Oleh kelompok 5 :
Adinda Triana S.P C10180060
Annisah C10180057
Anisa Qori N C10180061
Aqilah Salsabil C10180074
Rizwulan Sari C10180055
Salma Faisha N C10180058
S1 AKUNTANSI B
STIE EKUITAS
Jl. P.H.H. Mustofa No. 31 Bandung 40124
Jawa Barat, Indonesia
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ HUBUNGAN-HUBUNGAN BISNIS dan LEMBAGA PEMBIAYAAN
BISNIS”.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah senantiasa meridhoi usaha kita.Amin.
ii
i
DAFTAR ISI
iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Bentuk pemenuhan tugas dari dosen.
Memahami tentang hubungan-hubungan bisnis.
Memahami tentang lembaga pembiayaan bisnis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keagenan dan distributor memiliki pebedaan berbeda.Namun dalam praktek bisnis sehari-
hari keduanya biasanya digabungkan. Agen bertindak untuk dan atas nama prinsipal,
sedangkan ditributor bertindak untuk dan atas nama sendiri.
Dalam bisnis, keagenan biasanya diartikan sebagai suatu hubungan hukum di mana
seseorang /pihak agen diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama orang/pihak prinsipal
untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain. Prinsipal akan bertanggung jawab
atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seorang agen, sepanjang dilakukan dalam
batas-batas wewenang yang diberikan. Sedangkan seorang distributor bertindak untuk dan
atas nama sendiri.
Seorang prinsipal dapat menunjuk seseorang untuk menjadi agennya dengan hanya berisi
beberapa garis kalimat saja. Adakalanya antara prinsipal dan agen dibuat suatu
perjanjian/kontrak yang sederhana yang memuat pokok-pokok tentang apa-apa yang
menjadi hak dan kewajiban para pihak. Tetapi tidak sedikit yang membuat perjanjian
secara terperinci.
Bila pihak asing ingin menunjuk seorang agen/distributor di Indonesia, maka menurut SK
Menteri Perdagangan Nomor 77/Kp/III/78, tanggal 9 Maret 1978 ditentukan lamanya
perjanjian harus dilakukan untuk jangka waktu 3 tahun.
Apabila agen/distributor ingin mengalihkan haknya kepada pihak lain baik sebagian
maupun seluruhnya, dibolehkan sesuai dengan isi pasal 1338 KUH Perdata mengenai
kebebasanberkontrak.
Pada perjanjian, para pihak biasanya akan merumuskan secara jelas peristiwa-peristiwa
apa saja yang menjadi perselisihan (event of default ) yang memberikan dasar bagi
masing-masing pihak untuk memutus perjanjian keagenan/distributor, yaitu antara lain :
2
4. Keadaan-keadaan lain yang menyebabkan para pihak tidak dapat melaksanakan apa
yang menjadi kewajiban-kewajibannya.
2.1.2 Makelar
2.1.3 Komisioner
3
Kewajiban bagi seorang komisioner adalah menjalankan tugas sebaik-
baiknya untuk kepentingan komiten dan wajib memberikan catat-catat pada
komitennya tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan perantaranya,
kecuali adanya suatu kontrak “del credere”.
Sedangkan yang menjadi hak bagi komisioner adalah hak mendahului atas
barang yang diserahkan untuk dijual atas barang yang telah dibeli dan hak menahan
barang milik komiten (hak retensi).
2.1.4 Franchising
1. Pengerrtian Franchise ;
Sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa dimana sebuah perusahaan tidak
(Franchisor) memberikan kepada individu/perusahaan lain yang berskala kecil dan
menengah (Franchise) hak – hak istimewa untuk melaksanaka suatu system usaha tertentu
dengan cara tertentu, waktu tertentu, tempat tertentu.
Para pihak (franchisor dan franchiesee) yang bersepakat dalam suatu transaksi
Franchise selain mempermasalahkan persoalan – persoalan yuridis, juga hal lain yang lebih
penting, yaitu adanya jaminan bahwa baik franchisor maupun franchise adalah pihak –
pihak yang secara bisnis dapat diandalkan kerjasamanya, kmampuan manajerialnya dan
bonafiditasnya untuk bersama – sama membangun kerjasama bisnis.
Tuntutan – tuntutan seperti yang diuraikan di atas sebenarnya menjadi ukuran dalam
menentukan unsur – unsur pokok kesepakatan, persyaratan, hak dan kewajiban para pihak
yang pada akhirnya dituangkan di dalam klausula – klausula suatu perjanjian franchise.
Klausula – klausula utama suatu perjanjian franchise, sebagai berikut :
b. Tempat Berbisnis
Franchisor biasanya turut menentukan dan atau memberikan persetujuan kepada franchise
mengenai tempat yang akan dipakai dalam menjalankan bisnis franchise.
4
c. Wilayah Franchise
Pemberian wilayah oleh franchisor kepada franchise harus didasarkan pada strategi
pemasaran. Tidak ada persaingan usaha sejenis yang dilakukan oleh sesame franchise
ataupun franchisor sendiri.
d. Sewa Guna
Apabila lokasi didapat dengan suatu sewa. Jangka waktu sewa paling tidak harus sama
dengan jangka waktu belakunya perjanjian franchise.
f. Standar Operasional
Biasanya tertuang dalam buku petunjuk/operation manuals.
j. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban merupakan hal yang penting, karena memuat mengenai sampai sejauh
mana tanggung jawab yang dipikul baik oleh franchisor maupun franchise.
l. Penetapan Harga
Biasanya penetapan harga ditetapkan oleh franchisor dengan mempertimbangkan
masukkan dari franchise.
5
m. Status Badan Usaha/Perusahaan
Berkaitan erat dengan pertanggungjawaban baik dari pihak franchisor maupun
franchise.Status badan usaha/perusahaan akan menentukan seberapa besar tanggung jawab
yang dapat dituntut dari suatu pihak.
p. Pengakhiran Perjanjian
Pengakhiran perjanjian dapat terjadi karena :
a) Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak.
b) Undang – undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian.
c) Para pihak atau undang – undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya
peristiwa tertentu maka perjanjian menjadi hapus.
d) Pernyataan menghentikan perjanjian oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu
pihak.
e) Perjanjian hapus karena keputusan hakim.
f) Tujuan perjanjian telah tercapai.
g) Dengan persetujuan para pihak.
6
Perjanjian harus benar – benar memperhatikan penetapan hokum mana yag akan diterapkan
dalam perjanjian, serta tempat hukum mana yang dipilih untuk menyelesaikan perselisihan –
perselisihan yang timbul.
Selain pilihan hukum terdapat pula pilihan forum, hal yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan forum apakah dimungkinkan pula untuk menyelesaikan perselisihan dengan
arbitrase ataukah penyelesaian hanya berdasarkan proses yudisial biasa yakni melalui
pengadilan.
6. Keuntungan Fanchisee
Diberikan latihan dan pengarahan oleh franchisor
Diberikan bantuan finansial oleh franchisor. (Apalagi bila prospek usaha
dianggap resiko baik)
Diberikan penggunaan nama perdagangan/merek dikenal.
7. Kelemahan perlindungan bagi Franchisee
Program latihan yang diizinkan franchisor kadangkala jauh dari yang
diinginkan
Perincian setiap hari tentang penyelenggaraan sering diabaikan
7
Sedikit sekali kebebasan yang diberikan pada franchisee untuk menjalankan akal budi
sendiri, mulai membeli peralatan di tempat lain
Jarang mempunyai hak untuk menjual perusahaannya kepada pihak ketiga tanpa
menawarkan pada franchisor
Hak Tanggungan merupakan lembaga jaminan untuk pelunasaan utang yang kuat memiliki
ciri antara lain:
Tidak dapat dibagi-bagi kecuali diperjanjikan lain dalam APHT. Dengan demikian,
walaupun hutang dulunasi sebagian, namun Hak Tanggungan tetap membebeani seluruh
objek HT.
8
Objek Hak Tanggungan :
a. Hak Milik.
b. Hak Guna Usaha.
c. Hak Guna Bangunan.
d. Hak Pakai atas Tanah Negara.
e. Hak Pakai atas Tanah Hak Milik.
Gadai atau pand diatur dalam Ps. 1150 KUHP, memiliki pengertian :
“Hak yang diperoleh kreditur atas benda bergerak dari orang lain atas nama debitur untuk
menjamin utang dan memberikan wewenang kepada kreditur untuk mendapat pelunasan
lebih dulu daripada kreditur lain”.
2. Ciri/Sifat gadai :
Accesoir
Jaminan pembayaran kembali
Barang yang digadaikan harus pada pemegang gadai
Tidak dapat dibagi-bagi
Mempunyai hak didahulukan
Pemegang gadai berhak menjual sendiri benda gadai, bila dianggap pailit/wanprestasi
Penguasaan benda gadai bukan untuk dinikmati/dipakai/dipungut hasil oleh
pemegang gadai.
3. Obyek gadai
a. Membuat perjanjian piutang antara debitur dan kreditur, dimana debitur sanggup
memberikan benda bergerak.
b. Membuat perjanjian gadai, bisa dibuat lisan atau tertulis.
c. Penyerahan benda yang digadaikan pada kreditur.
5. Perbedaan Gadai dengan Hak Tanggungan.
9
Hak Tanggungan
Gadai
Benda bergerak
Penguasaan phisik atas benda berpindah pada tangan kreditur
Bebas : bisa lisan atau tertulis
Hanya dapat dijaminkan satu kali saja
10
Fiduciaire Eigendoms Overdracht/FEO/Fiducia :
1. Pengaturan
Fiduacia, diatur dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Fiducia. Semula
pengaturan Fiducia didasarkan pada Yurisprudensi. Tujuan undang-undang tersebut adalah
untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak. Oleh karena itu dianut asas
Spesialitas dalam pembebanan fiducia.
2. Pengertian Fiducia
Penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan dimana yang digadaikan adalah hak
miliknya, sedangkan bendanya tetap berada pada debitur.
3. Sifat hukum fiducia
Seperti halnya pada gadai, fiducia pun merupakan jaminan untuk benda bergerak,
hanya pada fiducia ini benda secara fisik yang dijadikan jaminan tetap berada pada debitur,
sedangkan yang diserahkan sebagai jaminan hanya bukti-bukti kepemilikan saja.
4. Tata Cara Pemberian
Tujuan pemberian kepastian hukum, mendapat penjabaran dalam bentuk dianut asas
spesialitas dalam tata cara pemberian fiducia. Tata Cara Pemberian Fiducia antara lain :
a. Membuat perjanjian utang piutang/perjanjian pemberian kredit yang pelunasannya
dijamin dengan hak fiducia.
b. Membuat perjanjian fiducia yang dituangkan dalam Akta Notaris
c. Melakukan pendaftaran di kantor pendaftaran fiducia.
5. Kelemahan fiducia untuk benda bergerak :
- Tidak adanya pengumuman penyerahan benda jaminan.
- Umum tak dapat mengetahui dengan pasti apakah ia pemilik benda atau hanya
sebagai pemberi fiducia.
- Tidak dapat ditelusuri apakah pemberi fiducia itu benar-benar pemilik atau hanya
pemegang saja.
11
2. Manfaat Leasing
Dengan leasing, perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa
beli, yang dapat diangsur setiap bulan atau setiap triwulan kepada lessor.Usaha
pembiayaan melalui leasing ini dapat diperoleh dalam waktu yang cepat.Bagi
perusahaan yang modalnya lemah, dengan perjanjian leasingakan memberikan
kesempatan pada perusahaan tersebut untuk bernafas dan perusahaan juga dapat
memiliki barang modal yang bersangkutan.
Dengan perjanjian leasing, suatu perusahaan akan terasa lebih menghemat dalam
hal pengeluaran dana tunai disbanding dengan membeli secara tunai.
Dalam Hukum Perdata, ada 3 (tiga) bentuk periikatan yang mirip satu sama lain
namun berlainan dengan hukumnya, yaitu sewa guna usaha (leasing), sewa beli
(HirePurchase), dan jual beli secara angsuran (CreditSale).
Persamaan antara leasing dengan kedua perjanjian di atas adalah bahwa pada
perjanjian leasing, lesse membayar imbalan jasa kepada lessor dalam waktu
tertentu.Sedangkan pada perjanjian sewa beli dan jual beli dengan ansuran, pembeli
membayar angsuran, pembeli membayar angsuran, pembeli membayar angsuran
kepada penjual dalam waktu tertentu sesuai dengan perjanjian.
Perjanjian Leasing
1. Lessor adalah pihak yang menyediakan dana dan membiayai seluruhb pembelian
barang tersebut.
2. Masa leasing biasanya ditetapkan sesuai dengan perkiraan umur kegunaan barang.
3. Pada akhir masa leasing, lesse dapat menggunakn hak opsinya untuk membeli barang
yang bersangkutan, sehingga hak milik atas barang beralih pada lesse.
Perjanjian Sewa Beli dan Jual Beli Secara Angsuran
1. Harga pembelian barang sebagian kadang kadang dibayar oleh pembeli. Jadi penjual
tidak membiayai seluruh harga beli barang yang bersangkutan
2. Jangka waktu tidak memperhatikan baik perkiraan umur kegunaan barang maupun
kemampuan pembeli mengangsur harga barang.
3. Pada akhir masa perjanjian, hak milik atas barang dengan sendirinya beralih pada
pembeli. Hak milik atas barang beralih dari penjual pada pembeli pada saat barang
diserahkan oleh penjual
12
3. Mekanisme Leasing
5 1
8 6
9 SUPPLIER
7 7
2
3 3
LESSOR 10 10
LESSE
PERUSAHAAN
ASURANSI
Penjelasan skema :
1) Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkab, mengadakan wawancara
penawaran harga dan menunjukan supplier peralatan yang dimaksud.
2) Setelah lesse mengisi formulir permohonan, mengirikan kepada lessor disertai dokumen
pelengkap.
3) Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lesse
dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse, maka kontrak lesse dapat ditandatangani.
4) Pada saat yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang di-
lease dengan perusahaan asuransi yang dijadikan lessor, seperti yang tercantum dalam
kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin kontrak utama.
5) Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan tersebut.
6) Supplier dapat mengirim peralatan yang di-lease ke lokasi lesse. Untuk mempertahankan dan
memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian pelayanan
purna jual.
7) Lesse menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.
8) Supplier menyerahkan surat tanda terima (dari lesse), bukti pemilikan dan pemindahan
pemilikan kepada lessor.
9) Lessor membayar harga peralatan yang di-lease kepada supplier.
10) Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
ditentukan dalam kontrak lease.
13
2.2.2 Modal Ventura ( Venture Capital ) adalah :
1. Pengertian dan Landasan Hukum
Yang dimaksud dengan perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam
perusahaan pasangan usaha (investe company) untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan yang
dimaksud dengan Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) adalah suatu perusahaan yang
memperoleh pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dari Perusahaan Modal Ventura
(PMV).
Lembaga modal ventura juga merupakan suatu alternatif lembaga pembiayaan lain di
luar bank. Lembaga ini tidak memerlukan jaminan (collateral) untuk dapat mengeluarkan
dananya.
Jenis pembiayaan yang dilakukan modal ventura dibedakan atas 3 macam, yaitu:
1) Conventional Loan. Pinjaman dengan jaminan dan bisa pula disertai jaminan.
2) Condational Loan. Modal ventura dapat menikmati laba dan rugi proyek yang
dibiayainya.
3) Equity investment. Modal ventura yang menyertakan saham untuk mendukung
kegiatan perusahaan yang baru berdiri dan ada kerja sama manajemen antara modal ventura
dengan perusahaan yang dibiayai.
Catatan:
PPU : suatu perusahaan yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal
venture (PVM)
14
2.2.3 Anjak Piutang (Factoring) adalah :
1. Pengertian
Pembiayaan yang dalam melakukan usaha pembiayaan dilakukan dalam bentuk pembelian
dan atau pengalihan serta pengurusan piutang/tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi perdagangan dalam negeri atau luar negeri.
Catatan :
Pabrik Tekstil
Klien
1. Peny. Barang
2. Invoice/ faktur
3.Copy Invoice
6.Refund
Customer
Departement Store
4. Initial Payment
5.Payment
Perusahaan
Faktor
1. Setelah barang dan invoice di serahkan ( 1& 2 ), pabrik menyerahkan pula copy invoice
kepada perusahaan faktor ( 3 ).
2. Berdasarkan copy invoice, sesuai dengan perjanjian factoring yang telah disetujui bersama,
perusahaan faktor wajib segera membayar (initial payment) s/d 80% dari nilai invoice (4).
3. Perusahaan faktor aktif melakukan penagihan sesuai syarat pembayaran antara pabrik dengan
pasar swalayan. Pabrik minta agar pembayaran dilakukain melalui perusahaan faktor.Pasar
swalayan membayar kepada perusahaan faktor sesuai kontraknya dengan pabrik (5).
15
4. Setelah pembayaran selesai, perusahaan faktor mengembalikan sisa pembayaran (refund)
kepada pabrik 20% dari invoicedikurangi biayafactoringyang telah disepakati dalam factorng
agreement (6).
Pabrik cukup berursan dengan perusahaan faktor yang bertindak selaku kredit manajemen
pabrik, tidak perlu lagi berhubungan satu demi satu pelanggannya.
Eksportir Importir
Eksport Import
Dalam internasional factoring terdapat 4 (empat) pihak yang terlibat, yaitu eksportir, importir,
ekspor factor dan impor factor. Uraian skema di atas adalah sebagai berikut :
1. Eksportir membuat perjanjian factoring (factoring agreement) dengan perusahaan lain.
2. Eksportir mengajukan permohonan kredit limit tertentu sehubungan dengan rencan eskpor
yang bersangkutan kepada importir di Amerika.
3. Ekspor factor memilih salah satu import factor di Amerika.
4. Import factor melakukan penyelidikan (credit investigation) untuk mengetahui credit standing
dari importirt, bila import factor menyetujui permohonan exportir maka invoice yang
difactorkan s/d jumlah kredit yang dimohonkan disetujui dijamin pembayaran oleh import
factor.
5. Atas dasar persetujuan kredit limit tersebut, eksportir mengirimkan barangnya ke Amerika
dan mengirimkan invoice kepada importir dengan pemberitahuan bahwa importir melakukan
pembayaran.
6. Setelah barang dikapalkan, eksportir menyampaikan copy invoice tersebut kepada export
factor. Seterimanya copy invoice tersebut, export factor membayar senilai dengan 80% dari
nilai invoice.
16
7. Export factor mengirim copy invoice kepada importir dan import factor menyiapkan sales
ledger aktif melakukan penagihan kepada importir.
8. Import factor melakukan remit, pengiriman sebesar 20% dari nilai invoice setelah dikurangi
tarif tertentu yang telah disepakatti setelah importir membayar selambat-lambatnya 90 hari
setelah tanggal pengiriman barang, walau importir factor belum menerima pembayaran dari
importir.
9. Setelah eksportir menerima remitting dari importir factor, sisa pembayaran (sebesar 20%)
segera diselesaikan setelah dikurangi biaya factoring.
3. Keuntungan Factoring
Penerbitan kartu kredit merupakan satu pemberian fasilitas kredit oleh suatu bank penerbit
kepada pemegang kartu. Pemberian fasilitas ini tidaklah berdasarkan akte-akte secara otentik
melainkan hanya dengan akte-akte di bawah tangan da tidak mutlak harus ada jaminan kredit.
Hukum yang berlaku yang mengatur masalah kartu kredit adalah hukum Kebebasan
Berkontrak antara para pihak berlandaskan Pasal 1338 KUH Perdata.
Lembaga pembiayaan konsumen ini akan memberikan kemudahan bagi mereka yang
memiliki dana tidak cukup untuk membeli barang secara tunai, bahkan kemudahannya
melebihi kemudahan yang diberikan oleh bank. Lembaga pembiayaan konsumen akan melihat
barang apa saja yang dibiayai, maka kredit bank, pihak bank cukup memandang siapa
konsumen yang akan mendapat bantuan dana. Kedua lembaga ini mempunyai kesamaan,
seperti objeknya sama yaitu barang-barang konsumsi, dan mengenakan bunga sebagai biaya.
17
BAB III
KASUS
Kasus yang berurusan dengan perusahaan leasing konsisten menempati peringkat empat
besar pengaduan yang diterima Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.Jumlahnya 66 kasus
pada 2015 dan 57 kasus pada 2016.Kasus-kasus ini termasuk pengaduan soal penagih utang,
kredit macet, serta masalah eksekusi jaminan yang dilakukan mata elang.
Untuk perkara terakhir, Mustafa Aqib Bintoro, staf divisi pengaduan dan hukum YLKI,
mengatakan pelibatan mata elang dalam perkara kredit macet lantaran perusahaan
pembiayaan gampang memberi kredit.
Misalnya, orang bisa kredit kendaraan bermotor dengan uang muka hanya Rp500 ribu
tanpa menghitung kemampuan finansial debitur membayar cicilan per bulan.“Akibatnya, ada
masalah penarikan dan beban biaya tarik,” kata Mustafa.
Namun, Mustafa juga menyoroti bahwa kasus kredit macet terjadi lantaran ada hukum
ekonomi pasar: permintaan tinggi bikin perusahaan pembiayaan itu melonggarkan aturan. Di
sisi lain, ada target-target penjualan tertentu dari para pemangku kepentingan industri
otomotif.
Sebagai gambaran, berdasarkan data kepolisian, di Jakarta saja ada 13,9 juta motor dan
3,5 juta mobil pada 2015. Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat pernah
mengatakan setiap hari ada penambahan sekitar 1.500 kendaraan bermotor baru. Kementerian
Perindustrian bahkan menargetkan penjualan 5,7 juta hingga 13 juta motor serta 1,25 juta
hingga 2,5 juta mobil pada 2020-2023. Ini tentu bakal menjadi problem serius kemacetan.
Berikut petikan wawancara Mustafa Aqib Bintoro kepada Reja Hidayat dari Tirto, awal
Oktober lalu.
Progres total aduan stabil selama 2015 dan 2016. Maksudnya, pengaduan leasing paling
banyak dikeluhkan, selain perbankan dan perumahan. Aduannya juga enggak jauh beda dari
tahun ke tahun. Tunggakan, masalah penarikan kendaraan, penghitungan beban bunga, dan
biaya yang tidak transparan.
18
Seperti apa syarat mendapatkan pembiayaan dari leasing?
Sebenarnya masalah syarat sudah diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan.Konsumen harus
memberi uang muka 20-30 persen dari jumlah pembiayaan.Beban angsuran tidak boleh lebih
besar 30 persen dari jumlah pendapatan konsumen.Misalnya, pendapatan Rp3 juta, tidak
boleh cicilan melebihi Rp1 juta.
Tetapi, meski peraturan sudah ada, eksekusi yang jadi masalah.Ada banyak kasus.Dari
konsumen memalsukan data pribadi, pihak pembiayaan bermain.Contoh, banyak di pinggir
jalan, dengan modal Rp500 ribu sudah dapat motor.Padahal jika mengikuti aturan uang muka
20-30 persen dari harga motor, banyak yang tidak memenuhi syarat.Permainan ini
menyebabkan banyak pembiayaan tidak layak tetapi tetap disalurkan.Jadi pihak leasing
sendiri yang subsidi uang muka yang notabene dilarang.
Apa yang bikin perusahaan pembiayaan memberi subsidi uang muka, betapapun
dilarang?
Pertama, ini enggak lepas dari hukum permintaan dan penawaran. Pihak leasing tidak
akan terlalu seberani ini kalau permintaannya tidak besar. Permintaan masyarakat atas
kendaraan sangat besar.
Kedua, penawaran dari leasing sendiri sangat bombastis. Mereka menawarkan dengan
orientasi profit, dengan menggunakan berbagai macam cara, termasuk melanggar ketentuan.
Dan celakanya pengawasan oleh OJK masih sebatas pengawasan di atas meja atau dokumen,
tapi realitas di lapangan jauh berbeda.
Uang muka itu jelas harus dibayar konsumen.Kalau DP Rp500 ribu, ya bilang Rp500
ribu, jangan lapor ke OJK Rp3 juta. Sanksi bagi leasing adalah sanksi administrasi: denda,
pembekuan usaha, dan pencabutan izin operasional usaha.
Karena angka kendaraan baru setiap tahun sangat tinggi. Trennya sekarang, konsumen
yang mau beli tunai justru diarahkan oleh dealer untuk membeli dengan cara pembiayaan atau
leasing. Ini jadi persoalan.
Itu akhirnya yang melanggengkan praktik jasa debt colletor atau mata elang?
Penggunaan debt collector jadi masalah klasik karena tak hanya digunakan oleh
perusahaan pembiayaan tapi perbankan.
Dulu Bank Indonesia sudah sangat terang membuat aturan tentang tata cara penagihan
yang dilakukan debt collector, misalnya dilarang menagih di luar hari kerja, tidak boleh di
bawah jam 7 pagi dan di atas jam 8 malam.
19
Dari sisi metode, debt collector dilarang menagih selain debitur.Contoh, Anda
menunggak kredit, debt collector tidak boleh menghubungi keluarga atau saudara
Anda.Menagih hanya boleh ke debitur.Tapi faktanya berbeda.Debt collcetor menagih sampai
ke orangtua debitur, saudara, sampai rekan kerja yang mengakibatkan debitur dipecat.Padahal
itu dilarang.
Tata cara bahasanya juga diatur: tidak boleh mengintimidasi baik fisik, psikis, maupun
lisan. Debt collector juga dilarang mengeksekusi secara sepihak—merampas kendaraan tanpa
prosedur.Memang tidak harus pengadilan, tapi sepengetahuan kami, seizin aparat penegak
hukum termasuk dengan RT setempat dan izin konsumen.Tetapi praktik ini sering dilanggar
debt collector.
Salah satu alasan perusahaan finance enggan memakai polisi karena birokrasinya ribet.
Ini yang bikin mereka memilih debt collector. Tanggapan Anda?
Sebenarnya bukan berarti boleh.Polisi hanya mendampingi, tapi penagihan tetap oleh
mata elang. Kenapa penarikan di depan polisi? Agar menjadi saksi dan menyetujui proses
eksekusi tanpa melanggar hukum. Langkah ini justru menjamin perusahaan pembiayaan
sehingga tidak berimplikasi negatif.
Kalau dilakukan sepihak oleh mata elang, rentan digugat hukum karena keabsahan
hukumnya diragukan.Maka, perlu aparat kepolisian memberi kepastian.
Masalah biaya, memang perusahaan pembiayaan memakai mata elang jauh lebih
murah.Kenapa?Justru mata elang mencari uang dengan memeras konsumen.Itu jadi salah satu
poin aduan ke YLKI. Di luar tunggakan kredit, konsumen ditagih biaya lain dengan istilah
“biaya tarik”. Padahal, dalam kontrak, tidak dikenal biaya tarik.
Debt collector secara sepihak memberi harga biaya penarikan. Misalnya: cicilan dua
bulan Rp7 juta untuk roda empat. Ketika ditagih debt colector, seenaknya menembak atau
memeras konsumen sampai puluhan juta. Bahkan melebih dari total tunggakan kredit. Ini,
kan, enggak masuk akal. Kalau dibilang lebih murah, itu sepihak dari sisi pengusaha.Ini
dampak dari keleluasaan yang diberikan leasing kepada debt collector.Tindakan ini
merugikan konsumen, materi maupun nonmateri.
Kami sudah mempertanyakan kepada OJK, tapi belum ada niat untuk mengaturnya
secara tegas.Jika tidak diatur, rentan penyalahgunaan atau pemerasan.Kami enggak masalah
biaya tarik jika ada dasar hukumnya, sebab penarikan itu atas dasar kesalahan
konsumen.Silakan ada biaya tarik, tapi harus jelas berapa biayanya.Tidak bisa dilepaskan ke
pasar seperti saat ini.
Kami mengetahui persoalan di lapangan, tetapi menjadi lebih aman kalau ini diatur
sehingga tidak menjadi masalah hukum.Tidak ada payung hukum, sering jadi sengketa.
20
Kami memandang sengketa ini merugikan semua pihak, baik pengusaha maupun
konsumen.Menurut kami, buatlah dasar perhitungan. OK, sulit mencari unit, tapi tidak bisa
biaya penarikan dilepaskan ke pasar.
Debt collector atau mata elang sering melakukan pelanggaran: waktu penagihan, cara
penagihan, dan etika. Sisi tahapan mungkin sudah benar, tapi lainnya sering bermasalah.
Kompleksitasnya: penagihan oleh mata elang sulit diawasi satu per satu. Yang bisa dilakukan:
perusahaan pembiayaan dan OJK menjaga standar dari mata elang. Memang ada sebagian
mata elang yang sudah mengikuti aturan, tapi ada pula yang tidak.
Masalah waktu penagihan dan cara menagih harus diawasi oleh leasing sebagai pemberi
kerja kepada pihak ketiga (jasa mata elang). Kualitas pelayanan leasing masih sangat jauh dan
harus diperbaiki.
Siapa yang bertanggung jawab atas kasus pengaduan terkait mata elang?
Jelas bervariasi, tergantung kasus.Semua pihak harus memperbaiki, dari OJK, leasing,
dan konsumen.
OJK harus melakukan pengawasan di lapangan dan membuat regulasi untuk biaya
tarik.Acuan harus jelas.Buat aturan biaya terendah dan tertinggi sesuai kesulitan.
Dalam praktik eksekusi kendaraan bermasalah, masih ada debt collector yang tidak
menunjukkan sertifikat jaminan fidusia?
Ada yang sudah dilengkapi dengan fidusia, tapi ada juga yang tidak menunjukkan
fidusia.Ini teknis leasing dan jasa mata elang.Memang konsumen punya hak menanyakan
sertifikat. Kalau tidak dilengkapi surat tugas dan sertifikat fidusia, bisa disuruh pulang. Jika
tidak, itu perampasan karena tidak ada landasan hukum.
Bisnis mata elang ini menggiurkan, tidak terkecuali oknum tentara. Tanggapan Anda?
Untuk masalah ini, siapa aja berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan mengembangkan
usaha selama tidak bertentangan dengan undang-undang dan etika profesi.Kalau itu tidak
dilarang kode etik, ya silahkan.Tapi jika bertentangan, diproseslah secara tegas, baik kepada
oknum tentara dan polisi.
21
BAB IV
KAJIAN KASUS
Padahal syarat agar mendapatkan pembiyaan dari leasing telah di atur oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yaitu Konsumen harus memberikan uang muka 20 – 30 persen dari jumlah
pembiyaan, beban angsuran tidak boleh lebih besar 30 persen dari jumlah pendapatan
konsumen.
Kurangnya pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap perusahaan pembiyaan
karena hanya berdasarkan pada laporan dokumen saja, tidak mencek langsung ke lapangan
untuk menyamakan dengan hasil laporan dokumen. Padahal jika OJK mengetahui
kecurangan tersebut pihak leasing akan terkena sanksi administrasi berupa denda, pembekuan
usaha, dan pencabutan
izin oprasional usaha.
22
3) pihak lain tersebut memiliki sumber daya manusia yang telah memperoleh
sertifikasi profesi di bidang penagihan dari lembaga yang ditunjuk oleh asosiasi
perusahaan pembiayaan Indonesia.
4) Perusahaan bertanggung jawab penuh atas segala dampak yang ditimbulkan dari
kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
5) Perusahaan wajib melakukan evaluasi secara berkala atas kerjasama dengan pihak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Terkait kewajiban sertifikasi profesi di bidang penagihan, berdasarkan data per November
2017 telah terdapat 63.474 pegawai dan atau tenaga alih daya Perusahaan Pembiayaan yang
menangani bidang penagihan yang telah memiliki sertifikasi bidang penagihan. Sertifikasi
dilakukan oleh PT Sertifikasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia sebagai lembaga yang
ditunjuk oleh Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia sebagai penyelenggara sertifikasi.
Pengambilan kendaraan secara paksa oleh perusahaan pembiayaan kredit (leasing) melalui
jasa pihak ketiga adalah perbuatan melanggar hukum. Berdasarkan Undang-undang No. 42
tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, hak eksekusi adalah kewenangan pengadilan, bukan
kewenangan penjual. Jasa penagih utang yang kerap di sewa oleh pihak leasing
Hal ini belum sepenuhnya diketahui masyarakat sehingga masyarakat sering pasrah ketika
pihak leasing mengambil unit kendaraannya secara paksa. Kepala Sekretariat Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kabupaten Bandung, Kurniawan mengatakan
kasus-kasus yang terkait perusahaan leasing mendominasi gugatan konsumen yang diterima
BPSK sejak tahun 2012. Pada umumnya, konsumen merasa keberatan dengan perusahaan
leasing yang menyewa jasa organisasi tertentu untuk melakukan eksekusi pengambilan paksa
atas objek gugatan yang biasanya berupa kendaraan.
23
Dalam usaha leasing terdapat beberapa pihak yang tersangkut dalam perjanjian leasing yang
terdiri
dari :
1) Pihak yang disebut lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari
beberapa perusahaan.
2) Pihak yang disebut lesee, yaitu pihak yang menikmati barang tersebut dengan
membayar sewa dan yang mempunyai hak opsi.
3) Pihak kreditur atau lender atau disebut juga debt-holders atas loan participants
dalam transaksi leasing. Terdiri dari bank, insurance company, trusts, yayasan.
4) Pihak supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan.
24
Sedangkan perbedaannya dapat diuraikan sebagai berikut :
4.3 Perjanjian Leasing
1. Lessor adalah pihak yang menyediakan dana dan membiayai seluruh pembelian barang
tersebut.
2. Masa leasing biasanya ditetapkan sesuai dengan perkiraan umur kegunaan barang.
3. Pada akhir masa leasing, lesse dapat menggunakan hak opsinya untuk membeli barang
yang bersangkutan, sehingga hak milik atas barang beralih pada lesse.
Perjanjian Sewa Beli dan Jual Beli Secara Angsuran
1. Harga pembelian barang sebagian kadang kadang dibayar oleh pembeli. Jadi penjual
tidak membiayai seluruh harga beli barang yang bersangkutan
2. Jangka waktu tidak memperhatikan baik perkiraan umur kegunaan barang maupun
kemampuan pembeli mengangsur harga barang.
3. Pada akhir masa perjanjian, hak milik atas barang dengan sendirinya beralih pada
pembeli. Hak milik atas barang beralih dari penjual pada pembeli pada saat barang
diserahkan oleh penjual
25
● Pihak Yang Terlibat Dalam Transaksi Pembiayaan.
Adapun pihak-pihak yang terlibat di dalam transaksi pembiayaan konsumen adalah :
1. Pihak Perusahaan Pembiayaan
Pihak perusahaan pembiayaan adalah pihak yang menyediakandana bagi kepentingan
konsumen.
2. Pihak Dealer/Supplier
Pihak dealer/supplier adalah pihak penyedia barang yang dibutuhkan konsumen.
3. Pihak Konsumen
Pihak konsumen adalah pihak yang membutuhkan barang ataupun jasa.
26
barang) tidak mempunyai suattu hubungan hokum yang khusus, kecuali pihak penyedia dana
hanya sebgai pihak ketiga yang disyaratkan, yaitu pihak yang disyaratkan untuk menyediakan
dana untuk digunakan dalam perjanjian jual beli antara pihak supplier dengan pihak
konsumen. Jadi jika pihak penyedia dana wanprestasi dalam menyediakan dananya,
sementara kontrak jual beli maupun kontrak pembiayaan konsuemn telah selesai dilakukan
jual beli bersyarat antara pihak supplier dengan konsumen akan batal. Sementara piahak
konsumen dapat menggugat pihak pemberi dana karena wanprestasi tersebut.
27
peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas namanya. Disamping itu perusahaan
broker leasing memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang
dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing.
28
prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena mungkin masih
dalam batas kewenangan direksi (seringkali kewenangan pembelian barang modal baru sah
apabila disetujui Dewan Komisaris atau bahkan Rapat Pemegang Saham). Dengan demikian
keputusan secara cepat dan tepat dapat lebih mudah dilakukan oleh direksi Hal ini
mempunyai dampak positif terhadap kondisi rasio keuangan perusahaan lessee karena
transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat dalam neraca lessee sebagai komponen utang.
Kondisi ini disebut off balance sheet financing.
5. Arus Dana
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus dana
karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap pendapatan lessee. Di
samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan laba
dalam investasi.
6. Proteksi Inflasi
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa keadaan
sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak
leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap,maka lessee
akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan
pembelian yang dilakukan di masa lalu.
7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang
disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi disebabkan oleh pesatnya
perkembangan teknologi. Dalam suatu kontrak leasing objek leasing sering dimasukkan
sebagai perjanjian bahwa barang yang sedang disewa tersebut dapat ditukarkan dengan
barang yang serupa yang lebih canggih apabila di kemudian hari terdapat penemuan-
penemuan baru yang lebih unggul daripada produk barang yang sama.
8. Sumber Pelunasan Kewajiban
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing karena pada
umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu diperkirakan berasal dari
modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di lease. Sehingga kekhawatiran para
kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan mempengaruhi pelunasan
kredit yang telah diberikan dapat diatasi.
29
9. Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, instalasi,
pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya
modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya leasing.
10. Risiko Keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu relatif
singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan (obsolescence)
sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
11. Kemudahan Penyusutan Anggaran
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan merupakan
kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.
12. Pembiayaan Proyek Skala Besar
Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek yang
seringkali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat diatasi
melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima
dan / serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian.
KEKURANGAN LEASING
Disamping adanya kemudahan atau keuntungan-keuntungan tertentu, terdapat juga beberapa
kerugian atau kelemahan dari pembiayaan dengan cara leasing ini. Beberapa kerugian atau
kelemahan leasing adalah sebagai berikut :
30
prinsip pasar, antara permintaan dan penawaran dari lessee dengan lessor. Konsekuensi
logisnya, biasanya dalam hal seperti itu, pihak yang kedudukan lemah akan tergilas, dan
kurang terlindungi.
Terlepas dari adanya unsur-unsur kerugian dalam menggunakan leasing tersebut, keberadaan
leasing sangat dibutuhkan dan membantu dunia usaha. Kemudahan dan cepatnya proses
pencairan dana sangat membantu dalam mendukung bertumbuhan usaha, terutama bagi
pengusaha golongan menengah ke bawah.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas bahwa mengenai hubungan bisnis yang berupa :Agency
Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam perusahaan dimana
prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan
mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prisipal, sedangkan agen merupakan pihak
yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanat oleh prinsipal kepadanya.
Waralaba:Dalam kajian di atas membuktikan bahwa dengan adanya bisnis waralaba
membuka peluang usaha baru tanpa perlu khawatir dengan persaingan usaha yang pesat.
Karena bisnis waralaba Ini sudah memiliki persepsi masyarakat yang baik, dengan
berkembangnya jaringan hingga di pelosok desa.joint fenture:lebih dikenal dengan kerja
sama perusahaan domestic dengan perusahaan-perusahaan asing dan dip[impin oleh dewan
direktur yang dipilih oleh para pemegang saham.
32
DAFTAR PUSTAKA
http://amrianidris.blogspot.com/2013/12/makalah-lembaga-pembiayaan.html
https://menjelaskanhubunganbisnis.blogspot.com/
http://anthyscrub.blogspot.com/2014/06/bank-lknb-pembiayaan-konsumen-
leasing.html?m=1
https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2016/04/05/pengambilan-paksa-kendaraan-
oleh-leasing-melanggar-hukum-365898
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/pages/siaran-pers-OJK-imbau-
masyarakat-pahami-perjanjian-pembiayaan.aspx
33