Disusun oleh
Akbar Satya Pambudi 4131220014
Arya Bima Putra 4131220069
Murniwati Siahaan 4131220146
Indonesia memiliki berbagai aset bersejarah yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan estetika
yang beragam dan tak ternilai harganya. Aset-aset ini biasanya telah diwarisi dari zaman kuno dahulu
dan sejak zaman kolonialisme, dan dianggap sebagai bagian penting dari warisan nasional suatu
negara. Aset-aset bersejarah ini meliputi berbagai jenis benda seperti artefak, bangunan, monumen,
situs arkeologi, dan karya seni. Aset-aset bersejarah ini juga memiliki nilai ekonomi yang signifikan
karena dapat menarik wisatawan dan investor ke negara tersebut, dan biasanya bertujuan untuk
meningkatkan devisa negara. Namun dibalik itu semua, aset yang ada saat ini juga memerlukan
perlindungan dan pengelolaan yang tepat agar tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan dengan baik
kedepannya.
Salah satu contoh aset bersejarah milik negara Indonesia adalah Candi Borobudur, sebuah
candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur adalah salah satu bangunan
dari Indonesia yag masuk keajaiban dunia dan diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak
tahun 1991. Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 oleh Dinasti Syailendra dan menjadi pusat
kegiatan agama dan kebudayaan Buddha di Jawa Tengah selama beberapa abad. Candi ini memiliki
504 arca Buddha, 2.672 panel relief, dan 72 stupa yang diatur dalam tiga tingkat lingkaran.
Namun, pada abad ke-14, Candi Borobudur ditinggalkan dan dilupakan selama beberapa
abad. Candi ini akhirnya ditemukan kembali pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles,
Gubernur Jenderal Inggris di Jawa. Setelah ditemukan kembali, Candi Borobudur mengalami
beberapa kerusakan akibat perusakan, perampokan, dan bencana alam seperti gempa bumi. Pada
tahun 1907, pemerintah Hindia Belanda memulai upaya restorasi Candi Borobudur yang berlangsung
selama 10 tahun.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Candi Borobudur mengalami beberapa
perbaikan dan renovasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 1950, Pemerintah
Indonesia memulai program restorasi Candi Borobudur yang dipimpin oleh arsitek Soekarno
Mertodikromo. Tujuan dari program ini adalah untuk mengembalikan kondisi Candi Borobudur yang
telah rusak akibat usia dan bencana alam.
Proses perbaikan dilakukan secara bertahap, yang dimulai dari pemugaran pada relief-relief
yang telah rusak, pembangunan pagar keliling untuk melindungi situs dari kerusakan, serta
pembersihan dan pemulihan fungsi saluran air di sekitar candi. Pada tahun 1973, Pemerintah
Indonesia memulai program restorasi besar-besaran yang dilakukan oleh UNESCO dan berbagai ahli
dari seluruh dunia. Proses perbaikan yang dilakukan pada Candi Borobudur memakan waktu yang
lama dan memerlukan biaya yang besar. Selain itu, terdapat pula beberapa tantangan seperti cuaca
yang sulit diprediksi, kerusakan akibat erosi, serta aksi vandalisme dan pencurian yang mengancam
situs bersejarah ini.
Meskipun demikian, setelah beberapa tahun melakukan perbaikan, Candi Borobudur berhasil
dipulihkan dan dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Saat ini, Candi
Borobudur menjadi salah satu situs Warisan Dunia UNESCO dan dijaga oleh Badan Pelestarian
Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta, serta dijaga oleh masyarakat sekitar. Selain itu,
pemerintah Indonesia juga terus melakukan perbaikan dan pemeliharaan terhadap situs ini untuk
menjaga keaslian dan keindahan Candi Borobudur bagi generasi mendatang.
Dengan memperhatikan poin-poin tersebut, diharapkan penilaian BMN untuk aset bersejarah
milik negara dapat dilakukan secara transparan, akuntabel, dan profesional, serta dapat memastikan
bahwa nilai sejarah dan budaya dari aset bersejarah milik negara tetap terjaga dan dihargai.
REFERENSI
Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia – Nomor 36 Tahun 2015 – Tentang Penilaian
Braang Milik Negara Alat Utama Sistem Senjata Di Lingkungan Kementerian Pertahanan
dan Tentara Nasional Indonesia.