Anda di halaman 1dari 16

UANG KEPENG DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT HINDU BALI

DI ERA GLOBALISASI
Kepeng in Bali Hindu Society Perspective in Globalization Era

Nyoman Arisanti
Alumnus Program Studi Kajian Budaya Pasca Sarjana Universitas Udayana
Lingkungan Bhineka Asri Blok e3/31, Kerobokan Kaja, Kuta Utara
Email: arisanti.nym@gmail.com

Naskah diterima: 13-02-2017; direvisi: 21-03-2017; disetujui: 07-04-2017

Abstract
The use of kepeng (chinese coin) in Bali is the result of the mixture of cultures among Chinese ethnic
with Balinese ethnic which still survive to this day. This research aims to know the perspectives of
Hindu society in Bali regarding the existence of kepeng and to know the preservation of kepeng
in the middle of globalization era. This research uses qualitative method. Data were collected
through observation, interview, and documents tracking. Data analysis uses qualitative analysis
through data reduction, presentation, and conclusion. The result of this research shows that the
Hindu society in Bali has various perspectives regarding the existence of kepeng. Kepeng has
religious meaning because it closely associated with religious ideology. It also has economic and
mythical meaning for the society. High need of kepeng causes reproduction and innovation to
maintain its sustainability.
Keywords: kepeng, globalization, perspective, preservation.

Abstrak
Penggunaan uang kepeng di Bali merupakan hasil percampuran budaya antara etnis Tionghoa
dengan etnis Bali yang masih bertahan hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perspektif masyarakat Hindu di Bali terhadap keberadaan uang kepeng dan untuk mengetahui
pelestarian uang kepeng di tengah era globalisasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan penelusuran
dokumen. Analisis data menggunakan analisis kualitatif melalui tahap reduksi data, penyajian
data, dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Hindu
di Bali memiliki berbagai perspektif mengenai keberadaan uang kepeng. Uang kepeng memiliki
makna religius karena berkaitan erat dengan ideologi agama. Uang kepeng juga memiliki makna
ekonomi dan mistis bagi masyarakat. Tingginya kebutuhan terhadap uang kepeng menimbulkan
upaya reproduksi dan inovasi untuk menjaga kelestarian uang kepeng.
Kata kunci: uang kepeng, globalisasi, perspektif, pelestarian.

PENDAHULUAN budaya turut berkembang sejalan dengan


Globalisasi telah menciptakan ruang globalisasi. Appadurai (dalam Lull 1998, 181)
interaksi sosial budaya tanpa mengenal menyebutkan bahwa terdapat lima dimensi
batas. Featherstone (dalam Lull 1998, dari kebudayaan global yaitu ethnoscapes,
178) mengungkapkan bahwa istilah technoscapes, financescapes, mediascapes,
globalisasi sesungguhnya diciptakan untuk dan ideoscapes. Ethnoscapes menunjuk arus
menggambarkan ruang lingkup perkembangan- orang-orang yang bergerak dari satu bagian
perkembangan yang sedang terjadi dalam dunia ke bagian yang lain. Technoscapes
komunikasi dan kebudayaan. Berbagai unsur menggambarkan pemindahan teknologi industri

Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 159
Nyoman Arisanti
melintasi batas-batas nasional. Financescapes dilihat dari pengetahuan tentang perdagangan
mengacu pada pola transfer uang global, dan tetap (pasar) dengan mata uang kepeng dan
mediascapes mengacu pada perangkat keras pengetahuan metalurgi. Keempat, pengaruh
media massa yang mekanis dan elektronik. terhadap bahasa yang dilihat dari penggunaan
Dimensi terakhir yaitu ideoscapes mengacu bahasa Tionghoa pada nama desa, tanaman,
pada citra, yang secara spesifik mengacu pada nama orang, dan nama kerajaan. Pengaruh
aspek-aspek politik yakni kontur kebudayaan yang kelima dilihat dari kesenian. Keenam,
yang terang-terangan bersifat ideologis. pengaruh terhadap sistem mata pencaharian
Mengacu pada teori Appadurai, hidup. Pengaruh ini sangat jelas terlihat dari
perkembangan pariwisata dapat disebut sebagai berkembangnya perdagangan lokal, antarpulau,
salah satu dampak globalisasi. Bali merupakan dan internasional. Pengaruh yang terakhir
salah satu daerah tujuan pariwisata dunia dengan adalah terhadap sistem teknologi dan peralatan.
mayoritas penduduknya beragama Hindu. Bali Hal ini dapat dilihat dari ornamen tradisional
dikenal sebagai daerah tujuan wisata, tidak Bali, bentuk dan pola orientasi bangunan yang
hanya karena pemandangan alam, melainkan bernuansa Tionghoa. Selain itu, masyarakat
juga karena keunikan budayanya. Sebagaimana Bali sudah mulai menggunakan porselen dan
yang disampaikan oleh Lull (1998, 180) teknik penguasaan cor logam.
bahwa kebudayaan bergerak secara dialektis Pengaruh kebudayaan Tionghoa terhadap
antara kekuatan untuk pelestarian dan untuk kebudayaan Bali hingga saat ini masih terasa,
perubahan, antara tradisi dan inovasi. Demikian khususnya dalam pengaruh sistem religi dan
halnya yang terjadi dalam masyarakat Hindu di upacara keagamaan. Hal ini dapat dilihat
Bali yang memegang teguh tradisi yang sudah dari penggunaan uang kepeng sebagai sarana
berjalan secara turun temurun, namun tidak upakara yang masih bertahan hingga saat ini.
bisa menghindari perkembangan dari tradisi Masyarakat Hindu di Bali menggunakan uang
yang ada seiring dengan perkembangan zaman. kepeng dalam berbagai ritual agama. Eksistensi
Salah satu tradisi masyarakat Bali yang masih uang kepeng dalam kehidupan masyarakat
digunakan secara turun temurun hingga saat Hindu di Bali memiliki sejarah panjang yang
ini adalah penggunaan uang kepeng khususnya tidak terlepas dari integrasi budaya Tionghoa di
dalam ritual keagamaan. Bali.
Penggunaan uang kepeng di Bali Mata uang kepeng adalah alat pembayaran
merupakan salah satu bentuk percampuran sah dari negeri Cina. Uang kepeng dibawa
budaya Tionghoa dengan budaya lokal Bali. oleh pedagang Cina ke Indonesia sekitar abad
Sulistyawati (2008, 146-147) menyatakan ke-6 Masehi. Adanya uang kepeng di Bali
bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan yang diperkirakan sebagai akibat adanya hubungan
dapat dilihat dari percampuran kebudayaan dagang antara Indonesia dengan Cina.
Bali dengan Tionghoa. Pertama, pengaruh Perdagangan ini dimulai dari daerah pelabuhan
terhadap sistem religi dan upacara keagamaan. di Bali Utara, seperti Desa Julah dan Manasa
Pengaruh budaya Tionghoa terhadap sistem yang keduanya di Kabupaten Buleleng Timur,
religi dan upacara keagamaan di Bali dilihat serta di Bali Selatan, seperti Banjar Belanjong,
dari pemujaan terhadap Ratu Gede Subandar Desa Sanur, Denpasar. Melalui daerah
dan Ratu Ayu Subandar. Kedua, pengaruh pelabuhan, perdagangan diperluas sampai
terhadap sistem dan organisasi kemasyarakatan memasuki desa-desa di Bali, seperti Renon
yang dilihat dari sistem organisasi dan profesi di Denpasar. Sementara itu, perdagangan di
yang membedakan antara pedagang besar Bali Utara masuk ke pedalaman, yaitu Desa
antarpulau, penyalur, dan pengecer. Ketiga, Sukawana di Kintamani. Pada masa Bali
pengaruh terhadap sistem pengetahuan yang kuno abad ke-8 sampai abad ke-14 Masehi,

160 Forum Arkeologi Volume 29, Nomor 3, November 2016 (159-174)


uang kepeng di Bali berfungsi sebagai alat direproduksi dalam kehidupan masyarakat Bali.
tukar. Sebelum datangnya uang kepeng ke Hal ini dapat dilihat dari pesatnya pertumbuhan
Bali, masyarakat Bali prasejarah melakukan industri uang kepeng di Bali. Berdasarkan uraian
transaksi perdagangan melalui sistem barter di atas, permasalahan yang dirumuskan dalam
yaitu sistem perdagangan dengan cara bertukar penelitian ini adalah bagaimana perspektif
barang dengan barang (Ardana 2008, 20-22). masyarakat Hindu di Bali terhadap keberadaan
Sekitar tahun 1950, uang kepeng mulai uang kepeng dan bagaimana bentuk pelestarian
berangsur-angsur kehilangan fungsinya sebagai uang kepeng di tengah era globalisasi.
uang kartal. Berdasarkan Undang-Undang Penelitian ini secara umum bertujuan
Darurat No. 20 tahun 1950, ditetapkan bahwa untuk memberikan pemahaman secara lebih
uang RIS (Republik Indonesia Serikat) dan ORI mendalam mengenai uang kepeng dalam
(Oeang Repoeblik Indonesia) adalah uang kartal kehidupan sosial budaya masyarakat Bali dan
resmi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk untuk mengungkap fenomena eksistensi uang
Bali. Pemberlakuan undang-undang tersebut kepeng di tengah era globalisasi. Secara khusus,
secara resmi menyebabkan uang kepeng bukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
lagi sebagai alat pembayaran yang sah, dan perspektif masyarakat Hindu di Bali terhadap
harus ditarik dari peredaran (Sidemen 2002, keberadaan uang kepeng di tengah era
12). Penarikan uang kepeng dari peredaran globalisasi dan untuk mengetahui upaya-upaya
sebagai alat pembayaran yang sah tidak serta yang dilakukan masyarakat Bali untuk menjaga
merta menyebabkan uang kepeng hilang dari kelestarian uang kepeng di tengah era globalisasi.
peredaran dalam kehidupan sosial masyarakat Penelitian secara teoritis diharapkan dapat
Bali. memberikan kontribusi dalam pengembangan
Setelah berlakunya rupiah sebagai mata kajian mengenai uang kepeng, khususnya
uang sah di Indonesia, uang kepeng masih tetap ditinjau dari kajian budaya. Penelitian ini juga
digunakan di Bali. Meskipun kehilangan fungsi diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
ekonominya, uang kepeng tetap digunakan referensi dalam kajian mengenai uang kepeng.
dalam kehidupan masyarakat Bali karena Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat
fungsi religiusnya masih melekat. Masyarakat memberikan manfaat bagi stakeholders untuk
Hindu di Bali masih menggunakan uang kepeng pengembangan uang kepeng guna menjaga
sebagai sarana upakara, meskipun uang logam kelestarian dan eksistensi uang kepeng sebagai
rupiah merupakan uang kartal sah yang banyak salah satu benda budaya yang memiliki peranan
beredar. Uang kepeng bagaikan anomali dalam penting dalam kehidupan sosial budaya
kehidupan sosial masyarakat Bali. masyarakat Bali.
Keberadaan uang kepeng di tengah Untuk mengkaji permasalahan yang
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan diangkat dalam penelitian ini, teori yang
dan teknologi merupakan hal yang menarik digunakan adalah teori dekonstruksi. Teori
untuk diteliti. Uang kepeng pada masa Hindia- dekonstruksi dalam penelitian ini digunakan
Belanda dianggap primitif sehingga posisinya untuk membedah perspektif masyarakat
sebagai uang kartal digantikan dengan uang mengenai uang kepeng. Menurut Lubis (2014,
Hindia-Belanda dan uang lainnya yang berlaku 34-35), istilah dekonstruksi dikenalkan oleh
pada masa itu. Pesatnya globalisasi yang identik Jacques Derrida pada tahun 1966 dalam
dengan modernisasi, tidak menyebabkan sebuah seminar di Universitas John Hopkins,
uang kepeng ditinggalkan dalam kehidupan Amerika Serikat. Istilah dekonstruksi dalam
masyarakat Hindu di Bali. Uang kepeng tidak bahasa Prancis disebut deconstruire yang
hanya bertahan dalam gempuran modernitas, berarti membongkar untuk dipasang kembali.
tetapi justru semakin berkembang dan Dekonstruksi berarti positif karena membongkar

Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 161
Nyoman Arisanti
dan menjungkirbalikkan makna teks, sekaligus ruang dan waktu tertentu. Demikian halnya
membangun kembali teks atau wacana baru dengan penggunaan uang kepeng dalam ritual
dengan makna baru yang berbeda dengan agama Hindu di Bali, hal tersebut merupakan
teks yang didekonstruksi. Dekonstruksi juga suatu kebiasaan yang sifatnya turun-temurun
merupakan upaya mengkritisi secara radikal (habitus).
dan membongkar berbagai asumsi-asumsi dasar Merujuk pada pandangan Bourdieu,
yang menopang pemikiran dan keyakinan yang modal dapat digolongkan ke dalam empat jenis.
umum berlaku, misalnya keyakinan tentang Pertama, modal ekonomi yang meliputi alat-
ilmu pengetahuan, budaya, hubungan sesama, alat produksi, materi (pendapatan dan benda-
ideologi, dan lain-lain, yang sesungguhnya benda), dan uang yang mudah digunakan dan
tidak benar. Lajar (2005, 169-174) menyatakan dapat diwariskan. Kedua, modal budaya yaitu
bahwa bagi Derrida, sebuah kata tidak keseluruhan kualifikasi intelektual yang bisa
mempunyai arti tetap. Kata (sebagai signifier) diproduksi melalui pendidikan formal atau
dibedakan atas konsep, ide, perspepsi, atau warisan keluarga. Ketiga, modal sosial yang
emosi yang ditunjukkan oleh kata itu. Dalam mengacu pada jaringan sosial yang dimiliki,
realitas yang ada, terdapat berbagai makna yang baik individu maupun kelompok, dalam
dihasilkan oleh pembacaan dan hermeneutik hubungannya dengan pihak lain yang memiliki
yang berbeda. Berdasarkan pandangan Derrida kuasa. Keempat, modal simbolik yang
dalam konsep dekonstruksinya, diharapkan merujuk pada segala prestise, status, otoritas,
dapat membedah makna uang kepeng sebagai dan legitimasi (Fahsri 2007, 98-100). Modal
wujud perspektif masyarakat Bali secara lebih yang dimiliki menentukan status dalam suatu
mendalam. jenjang hierarki. Modal yang dimiliki akan
Upaya pelestarian uang kepeng oleh mendukung upaya dalam penguasaan sumber-
masyarakat Bali dikaji dengan menggunakan sumber ekonomi. Demikian halnya dalam
teori praktik Pierre Bourdieu. Bourdieu (dalam upaya penguasaan sumber-sumber ekonomi
Mahar et al. 2009, 20-21) mengenalkan rumus dalam produksi uang kepeng. Menurut Fahsri
generatif yang menerangkan praktik sosial (2007, 94-95), ranah adalah arena pertarungan
dengan persamaan (habitus x modal) + ranah = di mana mereka yang menempatinya dapat
praktik. Menurut pandangan Bourdieu, praktik mempertahankan atau mengubah konfigurasi
merupakan sebagai suatu produk relasi antara atas kekuasaan yang ada. Habitus mendasari
habitus sebagai produk sejarah dan ranah yang terbentuknya ranah, tetapi di sisi lain, ranah
yang juga merupakan produk sejarah. Habitus menjadi lokus bagi kinerja habitus. Kehidupan
dan ranah juga merupakan produk dari medan sosial masyarakat Hindu di Bali merupakan
daya-daya yang ada di masyarakat. Dalam ranah di mana praktik penggunaan uang kepeng
ranah, terjadi pertaruhan kekuatan-kekuatan dalam ritual agama terjadi. Modal simbolik dan
serta orang yang memiliki banyak modal dan modal budaya berperan dalam upaya pelestarian
orang yang tidak memiliki modal. uang kepeng dalam kehidupan masyarakat
George Ritzer (dalam Fashri 2007, 87- di Bali. Teori-teori dalam penelitian ini akan
88) menyatakan “habitus are the mental or digunakan secara eklektik dengan teori lainnya
cognitive structures through which people deal untuk menjawab rumusan masalah yang ada.
with the social world”. Menurut Takwin (2009,
xviii-xix), habitus merupakan ketidaksadaran METODE
kultural, yakni pengaruh sejarah yang secara Penelitian ini mengambil tiga lokasi yaitu
tidak sadar dianggap alamiah. Habitus adalah Kabupaten Klungkung, Kabupaten Badung,
produk sejarah yang terbentuk setelah manusia dan Kota Denpasar. Penelitian ini melibatkan
lahir dan berinteraksi dengan masyarakat dalam produsen uang kepeng, yaitu UD Kamasan dan

162 Forum Arkeologi Volume 29, Nomor 3, November 2016 (159-174)


UD Mulya sebagai distributor uang kepeng bahwa menurut model Miles dan Huberman,
yang berasal dari para pedagang di Pasar teknik analisis data kualitatif dibagi atas
Badung dan konsumen uang kepeng. UD beberapa tahap, yaitu reduksi data, display atau
Kamasan merupakan produsen uang kepeng penyajian data, serta pengambilan kesimpulan
panca datu beraksara Bali yang berlokasi di dan diversifikasi.
Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung. UD
Mulya merupakan produsen uang kepeng HASIL DAN PEMBAHASAN
panca datu berhuruf Cina yang terletak di Desa Percampuran budaya Tionghoa dengan
Mengwitani, Kabupaten Badung. Pasar Badung kebudayaan masyarakat Hindu di Bali telah
merupakan salah satu pasar terbesar di Bali melahirkan pemanfaatan uang kepeng dalam
yang menjadi tempat berkumpulnya berbagai ritual agama Hindu yang masih berjalan hingga
pedagang dari seluruh Bali. Pasar Badung saat ini. Menurut Sidemen (2002, 1), uang
terletak di pusat Kota Denpasar. Pembagian kepeng di Bali dikenal dengan istilah pis bolong
wilayah penelitian ke dalam tiga kabupaten/ atau jinah bolong. Pis dalam bahasa Bali artinya
kota dan pengklasifikasian berdasarkan ‘uang’, sedangkan bolong artinya ‘lubang’. Pis
kategori produsen, distributor, dan konsumen bolong artinya uang yang berlubang. Bentuk
bertujuan untuk memperkuat sumber data uang yang menjadi objek penelitian ini adalah
dan memberikan informasi yang memadai semua yang berbentuk bulat dengan lubang di
mengenai perspektif uang kepeng. Pemilihan tengahnya yang berbentuk bujur sangkar atau
produsen uang kepeng dan pasar sebagai lokasi segi enam sama sisi.
penelitian bertujuan untuk mempermudah Uang kepeng awalnya dikenal di Bali
peneliti dalam mengklasifikasikan informan dan sebagai alat pembayaran. Sidemen (2002,
diharapkan dapat memberikan informasi yang 6-7) menyatakan bahwa cukup sulit untuk
relevan sesuai dengan fenomena yang diteliti. menemukan sumber yang dapat memberikan
Penelitian ini merupakan pengembangan dari jawaban pasti mengenai awal mula penggunaan
tesis Nyoman Arisanti (2015) yang berjudul uang kepeng sebagai alat pembayaran yang sah
Uang Kepeng dalam Kehidupan Masyarakat di Bali. Pada masa kesatuan Nusantara di bawah
Bali Kontemporer. Kerajaan Majapahit, picis sebagai mata uang
Sumber data dalam penelitian ini dibagi logam Kerajaan Majapahit dan uang logam Cina
atas sumber data primer yaitu produsen, sudah beredar sebagai alat pembayaran yang sah.
distributor, dan konsumen uang kepeng. Bali yang ketika itu berada di bawah kekuasan
Adapun, sumber data sekunder yang digunakan Majapahit diperkirakan juga menggunakan
dalam penelitian ini berasal dari hasil publikasi uang kepeng sebagai alat pembayaran yang sah.
dalam makalah, jurnal, dan karya ilmiah Dengan demikian masuknya mata uang logam
lainnya. Dalam penelitian ini, informan dibagi Cina ke Bali berkaitan dengan perdagangan di
atas tiga kategori, yaitu produsen, distributor, Nusantara dan kontak orang-orang Cina dengan
dan konsumen. Berkaitan dengan instrumen penduduk Nusantara, khususnya Bali.
penelitian, peneliti merupakan instrumen dari Sidemen (2002, 8-10) juga menyatakan
penelitian ini. Peneliti didukung oleh instrumen bahwa uang kepeng pernah memiliki fungsi
teknis berupa pedoman observasi, pedoman ganda, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi budaya
wawancara, dan sebagainya. Pengumpulan data serta nilai magis religius dalam kehidupan
dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi masyarakat di Bali. Fungsi ekonomi uang
atau pengamatan langsung, wawancara, dan kepeng terlihat jelas ketika uang kepeng
studi dokumen. Teknik analisis data yang berfungsi sebagai alat pembayaran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sah. Pada saat yang sama, fungsi budaya
kualitatif. Iskandar (2009, 139) menyatakan yang bersifat magis dan religius terlihat dari

Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 163
Nyoman Arisanti
penggunaan uang kepeng sebagai sarana Uang kepeng dianggap sebagai salah
upakara agama Hindu. Selain itu, beberapa jenis satu benda yang tidak kena cuntaka, yang
uang kepeng tertentu dijadikan sebagai simbol dalam agama Hindu berarti suatu keadaan
pemujaan (pratima) atau dianggap memiliki yang tidak suci. Hal ini menyebabkan uang
kekuatan magis (jimat) yang mencerminkan kepeng dianggap suci dan selalu digunakan
nilai budaya. Sejalan dengan perkembangan dalam berbagai ritual agama. Uang kepeng juga
zaman, eksistensi uang kepeng menimbulkan dikatakan pinaka suteja yang artinya bagaikan
berbagai perspektif dalam masyarakat Hindu sinar atau cahaya. Kesucian uang kepeng yang
di Bali. Tingginya penggunaan uang kepeng di bagaikan sinar atau cahaya merupakan salah
Bali juga menimbulkan berbagai upaya untuk satu alasan pemanfaatan uang kepeng yang
tetap melestarikan uang kepeng. masih belum tergantikan dalam masyarakat
Bali. Penggunaan uang kepeng sebagai sarana
Perspektif Masyarakat Hindu di Bali upakara mewakili konsep jinah dan artha yang
Terhadap Uang Kepeng tertera dalam lontar upacara keagamaan atau
Perkembangan uang kepeng dalam lontar yadnya. Salah satu lontar yadnya, seperti
kehidupan masyarakat Bali menimbulkan Lontar Mpu Kuturan 1a-2b menyebutkan:
beragam perspektif. Menurut Derrida (dalam “...yan meru matumpang 11, ring
Lajar 2005, 174), keberagaman merupakan dasarnia madaging panda prabot
cara pandang yang tidak lepas dari jaring situasi manusa mawadah kawali waja, ... malih
atau sejarah lokalitas yang akan menghasilkan peripi mas, selaka, tembaga, jaum 4,
makna-makna berbeda terhadap teks yang mas, selaka, tembaga, wesi, muah pudi
sama. Demikian halnya dengan eksistensi uang mirah,… ring dasar artha, utama, 8000,
kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali di madya, 4000, nista 1700...”.
tengah era globalisasi, yang memiliki berbagai Terjemahan dari kutipan tersebut adalah: ‘...
makna dalam pandangan masyarakat Hindu di bila meru tingkat 11, pada dasarnya berisikan
Bali. alat perlengkapan manusia, ditempatkan dalam
kawali baja, ... kemudian pripih emas, perak,
Makna Religius Uang Kepeng tembaga, jarum 4 batang, emas, perak, tembaga,
Uang kepeng dan ritual masyarakat besi, serta permata mirah, ... pada dasarnya
Hindu di Bali merupakan hal yang tidak bisa kalau utama uangnya 8000, madya uangnya
dipisahkan. Meskipun pertama kali dikenal 4000, nista uangnya 1700, ...’ (Harthawan 2011,
sebagai alat pembayaran, pemanfaatan uang 103).
kepeng masih bertahan hingga saat ini. Kuatnya Menurut Harthawan (2011, 103),
tradisi di Bali, khususnya dalam proses ritual penggunaan uang kepeng dalam lontar
agama, merupakan salah satu alasan masih upakara tidak secara jelas disebutkan
bertahannya uang kepeng di Bali. Suatu tradisi dengan menggunakan istilah uang kepeng
seringkali tidak dapat bertahan dalam jangka atau satuannya dalam keteng, tetapi hanya
waktu yang lama, terutama ketika terjadi menggunakan istilah artha atau jinah. Istilah
perubahan sosial budaya dalam masyarakat. jinah, pis, dan artha selalu dianalogikan dengan
Perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat uang kepeng. Penggunaan uang kepeng dalam
Bali tidak mengubah tradisi pemanfaatan kegiatan upacara masyarakat Bali merupakan
uang kepeng sebagai sarana upakara. Hal ini suatu bentuk pelaksanaan tata cara upakara
disebabkan oleh ideologi agama dalam uang yang tertuang dalam lontar-lontar keagamaan.
kepeng yang menyebabkan uang kepeng sulit Meskipun alat pembayaran lainnya juga beredar
untuk digantikan. dalam masyarakat, seperti emas, perak, bahkan

164 Forum Arkeologi Volume 29, Nomor 3, November 2016 (159-174)


uang Hindia-Belanda, interpretasi atas istilah memiliki pemahaman luas, bergantung kepada
jinah dan artha dalam lontar keagamaan selalu pemahaman mengenai ajaran agama Hindu dari
dihubungkan dengan uang kepeng, bukan jenis pengguna uang kepeng. Uang kepeng panca
uang lainnya. datu menjadi uang kepeng yang berbeda dari
Uang kepeng juga memiliki konsep windu uang kepeng lainnya yang beredar di pasaran.
sebagai ideologi yang mendasarinya dalam Hal ini dikarenakan nilai religius uang kepeng
pemanfaatan ritual agama. Seperti penggunaan panca datu dianggap lebih kental dan lebih
uang kepeng dalam kwangen, uang kepeng tinggi dibandingkan dengan uang lainnya
dalam kwangen melambangkan konsep windu. dalam masyarakat. Ideologi agama mengenai
Konsep windu melambangkan kekosongan, konsep panca datu diterima oleh masyarakat
yang berasal dari bagian lubang di tengah uang Bali dan turut berperan memberikan “posisi
kepeng. Windu adalah lambang dari salah satu penting” uang kepeng dalam kegiatan upacara
sifat Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Hindu di Bali.
Selain konsep windu, uang kepeng dalam Ideologi adalah seperangkat kebiasaan
masyarakat Bali juga dianggap merupakan atau ritual (Cavallaro 2004, 136 ). Agama dan
keterwakilan panca datu. Konsep uang kegiatan ritual melekat satu sama lain. Uang
kepeng panca datu sendiri merupakan suatu kepeng sebagai sarana ritual agama merupakan
konsep uang kepeng yang baru berkembang satu kesatuan. Bagi agen yang melakukan
dalam masyarakat Bali. Konsep uang kepeng reproduksi uang kepeng panca datu, konsep
panca datu ini kemudian menjadi pembeda panca datu merupakan alasan utama reproduksi
dengan uang kepeng lain yang beredar dalam uang kepeng. Hal ini karena tujuan utama
masyarakat. reproduksi uang kepeng merupakan upaya
Panca datu dalam upacara agama untuk pemenuhan kebutuhan uang kepeng
merupakan keterwakilan dari beberapa unsur, dalam ritual agama Hindu di Bali. Sementara
yaitu tembaga diwakilkan dengan tembaga, bagi masyarakat yang menggunakan uang
emas dengan emas, besi dengan besi, dan kepeng, uang kepeng sangat diperlukan karena
sebagainya. Uang kepeng dan panca datu ideologi agama yang terkandung di dalamnya.
memiliki konsep yang luas jika dilihat secara Berkembangnya konsep uang kepeng
mendalam dari sudut pandang ajaran agama panca datu juga tidak terlepas dari hegemoni
Hindu. Perkembangan uang kepeng panca datu pemerintah yang membentuk konsep uang
yang diproduksi oleh agen dalam masyarakat kepeng panca datu. Melalui jaringan
Bali telah memunculkan stigma uang kepeng kekuasaannya, pemerintah mengupayakan
panca datu dalam masyarakat, seperti yang suatu bentuk uang kepeng baru dengan
diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu menjalin kerja sama dengan produsen dan
Ida Bagus Surya Suputra sebagai berikut: pemuka agama. Dari hasil kesepakatan tersebut
“... enggak ada unsur panca datu selain diciptakan uang kepeng panca datu dengan
uang kepeng. Karena uang kepeng menggunakan aksara Bali sebagai identitas
memiliki filosofi tertentu. Panca datu uang produksi lokal Bali. Untuk menjaga agar
itu adalah campuran lima unsur...” uang kepeng panca datu ini dapat diterima oleh
(wawancara Ida Bagus Surya Suputra 12 masyarakat dan “sesuai” dengan kaidah agama,
Juni 2015). produsen uang kepeng panca datu berada
Pandangan di atas menunjukkan di bawah lembaga Bali Heritage Trust yang
munculnya pemahaman dalam masyarakat Bali berada di bawah Dinas Kebudayaan Provinsi
bahwa uang kepeng tidak tergantikan dalam Bali. Berdasarkan konsep yang dibentuk, yaitu
ritual agama karena adanya unsur panca datu uang kepeng panca datu, uang kepeng inilah
dalam uang kepeng. Konsep panca datu, yang yang dianggap sesuai dengan ajaran agama

Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 165
Nyoman Arisanti
Hindu, sedangkan uang kepeng lain yang tidak Makna Ekonomi Uang Kepeng
menggunakan bahan panca datu dianggap tidak Pergeseran fungsi ekonomi uang kepeng
sesuai dengan kaidah agama. Konsep uang dari sebelumnya sebagai uang kartal hingga
kepeng panca datu merupakan kesadaran baru tidak berlaku lagi di masa awal kemerdekaan,
yang dibentuk, sehingga menimbulkan istilah tidak menghilangkan makna ekonomi yang
uang kepeng asli dan uang kepeng palsu dalam diperoleh masyarakat dari keberadaan
masyarakat. uang kepeng. Meskipun bukan sebagai alat
Berdasarkan berbagai pandangan di atas pembayaran, uang kepeng sebagai barang
mengenai posisi uang kepeng dalam kehidupan komoditas saat ini masih memberikan berbagai
ritual agama Hindu dan ideologi agama yang ada dampak sosial ekonomi dalam kehidupan
di dalamnya, uang kepeng memiliki berbagai masyarakat Bali.
makna dari berbagai sudut pandang yang Masuknya kapitalisme sebagai salah
berbeda. Hal ini menyebabkan ada berbagai satu instrumen modernitas menyebabkan uang
“unsur kepentingan” berkaitan dengan makna kepeng diproduksi kembali dengan kuantitas
uang kepeng dalam kehidupan beragama yang yang besar sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
turut berpengaruh dalam menjaga peranan uang masyarakat Hindu di Bali terhadap uang
kepeng di masyarakat. Simbol uang kepeng kepeng. Reproduksi uang kepeng dilakukan
menduduki puncak dalam kegiatan ritual agama oleh agen yang memiliki modal. Globalisasi
Hindu, apapun jenis uang kepeng tersebut, dan berperan besar dalam mendorong kapitalis
pemanfaatannya sesuai dengan “rasa” dari untuk melakukan reproduksi uang kepeng.
pengguna uang kepeng. Uang kepeng dalam Perkembangan kapitalisme yang sejalan
masyarakat Bali lebih dipandang dari segi dengan globalisasi mengakibatkan kemudahan
“simbol” sebagai suatu bentuk kehadiran dalam akses dalam menjangkau berbagai pangsa pasar
sarana upakara, dan tidak selalu dipandang dari menjadi lebih mudah.
unsur yang terkandung dalam uang kepeng itu Globalisasi menyebabkan kemudahan
sendiri. Bentuk uang kepeng dengan lubang akses dan minimnya hambatan ruang dan
di bagian tengah juga telah menyatu dengan waktu. Kapitalis dapat menjangkau berbagai
upakara yang ada di Bali, sehingga bentuk belahan dunia dalam situasi yang bersamaan.
dan simbol uang kepeng merupakan bagian Uang kepeng sebagai salah satu kebutuhan
yang tidak terpisahkan dari ritual agama Hindu utama dalam ritual agama Hindu menyebabkan
di Bali. Kegiatan ritual agama merupakan hal kapitalis berusaha memperoleh pangsa pasar
yang berkaitan dengan rasa, jadi semua ini untuk melebarkan sayap dan memperoleh
kembali berpulang ke rasa pengguna uang keuntungan besar dalam industri ini. Daya saing
kepeng dalam kegiatan upacara. Hal ini sejalan dan strategi kapitalis untuk mempertahankan
dengan pandangan Derrida (dalam Lajar 2005, posisinya berperan besar dalam pencapaian
173-174) yang menyatakan bahwa tekanan keuntungan ekonomi atau return yang diperoleh.
yang menghantam pendirian makna tunggal Kebutuhan uang kepeng yang tinggi terutama
dengan sendirinya menunjukkan sebuah dalam ritual agama Hindu di Bali menyebabkan
pendirian lain yang berlawanan dengannya. Bali menjadi sasaran kapitalis. Bali juga dikenal
Hal ini menunjukkan bahwa dalam realitas, sebagai daerah yang sangat menjaga tradisi dan
ada berbagai makna yang dapat dihasilkan oleh ritual dalam kehidupan sehari-harinya sehingga
pembacaan dan hermeneutika yang berbeda. menjadi arena pertarungan bagi kapitalis untuk
Dengan kata lain, teks atau realitas yang sama memperoleh pangsa pasar. Industri uang kepeng
dapat dibaca dengan cara yang berbeda oleh tidak hanya berkembang pesat di Bali, tetapi
pihak lain dan mempunyai makna yang lain juga di luar Bali. Tingginya kebutuhan uang
pula. kepeng menciptakan geliat perekonomian baru

166 Forum Arkeologi Volume 29, Nomor 3, November 2016 (159-174)


di tengah perkembangan industri pariwisata ini tidak hanya dirasakan oleh produsen uang
yang menjadi tulang punggung perekonomian kepeng, tetapi juga masyarakat sekitar yang
di Bali. turut berperan dalam kemajuan industri uang
Kondisi demikian tergambar dalam kepeng. Berdasarkan teori Marxis (dalam
pemberitaan Bali Post yang terbit pada tanggal Cavallaro 2004, 138), semua produk budaya
16 Maret 2015 dengan judul Pesanan Tinggi, merupakan hasil atau akibat dari praktik-praktik
Perajin Minim Tenaga Kerja. Pemberitaan sosial dan material dalam suatu lapangan sejarah
yang dilakukan oleh koran Bali Post tersebut yang merupakan sebuah proses dialektis.
menyebutkan: Proses inilah yang terjadi dalam perkembangan
“... di antara jenis uang kepeng tersebut, uang kepeng. Kapitalisme menyebabkan
uang kepeng panca datu paling banyak industri uang kepeng kian berkembang
dicari masyarakat Bali untuk kebutuhan sebagai jawaban atas tingginya kebutuhan
sarana upakara agama Hindu ... uang kepeng. Perkembangan industri ini
produksi ribuan uang kepeng, idealnya tentunya memberikan trickle down effect bagi
memerlukan 40 tenaga kerja. Sayangnya, perekonomian masyarakat di Bali.
tenaga lokal di Desa Kamasan jarang
mau menggeluti usaha ini. Kebutuhan Makna Mistis Uang Kepeng
tenaga kerja sebanyak itu, juga menyusul Uang kepeng bagi kebanyakan masyarakat
produk baru dari usaha kerajinannya Hindu di Bali dipercaya memiliki berbagai
yang mulai banjir pesanan ...” (Bali Post kekuatan mistis. Terdapat beberapa jenis uang
2015, 10). kepeng yang dipercaya memiliki kekuatan magis
Pandangan di atas menunjukkan dan berfungsi sebagai jimat, seperti pis paica
tingginya peranan industri uang kepeng dalam dan pis rerajahan. Pis rerajahan merupakan
perkembangan perekonomian. Perkembangan uang logam yang sengaja dirajah atau digambari
ekonomi kreatif juga turut mengambil andil dengan gambar-gambar tertentu yang dianggap
dalam perkembangan uang kepeng. Uang memberikan kekuatan magis. Gambar yang
kepeng berkembang sebagai komoditas biasanya digunakan terkait dengan tokoh-tokoh
perdagangan yang menunjang industri wayang, serta karakter dari epos Ramayana
pariwisata. Agen-agen memanfaatkan celah dan Mahabharata, seperti Arjuna, Rama,
perkembangan pariwisata dan industri ekonomi Hanuman, Sri Kresna dan lain-lain. Contoh dari
kreatif yang kini sedang marak didengungkan uang kepeng tersebut adalah pis rejuna yang
oleh pemerintah. Manfaat ekonomi diterima bergambar Arjuna, yaitu tokoh pewayangan
oleh agen dengan mengembangkan industri epos Mahabharata yang berwajah tampan dan
kreatif. Berbagai bentuk kreativitas memikat banyak wanita. Pemilik pis rejuna
dikembangkan guna menunjang permintaan dipercaya akan mampu memikat wanita pujaan
konsumen dan memperluas pangsa pasar. hatinya. Pis paica merupakan uang logam yang
Patung, hiasan, dan ornamen lain yang terbuat diperoleh setelah melakukan semadi di tempat
dari uang kepeng, turut memberikan kontribusi yang dianggap suci dan keramat. Pis paica sulit
bagi perkembangan industri uang kepeng. digambarkan bentuknya karena memiliki ikatan
Permintaan terhadap uang kepeng yang khusus dengan pemiliknya dan selalu berkaitan
meningkat, baik dalam bentuk kepingan, dengan makhluk gaib, sedangkan pis rerajahan
patung, maupun bentuk ekonomi kreatif lainnya, adalah uang logam yang dikhususkan untuk
menyebabkan sektor lain dan masyarakat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam
tergerak untuk turut mengembangkan uang manifestasinya yang dipuja di Pura Dadia dan
kepeng sebagai salah satu mata pencaharian merajan. Pis pratima sulit untuk digambarkan
yang memberikan manfaat ekonomi. Manfaat karena dikeramatkan oleh pemiliknya.

Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 167
Nyoman Arisanti
Contoh uang kepeng yang dikeramatkan Bali yang menganut kepercayaan animisme
oleh pemiliknya adalah uang kepeng koleksi dan dinamisme turut mempengaruhi adanya
I Dewa Nyoman Harthawan. Menurut I kepercayaan terhadap kekuatan lain di alam
Dewa Nyoman Harthawan, beberapa uang sekitarnya. Kepercayaan masyarakat terhadap
kepeng koleksinya tidak dapat diperlihatkan nilai magis uang kepeng yang masih bertahan
sembarangan pada saat hari-hari pemujaan di tengah era globalisasi merupakan sebuah
tertentu, seperti saat hari Kajeng Kliwon, konvensi sebagai perkembangan dari budaya
Purnama (bulan baru), dan Tilem (bulan mati). yang berkaitan dengan ritual agama di
Hal tersebut terlihat dari wawancara sebagai masyarakat.
berikut.
“...museumnya kecil di dalam (museum Upaya Pelestarian Uang Kepeng Di Era
koleksi uang kepeng). Tetapi sekarang Globalisasi
mebanten, kan kajeng kliwon enggak Perkembangan arus globalisasi tidak serta
bisa diambil ... kalau mau lihat uang merta menyebabkan masyarakat Hindu di Bali
arjuna ada, cuma mebanten sekarang, meninggalkan pemanfaatan uang kepeng dalam
enggak boleh. Kalau ngomongin uang kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakat Hindu
kepeng pasti tidak terlepas dari hal-hal di Bali, uang kepeng masih sangat dibutuhkan,
yang berbau sakral. Uang kepeng identik khususnya dalam ritual keagamaan. Upaya
dengan hal-hal yang berbau sakral, untuk mempertahankan uang kepeng pun
contoh upacara atau apa saja. Jadi dilakukan oleh berbagai pihak, antara lain
orang enggak, enggak apa ya, enggak pemerintah dan para pelaku sektor usaha.
akan menyangkal kalau uang kepeng itu Berbagai pihak tersebut turut membantu upaya
dibilang punya kelebihan. Di mana uang mempertahankan peredaran uang kepeng di
kepeng itu kan sering digunakan sarana Bali di tengah derasnya pergerakan budaya
upakara, otomatis benda-benda yang dalam era globalisasi.
sering digunakan upacara adalah benda- Globalisasi tidak lepas dari peranan
benda yang keramat ...” (wawancara I kaum kapitalis yang menyebabkan pergerakan
Dewa Nyoman Harthawan 26 Mei 2015). perekonomian antarnegara. Tingginya
Uang kepeng dipercaya akan memiliki permintaan terhadap uang kepeng menjadi
kekuatan magis jika uang kepeng tersebut celah bagi kaum kapitalis untuk memperoleh
“dihidupkan” dengan ritual tertentu. Selain itu, keuntungan. Inilah ranah baru bagi kapitalis
uang kepeng yang merupakan salah satu benda untuk menguasai pasar. Bourdieu (dalam Lubis
suci yang bebas dari cuntaka dan digunakan 2014, 108-109) menyatakan bahwa konsep
untuk upakara, tentunya dipercaya memiliki medan (field) adalah arena perjuangan di mana
kelebihan jika dibandingkan dengan benda anggotanya bersaing untuk mendapatkan
lainnya. berbagai sumber daya material dan kekuatan
Kepercayaan akan kekuatan magis (power) simbolis. Struktur pasar terbentuk
uang kepeng tertentu dipercaya masyarakat dari relasi kekuasaan antarkelompok atau
Bali hingga saat ini. Ketika kemajuan ilmu agen yang terlibat dalam perjuangan. Kaum
pengetahuan dan teknologi telah berkembang kapitalis akan memanfaatkan berbagai sumber
pesat, kepercayaan mengenai kekuatan mistis daya dan melakukan berbagai strategi untuk
uang kepeng masih bertahan. Bahkan, jika uang mempertahankan posisinya dalam menguasai
kepeng tersebut lebih tua atau uang kepeng kuno, ranah pasar di era globalisasi. Bourdieu
uang kepeng itu dipercaya memiliki kekuatan (dalam Lubis 2014, 111) menyatakan bahwa
tertentu bagi pihak-pihak yang mempercayai terdapat dua strategi yang digunakan untuk
hal tersebut. Kebudayaan masa lalu masyarakat mempertahankan posisi dalam suatu ranah.

168 Forum Arkeologi Volume 29, Nomor 3, November 2016 (159-174)


Pertama, strategi reproduksi, yaitu sekumpulan jenis bahan dan bentuk tulisan dalam uang
praktik yang didesain untuk mempertahankan, kepeng merupakan upaya pemertahanan yang
memperbaiki, atau meningkatkan posisi. dilakukan agar perkembangan uang kepeng
Strategi ini sangat terpengaruh oleh jumlah tetap terjaga, sejalan dengan perkembangan
modal dan instrumen yang ada. Kedua, strategi era globalisasi. Hallack (dalam Martono
penukaran (reconversion), yaitu strategi yang 2014, 189) menyatakan bahwa globalisasi
berkaitan dengan pergerakan-pergerakan menghasilkan dua fenomena yang kontradiktif
dalam ruang sosial yang juga berkaitan yaitu standardisasi dan diversifikasi. Hal inilah
dengan struktur modal dan tipe modal yang yang terjadi dalam upaya reproduksi uang
dominan atau terdominasi. Hal ini tentunya kepeng. Uang kepeng memiliki standar bentuk
tidak hanya menguntungkan kaum kapitalis yang tidak berubah, tetapi diversifikasi tetap
dari segi ekonomi, tetapi juga menguntungkan dilakukan agar akses ke berbagai kalangan
masyarakat Hindu di Bali yang kesehariannya masyarakat dapat diterima.
menggunakan uang kepeng dalam berbagai Uang kepeng yang kini banyak dikenal
ritual agama. Upaya pelestarian uang kepeng dalam masyarakat Hindu di Bali adalah uang
di Bali dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kepeng panca datu. Uang kepeng panca datu
reproduksi uang kepeng dan inovasi uang merupakan uang kepeng yang dibuat dengan
kepeng. menekankan unsur agama di dalamnya.
Ideologi agama atas uang kepeng sangat kental
Reproduksi Uang Kepeng dimasukkan ke dalam proses pembuatan uang
Uang kepeng yang kini beredar luas kepeng panca datu ini. Panca datu berarti
di pasaran merupakan uang kepeng yang lima unsur alam yang meliputi perak, tembaga,
direproduksi kembali. Uang kepeng ini emas, besi, dan kuningan yang mewakili Panca
memiliki berbagai bentuk dan tipe. Ada yang Dewata dalam ajaran agama Hindu. Panca
tetap mempertahankan bentuk kepeng dan Dewata memiliki arti lima manifestasi dari
tulisan yang tertera dalam uang kepeng, yang Sang Hyang Widhi Wasa. Unsur perak identik
biasa dikenal dengan huruf Cina. Ada pula yang dengan warna putih yang merupakan warna
melakukan pengembangan atas uang kepeng Dewa Iswara dalam ajaran agama Hindu. Unsur
dengan menggunakan aksara Bali. Bahan tembaga identik dengan warna merah yang
pembuatan uang kepeng beraneka ragam, mulai merupakan warna Dewa Brahma. Unsur emas
dari unsur panca datu sampai uang kepeng identik dengan warna kuning yang merupakan
yang berbahan seng (tabel 1). Perkembangan warna Dewa Mahadewa. Unsur besi identik
Tabel 1. Jenis uang kepeng berdasarkan bahan dasar dengan warna hitam yang merupakan warna
dan tulisan. Dewa Wisnu. Unsur kuningan yang merupakan
Tulisan percampuran beberapa unsur identik dengan
Jenis Uang Bahan Dasar Bagian beragam warna yang merupakan warna
Kepeng Uang Kepeng Permukaan
Uang Kepeng Dewa Siwa. Uang kepeng panca datu dalam
Panca Datu masyarakat Hindu di Bali saat ini lebih dikenal
Uang Kepeng (perak, tembaga, dengan istilah jinah upakara. Bentuk uang
Aksara Bali
Aksara Bali emas, besi,
kuningan) kepeng panca datu masih sama seperti uang
Panca Datu kepeng umumnya, yaitu bundar dengan lubang
Uang Kepeng Cina (perak, tembaga, Huruf Cina berbentuk segi empat di bagian dalamnya.
emas, besi,
kuningan) Uang kepeng panca datu memiliki berbagai
Uang Kepeng Aksara Bali/ bentuk tulisan di permukaannya, ada yang
Seng
Seng Huruf Cina menggunakan huruf Cina dan ada yang
(Sumber: Dokumen pribadi). menggunakan aksara Bali yang kental dengan

Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 169
Nyoman Arisanti
nuansa agama Hindu. Uang kepeng panca datu Tabel 2. Bentuk arti Aksara Bali dalam huruf latin.
yang menggunakan aksara Bali bertuliskan Huruf Latin Aksara Bali
Sa, Ba, Ta, dan A pada bagian depan (sleh),
Sa s
sedangkan bagian belakang (trep) bertuliskan
Ang dan Ah (gambar 1). Ba b
Ta t
A Á
Ang ö

Ah Á;

(Sumber: Aplikasi simbar Bali Universitas Dwijendra


Denpasar)

yang bertentangan. Demikian halnya dengan


purusa pradhana, purusa artinya ‘laki-laki’
dan pradhana artinya ‘perempuan’. Akhasa dan
pertiwi diambil dari konsep panca mahabhuta.
Panca artinya ‘lima’ dan mahabhuta artinya
‘penyusun alam semesta’, sehingga panca
mahabhuta berarti lima penyusun alam semesta,
yang meliputi akasa (ether atau ruang kosong),
Gambar 1. Tulisan bagian depan atau sleh (atas) dan pertiwi (tanah), apah (air), teja (api), dan bayu
bagian belakang atau trep (bawah) dari uang kepeng (angin). Peletakan kata Ang dan Ah pada bagian
aksara Bali. atas dan bawah merujuk pada konsep Siwaistik
(Sumber: Dokumen pribadi) di mana sesuatu dilihat dari atas ke bawah.
Munculnya uang kepeng aksara Bali atau
Jika dikaitkan dengan ajaran agama biasa dikenal dengan jinah upakara merupakan
Hindu, penggunaan huruf Sa, Ba, Ta, dan A salah satu bentuk reproduksi uang kepeng yang
berhubungan dengan konsep Panca Dewata. berasal dari kesepakatan antara pemerintah,
Aksara Sa identik dengan arah timur dengan pemuka agama, dan masyarakat umum. Melalui
Dewa Iswara sebagai penguasa arahnya. Aksara lembaga Bali Heritage Trust yang berada di
Ba identik dengan arah selatan dengan Dewa bawah Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan
Brahma sebagai penguasa arahnya. Aksara dimotori oleh Ida Pedanda Made Gunung,
Ta identik dengan arah barat dengan Dewa terjadi kesepakatan penggunaan huruf universal
Mahadewa sebagai penguasa arahnya. Aksara A dalam uang kepeng panca datu, yaitu aksara
identik dengan arah utara dengan Dewa Wisnu suci Sa, Ba, Ta, A, dan I. Kegiatan ini juga
sebagai penguasa arahnya. Posisi aksara Bali didukung oleh gubernur Bali yang menyadari
dalam jinah upakara menggunakan konsep kondisi bahwa uang kepeng asli yang berasal
purwa daksina (memutar ke kanan), dengan dari Cina, kini sudah tidak diproduksi lagi di
posisi huruf Sa di bagian depan (purwa). Bagian Cina. Oleh karena itu, upaya reproduksi uang
belakang uang kepeng (trep) yang bertuliskan kepeng perlu dilakukan karena memegang
aksara Ang dan Ah menggambarkan konsep peranan penting dalam ritual agama Hindu di
rwa bhineda, purusa pradhana, dan akhasa Bali. Adanya keterlibatan intelektual dalam
pertiwi dalam ajaran agama Hindu (tabel 2). birokrasi pemerintah dan intervensi melalui
Rwa berarti ‘dua’ dan bhineda berarti ‘berbeda’ lembaga pendidikan telah menunjukkan upaya
sehingga dapat dipahami sebagai dua konsep pemerintah melakukan hegemoni terhadap

170 Forum Arkeologi Volume 29, Nomor 3, November 2016 (159-174)


rakyatnya. Upaya ini terlihat dari pembentukan suatu inovasi untuk tetap bertahan. Upaya
suatu konsep uang baru, yaitu uang kepeng pelestarian uang kepeng dalam era globalisasi
aksara Bali atau jinah upakara. Selain itu, dilakukan oleh para penggiat usaha melalui
upaya ini dilakukan untuk mencegah sistem berbagai inovasi. Modal ekonomi dan budaya
monopoli dalam produksi uang kepeng panca merupakan salah satu hal yang penting untuk
datu, sehingga hak paten dalam produksi uang dapat bertahan dalam era globalisasi. Fashri
kepeng panca datu hanya dimiliki oleh lembaga (2007, 100) menyatakan bahwa dari semua
Bali Heritage Trust. modal yang ada dalam teori Bourdieu, modal
Uang kepeng berbahan panca datu ekonomi dan budaya memiliki daya besar
tidak hanya dicetak dalam aksara Bali, tetapi dalam menentukan jenjang hierarki masyarakat
juga dicetak dalam bentuk huruf Cina. Hal ini maju. Mereka yang menguasai keempat modal,
dilakukan agar sejarah uang kepeng yang berasal yaitu modal ekonomi, modal budaya, modal
dari Cina tetap terjaga. Reproduksi uang kepeng sosial, dan modal simbolik, akan memperoleh
berbahan panca datu yang menggunakan huruf kekuasaan besar dan menempati hierarki
Cina mengacu pada uang kepeng dari beberapa tertinggi. Arah pengembangan inovasi uang
dinasti, salah satunya adalah Dinasti Ming. kepeng perlu diarahkan pada ekonomi kreatif
Uang kepeng huruf Cina sudah digunakan guna mempertahankan posisi uang kepeng.
masyarakat Bali terlebih dahulu. Hal ini sejalan Inovasi uang kepeng dapat dibedakan ke
dengan pendapat Takwin (2009, xviii-xix) yang dalam beberapa bentuk, yaitu patung, dekorasi,
mengungkapkan bahwa habitus adalah produk tempat atau wadah perlengkapan upacara,
sejarah yang terbentuk sejak setelah manusia perhiasan, dan uang jimat. Inovasi uang kepeng
lahir dan berinteraksi dengan ruang dan waktu yang dikembangkan sebagai bahan pembuatan
tertentu. Uang kepeng merupakan produk patung berkembang sangat pesat di Bali, dan
sejarah yang menggambarkan interaksi antara menjadi salah satu ikon andalan (gambar 2).
warga Tionghoa dengan masyarakat Bali.
Adanya uang kepeng panca datu juga
merupakan suatu respons atas beredarnya uang
kepeng palsu yang umumnya berbahan seng di
masyarakat. Uang kepeng seng memiliki harga
yang relatif lebih murah dibandingkan dengan
uang berbahan panca datu. Uang kepeng seng
ada yang bertuliskan aksara Bali, ada juga yang
menggunakan huruf Cina. Tingginya permintaan
terhadap uang kepeng menyebabkan reproduksi
uang kepeng berbahan seng dilakukan secara
besar-besaran, tidak hanya oleh pengusaha dari
Bali, tetapi juga pengusaha dari luar Bali yang
Gambar 2. Dekorasi dan patung dewa-dewi berbahan
saling berebut pangsa pasar. uang kepeng.
(Sumber: Dokumen pribadi)
Inovasi Uang Kepeng
Inovasi suatu produk merupakan hal Selain sebagai sarana upakara, uang
yang mutlak diperlukan dalam era globalisasi. kepeng juga dikembangkan sebagai bahan
Tanpa adanya suatu inovasi, suatu produk utama dalam pembuatan tempat atau wadah
akan tergerus di tengah persaingan globalisasi. perlengkapan upacara. Beberapa bentuk
Demikian halnya dengan uang kepeng, uang yang dikembangkan antara lain adalah bokor,
kepeng sebagai produk budaya memerlukan plangkiran, gedong artha, daksina linggih, dan

Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 171
Nyoman Arisanti
sebagainya. Bentuk-bentuk tempat upakara menyebabkan uang kepeng jimat diproduksi
tersebut sangat dekat dengan kehidupan ritual kembali. Gambar yang digunakan dalam uang
masyarakat Hindu di Bali. Uang kepeng jimat biasanya adalah tokoh pewayangan.
juga digunakan sebagai bahan pembuatan Karakter tokoh pewayangan seringkali dikaitkan
dekorasi pada pelinggih (tempat pemujaan). dengan kemampuan magis dari uang kepeng
Lamak, chili, dan tamiang adalah beberapa tersebut. Perkembangan uang kepeng juga
contoh dekorasi pada tempat pemujaan yang merambah pada perhiasan. Gelang, anting, dan
menggunakan uang kepeng. Desain yang kalung berbahan uang kepeng sangat banyak
digunakan sangat beragam, dan semakin diproduksi dewasa ini. Jenis uang kepeng
berkembang karena minat masyarakat cukup yang digunakan sebagai perhiasan juga sangat
tinggi dalam menggunakan dekorasi berbahan bervariasi, mulai dari uang kepeng bergambar
uang kepeng. tokoh pewayangan (uang kepeng jimat) sampai
Inovasi yang dilakukan terhadap uang uang kepeng beraksara Bali yang kental dengan
kepeng tidak hanya sebatas pada benda seni, nuansa religiusnya (gambar 3).
tetapi juga pada benda dengan kekuatan
mistis. Kepercayaan masyarakat yang masih KESIMPULAN
tinggi terhadap kekuatan yang terdapat dalam Penggunaan uang kepeng di Bali
uang kepeng menyebabkan uang kepeng merupakan hasil percampuran antara budaya
berbentuk jimat juga kembali diproduksi. Tionghoa dengan budaya lokal Bali yang
Dalam kepercayaan masyarakat kuno, terdapat masih bertahan hingga saat ini. Penggunaan
beberapa jenis uang kepeng yang memiliki uang kepeng dalam kehidupan sosial budaya
kekuatan mistis tertentu. Kepercayaan tersebut di Bali menimbulkan berbagai perspektif.

Gambar 3. Anting berbahan uang kepeng Malen dan uang kepeng Sangut.
(Sumber: https://instagram.com/kamasanbali/)

172 Forum Arkeologi Volume 29, Nomor 3, November 2016 (159-174)


Bagi masyarakat Hindu di Bali, uang kepeng DAFTAR PUSTAKA
memiliki makna religius, ekonomi, dan mistis. Ardana, I Gusti Gde. 2008. “Kontribusi Budaya
Makna religius uang kepeng dilihat dari Tionghoa Pada Budaya Bali.” Dalam
berbagai sudut pandang, yaitu uang kepeng yang Integrasi Budaya Tionghoa ke Dalam Budaya
Bali: Sebuah Bunga Rampai, disunting oleh
dianggap bebas cuntaka, uang kepeng sebagai
Sulistyawati, 1-23. Denpasar: Universitas
perwujudan dari windu, uang kepeng sebagai
Udayana.
interpretasi atas konsep jinah yang tertuang Bali Post. 2015. ”Kerajinan Uang Kepeng: Pesanan
dalam lontar agama, dan uang kepeng sebagai Tinggi, Perajin Minim Tenaga Kerja.” 16
perwakilan unsur panca datu yang merupakan Maret, 10.
unsur penting dalam ajaran agama Hindu. Cavallaro, Dani. 2004. Critical and Cultural Theory:
Seluruh konsep tersebut merupakan sudut Teori Kritis dan Teori Budaya. Diterjemahkan
pandang dari masyarakat yang dipengaruhi oleh oleh Laily Rahmawati. Yogyakarta: Niagara.
berbagai faktor, termasuk hegemoni penguasa Fashri, Fauzi. 2007. Pierre Bourdieu Menyingkap
di dalamnya. Uang kepeng juga memiliki Kuasa Simbolik. Yogyakarta: Jalasutra.
makna ekonomi bagi masyarakat di Bali. Harthawan, I Dewa Nyoman Putra. 2011. Uang
Kepeng Cina Dalam Ritual Masyarakat Bali.
Produksi uang kepeng yang dilakukan oleh
Denpasar: Pustaka Larasan.
produsen dapat meningkatkan perekonomian.
Iskandar. 2009. Metode Penelitian Kualitatif:
Selain itu, perkembangan industri uang kepeng Aplikasi Untuk Penelitian Pendidikan,
telah menjadi salah satu industri kerajinan yang Hukum, Ekonomi & Manajemen, Sosial,
menyerap tenaga kerja sehingga memberikan Humaniora, Politik, Agama & Filsafat.
dampak perekonomian bagi masyarakat Jakarta: Gaung Persada Press.
secara langsung. Uang kepeng tetap dianggap Lajar, Aloysius Baha. 2005. “Jacques Derrida dan
memiliki makna mistis atau kekuatan khusus di ‘Perayaan’ Kemajemukan.” Dalam Teori-
tengah era globalisasi dengan kemajuan ilmu Teori Kebudayaan, disunting oleh Mudji
pengetahuan dan teknologinya. Masyarakat Sutrisno dan Hendra Putranto, 163-175.
Hindu di Bali masih percaya terhadap kekuatan Yogyakarta: Kanisius.
Lubis, Akhyar Yusuf. 2014. Postmodernisme:
uang kepeng yang telah diupacarai atau
Teori dan Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo
dijiwai karena dianggap memiliki kesucian
Persada.
dan kekuatan khusus. Tingginya kebutuhan Lull, James. 1998. Media, Komunikasi, Kebudayaan:
terhadap uang kepeng menimbulkan berbagai Suatu Pendekatan Global. Diterjemahkan
upaya pelestarian uang kepeng. Masyarakat oleh A. Setiawan Abadi. Jakarta: Yayasan
Bali melakukan berbagai upaya reproduksi dan Obor Indonesia.
inovasi uang kepeng untuk menjaga kelestarian Mahar, Cheleen, Richard Harker, dan Chris Wilkes.
uang kepeng. Upaya reproduksi dilakukan 2009. “Posisi Teoritis Dasar.” Dalam (Habitus
melalui pencetakan ulang uang kepeng yang x Modal) + Ranah = Praktik: Pengantar
menggunakan huruf Cina, dan pengembangan Paling Komprehensif Kepada Pemikiran
uang kepeng panca datu yang menggunakan Pierre Bourdieu, disunting oleh Richard
Harker, Cheelen Mahar, dan Chris Wilkes,
aksara Bali yang kental dengan ideologi agama
1-32. Diterjemahkan oleh Pipit Maizier.
Hindu. Tingginya kebutuhan uang kepeng juga
Yogyakarta: Jalasutra.
menciptakan uang kepeng yang berbahan baku Martono, Nanang. 2014. Sosiologi Perubahan
murah dan dikenal dengan istilah uang kepeng Sosial: Perspektif Klasik, Modern,
seng. Inovasi terhadap uang kepeng dilakukan Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: PT
dengan membuat berbagai macam patung, Raja Grafindo Persada.
dekorasi, sarana upakara, dan perhiasan yang Sidemen, Ida Bagus. 2002. Nilai Historis Uang
berbahan uang kepeng. Kepeng. Denpasar: Larasan Sejarah.

Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi 173
Nyoman Arisanti
Sulistyawati, Made. 2008. “Nilai Budaya Pis Bolong DAFTAR INFORMAN
Cina di Bali.” Dalam Integrasi Budaya Nama : I Dewa Nyoman Putra
Tionghoa ke Dalam Budaya Bali: Sebuah Harthawan, M.Si
Bunga Rampai, disunting oleh Sulistyawati, Usia : 45 Tahun
144-160. Denpasar: Universitas Udayana. Pekerjaan : Dosen sekaligus kolektor uang
Takwin, Bagus. 2009. “Proyek Intelektual Pierre kepeng
Bourdieu: Melacak Asal Usul Masyarakat, Pendidikan : S2
Melampaui Oposisi Biner Dalam Ilmu Alamat : Kabupaten Gianyar
Sosial.” Dalam (Habitus x Modal) + Ranah
= Praktik: Pengantar Paling Komprehensif Nama : Ida Bagus Surya Suputra
Kepada Pemikiran Pierre Bourdieu, disunting Usia : 25 Tahun
oleh Richard Harker, Cheelen Mahar, dan Pekerjaan : Guru
Chris Wilkes, xv-xxv. Diterjemahkan oleh Pendidikan : S2
Pipit Maizier. Yogyakarta: Jalasutra. Alamat : Kabupaten Badung

174 Forum Arkeologi Volume 29, Nomor 3, November 2016 (159-174)

Anda mungkin juga menyukai