Editor:
Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Sc., Ph.D.
Galuh Adi Insani, S.Pt., M.Sc.
Rima Amalia Eka Widya, S.S.
Slamet Widodo, S.Pt.
Diterbitkan oleh:
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada
Bekerjasama dengan Indonesian Society for Sustainable Tropical Animal Production (ISSTAP)
Alamat Penerbit:
Fakultas Peternakan UGM
Jl. Fauna No. 3 Kampus UGM Bulaksumur Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 513363, Fax. (0274) 521578
Website: www.semnaster.fapet.ugm.ac.id
KATA PENGANTAR
Dalam rangka Dies Natalis Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada ke-47, Panitia
menyelenggarakan Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun
2016 dengan tema “Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal
Mendukung Agroekologi Berkelanjutan”. Tujuan Simposium ini adalah 1) menyediakan forum
diskusi, bertukar informasi dan pandangan mengenai hasil-hasil penelitian dan pengembangan
peternakan, 2) menyediakan forum diskusi mengenai plasma nutfah dan kearifan lokal dalam
produksi peternakan yang mendukung agroekologi berkelanjutan, 3) menyediakan forum untuk
bertukar informasi, ide, dan teknologi baru dalam pembangunan peternakan dan integrasi
produksi peternakan dan sistem agroekologi.
Harapan dari kegiatan Simposium ini adalah diperoleh informasi terbaru hasil-hasil
penelitian dan pengembangan peternakan terutama implementasi dan pengembangan
peternakan berbasis plasma nutfah dan kearifan lokal. Melalui pengembangan peternakan
tersebut diharapkan sektor peternakan mampu berkontribusi dalam mendukung ketahanan
pangan nasional. Pengembangan peternakan berbasis plasma nutfah telah banyak dilakukan para
akademisi dan peneliti dan potensinya masih harus dikembangkan. Kerjasama pemerintah,
akademisi, peneliti, peternak, dan semua stake holder akan mendukung semua upaya tersebut.
Dewasa ini pendekatan sistem secara menyeluruh dalam bidang pertanian dan peternakan
berdasarkan kearifan lokal, pertanian alternatif, dan penyediaan pangan yang dikenal sebagai
agroekologi sangat penting dalam usaha meningkatkan produktivitas.
Pada kesempatan ini Panitia mengucapkan terimakasih kepada para pembicara,
pemakalah, peserta, sponsor, dan semua pihak yang telah membantu terselenggaranya
Simposium ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang sebaik-baiknya.
iii
PENGANTAR EDITOR
Editor
iv
SAMBUTAN DEKAN
v
DAFTAR ISI
Pengantar Editor…………………………….………………………………………………………………………………… iv
Sambutan Dekan……………………….……………………………………………………………………………………… v
Daftar isi………………………………………………………………………………………………………………………….. vi
Makalah Utama
Makalah Penunjang
A. Bioteknologi (Bio)
vi
5. STUDI KERAGAMAN HIJAUAN PAKAN INDIGENOUS PADA EKOSISTEM TERTUTUP DI
PEGUNUNGAN KAPUR GOMBONG SELATAN - JAWA TENGAH (NR-15-O)
Doso Sarwanto, Sari Eko Tuswati, dan Pudji Widodo……………………………………………….. 36
8. PERFORMA PRODUKSI TERNAK KAMBING SETELAH DIBERI VIRGIN COCONUT OIL SEBAGAI
SUBSTRAT PAKAN PENGHAMBAT METANOGENIK (NR-24-O)
Erwin H.B. Sondakh, M.R Waani, F.R Ratulangi, J.A.D. Kalele, dan S.C. Rimbing…….…. 51
10. DEGRADASI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK SILASE OPF PADA RUMEN KERBAU
SECARA INVITRO (NR-37-O)
Yurleni, Saitul Fakhri dan Bayu Rosadi…………………………………………………………………….… 58
12. KONSUMSI DAN KECERNAAN NUTRIEN PADA KAMBING KACANG YANG MENDAPAT PAKAN
TAMBAHAN SUMBER PROTEIN DI KELOMPOK WANITA SUMBER REJEKI, WONOLAGI,
GUNUNGKIDUL (NR-54-O)
Kustantinah, Edwin Indarto, Nanung Danar Dono, Zuprizal, dan Siti Zubaidah………... 70
13. GULMA: NILAI NUTRISI SEBAGAI PAKAN TERNAK PADA PERBEDAAN MUSIM (NR-60-O)
Suwignyo, B., B. A. Suparja, N. Umami, N. Suseno dan B. Suhartanto………………………. 71
vii
15. BALANS NITROGEN PADA KAMBING BLIGON BETINA YANG MENDAPAT PAKAN DENGAN
TAMBAHAN VITAMIN E. (NR-63-O)
Lies Mira Yusiati, Ristianto Utomo, Chusnul Hanim, Zaenal Bachruddin dan Lian Gitari 77
16. POTENSI DAN PRODUKSI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI LAHAN PERTANIAN BANYUSOCO
PLAYEN GUNUNG KIDUL (NR-64-O)
Nafiatul Umami, Bambang Suhartanto, Ellentika Damayanti, Ristianto Utomo, Lies Mira
Yusiati, Kustantinah, Chusnul Hanim, Zaenal Bachruddin, dan Muhlisin………………......
. 82
17. POTENSI HIJAUAN MAKANAN TERNAK DI BAWAH LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SEI
ROKAN RIAU (NR-97-O)
Suwignyo, B, Baliarti, E, Suhartanto, B, Hamdani, M, Agus, Budisatria I.G.S., Panjono, Guntoro,
B, Trisakti, H, Bintara, S, Yuriadi, Atmoko, B. A , dan Galih, Y…………………………….…...... 94
19. PEMANFAATAN TEPUNG DAUN SALAM (Eugenia polyantha Wight) DALAM PAKAN
TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM PEDAGING (NU-10-O)
Niati Ningsih, Irfan H. Djunaidi, dan Osfar Sjofjan…………………………………………………..... 107
20. POTENSI LIMBAH AMPAS SAGU SEBAGAI SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM BROILER DI
KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA (NU-26-O)
Deki Zulkarnain, Zuprizal, Wihandoyo dan Supadmo……………………………………………..... 115
21. PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) DALAM
RANSUM ITIK TEGAL PETELUR TERHADAP KECERNAAN NUTRIEN DAN ENERGI METABOLIS
RANSUM (NU-27-O)
U. Chabibah, I. Mangisah dan V. D. Yunianto………………………………………………………...... 123
23. EFEK EKSTRAK DAN JUICE DAUN GEDI (Abelmoschus manihot (L.) Medik) DALAM AIR
MINUM TERHADAP PERFORMA DAN PERSENTASE LEMAK ABDOMINAL AYAM PEDAGING
(NU-43-O)
Jet Saartje Mandey dan Cherly Joula Pontoh……………………………………………………………. 135
24. PENGARUH LEVEL PROBIOTIK DALAM AIR MINUM TERHADAP JUMLAH MIKROBIA USUS
DAN PROFIL ORGAN DALAM AYAM KAMPUNG SUPER (NU-68-O)
Evi Lisa Tri Widiarti…………………………………………………………………………………………………... 141
viii
25. PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) DALAM
RANSUM TERHADAP KONSUMSI PROTEIN, KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT TELUR ITIK
TEGAL (NU-102-O)
N. Rozikin, I. Mangisah dan B. Sukamto…………………………………………………………………... 142
26. PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) TERHADAP
ASUPAN PROTEIN DAN RASIO HETEROFIL-LIMFOSIT PADA ITIK TEGAL PETELUR (NU-106-O)
A. S. Wardi , N. Suthama dan I. Mangisah……………………………………………………………... 147
27. PENGELOLAAN DAN KINERJA REPRODUKSI INDUK SAPI ACEH PADA PETERNAKAN RAKYAT
DI KABUPATEN ACEH UTARA (PRT-11-O)
I Gede Suparta Budisatria, Endang Baliarti, Tri Satya Mastuti Widi, Alek Ibrahim, dan Hendra
Koesmara……………………………………………………………………………………………………………….... . 152
29. ASOSIASI GEN MC4R TERHADAP UKURAN-UKURAN TUBUH SAPI PERANAKAN ONGOLE
KEBUMEN PADA SAAT LAHIR DAN SAPIH (PRT-32-O)
Dyah Maharani, Sumadi, Tety Hartatik, Akhmad Fathoni dan Mukhamad Khusnudin 163
30. PEMERINGKATAN PEJANTAN DAN INDUK DOMBA EKOR GEMUK BERDASARKAN NILAI
PARAMETER GENETIK DI PT HRL INTERNASIONAL, PACET, MOJOKERTO, JAWA TIMUR (PRT-
35-O)
Sumadi, Nono Ngadiyono, Dwi Nur Happy Hariyono, dan Meyreni Cahyowati…………. 164
31. PERBEDAAN PROFIL BIOKIMIA DARAH PADA KAMBING GEMBRONG FASE ESTRUS DAN
DIESTRUS (PRT-39-O)
Sigit Bintara, Dyah Maharani, IGS Budisatria, Jafendi Sidadolog, Sumadi, Lies Mira Yusiati, I
Made Londra, dan Winda Az Zahra………………………….……………………………………………….. 169
32. OBSERVASI SIKLUS REPRODUKSI NAPU (Tragulus napu) DALAM RANGKA PENINGKATAN
POPULASI UNTUK TUJUAN KONSERVASI DAN DOMESTIKASI (PRT-40-O)
Darlis, A. Latief, Akmal, dan S. Fakhri…………..…………………………………………………………… 173
ix
35. PEMERINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH BERDASARKAN
MUTU GENETIKNYA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN
MAKANAN TERNAK MALANG, JAWA TIMUR (PRT-90-O)
Sumadi, Nono Ngadiyono, dan Fathurrahman Hakim…..…………………………………………… 185
36. STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI SUSU NASIONAL MELALUI PENYEDIAAN SAPI PERAH
PENGGANTI BERKUALITAS (PTPe-4-O)
Anneke Anggraeni………………………………………………………………………………………………….… 193
37. KUALITAS SUSU SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN PADA KONDISI PEMELIHARAAN INTENSIF
(PTPe-13-O)
Anneke Anggraeni dan S.A. Asmarasari……………………………………………………………………. 203
38. EFEK FREKUENSI PEMERAHAN DENGAN AUTOMATIC MILKING SYSTEM TERHADAP BODY
CONDITION SCORE, SOMATIC CELL COUNT, DAN PENAMPILAN REPRODUKSI PADA SAPI
PERAH (PTPe-28-O)
Andriyani Astuti, Taketo Obitsu, Kohzo Taniguchi, dan Toshihisa Sugino…….…………....
. 210
39. PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIBERI PAKAN
TAMBAHAN UMBI SURINAME (Xanthosoma violaceum) (PTPE-51-O)
Rumtiah, Yustina Yuni Suranindyah dan Ristianto Utomo………………………………………... 211
40. RESPON KOEFISIEN TOLERANSI PANAS KAMBING PERAH SAANEN TERHADAP INDEKS SUHU
DAN KELEMBABAN LINGKUNGAN PADA MANAJEMEN PEMELIHARAAN DI BBPTU-HPT
BATURRADEN (PTPe-67-O)
Budi Prasetyo Widyobroto, Sulvia Dwi Astuti SW, Adiarto, Yuni Suranindyah, Tridjoko Wisnu
Murti, Bugi Rustamadji, dan Rahardian Cakra Riandika……..………………………………...... 215
41. PERFORMAN INDUK SAPI BALI SELAMA BUNTING YANG DIPELIHARA PETERNAK MITRA PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA V RIAU (PTPo-7-O)
Endang Baliarti, Rio Gustianto, Ali Agus, I Gede Suparta Budisatria, Bambang Suhartanto,
Yuriyadi, Panjono, Budi Guntoro, Sigit Bintara, Bambang Suwignyo, Trisakti Hariadi, Febri
Ariyanti, Bayu Andri Atmoko, dan Galih Tantyo Yuwono…………………………………………... 216
43. DINAMIKA POPULASI SAPI ACEH DAN NON ACEH DI KABUPATEN ACEH UTARA (PTPo-9-O)
I Gede Suparta Budisatria, Endang Baliarti, Tri Satya Mastuti Widi dan Alek Ibrahim 236
x
44. KARAKTERISTIK EKSTERIOR DAN UKURAN TUBUH INDUK KAMBING BLIGON DI DESA
BANYUSOCO, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA (PTPo-38-O)
Latifah, Dwi Ahmad Priyadi, Dyah Maharani, Kustantinah, dan Tety Hartatik……....... 244
45. PERTUMBUHAN PASCA SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWA DITINJAU DARI PERBEDAAN
WARNA RAMBUT (PTPo-47-O)
Tri Satya Mastuti Widi, Endang Baliarti, Nono Ngadiono, I.G.S. Budisatria, Panjono, M.D.E.
Yulianto, dan F.R.G Putra……………………………………………………………………………………….… 249
47. PERFORMA PRODUKSI KERBAU LUMPUR BETINA PADA KETINGGIAN DAN UMUR BERBEDA
DI KABUPATEN CIANJUR (PTPo-101-O)
Komariah, Koekoeh Santoso dan Rifqi Abdurrahman……………………………………………….. 260
48. PERTUMBUHAN SILANGAN AYAM LOKAL DENGAN RAS PEDAGING YANG RESPON
TERHADAP PAKAN KONVENSIONAL DEDAK PADI UMUR 0-10 MINGGU (PTU-44-O)
Sri Darwati, C Sumantri, H Nurcahya, R Afnan, dan S Prabowo………………………………... 265
49. DAMPAK TRANSPORTASI SIANG DAN MALAM HARI DI SULAWESI UTARA TERHADAP
RESPONS FISIOLOGIS AYAM BROILER (PTU-76-O)
Fredy Jotje Nangoy dan Linda M. S. Tangkau……………………………………………………………. 275
52. PROFIL PENGGUNA, PREFERENSI INFORMASI DAN FAKTOR YANG BERPERAN PADA
PERILAKU MEMBACA LABEL PANGAN PRODUK OLAHAN PETERNAKAN (SEP-6-O)
Candra Pungki Wibowo, Suci Paramitasari Syahlani, dan Sudi Nurtini…………………...... 294
53. PROSES PEMBELAJARAN KELOMPOK TERNAK SAPI POTONG DALAM PEMBUATAN PUPUK
ORGANIK DI KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO (SEP-12-O)
Bekti Nur Utami dan Deha Purwoko……………………………………………………………………...... 302
xi
54. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA TERNAK SAPI POTONG INDUK ANAK DI KABUPATEN
GROBOGAN (SEP-14-O)
Titik ekowati, Edy Prasetyo, dan Migie Handayani……………………………………………......... 309
57. PERAN DAN SIKAP WANITA DALAM PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH UNTUK
PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA DI KABUPATEN SEMARANG (SEP-41-O)
Wiludjeng Roessali, Tutik Dalmiyatun, Wulan Sumekar, Dyah Mardiningsih, dan
Sriroso Satmoko…………………………………………………………………………………………………....... 321
62. KAJIAN BIAYA PRODUKSI PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR SKALA- RUMAH TANGGA PADA
KELOMPOK PETERNAK AYAM PETELUR “SIDOMULYO” PAJANGAN BANTUL (SEP-70-O)
Sudi Nurtini, Rini Widiati, Suci Paramitasari Syahlani, Tri Anggraeni Kusumastuti, Mujtahidah
Anggriani Ummul Muzayanah, dan Tian Jihadhan Wankar…………………………………...... 351
xii
64. ANALISIS PROFIL DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING
PERANAKAN ETAWAH DI YOGYAKARTA INDONESIA (SEP-75-O)
Tri Anggraeni Kusumastuti dan Sigit Bintara…………………………………………………………..... 364
66. KARAKTERISTIK FISIK EDIBLE FILM DARI GELATIN KULIT KAKI AYAM (THT-49-O)
Meity Sompie, Surtijono Siswosubroto, dan Wiesje Pontoh…………………………………....... 379
67. PENGARUH PROPORSI ABU VULKANIK DAN JENIS CACING TANAH TERHADAP KUALITAS
VERMIKOMPOS FESES SAPI POTONG (THT-50-O)
Nanung Agus Fitriyanto, Tita Hastari, dan Bambang Suwignyo, Bambang Suhartanto, dan
Ambar Pertiwiningrum………………………………………………………………………………………........ 384
68. EVALUASI ISOLAT Lactobacillus paracasei M104 ASAL SUSU KAMBING SEBAGAI STARTER
FERMENTASI SUSU DENGAN BERBAGAI LEVEL KOMBINASI MEDIUM (THT-52-O)
Endang Wahyuni, Nurliyani, Widodo, dan Indratiningsih……………………………………....... 399
69. PENGARUH LEVEL ANGKAK TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN SIFAT FISIK SOSIS DAGING
AYAM BROILER (THT-100-O)
Edi Suryanto, Jamhari, Rusman, Setiyono, Rusman, Setiyono, Winny Swastike, Rio Olympias
Sujarwanta, dan Endy Triyannanto……………………………………………………………………........ 400
xiii
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016
"Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan"
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
INTISARI
Hijauan sorghum (Sorghum vulgare) sangat potensial sebagai sumber hijauan pakan
karena tahan kering dan mampu tumbuh kembali setelah dipotong. Pembuatan silase hijauan
sorghum telah dilakukan dengan empat perlakuan, yaitu tanpa pemberian aditif sebagai
kontrol (Ko), pemberian aditif dedak halus (DH), putak (Pu), dan gula air (GA), masing-masing
4 dan 8%, dengan 4 kali ulangan, sehingga merupakan rancangan acak lengkap pola searah.
Penilaian silase dilakukan setelah 28 hari pemeraman. Data yang diambil meliputi bahan
kering, bahan organik, kandungan NH3, dan pH silase. Hasil penelitian menunjukkan
penggunaan GA 8% sebagai aditif menghasilkan pH silase terendah (3,95; P<0,05) daripada 4%
GA (4,50), 8% Pu (4,62), 4% Pu (4,68), 4% Pu, 8% DH (4,70), 4% DH (4,72), dan tertinggi Ko
(4,94). Penggunaan 8% GA juga menghasilkan skor Fleigh tertinggi (86,0; P<0,05) daripada 4%
GA (64,7), 8% Pu (66,2), 4% Pu (58,5), 4% Pu, 8% DH (62,8), 4% DH (57,2), dan terendah pada
Ko (45,5). Disimpulkan bahwa penggunaan gula air sebanyak 8% menghasikan kualitas silase
terbaik.
Kata kunci: Silase Sorghum vulgare, Silase aditif, Dedak halus, Putak, Gula Air, pH, Skor Fleigh
ABSTRACT
Sorghum (Sorghum vulgare) is very potential plant as a forage source due to its drought
resistant and regrowth ability after being cut. By following a completely randomized design,
four treatments [without additives as control (Ko), added with rice bran (DH), putak (Pu), and
sugar water (GA), respectively 4 and 8%] have been applied into sorghum forage silages, which
each treatments has been done in 4 replications. Data were taken after silages were incubated
for 28 days. Data taken was included dry matter, organic matter, NH3 concentration, and pH of
the silage. The results showed added 8% GA into silage resulted in lower pH (3.95; P<0.05) than
the 4% GA (4.50), 8% Pu (4.62), 4% Pu (4.68), 4% Pu, 8% DH (4.70), 4% DH (4.72), and the
highest was the Ko (4.94). Adding 8% GA also resulted in the highest Fleigh score (86.0; P<0.05)
than those with 4% GA (64.7), 8% Pu (66.2), 4% Pu (58.5), 4% Pu, 8% DH (62.8), 4% DH (57.2)
additions, and lowest in the Ko (45.5). It was concluded that adding 8% sugar water in the
sorghum silage resulted in the best silage quality.
Keywords: Sorghum vulgare silage, Silage additives, Rice bran, Putak, sugar water, pH, Fleigh
score
63
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016
"Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan"
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
64
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016
"Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan"
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
sorghum terhadap kualitas silase yang pH. Penetapan pH pada cuplikan sampel
dihasilkan. yang diambil dari silase yang baru dipanen
dilakukan menggunakan pH meter digital
Materi dan Metode merk TOA DKK tipe HM 20J. Sampel diberi
Penelitian ini dilaksanakan di aquades dengan perbandingan 1:10 (Nahm,
Laboratorium Teknologi Makanan Ternak, 1992). Penetapan bahan kering dan
Departemen Nutrisi Makanan Ternak, komposisi kimia dilakukan menggunakan
Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah metode Wendee (Harris, 1970). Penetapan
Mada, Yogyakarta. Hijauan yang digunakan skor Fleigh dilkukan menggunakan rumus.
adalah hijauan sorghum (Sorghum bicolor L. Skor Fleigh (SF) dihitung berdasarkan
Moench) lokal Belu umur potong 70 hari formula Kilic (1986) sebagai berikut: SF =
yang diperoleh dari kebun Fakultas 220 + (2 × %BK – 15) – (40 × pH). Skor Fleigh
Peternakan UGM. Penanaman sorghum silage: 85 – 100 (sangat baik), 60 – 80 (baik),
dilakukan dengan menggunakan biji dengan 55 – 60 (agak baik), 25 – 40 (sedang), < 20
cara tugal pada jarak tanam 40 × 20 cm. (sangat buruk) (Santosa et al., 2009). Data
Tanaman sorgum dipupuk urea (45% N) yang diperoleh dilakukan analisis variansi,
dengan dosis 100 kg/ha dan pupuk SP 36 pada yang terdapat perbedaan nyata
(36% P2O5) dengan dosis 75 kg/ha. Bahan dilanjutkan uji Duncan’s multiple range test
aditif yang digunakan berupa dedak halus (Gomez dan Gomez, 2010). Analisis variansi
berasal dari Yogyakarta serta putak dan gula pada data yang diperoleh dilakukan dengan
air dari Kupang, Nusa Tenggara Timur. bantuan personal komputer dengan
Bahan silo yang digunakan berupa kantong menggunakan software Statistical Program
plastik jenis polyethylene kapasitas 1 kg. for Social Science (SPSS) versi 20 for
Peralatan yang digunakan meliputi chopper, Windows (Santosa, 2012).
timbangan, dan pH meter.
Hasil dan Pembahasan
Perlakuan yang digunakan adalah
penambahan aditif yang terdiri atas Bahan baku dan aditif
karbohidrat mudah larut berupa dedak, Hasil penetapan komposisi kimia bahan
putak, dan gula air. Penelitian dilakukan baku (hijauan soghum), dan bahan
mengunakan rancangan acak lengkap pola tambahan yang digunakan sebagai silase
searah dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. adtitif (dedak, putak, dan gula air)
Adapun perlakuannya sebagai berikut : Ko = tercantum dalam Tabel 1.
sorghum tanpa aditif, DH4 = sorghum + 4% Hasil analisis proksimat menunjukkan
aditif dedak halus (DH) , DH8 = sorghum + bahwa dedak halus yang digunakan sebagai
8% aditif DH, Pu4 = sorghum + 4% aditif bahan aditif berkualitas rendah, serat
putak, Pu8 = sorghum + 8% aditif putak, kasarnya 31,2% (Tabel 1), sangat jauh dari
GA4 = Sorghum + 4% aditif gula air (GA), persyaratan sebagai bahan pakan
dan GA8 = sorghum + 8% aditif GA. Hijauan konsentrat sumber energi yang kandungan
sorghum dipotong-potong menggunakan serat kasarnya kurang dari 18%.
chopper, panjang 2 – 3 cm, dilayukan hingga Berdasarkan hasil analisis proksimat yang
kadar air mencapai sekitar 65%, dilakukan berarti dedak yang digunakan
ditambahkan aditif sesuai perlakuan, dan dapat dikatagorikan dedak kasar.
dicampur merata. Hijauan sorghum Keberadaan dedak halus di pasaran
dimasukkan dalam kantong plastik yang sekarang semakin sulit karena
berfungsi sebagai silo sambil ditekan-tekan perkembangan mesin pengupas padi untuk
sampai padat untuk mengeluarkan udara menghasilkan beras yang tidak lagi lewat
lalu diperam selama 28 hari. tahapan pecah kulit dulu untuk
Penetapan kualitas silase dilakukan memisahkan sekamnya. Hasil samping
secara fisik, kandungan bahan kering, dan penggilingan padi semacam ini di daerah
65
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016
"Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan"
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Grati Pasuruan disebut grantek (Utomo, terendah (P < 0,05) dicapai pada silase yang
2012). mendapat perlakuan aditif gula air 8%
(3,95). Kualitas silase yang baik antara lain
Penampilan
ditunjukkan oleh pH yang rendah, di bawah
Penampilan silase hijauan sorghum
4,2 (Utomo, 2015). Penetapan kadar asam
yang tidak diberi aditif (kontrol) dan yang
laktat yang juga digunakan untuk
diberi aditif dedak halus, putak, dan gula air
penetapan kualitas silase, tetapi tidak
tercantum dalam Tabel 2, berdasarkan
dilakukan. Menurut Utomo (2015)
skoring yang terdapat dalam Tabel 3.
penetapan kualitas silase secara
Tabel 2 menunjukkan skor kualitas
laboratorium cukup dengan penetapan pH
silase sorghum yang diperoleh secara fisik
karena pH berkorelasi negatif dan sangat
berkisar antara 2,95 (sedang) sampai 3,39
nyata dengan kadar asam laktat yang
(baik). Penambahan dedak halus 4%
terbentuk, semakin rendah pH yang terukur
menurunkan kualitas silase sorgum menjadi
berarti semakin tinggi kadar asam laktatnya.
sedang (2,95), padahal silase yang tanpa
Skor Fleigh yang diperoleh antara 45
aditif (kontrol) berpredikat baik (3,39). Hal
(kualitas sedang) sampai 86,0 (kualitas
ini disebabkan karena dedak yang
baik). Seiring dengan kualitas silase
digunakan ternyata berkualitas rendah,
berdasarkan pHnya, penggunaan aditif gula
kandungan serat kasarnya 31,2% dan ETN-
air sebanyak 8% juga menghasilkan skor
nya 29,1% (Tabel 1).
Fleigh (86,0) tertinggi yang berarti
Derajat keasaman dan skor Fleigh berkualitas baik. Keadaan ini menunjukkan
Derajat keasaman (pH) dan skor fleigh bahwa silase dengan penambahan aditif
(SF) silase hijauan sorghum yang tidak diberi gula air sebanyak 8% menghasilkan silase
aditif (kontrol) dan yang diberi aditif yang terbaik (P<0,05) dibandingkan kontrol
tercantum dalam Tabel 4. maupun penambahan aditif dedak dan
Derajat keasaman tertinggi atau pH putak.
Tabel 1. Komposisi kimia bahan baku (hijauan soghum) dan bahan tambahan yang digunakan
sebagai silase aditif (% BK)
Variabel
Bahan pakan
BK PK SK EE ETN
Hijauan sorghum 27,4 8,13 34,4 5,69 40,3
Dedak halus 91,6 4,67 31,2 6,00 29,1
Putak 87,3 1,52 5,10 5,48 83,4
Gula air 82,5 ttd ttd ttd 98,3
Sumber: Hasil analisis di Lab. Teknologi Makanan Ternak, Fakultas Peternakan UGM.
Tabel 2. Penampilan silase hijauan sorghum yang tidak diberi aditif (kontrol) dan yang diberi
aditif dedak halus 4 dan 8%, putak 4 dan 8%, serta gula air 4 dan 8%
Variabel Rata-rata
Perlakuan
Warna Bau Tekstur Jamur Gumpal
Tanpa aditif (kontrol) 3,10 2,45 3,10 4,00 4,00 3,33
Dedak halus 4% 2,95 2,10 2,40 3,55 3,75 2,95
Dedak halus 8% 2,95 2,60 2,75 3,65 3,65 3,12
Putak 4% 2,95 2,30 2,25 3,70 3,75 2,99
Putak 8 % 3,10 2,70 2,70 4,00 4,00 3,30
Gula air 4% 2,80 2,60 2,70 3,75 4,00 3,17
Gula air 8% 3,10 3,15 2,70 4,00 4,00 3,39
Skor penilaian: 1 – 4. 1 = jelek (poor), 2 = sedang (fair), 3 = baik (good), dan 4 = sangat baik
(excellent).
66
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016
"Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan"
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
67
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016
"Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan"
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tabel 5. Komposisi kimia kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK), serat kasar (SK),
ekstrak eter (EE), dan ekstrak tanpa nitrogen (ETN) silase hijauan sorghum yang tidak diberi
aditif (kontrol) dan yang diberi aditif dedak halus 4 dan 8%, putak 4 dan 8%, serta gula air 4
dan 8%
Perlakuan BK PK SK EE ETN TDN1)
Tanpa aditif (kontrol) 18,7 5,43 38,8 4,29 39,2 52,0
Dedak halus 4% 20,3 5,38 37,8 3,72 37,3 47,6
Dedak halus 8% 22,7 4,90 39,1 3,99 36,5 48,2
Putak 4% 20,2 5,52 32,4 3,22 46,9 54,3
Putak 8 % 22,9 4,59 28,4 3,17 53,4 59,1
Gula air 4% 19,9 5,48 35,9 3,03 43,7 51,5
Gula air 8% 19,6 5,45 33,9 3,16 46,7 53,7
Sumber: Hasil analisis Lab. Teknologi Makanan Ternak Fak. Peteranakan UGM.
1)
Dihitung menggunakan rumus Harris (1970) cit. Utomo (2012), berdasarkan hasil analisis
proksimat
sebanyak 4 dan 8% menghasilkan total by the IFI. Utah Agricultural Experiment
digestible nutrients (TDN) terendah. Hal ini Station, Utah State University, Logan,
disebabkan penambahan dedak menaikkan Utah.
kandungan serat kasar dan menurunkan Lugiyo. 2003. Peluang pemanfaatan
kandungan ekstrak tanpa nitrogen (ETN). pascapanen hijauan limajenis sorghum
sebagai alternatif pakan ternak.
Kesimpulan Prosiding Temu Teknis Fungsional Non
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Peneliti. Balai Penelitian Ternak, P.O.
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa Box 221, Bogor 16002.
penggunaan aditif gula air sebanyak 8% Manu, A.E. 2007. Suplementasi Pakan Lokal
menghasilkan silase yang terbaik yang Urea Gula Air Multi Nutrien Blok Untuk
ditandai dengan pH 3,95 dan skor Fleigh Meningkatkan Kinerja Induk Bunting
85,98. Menyusui Serta Menekan Kematian
Anak Kambing Bligon Yang
Daftar Pustaka Digembalakan Di Sabana Timor.
Disertasi. Fakultas Peternakan.
Cullison, A.E. and R.S. Lowrey. 1999. Feeds Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
and Feeding. 4th ed. Prentice-Hall of McDonald, P. 1981. The Biochemistry of
India Pvt. Ltd, New Delhi. pp. 81-94. Silase. John Willey and Sons. New York.
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 2010. pp: 20-179.
Prosedur Statistik Untuk Penelitian Meeske, R. 2005. Silage additives: do they
Pertanian Edisi Kedua. UI Press, Jakarta. make a difference. South African
pp: 1-240. Society for Animal Science: Popular-
Harris, L. E. 1970. Chemical and Biological scientific articles 6: 49-55.
Methods for Feeds Analysis. Center for Nahm, K.H. 1992. Practical Guide to Feed,
Tropical Agric. Feed Composition Forage and Water Analysis. 1st ed. Yoo
Project. Livestock Pavilion University of Han Publishing, Seoul. Korea. Pp: 1-155.
Florida, Gainesville Florida. Pp: 2101 - Nulik, J.P., Th. Fernandes, dan A. Bamualim.
2601. 1988. Pemanfaatan dan produksi putak
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, S. sebagai sumber energi makanan ternak
Lebdosukojo, A.D. Tillman, L.C. Kearl, sapi dan kambing. Laporan Penelitian.
and L.E. Harris. 1980. Tables of Feed Sub Balai Penelitian Ternak Lili, Kupang.
Composition for Indonesia. Published
68
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016
"Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan"
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Santosa, B., B.Tj. Hariadi, H. Manik, dan H. Utomo, R. 2012. Bahan Pakan Berserat
Abubakar. 2009. Kualitas Rumput Untuk Sapi. Cetakan Pertama. PT. Citra
Unggul Tropika Hasil Ensilase dengan Aji Parama. Yogyakarta.
Bakteri Asam Laktat dan Ekstrak Utomo, R. 2015. Konservasi Hijauan Pakan
Rumput Terfermentasi. Jurnal Media dan Peningkatan Kualitas Bahan Pakan
Peternakan 32 (2): 137 - 144. Berserat Tinggi. Cetakan pertama.
Santosa, S. 2012. Panduan Lengkap SPSS Gadjah Mada University Press,
Versi 20. Elex Media Komputindo, Yogyakarta. Pp: 74 -123.
Jakarta. Pp:1-98.
69
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)