Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN MAGANG

BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN


TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN

TANGGAL 17 JULI -17 AGUSTUS 2017

NAMA : ANGELA NOVITA DAKI

NIM :1509010018

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2017
BIODATA

Nama : Angela Novita Daki


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Danga, 04 November 1996
Alamat Asal : Jl. Trans Mbay-Maumere
Alamat Sekarang : Jl. Alfa Omega
Agama : Katolik
No. Telp : 081238527993

2|Page
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala bimbingan serta perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Magang Mandiri Mahasiswa di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul
dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HTP) Baturraden yang merupakan salah satu
syarat untuk dalam melanjutkan perkuliahan ke semester IV di Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Nusa Cendana Kupang Nusa Tenggara Timur.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada


pihak- pihak berikut yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan laporan Magang :

1. Dr.drh. Max U.E. Sanam, M.sc selaku Dekan Fakultas Kedokteran


Hewan serta segenap jajaran dosen dan staf Fakultas Kedokteran Hewan
Undana
2. Ir. Sugiono, M.p selaku kepala Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul
dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden serta jajaran pegawai dan staf
BBPTU-HPT Baturraden
3. Teman- teman magang BBPTU-HPT Baturraden ( Nelsi, Felsi, Atris,
Ilsa, Nel)
4. Teman- teman seangkatan VETACLASS

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan magang ini masih jauh


dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran dari pembaca sangat
bermanfaat bagi penulisan-penulisan laporan kedepannya. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Kupang, 16 Agustus 2017

Penulis

3|Page
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.................................................................................. II

Biodata..................................................................................................... III

Kata pengantar......................................................................................... IV

Daftar isi.................................................................................................. V

Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang....................................................................... 5
1.2 Tujuan.................................................................................... 7
1.3 Manfaat.................................................................................. 8
1.4 Tempat dan Waktu................................................................. 8
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.1 Gambaran Umum BBPTU-HPT Baturraden......................... 9
2.2 Sapi Perah............................................................................. 13
2.3 Kambing Saanen................................................................... 14
2.4 Kambing Peranakan Etawa................................................... 15
2.5 Hijauan Pakan Ternak............................................................ 16
2.6 Konsentrat.............................................................................. 17
Bab III. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil ...................................................................................... 19
3.2 Pembahasan............................................................................ 27
Bab IV. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan............................................................................. 54
4.2 Saran....................................................................................... 54
Daftar Pustaka.......................................................................................... 55
Lampiran.................................................................................................. 56

4|Page
5|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan magang S1 Fakultas Kedokteran Hewan (FKH)


Universitas Nusa Cendana merupakan salah satu kegiatan perkuliahan yang
harus ditempuh`yang bertujuan menghasilkan lulusan yang mempunyai
kompetensi sebagai calon sarjana kedokteran hewan, mampu menerapkan
ilmu veteriner agar mampu bersaing di tingkat nasional maupun
internasional.

Seorang mahasiswa kedokteran hewan dituntut memiliki


kemampuan analitik, pengetahuan teknis, dan sosial yang komperhensif
sehingga mampu merencanakan suatu program dalam mendiagnosis,
menangani, dan mencegah suatu penyakit. Hal ini dilakukan dengan
pemahaman teori yang baik dan pemahaman terhadap suatu permasalahan
serta kemampuan praktis. Pengetahuan yang luas dan skill yang cakap
merupakan bekal utama untuk menjadi calon serjana kedokteran hewan dan
dokter hewan profesional. Pengetahuan yang luas dan skill yang baik
tersebut tidak muncul secara langsung, tetapi merupakan hasil dari proses
pembelajaran yang membutuhkan waktu.

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak


(BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah di
bawah Direktorat Jenderal Peternakan yang bergerak di bidang pemuliaan,
pemeliharaan, produksi dan pemasaran bibit sapi perah unggul juga hijauan
pakan ternak. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Baturraden
berlokasi di Kecamatan Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah. BBPTU
Baturraden terdiri dari 4 area, yaitu; Area Limpakuwus, Tegalsari,
Manggala, dan Munggangsari. Limpakuwus (96,79 Ha) dan Tegalsari
(34,18 Ha) berfungsi sebagai tempat pemeliharaan induk, pedet, dan dara.
Manggala (100 Ha) berfungsi sebagai tempat pemeliharaan pedet hingga

6|Page
dewasa dan sapi jantan dengan sistem rearing farm. Munggangsari (10,09
Ha) dimanfaatkan sebagai pusat pelatihan peternak dan perumahan dinas.
Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil susu terbesar yang
dapat menyuplai sebagian besar kebutuhan susu dunia. Beberapa jenis
bangsa sapi perah yang umumnya dikenal dan dipelihara dengan tujuan
utama sebagai penghasil susu antara lain adalah: Ayshire, Brown Swiss,
Guerensey, Jersey, dan Friesian Holstein. Diantara kelima jenis bangsa sapi
tersebut yang paling banyak dipelihara di Indonesia dan yang terdapat di
BBPTU-HPT Baturraden adalah bangsa sapi perah Friesian Holstein atau
disebut juga dengan sapi Fries Holand. Bangsa sapi Friesian Holstein
adalah bangsa sapi perah yang memiliki warna hitam dan putih menonjol
karena banyaknya jumlah produksi susu namun kadar lemaknya rendah.
Sapi FH mempunyai beberapa keunggulan, salah satunya yaitu jinak, tidak
tahan panas tetapi sapi ini mudah menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan (Blakely dan Bade, 1998).
Pakan merupakan faktor yang mempengaruhi produksi susu baik
dari kualitas maupun kuantitasnya. Pakan dengan kandungan nutrisi yang
baik akan meningkatkan produksi susu sapi perah, sedangkan pakan dengan
kandungan nutrisi yang tidak baik akan menurunkan produksi susu sapi
perah tersebut. Oleh karena itu pemberian pakan harus diperhatikan baik
dari jumlah maupun kandungan nutrisinya sehingga dapat memenuhi untuk
kebutuhan pokok(maintenance), produksi maupun reproduksi. Adapun
pakan yang diberikan kepada sapi-sapi di BBPTU-HPT Baturraden terdiri
dari pakan hijauan dan konsentrat dengan perbandingan hijauan dan
konsentrat sebanyak 70 : 30. Perbandingan pakan hijauan dan konsentrat
yang baik pada sapi perah adalah 60 : 40 (Sudono, 2003; Anggraeni, dkk.,
2008).
Nusa Tenggara Timur merupakan Provinsi yang wilayahnya terbagi
menjadi beberapa kabupaten yang memiliki iklim yang berbeda- beda.
Perbedaan iklim dari masing masing kabupaten yang berada di NTT
menjadikan provinsi ini memilki keanekaragaman dalam pemeliharaan

7|Page
ternak baik itu sapi dan kambing. Ternak sapi yang terdapat di provinsi NTT
merupakan bangsa sapi Bali atau yang dikenal juga sebagai sapi timor. Sapi
Bali memiliki keunggulan yaitu tahan terhadap cuaca ekstrim dan
kekurangan air. Sapi ini mampu bertahan dan berkembang biak pada suhu
lebih dari 35 derajat celcius. Beberapa wilayah kabupaten di Propivinsi NTT
memiliki iklim yang tidak jauh berbeda dengan iklim Baturraden, dengan
adanya kunjungan magang ke BBPTU-HTP Baturraden ini dapat membuka
wawasan mahasiswa dalam mengembangkan peternakan sapi perah di NTT
dan mempelajari manajemen peternakan sapi perah,kambing perah maupun
hijauan pakan ternak.
Program magang di BBPTU-HPT Baturraden merupakan kegiatan
yang bertujuan memberikan kemampuan dan pelatihan kepada mahasiswa
mengenai manajamen peternakan yang baik yaitu berupa tata laksana
pemeliharaan ternak serta meningkatkan keterampilan dalam menangani
kasus penyakit.

1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang mandiri ini diantaranya adalah:
1. Mengetahuai gambaran umun tentang struktur organisasi dalam
Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak
(BBPTU-HTP) Baturraden
2. Mengetahui SOP dalam penanganan hewan baik itu sapi perah,
kambing perah maupun hijauan pakan ternak
3. Mengetahi manajemen peternakan secara umum pada hewan ternak
4. Mengetahui teknik restrain ternak
5. Mengetahui dan mempelajari teknik pada program Inseminasi
buatan pada ternak (Sapi perah dan Kambing perah)
6. Mengetahui cara menyeleksi pejantan unggul maupun betina
produktif
7. Mengetahui ternik pemilihan jenis pakan baik itu hijauan dan
konsentrat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan ternak

8|Page
8. Mengetahui teknik dan prosedur pemeriksaan kesehatan hewan
secara umum serta treatment terhadap jenis penyakit tertentu

1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini daantaranya adalah:
1. Mahasiswa sebagai calon sarjana kedokteran hewan dan dokter
hewan memperoleh pengetahuan, ketrampilan sesuai dengan tujuan
dari kegiatan magang diatas.
2. Memiliki gambaran tentang dokter hewan praktisi yang profesional
mengetahui langsung kondisi dan keadaan di lapangan dalam
lingkup yang berkaitan dengan segi pendidikan dokter hewan
maupun di luar segi profesi secara nyata di lapangan.

1.4 Tempat dan Waktu

Tempat : Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan


Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden,
Purwokerto-Jawa Tengah

Waktu : 17 Juli 16 Agustus 2017

9|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum BBPTU HPT Baturraden

2.1.1 Profil BBPTU HPT Baturraden

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan


Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah di
bawah Direktorat Jenderal Peternakan yang bergerak di bidang pemuliaan,
pemeliharaan, produksi dan pemasaran bibit sapi perah unggul juga hijauan
pakan ternak. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Baturraden
berlokasi di Kecamatan Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah. BBPTU
Baturraden terdiri dari 4 area, yaitu; Area Limpakuwus, Tegalsari, Manggala,
dan Munggangsari.

BBPTU-HPT Area Limpakuwus adalah area yang fungsinya sama


dengan BBPTU area limpakuwus, dan untuk Area Tegalsari ini merupakan area
yang juga digunakan sebagai Kantor Pusat, area ini memiliki luas sekitar 13,84
Hektar. BBPTU-HPT Area Limpakuwus merupakan area yang memiliki luas
96,79 hektare dan berfungsi sebagai tempat pemeliharaan induk, pedet, dan dara.
Area farm Manggala memliki luas kurang lebih 100 Hektar, dan berlokasi di
Cilongok, area ini berfungsi sebagai tempat pemeliharaan pedet hingga dewasa
dan sapi jantan dengan sistem rearing, dan area Munggangsari yang memiliki
luas kurang lebih 10.09 Hektar merupakan area yang digunakan sebagai
pelatihan peternak dan rumah dinas

2.1.2 Visi dan Misi


Visi :
Mewujudkan Institusi yang Profesional dalam Menghasilkan Bibit Sapi
Perah, Kambing Perah dan Hijauan Pakan Ternak yang Berkualitas,
Berdaya Saing, Berkelanjutan.

10 | P a g e
Misi :

1. Mengembangkan pembibitan sapi perah, kambing perah dan HPT


dengan melaksanakan kebijakan dibidang pemuliaan, pemeliharaan,
produksi dan pemasaran bibit unggul sapi perah, kambing perah dan
HPT dan hasil ikutannya.
2. Mengembangkan sumber daya manusia aparatur, pelaku usaha sapi
perah, kambing perah dan HPT, sarana dan prasarana, pembinaan,
evaluasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan pelayanan prima.

2.1.3 Motto
Bibit berkualitas solusi cerdas

2.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi


a. Pemeliharaan
b. Produksi
c. Pengembangan
d. Penyebaran
e. Pemasaran

1. Penyusunan Program, rencana kerja dan anggaran, pelaksanaan kerja


sama serta penyiapan evaluasi dan peplaporan
2. Pelaksanaan pemeliharaan, produksi, dan pemuliaan bibit sapi perah dan
kambing perah unggul
3. Pelaksanaan uji performance dan uji zuriat sapi perah dan kambing
perah unggul
4. Pelaksanaan recording pembibitan sapi perah dan kambing perah unggul
5. Pelaksanaan pelestarian plasma nutfah
6. Pelaksanaan pengembangan bibit sapi perah dan kambing perah unggul
7. Pemberian bimbingan teknis pemeliharaan, produksi, dan pemuliaan
bibit sapi perah dan kambing perah unggul
8. Pelaksanaan pengawasan mutu pakan ternak

11 | P a g e
9. Pengelolaan pakan ternak dan hijauan pakan ternak
10. Pelaksanaan penyebaran, distribusi, pemasaran, dan informasi hasil
produksi bibit unggul sapi perah dan kambing perah bersertifikat serta
hasil ikutannya dan hijauan pakan ternak
11. Pelaksanaan evaluasi kegiatan pembibitan ternak unggul dan hijauan
pakan ternak unggul
12. Pemberian playanan teknis pemeliharaan, produksi, pemuliaan, dan
pengembangan bibit sapi perah dan kambing perah unggul
13. Pemberian pelayanan teknis penyediaan pakan dan pengelolaan hijauan
pakan ternak
14. Pengelolaan prasarana dan saran teknis
15. Pengelola urusan tata usaha dan rumah tangga BBPTUHPT Baturraden.

2.1.5 Sejarah

BBPTU-HPT Baturraden merupakan Ex Farm milik Mr.J.N.A Van


Balgooy sekitar tahun 19201945 yang kemudian dibumihanguskan. Pada
sekitar tahun 1950, Pemerintah Daerah RI mulai membangun peternakan
sapi perah di Baturraden dan diresmikan pada 22 Juli 1953 dengan nama
Induk Taman Ternak Baturraden oleh PJM. Drs. Mohammad Hatta. Sekitar
tahun 1979 dengan bantuan dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) mulai
dilaksanakan kegiatannya dengan mendapat dukungan dari gubernur Jawa
Tengah untuk mendapat perluasan lahan. Mendistribusikan sapi perah di
wilayah Kabupaten Banyumas dan membangun sarana persusuan yang
sekarang telah dihibahkan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Jawa Tengah. Pada tanggal 24 Mei 2013, sesuai Permentan No
55/Permentan/OT.140/5/2013, berubah menjadi Balai Besar Pembibitan
Ternak Unggul dan HijauanPakan Ternak (BBPTUHPT) Baturraden.

12 | P a g e
2.1.6 Populasi

Populasi sapi perah.

Tahun Populasi Jumlah


Dewasa Muda
Betina Jantan Betina Jantan
2014 625 13 443 208 1.289
2015 744 16 558 289 1.607
2016 841 14 454 75 1.384
2017 844 16 471 87 1.418

Populasi kambing.

Tahun Populasi Jumlah

Dewasa Muda

Betina Jantan Betina Jantan

2014 1 8 71 1 81

2015 197 20 164 103 484

2016 194 25 81 57 357

2017 182 24 133 118 457

13 | P a g e
2.2 Sapi Perah

Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil susu terbesar yang dapat
menyuplai sebagian besar kebutuhan susu dunia. Beberapa jenis bangsa sapi perah
yang umumnya dikenal dan dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil susu
antara lain adalah: Ayshire, Brown Swiss, Guerensey, Jersey, dan Friesian Holstein.
Diantara kelima jenis bangsa sapi tersebut yang paling banyak dipelihara di
Indonesia adalah bangsa sapi perah Friesian Holstein atau disebut juga dengan sapi
Fries Holand.

Bangsa sapi Friesian Holstein adalah bangsa sapi perah yang berasal dari
Belanda dari Provinsi Belanda Utara dan Propinsi Friesland Barat, di Amerika
disebut Holstein dan di Eropa sering disebut Friesian. Sapi jenis ini di Indonesia di
sebut Fries Holland atau Friesian Holand (FH) (Soetanto, 2003). Sapi yang
berwarna hitam dan putih sangat menonjol karena banyaknya jumlah produksi susu
namun kadar lemaknya rendah. Bangsa Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan
bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80--90% dari
seluruh sapi perah yang ada. Sapi ini berasal dari Belanda yaitu di Provinsi North
Holand dan West Friesland yang memiliki padang rumput yang cukup luas. Sapi
FH mempunyai beberapa keunggulan, salah satunya yaitu jinak, tidak tahan panas
tetapi sapi ini mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan (Blakely dan
Bade, 1998).

Sapi FH termasuk salah satu jenis sapi perah yang banyak dipelihara karena
beberapa faktor keunggulannya. Menurut Dematewewa et.al, (2007), sapi Friesian
Holstein mempunyai masa laktasi panjang dan produksi susu tinggi, serta
persistensi produksi susu yang baik. Selain itu sapi perah FH juga merupakan jenis
sapi perah yang cocok untuk daerah Indonesia. Namun demikian produksi susu per
ekor per hari pada sapi perah FH di Indonesia relatif rendah jika dibandingkan
dengan produksi susu di negara asalnya (Atabany et.al., 2011). Sapi Friesian
Holstein (FH) adalah sapi dengan produksi susu tertinggi dibanding jenis sapi perah
yang lain, selain itu kadar lemak susunya rendah (Sudono et.al., 2003).

14 | P a g e
Bangsa sapi perah yang asli berasal dari Indonesia dapat dikatakan tidak
ada. Sapi perah di Indonesia berasal dari sapi impor dan hasil persilangan sapi impor
dengan sapi lokal. Menurut Dirjen Peternakan dan Direktorat Pembibitan (2000),
pada tahun 1995 di Indonesia terdapat sekitar 200.000 ekor sapi perah dan
semuanya merupakan sapi FH dan keturunannya. Sapi FH tersebut berasal dari
Belanda dan Australia. Sejak tahun 1972 Indonesia mulai impor semen beku dari
New Zeland dan mulai tahun 1979 dilakukan import sapi perah dara langsung dari
Australia dan New Zeland.

Menurut Aksi Agraris Kanisius (1995), sapi FH mempunyai ciri-ciri sebagai


berikut:
1. warna bulu hitam dengan bercak putih;

2. pada dahinya tedapat warna putih berbentuk segitiga;

3. dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih;

4. ambing besar;

5. tanduk kecil pendek, menjurus kedepan;

6. tenang, jinak sehingga mudah dikuasai;

7. sapi tidak tahan panas, namun mudah untuk beradaptasi;

8. lambat menjadi dewasa;

9. produksi susu nya mencapai 4.500 --5.500 liter/laktasi.

2.3 Kambing Saanen


Kambing Saanen adalah salah satu ternak dwiguna yang cukup potensial
dan perlu dikembangkan sebagai penyedia protein hewani yang dapat menghasilkan
susu dan daging. Menurut Setiadi et al., (2001), bobot badan kambing Saanen
jantan berkisar 68 - 91 kg dan betina 36 - 63 kg dengan produksi susu 740 l/laktasi.

15 | P a g e
Kambing Saanen memiliki ambing yang terletak di antara perut dan dua
kaki belakang, bulunya pendek berwarna putih, hidungnya lurus dan muka berupa
segi tiga. Telinga kambing Saanen sederhana dan tegak ke sebelah dan ke depan,
berekor tipis dan pendek, jantan dan betina bertanduk, panjang ambing berbeda-
beda sekitar 3 - 4 cm, dan panjang puting 5 - 6 cm.
Salah satu cara memilih kambing perah laktasi yang baik adalah dengan
melihat catatan produksi susu harian yang ada, memperhatikan bentuk dan bagian-
bagian tubuh luar (eksterior). Produksi susu kambing Saanen dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi ambing, bobot hidup,
lama laktasi, kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak dan aktivitas pemerahan
(Pribadiningtyas et al., 2012). Menurut Setiadi et al., (2001) kambing Saanen
merupakan kambing perah unggul di dunia yang dapat menghasilkan susu sekitar 3
- 4 l/hari. Puncak produksi kambing Saanen dapat menghasilkan produksi susu
sebesar 5 - 6 l/hari (Moeljanto dan Bernadius, 2002).

2.4 Kambing Peranakan Etawa (PE)


Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing
Kacang betina dengan kambing Etawa jantan. Menurut Devendra dan Burn (1994),
kambing Etawa merupakan bangsa kambing yang paling populer dan dipelihara
secara luas sebagai ternak penghasil susu di India dan Asia Tenggara. Kambing
Etawa berasal dari sekitar sungai Gangga, Jumna dan Chambal di India. Populasi
kambing ini banyak terdapat di distrik Ettawah, sehingga lebih terkenal dengan
kambing Etawa.
Sumadi dan Prihadi (1999), menyatakan bahwa Kambing PE memiliki ciri
ciri sebagai berikut: ukuran badan besar, kepala tegak, garis profil cembung, rahang
bawah lebih panjang daripada rahang atas, tanduk mengarah ke belakang, telinga
lebar panjang dan menggantung dengan ujung telinga melipat. Warna bulu
bermacammacam dari belang putih hitam, putih coklat, sampai campuran antara
putih, hitam, dan coklat, terdapat bulu yang lebat dan panjang di bawah ekor.
Rata-rata bobot lahir kambing PE 2,75 kg (Sutama dan Budiarsa, 1996) atau
3,72 kg (Basuki, dkk., 1982). Bobot tubuh kambing PE jantan dewasa dapat

16 | P a g e
mencapai 6590 kg. Tinggi gumba kambing PE jantan 90110 cm, panjang
badan berkisar antara 85105 cm (Dinas Peternakan Purworejo, 1996). Kambing
PE jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 68 bulan pada saat bobot tubuh
12,918,7 kg. Sutama dan Budiarsana (1996), melaporkan bahwa rata-rata bobot
tubuh kambing PE pada saat lahir, disapih, dan umur 12 bulan masing-masing 2,75;
10,50; dan 17,50 kg dengan pertambahan bobot tubuh harian mencapai 48,30 g.

2.5 Hijauan Pakan Ternak


Pada umumnya pakan hijauan atau pakan berserat yang diberikan pada sapi
perah terdiri dari tiga kategori, yaitu : 1) rumput introduksi berkualitas menengah;
2) rumput lapangan berkualitas rendah sampai menengah, yang diambil dari
pinggiran jalan dan lahan-lahan; dan 3) hasil ikutan pertanian yang berkualitas
rendah (Santosa dkk., 2009). Hijauan merupakan pakan utama sapi perah (DeLaval,
2005). Hijauan biasanya mengandung serat kasar lebih dari 18% dan bersifat amba
(Ensminger, 1992). Hijauan yang diberikan kepada sapi laktasi minimum sejumlah
40% dari total kebutuhan bahan kering ransum atau kira-kira sebanyak 1,5% dari
berat hidup sapi perah (Suryahadi, dkk., 1997). Lebih lanjut dikatakan oleh mereka
bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi konsumsi hijauan. Pertama yaitu
kandungan serat deterjen netral (neutral detergent fibre/NDF). Kedua ialah
kandungan air. Ransum secara keseluruhan diharapkan mengandung air 25-50%
agar dapat dikonsumsi. Hijauan terlalu banyak mengandung air dikonsumsi lebih
sedikit oleh sapi perah. Dan ketiga ialah ukuran hijauan. Hijauan yang dicacah
dengan ukuran 5-10 cm dimakan lebih banyak dari hijauan panjang. Hijauan terlalu
pendek atau digiling halus dapat menurunkan kecernaannya dan kadar lemak susu.
Bargo dkk. (2003) menambahkan bahwa hijauan kaya akan serat. Serat yang
tinggi dalam pakan sapi akan meningkatkan persentase lemak lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian konsentrat. Semakin tinggi kandungan serat kasar
didalam suatu bahan pakan atau ransum maka kecernaannya semakin menurun
sehingga efisiensi penggunaan ransum akan ditentukan oleh kandungan zat
makanan, terutama kandungan serat kasar yang terdapat didalamnya (Dhalika
dkk.,2005).

17 | P a g e
2.7 Konsentrat
Konsentrat adalah pakan tambahan bagi sapi perah untuk memenuhi
kekurangan nutrisi yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan. Konsentrat umumnya
mengandung tinggi protein dan energi serta rendah serat kasar (Ensminger, 1992).
Sedangkan menurut Hartadi, Reksohadiprodjo dan Tillman (1997), konsentrat
merupakan bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lainnya untuk
meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan. Penambahan pemberian
konsentrat akan diikuti oleh peningkatan produksi susu tetapi secara umum
menunjukkan nilai pendapatan di atas biaya pakan yang rendah. Penyesuaian
jumlah pakan konsentrat untuk produksi susu dan masa laktasi serta kombinasi dan
kualitas hijauan meningkatkan produksi susu dan pendapatan di atas biaya pakan.
Pada akhir masa laktasi produksi susu turun sedangkan perubahan ransum tidak
banyak berpengaruh terhadap peningkatan produksi susu sehingga pendapatan di
atas biaya pakan rendah (Adkinson, dkk., 1993).
Pemberian konsentrat sebanyak 4 kg/ekor/hari dengan kandungan 60% dan
75% TDN menunjukkan bahwa sapi yang mengkonsumsi pakan berkualitas lebih
baik akan menerima 2,7 kg TDN, dan yang mengkonsumsi bahan berkualitas
rendah akan menerima 2,2 kg TDN. Perbedaan tersebut akan menghasilkan
perbedaan dalam produksi susu sekitar satu liter (Santosa dkk., 2009).
Penimbangan yang mengarah kepada persentase konsentrat yang lebih besar
akan berakibat tercapainya produksi susu yang tinggi, namun kadar lemaknya akan
menurun. Kandungan zat-zat makanan dalam konsentrat lebih tinggi dibandingkan
hijauan, oleh karena itu pemberian konsentrat yang lebih tinggi pada pakan sapi
perah laktasi akan menghasilkan kemampuan berproduksi susu yang lebih tinggi
(Siregar, 2000).

2.8 Fasilitas.
Fasilitas yang ada di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan
Pakan Ternak terdiri atas:

- Kantor
- Kandang

18 | P a g e
- Kandang freestal
- Sarana dan prasarana (transportasi pengangkutan)
- Laboratorium
- Lahan pembibitan
- Lahan hijauan.

19 | P a g e
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hari/Tanggal Lokasi Kegiatan Penanggung


Jawab
Senin, 17 1.
Balai Besar Orientasi Eko
Juli 2017 Pembibitan Ternak 1. Penyambutan peserta magang Siswanto
Unggul dan oleh Kepala BBPTU HTP
Hijauan Pakan Baturraden
Ternak Baturraden 2. Pengenalan lingkungan magang
(BBPT-HPT) secara umum
Farm Tegalsari 3. Pengenalan lokasi magang oleh
pembimbing baik itu staf
BBPTU-HTP Baturraden, lokasi
kandang, alat pemerah dll.
Selasa, 18 Farm Tegalsari 1. Pemerahan susu dengan Eko Winoto
Juli 2017 (Kandang Freestall) menggunakan alat pemerah susu
2. Menimbang berat susu yang
dihasilkan sapi per-ekor
3. Membersihkan ambing dengan
mengunakan air hangat serta
alat yang digunakan untuk
memerah susu
4. Memberikan antibiotik pada
ambing sesaat setelah susu
diperah
5. Menghitung jumlah produksi
susu sapi dari kandang A dan
kandang B

20 | P a g e
Farm Tegalsari 1. Konversi Berat Badan Pedet Heri
Kandang Pedet (E,E1 2. Pengukuran tinggi, panjang Supangkat
& E2) badan, lingkar dada
3. Menimbang berat badan pedet

Farm Tegalsari 1. Melakukan Uji CMT Tukiman


(Kandang A & B) (California Mastitis Test) pada
sapi yang diduga mengalami
mastitis subklinis menggunakan
reagen CMT
Farm Tegalsari 1. Pemeliharaan Ternak Dewasa Slamet
(Kandang A) 2. Memandikan dan Sugianto
membersihkan kandang sapi
perah
Rabu, 19 Juli Farm Tegalsari 1. Pemeliharaan pedet Tarun -A
2017 (Kandang E & E1) 2. Membersihkan kandang dan
memandikan pedet berumur 1-4
bulan
3. Memberikan pakan berupa
hijauan dan konsentrat pada
pedet umur 1-4 bulan dan 4-6
bulan sesuai fase pertumbuhan
pedet
Farm Tegalsari 1. Mapping ternak sapi perah Dewi A
(Kandang E, E1, E2, 2. Recording ternak
dan I)
Farm Tegalsari 1. Membersihkan kandang sapi SITU
(Kandang B) dewasa

21 | P a g e
2. Memerah susu sapi
menggunakan alat pemerah
susu
3. Menimbang berat susu yang
dihasilkan tiap ekor sapi
4. Menyaring susu yang telah
ditimbang
Kamis, 20 Farm Tegalsari 1. Pemeliharaan ternak dewasa Agus Riono
Juli 2017 (Kandang Freestall) 2. Membersihkan kandang ternak
dewasa
3. Memberikan pakan berupa
hijauan dan konsentrat
Farm Tegalsari ( 1. Recording ternak Sutarko
Kandang E dan E2) 2. Pemotongan tanduk sapi betina
berumur lebih dari 1 bulan
3. Penyuntikan anastesi berupa Susilo
Lidokain sebanyak 2 ml sub
kutan di bawah tanduk
4. Peyemprotan Iodin Povidon pada
tanduk yang telah dipotong
Farm Tegalsari 1. Kesrawan dan Reproduksi Drh. Siti
(Kandang E,E1,E2,I 2. Mencatat rekam medis sapi Kholifah
dan Kantor) perah
Jumad, 21 1. Farm Tegalsari 1. Keswan dan Reproduki Drh. Siti
Juli 2017 (Kandang 2. Pengobatan pada sapi yang Kholifah
A,B,E,E1,E2,J, sakit
G,F) 3. Pencatatan Rekam Medis
2. Kantor

22 | P a g e
Farm Tegalsari 1. Pemerahan susu sapi Darsam
(Kandang A) menggunakan alat pemerah
susu
2. Pembersihan kandang
3. Pengukuran berat susu
4. Pemberian antiseptik pada
ambing yang telah diperah
5. Penyaringan susu dan
penampungan
6. Membuang susu yang rusak
7. Pembersihan peralatan
pemerahan susu dan kandang
Senin,24 Juli Farm Limpakuwus 1. Hijauan pakan ternak Sarino
2017 (Pencoperan dan distribusi
pakan ternak)
2. Pemberian pupuk urea pada
tanaman rumput

Farm Limpakuwus 1. 1. Konsentrat ( Pengamatan jenis Andre F. W


konsentrat dan formulasi ransum)
Farm Limpakuwus 1. Pembibitan dan penanaan Adi
Indigovera Suryanto
Selasa, 25 Farm Limpakuwus 1. Hijauan Pakan Ternak Ferry
Juli 2017 Farm Limpakuwus 1. Keswan dan Reproduksi Drh.Hendri
(Kandang (Pembuatan salep dan
A,B,C,D,Freestall 1,2 pengobatan hewan dengan
dan 3) penyakit kulit)
Farm Limpakuwus 1. Pembersihan kandang dan Cholidin
pengangkutan pakan hewan

23 | P a g e
Farm Limpakuwus ( 1. Pemberian colostrum pada Agus
Kandang G, H, I) pedet Trianto
Rabu,26 Juli Farm Limpakuwus 1. Pengobatan penyakit pada pedet Drh. Apsari
2017 Kandang H, I, G 2. Pengobatan diare K. ,M.sc
3. Pengobatan batuk dan flu pada
pedet
4. Pengobatan bloath pada pedet
dengan injeksi subcutan dan
Intramusculuar serta oral
5. Pengobatan luka terbuka bekas
pemotongan tanduk dengan
penyemprotan limoxin
Farm Limpakuwus 1. Pemberian salep pada sapi yang Drh.
Kandang A dan mengalami penyakit kulit ( Hendry
Freestall 2 luka) dan mastitis
Kamis, 27 Farm Limpakuwus 1. Pemeliharaan pedet dengan Drh.
Juli 2017 kandang H, I, G mengamati dan memeriksa Apsari K.
kondisi pedet ,M.sc
Farm Limpakuwus 1. Pengobatan penyakit pada pedet Drh. Apsari
kandang H, I, G K. ,M.sc
Farm Limpakuwus 1. Pemberian salep pada sapi yang Drh. Apsari
(Kandang mengalami penyakit kulit ( K. ,M.sc
A,B,C,D,Freestall 1,2 luka) dan mastitis
dan 3)
Farm Limpakuwus 1. Pencatatan rekam medis Etty Tri
(Kantor) perkawinan IB/PKB Hartati, Spt
2. Recording buku individu
ternak

24 | P a g e
Jumad, 28 Farm Limpakuwus ( 1. Pemeriksaan kodisi pedet Drh. Apsari
Juli 2017 Kandang Pedet H, I 2. Pengobatan pedet sakit K. ,M.sc
dan G)
Farm Limpakuwus 1. Pencatatan rekam medis Drh. Apsari
2. Rekording buku individu sapi K. ,M.sc
perah
Sabtu, 29 Farm Limpakuwus 1. Pemeriksaaan kondisi pedet Parto
Juli 2017 kandang G,H dan I 2. Pengobatan pada pedet
Farm Limpakuwus ( 1. Keswan dan Reproduksi Paryoto
Kandang Freestall) 2. Deteksi birahi/estrus
3. Inseminasi buatan
Farm Limpakuwus 1. Pengobatan supportif pada Sudarto -B
(Kandang A dan B) induk setelah melahirkan

Senin,31 Juli Farm Limpakuwus Orientasi Arief


2017 (Kantor) 1. Pengenalan lingkungan farm Fauzan
lipakuwus (Kandang kambing)
Farm Limpakuwus Pemotongan kuku kambing Sri H. P

Farm Limpakuwus Pengamatan kondisi kesehatan kambing Sunarto, S.p

Selasa, 01 Farm Limpakuwus Pemeliharaan ternak kambing Arief


Agustus Fauzan
2017
Farm Limpakuwus Pengukuran ternak (lingkar dada, Arief
panjang badan, tinggi badan, lingkar Fauzan
scrotum, panjang telinga kambing (PE))
Rabu, 02 Farm Limpakuwus 1. Pembersihan kandang kambing Arief
Agustus 2. Pemberian pakan Fauzan
2017

25 | P a g e
Farm Limpakuwus 1. Pengambilan darah dan Sunarto, S.p
pemberian introvit oral
Farm Limpakuwus 1. Pengobatan ternak (kambing) Sunarto, S.p

Farm Limpakuwus 1. USG Sunarto, S.p

Kamis, 03 Farm Tegalsari 1. Pengambilan darah massal Drh. Siti


Agustus Kholifah
2017
2. Rekam medis Drh. Siti
Kholifah
Jumad, 04 Farm Limpakuwus 1. Pemeliharaan ternak Drh. Rita
Agustus kambing
2017
Sabtu, 05 Farm Limpakuwus 1. Pemeliharaan ternak Drh. Rita
Agustus kambing
2017
Farm Limpakuwus 1. Pengobatan dan Pemberian Drh. Rita
Vitamin pada ternak

Senin, 07 Farm Tegalsari 1. Pemeliharaan ternak Agus Riono


Agustus
2017
Farm Tegalsari 1. Pengobatan ternak Tukiman
2. Pertolongan Kelahiran
(distokia)

Selasa, 08 Farm Tegalsari 1. Penanaman Indigofera Nofa


Agustus
2017

26 | P a g e
Farm Tegalsari 1. Pengukuran dan Dewi
Penimbangan berat badan

Farm Tegalsari 1. Pengobatan ternak Tukiman

Farm Tegalsari 1. Keswan dan repro Drh, Siti


Kholifah
Rabu, 09 Laboratorium Farm 1. Uji Rezasurin untuk Sri Respati
Agustus Tegalsari mengetahui jumlah bakteri
2017 yang terkandung dalam susu
2. Uji alkohol
3. Uji kualitas susu
menggunakan Milk
Analyzer

Kamis, 10 Laboratorium Farm 1. Pemeriksaan feses ternak Sri Respati


Agustus Tegalsari 2. Indentifikasi jenis telur
2017 cacing

Jumad, 11 Farm Manggala 1. Pengobatan ternak Arifin


Agustus (Pemberian vitamin)
2017
Farm Manggala 1. Recording ternak Suryoto

Sabtu, 12 Farm Tegalsari 1. Pemeliharaan Ternak Sutarko


Agustus
2017
Farm Tegalsari 1. Pengobatan ternak Sutarko

Farm Tegalsari 1. Pemberian susu ke pedet Sutono

27 | P a g e
Senin, 14 Farm Tegalsari 1. Pengenalan alat dalam Doris
Agustus pengolahan susu
2017 2. Pengolahan susu dan produknya

Selasa, 15 Farm Tegalsari 1. Pemasaran dan Informasi Toman


Agustus
2017
Rabu, 16 Farm Tegalsari 1. Presentasi laporan magang Toman
Agustus
2017

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pemeliharaan Ternak Sapi

Pemeliharaan ternak sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden


berdasarkan umur dari ternak sapi perah dibagi ke dalam dua bagian
besar,yaitu pemeliharaan pedet dan sapi dewasa yang memiliki perbedaan
dalam hal manajemen pemeliharaan, kesehatan maupun reproduksi sapi
perah itu sendiri.

3.2.1.1 Pemeliharaan Sapi Dewasa

Populasi sapi perah dewasa yang ada di BBPTU-HPT Baturraden


berkisar antara 1.600 ekor yang dibagi dalam beberapa kelompok umur
sesuai dengan kondisi fisik, produktifitas maupun kesehatan sapi perah.
Sapi perah yang tergolong sapi dewasa berusia sekitar 6 bulan dan telah
mencapai bobot badan ideal sapi dewasa. Pemeliharaan sapi dewasa di
BBPTU-HPT Baturraden dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :

a. Pembersihan Kandang

Sapi perah (FH) sangat rentan terhadap berbagai macam


penyakit, baik penyakit yang disebabkan oleh infeksi lokal maupun

28 | P a g e
sistemik. Sapi perah sangat rentan terhadap infeksi bakteri maupun
protozoa, oleh sebab itu kebersihan kadang menjadi hal yang paling
mendasar dalam mempertahankan produktifitas serta kesehatan sapi
perah.

Kandang sapi perah dewasa di BBPTU-HPT Baturraden


memiliki konsep yang modern, dengan memperhatikan 5 kebebasan
hewan sehingga hewan tetap dapat mengekspresikan tingkah laku
alamiahnya. Kadang sapi dibersihkan tiga kali sehari yaitu pagi hari
sebelum pemerahan, siang hari dan sore hari sebelum pemerahan
dilakukan. Kandang sapi dibersihkan menggunakan air mengalir
yang bersih, sapu lidi dan penggaruk kotoran sampai bersih sehingga
sapi perah nyaman dan bebas dari stress serta kontaminasi bakteri
yang dapat menyebabkan penyakit.

b. Memandikan ternak

Selain kebersihan kandang, kebersihan tubuh dari masing


sapi perah menjadi satu hal yang sangat penting dalam manajemen
pemeliharaan sapi perah. Sapi perah selain rentan terhadap infeksi
bakteri, tetapi juga sangat rentan terhadap infeksi parasit yang dapat
menyebabkan produktifitas sapi menurun drastis.

Sapi perah mudah terserang parasit baik ektoparasit maupun


endoparasit seperti kutu vagina, cacing, scabies, dan berbagai jenis
penyakit parasit yang disebabkan karena kurang bersihnya tubuh
sapi. Sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden rutin dimandikan setiap
hari dengan menggunakan air bersih yang mengalir serta sikat untuk
membersihkan tubuh sapi dari investasi parasit.

c. Pemberian pakan (Hijauan Pakan Ternak dan Konsentrat)

Pemberian pakan di BBPTU-HPT Baturraden disesuaikan


dengan kondisi dan umur ternak baik dari segi frekuensi maupun

29 | P a g e
kuantitas yang diberikan. Manajemen pemberian pakan yang
dilaksanakan di BBPTU-HPT Baturraden bagi ternak dewasa.

Pemberian pakan untuk sapi muda adalah 4-6 kg/ekor/hari


konsentrat, hijauan sebanyak 25-30 kg/ekor/hari, dan complete feed
5 kg/3kor/hari. Pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari dengan
kondisi terpisah. Air disediakan secara adlibitum.

Sapi induk diberi konsentrat sebanyak 7-9 kg/ekor/hari,


hijauan 45 kg/ekor/hari, legume 2-3 kg/ekor/hari, completed feed 7
kg/ekor/hari. Pakan diberikan dalam bentuk Total Mixed Ration
(TMR) yaitu hijauan, konsentrat dan complete feed yang di
campurkan dalam mesin yang di sebut dengan mesin pencacah
rumput dan pencampur pakan (Jaylor). Pemberian pakan dilakukan
2-3 kali sehari.

Jenis tanaman yang dijadikan sebagai hijauan pakan ternak


antara lain jenis Srugum vulgare, Gran panic, King grass, Panicum
Muticum, Brachiaria decumben, Brachiria ruziensin, Dwraf napier,
Setaria slendida, Setaria spacelata, Star grass, Mexicana, Gajah
afrika, Gajah thailand, Gajah haway dan Desmodium, Aracis pintoi.
Konsentrat yang digunakan di BBPTU-HPT Baturraden merupakan
konsentrat yang diolah secara mandiri di lingkungan balai.
Pembuatan atau pencampuran konsentrat dilaksanakan di gudang
pakan dengan menggunakan mesin feedmill berkapasitas satu ton..
Bahan-bahan yang digunakan adalah bungkil kelapa, bungkil
kedelai, pollard, Corn Gluten Meal (CGM), Corn Gluten Feed
(CGF), mineral, onggok, dan tepung jagung.

d. Penggembalaan

Penggembalaan bertujuan agar hewan dapat


mengekspresikan tingkah laku alamiahnya, menghindari sapi dari
rasa stress, serta menghindari terjadinya hipokalemia yan sangat

30 | P a g e
berpengaruh besar terhadap kualitas bibit yang dihasilkan serta
produknya dalam hal ini susu sapi itu sendiri.

e. Pemotongan Kuku

Pemotongan kuku pada sapi dewasa dilakukan untuk


mengindari pertumbuhan dan perkembangan bakteri pada kuku
yang dapat mengganggu.

f. Pemeriksaan Kondisi Ternak

Pemeriksaan kesehatan ternak dilakukan rutin setiap hari


terhadap seluruh ternak di farm meliputi pemeriksaan fisik umum,
pemeriksaan klinis serta semua aspek yang berhubungan langsung
ataupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan hewan.

Tahap pemeriksaan kesehatan umum dan reproduksi ternak


sebagai berikut:

1. Anamnesa dilakukan untuk mengetahui riwayat penyakit


yang pernah doderita oleh ternak, induknya maupun
teman sekandangnya.
2. Pemeriksaaan umum terhadap ternak dilakukan dengan
cara inspeksi (ditepuk secara perlahan), palpasi
(meraba), perkusi dan auskultasi.
3. Pemeriksaan klinis
4. Menentukan diagnosa dan metoda pengobatan
5. Pamantauan perkembangan penyakit/kesembuhan

3.2.1.2 Pemeliharaan Pedet


a. Pembersihan Kandang

Pembersihan kandang pedet disesuaikan dengan umur dan


kondisi pedet. Untuk pedet yang berumur 8 hari 4 bulan alas
kadang bagi pedet menggunakan jerami dan serbuk kayu untuk

31 | P a g e
menjaga kandang pedet tetap hangat dan bersih serta nyaman bagi
tempat peristirahatan pedet.

Jerami dan serbuk kayu diganti dua kali sehari untuk


menghindari kondisi kandang dari kelembapan yang mendukung
pertumbuhan bakteri dan parasit baik itu ektoparasit maupun
endoparasit yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan pedet dari segi kesehatan.

Kandang pedet dibersihkan menggunakan sapu lidi dan


sekop untuk mengangkat kotoran pedet,kandang pedet tidak
dianjurkan untuk dibersihkan menggunakan dengan air untuk
meghindari air untuk meghindari air untuk meghindari kandang
pedet dari kelembapan.

Kandang pedet yang berumur 4-6 bulan kandang pedet


dibersihkan mengunakan air yang mengalir dan sapu lidi sehigga
kotorannya langsung dibuang ke saluran pembuangan yang akan
dialirkan ke lahan yang ditanami hijauan pakan di sekitar farm
Tegalsari. Untuk kandang pedet yang berumur 4-6 bulan, kandang
dibersihkan 3 kali sehari sebelum dibeti pakan, hal ini bertujuan agar
pakan dan air minum yang diberikan tidak terkontamiasi kotoran
pedet itu sendiri.

b. Memandikan Pedet

Pedet dimandikan dengan menggunakan air bersih untuk


membersihkan tubuh dari kotoran dan sisa sisa pakan yang
menempel pada tubuh pedet. Pedet lebih sering dimandikan karena
pedet sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit yang dapat
menyebabkan kematian pada pedet itu sendiri.

Pedet dimandikan menggunakan air bersih yang mengalir


dan sikat untuk membersihkan tubuh pedet dari kotoran yang
menempel pada tubuh pedet. Pedet yang biasa dimandikan yaitu

32 | P a g e
pedet yang berumur lebih dari 4 bulan ke atas. Sedangkan pedet
yang berumur kurang dari 4 bulan hanya dibersihkan dengan
menggunakan sapu lidi pada kandangnya.

c. Pemberian Kolostrum dan Susu

Pemberian kolostrum diberikan pada pedet sejak lahir


sampai berumur 7 hari. Pemberian kolostrum dan susu dilakukan
dua kali sehari setelah susu diperah pada pagi dan sore hari.
Banyaknya pemberian susu pada pedet tergantung dari umur pedet.
Untuk pedet yang berumur kurang dari 3 bulan sebanyak 1 liter/ekor
dan lebih dari 3 bulan 1,5 liter/ ekor.

d. Pemberian Pakan

Pemberian pakan di BBPTU-HPT Baturraden disesuaikan


dengan kondisi dan umur ternak baik dari segi frekuensi maupun
kuantitas yang diberikan. Manajemen pemberian pakan yang
dilaksanakan di BBPTU-HPT Baturraden bagi ternak dewasa.

Pada umur delapan hari pedet mulai dilatih untuk memakan


hijauan dan calf starter dengan frekuensi pemberian satu kali satu
hari sedangkan untuk susu diberikan dua kali sehari.

Pemberian pakan untuk sapi muda adalah 4-6 kg/ekor/hari


konsentrat, hijauan sebanyak 25-30 kg/ekor/hari, dan complete feed
5 kg/3kor/hari. Pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari dengan
kondisi terpisah. Air disediakan secara adlibitum.

Sapi induk diberi konsentrat sebanyak 7-9 kg/ekor/hari,


hijauan 45 kg/ekor/hari, legume 2-3 kg/ekor/hari, completed feed 7
kg/ekor/hari. Pakan diberikan dalam bentuk Total Mixed Ration
(TMR) yaitu hijauan, konsentrat dan complete feed yang di
campurkan dalam mesin yang di sebut dengan mesin pencacah

33 | P a g e
rumput dan pencampur pakan (Jaylor). Pemberian pakan dilakukan
2-3 kali sehari.

Jenis tanaman yang dijadikan sebagai hijauan pakan ternak


antara lain jenis Srugum vulgare, Gran panic, King grass, Panicum
Muticum, Brachiaria decumben, Brachiria ruziensin, Dwraf napier,
Setaria slendida, Setaria spacelata, Star grass, Mexicana, Gajah
afrika, Gajah thailand, Gajah haway dan Desmodium, Aracis pintoi.

Konsentrat yang digunakan di BBPTU-HPT Baturraden


merupakan konsentrat yang diolah secara mandiri di lingkungan
balai. Pembuatan atau pencampuran konsentrat dilaksanakan di
gudang pakan dengan menggunakan mesin feedmill berkapasitas
satu ton. Bahan- bahan yang digunakan adalah bungkil kelapa,
bungkil kedelai, pollard, Corn gluten Meal (CGM), Corn Gluten
Feed (CGF), mineral,onggok, dan tepung jagung.

g. Penggembalaan
Penggembalaan bertujuan agar hewan dapat
mengekspresikan tingkah laku alamiahnya, menghindari sapi
dari rasa stress, serta menghindari terjadinya hipokalemia yan
sangat berpengaruh besar terhadap kualitas bibit yang dihasilkan
serta produknya dalam hal ini susu sapi itu sendiri.

h. Pemotongan Kuku

Pemotongan kuku pada sapi dewasa dilakukan untuk


mengindari pertumbuhan dan perkembangan bakteri pada kuku serta
menjaga kesieimbangan dari tubuh pedet itu sendiri agar pada saat
berjalan terjadi keseimbangan.

Pemotongan kuku pada sapi biasanya dilakukan


menggunakan palu dan gergaji dan dipotong dengan hati hati agar
tidak melukai kaki sapi.

34 | P a g e
i. Pemotongan Tanduk

Pemotongan tanduk pada pedet biasanya dilakukan pada


pedet yang berumur 2-6 bulan dengan menggunakan alat
pemotongan tanduk. Pemotongan tanduk itu sendiri tidak terlalu
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan sapi itu
sendiri. Pemotongan tanduk bertujuan agar antara ternak yang satu
dengan yang lainnya tidak saling melukai.

Sebelum dilakukan pemotongan tanduk, pedet dianastesi


menggunakan Lidokain 2 % yang diinjeksi sub cutan dan dibiarkan
5 menit agar anastesi bekerja sempurna. Setelah 5 menit kemudian,
tanduk dipotong menggunakan alat pemotongan tanduk sampai ke
akar tanduk dan kemudian disemprot menggunakan Povidon Iodin
ke luka bekas pemotongan tanduk untuk mencegah terjadinya
infeksi.

j. Pengukuran Ternak

Pengukuran ternak dilakukan antara kisaran umur 1 bulan -6


bulan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hewan.
Pengukuran ternak yang biasanya dilakukan adalah pengukuran
tinggi badan, berat badan,tinggi badan dan lingkar dada. Sapi yang
telah mecapai bobot maksimal akan dipindahkan ke Farm Manggala
untuk di rearing, dan setelah umur sapi 15 blan sapi akan dikawinkan
dengan cara Inseminasi buatan dengan syarat bobot badan sapi
minimal 300 kg. Apabila bobot minimal belum tercapai, sapi tidak
akan dikawinkan.

k. Pemeriksaan Kondisi Ternak

Pemeriksaan kesehatan ternak dilakukan rutin setiap hari


terhadap seluruh ternak di farm meliputi pemeriksaan fisik umum,

35 | P a g e
pemeriksaan klinis serta semua aspek yang berhubungan langsung
ataupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan hewan.

Tahap pemeriksaan kesehatan umum dan reproduksi ternak


sebagai berikut:

6. Anamnesa dilakukan untuk mengetahui riwayat penyakit


yang pernah doderita oleh ternak, induknya maupun
teman sekandangnya.
7. Pemeriksaaan umum terhadap ternak dilakukan dengan
cara inspeksi (ditepuk secara perlahan), palpasi
(meraba), perkusi dan auskultasi.
8. Pemeriksaan klinis
9. Menentukan diagnosa dan metoda pengobatan
10. Pamantauan perkembangan penyakit/kesembuhan

3.2.2 Hijauan Pakan Ternak dan Konsentrat

Pakan ternak merupakan salah satu unsur penting yang sangat


menentukan keberhasilan dalam usaha peternakan sapi perah baik
dalam hal reproduksi maupun produksinya. Jumlah pakan yang
seimbang dan memadai sesuai kebutuhannya akan menghasilkan
produksi susu yang optimal. Pakan untuk ternak sapi perah yang
diberikan di BBPTU-HPT Baturraden dikelompokan menjadi 3 bagian,
yaitu pakan hijauan, pakan tambahan berupa konsentrat, dan Complete
Feed.

Pakan hijauan yang diberikan adalah rumput raja (Pennisetum


purpupoides), dan rumput gajah (Pennisetum purpureum). Pola
pemberian pakan pada sapi perah dapat dibedakan berdasarkan status
fisiologisnya. Pemberian pakan di BBPTU-HPT Baturraden ini
menggunakan TMR (Total Mixed Ratio) yang diberikan 2 kali dalam
sehari sebanyak 7,5 kg pada pagi hari pukul 07.00 WIB sebelum

36 | P a g e
diberikan konsentrat dan pukul 14.00 WIB. Sementara untuk sapi yang
memiliki produksi susu yang tinggi diberikan TMR sebanyak 3 kali
yaitu yang terakhir pada pukul 21.00. TMR ini memiliki berbagai
keunggulan, diantaranya sistem pemberian pakan dengan cara ini
mampu memberikan keseimbangan nutrisi bagi sapi perah, karena
setiap sapi perah memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda.
Tujuan sapi perah diberikannya TMR ini adalah agar sapi tidak
memilih-milih pakan yang diberikan. Tentunya kandungan nutrisi yang
ada pada TMR untuk sapi yang berproduksi susu tinggi dengan sapi
yang memiliki produksi susu rendah akan berbeda. Berikut tabel
kandungan nutrisi konsentratnya:

Kandungan Nutrisi Konsentrat Sapi Perah di BBPTU-


HPT Baturraden

No. Jenis Konsentrat Protein Kasar Bahan Kering TDN


................
1. F1 18,
................ 8 75
2. F2 1...%..........
15, 83 73
3. F3 / Dara 4................
15, 83 71
4. Pedet 4.....
18, 82 74
5. Calf Starter 1
20, 48 74
3
Sumber : BBPTU-HPT Baturraden (2013) 4

Keterangan:
F1 Dewasa : untuk sapi perah laktasi dengan produksi tinggi (lebih
dari 20 kg).
F2 Dewasa : untuk sapi perah laktasi dengan produksi sedang (15-20
kg).
F3 / Dara : untuk sapi perah laktasi dengan produksi rendah (kurang
dari 15kg), sapi dara, dan sapi kering kandang.
Kebutuhan protein kasar F1 dalam ransum pada sapi yang memiliki
produksi susu yang tinggi adalah 18%, sementara pada Tabel 4 kandungan
protein kasar yang diberikan adalah 18,1% artinya, kebutuhan protein kasar
di BBPTU- HPT Baturraden sudah terpenuhi. Kebutuhan protein kasar
untuk ransum F2 belum mencukupi kebutuhan sapi perah produksi
sedang. Kebutuhan protein kasarnya yaitu 16% sedangkan pada ransum F2

37 | P a g e
hanya mengandung protein kasar sebesar 15,4%. Selain itu kebutuhan TDN
harus diperhatikan karena TDN mempengaruhi jumlah energi yang diserap
oleh ternak. Kandungan TDN sapi produksi tinggi di BBPTU-HPT
Baturraden sudah baik karena kandungan TDN konsentrat F1 dan F2
masing-masing adalah 75% dan 73% .Selain itu kebutuhan bahan kering
juga perlu diperhatikan, berikut merupakan perbandingan pemberian
bahan kering di BBPTU-HPT Baturraden dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel Perbandingan Bahan Kering Pakan Induk Laktasi Sapi


Perah BBPTU-HPT Baturraden

Jenis Rataan Pemberian BK Persentase


Pakan ..(kg/ekor).. ..%..
Hijauan 5,216 29,277
Konsentrat Komersil (F1) 6,225 34,940
Complete Feed 6,375 35,782
4.

Menurut Sudono (2003) perbandingan pakan untuk induk laktasi


adalah 60% hijauan dan 40% konsentrat. Pemberian pakan di BBPTU-
HPT Baturraden telah memenuhi syarat tersebut, karena kandungan
Complete Feed sendiri mengandung BK yang dapat menutupi kekurangan
yang terdapat pada konsentrat komersil. Selain itu kandungan Complete
Feed juga dapat menutupi kekurangan SK pada hijauan yang diberikan.

Rumput yang ditanam pada lahan BBPTU-HPT Baturraden tahun


2017 seluas 70 Ha, yang terbagi 40 Ha di lokasi Farm Limpakuwus dan 15
Ha di Farm Tegalsari, Farm Manggala 70 Ha.

Beberapa jenis varietas rumput tyang ditanam antara lain :

a. Rumput Raja ( King Grass) yang merupaka hasil persilangan


antara Pennisetum purpureum dengan Penisetum thypoides.
b. Rumput Gajah ( Pennissetum purpureum), tanaman rumput
ini berasal dari Afrika Tropis. Perawata dan pemupukan
dilakukan 1 sampai 2 kali per tahun dengan pupuk anorganik
dan pupuk organik. Selain lahan untuk tanaman rumput juga

38 | P a g e
terdapat legume yang ditanam sekitar area farm juga lahan
khusus tanaman legume.

Luas untuk tanaman legume sendiri mencapai kurang lebih 8 Ha.


Luas padang penggembalaan total 30 ha, terdiri dari 5 ha di Farm Tegalsari
dan 5 ha Farm Limpakuwus 20 ha di Manggala. Padang gembalaan seluas
0,5 Ha beralih fungsi menjadi area study teknis, sehingga untuk kepentingan
penggembalaan dapat memanfaatkan area yang masih ada secara baik.
Sedangkan dalam upaya mempertahankan budidaya hijauan pakan ternak
dan sebagai media informasi tentang hijauan pakan ternak bagi pihak luar
Balai maka Balai merawat kebun koleksi seluas 0,5 hektar yang ditanami
berbagai jenis tanaman, antara lain jenis Srugum vulgare, Gran panic, King
grass, Panicum Muticum, Brachiaria decumben, Brachiria ruziensin, Dwraf
napier, Setaria slendida, Setaria spacelata, Star grass, Mexicana, Gajah
afrika, Gajah thailand, Gajah haway dan Desmodium, Aracis pintoi.

Konsentrat yang digunakan di BBPTU-HPT Baturraden merupakan


konsentrat yang diolah secara mandiri di lingkungan balai. Pembuatan atau
pencampuran konsentrat dilaksanakan di gudang pakan dengan
menggunakan mesin feedmill berkapasitas satu ton. Kegiatan yang
dilakukan di dalam gudang adalah persiapan bahan, pencampuran dan
pengemasan (karung 50 kg) kemudian distribusi ke kandang atau farm
Manggala.

Bahan-bahan yang digunakan adalah bungkil kelapa, bungkil


kedelai, pollard, Corn Gluten Meal (CGM), Corn Gluten Feed (CGF),
mineral, onggok, dan tepung jagung.

Formulasi ransum yang digunakan sesuai dengan kondisi dan umur


ternak. Bahan-bahan tersebut dibuat campuran konsentrat dengan
komposisi dalam 4 (empat) formula yaitu :

1. Formula 1 untuk sapi induk dewasa produksi tinggi >20


liter/ekor/hari

39 | P a g e
2. Formula 2 untuk sapi induk dewasa produksi sedang dan
sapi dara <20 liter/ekor/hari
3. Formula Pedet untuk sapi pedet ( Umur 4 bulan- 6 bulan)
4. Formula Calf Starter untuk pedet ( Umur 8 hari- 4 bulan)
5. Formula Kambing digunakan untuk ternak kambing
yang ada di Limpakuwus.

3.2.3 Pemerahan Susu

Kegiatan pemerahan dilaksanakan pada kelompok sapi laktasi


secara apuh dan higienis sebanyak 2 kali sehari. Pada tahun 2017 ini waktu
pemerahan pagi pukul 04.30 s.d 07.30 WIB dan pemerahan sore pukul 15.30
s.d. 18.00 WIB. Pemerahan dilakukan menggunakan milking parlour, mesin
perah dan manual.

Pemerahan pada mesin Milkin parlour dilakukan untuk ternak


dengan produksi di bawah 15 kg/hari yaitu sapi- sapi yang berada di
kandang freestall. Sedangkan untuk sapi-sapi yang berada di kandang
pemerahan dilakukan dengan menggunakan perah portable ( Portable
Milking Machine).

Persiapan pemerahan dilakukan dengan membersihkan lingkungan


kandang, kemudian membersihkan ambing sapi dengan menggunakan air
mengalir, mengeringkan ambing sapi dengan menggunakan handuk yang
telah direndam dengan air hangat, memasang mesin perah pada keempat
ambing sapi, menunggu hingga susu benar-benar habis, kemudian puting
segera di dipping. Susu kemudian ditimbang dan dicatatproduksinya.

3.2.4. Kesehatan hewan

Program utama kegiatan kesehatan hewan adalah melakukan


kegiatan pengendalian hama dan penyakit hewan serta kegiatan
pengembangan kesehatan hewan. Kegiatan kesehatan Hewan meliputi

40 | P a g e
pengendalian dan penanganan kesehatan hewan secara preventif
(Pencegahan), kuratif (Pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan/recovery).
Adapun kegiatan Kesehatan Hewan yang telah dilakukan adalah :

1. Uji Laboratorium dan Uji Surveilance Penyakit

Uji laboratorium bertujuan untuk mengetahui secara


laboratoris kondisi kesehatan sapi dan peneguhan diagnosa apabila
terjadi kasus gangguan kesehatan.

Sampel yang diuji berupa feses ternak. Pengujian dilakukan


di Laboratorium balai yang juga bekerja sama dengan Balai Besar
Veteriner Wates.

2. Pemeriksaan Kesehatan dan Penanganan Kasus Penyakit Ternak

Pemeriksaan kesehatan ternak dilakukan setiap hari terhadap


seluruh ternak di Farm yang meliputi pemeriksaan fisik umum,
pemeriksaan klinis serta semua aspek yang berhubungan langsung
ataupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan hewan.
Tahap pemeriksaan kesehatan umum dan reproduksi ternak sebagai
berikut :

a. Anamnesa dilakukan untuk mengetahui riwayat


penyakit yang pernah diderita oleh ternak,
induknya maupun teman sekandanganya.
b. Pemeriksaan umum terhdap ternak dilakukan
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Pemeriksaan umum meliputi :
Bulu dan Mata
Temperature tubuh
Frekuensi pernapasan
Frekuensi denyut nadi
Selapu lendir

41 | P a g e
Susunan urat syaraf
Susunan alat pernapasan
Susunan alat pencernaan
Alat peredaran darah
Anggota gerak

c. Pemeriksaan Klinis
d. Menentukan diagnosa dan metoda pengobatan
e. Pemantauan kesembuhan penyakit

3. Pemeriksaan dan Pengobatan Mastitis

Pemeriksaan mastitis secara rutin dilakukan 1 kali dalam 1


minggu pada keempat kuartir ambing. Pemeriksaan dilakukan
terhadap semua sapi laktasi dengan metode California Mastitis Test
(CMT) untuk mengetahui mastitis sub clinis. Pengobatan diberikan
pada ternak yang positif terdeteksi mastitis saat dilakukan pengujian
CMT yang ditandai dengan menggumpalnya susu ketika
ditambahkan reagen dan diputar angka 8. Pengobatan mastitis
menggunakan antibiotik yang diinjeksi secara intramammary pada
puting yang terdeteksi positif mastitis.

4. Pengobatan Cacing

Pemberian obat cacing dilakukan secara serempak dengan


menggunakan jenis obat yang sesuai (aman) menurut status
reproduksi masing-masing ternak. Kegiatan ini merupaka tindakan
pencegahan agar ternak bebas dari infestasi cacing. Pemberian obat
cacing dilakukan secara berkala yaitu enam bulan sekali yang
diberikan secara peroral.

42 | P a g e
5. Pengobatan Ektoparasit

Pengobatan ektoparasit dilaksanakan apabila terjadi kasus


berdasarkan pemeriksaan di lapangan. Jika ditemukan paparan
ektoparasit pada ternak, tim medis segra melakukan penanganan dan
pengobatan agar ternak bebas dari gangguan ektoparasit tersebut.
Paparan ektoparasit di Farm terlihat dengan adanya kasus
ringworm/dermatitis, miasis dan kutu pada vagina.

Pengobatan terhadap adanya infestasi ektoparasit biasanya


tergantung dari jenis parasit tersebut. Misalnya untuk penyakit
miasis biasanya disemprot dengan Gusanex/Limoxin, pada kasus
kutu vagina biasanya diberikan bedak anti kutu.

6. Perawatan Kuku

Perawatan kuku dilaksanakan setian 6 bulan sekali untuk


masing-masing ternak. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga
kesehatan kuku dan teracak serta mencegah adanya infeksi akibat
benda asing/luka pada kuku. Pemotongan kuku dilakukan dengan
menggunakan alat khusus (Pisau pemotong kuku) dan diikuti
dengan pemberian antiseptik setelah potong kuku.

7. Pemotongan Tanduk

Pemotongan tanduk dilakukan pada betina sebelum berumur


7 hari menggunakan caustic soda. Sedangkan bagi sapi dewasa yang
tanduknya sudah terlanjur panjang, bisa dipotong menggunakan
gergaji.

8. Pemeriksaan Pasca Mati

Pemeriksaan pasca mati/bedah bangkai dilakukan oleh tim


Medis apabila ternak mati. Pambedahan dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian dan perubahan

43 | P a g e
pasca mati yang terjadi pada orga tubuh ternak. Pengambilan sampel
organ dapat dilakukan apabila dicurigai adanya infestasi
bakteri/virus/parasit sebagai media peneguhan diagnosa.

9. Pengambilan darah

Pengambilan sampel darah di BBPTU-HPT Baturraden


dilakukan secara massal/serempak. Pengambilan sampel darah
menggunakan jarum dan tabung vacum. Pengambilan darah
dilakukan pada kambing dan sapi. Untuk sapi dewasa pengambilan
darah dilakukan di vena cocygea yang berada di ekor, sementara
untuk pedet pengambilan darah diambil pada vena jugularis. Untuk
kambing pengambilan darah di vena jugularis.

3.2.5. Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)

Laboratorium melakukan kegiatan yang menunjang Kesehatan


Masyarakat veteriner (Kesmavet) terutama dalam pengujian susu. Kegiatan
yang dilakukan antara lain :

1. Uji Organoleptik

Pengujian Organoleptik merupakan pengujian susu dengan


mengamati kondisi fisik dari susu yang diperah.

a. Uji Warna, susu normal berwarna putih


b. Uji Bau, susu normal berbau khas susu
c. Uji Rasa, rasa susu normal sedikit manis

2. Uji Kualitas Susu

Laboratorium BBPTU HPT Baturraden pemeriksaaan susunan


(komposisi) susu menggunakan alat Milk Analyzer yang sangat
bermanfaat dalam pemeriksaan susu secara cepat. Dalam waktu 10
menit untuk pemeriksaaan per sampel susu sudah dapat diketahui kadar

44 | P a g e
lemak, berat jenis, kadar laktosa, kadar bahan kering tanpa lemak, kadar
protein, temperatur dan kadar air.

3. Uji Rezasurin

Uji Rezasurin bertujuan untuk mengetahui aktivitas bakteri


dalam susu. Pengujian ini dilakukan satu minggu sekali. Sampek
diambil dari milkcan dan cooling unit. Uji rezasurin menggunakan
peralatan Waterbatth dan Lovibond. Lovibond mempunyai skala
maksimal angka 6. Susu yang layak dikonsumsi harus mencapai
minimal skala 5.

4. Uji Antibiotik
Uji ini di lakukan untuk melihat residu atibiotik pada susu sapi,
apa bila terdapat antibiotik pada susu maka susu tidak boleh di
konsumsi karena bisa membuat tubuh konsumen menjadi resisten
terhadap antibiotik. Prosedur kerja tidak di lakukan pada saat kegiatan
di laboratorium karena tidak adanya bahan uji.

5. Pemeriksaan Parasit

Jika ada sapi yang terindikasi menderita cacingan (terinfeksi


endoparasit), diambil sampel fesesnya kemudian diperiksa secara natif
dan sentrifus di laboratorium dan diamati di bawah mikroskop.
Aapabila dalam pengamatan ditemukan telur cacing amak telur cacing
akan diidentifikasi species parasit tersebut. Hasil pemeriksaan ini
dijadikan peneguhan diagnosa infeksi endoparasit yang menyerang
sapi.

3.2.6. Reproduksi

Manajemen reproduksi ternak yang dilakukan di BBPTU-


HPT Baturraden meliputi kegiatan Inseminasi Buatan (IB) ,

45 | P a g e
Pemeriksaan kebuntingan (PKB), Pertolongan kelahiran,
Pemeriksaan reproduksi/sterility control dan Pengeringan.

1. Inseminasi Buatan

Metode perkawinan yang dilakukan di BBPTU-HPT adalah


IB. Pengamatan birahi dilakukan setiap hari berdasarkan data
perkiraan birahi ternak dan pengamatan umum gejala birahi
terhadap semua sapi betina dara siap kawin/sapi dewasa di kandang.
Hal ini penting dalam penentuan waktu IB yang tepat. Untuk
mendapatkan efisiensi reproduksi yang baik banyaknya perkawinan
dengan IB (kawin suntik) untuk setiap ekor sapi sampai menjadi
bunting paling banyak dilakukan 2 kali perkawinan. Apabila seekor
sapi dikawinkan lebih dari 2 kali dan tidak bunting,maka harus
dilakukan pemeriksaan dan penanganan reproduksi.

Inseminasi biasanya dilakukan setelah mengamati gejala


estrus yang timbul pada ternak betina dewasa. Tanda khas dari estrus
antara lain keluarnya lendir transparan, tidak berbau,kental dari
vulva, mounting,mukosa vagina berwarna merah,terasa hangat dan
untuk deteksi lebih lanjut bisa dilakukan palpasi perektal untuk
mencari adanya folikel dominan dan uterus menegang. Inseminasi
buatan yang dilakukan di BBPTU-HPT Baturraden dengan cara
memasukan semen (semen impor) ke dalam serviks dan dilepaskan
pada cincin ke 3 atau ke 4 serviks.

2. Pemeriksaan Kebuntingan

Pemeriksaan kebuntingan yang dilakukan di BBPTU-HPT


Baturraden menggunakan dua metode yaitu USG dan palpasi per
rektal terhadap uterus dan isinya. Diagnosa dengan metode palpasi
per rektal dapat dilakukan 60 hari sesudah inseminasi buatan.
Sementara USG dapat dilakukan 40 hari setelah inseminasi buatan.

46 | P a g e
3. Pertolongan Kelahiran
Pertolongan kelahiran dilakukan apabila terjadi kesulitan
kelahiran. Pertolongan kelahiran bertujuan untuk
menyelamatkan pedet dan mempertahankan kesehatan induk
ternak.
4. Pemeriksaan Reproduksi (Sterility Control)

Pemriksaan kesehatan reproduksi sangat penting untuk


mengetahui status kondisi reproduksi dan diagnosa gangguan
kesehatan reproduksi. Selain itu juga dapat mengukur kesuburan
ternak, kondisi kemajira ringan (infertile) atau kondisi kemajiran
tetap (steril).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi reproduksi


hormonal, pegelolaan ternak, penyakit kelamin menular, kelainan
anatomi, kelainan patologi, dan lingkungan. Tindakan pengobatan
dilakukan sebagai upaya agar sapi perah mempunyai status
reproduksi yang baik. Pengobatan post partus dapat diberikan obat
untuk Supportif post partus misalnya pemberian vitamin ADE
(Vigantol), Metricur intrauteri yang mengandung Sepharinin yg
berfungsi sebagai antibiotik + PGF 2 alfa yg berfungsi untuk
mempercepat involusi uteri, birahi dan bunting.

5. Program Pengeringan

Tujuan dari program pengeringan adalah memberikan


kesempatan ambing istirahat dalam kondisi sehat untuk
mempersiapkan periode laktasi berikutnya. Pengeringan dilakukan
pada sapi induk laktasi yang sudah bunting berumur 7 bukan dan
sapi laktasi dengan produkis kurang lebih 10 liter susu/hari atau
sudah 305 hari laktasi dan sapi sakit.

Metode pengeringan dilakukan dengan cara pemerahan


berselang kombinasi penghentian pemberian konsentrat dengan

47 | P a g e
tiba-tiba. Pengeringan dengan menggunakan pemerahan berselang
merupakan cara yang efektif dan memperkecil timbulnya gangguan
kesehatan pada ambing. Waktu yang diperlukan dalam proses
pengeringan berkisar 3 (tiga) minggu sebelum usia kebuntingan
ternak 7 bulan tergantung jumlah produksi pada akhir pemerahan.
Untuk mencegah terjadinya mastitis pada periode laktasi berikutnya,
setelah selesai proses pengeringan diberikan obat mastitis masa
kering secara intra mammary.

3.2.7 Manajemen Pembibitan ternak (Pemuliaan Ternak)

1. Recording Ternak

Setiap pedet yang lahir dibuat Berita Acara Kelahiran


Ternak, sekaligus sebagai Akte Kelahiran dan tercatat dalam kartu
rekording individu ternak. Catatan ini meliputi identifikasi ternak,
foto/sketsa gambar ternak, nomor registrasi (eartag), nama, jenis
kelamin, bobot lahir, tanggal lahir, silsilah sampai dua generasi
keatas (bapak, induk,kakek,nenek) dan beberapa catatan
pertumbuhan serta kesehatan. Selanjutnya dicatat pula hasil
penimbangan/pengukuran, perkawinan dan catatan produksi susu
per individu ternak.

2. Body Conditional Score (BCS)

BCS adalah metode pengukuran kritis terhadap keefektifan


sistem pemberian pakan pada sapi perah, bertujuan untuk
mengetahui pencapaian standar kecukupan cadangan lemak tubuh
yang akan mempengaruhi dalam penampilan produksi susu,
efisiensi reproduksi dan herd longevity. Standar penilaian untuk
kondisi tubuh ternak.

48 | P a g e
3. Seleksi dan Afkir

Kegiatan seleksi ternak dilakukan berdasarkan penilaian


terhadap faktor umur, BCS/performa, pertumbuhan berat badan,
kesehatan dan reproduksi, nilai grade, produksi, dan NP (Nilai
Pemuliaan). Hasil seleksi dibedakan antara sapi bibit dan non bibit,
jantan dan betina. Penilaian bibit ini dilakukan dengan
menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI).

3.2.8 Pemeliharaan Kambing ( Peranakan Etawah dan Saanen)


1. Kambing Saanen
Kambing saanen berasal dari lembah Saanen
Switzerland,memiliki tanda tidak bertanduk (jantan dan betina),
warna putih atau krem muda/pucat, hidung,telinga, dan ambing
belang, dahi lebar, telinga sedang dan tegak.

2. Kambing Etawah (Jamnapari)

Kambing Etawah berasal dari jamnapari India dengan ciri


hidung melengkung, telinga panjang (30cm) terkulai, kaki dan
berbulu panjang pada garis belakang kaki, jantan dan betina
bertanduk, tinggi badan jantan dewasa mencapai 90-127 cm dan
betina dewasa mencapai 76-92 cm. Bobot jantan dewasa sekitar 68-
91 kg dan betina dewasa 36-63 kg. Rataan produksi susu 3
liter/ekor/hari dengan ambing relatif besar dan panjang seperti botol.

3. Kambing PE (Peranakan Etawah)

Kambing PE merupakan hasil persilangan kambing kacang


dan etawah. Ciri telinga panjang 18-30 cm, bobot hidup jantan

49 | P a g e
mencapai 40 kg dan betina 35 kg, tinggi punggung 76-100 cm,
warna kambing bervariasi dari coklat sampai hitam.

4. Pembersihan dan sanitasi kandang


Cara membersihkan kandang pada ternak kambing berbeda
dari ternak sapi. Kandang kambing dibersihkan dengan cara kotoran
dibuang menggunakan sapu sehingga kotoran dapat jatuh ke bagian
bawah kandang. Pembersihan kandang dilakukan tanpa air agar
menghindari pertumbuhan kuman penyakit yang mampu
menginfeksi kambing. Sanitasi kandang dilakukan dengan cara
pengapuran satu bulan sekali dan ternak boleh dimasukkan kembali
dalam kandang satu minggu setelah pengapuran.
5. Pemberian pakan
Pemberian pakan pada ternak kambing dilakukan secara
berurutan dimulai dari pemberian konsentrat pada jam 07.00, 1 jam
setelahnya lalu diberikan rumput odot beserta legum. Pemberian
pakan yang tidak dicampur ini dilakukan karena kambing
merupakan hewan yang pemilih dalam hal makan, sehingga
pemberian pakan dilakukan secara terpisah.
6. Pemeriksaan kondisi
Pemeriksaan kondisi yang dilakukan pada ternak kambing
umumnya sama dengan pemeriksaan kondisi pada ternak sapi.
7. Pakan

Pakan kambing di Farm Lipakuwus dikelompokkan menjadi tiga


yaitu :

a. Sumber energi : biji-bijian antara lain jagung, sorgum,


dedak padi, dedak gandum,dedak jagung, ketela rambat,
singkong, onggok, rumput-rumputan dan jerami padi.
b. Sumber protein: Jenis leguminosa yaitu lamtoro, turi,
glirisida,centrocema, sisa pertanian (daun kacang, daun
singkong, biji kapas, ampas tahu, ampas kecap.

50 | P a g e
c. Sumber mineral : dapat ditambahkan garam atau mineral
mix. Air minum harus selalu ada dalam kandang.

Pemberian pakan pada ternak kambing diberikan 3 kali sehari


yaitu pagi, siang dan sore hari. Pemberian pakan diberikan secara
bertahap dimulai dengan pemberian konsentrat terlebih dahulu, lalu 1
jam kemudian diberikan rumput dan leguminosa. Pemberian pakan
diberikan secara adbilitum dan air minum selalu tersedia dalam
kandang.

8. Perkandangan

Kambing sangat retan terhadap berbagai infeksi penyakit, oleh


sebab itu kebersihan kandang sangat berperan penting dalam menjaga
kesehatan hewan. Kandang kambing harus segar ( ventilas baik, cukup
cahaya matahari). Kandang dibuat dalam bentuk punggung, sekat dapat
dibongkar pasang dan lantai dari bambu, dibelakang kandang dibuat
penampungan kotoran.

9. Pengelolaan Reproduksi

Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6-10 bulan dan


dikawinkan pada umur 20-21 bulan atau saat bobot badan mencapai 55-
60 kg. Lama estrus pada kambing berkisar antara 24-45 jam serta siklus
strus berselang antara 17-21 hari.

Tanda yang dapat diamati pada betina yang mengalami estrus


antara lain ternak terlihat gelisah, nafsu makan dan minum turun, ekor
sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak,diam jika dinaiki.
Bila gejala estrus terlihat di pagi hari maka sore atau keesokan harinya
dikawinkan.

Dalam sistem perkandangan yang ada di BBPTU-HPT


Baturraden dibagi dengan perbandingan dalam 1 kandang berisi 1 :10/11
dimana 1 kandang biasanya ditempati oleh 10 atau 11 ekor kambing

51 | P a g e
betina dan 1 ekor jantan sehingga dapat terjadi perkawinan secara alami.
Sistem perkawinan kambing di BBPTU-HPT Baturraden adalah kawin
koloni.

Apabila ditunjang dengan pengelolaan dan manajemen yang


baik, maka kambing akan beranak 7 bulan sekali. Perkawinan kembali
dapat dilakukan setelah kambing melahirkan 1 bulan. Masa
penyapihananak pada 3-4 bulan.

10. Pemeliharaan Anak Kambing (Cempe)

Anak kambing yang baru lahir biasanya akan dibantu untuk


menyusui langsung pada induknya untuk mendapatkan kolostrum.
Kolostrum berfungsi sebagai antibody maternal yang didapatkan anak
dari induk setela melahirkan.

11. Recording Ternak

Setiap cempe yang lahir dibuat Berita Acara Kelahiran Ternak,


sekaligus sebagai Akte Kelahiran dan tercatat dalam kartu rekording
individu ternak. Catatan ini meliputi identifikasi ternak, foto/sketsa
gambar ternak, nomor registrasi (eartag), nama, jenis kelamin, bobot
lahir, tanggal lahir, silsilah sampai dua generasi keatas (bapak,
induk,kakek,nenek) dan beberapa catatan pertumbuhan serta kesehatan.
Selanjutnya dicatat pula hasil penimbangan/pengukuran, perkawinan
dan catatan produksi susu per individu ternak.

12. Body Conditional Score (BCS)

BCS adalah metode pengukuran kritis terhadap keefektifan


sistem pemberian pakan pada kambing perah, bertujuan untuk
mengetahui pencapaian standar kecukupan cadangan lemak tubuh yang
akan mempengaruhi dalam penampilan produksi susu, efisiensi

52 | P a g e
reproduksi dan herd longevity. Standar penilaian untuk kondisi tubuh
ternak.

13. Pengukuran Ternak

Pengukuran ternak dilakukan antara kisaran umur 1 bulan -6


bulan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hewan.
Pengukuran ternak yang biasanya dilakukan adalah pengukuran tinggi
badan, berat badan,tinggi badan dan lingkar dada.

Pada pengukuran ternak kambing, maka kambing jantan harus


diukur lingkar scotumnya, dimana semakin besar diameter scrotum,
maka kemampuan dan libido kambing jantan tersebut bagus dan tinggi.
Khusus bagi kambing PE, panjang telinga diukur untuk mengetahui
kualitas dari kambing PE tersebut, semakin panjang telinga, maka
semakin bagus kualitas kambing tersebut. Kambing yang telah mecapai
bobot maksimal akan dikawinkan dengan cara Inseminasi buatan
dengan syarat bobot badan sapi minimal 55 kg. Apabila bobot minimal
belum tercapai, kambing tidak akan dikawinkan.

14. Pemerahan Susu Kambing


Prinsip pemerahan yang dilakukan pada ternak kambing sama
dengan prinsip pemerahan pada sapi. Hal yang membedakannya adalah
pemerahan terhadap kambing saanen dilakukan dengan mesin perah,
sedangkan pemerahan susu terhadap kambing peternakan etawah
dilakukan secara manual. Dalam sehari, kambing yang diperah susunya
berjumlah 87 ekor. Hasil produksi susu kambing peternakan etawah
kurang lebih 2 liter per hari. Hasil produksi susu kambing saanen sekitar
4 liter per hari
15. Pemotongan tanduk

Pemotongan tanduk pada kambing di BBPTU HPT tidak


dilakukan karena belum memiliki alat yang memadai untuk dilakukan

53 | P a g e
pemotongan tanduk dan belum ada penetapan Standar Nasional
Indonesia (SNI) pemotongan tanduk.

16. Pemotongan Kuku

Perawatan kuku dilaksanakan setiap 6 bulan sekali untuk


masing-masing ternak. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan
kuku dan tracak serta mencegah adanya infeksi akibat benda asing/luka
pada kuku. Pemotongan kuku dilakukan dengan menggunakan alat
khusus (pisau pemotong kuku), dan diikuti dengan pemberian antiseptik
setelah potong kuku selesai.

17. Kesehatan Hewan

Penyakit yang sering menyerang ternak kambing adalah scabies


dan kembung (bloat). Scabies disebabkan oleh adanya investasi parasit
kulit. Tanda kambing terkena scabies yaitu perut di sebelah kiri
membesar, bulu rontok, kulit merah dan menebal, tempat yang diserang
adalah bagian wajah, telinga, pangkal ekor, leher dll. Pencegahan
dilakukan dengan menjaga kebersihan dan pemisahan ternak yang sakit.

Kembung pada kambing disebabkan oleh adanya gas yang


timbul oleh makanan (rumput muda) yang ditandai dengan perut sebelah
kiri membesar, nafas pendek dan cepat, nafsu makan menurun.
Pencegahannya dilakukan dengan cara ternak untuk sementara tidak
diberikan rumput muda dan diberikan larutan gula merah dan asam
jawa, kemudian gas dikeluarkan dengan cara memijat perut kambing
secara perlahan.

3.2.9 Pengolahan Susu Kambing dan Sapi

Pengolahan susu yang diikuti selama kegiatan magang di


BBPTU-HPT Baturraden yang dilakukan di gedung Pengolahan Susu
adalah pengolahan susu kambing menjadi susu bubuk dan susu sapi

54 | P a g e
menjadi susu kemasan (cup). Mesin yang digunakan dalam dalam
pembuatan susu bubuk yaitu mesin Boiler, mesin Pasteurisasi, mesih
homogen, mesin Powder dan mesin Penggiling.

Dalam proses pembuatan susu bubuk yang berasal dari susu


kambing, susu kambing yang beku dilunakan dengan cara direndam
dalam air, dan kemudian dimasukan kedalam mesin Boiler selama 1
jam, setelah itu susu dipasteurisasi dan dihomogenkan dengan mesin
homogen dan pasteurisasi selama 15 menit, dan selanjutnya susu
dimasukkan kedalam mesin powder lalu ketika susu telah berubah
menjadi bubuk, susu kemudian digiling lagi untuk mendapatkan bubuk
susu yang lebih halus. Bubuk susu yang telah halus kemudian siap
dipacking.

Susu bubuk yang diproduksi biasanya dari susu kambing yang


telah dicampur antara susu kambing Saanen dan susu kambing PE.
Dalam produksinya, 1 kg susu bubuk setara dengan 10 liter susu
kambing. Pasteurisasi yang dilakukan di BBPTU-HPT Baturraden
dilakukan 1 bulan sekali yang menggunakan 120 liter susu sapi,
sehingga hasilnya sebanyak 600 cup, dimana 1 liter susu sapi setara
dengan 5 cup susu kemasan yang diproduksi.

55 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kegiatan magang merupakan kegiatan wajib semester IV yang terdiri


dari 2 sks. Kegiatan magang dilaksanan di Balai Besar Pembibitan Ternak
Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden, purwoketo, Jawa Tengah pada
tanggal 17 juli 2017- 16 agustus 2017.

Kegiatan magang dilaksanan pada 3 farm yaitu farm tegalsari, farm


limpakuwus dan farm manggala. Adapun 3 jenis ternak yang di pelihara yakni
sapi FH, kambing Saanen dan kambing peranakan etawa.
Kegiatan magang meliputi pemeliharaan ternak dewasa dan ternak muda,
pemerahan susu, kesehatan hewan dan reproduksi, pembibitan dan penanaman
hijauan pakan ternak, pemotongan kuku, pemotongan tanduk, pengambilan
darah dan pengujian sampel di Laboratorium.
4.2 Saran
Untuk lembaga Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan
Ternak :
- Kebersihan kandang di farm limpakuwus harap lebih di
perhatikan untuk tercapainya kesehatan hewan yang efektif.
- Pada kandang di Farm limpakuwus kambing diharapkan di
beri papan penamaan kandang, agar tidak membingungkan
pengunjung.
Untuk mahasiswa magang :
Mahasiswa magang disarankan untuk mempelajari dan memahami setiap
aspek yang berkaitan dengan manajemen peternakan.

56 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

http://bbptusapiperah.ditjennak.pertanian.go.id.

http://bbptusapiperah.ditjenptk.pertanian.go.id.

57 | P a g e
LAMPIRAN

1. PEMELIHARAAN TERNAK

Pembersihan Kandang Sanitasi kandang

Memandikan Ternak Pemberian Konsentrat

Pemberian Hijauan Pakan Pemberian Colostrum

58 | P a g e
2. HIJAUAN PAKAN TERNAK DAN KONSENTRAT

Pembibitan Indigofera Lahan Hijau

Mesin Pencacah (TMR) Konsentrat

Pemupukan Pakan yang siap didistribusikan

59 | P a g e
3. PENIMBANGAN, PENGUKURAN DAN RECORDING

Tinggi Badan Lingkar Dada

Berat badan Panjang Badan

Recording Ternak

60 | P a g e
4. PEMOTONGAN KUKU DAN TANDUK

Pemotongan Kuku Kambing Pemotongan Tanduk

5. PENGAMBILAN DARAH

Vena Jugularis (Kambing) Vena Cocygea (Sapi)

6. PEMERAHAN SUSU

Pemerahan dengan Mesin portable Penimbangan Susu

61 | P a g e
Penyaringan Susu ke dalam drum Pembuangan Susu yang
terinfeksi Mastitis

Pemberian Povidon Iodin pada Putting Pencatatan Produksi Susu

setelah pemerahan

Pembersihan alat setelah pemerahan susu

62 | P a g e
7. PEMERIKSAAN MASTITIS

Pengabilan susu secara manual dan disimpan Reagen CMT


dalam paddle mastitis

Penambahan reagen CMT Susu dan reagen CMT diaduk


agar homogen

Hasil Negatif(-) dari pemeriksaan CMT

63 | P a g e
8. PENGOBATAN/INJEKSI

Bloat (Peroral) menggunakan Tympanol Intramuscular

menggunaka obat Novaldon

Pengolesan salep pada luka

9. REPRODUKSI

Deteksi estrus Palpasi/PKB

64 | P a g e
IB Endometritis

Metricure Intrauterine USG

10. LABORATORIUM

Pengamatan Telur cacing dibawah Mikroskop Pengujian Alkohol

65 | P a g e
Menghancurkan Feses Sampel feses yang akan diuji

Milk Analyzer Lovibond

11. KESEHATAN HEWAN

Pemberian Lactacloc pada Abses Gusanex untuk


menghindari infestasi lalat

66 | P a g e
Bedak untuk membasmi kutu vagina Calciject untuk
Hipokalemia

Alat USG Limoxin untuk luka

12. PENGOLAHAN SUSU

Susu Kambing yang dibekukan Susu direndam dalam air

67 | P a g e
Mesin Powder Mesin Powder

Susu Bubuk Mesin Boiler

Mesin Pasteurisasi Mesin Pengemasan

Susu Kemasan

68 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai