NIM :1509010018
KUPANG
2017
BIODATA
2|Page
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala bimbingan serta perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Magang Mandiri Mahasiswa di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul
dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HTP) Baturraden yang merupakan salah satu
syarat untuk dalam melanjutkan perkuliahan ke semester IV di Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Nusa Cendana Kupang Nusa Tenggara Timur.
Penulis
3|Page
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.................................................................................. II
Biodata..................................................................................................... III
Kata pengantar......................................................................................... IV
Daftar isi.................................................................................................. V
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang....................................................................... 5
1.2 Tujuan.................................................................................... 7
1.3 Manfaat.................................................................................. 8
1.4 Tempat dan Waktu................................................................. 8
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.1 Gambaran Umum BBPTU-HPT Baturraden......................... 9
2.2 Sapi Perah............................................................................. 13
2.3 Kambing Saanen................................................................... 14
2.4 Kambing Peranakan Etawa................................................... 15
2.5 Hijauan Pakan Ternak............................................................ 16
2.6 Konsentrat.............................................................................. 17
Bab III. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil ...................................................................................... 19
3.2 Pembahasan............................................................................ 27
Bab IV. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan............................................................................. 54
4.2 Saran....................................................................................... 54
Daftar Pustaka.......................................................................................... 55
Lampiran.................................................................................................. 56
4|Page
5|Page
BAB I
PENDAHULUAN
6|Page
dewasa dan sapi jantan dengan sistem rearing farm. Munggangsari (10,09
Ha) dimanfaatkan sebagai pusat pelatihan peternak dan perumahan dinas.
Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil susu terbesar yang
dapat menyuplai sebagian besar kebutuhan susu dunia. Beberapa jenis
bangsa sapi perah yang umumnya dikenal dan dipelihara dengan tujuan
utama sebagai penghasil susu antara lain adalah: Ayshire, Brown Swiss,
Guerensey, Jersey, dan Friesian Holstein. Diantara kelima jenis bangsa sapi
tersebut yang paling banyak dipelihara di Indonesia dan yang terdapat di
BBPTU-HPT Baturraden adalah bangsa sapi perah Friesian Holstein atau
disebut juga dengan sapi Fries Holand. Bangsa sapi Friesian Holstein
adalah bangsa sapi perah yang memiliki warna hitam dan putih menonjol
karena banyaknya jumlah produksi susu namun kadar lemaknya rendah.
Sapi FH mempunyai beberapa keunggulan, salah satunya yaitu jinak, tidak
tahan panas tetapi sapi ini mudah menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan (Blakely dan Bade, 1998).
Pakan merupakan faktor yang mempengaruhi produksi susu baik
dari kualitas maupun kuantitasnya. Pakan dengan kandungan nutrisi yang
baik akan meningkatkan produksi susu sapi perah, sedangkan pakan dengan
kandungan nutrisi yang tidak baik akan menurunkan produksi susu sapi
perah tersebut. Oleh karena itu pemberian pakan harus diperhatikan baik
dari jumlah maupun kandungan nutrisinya sehingga dapat memenuhi untuk
kebutuhan pokok(maintenance), produksi maupun reproduksi. Adapun
pakan yang diberikan kepada sapi-sapi di BBPTU-HPT Baturraden terdiri
dari pakan hijauan dan konsentrat dengan perbandingan hijauan dan
konsentrat sebanyak 70 : 30. Perbandingan pakan hijauan dan konsentrat
yang baik pada sapi perah adalah 60 : 40 (Sudono, 2003; Anggraeni, dkk.,
2008).
Nusa Tenggara Timur merupakan Provinsi yang wilayahnya terbagi
menjadi beberapa kabupaten yang memiliki iklim yang berbeda- beda.
Perbedaan iklim dari masing masing kabupaten yang berada di NTT
menjadikan provinsi ini memilki keanekaragaman dalam pemeliharaan
7|Page
ternak baik itu sapi dan kambing. Ternak sapi yang terdapat di provinsi NTT
merupakan bangsa sapi Bali atau yang dikenal juga sebagai sapi timor. Sapi
Bali memiliki keunggulan yaitu tahan terhadap cuaca ekstrim dan
kekurangan air. Sapi ini mampu bertahan dan berkembang biak pada suhu
lebih dari 35 derajat celcius. Beberapa wilayah kabupaten di Propivinsi NTT
memiliki iklim yang tidak jauh berbeda dengan iklim Baturraden, dengan
adanya kunjungan magang ke BBPTU-HTP Baturraden ini dapat membuka
wawasan mahasiswa dalam mengembangkan peternakan sapi perah di NTT
dan mempelajari manajemen peternakan sapi perah,kambing perah maupun
hijauan pakan ternak.
Program magang di BBPTU-HPT Baturraden merupakan kegiatan
yang bertujuan memberikan kemampuan dan pelatihan kepada mahasiswa
mengenai manajamen peternakan yang baik yaitu berupa tata laksana
pemeliharaan ternak serta meningkatkan keterampilan dalam menangani
kasus penyakit.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang mandiri ini diantaranya adalah:
1. Mengetahuai gambaran umun tentang struktur organisasi dalam
Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak
(BBPTU-HTP) Baturraden
2. Mengetahui SOP dalam penanganan hewan baik itu sapi perah,
kambing perah maupun hijauan pakan ternak
3. Mengetahi manajemen peternakan secara umum pada hewan ternak
4. Mengetahui teknik restrain ternak
5. Mengetahui dan mempelajari teknik pada program Inseminasi
buatan pada ternak (Sapi perah dan Kambing perah)
6. Mengetahui cara menyeleksi pejantan unggul maupun betina
produktif
7. Mengetahui ternik pemilihan jenis pakan baik itu hijauan dan
konsentrat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan ternak
8|Page
8. Mengetahui teknik dan prosedur pemeriksaan kesehatan hewan
secara umum serta treatment terhadap jenis penyakit tertentu
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini daantaranya adalah:
1. Mahasiswa sebagai calon sarjana kedokteran hewan dan dokter
hewan memperoleh pengetahuan, ketrampilan sesuai dengan tujuan
dari kegiatan magang diatas.
2. Memiliki gambaran tentang dokter hewan praktisi yang profesional
mengetahui langsung kondisi dan keadaan di lapangan dalam
lingkup yang berkaitan dengan segi pendidikan dokter hewan
maupun di luar segi profesi secara nyata di lapangan.
9|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10 | P a g e
Misi :
2.1.3 Motto
Bibit berkualitas solusi cerdas
11 | P a g e
9. Pengelolaan pakan ternak dan hijauan pakan ternak
10. Pelaksanaan penyebaran, distribusi, pemasaran, dan informasi hasil
produksi bibit unggul sapi perah dan kambing perah bersertifikat serta
hasil ikutannya dan hijauan pakan ternak
11. Pelaksanaan evaluasi kegiatan pembibitan ternak unggul dan hijauan
pakan ternak unggul
12. Pemberian playanan teknis pemeliharaan, produksi, pemuliaan, dan
pengembangan bibit sapi perah dan kambing perah unggul
13. Pemberian pelayanan teknis penyediaan pakan dan pengelolaan hijauan
pakan ternak
14. Pengelolaan prasarana dan saran teknis
15. Pengelola urusan tata usaha dan rumah tangga BBPTUHPT Baturraden.
2.1.5 Sejarah
12 | P a g e
2.1.6 Populasi
Populasi kambing.
Dewasa Muda
2014 1 8 71 1 81
13 | P a g e
2.2 Sapi Perah
Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil susu terbesar yang dapat
menyuplai sebagian besar kebutuhan susu dunia. Beberapa jenis bangsa sapi perah
yang umumnya dikenal dan dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil susu
antara lain adalah: Ayshire, Brown Swiss, Guerensey, Jersey, dan Friesian Holstein.
Diantara kelima jenis bangsa sapi tersebut yang paling banyak dipelihara di
Indonesia adalah bangsa sapi perah Friesian Holstein atau disebut juga dengan sapi
Fries Holand.
Bangsa sapi Friesian Holstein adalah bangsa sapi perah yang berasal dari
Belanda dari Provinsi Belanda Utara dan Propinsi Friesland Barat, di Amerika
disebut Holstein dan di Eropa sering disebut Friesian. Sapi jenis ini di Indonesia di
sebut Fries Holland atau Friesian Holand (FH) (Soetanto, 2003). Sapi yang
berwarna hitam dan putih sangat menonjol karena banyaknya jumlah produksi susu
namun kadar lemaknya rendah. Bangsa Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan
bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80--90% dari
seluruh sapi perah yang ada. Sapi ini berasal dari Belanda yaitu di Provinsi North
Holand dan West Friesland yang memiliki padang rumput yang cukup luas. Sapi
FH mempunyai beberapa keunggulan, salah satunya yaitu jinak, tidak tahan panas
tetapi sapi ini mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan (Blakely dan
Bade, 1998).
Sapi FH termasuk salah satu jenis sapi perah yang banyak dipelihara karena
beberapa faktor keunggulannya. Menurut Dematewewa et.al, (2007), sapi Friesian
Holstein mempunyai masa laktasi panjang dan produksi susu tinggi, serta
persistensi produksi susu yang baik. Selain itu sapi perah FH juga merupakan jenis
sapi perah yang cocok untuk daerah Indonesia. Namun demikian produksi susu per
ekor per hari pada sapi perah FH di Indonesia relatif rendah jika dibandingkan
dengan produksi susu di negara asalnya (Atabany et.al., 2011). Sapi Friesian
Holstein (FH) adalah sapi dengan produksi susu tertinggi dibanding jenis sapi perah
yang lain, selain itu kadar lemak susunya rendah (Sudono et.al., 2003).
14 | P a g e
Bangsa sapi perah yang asli berasal dari Indonesia dapat dikatakan tidak
ada. Sapi perah di Indonesia berasal dari sapi impor dan hasil persilangan sapi impor
dengan sapi lokal. Menurut Dirjen Peternakan dan Direktorat Pembibitan (2000),
pada tahun 1995 di Indonesia terdapat sekitar 200.000 ekor sapi perah dan
semuanya merupakan sapi FH dan keturunannya. Sapi FH tersebut berasal dari
Belanda dan Australia. Sejak tahun 1972 Indonesia mulai impor semen beku dari
New Zeland dan mulai tahun 1979 dilakukan import sapi perah dara langsung dari
Australia dan New Zeland.
4. ambing besar;
15 | P a g e
Kambing Saanen memiliki ambing yang terletak di antara perut dan dua
kaki belakang, bulunya pendek berwarna putih, hidungnya lurus dan muka berupa
segi tiga. Telinga kambing Saanen sederhana dan tegak ke sebelah dan ke depan,
berekor tipis dan pendek, jantan dan betina bertanduk, panjang ambing berbeda-
beda sekitar 3 - 4 cm, dan panjang puting 5 - 6 cm.
Salah satu cara memilih kambing perah laktasi yang baik adalah dengan
melihat catatan produksi susu harian yang ada, memperhatikan bentuk dan bagian-
bagian tubuh luar (eksterior). Produksi susu kambing Saanen dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi ambing, bobot hidup,
lama laktasi, kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak dan aktivitas pemerahan
(Pribadiningtyas et al., 2012). Menurut Setiadi et al., (2001) kambing Saanen
merupakan kambing perah unggul di dunia yang dapat menghasilkan susu sekitar 3
- 4 l/hari. Puncak produksi kambing Saanen dapat menghasilkan produksi susu
sebesar 5 - 6 l/hari (Moeljanto dan Bernadius, 2002).
16 | P a g e
mencapai 6590 kg. Tinggi gumba kambing PE jantan 90110 cm, panjang
badan berkisar antara 85105 cm (Dinas Peternakan Purworejo, 1996). Kambing
PE jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 68 bulan pada saat bobot tubuh
12,918,7 kg. Sutama dan Budiarsana (1996), melaporkan bahwa rata-rata bobot
tubuh kambing PE pada saat lahir, disapih, dan umur 12 bulan masing-masing 2,75;
10,50; dan 17,50 kg dengan pertambahan bobot tubuh harian mencapai 48,30 g.
17 | P a g e
2.7 Konsentrat
Konsentrat adalah pakan tambahan bagi sapi perah untuk memenuhi
kekurangan nutrisi yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan. Konsentrat umumnya
mengandung tinggi protein dan energi serta rendah serat kasar (Ensminger, 1992).
Sedangkan menurut Hartadi, Reksohadiprodjo dan Tillman (1997), konsentrat
merupakan bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lainnya untuk
meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan. Penambahan pemberian
konsentrat akan diikuti oleh peningkatan produksi susu tetapi secara umum
menunjukkan nilai pendapatan di atas biaya pakan yang rendah. Penyesuaian
jumlah pakan konsentrat untuk produksi susu dan masa laktasi serta kombinasi dan
kualitas hijauan meningkatkan produksi susu dan pendapatan di atas biaya pakan.
Pada akhir masa laktasi produksi susu turun sedangkan perubahan ransum tidak
banyak berpengaruh terhadap peningkatan produksi susu sehingga pendapatan di
atas biaya pakan rendah (Adkinson, dkk., 1993).
Pemberian konsentrat sebanyak 4 kg/ekor/hari dengan kandungan 60% dan
75% TDN menunjukkan bahwa sapi yang mengkonsumsi pakan berkualitas lebih
baik akan menerima 2,7 kg TDN, dan yang mengkonsumsi bahan berkualitas
rendah akan menerima 2,2 kg TDN. Perbedaan tersebut akan menghasilkan
perbedaan dalam produksi susu sekitar satu liter (Santosa dkk., 2009).
Penimbangan yang mengarah kepada persentase konsentrat yang lebih besar
akan berakibat tercapainya produksi susu yang tinggi, namun kadar lemaknya akan
menurun. Kandungan zat-zat makanan dalam konsentrat lebih tinggi dibandingkan
hijauan, oleh karena itu pemberian konsentrat yang lebih tinggi pada pakan sapi
perah laktasi akan menghasilkan kemampuan berproduksi susu yang lebih tinggi
(Siregar, 2000).
2.8 Fasilitas.
Fasilitas yang ada di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan
Pakan Ternak terdiri atas:
- Kantor
- Kandang
18 | P a g e
- Kandang freestal
- Sarana dan prasarana (transportasi pengangkutan)
- Laboratorium
- Lahan pembibitan
- Lahan hijauan.
19 | P a g e
BAB III
4.1 Hasil
20 | P a g e
Farm Tegalsari 1. Konversi Berat Badan Pedet Heri
Kandang Pedet (E,E1 2. Pengukuran tinggi, panjang Supangkat
& E2) badan, lingkar dada
3. Menimbang berat badan pedet
21 | P a g e
2. Memerah susu sapi
menggunakan alat pemerah
susu
3. Menimbang berat susu yang
dihasilkan tiap ekor sapi
4. Menyaring susu yang telah
ditimbang
Kamis, 20 Farm Tegalsari 1. Pemeliharaan ternak dewasa Agus Riono
Juli 2017 (Kandang Freestall) 2. Membersihkan kandang ternak
dewasa
3. Memberikan pakan berupa
hijauan dan konsentrat
Farm Tegalsari ( 1. Recording ternak Sutarko
Kandang E dan E2) 2. Pemotongan tanduk sapi betina
berumur lebih dari 1 bulan
3. Penyuntikan anastesi berupa Susilo
Lidokain sebanyak 2 ml sub
kutan di bawah tanduk
4. Peyemprotan Iodin Povidon pada
tanduk yang telah dipotong
Farm Tegalsari 1. Kesrawan dan Reproduksi Drh. Siti
(Kandang E,E1,E2,I 2. Mencatat rekam medis sapi Kholifah
dan Kantor) perah
Jumad, 21 1. Farm Tegalsari 1. Keswan dan Reproduki Drh. Siti
Juli 2017 (Kandang 2. Pengobatan pada sapi yang Kholifah
A,B,E,E1,E2,J, sakit
G,F) 3. Pencatatan Rekam Medis
2. Kantor
22 | P a g e
Farm Tegalsari 1. Pemerahan susu sapi Darsam
(Kandang A) menggunakan alat pemerah
susu
2. Pembersihan kandang
3. Pengukuran berat susu
4. Pemberian antiseptik pada
ambing yang telah diperah
5. Penyaringan susu dan
penampungan
6. Membuang susu yang rusak
7. Pembersihan peralatan
pemerahan susu dan kandang
Senin,24 Juli Farm Limpakuwus 1. Hijauan pakan ternak Sarino
2017 (Pencoperan dan distribusi
pakan ternak)
2. Pemberian pupuk urea pada
tanaman rumput
23 | P a g e
Farm Limpakuwus ( 1. Pemberian colostrum pada Agus
Kandang G, H, I) pedet Trianto
Rabu,26 Juli Farm Limpakuwus 1. Pengobatan penyakit pada pedet Drh. Apsari
2017 Kandang H, I, G 2. Pengobatan diare K. ,M.sc
3. Pengobatan batuk dan flu pada
pedet
4. Pengobatan bloath pada pedet
dengan injeksi subcutan dan
Intramusculuar serta oral
5. Pengobatan luka terbuka bekas
pemotongan tanduk dengan
penyemprotan limoxin
Farm Limpakuwus 1. Pemberian salep pada sapi yang Drh.
Kandang A dan mengalami penyakit kulit ( Hendry
Freestall 2 luka) dan mastitis
Kamis, 27 Farm Limpakuwus 1. Pemeliharaan pedet dengan Drh.
Juli 2017 kandang H, I, G mengamati dan memeriksa Apsari K.
kondisi pedet ,M.sc
Farm Limpakuwus 1. Pengobatan penyakit pada pedet Drh. Apsari
kandang H, I, G K. ,M.sc
Farm Limpakuwus 1. Pemberian salep pada sapi yang Drh. Apsari
(Kandang mengalami penyakit kulit ( K. ,M.sc
A,B,C,D,Freestall 1,2 luka) dan mastitis
dan 3)
Farm Limpakuwus 1. Pencatatan rekam medis Etty Tri
(Kantor) perkawinan IB/PKB Hartati, Spt
2. Recording buku individu
ternak
24 | P a g e
Jumad, 28 Farm Limpakuwus ( 1. Pemeriksaan kodisi pedet Drh. Apsari
Juli 2017 Kandang Pedet H, I 2. Pengobatan pedet sakit K. ,M.sc
dan G)
Farm Limpakuwus 1. Pencatatan rekam medis Drh. Apsari
2. Rekording buku individu sapi K. ,M.sc
perah
Sabtu, 29 Farm Limpakuwus 1. Pemeriksaaan kondisi pedet Parto
Juli 2017 kandang G,H dan I 2. Pengobatan pada pedet
Farm Limpakuwus ( 1. Keswan dan Reproduksi Paryoto
Kandang Freestall) 2. Deteksi birahi/estrus
3. Inseminasi buatan
Farm Limpakuwus 1. Pengobatan supportif pada Sudarto -B
(Kandang A dan B) induk setelah melahirkan
25 | P a g e
Farm Limpakuwus 1. Pengambilan darah dan Sunarto, S.p
pemberian introvit oral
Farm Limpakuwus 1. Pengobatan ternak (kambing) Sunarto, S.p
26 | P a g e
Farm Tegalsari 1. Pengukuran dan Dewi
Penimbangan berat badan
27 | P a g e
Senin, 14 Farm Tegalsari 1. Pengenalan alat dalam Doris
Agustus pengolahan susu
2017 2. Pengolahan susu dan produknya
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pemeliharaan Ternak Sapi
a. Pembersihan Kandang
28 | P a g e
sistemik. Sapi perah sangat rentan terhadap infeksi bakteri maupun
protozoa, oleh sebab itu kebersihan kadang menjadi hal yang paling
mendasar dalam mempertahankan produktifitas serta kesehatan sapi
perah.
b. Memandikan ternak
29 | P a g e
kuantitas yang diberikan. Manajemen pemberian pakan yang
dilaksanakan di BBPTU-HPT Baturraden bagi ternak dewasa.
d. Penggembalaan
30 | P a g e
berpengaruh besar terhadap kualitas bibit yang dihasilkan serta
produknya dalam hal ini susu sapi itu sendiri.
e. Pemotongan Kuku
31 | P a g e
menjaga kandang pedet tetap hangat dan bersih serta nyaman bagi
tempat peristirahatan pedet.
b. Memandikan Pedet
32 | P a g e
pedet yang berumur lebih dari 4 bulan ke atas. Sedangkan pedet
yang berumur kurang dari 4 bulan hanya dibersihkan dengan
menggunakan sapu lidi pada kandangnya.
d. Pemberian Pakan
33 | P a g e
rumput dan pencampur pakan (Jaylor). Pemberian pakan dilakukan
2-3 kali sehari.
g. Penggembalaan
Penggembalaan bertujuan agar hewan dapat
mengekspresikan tingkah laku alamiahnya, menghindari sapi
dari rasa stress, serta menghindari terjadinya hipokalemia yan
sangat berpengaruh besar terhadap kualitas bibit yang dihasilkan
serta produknya dalam hal ini susu sapi itu sendiri.
h. Pemotongan Kuku
34 | P a g e
i. Pemotongan Tanduk
j. Pengukuran Ternak
35 | P a g e
pemeriksaan klinis serta semua aspek yang berhubungan langsung
ataupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan hewan.
36 | P a g e
diberikan konsentrat dan pukul 14.00 WIB. Sementara untuk sapi yang
memiliki produksi susu yang tinggi diberikan TMR sebanyak 3 kali
yaitu yang terakhir pada pukul 21.00. TMR ini memiliki berbagai
keunggulan, diantaranya sistem pemberian pakan dengan cara ini
mampu memberikan keseimbangan nutrisi bagi sapi perah, karena
setiap sapi perah memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda.
Tujuan sapi perah diberikannya TMR ini adalah agar sapi tidak
memilih-milih pakan yang diberikan. Tentunya kandungan nutrisi yang
ada pada TMR untuk sapi yang berproduksi susu tinggi dengan sapi
yang memiliki produksi susu rendah akan berbeda. Berikut tabel
kandungan nutrisi konsentratnya:
Keterangan:
F1 Dewasa : untuk sapi perah laktasi dengan produksi tinggi (lebih
dari 20 kg).
F2 Dewasa : untuk sapi perah laktasi dengan produksi sedang (15-20
kg).
F3 / Dara : untuk sapi perah laktasi dengan produksi rendah (kurang
dari 15kg), sapi dara, dan sapi kering kandang.
Kebutuhan protein kasar F1 dalam ransum pada sapi yang memiliki
produksi susu yang tinggi adalah 18%, sementara pada Tabel 4 kandungan
protein kasar yang diberikan adalah 18,1% artinya, kebutuhan protein kasar
di BBPTU- HPT Baturraden sudah terpenuhi. Kebutuhan protein kasar
untuk ransum F2 belum mencukupi kebutuhan sapi perah produksi
sedang. Kebutuhan protein kasarnya yaitu 16% sedangkan pada ransum F2
37 | P a g e
hanya mengandung protein kasar sebesar 15,4%. Selain itu kebutuhan TDN
harus diperhatikan karena TDN mempengaruhi jumlah energi yang diserap
oleh ternak. Kandungan TDN sapi produksi tinggi di BBPTU-HPT
Baturraden sudah baik karena kandungan TDN konsentrat F1 dan F2
masing-masing adalah 75% dan 73% .Selain itu kebutuhan bahan kering
juga perlu diperhatikan, berikut merupakan perbandingan pemberian
bahan kering di BBPTU-HPT Baturraden dapat dilihat pada Tabel berikut:
38 | P a g e
terdapat legume yang ditanam sekitar area farm juga lahan
khusus tanaman legume.
39 | P a g e
2. Formula 2 untuk sapi induk dewasa produksi sedang dan
sapi dara <20 liter/ekor/hari
3. Formula Pedet untuk sapi pedet ( Umur 4 bulan- 6 bulan)
4. Formula Calf Starter untuk pedet ( Umur 8 hari- 4 bulan)
5. Formula Kambing digunakan untuk ternak kambing
yang ada di Limpakuwus.
40 | P a g e
pengendalian dan penanganan kesehatan hewan secara preventif
(Pencegahan), kuratif (Pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan/recovery).
Adapun kegiatan Kesehatan Hewan yang telah dilakukan adalah :
41 | P a g e
Susunan urat syaraf
Susunan alat pernapasan
Susunan alat pencernaan
Alat peredaran darah
Anggota gerak
c. Pemeriksaan Klinis
d. Menentukan diagnosa dan metoda pengobatan
e. Pemantauan kesembuhan penyakit
4. Pengobatan Cacing
42 | P a g e
5. Pengobatan Ektoparasit
6. Perawatan Kuku
7. Pemotongan Tanduk
43 | P a g e
pasca mati yang terjadi pada orga tubuh ternak. Pengambilan sampel
organ dapat dilakukan apabila dicurigai adanya infestasi
bakteri/virus/parasit sebagai media peneguhan diagnosa.
9. Pengambilan darah
1. Uji Organoleptik
44 | P a g e
lemak, berat jenis, kadar laktosa, kadar bahan kering tanpa lemak, kadar
protein, temperatur dan kadar air.
3. Uji Rezasurin
4. Uji Antibiotik
Uji ini di lakukan untuk melihat residu atibiotik pada susu sapi,
apa bila terdapat antibiotik pada susu maka susu tidak boleh di
konsumsi karena bisa membuat tubuh konsumen menjadi resisten
terhadap antibiotik. Prosedur kerja tidak di lakukan pada saat kegiatan
di laboratorium karena tidak adanya bahan uji.
5. Pemeriksaan Parasit
3.2.6. Reproduksi
45 | P a g e
Pemeriksaan kebuntingan (PKB), Pertolongan kelahiran,
Pemeriksaan reproduksi/sterility control dan Pengeringan.
1. Inseminasi Buatan
2. Pemeriksaan Kebuntingan
46 | P a g e
3. Pertolongan Kelahiran
Pertolongan kelahiran dilakukan apabila terjadi kesulitan
kelahiran. Pertolongan kelahiran bertujuan untuk
menyelamatkan pedet dan mempertahankan kesehatan induk
ternak.
4. Pemeriksaan Reproduksi (Sterility Control)
5. Program Pengeringan
47 | P a g e
tiba-tiba. Pengeringan dengan menggunakan pemerahan berselang
merupakan cara yang efektif dan memperkecil timbulnya gangguan
kesehatan pada ambing. Waktu yang diperlukan dalam proses
pengeringan berkisar 3 (tiga) minggu sebelum usia kebuntingan
ternak 7 bulan tergantung jumlah produksi pada akhir pemerahan.
Untuk mencegah terjadinya mastitis pada periode laktasi berikutnya,
setelah selesai proses pengeringan diberikan obat mastitis masa
kering secara intra mammary.
1. Recording Ternak
48 | P a g e
3. Seleksi dan Afkir
49 | P a g e
mencapai 40 kg dan betina 35 kg, tinggi punggung 76-100 cm,
warna kambing bervariasi dari coklat sampai hitam.
50 | P a g e
c. Sumber mineral : dapat ditambahkan garam atau mineral
mix. Air minum harus selalu ada dalam kandang.
8. Perkandangan
9. Pengelolaan Reproduksi
51 | P a g e
betina dan 1 ekor jantan sehingga dapat terjadi perkawinan secara alami.
Sistem perkawinan kambing di BBPTU-HPT Baturraden adalah kawin
koloni.
52 | P a g e
reproduksi dan herd longevity. Standar penilaian untuk kondisi tubuh
ternak.
53 | P a g e
pemotongan tanduk dan belum ada penetapan Standar Nasional
Indonesia (SNI) pemotongan tanduk.
54 | P a g e
menjadi susu kemasan (cup). Mesin yang digunakan dalam dalam
pembuatan susu bubuk yaitu mesin Boiler, mesin Pasteurisasi, mesih
homogen, mesin Powder dan mesin Penggiling.
55 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
56 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://bbptusapiperah.ditjennak.pertanian.go.id.
http://bbptusapiperah.ditjenptk.pertanian.go.id.
57 | P a g e
LAMPIRAN
1. PEMELIHARAAN TERNAK
58 | P a g e
2. HIJAUAN PAKAN TERNAK DAN KONSENTRAT
59 | P a g e
3. PENIMBANGAN, PENGUKURAN DAN RECORDING
Recording Ternak
60 | P a g e
4. PEMOTONGAN KUKU DAN TANDUK
5. PENGAMBILAN DARAH
6. PEMERAHAN SUSU
61 | P a g e
Penyaringan Susu ke dalam drum Pembuangan Susu yang
terinfeksi Mastitis
setelah pemerahan
62 | P a g e
7. PEMERIKSAAN MASTITIS
63 | P a g e
8. PENGOBATAN/INJEKSI
9. REPRODUKSI
64 | P a g e
IB Endometritis
10. LABORATORIUM
65 | P a g e
Menghancurkan Feses Sampel feses yang akan diuji
66 | P a g e
Bedak untuk membasmi kutu vagina Calciject untuk
Hipokalemia
67 | P a g e
Mesin Powder Mesin Powder
Susu Kemasan
68 | P a g e