Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA II

KAJIAN TERKAIT PENILAIAN ASET BERSEJARAH MILIK


NEGARA

Disusun oleh
Akbar Satya Pambudi 4131220014
Arya Bima Putra 4131220069
Murniwati Siahaan 4131220146

Dosen Pengampu: Syanni Yustiani

Guna Memenuhi Nilai Tugas dalam Mata Kuliah


Pengantar Pengelolaan Keuangan Negara II

D-IV AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
2023
LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
disebutkan, bahwa BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau dari
perolehan lainnya yang sah. Selanjutnya dalam PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/ Daerah, disebutkan bahwa perolehan lainnya yang sah adalah meliputi barang yang
diperoleh dari hibah/ sumbangan/sejenisnya, diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/ kontrak,
diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, dan diperoleh berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Indonesia memiliki berbagai aset bersejarah yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan estetika
yang beragam dan tak ternilai harganya. Aset-aset ini biasanya telah diwarisi dari zaman kuno dahulu
dan sejak zaman kolonialisme, dan dianggap sebagai bagian penting dari warisan nasional suatu
negara. Aset-aset bersejarah ini meliputi berbagai jenis benda seperti artefak, bangunan, monumen,
situs arkeologi, dan karya seni. Aset-aset bersejarah ini juga memiliki nilai ekonomi yang signifikan
karena dapat menarik wisatawan dan investor ke negara tersebut, dan biasanya bertujuan untuk
meningkatkan devisa negara. Namun dibalik itu semua, aset yang ada saat ini juga memerlukan
perlindungan dan pengelolaan yang tepat agar tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan dengan baik
kedepannya.

Salah satu contoh aset bersejarah milik negara Indonesia adalah Candi Borobudur, sebuah
candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur adalah salah satu bangunan
dari Indonesia yag masuk keajaiban dunia dan diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak
tahun 1991. Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 oleh Dinasti Syailendra dan menjadi pusat
kegiatan agama dan kebudayaan Buddha di Jawa Tengah selama beberapa abad. Candi ini memiliki
504 arca Buddha, 2.672 panel relief, dan 72 stupa yang diatur dalam tiga tingkat lingkaran.

Namun, pada abad ke-14, Candi Borobudur ditinggalkan dan dilupakan selama beberapa
abad. Candi ini akhirnya ditemukan kembali pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles,
Gubernur Jenderal Inggris di Jawa. Setelah ditemukan kembali, Candi Borobudur mengalami
beberapa kerusakan akibat perusakan, perampokan, dan bencana alam seperti gempa bumi. Pada
tahun 1907, pemerintah Hindia Belanda memulai upaya restorasi Candi Borobudur yang berlangsung
selama 10 tahun.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Candi Borobudur mengalami beberapa
perbaikan dan renovasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 1950, Pemerintah
Indonesia memulai program restorasi Candi Borobudur yang dipimpin oleh arsitek Soekarno
Mertodikromo. Tujuan dari program ini adalah untuk mengembalikan kondisi Candi Borobudur yang
telah rusak akibat usia dan bencana alam.

Proses perbaikan dilakukan secara bertahap, yang dimulai dari pemugaran pada relief-relief
yang telah rusak, pembangunan pagar keliling untuk melindungi situs dari kerusakan, serta
pembersihan dan pemulihan fungsi saluran air di sekitar candi. Pada tahun 1973, Pemerintah
Indonesia memulai program restorasi besar-besaran yang dilakukan oleh UNESCO dan berbagai ahli
dari seluruh dunia. Proses perbaikan yang dilakukan pada Candi Borobudur memakan waktu yang
lama dan memerlukan biaya yang besar. Selain itu, terdapat pula beberapa tantangan seperti cuaca
yang sulit diprediksi, kerusakan akibat erosi, serta aksi vandalisme dan pencurian yang mengancam
situs bersejarah ini.

Meskipun demikian, setelah beberapa tahun melakukan perbaikan, Candi Borobudur berhasil
dipulihkan dan dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Saat ini, Candi
Borobudur menjadi salah satu situs Warisan Dunia UNESCO dan dijaga oleh Badan Pelestarian
Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta, serta dijaga oleh masyarakat sekitar. Selain itu,
pemerintah Indonesia juga terus melakukan perbaikan dan pemeliharaan terhadap situs ini untuk
menjaga keaslian dan keindahan Candi Borobudur bagi generasi mendatang.

PENILAIAN BARANG MILIK NEGARA SAAT INI


Penilaian Barang Milik Negara (BMN) dilakukan untuk mengetahui nilai perolehan, nilai
tercatat, dan nilai pasar dari BMN tersebut, yang kemudian digunakan untuk keperluan pembukuan,
pengelolaan, dan pelaporan BMN oleh instansi pemerintah yang memiliki BMN tersebut. Secara
umum, model penilaian aset bersejarah yang ada di Indonesia sekarang adalah dengan menggunakan
historical cost dan nilai wajar. Saat ini, teknik penilaian yang diterapkan hanya untuk jenis
operational heritage assets saja, karena pada jenis non operational heritage assets tidak dapat di ukur
dengan biaya
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, aset bersejarah milik negara diidentifikasi
sebagai salah satu kategori BMN yang harus dinilai. Untuk melakukan penilaian BMN aset
bersejarah milik negara ini, diperlukan tim penilai yang memiliki kualifikasi dan kompetensi dalam
bidang yang bersangkutan, seperti sejarah, seni, dan arkeologi. Tim penilai ini akan melakukan
evaluasi dan penilaian terhadap kondisi fisik, keaslian, nilai sejarah, dan nilai ekonomi dari aset
bersejarah milik negara tersebut.
Selain itu, dalam penilaian BMN aset bersejarah milik negara, juga diperlukan dasar hukum
yang jelas dan lengkap. Peraturan Menteri Keuangan No. 201/PMK.01/2011 tentang Tata Cara
Pengadaan dan Pengelolaan BMN Pemerintah merupakan salah satu peraturan yang mengatur
tentang BMN, termasuk BMN aset bersejarah milik negara. Dalam peraturan tersebut dijelaskan
bahwa penilaian BMN harus dilakukan dengan mengacu pada standar penilaian BMN yang berlaku
dan harus dilakukan oleh tim penilai yang terdiri dari tenaga ahli yang memiliki kompetensi dan
kualifikasi sesuai bidangnya.
Di samping itu, penilaian BMN aset bersejarah milik negara juga berkaitan dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Undang-Undang ini memberikan
perlindungan dan pengelolaan yang lebih baik terhadap aset-aset bersejarah dan cagar budaya di
Indonesia, termasuk aset bersejarah milik negara. Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa
aset bersejarah milik negara harus dikelola dan dilindungi secara baik, sehingga nilai dari aset
tersebut dapat terjaga dan dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan nasional dan generasi
mendatang.
Dalam praktiknya saat ini, penilaian BMN untuk aset bersejarah milik negara di Indonesia
melibatkan instansi pemerintah seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Keuangan, dan Badan Pelestarian Cagar Budaya. Penilaian BMN ini dilakukan secara berkala untuk
memastikan bahwa nilai dari aset bersejarah milik negara tersebut terus terjaga dan diperbarui sesuai
dengan kondisi yang terbaru.
Dengan demikian, penilaian BMN untuk aset bersejarah milik negara di Indonesia didasarkan
pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme, serta memperhatikan aspek
perlindungan dan pengelolaan yang diatur dalam peraturan dan undang-undang yang berlaku. Dalam
hal ini, penilaian BMN sebagai bagian dari pengelolaan aset bersejarah milik negara di Indonesia
harus dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa nilai dari aset
tersebut dapat terjaga dan dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan nasional dan generasi
mendatang.
PENILAIAN BARANG MILIK NEGARA YANG SEHARUSNYA
Dalam proses penilaian barang milik negara, seharusnya dilakukan oleh pihak yang
independen dan memiliki kompetensi serta integritas yang baik. Hal ini penting agar penilaian barang
milik negara dilakukan secara objektif dan profesional, sehingga dapat menghasilkan nilai yang
akurat dan adil bagi negara. Berikut ini merupakan langkah yang seharusnya ditempuh untuk dapat
melakukan penilaian barang milik negara :
1. Memperhatikan Standar Penilaian BMN yang Berlaku
Penilaian BMN untuk aset bersejarah milik negara harus memperhatikan standar
penilaian BMN yang berlaku. Standar tersebut mengatur prinsip-prinsip dasar dan prosedur
penilaian BMN, serta memberikan panduan tentang jenis informasi yang harus dikumpulkan
dan dievaluasi dalam proses penilaian.
2. Melibatkan Tim Penilai yang Terkualifikasi
Penilaian BMN harus dilakukan oleh tim penilai yang terkualifikasi dan memiliki
kompetensi sesuai bidangnya. Tim penilai harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai dalam hal penilaian BMN, sejarah, dan cagar budaya.
3. Melakukan Evaluasi Terhadap Kondisi Fisik
Penilaian BMN untuk aset bersejarah milik negara harus mencakup evaluasi terhadap
kondisi fisik dari aset tersebut. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik aset,
termasuk kerusakan atau keausan yang dapat mempengaruhi nilai dari aset bersejarah
tersebut.
4. Memperhatikan Keaslian
Penilaian BMN untuk aset bersejarah milik negara harus memperhatikan keaslian dari
aset bersejarah tersebut. Evaluasi keaslian meliputi pemeriksaan dokumen, bukti-bukti fisik,
dan kajian historis yang dapat menentukan sejarah aset tersebut dan apakah aset tersebut
benar-benar bersejarah dan memiliki nilai historis yang tinggi.
5. Menganalisis Nilai Sejarah
Penilaian BMN untuk aset bersejarah milik negara harus mencakup penilaian
terhadap nilai sejarah dari aset bersejarah tersebut. Nilai sejarah ini meliputi kepentingan
historis dan budaya dari aset bersejarah, termasuk pengaruh dan kontribusinya terhadap
masyarakat dan peradaban.
6. Menganalisis Nilai Ekonomi
Penilaian BMN untuk aset bersejarah milik negara harus mencakup penilaian
terhadap nilai ekonomi dari aset bersejarah tersebut. Nilai ekonomi ini mencakup nilai pasar
dari aset tersebut, dan dapat dipengaruhi oleh faktor seperti kondisi fisik, keaslian, dan nilai
sejarah.
7. Memperhatikan Aspek Perlindungan dan Pengelolaan
Penilaian BMN untuk aset bersejarah milik negara harus memperhatikan aspek
perlindungan dan pengelolaan aset-aset bersejarah dan cagar budaya yang diatur dalam
peraturan dan undang-undang yang berlaku. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa aset
bersejarah milik negara tersebut dapat dikelola dengan baik dan terjaga keberadaannya
sebagai warisan budaya dan sejarah bangsa, serta tidak disalahgunakan atau dirugikan dalam
penggunaannya.
8. Menyusun Laporan Penilaian yang Transparan dan Akuntabel
Penilaian BMN untuk aset bersejarah milik negara harus disusun dalam bentuk
laporan yang transparan dan akuntabel. Laporan ini mencakup hasil penilaian, dasar-dasar
penilaian, serta informasi mengenai tim penilai, sumber data, dan prosedur penilaian yang
dilakukan. Laporan ini harus dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai
acuan dalam pengambilan keputusan terkait aset bersejarah milik negara.
9. Mengikuti Prosedur Pengalihan atau Pelepasan Aset Bersejarah yang Berlaku
Pengalihan atau pelepasan aset bersejarah milik negara harus dilakukan sesuai dengan
prosedur yang berlaku, termasuk persyaratan administratif dan hukum yang harus dipenuhi.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa aset bersejarah milik negara tersebut dapat dijual
atau dialihkan secara sah dan tidak merugikan negara maupun kepentingan masyarakat.

Dengan memperhatikan poin-poin tersebut, diharapkan penilaian BMN untuk aset bersejarah
milik negara dapat dilakukan secara transparan, akuntabel, dan profesional, serta dapat memastikan
bahwa nilai sejarah dan budaya dari aset bersejarah milik negara tetap terjaga dan dihargai.
REFERENSI

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia – Nomor 111/PMK.06/2017 – Tentang Penilaian


Barang Milik Negara.

Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia – Nomor 36 Tahun 2015 – Tentang Penilaian
Braang Milik Negara Alat Utama Sistem Senjata Di Lingkungan Kementerian Pertahanan
dan Tentara Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai