DI ERA GLOBALISASI
Kepeng in Bali Hindu Society Perspective in Globalization Era
Nyoman Arisanti
Alumnus Program Studi Kajian Budaya Pasca Sarjana Universitas Udayana
Lingkungan Bhineka Asri Blok e3/31, Kerobokan Kaja, Kuta Utara
Email: arisanti.nym@gmail.com
Abstract
The use of kepeng (chinese coin) in Bali is the result of the mixture of cultures among Chinese ethnic
with Balinese ethnic which still survive to this day. This research aims to know the perspectives of
Hindu society in Bali regarding the existence of kepeng and to know the preservation of kepeng
in the middle of globalization era. This research uses qualitative method. Data were collected
through observation, interview, and documents tracking. Data analysis uses qualitative analysis
through data reduction, presentation, and conclusion. The result of this research shows that the
Hindu society in Bali has various perspectives regarding the existence of kepeng. Kepeng has
religious meaning because it closely associated with religious ideology. It also has economic and
mythical meaning for the society. High need of kepeng causes reproduction and innovation to
maintain its sustainability.
Keywords: kepeng, globalization, perspective, preservation.
Abstrak
Penggunaan uang kepeng di Bali merupakan hasil percampuran budaya antara etnis Tionghoa
dengan etnis Bali yang masih bertahan hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perspektif masyarakat Hindu di Bali terhadap keberadaan uang kepeng dan untuk mengetahui
pelestarian uang kepeng di tengah era globalisasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan penelusuran
dokumen. Analisis data menggunakan analisis kualitatif melalui tahap reduksi data, penyajian
data, dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Hindu
di Bali memiliki berbagai perspektif mengenai keberadaan uang kepeng. Uang kepeng memiliki
makna religius karena berkaitan erat dengan ideologi agama. Uang kepeng juga memiliki makna
ekonomi dan mistis bagi masyarakat. Tingginya kebutuhan terhadap uang kepeng menimbulkan
upaya reproduksi dan inovasi untuk menjaga kelestarian uang kepeng.
Kata kunci: uang kepeng, globalisasi, perspektif, pelestarian.
Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 159
Nyoman Arisanti
melintasi batas-batas nasional. Financescapes dilihat dari pengetahuan tentang perdagangan
mengacu pada pola transfer uang global, dan tetap (pasar) dengan mata uang kepeng dan
mediascapes mengacu pada perangkat keras pengetahuan metalurgi. Keempat, pengaruh
media massa yang mekanis dan elektronik. terhadap bahasa yang dilihat dari penggunaan
Dimensi terakhir yaitu ideoscapes mengacu bahasa Tionghoa pada nama desa, tanaman,
pada citra, yang secara spesifik mengacu pada nama orang, dan nama kerajaan. Pengaruh
aspek-aspek politik yakni kontur kebudayaan yang kelima dilihat dari kesenian. Keenam,
yang terang-terangan bersifat ideologis. pengaruh terhadap sistem mata pencaharian
Mengacu pada teori Appadurai, hidup. Pengaruh ini sangat jelas terlihat dari
perkembangan pariwisata dapat disebut sebagai berkembangnya perdagangan lokal, antarpulau,
salah satu dampak globalisasi. Bali merupakan dan internasional. Pengaruh yang terakhir
salah satu daerah tujuan pariwisata dunia dengan adalah terhadap sistem teknologi dan peralatan.
mayoritas penduduknya beragama Hindu. Bali Hal ini dapat dilihat dari ornamen tradisional
dikenal sebagai daerah tujuan wisata, tidak Bali, bentuk dan pola orientasi bangunan yang
hanya karena pemandangan alam, melainkan bernuansa Tionghoa. Selain itu, masyarakat
juga karena keunikan budayanya. Sebagaimana Bali sudah mulai menggunakan porselen dan
yang disampaikan oleh Lull (1998, 180) teknik penguasaan cor logam.
bahwa kebudayaan bergerak secara dialektis Pengaruh kebudayaan Tionghoa terhadap
antara kekuatan untuk pelestarian dan untuk kebudayaan Bali hingga saat ini masih terasa,
perubahan, antara tradisi dan inovasi. Demikian khususnya dalam pengaruh sistem religi dan
halnya yang terjadi dalam masyarakat Hindu di upacara keagamaan. Hal ini dapat dilihat
Bali yang memegang teguh tradisi yang sudah dari penggunaan uang kepeng sebagai sarana
berjalan secara turun temurun, namun tidak upakara yang masih bertahan hingga saat ini.
bisa menghindari perkembangan dari tradisi Masyarakat Hindu di Bali menggunakan uang
yang ada seiring dengan perkembangan zaman. kepeng dalam berbagai ritual agama. Eksistensi
Salah satu tradisi masyarakat Bali yang masih uang kepeng dalam kehidupan masyarakat
digunakan secara turun temurun hingga saat Hindu di Bali memiliki sejarah panjang yang
ini adalah penggunaan uang kepeng khususnya tidak terlepas dari integrasi budaya Tionghoa di
dalam ritual keagamaan. Bali.
Penggunaan uang kepeng di Bali Mata uang kepeng adalah alat pembayaran
merupakan salah satu bentuk percampuran sah dari negeri Cina. Uang kepeng dibawa
budaya Tionghoa dengan budaya lokal Bali. oleh pedagang Cina ke Indonesia sekitar abad
Sulistyawati (2008, 146-147) menyatakan ke-6 Masehi. Adanya uang kepeng di Bali
bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan yang diperkirakan sebagai akibat adanya hubungan
dapat dilihat dari percampuran kebudayaan dagang antara Indonesia dengan Cina.
Bali dengan Tionghoa. Pertama, pengaruh Perdagangan ini dimulai dari daerah pelabuhan
terhadap sistem religi dan upacara keagamaan. di Bali Utara, seperti Desa Julah dan Manasa
Pengaruh budaya Tionghoa terhadap sistem yang keduanya di Kabupaten Buleleng Timur,
religi dan upacara keagamaan di Bali dilihat serta di Bali Selatan, seperti Banjar Belanjong,
dari pemujaan terhadap Ratu Gede Subandar Desa Sanur, Denpasar. Melalui daerah
dan Ratu Ayu Subandar. Kedua, pengaruh pelabuhan, perdagangan diperluas sampai
terhadap sistem dan organisasi kemasyarakatan memasuki desa-desa di Bali, seperti Renon
yang dilihat dari sistem organisasi dan profesi di Denpasar. Sementara itu, perdagangan di
yang membedakan antara pedagang besar Bali Utara masuk ke pedalaman, yaitu Desa
antarpulau, penyalur, dan pengecer. Ketiga, Sukawana di Kintamani. Pada masa Bali
pengaruh terhadap sistem pengetahuan yang kuno abad ke-8 sampai abad ke-14 Masehi,
Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 161
Nyoman Arisanti
dan menjungkirbalikkan makna teks, sekaligus ruang dan waktu tertentu. Demikian halnya
membangun kembali teks atau wacana baru dengan penggunaan uang kepeng dalam ritual
dengan makna baru yang berbeda dengan agama Hindu di Bali, hal tersebut merupakan
teks yang didekonstruksi. Dekonstruksi juga suatu kebiasaan yang sifatnya turun-temurun
merupakan upaya mengkritisi secara radikal (habitus).
dan membongkar berbagai asumsi-asumsi dasar Merujuk pada pandangan Bourdieu,
yang menopang pemikiran dan keyakinan yang modal dapat digolongkan ke dalam empat jenis.
umum berlaku, misalnya keyakinan tentang Pertama, modal ekonomi yang meliputi alat-
ilmu pengetahuan, budaya, hubungan sesama, alat produksi, materi (pendapatan dan benda-
ideologi, dan lain-lain, yang sesungguhnya benda), dan uang yang mudah digunakan dan
tidak benar. Lajar (2005, 169-174) menyatakan dapat diwariskan. Kedua, modal budaya yaitu
bahwa bagi Derrida, sebuah kata tidak keseluruhan kualifikasi intelektual yang bisa
mempunyai arti tetap. Kata (sebagai signifier) diproduksi melalui pendidikan formal atau
dibedakan atas konsep, ide, perspepsi, atau warisan keluarga. Ketiga, modal sosial yang
emosi yang ditunjukkan oleh kata itu. Dalam mengacu pada jaringan sosial yang dimiliki,
realitas yang ada, terdapat berbagai makna yang baik individu maupun kelompok, dalam
dihasilkan oleh pembacaan dan hermeneutik hubungannya dengan pihak lain yang memiliki
yang berbeda. Berdasarkan pandangan Derrida kuasa. Keempat, modal simbolik yang
dalam konsep dekonstruksinya, diharapkan merujuk pada segala prestise, status, otoritas,
dapat membedah makna uang kepeng sebagai dan legitimasi (Fahsri 2007, 98-100). Modal
wujud perspektif masyarakat Bali secara lebih yang dimiliki menentukan status dalam suatu
mendalam. jenjang hierarki. Modal yang dimiliki akan
Upaya pelestarian uang kepeng oleh mendukung upaya dalam penguasaan sumber-
masyarakat Bali dikaji dengan menggunakan sumber ekonomi. Demikian halnya dalam
teori praktik Pierre Bourdieu. Bourdieu (dalam upaya penguasaan sumber-sumber ekonomi
Mahar et al. 2009, 20-21) mengenalkan rumus dalam produksi uang kepeng. Menurut Fahsri
generatif yang menerangkan praktik sosial (2007, 94-95), ranah adalah arena pertarungan
dengan persamaan (habitus x modal) + ranah = di mana mereka yang menempatinya dapat
praktik. Menurut pandangan Bourdieu, praktik mempertahankan atau mengubah konfigurasi
merupakan sebagai suatu produk relasi antara atas kekuasaan yang ada. Habitus mendasari
habitus sebagai produk sejarah dan ranah yang terbentuknya ranah, tetapi di sisi lain, ranah
yang juga merupakan produk sejarah. Habitus menjadi lokus bagi kinerja habitus. Kehidupan
dan ranah juga merupakan produk dari medan sosial masyarakat Hindu di Bali merupakan
daya-daya yang ada di masyarakat. Dalam ranah di mana praktik penggunaan uang kepeng
ranah, terjadi pertaruhan kekuatan-kekuatan dalam ritual agama terjadi. Modal simbolik dan
serta orang yang memiliki banyak modal dan modal budaya berperan dalam upaya pelestarian
orang yang tidak memiliki modal. uang kepeng dalam kehidupan masyarakat
George Ritzer (dalam Fashri 2007, 87- di Bali. Teori-teori dalam penelitian ini akan
88) menyatakan “habitus are the mental or digunakan secara eklektik dengan teori lainnya
cognitive structures through which people deal untuk menjawab rumusan masalah yang ada.
with the social world”. Menurut Takwin (2009,
xviii-xix), habitus merupakan ketidaksadaran METODE
kultural, yakni pengaruh sejarah yang secara Penelitian ini mengambil tiga lokasi yaitu
tidak sadar dianggap alamiah. Habitus adalah Kabupaten Klungkung, Kabupaten Badung,
produk sejarah yang terbentuk setelah manusia dan Kota Denpasar. Penelitian ini melibatkan
lahir dan berinteraksi dengan masyarakat dalam produsen uang kepeng, yaitu UD Kamasan dan
Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 163
Nyoman Arisanti
penggunaan uang kepeng sebagai sarana Uang kepeng dianggap sebagai salah
upakara agama Hindu. Selain itu, beberapa jenis satu benda yang tidak kena cuntaka, yang
uang kepeng tertentu dijadikan sebagai simbol dalam agama Hindu berarti suatu keadaan
pemujaan (pratima) atau dianggap memiliki yang tidak suci. Hal ini menyebabkan uang
kekuatan magis (jimat) yang mencerminkan kepeng dianggap suci dan selalu digunakan
nilai budaya. Sejalan dengan perkembangan dalam berbagai ritual agama. Uang kepeng juga
zaman, eksistensi uang kepeng menimbulkan dikatakan pinaka suteja yang artinya bagaikan
berbagai perspektif dalam masyarakat Hindu sinar atau cahaya. Kesucian uang kepeng yang
di Bali. Tingginya penggunaan uang kepeng di bagaikan sinar atau cahaya merupakan salah
Bali juga menimbulkan berbagai upaya untuk satu alasan pemanfaatan uang kepeng yang
tetap melestarikan uang kepeng. masih belum tergantikan dalam masyarakat
Bali. Penggunaan uang kepeng sebagai sarana
Perspektif Masyarakat Hindu di Bali upakara mewakili konsep jinah dan artha yang
Terhadap Uang Kepeng tertera dalam lontar upacara keagamaan atau
Perkembangan uang kepeng dalam lontar yadnya. Salah satu lontar yadnya, seperti
kehidupan masyarakat Bali menimbulkan Lontar Mpu Kuturan 1a-2b menyebutkan:
beragam perspektif. Menurut Derrida (dalam “...yan meru matumpang 11, ring
Lajar 2005, 174), keberagaman merupakan dasarnia madaging panda prabot
cara pandang yang tidak lepas dari jaring situasi manusa mawadah kawali waja, ... malih
atau sejarah lokalitas yang akan menghasilkan peripi mas, selaka, tembaga, jaum 4,
makna-makna berbeda terhadap teks yang mas, selaka, tembaga, wesi, muah pudi
sama. Demikian halnya dengan eksistensi uang mirah,… ring dasar artha, utama, 8000,
kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali di madya, 4000, nista 1700...”.
tengah era globalisasi, yang memiliki berbagai Terjemahan dari kutipan tersebut adalah: ‘...
makna dalam pandangan masyarakat Hindu di bila meru tingkat 11, pada dasarnya berisikan
Bali. alat perlengkapan manusia, ditempatkan dalam
kawali baja, ... kemudian pripih emas, perak,
Makna Religius Uang Kepeng tembaga, jarum 4 batang, emas, perak, tembaga,
Uang kepeng dan ritual masyarakat besi, serta permata mirah, ... pada dasarnya
Hindu di Bali merupakan hal yang tidak bisa kalau utama uangnya 8000, madya uangnya
dipisahkan. Meskipun pertama kali dikenal 4000, nista uangnya 1700, ...’ (Harthawan 2011,
sebagai alat pembayaran, pemanfaatan uang 103).
kepeng masih bertahan hingga saat ini. Kuatnya Menurut Harthawan (2011, 103),
tradisi di Bali, khususnya dalam proses ritual penggunaan uang kepeng dalam lontar
agama, merupakan salah satu alasan masih upakara tidak secara jelas disebutkan
bertahannya uang kepeng di Bali. Suatu tradisi dengan menggunakan istilah uang kepeng
seringkali tidak dapat bertahan dalam jangka atau satuannya dalam keteng, tetapi hanya
waktu yang lama, terutama ketika terjadi menggunakan istilah artha atau jinah. Istilah
perubahan sosial budaya dalam masyarakat. jinah, pis, dan artha selalu dianalogikan dengan
Perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat uang kepeng. Penggunaan uang kepeng dalam
Bali tidak mengubah tradisi pemanfaatan kegiatan upacara masyarakat Bali merupakan
uang kepeng sebagai sarana upakara. Hal ini suatu bentuk pelaksanaan tata cara upakara
disebabkan oleh ideologi agama dalam uang yang tertuang dalam lontar-lontar keagamaan.
kepeng yang menyebabkan uang kepeng sulit Meskipun alat pembayaran lainnya juga beredar
untuk digantikan. dalam masyarakat, seperti emas, perak, bahkan
Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 165
Nyoman Arisanti
Hindu, sedangkan uang kepeng lain yang tidak Makna Ekonomi Uang Kepeng
menggunakan bahan panca datu dianggap tidak Pergeseran fungsi ekonomi uang kepeng
sesuai dengan kaidah agama. Konsep uang dari sebelumnya sebagai uang kartal hingga
kepeng panca datu merupakan kesadaran baru tidak berlaku lagi di masa awal kemerdekaan,
yang dibentuk, sehingga menimbulkan istilah tidak menghilangkan makna ekonomi yang
uang kepeng asli dan uang kepeng palsu dalam diperoleh masyarakat dari keberadaan
masyarakat. uang kepeng. Meskipun bukan sebagai alat
Berdasarkan berbagai pandangan di atas pembayaran, uang kepeng sebagai barang
mengenai posisi uang kepeng dalam kehidupan komoditas saat ini masih memberikan berbagai
ritual agama Hindu dan ideologi agama yang ada dampak sosial ekonomi dalam kehidupan
di dalamnya, uang kepeng memiliki berbagai masyarakat Bali.
makna dari berbagai sudut pandang yang Masuknya kapitalisme sebagai salah
berbeda. Hal ini menyebabkan ada berbagai satu instrumen modernitas menyebabkan uang
“unsur kepentingan” berkaitan dengan makna kepeng diproduksi kembali dengan kuantitas
uang kepeng dalam kehidupan beragama yang yang besar sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
turut berpengaruh dalam menjaga peranan uang masyarakat Hindu di Bali terhadap uang
kepeng di masyarakat. Simbol uang kepeng kepeng. Reproduksi uang kepeng dilakukan
menduduki puncak dalam kegiatan ritual agama oleh agen yang memiliki modal. Globalisasi
Hindu, apapun jenis uang kepeng tersebut, dan berperan besar dalam mendorong kapitalis
pemanfaatannya sesuai dengan “rasa” dari untuk melakukan reproduksi uang kepeng.
pengguna uang kepeng. Uang kepeng dalam Perkembangan kapitalisme yang sejalan
masyarakat Bali lebih dipandang dari segi dengan globalisasi mengakibatkan kemudahan
“simbol” sebagai suatu bentuk kehadiran dalam akses dalam menjangkau berbagai pangsa pasar
sarana upakara, dan tidak selalu dipandang dari menjadi lebih mudah.
unsur yang terkandung dalam uang kepeng itu Globalisasi menyebabkan kemudahan
sendiri. Bentuk uang kepeng dengan lubang akses dan minimnya hambatan ruang dan
di bagian tengah juga telah menyatu dengan waktu. Kapitalis dapat menjangkau berbagai
upakara yang ada di Bali, sehingga bentuk belahan dunia dalam situasi yang bersamaan.
dan simbol uang kepeng merupakan bagian Uang kepeng sebagai salah satu kebutuhan
yang tidak terpisahkan dari ritual agama Hindu utama dalam ritual agama Hindu menyebabkan
di Bali. Kegiatan ritual agama merupakan hal kapitalis berusaha memperoleh pangsa pasar
yang berkaitan dengan rasa, jadi semua ini untuk melebarkan sayap dan memperoleh
kembali berpulang ke rasa pengguna uang keuntungan besar dalam industri ini. Daya saing
kepeng dalam kegiatan upacara. Hal ini sejalan dan strategi kapitalis untuk mempertahankan
dengan pandangan Derrida (dalam Lajar 2005, posisinya berperan besar dalam pencapaian
173-174) yang menyatakan bahwa tekanan keuntungan ekonomi atau return yang diperoleh.
yang menghantam pendirian makna tunggal Kebutuhan uang kepeng yang tinggi terutama
dengan sendirinya menunjukkan sebuah dalam ritual agama Hindu di Bali menyebabkan
pendirian lain yang berlawanan dengannya. Bali menjadi sasaran kapitalis. Bali juga dikenal
Hal ini menunjukkan bahwa dalam realitas, sebagai daerah yang sangat menjaga tradisi dan
ada berbagai makna yang dapat dihasilkan oleh ritual dalam kehidupan sehari-harinya sehingga
pembacaan dan hermeneutika yang berbeda. menjadi arena pertarungan bagi kapitalis untuk
Dengan kata lain, teks atau realitas yang sama memperoleh pangsa pasar. Industri uang kepeng
dapat dibaca dengan cara yang berbeda oleh tidak hanya berkembang pesat di Bali, tetapi
pihak lain dan mempunyai makna yang lain juga di luar Bali. Tingginya kebutuhan uang
pula. kepeng menciptakan geliat perekonomian baru
Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 167
Nyoman Arisanti
Contoh uang kepeng yang dikeramatkan Bali yang menganut kepercayaan animisme
oleh pemiliknya adalah uang kepeng koleksi dan dinamisme turut mempengaruhi adanya
I Dewa Nyoman Harthawan. Menurut I kepercayaan terhadap kekuatan lain di alam
Dewa Nyoman Harthawan, beberapa uang sekitarnya. Kepercayaan masyarakat terhadap
kepeng koleksinya tidak dapat diperlihatkan nilai magis uang kepeng yang masih bertahan
sembarangan pada saat hari-hari pemujaan di tengah era globalisasi merupakan sebuah
tertentu, seperti saat hari Kajeng Kliwon, konvensi sebagai perkembangan dari budaya
Purnama (bulan baru), dan Tilem (bulan mati). yang berkaitan dengan ritual agama di
Hal tersebut terlihat dari wawancara sebagai masyarakat.
berikut.
“...museumnya kecil di dalam (museum Upaya Pelestarian Uang Kepeng Di Era
koleksi uang kepeng). Tetapi sekarang Globalisasi
mebanten, kan kajeng kliwon enggak Perkembangan arus globalisasi tidak serta
bisa diambil ... kalau mau lihat uang merta menyebabkan masyarakat Hindu di Bali
arjuna ada, cuma mebanten sekarang, meninggalkan pemanfaatan uang kepeng dalam
enggak boleh. Kalau ngomongin uang kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakat Hindu
kepeng pasti tidak terlepas dari hal-hal di Bali, uang kepeng masih sangat dibutuhkan,
yang berbau sakral. Uang kepeng identik khususnya dalam ritual keagamaan. Upaya
dengan hal-hal yang berbau sakral, untuk mempertahankan uang kepeng pun
contoh upacara atau apa saja. Jadi dilakukan oleh berbagai pihak, antara lain
orang enggak, enggak apa ya, enggak pemerintah dan para pelaku sektor usaha.
akan menyangkal kalau uang kepeng itu Berbagai pihak tersebut turut membantu upaya
dibilang punya kelebihan. Di mana uang mempertahankan peredaran uang kepeng di
kepeng itu kan sering digunakan sarana Bali di tengah derasnya pergerakan budaya
upakara, otomatis benda-benda yang dalam era globalisasi.
sering digunakan upacara adalah benda- Globalisasi tidak lepas dari peranan
benda yang keramat ...” (wawancara I kaum kapitalis yang menyebabkan pergerakan
Dewa Nyoman Harthawan 26 Mei 2015). perekonomian antarnegara. Tingginya
Uang kepeng dipercaya akan memiliki permintaan terhadap uang kepeng menjadi
kekuatan magis jika uang kepeng tersebut celah bagi kaum kapitalis untuk memperoleh
“dihidupkan” dengan ritual tertentu. Selain itu, keuntungan. Inilah ranah baru bagi kapitalis
uang kepeng yang merupakan salah satu benda untuk menguasai pasar. Bourdieu (dalam Lubis
suci yang bebas dari cuntaka dan digunakan 2014, 108-109) menyatakan bahwa konsep
untuk upakara, tentunya dipercaya memiliki medan (field) adalah arena perjuangan di mana
kelebihan jika dibandingkan dengan benda anggotanya bersaing untuk mendapatkan
lainnya. berbagai sumber daya material dan kekuatan
Kepercayaan akan kekuatan magis (power) simbolis. Struktur pasar terbentuk
uang kepeng tertentu dipercaya masyarakat dari relasi kekuasaan antarkelompok atau
Bali hingga saat ini. Ketika kemajuan ilmu agen yang terlibat dalam perjuangan. Kaum
pengetahuan dan teknologi telah berkembang kapitalis akan memanfaatkan berbagai sumber
pesat, kepercayaan mengenai kekuatan mistis daya dan melakukan berbagai strategi untuk
uang kepeng masih bertahan. Bahkan, jika uang mempertahankan posisinya dalam menguasai
kepeng tersebut lebih tua atau uang kepeng kuno, ranah pasar di era globalisasi. Bourdieu
uang kepeng itu dipercaya memiliki kekuatan (dalam Lubis 2014, 111) menyatakan bahwa
tertentu bagi pihak-pihak yang mempercayai terdapat dua strategi yang digunakan untuk
hal tersebut. Kebudayaan masa lalu masyarakat mempertahankan posisi dalam suatu ranah.
Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 169
Nyoman Arisanti
nuansa agama Hindu. Uang kepeng panca datu Tabel 2. Bentuk arti Aksara Bali dalam huruf latin.
yang menggunakan aksara Bali bertuliskan Huruf Latin Aksara Bali
Sa, Ba, Ta, dan A pada bagian depan (sleh),
Sa s
sedangkan bagian belakang (trep) bertuliskan
Ang dan Ah (gambar 1). Ba b
Ta t
A Á
Ang ö
Ah Á;
Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 171
Nyoman Arisanti
sebagainya. Bentuk-bentuk tempat upakara menyebabkan uang kepeng jimat diproduksi
tersebut sangat dekat dengan kehidupan ritual kembali. Gambar yang digunakan dalam uang
masyarakat Hindu di Bali. Uang kepeng jimat biasanya adalah tokoh pewayangan.
juga digunakan sebagai bahan pembuatan Karakter tokoh pewayangan seringkali dikaitkan
dekorasi pada pelinggih (tempat pemujaan). dengan kemampuan magis dari uang kepeng
Lamak, chili, dan tamiang adalah beberapa tersebut. Perkembangan uang kepeng juga
contoh dekorasi pada tempat pemujaan yang merambah pada perhiasan. Gelang, anting, dan
menggunakan uang kepeng. Desain yang kalung berbahan uang kepeng sangat banyak
digunakan sangat beragam, dan semakin diproduksi dewasa ini. Jenis uang kepeng
berkembang karena minat masyarakat cukup yang digunakan sebagai perhiasan juga sangat
tinggi dalam menggunakan dekorasi berbahan bervariasi, mulai dari uang kepeng bergambar
uang kepeng. tokoh pewayangan (uang kepeng jimat) sampai
Inovasi yang dilakukan terhadap uang uang kepeng beraksara Bali yang kental dengan
kepeng tidak hanya sebatas pada benda seni, nuansa religiusnya (gambar 3).
tetapi juga pada benda dengan kekuatan
mistis. Kepercayaan masyarakat yang masih KESIMPULAN
tinggi terhadap kekuatan yang terdapat dalam Penggunaan uang kepeng di Bali
uang kepeng menyebabkan uang kepeng merupakan hasil percampuran antara budaya
berbentuk jimat juga kembali diproduksi. Tionghoa dengan budaya lokal Bali yang
Dalam kepercayaan masyarakat kuno, terdapat masih bertahan hingga saat ini. Penggunaan
beberapa jenis uang kepeng yang memiliki uang kepeng dalam kehidupan sosial budaya
kekuatan mistis tertentu. Kepercayaan tersebut di Bali menimbulkan berbagai perspektif.
Gambar 3. Anting berbahan uang kepeng Malen dan uang kepeng Sangut.
(Sumber: https://instagram.com/kamasanbali/)
Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 173
Nyoman Arisanti
Sulistyawati, Made. 2008. “Nilai Budaya Pis Bolong DAFTAR INFORMAN
Cina di Bali.” Dalam Integrasi Budaya Nama : I Dewa Nyoman Putra
Tionghoa ke Dalam Budaya Bali: Sebuah Harthawan, M.Si
Bunga Rampai, disunting oleh Sulistyawati, Usia : 45 Tahun
144-160. Denpasar: Universitas Udayana. Pekerjaan : Dosen sekaligus kolektor uang
Takwin, Bagus. 2009. “Proyek Intelektual Pierre kepeng
Bourdieu: Melacak Asal Usul Masyarakat, Pendidikan : S2
Melampaui Oposisi Biner Dalam Ilmu Alamat : Kabupaten Gianyar
Sosial.” Dalam (Habitus x Modal) + Ranah
= Praktik: Pengantar Paling Komprehensif Nama : Ida Bagus Surya Suputra
Kepada Pemikiran Pierre Bourdieu, disunting Usia : 25 Tahun
oleh Richard Harker, Cheelen Mahar, dan Pekerjaan : Guru
Chris Wilkes, xv-xxv. Diterjemahkan oleh Pendidikan : S2
Pipit Maizier. Yogyakarta: Jalasutra. Alamat : Kabupaten Badung