PENDAHULUAN
anaerobik, tidak menghasilkan spora, bakteri penghasil asam laktat yang diproduksi
saluran cerna dan setidak-tidaknya terdiri atas 500 species yang sebagian besar
merupakan bakteri asam laktat (Drasar dan Hill, 1974 dalam Salminen dan Wright,
Sapi bali merupakan salah satu jenis sapi asli Indonesia yang dapat hidup
hanya dengan memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi, dan memiliki daya cerna
yang tinggi terhadap makanan berserat (Bandini, 2003). Bertitik tolak dari sifat
perintis dan daya cernanya yang tinggi terhadap makanan berserat tersebut, maka
sangatlah mungkin bahwa cairan rumen sapi bali mengandung banyak bakteri asam
laktat yang dapat digunakan sebagai sumber bakteriosin baru sehingga berpotensi
protozoa dan fungi (Arora, 1995) dan menghasilkan berbagai jenis enzim
selulase, dan xilanase (Williams dan Withers, 1992 dalam Bidura, 2006).
Cairan rumen merupakan limbah rumah potong yang keberadaannya belum
berpotensi sebagai polutan. Pemanfaatan cairan rumen sebagai sumber bakteri asam
juga dapat menjadi sumber berbagai nutrien dan inokulan (probiotik) yang murah
dan berkualitas.
saluran pencernaan. Inilah alasanya BAL berpotensi sebagai probiotik. Pada hewan
ternak lain seperti sapi bali dapat ditemukan bakteri asam laktat seperti
Lactobacillus lactis dan Lactobacillus brevis (Suardana, 2007). Bertitik tolak dari
sifat perintis dan daya cernanya yang tinggi terhadap makanan berserat tersebut,
maka sangatlah mungkin bahwa cairan rumen sapi bali mengandung banyak bakteri
laktat dan asam asetat (asam organik) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
jumlah yang relatif sedikit dibandingkan dengan produksi asam organik (Kusmiati,
2002).
Berdasarkan penelitian dari (Suardana et al. 2007) bahwa dari cairan rumen
ditemukan sekitar 100 isolat bakteri asam laktat yang dapat tumbuh pada media
MRS agar. Hasil penelitian inilah yang mendasari penelitian saya yang berjudul “
Uji Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat Cairan Rumen terhadap
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat aktivitas antimikroba dari bakteri asam laktat cairan rumen
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat yang beternak dan menjadi informasi yang dapat digunakan bagi
2. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
biak) seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Rumen berisi bahan pakan yang
dimakan oleh ternak yang berupa rumput/hijauan lainnya dan pakan penguat
bakteri, protozoa, fungi dan yeast. Mikroba ini berfungsi sebagai fermentor di
ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Cairan rumen mengandung
bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar 10 pangkat 9 setiap cc isi rumen,
Isi rumen diperoleh dari rumah potong hewan. Isi rumen kaya akan nutrisi,
limbah ini sebenarnya sangat potensial bila dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Kandungan rumen sapi menurut Rasyid (1981), meliputi protein 8,86%, lemak
2,60%, serat kasar 28,78%, kalsium 0,53%, phospor 0,55%, BETN 41,24%, abu
tumbuh pada pH lingkungan yang rendah. Secara ekologis, kelompok bakteri ini
makanan, minuman atau habitat lain seperti tanaman, jerami, rongga mulut maupun
perut hewan (Sudarmadji, dkk, 1989). Berdasarkan pewarnaan gram dan endospora,
BAL merupakan kelompok bakteri gram positif dan tidak membentuk spora.
Bakteri ini bersifat anaerob tetapi mampu mentoleransi adanya oksigen dan
optimum pada lingkungan yang kaya akan nutrisi seperti susu dan daging. Sebagian
besar BAL bersifat toleran pada kondisi asam dan juga toleran terhadap garam
Klasifikasi BAL menjadi genus dan spesies yang berbeda didasarkan pada
konsentrasi garam tinggi dan toleransi terhadap asam atau basa (Salminen dan von-
Wright, 1993).
Leuconostoc, Pediococcus dan Streptococcus. Saat ini beberapa genus baru telah
baru. Hal ini disebabkan adanya beberapa perkembangan dalam beberapa sifat
Meskipun sebagian besar BAL tumbuh dengan baik pada kondisi mesofil, beberapa
juga mampu tumbuh pada kondisi psychrotrophic (tumbuh pada suhu 10 0C tetapi
tidak tumbuh pada suhu 45 0C), dan yang lainnya dapat tumbuh pada kondisi
termofil (tumbuh pada suhu 45 0C tetapi tidak tumbuh pada suhu 100 C). BAL
yang lainnya mampu menghasilkan alkohol dan karbon dioksida (CO2) selain
(heterolactic). Karbohidrat difermentasi oleh BAL menjadi isomer asam laktat D-,
proses fermentasi makanan dan minuman. Peran utama bakteri ini dalam industri
besar asam laktat (bakteri homofermentatif) atau asam laktat, asam asetat, etanol
banyak digunakan dalam produk susu seperti yogurt, sour cream (susu asam), keju,
hanya dengan memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi, dan memiliki daya cerna
Asam laktat yang dihasilkan bakteri asam laktat dalam saluran pencernaan
asam organik seperti asam laktat dan asam asetat yang diproduksi bakteri asam
laktat sebagai hasil fermentasi laktosa dalam susu dapat membantu aktivitas usus
pihak asam organic yang diproduksi bakteri asam laktat dapat menambah cita rasa
dan aroma pada makanan dan pada waktu yang sama pertumbuhan bakteri yang
merugikan dapat dicegah. Bakteri asam laktat juga dilaporkan bermanfaat untuk
(Mitsuoka, 1989).
109 sel/ml. Pada usus besar atau kolon dengan 400-500 jenis bakteri, dan
ditemukan sekitar 104-109 bakteri per gram isi kolon (Mc Donald et al., 2002).
laktat dan asam asetat (asam organik) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
2002).
Aktivitas antibakteri dari asam laktat selain memaksa zat antibakteri lain
masuk, juga memiliki perannya tersendiri. Asam yang masuk melalui plasma
membran sel akan terdisosiasi menjadi kation dan anion toksik. Membran sel akan
luruh dan menyebabkan transportasi sel terganggu. Selain itu aktivitas air bebas
(water activity) dan metabolisme sel seperti glikolisis juga akan terganggu (Theron
dan Lues 2011). Asam laktat mampu melemahkan permeabilitas bakteri Gram-
permukaan membran dirusak oleh asam laktat sehingga substrat antimikroba yang
lain yaitu diasetil, bakteriosin, hidrogen peroksida dan laktoperidase sistem dapat
radikal bebas seperti superoksida dan radikal hidroksil (OH) yang dapat merusak
DNA. Hidrogen peroksida diproduksi oleh bakteri asam laktat sebagai hasil dari
a. Salmonella enteritidis
temak dan manusia. S.enteritidis adalah salah satu serotipe Salmonella spp. yang
(Mishu et al., 1994). Bakteri ini juga bersifat re-emerging foodbome diseases, yaitu
penyakit pada manusia yang ditularkan melalui makanan dan minuman yang
tercemar, dimana sebelumnya penyakit tersebut sudah pemah muncul akan tetapi
salmonellosis dengan gejala demam, kram perut dan diare (Omwandho & Kubota
2010). Cao et al. (2008) menyatakan bahwa Salmonella enteritidis merupakan salah
satu penyebab utama penyakit keracunan makanan, dengan kasus lebih dari satu
antara lain: dosis atau jumlah antigen, sifat virulensi, rute infeksi dan umur hewan.
tertentu, hewan muda respon imunologiknya paling rendah (THORNS et al., 1996).
b. Bacillus Cereus
(>0,9 μm) dengan ukuran panjang sel 3-5 mikron dan lebarnya 1 mikron. Bakteri
ini menghasilkan spora yang berbentuk elips dan terletak ditengah-tengah sel. Spora
Bacillus cereus termasuk salah satu organisme mesofilik yaitu dapat tumbuh pada
◦
suhu optimal 30-35 C (Blackburn dan McClure, 2002). Bakteri Bacillus cereus
mempunyai alat gerak berupa flagella yang jumlahnya lebih dari dua dan
dengan panas lembab. Spora Bacillus cereus dapat bertahan untuk waktu yang lama
di produk kering (FSANZ, 2003). Spora yang dihasilkan relatif tahan panas,
walaupun nilai D yang dimiliki cenderung bervariasi antara strain. Secara umum,
D100 Bacillus cereus berkisar antara 2.5-5.4 menit. Spora ini dapat bertahan hidup
pada kondisi ekstrim dan ketika dibiarkan pada suhu yang dingin, maka
kemampuan spora untuk tumbuh dan berkembang menjadi sel vegetatif relatif
lambat. Proses germinasi sporanya cepat dan pada beberapa strain dapat
berlangsung dalam waktu 30 menit. Germinasi membutuhkan beberapa molekul
protein seperti glisin, alanin, dan basa purin (Batt, 2000). Sel vegetatif dapat
tumbuh dan menghasilkan enterotoksin pada kisaran suhu 25-420C. Sel vegetatif
Bacillus cereus berbentuk batang dengan lebar 1.0-1.2 μm (Rajkowski et al., 2003).
Selain itu, germinasi juga dapat terjadi karena adanya perlakuan pemanasan, pH,
dan bahan kimia. Germinasi Bacillus cereus secara optimum terjadi pada suhu
(protease, amylase, lecithinase, dan lain-lain) yang dapat memecah protein dan
mempunyai sifat yang hampir sama dengan renin sehingga dapat menggumpalkan
susu (Fardiaz, 1998). Species ini juga memfermentasi karbohidrat (glukosa dan
mannosa). Selain itu, bakteri ini akan tumbuh pada pH 4.3-9.3 dan aktivitas air
menghidrolisis protein, lemak, pati dan karbohidrat lainnya. Oleh karena itu,
c. E. Coli
pada rentang suhu 20-40ºC dengan suhu optimum 37ºC, tumbuh baik pada pH 7,0
tapitumbuh juga pada pH yang lebih tinggi. E.coli mengandung enterotoksin dan
dan infeksi nosomical termasuk septisemia dan meningitis. Dari sekian ratus strain
E.,coli yang teridentifikasi, hanya sebagian kecil yang bersifat patogen (Holt et al.
1994).
gangguan kesehatan pada saluran pencernaan (Tenailon et al., 2010). E. Coli yang
berifat patogen dapat mengakibatkan gangguan intestinal dan infeksi saluran kemih
(Prescott, 2008).
d. Staphylococcus aureus
berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompokyang tidak teratur seperti buah
anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Lebih dari
90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau
selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri (Jawetz et al., 1995).
subunit yang tergabung, merupakan eksoskeleton yang kaku pada dinding sel.
Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat atau lisozim. Hal tersebut penting dalam
patogenesis infeksi, yaitu merangsang pembentukan interleukin-1 (pirogen
endogen) dan antibodi opsonik, juga dapat menjadi penarik kimia (kemotraktan)
hemolisin akan membentuk zona gelap agak bening di sekitar koloni dan yang
2008).
makanan pada manusia maupun hewan (Dinges et al., 2000; Omoe et al.,2002;
Purnomo, 2006).
Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang
ikatan peptida.
secara reversibel dengan unit ribosom 50S sehingga mencegah ikatan antara asam
Pada uji ini, yang akan diukur adalah respons pertumbuhan populasi
manfaat dari uji antimikroba adalah diperolehnya satu system pengobatan yang
efektif dan efisien. Penentuan setiap kepekaan kuman terhadap suatu obat adalah
a. Metode Difusi
dari zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan mikroba
uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada atau tidak nya zona
hambatan yang akan terbentuk disekeliling zat antimikroba pada waktu tertentu
masa inkubasi (Brooks Gf et al, 2007) Pada metode ini dapat dilakukan dengan 3
cara,yaitu :
Cara ini merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan
kepekaan kuman terhadap berbagai macam obat-obatan. Pada cara ini, digunakan
suatu cakram kertas saring (paper disc) yang berfungsi sebagai tempat menampung
zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian diletakkan pada lempeng agar
yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian diinkubasi pada waktu tertentu dan
suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari mikroba uji. Pada umumnya,
hasil yang di dapat bisa diamati setelah inkubasi selama 18-24 jam dengan suhu
37oC. Hasil pengamatan yang diperoleh berupa ada atau tidaknya daerah bening
yang terbentuk disekeliling kertas cakram yang menunjukkan zona hambat pada
Metode cakram disk atau cakram kertas ini memiliki kelebihan dan
khusus dan relatif murah. Sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening
Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode cakram disk
biasanya sulit untuk diintepretasikan. Selain itu, metode cakram disk ini tidak dapat
diaplikasikan pada mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan
Suatu lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat
sebidang parit. Parit tersebut berisi zat antimikroba, kemdian diinkubasi pada waktu
dan suhu optimum yang sesuai untuk mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan
diperoleh berupa ada tidaknya zona hambat yang akan terbentuk di sekitar parit
(Bonang G, 1992).
Pada lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat
suatu lubang yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Kemudian setiap
lubang itu diisi dengan zat uji. Setelah diinkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai
dengan mikroba uji, dilakukan pengamatan dengan melihat ada atau tidaknya zona
METODEOLOGI
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Februari sampai dengan Maret 2019.
perguruan tinggi 2019 ) yang meliputi uji aktivitas antimikroba bakteri asam laktat
melakukan uji aktivitas antimikroba bakteri asam laktat terhadap bakteri E. Coli,
3.3.1. Alat
Peralatan yang digunakan antara lain cawan petri, ose, lampu spritus,tabung
duram, gelas ukur, aluminium foil, mikroskop, cover glass, objek glass, timbangan
digital, gelas beaker, batang L, mikropipet, pipet, kertas label, masker, dan sarung
3.3.2. Bahan
Bahan penelitian yang digunakan antara lain cairan rumen, media MRS (De
(phosphate buffer saline), media Nutrien Agar (NA), larutan kristal violet, NaCl
sebanyak 13 gram MRS broth dan 6,2 gram MRS agar lalu menambahkan
prebiotik yang telah ada dimasukkan sebanyak ke dalam tabung reaksi yang
4. Menuang media MRS agar kedalam cawan petri dan tabung reaksi lalu
10-5
5. Selanjutnya mengambil sebanyak 1 ml sampel dari pengenceran
ose kemudian menanam bakteri pada media agar miring MRS agar
7. Menginkubasi media yang telah berisi isolat bakteri asam laktat pada
menggunakan ose steril dan dimasukkan dalam MRS Broth dan disimpan
diisolasi dan diidentifikasi melalui pengujian pewarnaan Gram, bentuk sel, uji
api Bunsen
c. Pengujian katalase
Pada isolat dari agar miring diambil satu ose, kemudian dioleskan pada
objek glass yang telah diberi alcohol. Objek glass ditetesi dengan larutan H2O2 3%.
Diamati terbentuknya gelembung gas pada preparat. Jika terdapat gelembung gas
Pada isolat dari agar miring ditusukkan pada agar tegak semi solid (medium
SIM tegak) kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37◦C. Hasil positif
medium dan hasil negatif (non motil) bila tidak terdapat rambatan-rambatan
3.4.3 Rekultur
yang sama yaitu MRS agar. Rekultur dilakukan pada cawan petri yang berisi MRS
agar dengan metode sebar. Semua koloni yang tumbuh diambil menggunakan osse
steril dan dimasukkan dalam MRS broth yang disimpan dalam botol duram steril
satu dan untuk memperkirakan kepadatan sel yang akan digunakan pada
Enteritidis.
tabung reaksi
dalam tiap tabung raksi yang telah diberi label sesuai jenis
mikrometer
Patogen
hingga padat
menit
dan cakram direndam dalam cairan bakteri asam laktat non filtrat
selama 25 menit
lubang
media
10. Mengambil 0,1 ml (10 µl) cairan bakteri asam laktat baik filtrat
data hasil penelitian diolah, akan dilanjutkan dengan seminar hasil dan sidang
skripsi.