Anda di halaman 1dari 9

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

METODE STORYTELLING

PERSONAL HYGIENE PADA ANAK USIA SEKOLAH

KEPERAWATAN KELUARGA

Dosen Pengampu: Ns. Ritanti, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Amastia Ikayuwandari 1610711060


Diah Ayu Kusumaningrum 1610711067
Gustina Rahmiandini Putri 1610711071

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

TAHUN 2019
STORYTELLING
PERSONAL HYGIENE PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI RUMAH TN.A

A. Latar Belakang
Pengkajian Tn. A (37 tahun) tinggal bersama keluarga. Tipe keluarga Tn. A adalah
keluarga inti. Keluarga ini terdiri dari Tn. A sebagai ayah dan Ny.M (33 tahun) sebagai
ibu bagi anaknya yaitu An.F (7 tahun) dan An.D (5 tahun). Tn. A sehari-hari bekerja
sebagai pedagang dan Ny.M bekerja sebagai wirawasta, penghasilan keluarga Tn.A
±2.800.000 meskipun tidak menetap tiap bulannya, penghasilan Tn.A digunakan untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari. An. F baru diketahui sering mengalami sakit perut tiba-
tiba sejak 4 hari lalu ketika anak pulang sekolah, namun Ny.M tidak pernah membawa
anaknya ke puskesmas terdekat karena merasa sakit perut hanya sebentar dirasakan.
Rumah Ny.M tampak kurang bersih dan rapih, benda-benda tanpak berserakan dilantai.
Pencahayaan dan ventilasi rumah Ny.M juga kurang memadai, jendela berdebu, barang-
barang berserakan dilantai. Saat dilakukan pengkajian Ny.M mengatakan An.F nafsu
makannya baik. Sebelum makan An. F jarang mencuci tangan terlebih dahulu dan kadang-
kadang memakan makanan yang sudah terjatuh dilantai. An.F juga sering menangis dan
mengalami demam. Ny.M juga mengatakan An. F suka mengkonsumsi cokelat dan
permen yang ia beli diwarung dekat rumahnya.
Hasil pemeriksaan fisik yang didapat pada An. F yaitu BB 27 kg, TB 130 cm. Selain
itu didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang, An.F tidak menggosok gigi sebelum
tidur dan jarang melakukan pemeriksaan gigi dan mulut serta kuku jari tangan kotor juga
panjang. An.F sering bermain bersama teman-temannya di tempat yang kotor, seperti
bermain tanah atau di tempat perairan yang kotor. Ny.M mengatakan belum pernah
membawa anaknya ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan. Serta sebelumnya tidak
ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan.
Pada pertemuan ini perawat akan melakukan penyuluhan kesehatan mengenai
pentingnya menjaga kesehatan tubuh kepada An.F dengan storytelling. Sebelumnya
perawat telah melakukan penyuluhan kesehatan kepada Ny.M mengenai cara
memodifikasi makanan agar anak menyukai makanan rumah dengan hasil Ny.M
mengatakan bahwa setelah diberikan penyuluhan ia mengikuti saran perawat untuk
menyajikan makanan kepada An. F dengan modifikasi yang telah diajarkan perawat.
B. Tinjauan Teori

Personal hygiene menjadi bagian penting dalam menjaga kesehatan individu karena
dengan personal hygiene yang baik akan mencegah masuknya mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit (Hidayat & Uliyah, 2012). Salah satu upaya dalam peningkatan
personal hygiene adalah dengan menjaga kebersihan makanan dan tempat tinggal,
kebersihan pakaian, kebersihan rambut, kebersihan kulit, perawatan gigi dan mulut, serta
kebersihan kaki, tangan, dan kuku (Azizah, 2011). Kaki, tangan dan kuku membutuhkan
perhatian khusus dalam personal hygiene seseorang, karena rentan terhadap infeksi. Setiap
kondisi yang mengenai kaki, tangan, dan kuku secara otomatis akan mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam hal perawatan diri. Kuku merupakan salah satu anggota
badan yang terdapat pada ujung jari-jari tangan dan kaki yang mengandung lapisan tanduk
(Isro’in & Andarmoyo, 2012). Dampak utama bila kuku panjang dan tidak bersih akan
banyak bibit penyakit mudah bersarang dikuku, dan kotoran akan masuk kedalam tubuh.
Infectious Disease Society of America telah mempublikasikan studinya mengenai dampak
buruk jika memiliki kuku yang panjang, kuku yang memiliki panjang lebih dari 3 mm dari
ujung jarinya bisa menjadi tempat berlindungnya jamur dan bakteri berbahaya. Tangan
juga merupakan organ tubuh yang paling banyak bersentuhan dengan berbagai benda,
sehingga berpeluang besar menjadi tempat perpindahan kuman, bakteri dan kotoran.
Selain tangan secara keseluruhan, kuku adalah yang sangat rentan menjadi tempat
berlindung dan perkembangan kuman dan bakteri tersebut (Tarwoto, 2011).
Kuman dan bakteri jahat yang terdapat di kuku akan ikut masuk ke dalam tubuh saat
makan. Ketika sedang makan, bakteri dan kuman jahat yang berlindung didalam kuku
akan pindah ke dalam makanan. Mikroogranisme tersebut akan memicu gangguan pada
sistem pencernaan dan bisa berdampak negatif bagi kesehatan anak (Siswanto, 2010).
Menurut Dr.Hingky Hindra Irawan Satari,Sp.A, kuku adalah gudangnya penyakit pada
anak. Penyakit yang paling dan tidak merespon ketika diberikan informasi tentang
kesehatan. Kesadaran orang tua dalam memperhatikan personal higiene anak
menyebabkan anak juga tidak memperhatikan kebersihan dirinya. Oleh karena itu
pemberian health education pada anak harus dilakukan, namun biasanya Anak sering tidak
memperhatikan. Salah satu cara dalam penyuluhan kesehatan atau pemberian informasi
pada anak usia sekolah yaitu dengan metode Storytelling. Storytelling adalah suatu
penyampaian informasi dengan cara bercerita atau mendongeng. Biasanya teknik bercerita
ini sangat berpengaruh dan disukai anak usia sekolah (Listuayu, 2012).
Menurut John Pieget (2009), dalam perkembangan kognitif anak usia sekolah sudah
mampu berfikir secara rasional. Anak mengembangkan pemahaman mengenai hubungan
antara sesuatu hal dan ide. Anak kaya akan fantasi, sifat ini memberikan implikasi
terhadap pembelajaran bahwa bercerita atau mendongeng dapat dipakai sebagai salah satu
metode belajar (Wong, 2009).
Menurut Echols (2011) storytelling terdiri atas dua kata yaitu story berarti cerita dan
telling berarti penceritaan. Penggabungan dua kata storytelling berarti penceritaan cerita
atau menceritakan cerita. Selain itu, storytelling disebut juga bercerita atau mendongeng
seperti yang dikemukakan oleh Malan, mendongeng adalah bercerita berdasarkan tradisi
lisan. Storytelling merupakan usaha yang dilakukan oleh pendongeng dalam
menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada anak-anak serta lisan.
Metode Storytelling merupakan cara yang efektif untuk mengembangkan aspek kognitif,
afektif dan aspek konatif anak. Kelebihan metode storytelling adalah cerita tersebut bisa
menjadi wahana untuk mengasah imajinasi, membuka pemahaman dan belajar
pada pengalaman-pengalaman sang tokoh dalam dongeng tersebut. Teknik bercerita
merupakan cara yang unik, menarik tanpa memaksa dan tanpa perlu menggurui sang
anak.
Bercerita atau Mendongeng memiliki kaitan erat dengan dunia anak-anak, bahkan
tidak dapat dipungkiri dongeng memiliki daya tarik tersendiri yang tidak dapat ditolak
oleh anak. Mendongeng merupakan aktivitas yang memiliki potensi konstruktif untuk
mendukung perkembangan mental bagi anak, selain itu pemikiran anak akan menjadi lebih
baik, lebih kritis dan cerdas. Anak juga bisa memahami hal mana yang perlu ditiru dan
yang tidak boleh ditiru (Debora, 2011).
Storytelling menjadi salah satu solusi efektif untuk menyampaikan health education
pada anak usia sekolah dengan pemilihan alat bantu yang tepat tergantung pada metode
yang dipilih, kebutuhan anak untuk belajar, serta kemampuan klien untuk belajar. Buku
bergambar dapat dipilih sebagai media storytelling karena bersifat menarik, ceria, dan
akrab dengan dunia anak-anak, menyajikan storytelling yang menarik bagi anak-anak
bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Anak usia sekolah cenderung malah
merasa bosan, oleh karena itu, penggunaan bahasa yang mudah dimengerti anak,
penentuan topik, durasi, cerita yang tepat hendaknya diperhatikan dalam penyampaian
storytelling (Listuayu, 2012).
C. Strategi Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Kamis, 2 Mei 2019
2. Waktu : 09.00 WIB-09.25 WIB
3. Tempat : Rumah Tn.A, Desa Limo
4. Jumlah Peserta : 2 anak

D. Prosedur Pelaksanaan

No. Tahap Kegiatan


1. Pra Interaksi a. Persiapan perawat
Kognitif
- Perawat mengetahui tujuan storytelling.
- Perawat mengetahui prosedur storytelling.
- Perawat mengerti dan memahami cerita
yang akan dibawakan.
- Perawat dapat berkomunikasi efektif dengan
anak.
Afektif
- Perawat bersikap sabar dengan anak.
Psikomotor
- Perawat dapat menggunakan peralatan yang
sesuai dengan cerita yang akan dibawakan.
- Perawat dapat memiliki ekspresi sesuai
dengan cerita yang akan dibawakan.
b. Persiapan anak
Kognitif
- Anak dapat mengetahui dan memahami
jalan cerita dengan baik.
Afektif
- Anak kooperatif
Psikomotor
- Anak dapat duduk saat storytelling
berlangsung.
c. Kontrak waktu
d. Persiapan alat
2. Orientasi a. Memberikan salam
b. Menjelaskan tujuan dan maksud
c. Menanyakan kesiapan anak dan pembuatan
peraturan bersama
3. Kerja a. Storytelling
b. Evaluasi
4. Terminasi a. Mengakhiri kontrak
b. Salam penutup

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan SOP (Standar Operasional Prosedur)
b. Waktu pelaksanaan telah disepakati dan ditetapkan
c. Tempat dan perlengkapan telah dipersiapkan
d. Materi dan media telah dipersiapkan
2. Evaluasi Proses
a. Peserta aktif mengikuti kelangsungan kegiatan.
b. Media dan alat bantu dapat digunakan secara efektif.
c. Kegiatan dapat berjalan sesuai rencana.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta yang hadir dapat menyebutkan 2 tokoh dalam cerita.
b. Peserta yang hadir dapat menyebutkan tentang pelajaran apa yang terdapat dalam
cerita.
c. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai.
Lampiran Storytelling

"Assalamualaikum, Tia pulang!". Teriak Tia sambil membuka pintu gerbang.


"Walaikum salam, ya ampun Tia, jangan teriak-teriak, nanti adikmu bangun." jawab ibu
sambil membukakan pintu ruang tamu. "Ups... Maaf bu, Tia lupa, hihihihi" Ucap Tia sambil
tertawa. Lalu Tia meletakkan tas dikursi ruang tamu. Setelah membuka sepatu dan kaus kaki,
Tia lalu menuju ke meja makan, melihat tahu kesukaannya, Tia langsung memakannya. "Tia,
sudah cuci tangan dan kaki belum? Jangan langsung makan, nanti kamu sakit perut." Ibu
berkata sambil menaruh sayur bayam yang baru saja matang. "Ga papa kali bu, tuh lihat
tangan Tia bersih kok". Balas Tia sambil menunjukkan kedua telapak tangannya. "Tia, sini
ibu mau bicara, kuman itu tidak terlihat sayang, kan tadi Tia baru pulang dari sekolah, naik
ojek, banyak debu. Apalagi tadi Tia habis buka sepatu dan kaus kaki, pasti tangannya banyak
kuman. Nanti kalau Tia sakit perut, Tia yang merasakan, bukan ibu. Yang minum obat juga
Tia, bukan ibu." Ibu berkata sambil merapihkan piring untuk makan siang. "Sudah, sana Tia
cuci tangan dan kaki dulu, lalu kita makan bersama". Perintah ibu. Sebenarnya Tia malas
sekali kalau disuruh ibu cuci tangan. Tia yakin kok kalau tangan Tia bersih dan tak ada
kuman. Lalu buat apa Tia cuci tangan. " Tapi, agar ibu tidak marah, kali ini Tia nurut aja deh,
besok-besok kalau ibu tidak lihat, Tia malas mencuci tangan, nanti gambar bintang ditangan
Tia hilang" Ujar Tia dalam hati. Gambar bintang ditangan Tia didapat karena hari ini Tia bisa
membaca iqro dengan benar. Tia, saat ini duduk di TK B. Usianya 5 tahun. Disekolah Tia,
ada kebiasaan mendapatkan cap bintang di tangan jika muridnya membaca iqro dengan lancar.
Tia senang sekali. Tia bangga jika ada 3 gambar bintang ditangannya. Itu tandanya Tia
melakukan hal baik sebanyak 3 kali. Bisa jadi Tia pintar membaca, menulis dan membaca
iqro dengan baik.
Besoknya, ada pelajaran mewarnai, Tia mewarnai gambar pemandangan dengan
semangat, karena gambarnya Tia buat sendiri tanpa bantuan bu guru. Tanpa disadari, jari
kukunya kotor terkena krayon. Bel istirahat berbunyi, Tia langsung mengambil kotak bekal
yang disiapkan oleh ibu. Tia mengambil roti isi coklat tanpa cuci tangan terlebih dahulu. Satu
jam kemudian, Tia menjerit kesakitan. Tangannya memegang perutnya yang sakit. Bu guru
panik, dan langsung membawa Tia ke puskesmas terdekat. Kemudian bu Dokter bertanya
"makan apa Tia hari ini?" Lalu Tia menjelaskan apa yang ia makan. Kemudian, bu Dokter
bertanya kembali "Apakah Tia cuci tangan terlebih dahulu sebelum makan?" Tia langsung
menggeleng. "Tia sayang, coba bu Dokter lihat tangan Tia?". Tiapun memberikan tangannya
ke bu Dokter. " Coba Tia lihat, kotor tidak tangannya?" tanya bu Dokter kembali. Tia
langsung melihat kalau jari tangannya kotor terkena krayon. Kemudian bu Dokter bertanya
kembali "Apakah Tia suka lupa cuci tangan sebelum makan?" Tia mengangguk. "Jadi begini
Tia, karena Tia lupa mencuci tangan sebelum makan, akibatnya kuman yang ada ditangan Tia
masuk kedalam perut, jadi perut Tia sakit. Jadi nasihat Dokter, sebelum Tia makan, jangan
lupa mencuci tangan menggunakan sabun. Mengerti Tia? Tanya bu Dokter. Tia pun
mengangguk pertanda ia mengerti. "Tapi bu dokter, kalau tangan Tia masih bersih juga harus
tetap mencuci tangan? Tanya Tia. "Tetap sayang, karena kuman itu tidak terlihat,
jadi alangkah baiknya jika kita mencuci tangan kita sebelum makan, agar kuman-
kuman tersebut mati, jadi perut kita tidak sakit sayang" Jawab bu Dokter " Sekarang Tia
janji ya, untuk selalu mencuci tangan? Dan jangan lupa obat sakit perutnya diminum supaya
sembuh sakit perutnya." Ujar bu Dokter. Tia pun berjanji akan selalu mencuci tangan
sebelum makan. Tia menyesal tidak menuruti nasihat ibu. Sampai dirumah nanti, Tia akan
meminta maaf kepada ibu. "Terimakasih bu Dokter". Ucap Tia sambil tersenyum.
DAFTAR PUSTAKA

Asfandiyar, A.Y. (2007). Cara Pintar Mendongeng. Jakarta. Mizan.


Azizah, (2011). Konsep Dasar Personal hygiene. Jakarta: EGC.
Aries Abiyoga, Rani Fitriani Arifin, Yanti Norlita. (2010). PENGARUH PENDIDIKAN
KESEHATAN DENGAN METODE STORYTELLING (BERCERITA) DALAM
PERSONAL HYGIENE TERHADAP HYGIENITAS KUKU PADA ANAK USIA
SEKOLAH. Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 71 – 80.

Anda mungkin juga menyukai