Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

“HUBUNGAN-HUBUNGAN BISNIS DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN”


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis yang diampu oleh :
Dr. Nina Nurani, S.H., M.Si

Oleh kelompok 5 :
Adinda Triana S.P C10180060
Annisah C10180057
Anisa Qori N C10180061
Aqilah Salsabil C10180074
Rizwulan Sari C10180055
Salma Faisha N C10180058

S1 AKUNTANSI B

STIE EKUITAS
Jl. P.H.H. Mustofa No. 31 Bandung 40124
Jawa Barat, Indonesia

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ HUBUNGAN-HUBUNGAN BISNIS dan LEMBAGA PEMBIAYAAN
BISNIS”.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah senantiasa meridhoi usaha kita.Amin.

Bandung, 17 April 2019

ii
i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar. .............................................................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN. ............................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang. ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan. ..................................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ................................................................................. 2


2.1 Hubungan-Hubungan Bisnis. ................................................................................. 2
2.1.1 Agen Perusahaan/Distributor. ...................................................................... 2
2.1.2 Makelar. ......................................................................................................... 3
2.1.3 Komisioner. ................................................................................................... 3
2.1.4 Franchising. ................................................................................................... 4
2.1.5 Sewa Beli (Hire Purchase / Huur Koop). .......................................................... 8
2.1.6 Jual beli angsuran/Credit of betalingen. ...................................................... 8
2.17 Hak tanggungan. ............................................................................................ 8
2.1.8 Pan/Gadai (KUH Perdata). ........................................................................... 9
2.2 Lembaga Pembiayaan Bisnis. ................................................................................. 11
2.2.1 Sewa Guna Usaha (Leasing). ....................................................................... 11
2.2.2 Modal Ventura (Venture Capital). ............................................................... 14
2.2.3 Anjak Piutang (Factoring). ........................................................................... 15
2.2.4 Usaha Kartu Kredit (Credit Card Company ). ................................................... 17
2.2.5 Pembiayaan Konsumen ( Consumer Finance Company). ................................... 17

BAB III KASKUS. ........................................................................................................ 18


3.1 Kredit Macet akibat Tawaran Leasing yang Bombastis. ..................................... 18

BAB IV KAJIAN KASUS. ........................................................................................... 22


4.1 Fungsi Leasing. ........................................................................................................ 23
4.2 Manfaat Leasing. ..................................................................................................... 24
4.3 Perjanjian Leasing. .................................................................................................. 25
4.4 Mekanisme Leasing................................................................................................. 25

BAB V PENUTUP. ....................................................................................................... 32


5.1 Kesimpulan. ............................................................................................................. 32
5.2 Saran dan Rekomendasi. ......................................................................................... 32
Daftar Pustaka. .............................................................................................................. 33

iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


A. HUBUNGAN-HUBUNGAN BISNIS
Hubungan-hubungan bisnis dilakukan karena mempunyai kepentingan dan tujuan sendiri-
sendiri.Tujuan dari melakukan hubungan bisnis tersebut adalah antara lain :
 Saling mencari keuntungan satu sama lain.
 Mempercepat proses pemasaran produk ke masyarakat luas.
 Membantu pihak lain karena tidak mendapat izin memasarkan produknya secara
langsung di suatu negara.
 Ketidakmampuan berbisnis karena permodalan terbatas.

B. LEMBAGA PEMBIAYAAN BISNIS


Awal mula keberadaan dibutuhkannya lembaga pembiayaan, pertama kali disebutkan di
dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1998 tanggal 20 Desember 1998, dan dijabarkan
lebih lanjut melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1998 tanggal 20
Desember 1998 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Adapun
bidang-bidang usaha yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan antara lain meliputi bidang-
bidang seperti :
1. Sewa Guna Usaha ( Leasing )
2. Modal Ventura ( Venture Capital )
3. Anjak Piutang ( Factoring )
4. Usaha Kartu Kredit
5. Pembiayaan Konsumen

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan agen perusahaan/distributor ?
2. Apa yang dimaksud dengan makelar?
3. Apa yang dimaksud dengan komisioner, franchising, sewa beli, jual beli angsuran hak
tanggungan, pand/gadai, dan fiducia eigendom overdracht ?
4. Apa yang dimaksud dengan sewa guna usaha?
5. Apa yang dimaksud dengan modal ventura, anjak piutang, usaha kartu kredit, dan
pembiayaan konsumen ?

1.3 Tujuan
 Bentuk pemenuhan tugas dari dosen.
 Memahami tentang hubungan-hubungan bisnis.
 Memahami tentang lembaga pembiayaan bisnis.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HUBUNGAN-HUBUNGAN BISNIS


2.1.1 Agen Perusahaan / Distributor
Latar belakang hubungan bisnis ini disebabkan adanya pihak luar negeri yang tidak
diperbolehkan untuk menjual barangnya (produknya) secara lansung ke Indonesia.Untuk
itu pihak asing (prinsipal) harus menunjuk agen-agennya atau perwakilannya di
Indonesia untuk memasarkan produknya.
Sebagai perantara yang melayani bebrapa pengusaha sebagai penghubung dengan pihak
ketiga, maka agen/distributor memiliki ciri antara lain :
 Perwakilan untuk memasarkan produk.
 Perantara yang mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha dan mewaikilinya
untuk melaksanakan kontrak/perjanjian dengan pihak ketiga.

Keagenan dan distributor memiliki pebedaan berbeda.Namun dalam praktek bisnis sehari-
hari keduanya biasanya digabungkan. Agen bertindak untuk dan atas nama prinsipal,
sedangkan ditributor bertindak untuk dan atas nama sendiri.

Dalam bisnis, keagenan biasanya diartikan sebagai suatu hubungan hukum di mana
seseorang /pihak agen diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama orang/pihak prinsipal
untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain. Prinsipal akan bertanggung jawab
atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seorang agen, sepanjang dilakukan dalam
batas-batas wewenang yang diberikan. Sedangkan seorang distributor bertindak untuk dan
atas nama sendiri.

Seorang prinsipal dapat menunjuk seseorang untuk menjadi agennya dengan hanya berisi
beberapa garis kalimat saja. Adakalanya antara prinsipal dan agen dibuat suatu
perjanjian/kontrak yang sederhana yang memuat pokok-pokok tentang apa-apa yang
menjadi hak dan kewajiban para pihak. Tetapi tidak sedikit yang membuat perjanjian
secara terperinci.

Bila pihak asing ingin menunjuk seorang agen/distributor di Indonesia, maka menurut SK
Menteri Perdagangan Nomor 77/Kp/III/78, tanggal 9 Maret 1978 ditentukan lamanya
perjanjian harus dilakukan untuk jangka waktu 3 tahun.

Apabila agen/distributor ingin mengalihkan haknya kepada pihak lain baik sebagian
maupun seluruhnya, dibolehkan sesuai dengan isi pasal 1338 KUH Perdata mengenai
kebebasanberkontrak.

Pada perjanjian, para pihak biasanya akan merumuskan secara jelas peristiwa-peristiwa
apa saja yang menjadi perselisihan (event of default ) yang memberikan dasar bagi
masing-masing pihak untuk memutus perjanjian keagenan/distributor, yaitu antara lain :

1. Apabila agen/distributor lalai melaksanakan kewajibannya sebagaimana tercantum


pada perjanjian keagenan/distributor termasuk kewajiban melakukan pembayaran.
2. Apabila agen/distributor melaksanakan apa yang sebenarnya tidak boleh dilakukan.
3. Apabila para pihak jatuh pailit.

2
4. Keadaan-keadaan lain yang menyebabkan para pihak tidak dapat melaksanakan apa
yang menjadi kewajiban-kewajibannya.

Ketentuan pasal 1266 KUP Perdata, menyatakan bahwa pembatalan suatu


perjanjian hanya dapat dilakukan setelah adanya keputusan pengadilan. Oleh karena system
hukum perjanjian kita menganut system terbuka, maka dalam praktek pasal 1266 KUH
Perdata dikesampingkan, para pihak dapat melakukan pemutusan perjanjian keagenan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang mereka perjanjikan dalam perjanjiannya.

2.1.2 Makelar

Sebagai perantara yang menghubungkan pengusaha dengan pihak ketiga


untuk mengadakan transaksi bisnis beberapa perjanjian / kontrak. Tidak mempunyai
wewenang untuk bertindak sendiri namun dia bertindak untuk dan atas nama pihak
(principal).

Fungsi makelar adalah sebagai perantara atas nama principal untuk


melakukan beberapa kontrak. Makelar memiliki hubungan hokum dengan principal
berupa pemberian kuasa dan pelayanan berkala, tidak tetap.

Kewajiban makelar adalah sebagai berikut :

 Harus memelihara pembukuan perusahaan


 Apabila merugikan pihak lain, makelar wajib mengganti kerugian
 Wajib menyimpan contoh, apabila perjanjian tersebut menghendaki sebuah
contoh dan harus menjamin keaslian tanda tangan penjual surat berharga kalau
menggunakan surat berharga.
Hak makelar adalah berhak atas upah

Larangan bagi makelar menurut pasal 65 KUHDagang adalah dilarang menjadi


penjamin dalam perjanjian yang dibuat dengan perantaranya.Sanksi bagi
pelanggaran menurut pasal 71 KUH Dagang dibebastugaskan dan tidak diangkat
kembali untuk selamanya.

2.1.3 Komisioner

Seseorang yang pekerjaannya bertindak sebagai perantara dalam transaksi


bisnis dengan memberikan kuasa kepada perantara untuk bertindak atas namanya
sendiri / tanggung jawab sendiri dengan menerima komisi.

Fungsi komisioner adalah perantara biasa, dan dasar hukum perjanjian


kontrak komisi adalah kontrak pemberian kuasa khusus antara komisioner dengan
komiten.

Syarat yang harus dipenuhi untuk seorang komisioner adalah


menyelenggarakan perusahaan, mengadakan perjanjian untuk kepentingan dan atas
perhitungan komitmen, walau dalam mengadakan kontrak denganpihak ketiga selalu
atas nama sendiri dan berhak atas upah / komisi.

3
Kewajiban bagi seorang komisioner adalah menjalankan tugas sebaik-
baiknya untuk kepentingan komiten dan wajib memberikan catat-catat pada
komitennya tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan perantaranya,
kecuali adanya suatu kontrak “del credere”.

Sedangkan yang menjadi hak bagi komisioner adalah hak mendahului atas
barang yang diserahkan untuk dijual atas barang yang telah dibeli dan hak menahan
barang milik komiten (hak retensi).

Seperti halnya makelar komisioner pun memiliki hubungan hokum dengan


komitenberupa pemberian kuasa dan pelayanan berkala, tidak tetap.

2.1.4 Franchising

1. Pengerrtian Franchise ;

Sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa dimana sebuah perusahaan tidak
(Franchisor) memberikan kepada individu/perusahaan lain yang berskala kecil dan
menengah (Franchise) hak – hak istimewa untuk melaksanaka suatu system usaha tertentu
dengan cara tertentu, waktu tertentu, tempat tertentu.

Franchise merupakan kerjasama bisnis dengan secara teknis dipahami sebagai


metode perluasan pasar yang digunakan perusahaan yang dianggap sukses dan berkehendak
meluaskan distribusi barang atau jasa melalui unit – unit bisnis eceran yang dijalankan oleh
pengusaha – pengusaha independen dengan menggunakan merek dagang atau merek jasa,
teknik pemasaran dan berada di bawah pengawasan dari perusahaan yang hendak meluaskan
pasarnya dengan imbalan pembayaran fees dan royalties.

Para pihak (franchisor dan franchiesee) yang bersepakat dalam suatu transaksi
Franchise selain mempermasalahkan persoalan – persoalan yuridis, juga hal lain yang lebih
penting, yaitu adanya jaminan bahwa baik franchisor maupun franchise adalah pihak –
pihak yang secara bisnis dapat diandalkan kerjasamanya, kmampuan manajerialnya dan
bonafiditasnya untuk bersama – sama membangun kerjasama bisnis.

2. Klausula – klausula Yang Dimuat Dalam Kontrak Franchising

Tuntutan – tuntutan seperti yang diuraikan di atas sebenarnya menjadi ukuran dalam
menentukan unsur – unsur pokok kesepakatan, persyaratan, hak dan kewajiban para pihak
yang pada akhirnya dituangkan di dalam klausula – klausula suatu perjanjian franchise.
Klausula – klausula utama suatu perjanjian franchise, sebagai berikut :

a. Objek yang di-franchise-kan


Biasanya dikemukakan di awal perjanjian franchising

b. Tempat Berbisnis
Franchisor biasanya turut menentukan dan atau memberikan persetujuan kepada franchise
mengenai tempat yang akan dipakai dalam menjalankan bisnis franchise.

4
c. Wilayah Franchise
Pemberian wilayah oleh franchisor kepada franchise harus didasarkan pada strategi
pemasaran. Tidak ada persaingan usaha sejenis yang dilakukan oleh sesame franchise
ataupun franchisor sendiri.

d. Sewa Guna
Apabila lokasi didapat dengan suatu sewa. Jangka waktu sewa paling tidak harus sama
dengan jangka waktu belakunya perjanjian franchise.

e. Pelatihan dan Bantuan Teknik dari Franchisor


Pelatihan dan bantuan teknik merupakan hal yang penting karena suatu bisnis dengan pola
franchise mengandalkan kualitas produk baik barang/jasa dan kualitas pelayanan yang baik
dalam menjalankan bisnisnya.

f. Standar Operasional
Biasanya tertuang dalam buku petunjuk/operation manuals.

g. Pertimbangan – pertimbangan Keuangan.


Merupakan hal yang paling sensitif dalam perjanjian franchise.Biasanya yang dibayarkan
oleh franchise kepada franchisor pada hakikatnya merupakan pengganti atas pemberian hak
– haknya dari franchisor kepada franchise.
Beberapa jenis pembayaran yang menjadi kewajiban franchise kepada franchisor, yaitu
:initial fee (imbalan jasa awal), continuing fee (pembayaran atas jasa terus – menerus yang
diberikan franchisor), royalty (imblan atas pemakaian merek barang/jasa, logo, hak cipta
dan sebagainya yang merupakan milik franchisor).

h. Klausula – klausula Kerahasiaan


Perjanjian franchise selalu memuat klausula yang melarang para pihak untuk
memberitahukan rahasia dangan kepada pihak ketiga yang tidak mempunyai kepentingan
dengan bisnis.

i. Klausula – klausula yang Membatasi Persaingan


Setelah berakhirnya perjanjian maka pihak franchise dibatasi untuk tidak berusaha dalam
bisnis yang sejenis dengan usaha franchise yang sebelumnya telah dijalani selama periode
tertentu.

j. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban merupakan hal yang penting, karena memuat mengenai sampai sejauh
mana tanggung jawab yang dipikul baik oleh franchisor maupun franchise.

k. Pengiklanan dan Strategi Pemasaran


Pengiklanan merupakan bagian yang penting dari strategi pemasaran, oleh karena itu dalam
suatu perjanjian franchise untuk kebijaksanaan pengiklanan ini biasanya ditetapkan secara
terpusat oleh franchisor.

l. Penetapan Harga
Biasanya penetapan harga ditetapkan oleh franchisor dengan mempertimbangkan
masukkan dari franchise.

5
m. Status Badan Usaha/Perusahaan
Berkaitan erat dengan pertanggungjawaban baik dari pihak franchisor maupun
franchise.Status badan usaha/perusahaan akan menentukan seberapa besar tanggung jawab
yang dapat dituntut dari suatu pihak.

n. Hak unruk Menggunakan Nama dan Merek Orang


Merek dagang, logo, dan desain perusahaan merupakan identitas dari franchise itu.
Suatu merek dari bisnis franchise untuk mendapatkan perlindungan di Indonesia harus
didaftarkan ke Kantor Merek, karena suatu mereka barru mendapat perlindungan setelah
didaftarkan.
Perjanjian franchise harus memuat pla mengenai pihak yang bertanggung jawab atas
pendaftaran tersebut, biasanya kewajiban mendaftarkan serta pembiayaannya ditanggung
oleh pihak franchise sesuai kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian.

o. Masa Berlaku dan Kemungkinan Pembaharuan/Perpanjangan Perpanjian


Prinsip dasar dalam mengatur janga waktu perjanjian ini adalah bahwa hubungan franchise
harus data bertahan ada jangka waktu yang cukup lama. Hubungan franchise ini merupakan
hubungan bisnis yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat mencapai hasil yan
memadai.
Kesuksesan bisnis franchise bukan merupakan hal yang cukup mudah didapat melainkan
membutuhkan waktu untuk mencapainya. Waktu yang ideal untuk sebuah perjanjian
franchise adalah 5 – 10 tahun.
Jangka waktu perjanjian biasanya dapat diperpanjang kembali.Franchise harus berhati – hati
apabila dalam perjanjian dikemukakan bahwa tidak ada kesempatan untuk memperpanjang
perjanjian.Franchise harus memperhatikan serta mempertimbangkan dengan seksama syarat
– syarat apa saja yang ditetapkan oleh franchisor agar ia dapat ditunjuk kembali menjadi
franchise.

p. Pengakhiran Perjanjian
Pengakhiran perjanjian dapat terjadi karena :
a) Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak.
b) Undang – undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian.
c) Para pihak atau undang – undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya
peristiwa tertentu maka perjanjian menjadi hapus.
d) Pernyataan menghentikan perjanjian oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu
pihak.
e) Perjanjian hapus karena keputusan hakim.
f) Tujuan perjanjian telah tercapai.
g) Dengan persetujuan para pihak.

q. Penafsiran Terhadap Perjanjian


Para pihak dapat menyepakati masalah penafsiran ini, terutama apabila dalam bisnis
franchise terlibat 2 (dua) pihak yang berlainan bangsa, kewarganegaraan.

r. Pilihan Hukum dan Pilihan Forum


Pilihan hukum merupakan hal yang penting dalam hal terjadi perjanjian franchise
internasional.

6
Perjanjian harus benar – benar memperhatikan penetapan hokum mana yag akan diterapkan
dalam perjanjian, serta tempat hukum mana yang dipilih untuk menyelesaikan perselisihan –
perselisihan yang timbul.
Selain pilihan hukum terdapat pula pilihan forum, hal yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan forum apakah dimungkinkan pula untuk menyelesaikan perselisihan dengan
arbitrase ataukah penyelesaian hanya berdasarkan proses yudisial biasa yakni melalui
pengadilan.

3. Karakteristik Dasar Franchise


a. Harus ada perjanjian tertulis
b. Franchisor harus memberikan pelatihan dan dukungan
c. Franchisee diperbolehkan beroperasi dengan menggunakan nama/merek dagang
franchisor
d. Franchisee harus mengadakan investasi yang berasal dari sumber dana
sendiri/dukungan sumber lain.
e. Franchisee berhak secara penuh mengelola bisnis sendiri.
f. Franchisee membayar fee dan atau royalti kepada franchisor.
g. Franchisee berhak memperoleh daerah pemasaran tertentu.
h. Transaksi antara franchisor dengan franchisee bukan merupakan transaksi antara
cabang dan induk.

4. Persyaratan Kontrak Franchising


 Franchisor setuju untuk :
- Memberikan wilayah penjualan yang berdiri sendiri pada franchisee
- Menyediakan pelatihan dan bantuan manajemen
- Memberikan barang-barang dagangan kepada franchisee dengan harga yang bersaing
- Memberikan nasihat kepada franchisee tentang lokasi perusahaan dan desain bangunan
- Memberikan bantuan finansial tertentu/nasihat finansialkepada franchisee
 Franchisee setuju untuk :
- Menyelenggarakan perusahaan sesuai dengan peraturan yang diajukan franchisor
- Menginvestasikan jumlah tertentu dalam perusahaan
- Membayar pada franchisor suatu honorarium
- Menyediakan fasilitas perusahaan yang disetujui franchisor (membangun atau tidak)
- Memberi finansial dan materil standar lainnya dari franchisor/leveransir yang disetujui

5. Dasar Hukum Kontrak Franchising :


Kontrak/perjanjian antara kedua belah pihak

6. Keuntungan Fanchisee
 Diberikan latihan dan pengarahan oleh franchisor
 Diberikan bantuan finansial oleh franchisor. (Apalagi bila prospek usaha
dianggap resiko baik)
 Diberikan penggunaan nama perdagangan/merek dikenal.
7. Kelemahan perlindungan bagi Franchisee
 Program latihan yang diizinkan franchisor kadangkala jauh dari yang
diinginkan
 Perincian setiap hari tentang penyelenggaraan sering diabaikan

7
 Sedikit sekali kebebasan yang diberikan pada franchisee untuk menjalankan akal budi
sendiri, mulai membeli peralatan di tempat lain
 Jarang mempunyai hak untuk menjual perusahaannya kepada pihak ketiga tanpa
menawarkan pada franchisor

2.1.5 Sewa Beli (Hire Purchase / Huur Koop) adalah :


Jual beli barang dimana penjual meelaksanakan penjualan barang dengan cara
memperhitungkan setiap pembayaran pembeli, dengan pelunasan atau harga barang yang
telah disepakati bersama dan diikat dalam perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut
beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli
kepada penjualnya.

2.1.6 Jual Beli Angsuran/Credit of Betalingen


Jual beli diamana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima
pelunasan pembayaran pembeli, dalam beberapa kali angsuran atas harga barang yang telah
disepakati bersama dan yang diikat dalam perjanjian, serta hak milik atas barangnya beralih
dari penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli.

2.1.7 Hak Tanggungan


1. Penganturan hak tanggungan
Saat ini diatur dalan UU No.4 Tahun 1996 mengatur tentang Hak Tanggungan atas tanah
beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah. LN 1996 : 42 disebut UU Hak
Tanggungan. Ketentuan baru ini bertujuan menghapuskan ketentuan tentang : Hipotik (BK
II KUH Perdata) dan Crediet Verband (Stb 1908 : 542 Jo Stb 1909 : 586 Jo 1937 : 190 Jo
1937 : 191).

2. Pengertian Hak Tanggungan : (Ps.1 butir 1 UUHT)


Hak Tanggungan adalah :
“Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah berikut atau tidak, berikut benda-benda
lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur
lainn.”
3. Ciri-ciri dan sifat Hak Tanggungan

Hak Tanggungan merupakan lembaga jaminan untuk pelunasaan utang yang kuat memiliki
ciri antara lain:

 Memberikan ked.diutamakan (Pasal. 1 UUHT).


 Selalu mengikuti objek yang dijaminkan ( Pasal.27 UUHT).
 Memenuhi asas spesialisasi dan publisasi, agar mengikat pihak ketiga dan
memberikan. kepastian bagi yang bersangkutan.
 Mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekus (Pasal. 14 Jo Pasal. 20 UUHT).

Sifat lain hak tanggungan :

Tidak dapat dibagi-bagi kecuali diperjanjikan lain dalam APHT. Dengan demikian,
walaupun hutang dulunasi sebagian, namun Hak Tanggungan tetap membebeani seluruh
objek HT.

8
Objek Hak Tanggungan :

a. Hak Milik.
b. Hak Guna Usaha.
c. Hak Guna Bangunan.
d. Hak Pakai atas Tanah Negara.
e. Hak Pakai atas Tanah Hak Milik.

4. Tata Cara Pemberian Hak Tanggungan


a. Membuat perjanjian utang piutang/perjanjian pemberian kredit yang pelunasannya
dijamin dengan Hak Tanggungan.
b. Membuat perjanjian pemberian hak tanggungan yang dituangkan dalam Akta
Pemberian Hak Tanggungan (APHT) oleh Notaris/PPAT.
c. Melakukan pendaftaran hak tanggungan pada kantor pertanahan, maka laihrlah hak
tanggungan yang dibebankan.

2.1.8 Pand/Gadai (KUH Perdata)

1. Pangaturan dan pengertian gadai.

Gadai atau pand diatur dalam Ps. 1150 KUHP, memiliki pengertian :

“Hak yang diperoleh kreditur atas benda bergerak dari orang lain atas nama debitur untuk
menjamin utang dan memberikan wewenang kepada kreditur untuk mendapat pelunasan
lebih dulu daripada kreditur lain”.

2. Ciri/Sifat gadai :

 Accesoir
 Jaminan pembayaran kembali
 Barang yang digadaikan harus pada pemegang gadai
 Tidak dapat dibagi-bagi
 Mempunyai hak didahulukan
 Pemegang gadai berhak menjual sendiri benda gadai, bila dianggap pailit/wanprestasi
 Penguasaan benda gadai bukan untuk dinikmati/dipakai/dipungut hasil oleh
pemegang gadai.

3. Obyek gadai

Adalah berupa benda bergerak

4. Tata cara mengadakan gadai :

a. Membuat perjanjian piutang antara debitur dan kreditur, dimana debitur sanggup
memberikan benda bergerak.
b. Membuat perjanjian gadai, bisa dibuat lisan atau tertulis.
c. Penyerahan benda yang digadaikan pada kreditur.
5. Perbedaan Gadai dengan Hak Tanggungan.

9
Hak Tanggungan

 Benda tak bergerak


 Penguasaan phisik atas benda tak berpindah pada tangan kreditur
 Akta otentik
 Dapat dijaminkan lebih dari satu kali

Gadai

 Benda bergerak
 Penguasaan phisik atas benda berpindah pada tangan kreditur
 Bebas : bisa lisan atau tertulis
 Hanya dapat dijaminkan satu kali saja

10
Fiduciaire Eigendoms Overdracht/FEO/Fiducia :

1. Pengaturan
Fiduacia, diatur dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Fiducia. Semula
pengaturan Fiducia didasarkan pada Yurisprudensi. Tujuan undang-undang tersebut adalah
untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak. Oleh karena itu dianut asas
Spesialitas dalam pembebanan fiducia.
2. Pengertian Fiducia
Penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan dimana yang digadaikan adalah hak
miliknya, sedangkan bendanya tetap berada pada debitur.
3. Sifat hukum fiducia
Seperti halnya pada gadai, fiducia pun merupakan jaminan untuk benda bergerak,
hanya pada fiducia ini benda secara fisik yang dijadikan jaminan tetap berada pada debitur,
sedangkan yang diserahkan sebagai jaminan hanya bukti-bukti kepemilikan saja.
4. Tata Cara Pemberian
Tujuan pemberian kepastian hukum, mendapat penjabaran dalam bentuk dianut asas
spesialitas dalam tata cara pemberian fiducia. Tata Cara Pemberian Fiducia antara lain :
a. Membuat perjanjian utang piutang/perjanjian pemberian kredit yang pelunasannya
dijamin dengan hak fiducia.
b. Membuat perjanjian fiducia yang dituangkan dalam Akta Notaris
c. Melakukan pendaftaran di kantor pendaftaran fiducia.
5. Kelemahan fiducia untuk benda bergerak :
- Tidak adanya pengumuman penyerahan benda jaminan.
- Umum tak dapat mengetahui dengan pasti apakah ia pemilik benda atau hanya
sebagai pemberi fiducia.
- Tidak dapat ditelusuri apakah pemberi fiducia itu benar-benar pemilik atau hanya
pemegang saja.

2.2 LEMBAGA PEMBIAYAAN BISNIS


2.2.1 Sewa Guna Usaha ( Leasing )
1. Pengertian
Fungsi leasing sebenarnya hampir sama setingkat dengan bank, yaitu sebagai sumber
pembiayaan jangka menengah (dari satu tahun sampai lima tahun), kegiatan leasing dapat
dilakukan secara finance lease artinya kegiatan sewa guna usaha di mana penyewa guna usaha
pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha
berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama, maupun secara operating lease dimana
penyewa guna usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.
Dalam usaha leasing terdapat beberapa pihak yang tersangkut dalam perjanjian leasing
yang terdiri dari :
1) Pihak yang disebut lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari
beberapa perusahaan.
2) Pihak yang disebut lesee, yaitu pihak yang menikmati barang tersebut dengan
membayar sewa dan yang mempunyai hak opsi.
3) Pihak kreditur atau lender atau disebut juga debt-holders atas loan participants dalam
transaksi leasing. Terdiri dari bank, insurance company, trusts, yayasan.
4) Pihak supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan.

11
2. Manfaat Leasing

Dengan leasing, perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa
beli, yang dapat diangsur setiap bulan atau setiap triwulan kepada lessor.Usaha
pembiayaan melalui leasing ini dapat diperoleh dalam waktu yang cepat.Bagi
perusahaan yang modalnya lemah, dengan perjanjian leasingakan memberikan
kesempatan pada perusahaan tersebut untuk bernafas dan perusahaan juga dapat
memiliki barang modal yang bersangkutan.

Dengan perjanjian leasing, suatu perusahaan akan terasa lebih menghemat dalam
hal pengeluaran dana tunai disbanding dengan membeli secara tunai.

Antara lesse dan lessor didalam perjanjian leasing dapat mengadakan


kesepakatan dalam hal menetapkan besarnya dan banyaknya angsuran sesuai dengan
kemampuan lesse.Dalam hal kredit, besar dan banyaknya angsuran ditentukan oleh
kreditor, berdasarkan perkiraan dan hal analisis dari bank.

Dalam Hukum Perdata, ada 3 (tiga) bentuk periikatan yang mirip satu sama lain
namun berlainan dengan hukumnya, yaitu sewa guna usaha (leasing), sewa beli
(HirePurchase), dan jual beli secara angsuran (CreditSale).

Persamaan antara leasing dengan kedua perjanjian di atas adalah bahwa pada
perjanjian leasing, lesse membayar imbalan jasa kepada lessor dalam waktu
tertentu.Sedangkan pada perjanjian sewa beli dan jual beli dengan ansuran, pembeli
membayar angsuran, pembeli membayar angsuran, pembeli membayar angsuran
kepada penjual dalam waktu tertentu sesuai dengan perjanjian.

Sedangkan perbedaannya dapat diuraikan sebagai berikut :

Perjanjian Leasing

1. Lessor adalah pihak yang menyediakan dana dan membiayai seluruhb pembelian
barang tersebut.
2. Masa leasing biasanya ditetapkan sesuai dengan perkiraan umur kegunaan barang.
3. Pada akhir masa leasing, lesse dapat menggunakn hak opsinya untuk membeli barang
yang bersangkutan, sehingga hak milik atas barang beralih pada lesse.
Perjanjian Sewa Beli dan Jual Beli Secara Angsuran

1. Harga pembelian barang sebagian kadang kadang dibayar oleh pembeli. Jadi penjual
tidak membiayai seluruh harga beli barang yang bersangkutan
2. Jangka waktu tidak memperhatikan baik perkiraan umur kegunaan barang maupun
kemampuan pembeli mengangsur harga barang.
3. Pada akhir masa perjanjian, hak milik atas barang dengan sendirinya beralih pada
pembeli. Hak milik atas barang beralih dari penjual pada pembeli pada saat barang
diserahkan oleh penjual

12
3. Mekanisme Leasing

5 1
8 6
9 SUPPLIER
7 7

2
3 3
LESSOR 10 10
LESSE

PERUSAHAAN
ASURANSI

Penjelasan skema :

1) Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkab, mengadakan wawancara
penawaran harga dan menunjukan supplier peralatan yang dimaksud.
2) Setelah lesse mengisi formulir permohonan, mengirikan kepada lessor disertai dokumen
pelengkap.
3) Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lesse
dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse, maka kontrak lesse dapat ditandatangani.
4) Pada saat yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang di-
lease dengan perusahaan asuransi yang dijadikan lessor, seperti yang tercantum dalam
kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin kontrak utama.
5) Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan tersebut.
6) Supplier dapat mengirim peralatan yang di-lease ke lokasi lesse. Untuk mempertahankan dan
memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian pelayanan
purna jual.
7) Lesse menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.
8) Supplier menyerahkan surat tanda terima (dari lesse), bukti pemilikan dan pemindahan
pemilikan kepada lessor.
9) Lessor membayar harga peralatan yang di-lease kepada supplier.
10) Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
ditentukan dalam kontrak lease.

13
2.2.2 Modal Ventura ( Venture Capital ) adalah :
1. Pengertian dan Landasan Hukum
Yang dimaksud dengan perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam
perusahaan pasangan usaha (investe company) untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan yang
dimaksud dengan Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) adalah suatu perusahaan yang
memperoleh pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dari Perusahaan Modal Ventura
(PMV).
Lembaga modal ventura juga merupakan suatu alternatif lembaga pembiayaan lain di
luar bank. Lembaga ini tidak memerlukan jaminan (collateral) untuk dapat mengeluarkan
dananya.
Jenis pembiayaan yang dilakukan modal ventura dibedakan atas 3 macam, yaitu:
1) Conventional Loan. Pinjaman dengan jaminan dan bisa pula disertai jaminan.
2) Condational Loan. Modal ventura dapat menikmati laba dan rugi proyek yang
dibiayainya.
3) Equity investment. Modal ventura yang menyertakan saham untuk mendukung
kegiatan perusahaan yang baru berdiri dan ada kerja sama manajemen antara modal ventura
dengan perusahaan yang dibiayai.

Catatan:

PPU : suatu perusahaan yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal
venture (PVM)

- Lembaga pembiayaan ini di luar bank


- Tidak perlu ada jaminan
- Di Indonesia jangka waktu dibatasi sampai 10 tahan
- Hubungan kedua belah pihak : hubungan kepercayaan
2. Potensi Usaha
Kegiatan modal ventura hanya dilakukan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam
suatu Perusahaan Pasangan Usaha untuk hal-hal sebagai berikut :
1) Pengembangan penemuan baru.
2) Pengembangan perusahaan yang pada tahap awal usahanya mengalami kesulitan dana.
3) Membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan.
4) Membantu perusahaan yang berada dala tahap kemunduran usaha.
5) Pengembanga proyek penelitian dan rekayasa.
6) Pengembangan berbagai hal penggunaan teknologi baru, dan alih teknologi baik dari
dalam maupun luar negeri.
7) Membantu pengalihan pemilikan perusahaan.

Keuntungan yang diperoleh Perusahaan Modal Ventura (PMV) berasal dari


keuntungan Perusahaan Pasangan Usaha (PPU).Umumnya bidang-bidang usaha yang dicakup
oleh PMV adalah pertanian, perikanan, industri kecil dan beberapa agribisnis lainnya.

14
2.2.3 Anjak Piutang (Factoring) adalah :
1. Pengertian

Pembiayaan yang dalam melakukan usaha pembiayaan dilakukan dalam bentuk pembelian
dan atau pengalihan serta pengurusan piutang/tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi perdagangan dalam negeri atau luar negeri.

Catatan :

Terdapat tiga pihak :Factoring, klien dan customer.

Customer : yangberutang kepada klien.

2. Mekanisme Kerja Factoring

PERDAGANGAN DALAM NEGERI DENGAN FACTORING

Pabrik Tekstil
Klien

1. Peny. Barang
2. Invoice/ faktur

3.Copy Invoice

6.Refund
Customer
Departement Store
4. Initial Payment

5.Payment

Perusahaan
Faktor

Penjelasan gambar tersebut di atas sebagai berikut :

1. Setelah barang dan invoice di serahkan ( 1& 2 ), pabrik menyerahkan pula copy invoice
kepada perusahaan faktor ( 3 ).
2. Berdasarkan copy invoice, sesuai dengan perjanjian factoring yang telah disetujui bersama,
perusahaan faktor wajib segera membayar (initial payment) s/d 80% dari nilai invoice (4).
3. Perusahaan faktor aktif melakukan penagihan sesuai syarat pembayaran antara pabrik dengan
pasar swalayan. Pabrik minta agar pembayaran dilakukain melalui perusahaan faktor.Pasar
swalayan membayar kepada perusahaan faktor sesuai kontraknya dengan pabrik (5).

15
4. Setelah pembayaran selesai, perusahaan faktor mengembalikan sisa pembayaran (refund)
kepada pabrik 20% dari invoicedikurangi biayafactoringyang telah disepakati dalam factorng
agreement (6).

Pabrik cukup berursan dengan perusahaan faktor yang bertindak selaku kredit manajemen
pabrik, tidak perlu lagi berhubungan satu demi satu pelanggannya.

MEKANISME KERJA INTERNASIONAL FACTORING

Eksportir Importir

Eksport Import

Dalam internasional factoring terdapat 4 (empat) pihak yang terlibat, yaitu eksportir, importir,
ekspor factor dan impor factor. Uraian skema di atas adalah sebagai berikut :
1. Eksportir membuat perjanjian factoring (factoring agreement) dengan perusahaan lain.
2. Eksportir mengajukan permohonan kredit limit tertentu sehubungan dengan rencan eskpor
yang bersangkutan kepada importir di Amerika.
3. Ekspor factor memilih salah satu import factor di Amerika.
4. Import factor melakukan penyelidikan (credit investigation) untuk mengetahui credit standing
dari importirt, bila import factor menyetujui permohonan exportir maka invoice yang
difactorkan s/d jumlah kredit yang dimohonkan disetujui dijamin pembayaran oleh import
factor.
5. Atas dasar persetujuan kredit limit tersebut, eksportir mengirimkan barangnya ke Amerika
dan mengirimkan invoice kepada importir dengan pemberitahuan bahwa importir melakukan
pembayaran.
6. Setelah barang dikapalkan, eksportir menyampaikan copy invoice tersebut kepada export
factor. Seterimanya copy invoice tersebut, export factor membayar senilai dengan 80% dari
nilai invoice.

16
7. Export factor mengirim copy invoice kepada importir dan import factor menyiapkan sales
ledger aktif melakukan penagihan kepada importir.
8. Import factor melakukan remit, pengiriman sebesar 20% dari nilai invoice setelah dikurangi
tarif tertentu yang telah disepakatti setelah importir membayar selambat-lambatnya 90 hari
setelah tanggal pengiriman barang, walau importir factor belum menerima pembayaran dari
importir.
9. Setelah eksportir menerima remitting dari importir factor, sisa pembayaran (sebesar 20%)
segera diselesaikan setelah dikurangi biaya factoring.

3. Keuntungan Factoring

1) Adanya peningkatan modal kerja.


2) Adanya perlindungan kredit.
3) Manajemen kredit, perusahaan factoring memiliki data kredit yang terpercaya yang dapat
dimanfaatkan klien.
4) Penagihan piutang. Dilakukan oleh perusahaan factoring.
5) Administrasi penjualan. Jurnal penjualan klien akan dikomputerisasikan dengan sistem yang
dimiliki perusahaan factoring.

2.2.4 Usaha Kartu Kredit (Credit Card Company ) adalah :


Badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan
menggunakan kartu kredit.

Penerbitan kartu kredit merupakan satu pemberian fasilitas kredit oleh suatu bank penerbit
kepada pemegang kartu. Pemberian fasilitas ini tidaklah berdasarkan akte-akte secara otentik
melainkan hanya dengan akte-akte di bawah tangan da tidak mutlak harus ada jaminan kredit.

Hukum yang berlaku yang mengatur masalah kartu kredit adalah hukum Kebebasan
Berkontrak antara para pihak berlandaskan Pasal 1338 KUH Perdata.

2.2.5 Pembiayaan Konsumen ( Consumer Finance Company) adalah :


Badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen
dengan sistem pembayaran angsuran/berkala.

Lembaga pembiayaan konsumen ini akan memberikan kemudahan bagi mereka yang
memiliki dana tidak cukup untuk membeli barang secara tunai, bahkan kemudahannya
melebihi kemudahan yang diberikan oleh bank. Lembaga pembiayaan konsumen akan melihat
barang apa saja yang dibiayai, maka kredit bank, pihak bank cukup memandang siapa
konsumen yang akan mendapat bantuan dana. Kedua lembaga ini mempunyai kesamaan,
seperti objeknya sama yaitu barang-barang konsumsi, dan mengenakan bunga sebagai biaya.

17
BAB III
KASUS

3.1 "Kredit Macet akibat Tawaran Leasing yang Bombastis"

Kasus-kasus penarikan kendaraan bermotor secara sepihak merugikan konsumen.

Kasus yang berurusan dengan perusahaan leasing konsisten menempati peringkat empat
besar pengaduan yang diterima Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.Jumlahnya 66 kasus
pada 2015 dan 57 kasus pada 2016.Kasus-kasus ini termasuk pengaduan soal penagih utang,
kredit macet, serta masalah eksekusi jaminan yang dilakukan mata elang.

Untuk perkara terakhir, Mustafa Aqib Bintoro, staf divisi pengaduan dan hukum YLKI,
mengatakan pelibatan mata elang dalam perkara kredit macet lantaran perusahaan
pembiayaan gampang memberi kredit.

Misalnya, orang bisa kredit kendaraan bermotor dengan uang muka hanya Rp500 ribu
tanpa menghitung kemampuan finansial debitur membayar cicilan per bulan.“Akibatnya, ada
masalah penarikan dan beban biaya tarik,” kata Mustafa.

Namun, Mustafa juga menyoroti bahwa kasus kredit macet terjadi lantaran ada hukum
ekonomi pasar: permintaan tinggi bikin perusahaan pembiayaan itu melonggarkan aturan. Di
sisi lain, ada target-target penjualan tertentu dari para pemangku kepentingan industri
otomotif.

Sebagai gambaran, berdasarkan data kepolisian, di Jakarta saja ada 13,9 juta motor dan
3,5 juta mobil pada 2015. Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat pernah
mengatakan setiap hari ada penambahan sekitar 1.500 kendaraan bermotor baru. Kementerian
Perindustrian bahkan menargetkan penjualan 5,7 juta hingga 13 juta motor serta 1,25 juta
hingga 2,5 juta mobil pada 2020-2023. Ini tentu bakal menjadi problem serius kemacetan.

Celakanya, pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap perusahaan pembiayaan kurang


bertaji.Ia lebih sering berdasarkan laporan dokumen, bukan cek ke lapangan.

Berikut petikan wawancara Mustafa Aqib Bintoro kepada Reja Hidayat dari Tirto, awal
Oktober lalu.

Berapa banyak laporan pengaduan terkait perusahaan leasing ke YLKI?

Progres total aduan stabil selama 2015 dan 2016. Maksudnya, pengaduan leasing paling
banyak dikeluhkan, selain perbankan dan perumahan. Aduannya juga enggak jauh beda dari
tahun ke tahun. Tunggakan, masalah penarikan kendaraan, penghitungan beban bunga, dan
biaya yang tidak transparan.

Mayoritas terkait kasus apa?

Mayoritas tunggakan, biaya tarik, dan eksekusi kendaraan.Memang yang mengadu ke


YLKI meminta perlindungan ketika mereka enggak sanggup melanjutkan angsuran.Dan
seharusnya ketidakmampuan konsumen membayar angsuran ini bisa terdeteksi sejak awal
oleh leasing, seperti memperketat prosedur dan syarat kepada konsumen yang mengajukan
pembiayaan kendaraan bermotor.

18
Seperti apa syarat mendapatkan pembiayaan dari leasing?

Sebenarnya masalah syarat sudah diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan.Konsumen harus
memberi uang muka 20-30 persen dari jumlah pembiayaan.Beban angsuran tidak boleh lebih
besar 30 persen dari jumlah pendapatan konsumen.Misalnya, pendapatan Rp3 juta, tidak
boleh cicilan melebihi Rp1 juta.

Tetapi, meski peraturan sudah ada, eksekusi yang jadi masalah.Ada banyak kasus.Dari
konsumen memalsukan data pribadi, pihak pembiayaan bermain.Contoh, banyak di pinggir
jalan, dengan modal Rp500 ribu sudah dapat motor.Padahal jika mengikuti aturan uang muka
20-30 persen dari harga motor, banyak yang tidak memenuhi syarat.Permainan ini
menyebabkan banyak pembiayaan tidak layak tetapi tetap disalurkan.Jadi pihak leasing
sendiri yang subsidi uang muka yang notabene dilarang.

Apa yang bikin perusahaan pembiayaan memberi subsidi uang muka, betapapun
dilarang?

Pertama, ini enggak lepas dari hukum permintaan dan penawaran. Pihak leasing tidak
akan terlalu seberani ini kalau permintaannya tidak besar. Permintaan masyarakat atas
kendaraan sangat besar.

Kedua, penawaran dari leasing sendiri sangat bombastis. Mereka menawarkan dengan
orientasi profit, dengan menggunakan berbagai macam cara, termasuk melanggar ketentuan.
Dan celakanya pengawasan oleh OJK masih sebatas pengawasan di atas meja atau dokumen,
tapi realitas di lapangan jauh berbeda.

Bagi pelanggar, apa sanksinya?

Uang muka itu jelas harus dibayar konsumen.Kalau DP Rp500 ribu, ya bilang Rp500
ribu, jangan lapor ke OJK Rp3 juta. Sanksi bagi leasing adalah sanksi administrasi: denda,
pembekuan usaha, dan pencabutan izin operasional usaha.

Berapa persen pembelian kendaraan menggunakan fasilitas kredit?

Mayoritas dari kredit.Sangat kecil masyarakat membayar tunai.Dan mayoritas, 70-80


persen, membeli via leasing.Entah lewat perbankan maupun leasing.

Mengapa permintaan besar?

Karena angka kendaraan baru setiap tahun sangat tinggi. Trennya sekarang, konsumen
yang mau beli tunai justru diarahkan oleh dealer untuk membeli dengan cara pembiayaan atau
leasing. Ini jadi persoalan.

Itu akhirnya yang melanggengkan praktik jasa debt colletor atau mata elang?

Penggunaan debt collector jadi masalah klasik karena tak hanya digunakan oleh
perusahaan pembiayaan tapi perbankan.

Dulu Bank Indonesia sudah sangat terang membuat aturan tentang tata cara penagihan
yang dilakukan debt collector, misalnya dilarang menagih di luar hari kerja, tidak boleh di
bawah jam 7 pagi dan di atas jam 8 malam.

19
Dari sisi metode, debt collector dilarang menagih selain debitur.Contoh, Anda
menunggak kredit, debt collector tidak boleh menghubungi keluarga atau saudara
Anda.Menagih hanya boleh ke debitur.Tapi faktanya berbeda.Debt collcetor menagih sampai
ke orangtua debitur, saudara, sampai rekan kerja yang mengakibatkan debitur dipecat.Padahal
itu dilarang.

Tata cara bahasanya juga diatur: tidak boleh mengintimidasi baik fisik, psikis, maupun
lisan. Debt collector juga dilarang mengeksekusi secara sepihak—merampas kendaraan tanpa
prosedur.Memang tidak harus pengadilan, tapi sepengetahuan kami, seizin aparat penegak
hukum termasuk dengan RT setempat dan izin konsumen.Tetapi praktik ini sering dilanggar
debt collector.

Salah satu alasan perusahaan finance enggan memakai polisi karena birokrasinya ribet.
Ini yang bikin mereka memilih debt collector. Tanggapan Anda?

Sebenarnya bukan berarti boleh.Polisi hanya mendampingi, tapi penagihan tetap oleh
mata elang. Kenapa penarikan di depan polisi? Agar menjadi saksi dan menyetujui proses
eksekusi tanpa melanggar hukum. Langkah ini justru menjamin perusahaan pembiayaan
sehingga tidak berimplikasi negatif.

Kalau dilakukan sepihak oleh mata elang, rentan digugat hukum karena keabsahan
hukumnya diragukan.Maka, perlu aparat kepolisian memberi kepastian.

Masalah biaya, memang perusahaan pembiayaan memakai mata elang jauh lebih
murah.Kenapa?Justru mata elang mencari uang dengan memeras konsumen.Itu jadi salah satu
poin aduan ke YLKI. Di luar tunggakan kredit, konsumen ditagih biaya lain dengan istilah
“biaya tarik”. Padahal, dalam kontrak, tidak dikenal biaya tarik.

Debt collector secara sepihak memberi harga biaya penarikan. Misalnya: cicilan dua
bulan Rp7 juta untuk roda empat. Ketika ditagih debt colector, seenaknya menembak atau
memeras konsumen sampai puluhan juta. Bahkan melebih dari total tunggakan kredit. Ini,
kan, enggak masuk akal. Kalau dibilang lebih murah, itu sepihak dari sisi pengusaha.Ini
dampak dari keleluasaan yang diberikan leasing kepada debt collector.Tindakan ini
merugikan konsumen, materi maupun nonmateri.

Apakah biaya tarik ini diatur OJK?

Kami sudah mempertanyakan kepada OJK, tapi belum ada niat untuk mengaturnya
secara tegas.Jika tidak diatur, rentan penyalahgunaan atau pemerasan.Kami enggak masalah
biaya tarik jika ada dasar hukumnya, sebab penarikan itu atas dasar kesalahan
konsumen.Silakan ada biaya tarik, tapi harus jelas berapa biayanya.Tidak bisa dilepaskan ke
pasar seperti saat ini.

Perusahaan pembiayaan sudah mengikuti prosedur, dari peringatan sampai akhirnya


memakai jasa mata elang. Klaim mereka: unit kendaraan bermotor sudah berpindah
tangan dan sebagainya. Tanggapan Anda?

Kami mengetahui persoalan di lapangan, tetapi menjadi lebih aman kalau ini diatur
sehingga tidak menjadi masalah hukum.Tidak ada payung hukum, sering jadi sengketa.

20
Kami memandang sengketa ini merugikan semua pihak, baik pengusaha maupun
konsumen.Menurut kami, buatlah dasar perhitungan. OK, sulit mencari unit, tapi tidak bisa
biaya penarikan dilepaskan ke pasar.

Debt collector atau mata elang sering melakukan pelanggaran: waktu penagihan, cara
penagihan, dan etika. Sisi tahapan mungkin sudah benar, tapi lainnya sering bermasalah.
Kompleksitasnya: penagihan oleh mata elang sulit diawasi satu per satu. Yang bisa dilakukan:
perusahaan pembiayaan dan OJK menjaga standar dari mata elang. Memang ada sebagian
mata elang yang sudah mengikuti aturan, tapi ada pula yang tidak.

Masalah waktu penagihan dan cara menagih harus diawasi oleh leasing sebagai pemberi
kerja kepada pihak ketiga (jasa mata elang). Kualitas pelayanan leasing masih sangat jauh dan
harus diperbaiki.

Siapa yang bertanggung jawab atas kasus pengaduan terkait mata elang?

Jelas bervariasi, tergantung kasus.Semua pihak harus memperbaiki, dari OJK, leasing,
dan konsumen.

OJK harus melakukan pengawasan di lapangan dan membuat regulasi untuk biaya
tarik.Acuan harus jelas.Buat aturan biaya terendah dan tertinggi sesuai kesulitan.

Leasing menggunakan mata elang tanpa memberitahu konsumen.Memanfaatkan kontrak


tapi tidak menjelaskan kepada konsumen.Memanfaatkan mata elang untuk melakukan
penagihan tapi tidak bertanggung jawab atas praktiknya.Seharusnya, leasing berani
bertanggungjawab ketika menunjuk mata elang, bukan melepaskan tanggung jawab.

Dalam praktik eksekusi kendaraan bermasalah, masih ada debt collector yang tidak
menunjukkan sertifikat jaminan fidusia?

Ada yang sudah dilengkapi dengan fidusia, tapi ada juga yang tidak menunjukkan
fidusia.Ini teknis leasing dan jasa mata elang.Memang konsumen punya hak menanyakan
sertifikat. Kalau tidak dilengkapi surat tugas dan sertifikat fidusia, bisa disuruh pulang. Jika
tidak, itu perampasan karena tidak ada landasan hukum.

Bisnis mata elang ini menggiurkan, tidak terkecuali oknum tentara. Tanggapan Anda?

Untuk masalah ini, siapa aja berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan mengembangkan
usaha selama tidak bertentangan dengan undang-undang dan etika profesi.Kalau itu tidak
dilarang kode etik, ya silahkan.Tapi jika bertentangan, diproseslah secara tegas, baik kepada
oknum tentara dan polisi.

21
BAB IV
KAJIAN KASUS

Banyaknya kasus-kasus yang berurusan dengan Perusahaan Leasing salah satunya


diakibatkan oleh kredit macet, yang dikarenakan perusahaan pembiyaan mudah memberi
kredit, banyak ditemukan kini dengan uang muka Rp500 ribu dan tidak dilihat segi
kemampuan finansial debitur dapat mengkredit kendaraan bermotor, di bantu oleh pihak
leasing sendiri yang mensubsidi uang muka yang seharusnya tidak boleh di lakukan.

Padahal syarat agar mendapatkan pembiyaan dari leasing telah di atur oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yaitu Konsumen harus memberikan uang muka 20 – 30 persen dari jumlah
pembiyaan, beban angsuran tidak boleh lebih besar 30 persen dari jumlah pendapatan
konsumen.

Kurangnya pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap perusahaan pembiyaan
karena hanya berdasarkan pada laporan dokumen saja, tidak mencek langsung ke lapangan
untuk menyamakan dengan hasil laporan dokumen. Padahal jika OJK mengetahui
kecurangan tersebut pihak leasing akan terkena sanksi administrasi berupa denda, pembekuan
usaha, dan pencabutan
izin oprasional usaha.

Berdasarkan ketentuan Pasal 49 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 30/POJK.05/2014


tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik bagi Perusahaan Pembiayaan, telah diatur
mekanisme kerja sama antara Perusahaan Pembiayaan dengan pihak lain untuk melakukan
fungsi penagihan kepada debitur, yaitu:
1. Perusahaan Pembiayaan dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain untuk
melakukan fungsi penagihan kepada Debitur.
2. Perusahaan Pembiayaan harus menuangkan kerjasama dengan pihak lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk perjanjian tertulis bermaterai.
3. Kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1) pihak lain tersebut berbentuk badan hukum;
2) pihak lain tersebut memiliki izin dari instansi berwenang; dan

22
3) pihak lain tersebut memiliki sumber daya manusia yang telah memperoleh
sertifikasi profesi di bidang penagihan dari lembaga yang ditunjuk oleh asosiasi
perusahaan pembiayaan Indonesia.
4) Perusahaan bertanggung jawab penuh atas segala dampak yang ditimbulkan dari
kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
5) Perusahaan wajib melakukan evaluasi secara berkala atas kerjasama dengan pihak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Terkait kewajiban sertifikasi profesi di bidang penagihan, berdasarkan data per November
2017 telah terdapat 63.474 pegawai dan atau tenaga alih daya Perusahaan Pembiayaan yang
menangani bidang penagihan yang telah memiliki sertifikasi bidang penagihan. Sertifikasi
dilakukan oleh PT Sertifikasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia sebagai lembaga yang
ditunjuk oleh Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia sebagai penyelenggara sertifikasi.

Pengambilan kendaraan secara paksa oleh perusahaan pembiayaan kredit (leasing) melalui
jasa pihak ketiga adalah perbuatan melanggar hukum. Berdasarkan Undang-undang No. 42
tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, hak eksekusi adalah kewenangan pengadilan, bukan
kewenangan penjual. Jasa penagih utang yang kerap di sewa oleh pihak leasing

Hal ini belum sepenuhnya diketahui masyarakat sehingga masyarakat sering pasrah ketika
pihak leasing mengambil unit kendaraannya secara paksa. Kepala Sekretariat Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kabupaten Bandung, Kurniawan mengatakan
kasus-kasus yang terkait perusahaan leasing mendominasi gugatan konsumen yang diterima
BPSK sejak tahun 2012. Pada umumnya, konsumen merasa keberatan dengan perusahaan
leasing yang menyewa jasa organisasi tertentu untuk melakukan eksekusi pengambilan paksa
atas objek gugatan yang biasanya berupa kendaraan.

4.1 Fungsi leasing


sebenarnya hampir sama setingkat dengan bank, yaitu sebagai sumber pembiayaan jangka
menengah (dari satu tahun sampai lima tahun), kegiatan leasing dapat dilakukan secara
finance lease artinya kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa
yang disepakati bersama, maupun secara operating lease dimana penyewa guna usaha tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.

23
Dalam usaha leasing terdapat beberapa pihak yang tersangkut dalam perjanjian leasing yang
terdiri
dari :
1) Pihak yang disebut lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari
beberapa perusahaan.
2) Pihak yang disebut lesee, yaitu pihak yang menikmati barang tersebut dengan
membayar sewa dan yang mempunyai hak opsi.
3) Pihak kreditur atau lender atau disebut juga debt-holders atas loan participants
dalam transaksi leasing. Terdiri dari bank, insurance company, trusts, yayasan.
4) Pihak supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan.

4.2 Manfaat Leasing


perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli, yang dapat diangsur
setiap bulan atau setiap triwulan kepada lessor. Usaha pembiayaan melalui leasing ini dapat
diperoleh dalam waktu yang cepat. Bagi perusahaan yang modalnya lemah, dengan perjanjian
leasing akan memberikan kesempatan pada perusahaan tersebut untuk bernafas dan
perusahaan juga dapat memiliki barang modal yang bersangkutan.
Dengan perjanjian leasing, suatu perusahaan akan terasa lebih menghemat dalam hal
pengeluaran dana tunai disbanding dengan membeli secara tunai.
Antara lesse dan lessor didalam perjanjian leasing dapat mengadakan kesepakatan dalam hal
menetapkan besarnya dan banyaknya angsuran sesuai dengan kemampuan lesse. Dalam hal
kredit, besar dan banyaknya angsuran ditentukan oleh kreditor, berdasarkan perkiraan dan hal
analisis dari bank.
Dalam Hukum Perdata
Ada 3 (tiga) bentuk periikatan yang mirip satu sama lain namun
berlainan dengan hukumnya, yaitu sewa guna usaha (leasing), sewa beli (Hire Purchase), dan
jual beli secara angsuran (Credit Sale).
Persamaan antara leasing dengan kedua perjanjian di atas adalah bahwa pada perjanjian
leasing, lesse membayar imbalan jasa kepada lessor dalam waktu tertentu. Sedangkan pada
perjanjian sewa beli dan jual beli dengan ansuran, pembeli membayar angsuran, pembeli
membayar angsuran, pembeli membayar angsuran kepada penjual dalam waktu tertentu
sesuai dengan perjanjian.

24
Sedangkan perbedaannya dapat diuraikan sebagai berikut :
4.3 Perjanjian Leasing
1. Lessor adalah pihak yang menyediakan dana dan membiayai seluruh pembelian barang
tersebut.
2. Masa leasing biasanya ditetapkan sesuai dengan perkiraan umur kegunaan barang.
3. Pada akhir masa leasing, lesse dapat menggunakan hak opsinya untuk membeli barang
yang bersangkutan, sehingga hak milik atas barang beralih pada lesse.
Perjanjian Sewa Beli dan Jual Beli Secara Angsuran
1. Harga pembelian barang sebagian kadang kadang dibayar oleh pembeli. Jadi penjual
tidak membiayai seluruh harga beli barang yang bersangkutan
2. Jangka waktu tidak memperhatikan baik perkiraan umur kegunaan barang maupun
kemampuan pembeli mengangsur harga barang.
3. Pada akhir masa perjanjian, hak milik atas barang dengan sendirinya beralih pada
pembeli. Hak milik atas barang beralih dari penjual pada pembeli pada saat barang
diserahkan oleh penjual

4.4 Mekanisme Leasing


● Dasar Hukum Pembiayaan Konsumen
Yang menjadi dasar hokum dari pembiayaan konsumen dapat dibedakan kepada dasar hokum
substantive dan dasar hokum administrative.
1. Dasar hokum substantive
Adapun yang menjadi dasar hokum substantive eksistensinya pembiayaan konsumen adalah
perjanjian diantara para pihak berdasarkan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata “asas kebebasan
berkontrak”, yaitu perjanjian antara pihak perusahaan financial sebgai kreditur dan pihak
konsumen sebagai debitur. Sejauh hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
hokum yang berlaku, maka perjanjian tersebut adalah sah.

2. Dasar Hokum Administrative


* Berdasarkan Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.
* Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.031/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

25
● Pihak Yang Terlibat Dalam Transaksi Pembiayaan.
Adapun pihak-pihak yang terlibat di dalam transaksi pembiayaan konsumen adalah :
1. Pihak Perusahaan Pembiayaan
Pihak perusahaan pembiayaan adalah pihak yang menyediakandana bagi kepentingan
konsumen.
2. Pihak Dealer/Supplier
Pihak dealer/supplier adalah pihak penyedia barang yang dibutuhkan konsumen.
3. Pihak Konsumen
Pihak konsumen adalah pihak yang membutuhkan barang ataupun jasa.

● Hubungan Para Pihak Yang Terlibat Dalam Pembiayaan Konsumen


Ada tiga pihak yang yang terlibat dalam suattu transaksi pembiayaan konsumen, yaitu pihak
perusahaan pembiayaan, pihak konsumen dan piahak supplier.
1. Hubungan Pihak Kreditur Dengan Konsumen
Hubungan antara pihak kreditur dengan pihak konsumen adalah hubungan kontraktual dalam
hal ini kontrak pembiayaan konsumen. Dimana pihak pemberi biaya sebgai kreditur dan
pihak penerima biaya adalah konsumen sebagai pihak debitur. Pihak pemberi biaya
berkewajiban utama untuk meberikan sejumlah uang untuk pembelian sesuattu brang
konsumsi, sementara pihak penerima biaya (konsumen) berkewajiban utm\ama untuk
membayar kembali uang tersebut secara cicilan kepada pihak pemberi biaya.
Jadi hubungan kontraktual antara pihak penyedia dana dengan pihak penerima dana disebut
perjanjian kredit sehingga ketentuan yuridis yang berlaku adalah ketentuan tentang perjanjian
kredit dalam KUH Perdata sedangkan perjanjian kredit yang diatur dalam perbankan secara
yuridis formal tidak berlaku berhubung pihak pemberi biaya bukan bank.
2. Hubungan Pihak Konsumen Dengan Supplier
Hubungan antara konsumen dengan supplier terdapat suattu hubungan jual beli yakni jual beli
bersyarat, dimana pihak supplier selaku penjual menjual barang kepada pihak konsumen
sebagai pembeli, dengan syarat bahwa harga harga akan dibayarkan oleh pihak ketiga yaitu
pihak pembiayaan konsumen.
Karena adanya perjanjian jual beli. Maka seluruh ketentuan tentang jual beli tentang yang
relevan akan berlaku. Misalnya tentang adanya kewajiban menanggung dari pihak penjual,
kewajiban purna jual (garansi) dan sebgainya.
3. Hubungan Penyedia Dana Dan Supplier
Dalam hal ini antara pihak penyedia dana (pemberi dana) dengan pihak supplier (penyedia

26
barang) tidak mempunyai suattu hubungan hokum yang khusus, kecuali pihak penyedia dana
hanya sebgai pihak ketiga yang disyaratkan, yaitu pihak yang disyaratkan untuk menyediakan
dana untuk digunakan dalam perjanjian jual beli antara pihak supplier dengan pihak
konsumen. Jadi jika pihak penyedia dana wanprestasi dalam menyediakan dananya,
sementara kontrak jual beli maupun kontrak pembiayaan konsuemn telah selesai dilakukan
jual beli bersyarat antara pihak supplier dengan konsumen akan batal. Sementara piahak
konsumen dapat menggugat pihak pemberi dana karena wanprestasi tersebut.

● Perkembangan Pembiayaan Konsumen


Ada 4 faktor utama yang mendorong perkembangan pembiayaan konsumen, adalah :
1. Keterbatasan Sumber Dana Formal
2. Koperasi Simpan Pinjam Sulit Berkembang
3. Bank Tidak Melayani Pembiayaan Konsumen
4. Pembiayaan Lintah Darat Yang Mencekik

● Penggolongan Perusahaan Leasing/Sewa Guna Usaha


Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke dalam 3
(tiga) kelompok, yaitu :
1. Independent Leasing Company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing. Perusahaan tipe ini
berdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin dapat sekaligus sebagai pihak
produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya (lessee).
Perusahaan dapat membelinya dari berbagai supplier atau produsen kemudian di-lease kepada
pemakai.
2. Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan leasing
sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak supplier
berpendapat bahwa dengan menyediakan melebihi tingkat penjualan dengan menggunakan
pembiayaan trasdisional. Captive lessor ini sering pula disebut dengan twoparty lessor. Pihak
pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary) dan pihak
kedua adalah lessee atau pemakai barang.
3. Lease Broker atau Packager
Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager. Broker leasing
berfungsi mempertemukan calon lessee denngan pihak lessor yang membutuhkan suatu
barang modal dengan cara leasing. Broker leasing beasanya tidak memiliki barang atau

27
peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas namanya. Disamping itu perusahaan
broker leasing memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang
dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing.

● Kelebihan Leasing Sebagai Sumber Pembiayaan


Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain sebagai berikut:
1. Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya dapat
diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow terutama bagi
perusahaan (lessee) yang beru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai
berkembang.
2. Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih mudah
menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan. Pembayaran
angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee
sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan dengan
pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease. Artinya pembayaran sewa baru dilakukan
setelah barang modal yang di-lease tersebut telah mulai produktif. Selain itu perusahaan
leasing dapat melakukan pengaturan pembayaran yang menggelembung (baloon payment)
pada awal atau akhir masa lease, pembayaran musiman (khusus apabila lessee bergerak
dalam bidang pertanian, perkebunan atau peternakan) bahkan mungkin pula suatu tenggang
waktu pembayaran yang sesuai dengan keadaan keuangan lessee.
3. Sumber Pembiayaan Alternatif
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu fasilitas
kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu menuntut
adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee memperoleh
pinjaman dari pihak lainnya. Karena hak kepemilikan sah atas objek lease serta pengaturan
pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh objek lease sehingga
merupakan jaminan bagi leasing itu sendiri. Dengan demikian harta yang telah dijaminkan
untuk kredit tetap dapat menjamin kredit yang sudah ada.
4. Off Balance Sheet
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca memberi
daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti

28
prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena mungkin masih
dalam batas kewenangan direksi (seringkali kewenangan pembelian barang modal baru sah
apabila disetujui Dewan Komisaris atau bahkan Rapat Pemegang Saham). Dengan demikian
keputusan secara cepat dan tepat dapat lebih mudah dilakukan oleh direksi Hal ini
mempunyai dampak positif terhadap kondisi rasio keuangan perusahaan lessee karena
transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat dalam neraca lessee sebagai komponen utang.
Kondisi ini disebut off balance sheet financing.
5. Arus Dana
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus dana
karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap pendapatan lessee. Di
samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan laba
dalam investasi.
6. Proteksi Inflasi
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa keadaan
sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak
leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap,maka lessee
akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan
pembelian yang dilakukan di masa lalu.
7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang
disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi disebabkan oleh pesatnya
perkembangan teknologi. Dalam suatu kontrak leasing objek leasing sering dimasukkan
sebagai perjanjian bahwa barang yang sedang disewa tersebut dapat ditukarkan dengan
barang yang serupa yang lebih canggih apabila di kemudian hari terdapat penemuan-
penemuan baru yang lebih unggul daripada produk barang yang sama.
8. Sumber Pelunasan Kewajiban
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing karena pada
umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu diperkirakan berasal dari
modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di lease. Sehingga kekhawatiran para
kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan mempengaruhi pelunasan
kredit yang telah diberikan dapat diatasi.

29
9. Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, instalasi,
pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya
modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya leasing.
10. Risiko Keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu relatif
singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan (obsolescence)
sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
11. Kemudahan Penyusutan Anggaran
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan merupakan
kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.
12. Pembiayaan Proyek Skala Besar
Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek yang
seringkali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat diatasi
melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima
dan / serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian.

 KEKURANGAN LEASING
Disamping adanya kemudahan atau keuntungan-keuntungan tertentu, terdapat juga beberapa
kerugian atau kelemahan dari pembiayaan dengan cara leasing ini. Beberapa kerugian atau
kelemahan leasing adalah sebagai berikut :

1. Biaya Bunga yang Tinggi.


Karena perusahaan leasing juga memperoleh biaya dari bank, maka pada prinsipnya
keberadaan lessaor hanyalah sebagai perantara saja dalam menyalurkan dana kepada lessee.
Untuk itu tentunya lessor akan mendapat keuntungan margin tertentu. Konsekuensinya,
perhitungan bunga ataupun kompensasi terhadap bunga dalam transaksi leasing akan relatif
tinggi.
2. Biaya Marginal yang Tinggi.
Bisa saja biaya yang sebenarnya marginal menjadi tinggi jika biaya tersebut tidak ditekan
secara hati-hati oleh lessor. Eksistensi lessor sebagai perantara antara penyedia dana dengan
pihak lessee, menyebabkan mata rantai distribusi dana menjadi lebih panjang, sehingga
mengakibatkan costnya menjadi lebih tinggi. Mengingat perantra tersebut juga memerlukan
fee tertentu sebagai kompensasi atas jasa-jasanya.

3. Kurangnya Perlindungan Hukum.


Karena leasing termasuk bisnis yang loosely regulated, tidak seperti sektor perbankan, maka
perlindungan para pihak hanya sebatas itikad baik dari masing-masing pihak tersebut yang
semuanya dapat dituangkan dalam bentuk perjanjian leasing. Dalam hal ini, akan berlaku

30
prinsip pasar, antara permintaan dan penawaran dari lessee dengan lessor. Konsekuensi
logisnya, biasanya dalam hal seperti itu, pihak yang kedudukan lemah akan tergilas, dan
kurang terlindungi.

4. Proses Eksekusi Leasing Macet yang Sulit.


Tidak ada suatu prosedur yang khusus terhadap eksekusi leasing yag macet pembayaran
cicilannya. Karena itu, jika ada sengketa, haruslah beracara seperti biasa lewat pengadilan
dengan prosedur biasa. Hal ini tentunya akan menghabiskan banyak waktu dan biaya,
sedangkan hasilnya tidak predictable.

Terlepas dari adanya unsur-unsur kerugian dalam menggunakan leasing tersebut, keberadaan
leasing sangat dibutuhkan dan membantu dunia usaha. Kemudahan dan cepatnya proses
pencairan dana sangat membantu dalam mendukung bertumbuhan usaha, terutama bagi
pengusaha golongan menengah ke bawah.

31
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas bahwa mengenai hubungan bisnis yang berupa :Agency
Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam perusahaan dimana
prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan
mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prisipal, sedangkan agen merupakan pihak
yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanat oleh prinsipal kepadanya.
Waralaba:Dalam kajian di atas membuktikan bahwa dengan adanya bisnis waralaba
membuka peluang usaha baru tanpa perlu khawatir dengan persaingan usaha yang pesat.
Karena bisnis waralaba Ini sudah memiliki persepsi masyarakat yang baik, dengan
berkembangnya jaringan hingga di pelosok desa.joint fenture:lebih dikenal dengan kerja
sama perusahaan domestic dengan perusahaan-perusahaan asing dan dip[impin oleh dewan
direktur yang dipilih oleh para pemegang saham.

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang dilakukan kegiatan pembiayaan


dalam bentuk penyediaan dana atau modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat. Peranan lembaga pembiayaan yakni sebagai salah satu lembaga sumber
pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang pertumbuhan perekonomian nasional
serta menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat, berperan aktif dalam
pembangunan dimana lembaga pembiayaan ini diharapkan masyarakat atau pelaku usaha
dapat mengatasi salah satu faktor yang umum dialami yaitu faktor permodalan. Kegiatan
usaha perusahaan pembiayaan :

Ø Sewa Guna Usaha (Leasing)


Ø Anjak Piutang
Ø Usaha Kartu Kredit
Ø Pembiayaan Konsumen
Ø Perusahaan Modal Ventura

5.2 SARAN DAN REKOMENDASI


Menurut saya pemerintah harus lebih giat mensosialisasi setiap perubahan peraturan yang
dibuat, khususnya dalam hal perusahaan pembiayaan infrastruktur karena pada kenyataanya
masyarakat masih banyak yang kurang mengetahui tentang peraturan mengenai Lembaga
Pembiayaan.
Makalah ini belum sepenuhnya dapat memberikan solusi dalam hal pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan, sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut.Tetapi makalah ini
bisa dijadikan sebagai referensi untuk mengambil keputusan dalam menghadapi suatu
permasalahan yang sedang dihadapi bagi seorang menejer ataupun bagi orang awam yang
sedang menghadapi suatu permasalahan.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://amrianidris.blogspot.com/2013/12/makalah-lembaga-pembiayaan.html
https://menjelaskanhubunganbisnis.blogspot.com/
http://anthyscrub.blogspot.com/2014/06/bank-lknb-pembiayaan-konsumen-
leasing.html?m=1
https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2016/04/05/pengambilan-paksa-kendaraan-
oleh-leasing-melanggar-hukum-365898
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/pages/siaran-pers-OJK-imbau-
masyarakat-pahami-perjanjian-pembiayaan.aspx

33

Anda mungkin juga menyukai