu, obat-obatan
(pestisida) itu kalau tidak dikeluarkan ulat yang ada pada padi tersebut
tidak akan mati, itu pun masih bisa kembali lagi. Sedangkan jika
dilakukan sampuru tidak akan ada biar sisanya
(Wawancara 4 Mei 2013)
ditanam terdapat ulat. Ini dilakukan oleh pamali karii di atas pegunungan
dari awal dimulainya upacara. Ramuan tersebut terdiri dari beras, tawoa,
Ndawi loi de aka uma lengge aka wali mpa. Wunga sampuru ede da loa
kai lampa rero tudu tolo reni. Warasi dou ma luu tolo aip kanta kain de
bata kura
87
Pembuatan obat dilakukan di tempat khusus yaitu di uma lengge. Saat
proses sampuru inilah masyarakat dilarang untuk mengunjungi lahan
persawahan. Jika ada yang melanggarnya, maka upacara akan dianggap
batal dan harus diulangi.
(Wawancara 20 April 2013)
pertanian mulai dari penanaman sampai pada panen, dalam hal produksi
maupun distribusi.
88
manggodo sebagai salah satu contoh mengenai fakta yang dikemukakan
jika upacara pamali manggodo ini tidak ada. Dalam struktur tindakan yang
89
Upacara pamali manggodo memiliki fungsi sosial yang dapat
upacara pamali manggodo yang dapat kita lihat memiliki fungsi sosial bagi
Sambori :
Nggori ba pamali karii kalampa rawi na re, lao sama menara nggalo
waa katupa labo lako ra sarente, de di nggalo kai maju. Raka si re de
ngaha sama mena rani
yang terjadi dalam sistem pertanian mereka membuat mereka takut untuk
90
kepatuhan atau ketaatan mereka pada lembaga hukum yang juga sangat
(Eriksen, 2009:126).
antara satu sama lain sehingga tercipta suatu dukungan yang solid dan
yang dimiliki bersama, dan kepentingan anggota yang lain dari komunitas
sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan
bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak
91
yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya
(Hasbullah, 2006:11).
Apa yang menjadi tradisi tersebut lambat laun, disadari atau tidak, dapat
sebuah kesatuan dan ini menandakan bahwa upacara adat yang mereka
lakukan tidak dapat dipisahkan dari identitas budaya yang mereka miliki.
turun untuk menanam, ada suatu usaha penyelamatan diri agar terhindar
92
Katuu dekamu acara aka ka, ti kone wara maina si karece ai doho ka.
Pala watisi katuumu, na wara ku maina karece ai ka. Bune ainare hina
lalo na sabua dou ara ake made lalo kaina ba da katuu mena acara ma
ndede reni.
Jika kita menjalankan upacara itu, tidak ada petir yang datang
menyambar. Namun, jika tidak dilakukan, akan ada petir yang
menyambar. Suatu ketika disambarlah seseorang di sini hingga
menyebabkan ia meninggal disebabkan karena tidak mengadakan
upacara tersebut
(Wawancara 10 Mei 2013)
upacara pamali manggodo adalah seni. Unsur seni tersebut tampak pada
yang tidak dapat kita acuhkan. Nyanyian yang dilantunkan bersama oleh
yang amat mendalam bagi masyarakat terlebih bagi orang tua yang telah
sejak lama mengalami dan merasakan nuansa yang ada pada saat
bertambah.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
tradisi dari nenek moyang mereka. Dalam upacara ini masih terkandung
masyarakat tidak dapat kita letakkan sebagai dasar dari setiap sistem
yang muncul dalam upacara adat ini memberikan kontribusi yang bahkan
94
Intensitas hubungan sosial, kepekaan, solidaritas, pengusiran
masyarakat Sambori.
B. Saran
bagi masyarakat tidak selamanya bersifat paten. Suatu sistem sosial akan
ia hidup dan akan selalu berusaha untuk mencapai ekuilibrium. Namun hal
95
1. Pemerintah kabupaten maupun desa kiranya dapat lebih ketat
yang berlaku.
96
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Field, John. 2005. Modal Sosial. Medan : Penerbit Bina Media Perintis
97
---------------. 2010. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).
98
Wertheim, W.F. 1999. Masyarakat Indonesia Dalam Transisi. Yogyakarta :
PT. Tiara WacanaYogya
Winangun, Y. W. Wartaya. 1990. Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas
dan Komunitas Menurut Victor Turner. Kanisius. Yogyakarta.
Sumber Internet
http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/upacara-adat.html#.UPB_8e-xfDc
Diakses pada tanggal 03-02-2013, pukul 23.30
99
DOKUMENTASI
100
Gambar : Kondisi Bukit dan Ladang Masyarakat
101
Gambar : Salah Seorang Informan
102
Gambar : Warga Memikul Padi Dari Sawah
103
Gambar : Kepala Desa Sambori
104