Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HUKUM BISNIS

“PERIZINAN BISNIS”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis

Dosen : Vutri Dwi Saesaria DK, S.Psi, MH

Disusun Oleh :

Mirna Andriani 1178020138

Muhamad Albyan 1178020146

MuhammadAddar Quthni 1178020150

Naufal Imanul Hakim 1178020172

MANAJEMEN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat – Nya, yang telah melimpahkan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perizinan Bisnis”. Makalah ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Perizinan Bisnis ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terharadap pembaca.

Bandung, 09 April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang. ........................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
A. Pengertian Perizinan dalam Dunia Bisnis ................................................................................... 2
B. Pengaturan Perizinan dalam Dunia Bisnis .................................................................................. 2
C. Macam – Macam Perizinan Dalam Dunia Bisnis ....................................................................... 4
1. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan ) ................................................................................... 4
2. Perizinan Lembaga Pembiayaan ............................................................................................. 5
3. Perizinan di Bidang Industri ................................................................................................... 6
4. Perizinan Menurut Undang-Undang Gangguan (UUG) ......................................................... 7
BAB III ................................................................................................................................................. 12
Contoh Kasus : ...................................................................................................................................... 12
BAB IV ................................................................................................................................................. 14
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Peranan perizinan dalam era pembangunan yang terus-menerus berlangsung ternyata
amatlah penting untuk terus ditingkatkan, apalagi dalam era globalisasi dan industrialisasi.
Demikian pula dalam dunia bisnis atau dunia usaha, perizinan jelas memiliki peran yang
sangat penting. Dunia usaha tidak akan berkembang tanpa adanya izin yang jelas menurut
hukum, dan izin berfungsi karena dunia usaha membutuhkannya. Dengan kata lain, dunia
usaha akan berkembang bila izin yang diberikan mempunyai satu kekuatan yang pasti,
sehingga perizinan dan dunia bisnis dapat bekerja dalam kondisi yang nyaman. perlu
diketahui prinsip dasar yang menjadi pegangan dalam masalah perizinan dan kewajiban
dunia usaha bahwa dalam setiap kegiatan usaha diperlukan adanya izin.
Dengan adanya izin, seseorang atau badan hukum dapat mempunyai serangkaian hak
dan kewajiban yang membuatnya dapat menikmati dan mengambil manfaat untuk
keuntungan usahanya. Namun demikian pemerintah dapat pula mengambil langkah
pertimbangan keterbatasan dan kestabilan untuk memelihara persaingan usaha yang sehat
dengan membatasi pemberian izin usaha.
Dengan adanya keterbatasan peluang yang diberikan berikut pertimbangan kestabilan
ekonomi untuk menjaga terselenggaranya persaingan yang sehat, maka penerbitan izin
usaha dibatasi, walaupun permintaan izin terus meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian perizinan dalam dunia bisnis
2. Bagaimana pengaturan perizinan dalam dunia bisnis
3. Apa saja macam-macam perizinan dalam dunia bisnis

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Perizinan dalam Dunia Bisnis
Hukum perizinan adalah merupakan bagian dari Hukum Administrasi Negara.
Adapun yang dimaksud dengan perizinan adalah melakukan perbuatan atau usaha yang
sifatnya sepihak yang berada di bidang Hukum Publik yang berdasarkan wewenang
tertentu yang berupa penetapan dari permohonan seseorang maupun Badan Hukum
terhadap masalah yang dimohonkan.

Pengertian izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan.


Sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti memperkenankan, memperbolehkan,
tidak melarang. Secara garis besar hukum perizinan adalah hukum yang mengatur
hubungan masyarakat dengan Negara dalam hal adanya masyarakat yang memohon izin.
Perizinan dalam arti luas adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-
undang. Perizinan dalam arti sempit adalah pembebasan, dispensasi dan konsesi.

Secara garis besar hukum perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan
masyarakat dengan Negara dalam hal adanya masyarakat yang memohon izin. Izin
merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam
peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan perundang-
undangan.

Sedangkan Izin usaha merupakn suatu bentuk persetujuan atau pemberian izin dari
pihak berwenang atas penyelenggaraam suatu kegiatam usaha oleh seorang pengusaha atau
suatu perusahaan. Bagi pemerintah, pengertian usaha dagang adalah suatu alat atau sarana
untuk membina, mengarahkan, mengawasi, dan menerbitkan izin usaha perdagangan. Agar
kegiatan usaha lancar, maka setiap pengusaha wajib untuk mengurus dan memiliki izin usaha
dari instansi pemerintah yang sesuai dgn bidangnya. Jenis izin usaha yg dikeluarkam oleh
pemerimtah yg menyangkut izin usaha perdagangan.

B. Pengaturan Perizinan dalam Dunia Bisnis


Izin usaha merupakan suatu bentuk persetujuan atau pemberian izin dari pihak yang
berwenang atas penyelenggaraan kegiatan usaha yang dilakukan oleh perorangan maupun
suatu badan. Izin usaha bertujuan agar pemerintah dapat memberikan pembinaan,
pengarahan dan pengawasan dalam kegiatan usaha. Selain itu juga bertujuan agar
pemerintah dapat menjaga ketertiban dalam usaha serta menciptakan pemerataan
kesempatan berusaha.

Begitu peliknya masalah perizinan, pemerintah telah mengeluarkan peraturan yaitu


Inpres No. 5 Tahun 1984 tanggal 11 April 1984 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan
Pengendalian Perizinan di bidang usaha. Ketentuan ini dimaksudkan untuk
menyederhanakan sistem perizinan yang begitu banyak berikut

2
pelaksanaannya.[1] Lampiran Inpres No. 5 Tahun 1984 terdapat tujuh hal penting yang
menjadi tolak ukur setiap perizinan yang akan dikeluarkan, yaitu:
1. Perlunya dikurangi jumlah perizinan yang harus dimiliki pengusaha, sehingga
benar-benar diperlukan saja diberikan izin.
2. Perlunya disederhanakan persyaratan administratif dengan mengurangi jumlah dan
menghindari pengurangan persyaratan yang sealur dalam rangkaian perizinan yang
bersangkutan.
3. Perlunya diberikan jangka waktu yang cukup panjang, sehingga dapat memberi
jaminan bagi kepastian dan kelangsungan usaha.
4. Perlunya dikurangi bila perlu meringankan dan menghilangkan sama sekali biaya
pengurusan perizinan.
5. Perlunya disederhanakan tata cara pelaporan, sehingga satu laporan dapat
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan berbagai departemen /instansi
pemerintah, baik di pusat maupun di daerah.
6. Perlunya dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan periizinan di bidang usaha,
dan ditelkankan agar penerima izin dapat diwajibkan untuk memberikan laporan
paling banyak satu kali setiap satu semester.
7. Perlunya dilakukan penerbitan terhadap pelaksanaan perizinan yang menyangkut
personel sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepegawaian, termasuk
tuntutan ganti rugi, disiplin pegawai negeri dan tuntutan pidana.[2]

Dalam memperoleh izin, biasanya diperlukan persyaratan yang selalu mengacu pada 5
(lima) hal seperti:
1. Syarat untuk mendapatkan izin.
2. Bobot kegiatan usaha yang dikaitkan dengan izin yang diberikan.
3. Berbagai persyaratan penopangnya yang terkait dengan dampak pemberian izin
bersangkutan.
4. Berbagai hak dan manfaat yang dapat digunakan oleh penerima izin.
5. Penerimaan izin diharuskan untuk memenuhi kewajiban, sesuai dengan pengarahan
pemerintah.[3]

Menurut Keppres No. 53 Tahun 1998, disebutkan adanya beberapa kegiatan usaha
yang tidak dikenakan ketentuan wajib daftar perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Usaha atau kegiatan yang bergerak diluar bidang perekonomian dan sifat serta
tujuannya tidak semata-mata mencari keuntungan/laba.
2. Bidang-bidang usaha seperti:
a. pendidikan formal dalam segala jenis dan jenjang yang diselenggarakan oleh
siapapun;
b. pendidikan nonformal yang dibina oleh pemerintah dan diselenggarakan
bersama oleh masyarakat serta dalam bentuk badan usaha;
c. notaris;
d. penasihat hukum;

3
e. praktik perorangan dokter dan praktik berkelompok dokter;
f. rumah sakit;
g. klinik pengobatan.[4]

C. Macam – Macam Perizinan Dalam Dunia Bisnis

1. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan )


Surat Izin Usaha Perdagangan atau disingkat SIUP adalah surat izin untuk
dapat melaksanakan kegiatan perdagangan. Dasar hukum untuk mendapatkan SIUP
adalah UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, yang menyebutkan
bahwa suatu perusahaan wajib didaftarkan dalam waktu tiga bulan setelah perusahaan
mulai menjalankan usahanya.
Untuk melaksanakan ketentuan diatas, khususnya ketentuan mengenai izin,
telah dikeluarkan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor: 1458/Kp/XII/84 tanggal
19 Desember 1984 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Dalam Keputusan
Menteri tersebut disebutkan bahwa setiap perusahaan yang melakukan kegiatan
perdagangan diwajibkan memiliki SIUP. Untuk memperoleh SIUP ini, perusahaan
terlebih dahulu wajib mengajukan Surat Permohonan Izin (SPI) yang dapat diperoleh
secara cuma-cuma pada kantor Wilayah Departemen Perdagangan atau Kantor
Perdagangan setempat.[5]
Ketentuan perusahaan yang harus memiliki SIUP dibedakan menjadi atas tiga
kelompok, yakni:
1. Perusahaan kecil, yaitu perusahaan yang mempunyai modal dan kekayaan
bersih (netto) di bawah Rp. 25.000.000;
2. Perusahaan menengah, yaitu perusahaan yang mempunyai modal dan
kekayaan bersih Rp. 25.000.000 sampai dengan Rp. 100.000.000.
3. Perusahaan besar, yaitu perusahaan yang mempunyai modal dan kekayaan
bersih diatas Rp. 100.000.000.[6]
Perusahaan yang memiliki SIUP mempunyai tiga kewajiban yang harus dilaksanakan,
yaitu sebagai berikut:
1. Wajib lapor apabila tidak melakukan lagi kegiatan perdagangan atau
menutup perusahan disertai dengan pengembalian SIUP, mengenai
pembukuan cabang/perwakilan perusahaan, atau mengenai penghentian
kegiatan atau penutupan cabang/perwakilan perusahaan.
2. Wajib memberikan data/informasi mengenai kegiatan usahanya apabila
diperlukan oleh menteri atau pejabat yang berwenang.
3. Wajib membayar uang jaminan dan biaya administrasi perusahaan sesuai
ketentuan yang berlaku.[7]
Untuk memperoleh surat izin usaha perdagangan , terlebih dahulu harus meminta izin
dengan suatu permohonan kepada pejabat yang berwenag di bidang perizinan atau

4
pejabat yang ditunjuk oleh departemen yang bersangkutan dengan melampirkan hal-
hal sebagai berikut:
1. Salinan/fotokopi akta pendirian badan usaha, dan salinan/fotokopi
pengesahan dari Departemen Kehakiman bagi badan usaha yang berbadan
hukum.
2. Salinan/fotokopi akta pendirian badan usaha yang dibuat didepan notaries
yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri bagi badan usaha yang
berbentuk persekutuan.
3. Salinan/fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah
tempat badan usaha tersebut didirikan.
4. Salinan/fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik/ penanggung jawab
badan usaha yang mengajukan izin.
5. Pasfoto pemilik/ penanggung jawan badan usaha yang mengajukan izin.
6. Salinan/fotokopi bukti pembayaran uang jaminan dan biaya administrasi
badan usaha.[8]
Manfaat SIUP
 Sebagai syarat pengesahan yang di minta oleh pemerintah,sehingga dalam kegiatan
usaha tidak terjadi masalah perijinan
 Dengan memiliki siup dapat memperlancar perdagangan ekspor dan impor
 Selain itu untuk mengikuti lelang,kepemilikan siup menjadi salah satu syaratnya.
Alasan memiliki SIUP
Agar usaha yang di jalankan mendapat pengakuan dan pengesahan dari pihak pemerintah.
Sehingga di kemudian hari tidak terjadi masalah yang dapat mengganggu perkembangan
usaha.

2. Perizinan Lembaga Pembiayaan


Pengertian lembaga pembiayaan menurut Pasal 1 angka (2) Keppres No. 61
Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan
tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Ketentuan yang mengatur mengenai tata cara pendirian dan perizinan
mengenai lembaga pembiayaan ini telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan. Untuk memperoleh izin usaha dan lembaga pembiayaan diatas, terlebih
dahulu harus meminta izin dengan suatu permohonan kepada Menteri Keuangan
dengan melampirkan hal-hal sebagai berikut:
a. Akta pendirian perusahaan pembiayaan yang telah disahkan menurut
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

5
b. Bukti pelunasan modal disetor untuk perseroan terbatas atau simpanan
pokok dan simpanan wajib untuk koperasi, pada salah satu bank di
Indonesia.
c. Contoh perjanjian pembiayaan yang akan digunakan.
d. Daftar susunan pengurus perusahaan pembiayaan.
e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan.
f. Neraca pembukuan perusahaan pembiayaan.
g. Perjanjian usaha patungan antara pihak asing dan pihak Indonesia bagi
perusahaan pembiayaan patungan yang di dalamnya tercermin arah
Indonesianisasi dalam pemilikan saham.[9]

Pemberian izin usaha ini diberikan selambat-lambatnya tiga puluh hari kerja sejak
permohonan diterima secara lengkap dan izin usaha yang berlaku selama perusahaan
masih menjalankan usahanya.

3. Perizinan di Bidang Industri


Perizinan di bidang industri telah diatur secara khusus dengan Peraturan
Pemerintah No. 13 Tahun 1987 tentang Izin Usaha Industri, di mana pada
penjelasannya disebutkan bahwa dalam rangka pencapaian pertumbuhan industri,
aspek perizinan akan ikut memainkan peranan yang amat penting. Dengan menyadari
akan peranannya, aspek perizinan harus mampu memberikan motivasi yang dapat
mendorong dan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya di sektor
industri.
Industri yang dimaksud menurut UU No. 5 tahun 1984 tentang
Perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri.[10]

Ada dua macam izin usaha industri, yaitu sebagai berikut:

1. Izin Tetap, yaitu izin usaha industri yang diberikan secara definitif kepada
perusahaan industri yang telah berproduksi secara komersial. Izin tetap ini
berlaku untuk seterusnya selama perusahaan industri yang bersangkutan
berproduksi.
2. Izin Perluasan, yaitu izin usaha industri yang diberikan kepada perusahaan
industri yang melakukan penambahan kapasitas dari/atau jenis produk atau
komoditi yang telah diizinkan.

Perusahaan yang telah memperoleh izin usaha industri, dibebani tiga kewajiban,
yaitu sebagai berikut:

6
1. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta
pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan
hidup akibat kegiatan industri yang dilakukan.
2. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,
proses serta hasil produksinya termasuk pengangkutannya, dan keselamatan
kerja.
3. Melaksanakan upaya hubungan dan kerjasama antar para pengusaha
nasional untuk mewujudkan keterkaitan yang saling mengutungkan.[11]

4. Perizinan Menurut Undang-Undang Gangguan (UUG)


Izin Undang-Undang Gangguan sebetulnya bertujuan untuk memberikan
perlindungan kepada warga/penghuni di sekitar lokasi suatu usaha. Sebab tidak
jarang terjadi suatu tempat usaha ditutup oleh pemerintah (pemerintah daerah) hanya
karena usaha tersebut diprotes oleh warga masyarakat sekitarnya. Hal tersebut
dipengaruhi oleh keadaan masyarakat yang tidak pernah memberikan persetujuan
kepada pengelola tempat usaha tersebut.[12]
Izin UUG ini sangat diperlukan untuk kelangsungan usaha secara aman. Hal
ini tampak jelas apabila kita berusaha di wilayah DKI Jakarta. Khusus di wilayah
DKI Jakarta, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor 1641 Tahun 1987 tanggl 28 Agustus 1987 yang
menugaskan seluruh walikota untuk melaksanakan pemberian izin UUG.
Jenis-jenis usaha yang diberikan izin UUG oleh walikota, terdiri atas 54 jenis
usaha atau dapat dibagi atas 3 (tiga) kelompok besar yaitu: kelompok usaha dagang,
bengkel, warung; kelompok industri rumah tangga dan jenis usaha lain.
a) Kelompok usaha dagang, bengkel, warung, yang terdiri dari:
1) Dagang oli eceran;
2) Dagang eceran minyak tanah, gas elpiji;
3) Tempat penyimpanan/garasi/pool kendaraan angkutan jenis IV dan
kendaraan roda empat maksimal 10 buah;
4) Bengkel las;
5) Dagang bahan kimia dan tempat penyimpanannya;
6) Dagang karbit dan tempat penyimpanannya;
7) Bengkel sepeda, sepeda motor;
8) Warung nasi, mi bakso, sate, dan sejenisnya:
9) Perbaikan/servis aki dan strum aki, dynamo, termasuk menggulung
dynamo;
10) Tempat pemotongan/penampungan unggas/ ayam;
11) Penjualan dan tempat penampungan kertas, besi, kayu, plastik dan
barang bekas lainnya;
12) Usaha rumah tangga dalam bidang perdagangan kebutuhan sehari-hari;
13) Peternakan unggas, sapi perah/kerbau, dan sejenisnya;

7
14) Tempan penimbunan tulang;
15) Pengepakan barang-barang, perusahaan ekspedisi, sortasi, dan
sejenisnya.

b) Kelompok Industri Rumah Tangga, terdiri dari:

1) Membuat tahu, tempe, dan lainnya;


2) Bengkel bubut dengan jumlah karyawan tidak lebih dari lima orang;
3) Percetakan pres tangan dengan jumlah mesin tidak lebih dari tiga buah;
4) Membuat air aki dan tempat penyimpanannya;
5) Membuat cat, minyak cat, tenner, plinkut dan tempat penyimpanannya;
6) Penggilingan bakso;
7) Membuat barang dari bahan kulit;
8) Membuat kecap/taoge dan taoco;
9) Pengecoran timah, alumunium dan sejenisnya;
10) Membuat batako, ubin, teraso, loster dan sejenisnya yang dikerjakan
dengan tangan manusia;
11) Membuat kerupuk;
12) Pengalengan cat, oli, alcohol, dan sejenisnya;
13) Mebuat jok motor, mobi, dan sejenisnya;
14) Pengeringan, penyamakan, dan penyimanan kulit;
15) Kue-kue makanan kecil dan sejenisnya;
16) Obat nyamuk;
17) Karet busa;
18) Lem sepatu dan karet;
19) Membuat transformator;
20) Membuat kompor dengan tenaga manual;
21) Tepung bahan-bahan kue/roti;
22) Membuat essence;
23) Alat-alat sembahyang antara lain dupa/hio, him dan tikar;
24) Peti mati;
25) Membuat sabun colek;
26) Kantong plastic;
27) Membuat pupuk kompos;

c) Jenis Usaha Lain terdiri dari;

1) Penjahit Pakaian jadi;


2) Emangkas rambut;
3) Salon kecantikan;
4) Bahan bangunan;
5) Temat penampungan jenazah;
6) Bengkel mobil dengan luas lokasi maksimal 200 m2
8
7) Terasi;
8) Membuat balon;
9) Tempat pengeringan ikan;
10) Tempat pencucian mobil;
11) Bengkel knalpot; dan
12) Usaha olahan udang.

Mengenai pengurusan izin UUG untuk jenis perusahaan yang lebih besar
selain jenis usaha di atas, izinnya dikeluarkan oleh pemerintah DKI sendiri.
Sedangkan ketentuan dan persyaratan hampir tidak jauh berbeda.
Untuk mendapatkan izin UUG, pemohon berkewajiban mengisi formulir yang
telah disediakan dengan dilampiri beberapa jenis dokumen, seperti: gambar situasi;
gambar ruangan; surat bukti pemilikan tanah dan bangunan atau persetujuan
pemilik; Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin Penggunaan Banguanan (IPB);
akta badan hukum (bila diperlukan); tanda bukti WNI dan ganti nama (bila
diperlukan); rekomendasi analisis dampak lingkungan (Amdal) bila perlu; surat
persetujuan tetangga; akta jual beli perusahaan/ penyerahan/ hibah/ warisan (bila
diperlukan); NPWP; Pengantar dari lurah setempat yang diketahui oleh camat.[13]
Setelah berkas permohonan lengkap diisi dan dilampiri dengan dokumen yang
diperlukan berkas diajukan kepada Kepala Bagian Ketertiban Pemda Jakarta. Izin
UUG dapat diberikan slambat-lambatnya tiga puluh lima hari sejak permohonan
diajukan. menurut ketentuan bahwa izin UUG harus didaftarkan ulang seliap lima
tahun sekali.[14]

9
Contoh SIUP

Contoh Surat Lembaga Pembiayaan

10
Contoh Surat Perizinan Bidang Industri

11
BAB III

Contoh Kasus :
Soal Penerbitan Izin Baru Pabrik Semen di Rembang, Ganjar Dinilai Membangkang.

Jumat, 24 Februari 2017 | 19:22 WIB.

JAKARTA, KOMPAS.com. Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Pegunungan


Kendeng mengecam keras tindakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang
mengeluarkan izin baru untuk PT Semen Indonesia di wilayah Pegunungan Kendeng,
Kabupaten Rembang. Pengacara publik dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
(YLBHI) yang juga anggota koalisi, Muhammad Isnur, menilai, Ganjar telah melakukan
pelanggaran hukum dengan terbitnya izin bernomor 660.1/6 Tahun 2017 tertanggal 23
Februari 2017 tersebut.
"Kami mengecam keras tindakan Gubernur Jawa Tengah atas keluarnya izin
lingkungan yang baru. Menurut analisis kami ada beberapa bentuk pelanggaran yang
dilakukan Ganjar dengan menerbitkan izin tersebut," ujar Isnur, saat dihubungi, Jumat
(24/2/2017).Isnur menyebutkan, penerbitan izin baru melanggar putusan peninjauan
kembali Mahkamah Agung yang sudah membatalkan Izin lingkungan pembangunan pabrik
semen sebelumnya.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan untuk tidak membangun
pabrik semen dan mengeluarkan izin tambang di Pegunungan Kendeng sampai ada hasil
Kajian lingkungan hidup Strategis (KLHK) yang sedang disusun oleh Kantor Staff Presiden
(KSP) dan Kementrian lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK).
Sebagai Kepala Daerah, kata Isnur, Ganjar seharusnya mempertimbangkan beberapa
aspek dalam menjalankan amanah sebagai pimpinan daerah dengan mematuhi kebijakan
pemerintah pusat. Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Pegunungan Kendeng sudah melakukan
beberapa upaya untuk mencegah agar izin tidak dikeluarkan.Upaya itu diantaranya
mendatangi Kementerian lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK), Kantor Staf Presiden
(KSP) dan Ombudsman Republik Indonesia.
"Selain itu, Ganjar harusnya mempertimbangkan kehidupan rakyat yang lebih baik.
Hal-hal itu seharusnya menjadi landasan bagi Gubernur Jawa Tengah dalam mengambil
keputusan," kata Isnur. Ia juga menganggap Ganjar keliru dalam menafsirkan putusan MA.
Saat jumpa pers, Ganjar Pranowo mengatakan keputusan mencabut izin lingkungan sudah
sesuai dengan yang diperintahkan oleh MA.
Selanjutnya izin lingkungan dapat dilaksanakan apabila PT Semen
Indonesia melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi. Sementara, menurut Isnur, amar
Putusan MA hanya menyebutkan membatalkan dan memerintahkan untuk mencabut sama
sekali, tidak ada perintah untuk memperbaiki. Sedangkan terkait perbaikan dan
penyempurnaan izin lingkungan tercantum dalam pertimbangan hakim. Oleh sebab itu,

12
penyempurnaan izin tak bisa dianggap sebagai bagian dari perintah Mahkamah Agung. Jika
merujuk Pasal 24 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang lingkungan hidup,
menyatakan izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan.
Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan dibatalkan. Dengan
demikian, YLBHI menuntut Gubernur Jawa Tengah membatalkan izin lingkungan baru yang
telah diterbitkan untuk PT Semen Indonesia. "Menurut kami Ganjar telah melakukan
pembangkangan terhadap perintah Presiden untuk tidak membangun pabrik semen
dan obstruction of justice (pembangkangan hukum)," tutur Isnur.
Sebelumnya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kembali menerbitkan izin
lingkungan terbaru untuk PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang. Dia mengatakan
penerbitan izin lingkungan terbaru ini merupakan tindak lanjut atas rekomendasi dari tim
Komisi Penilai Amdal (KPA).

Analisis kasus :
Kasus Suap perizinan usaha sering terjadi di berbagai wilayah atau kabupaten. Hal ini
di karena kan perizinan, termasuk alih fungsi lahan, menjadi otorisasi pemerintah daerah,
dalam hal ini bupati atau Wali kota. Dan hal ini sering dipersulit untuk memperoleh surat
perizinan maupun alih fungsi lahan, Sejauh ini masih terjadi praktik biaya tinggi, yang
memungkinkan pengajuan surat perizinan dibebankan biaya yang tinggi.
Selain itu para pemilik usaha pun juga malas untuk mengurus surat perizinan
mendirikan suatu badan usaha atau dagang dikarena kan sulitnya persyaratan dan waktu yang
dibutuhkan cukup lama.
Saran :
1. Perlunya mengurangi persyaratan tersebut
2. Perlunya mengurangi biaya yang dibeban kan
3. Perlunya pengawasan terhadap pembuatan surat izin usaha agar tidak terjadi
penyuapan

Kesimpulan :
Untuk mendirikan suatu usaha, kita perlu mengurus izin usaha perdagangan tersebut.
Dengan adanya izin maka seseorang atau badan hukum dapat mempunyai serangkaian hak
dan kewajiban yang membuatnya dapat menikmati dan mengambil manfaat untuk
keuntungan usahanya. Dalam kasus tersebut pemerintah jangan mempersulit dalam
pengurusan izin usaha agar tidak terjadi kasus suap – menyuap.

13
BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan dari seluruh materi yang telah saya sajikan dalam makalah diatas, yaitu :
Bahwa setiap wirausahawan yang ingin membuka usaha baru sebaiknya mempelajari
terlebih dahulu tahap demi tahap dalam membuat usaha karena tahap demi tahap ini sudah
ada peraturannya oleh karena itu sangat penting sekali mempelajarinya, agar dalam berusaha
kita tidak mendapat kesulitan dalam usaha yang kita jalankan itu.
Setiap wirausahawan yang sudah memiliki usaha pun harus segera mendaftarkan
usahanya sesuai dengan peraturan yang berlaku dimana harus memiliki kelengkapan sura-
surat izin usaha.

14
DAFTAR PUSTAKA
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis : Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2012.

[1] Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm.
157.
[2] Ibid., hlm. 157-158.
[3] Ibid., hlm. 158.
[4] Ibid., hlm. 159.
[5] Ibid., hlm. 159-160.
[6]Ibid., hlm. 160.
[7] Ibid., hlm. 161.
[8] Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis : Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2012, hlm. 85.
[9] Richard Burton Simatupang, Loc. Cit., hlm. 161.
[10] Ibid., hlm. 162.
[11] Ibid., hlm. 163.
[12] Ibid., hlm. 164.
[13] Ibid., hlm. 165
[14] Ibid., hlm. 167.

http://hestitrimulyani09.blogspot.co.id/2017/04/masalah-perizinan-dunia-bisnis.html
http://makalahwindy.blogspot.co.id/2017/09/perizinan-dunia-bisnis.html diakses tanggal 1 April 2018

http://nasional.kompas.com/read/2017/02/24/19222541/soal.penerbitan.izin.baru.pabrik.semen.di.
rembang.ganjar.dinilai.membangkang

15

Anda mungkin juga menyukai