KONSTRUKSI
MANAJEMEN RESIKO
Oleh :
KELOMPOK
1. ALYA RISDIYANTI
2. RYAN PERMANA R S
3. RACHMAD RIZKY AL AZIZ
4. MUH. FAJAR ZULQURNIA N
5. ILHAM
(14110027)
(14110033)
(14110045)
(14110055)
(14110066)
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahNya sehingga Makalah ini berhasil kami selesaikan tepat pada
waktunya. Makalah Manajemen Resiko ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
para pembaca serta terutama bagi kami sendiri yang mana untuk memenuhi
tugas dari dosen mata kuliah Manajemen Proyek Konstruksi.
Terima kasih kepada seluruh anggota kelompok yang telah membantu
untuk menyusun makalah yang berjudul Manajemen Resiko. Akhir kata tak
ada gading yang tak retak, masih banyak kekurangan dengan makalah ini
dalam segi penulisan maupun materi. Untuk itu Kami dengan senang hati
menerima saran dan juga kritik yang bertujuan untuk menyempurnakan
makalah ini.
Kelompok 7
Daftar Isi :
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................3
Manajemen Risiko dalam Agribisnis..........................................................3
A. Macam Macam Manajemen Risiko dalam Agribisnis..........................4
B. Aplikasi Manajemen Risiko Di Industri...............................................6
C. Aplikasi Manajemen Risiko Di Industri Pangan..................................11
BAB III
Kesimpulan................................................................................................16
Daftar Pustaka............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian
sesungguhnya
kadang-kadang
menyimpang
dari
perkiraan
mengandung risiko yang harus ditangani agar tidak menimbulkan kerugian yang
fatal. Untuk menangani risiko tersebut bisa dilakukan dengan manajemen risiko.
Menurut Smith : 1990, manajemen risiko didefinisikan sebagai proses
identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang
mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut. Dengan kata
lain, manajemen risiko adalah suatu cara dalam mengorganisir suatu risiko yang
akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau yang
tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian
atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko juga bisa disebut suatu
pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan
ancaman.
Oleh karena itu, melalui manajemen risiko, diharapkan kerugian yang
ditimbulkan dari ketidakpastian dapat dikurangi bahkan dihilangkan untuk
kelangsungan kegiatan di bidang agrobisnis.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui manajemen risiko secara umum.
2. Untuk mengetahi macam-macam manajemen risiko.
3. Untuk mendeskripsikan aplikasi manajemen risiko di bidang agrobisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Risiko dalam Agribisnis
Pengukuran risiko dapat dilihat dengan besar kecilnya risiko yang akan
berdampak bagi perusahaan dan dengan melakukan prioritas risiko dapat
mempermudah serta dapat menghasilkan output berupa peta risiko. Terdapat 4
cara dalam penanganan risiko yaitu penghindaran risiko (risk avoidance),
Jenis risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang
bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian memberikan peluang keuntungan
kepadanya. Umumnya tidak bisa diasuransikan. Contoh dari risiko ini adalah :
kita menggunakan modal untuk membuka usaha rumah makan, atau digunakan
untuk investasi membangun pembangkit baru. Dalam membuka usaha baru ini
pasti akan ada kemungkinan risiko rugi, tapi juga ada peluang untuk
memperoleh keuntungan.
b. Risiko Murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah
satu contohnya adalah kebakaran, apabila perusahaan mengalami kebakaran,
maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Kemungkinan yang lain
adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya
Salah satu cara menghindari risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan
demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan.Itu sebabnya risiko murni
dapat dikenal dengan istilah risiko yang dapat diansuransikan (insurable risk).
Risiko Internal yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu
sendiri.Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja pada proyek karena
kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, risiko mismanagement, dan
sebagainya.
b. Risiko Eksternal
Risiko Eksternalyaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
lingkungan luar perusahaan.Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi
harga, perubahan politik, dan sebagainya.
Identifikasi hazard (list semua skenario kejadian yang relevan dengan faktor
penyebab dan dampak yang potensial) pada proses pembangunan kapal baru,
mulai tahap tender sampai kapal jadi (delivery).
dengan menggunakan isian checklist menjadi tolok ukur nilai indeks risiko
atau nilai risiko yang pada akhirnya akan menentukan tingkatan risiko.
Kemudian disusun dalam tabel 1 sebagai berikut:
No
Dugaan Risiko
Macam Risiko
Nilai Risiko
3) Risiko
4) Indeks
N
6)
5) Kategori
risiko
7)
8)
Risiko
9)
13)
14) Risiko
15) Kategori
N
17)
16) Mitigasi
Risiko
18)
Risiko
19)
20)
VaR = . L.(1)
= nilai variabel normal baku
L = volatilitas kerugian (loss)
VaR = . . (2)
= eksposur
27)
28)
32)
33)
34)
39)
40)
99
99
99
97
97
95
90
84
50
41)
42)
43)
44)
45)
46)
47)
48)
49)
50)
52)
53) Risiko
54) Mitigasii
N
56)
Risiko
57)
58)
59)
60) Tabel 5. Penilaian Biaya Risiko
2) Bandingkan biaya yang efektif dari setiap pilihan risiko yang terkontrol, dari
masing-masing penilaian biaya seperti pada tabel diatas, kemudian
ditentukan prioritas biaya yang akan dipakai untuk proses mitigasi risiko,
yang disusun seperti tabel 6 sebagai berikut:
61)
N
62) Priorita
s
63) Jumla
h
64) Harga
65) Jumla
satuan
Pembia
h
Total
yaan
66)
67)
68)
69)
70)
71) Tabel 6. Prioritas Pembiayaan dan Jumlah Biaya
di perusahaan industri galangan kapal (diambil studi kasus di PT. Dok dan
Perkapalan Surabaya).
h.
5. Simpulan
i. Berdasarkan dari hasil pembahasan pada bagian-bagiansebelumnya, maka
dapat ditarik beberapa simpulansebagai berikut:
a. Dari studi kasus di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya didapatkan risiko yang
merupakan hasil identifikasi, yaitu: SDM, Peralatan, Kontrak, Material,
Keamanan dan kecelakaan, Kepatuhan pada lingkungan, Reputasi dan
kepuasan pelanggan, Peraturan klasifikasi, Keuangan, Teknologi, Strategi
bisnis,
Perubahan
dan
proses
manajemen,
Komitmen
pimpinan,
Salah
satu
bentuk
pangan
adalah
untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu
pangan guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem
pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir
diproduksi masal dan didistribusikan. Oleh karena itu dengan diterapkannya
sistem HACCP akan mencegah resiko komplain karena adanya bahaya pada suatu
produk pangan. Selain itu, HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi
perdagangan di era pasar global yang memiliki daya saing kompetitif.
n.
Konsep HACCP menurut
Codex Alimentarius Commision (CAC) terdiri dari 12 langkah, dimana 7 prinsip
HACCP tercakup pula di dalamnya. Langkah-langkah penyusunan dan penerapan
sistem HACCP menurut CAC adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim HACCP
o. Langkah awal yang harus dilakukan dalam penyusunan rencana HACCP
adalah membentuk Tim HACCP yang melibatkan semua komponen dalam
industri yang terlibat dalam menghasilkan produk pangan yang aman. Tim
HACCP sebaiknya terdiri dari individu-individu dengan latar belakang pendidikan
atau disiplin ilmu yang beragam, dan memiliki keahlian spesifik dari bidang ilmu
u. Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan
pelaksanaan di lapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk
menguji dan membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses
tersebut. Bila ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat atau kurang
sempurna, maka harus dilakukan modifikasi. Diagram alir proses yang telah
dibuat dan diverifikasi harus didokumentasikan.
6. Analisa Bahaya (Prinsip HACCP 1)
v. Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
penyusunan suatu rencana HACCP.Untuk menetapkan rencana dalam rangka
mencegah bahaya keamanan pangan, maka bahaya yang signifikan atau beresiko
tinggi dan tindakan pencegahan harus diidentifikasi.Bahaya (hazard) adalah suatu
kemungkinan terjadinya masalah atau resiko secara fisik, kimia, dan biologi
w.
dalam suatu produk pangan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
pada manusia.
7. Penetapan Critical Control Point (Prinsip HACCP 2)
x.
CCP atau Titik Kendali Kritis didefinisikan sebagai suatu titik,
langkah atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya
keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau diturunkan sampai ke batas
yang dapat diterima. Pada setiap bahaya yang telah diidentifikasi dalam proses
sebelumnya, maka dapat ditentukan satu atau beberapa CCP dimana suatu bahaya
dapat dikendalikan. Suatu CCP dapat digunakan untuk mengendalikan satu atau
beberapa bahaya, misalnya suatu CCP secara bersama-sama dapat dikendalikan
untuk mengurangi bahaya fisik dan mikrobiologi.
8. Penetapan Critical Limit (Prinsip HACCP 3)
y.
Critical limit (CL) atau batas kritis adalah suatu kriteria yang harus
dipenuhi untuk setiap tindakan pencegahan yang ditujukan untuk menghilangkan
atau mengurangi bahaya sampai batas aman. Batas ini akan memisahkan antara
yang diterima dan yang ditolak, berupa kisaran toleransi pada setiap CCP. Batas
kritis ditetapkan untuk menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan dengan baik.
Penetapan batas kritis haruslah dapat dijustifikasi, artinya memiliki alasan kuat
mengapa batas tersebut digunakan dan harus dapat divalidasi artinya sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan serta dapat diukur.Penentuan batas kritis ini
atau
produk
ditahan/tidak
dipasarkan
dan
diuji
keamanannya.
11. Verifikasi (Prinsip HACCP 6)
ac.Verifikasi adalah metode, prosedur dan uji yang digunakan untuk
menentukan bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan rencana yang
ditetapkan.Dengan verifikasi maka diharapkan bahwa kesesuaian program
HACCP dapat diperiksa efektifita spelaksanaannya dapat dijamin.
12. Dokumentasi (Prinsip HACCP 7)
ad.Dokumentasi program HACCP meliputi pendataan tertulis seluruh
program HACCP sehingga program tersebut dapat diperiksa ulang dan
dipertahankan selama periode waktu tertentu. Dokumentasi mencakup semua
catatan mengenai CCP, CL, rekaman pemantauan CL, tindakan koreksi yang
dilakukan terhadap penyimpangan, catatan tentang verifikasi dan sebagainya.oleh
karena itu dokumen ini dapat ditunjukkan kepada inspektur pengawas makanan
jika dilakukan audit eksternal dan dapat juga digunakan oleh operator.
Manajemen risiko adalah suatu cara dalam mengorganisir suatu risiko yang
akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau yang
tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian
atau semua konsekuensi risiko tertentu. Macam-macam manajemen risiko dalam
agribisnis dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu risiko berdasarkan sifatnya,
yang terdiri atas risiko spekulatif dan risiko murni, risiko berdasarkan dapat
tidaknya dialihkan, yang terdiri atas risiko yang dapat dialihkan dan risiko yang
tidak dapat dialihkan, serta risiko berdasarkan asal timbulnya, yang terdiri atas
risiko internal dan risiko eksternal.
Pengaplikasian manajemen risiko yang dikembangkan di industri dilakukan
dengan cara berbeda-beda, tergantungdari kebijakan industri tersebut.Contohnya
pada industri pangan, salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan di
industri pangan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan
pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. Manajemen Resiko. 2012. http://www.anneahira.com/manajemenresiko.htm [Terhubung Berkala] (10 Maret 2012)
Siagian, Faira dan Sekarsari, Jane.2001, Penerapan Model Manajemen Risiko
pada Proyek Konstruksi Joint Venture di Indonesia Suatu Studi Kasus.
Universitas Trisakti, Jakarta.
Basuki,
Minto.
2008. Studi
BangunanBaru
Pengembangan
Pada
Industri
Manajemen
Risiko
Galangan
Usaha
Kapal.
Jurnal.journal.uii.ac.id/index.php/Teknoin/article/view/2106[Terhubung
Berkala](9 Maret 2012)
Nasution
Zulfikar.
2011.
Standar
Keamanan
Pangan
%20agribisnis&source=web&cd=1&ved=0CCcQFjAA&url=http%3A%2F
%2Flambertus-ahen.blogspot.com%2F2009%2F03%2Fmanajemen-risikoagribisnisdisampaikan.html&ei=vG1QT6mwPITirAf_zMy6DQ&usg=AFQjCNEpsA
OLovk3kJJH1Y68p7V8CWZA6g [2 Maret 2012].