Anda di halaman 1dari 25

Aspek Hukum Perizinan dalam Sektor Usaha dibidang

Perdagangan
Disusun untuk Memenuhi Tugas Makalah Hukum Perizinan

Dengan Dosen Pengampu

Wahyu Satria Wana Putra Wijaya,S.H.,M.Kn.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. gabriela sarva A.111.20.0052

2. Nanang Muhjairin A.111.20.0029

3. Daffa Andhika Nararya A.111.20.0014

4. F. Velicanetta June Puspa Andini Suherbowo A.111.20.0075

5. Davit Murti Setyagung A.111.20.0012

6. Nurul Azizah A.111.20.0081


7. Tirani Harna TB A.111.20.0002

8. Angelica Diza A.111.20.0022

9. Putri Indraswari A.111.20.0034

10. M. Murdifin A.111.20.0023


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peranan perizinan dalam era pembangunan yang terus-menerus berlangsung, ternyata


amatlah penting untuk terus ditingkatkan, apalagi dalam era globalisasi dan didalam sektor
usaha. Kita melihat bahwa semua pembangunan yang dijalankan tiada maksud lain selain untuk
membawa perubahan dan pertumbuhan yang baik dimana sektor usaha akan menjadi dominan
yang ditunjang oleh sektor pertanian yang tangguh.
Seperti pada aspek perizinan dalam sektor usaha didalam bidang perdagangan, tentulah
penting untuk sebagai acuan kedepan dengan bagaimanakah usaha ini akan berlanjut. Di dunia
usaha atau dunia bisnis, perizinan jelas memegang peranan yang sangat penting, bahkan bisa
dikatakan perizinan dan pertumbuhan dunia usaha bisa dikatakan merupakan dua sisi mata uang
yang saling berkaitan. Dunia usaha tidak akan berkembang tanpa adanya izin yang jelas menurut
hukum, dan izin berfungsi karena dunia usaha membutuhkannya. Dengan perkataan lain, dunia
usaha akan berkembang bila izin yang diberikan mempunyai satu kekuatan yang pasti, sehingga
perizinan dan dunia usaha dapat bekerja dalam kondisi yang nyaman.

Dengan adanya izin, seseorang atau badan hukum dapat mempunyai serangkaian hak dan
kewajiban yang membuatnya dapat menikmati dan mengambil manfaat untuk keuntungan
usahanya. Namun demikian pemerintah dapat pula mengambil langkah pertimbangan
keterbatasan dan jasa kestabilan untuk memelihara persaingan usaha yang sehat dengan
membatasi pemberian izin usaha.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyelenggaraan perizinan berusaha dibidang perdagangan menurut ruang


lingkupnya ?
2. Bagaimana sanksi terhadap pelanggar perizinan dalam berusaha dibidang perdagangan ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penyelenggaraan perizinan berusaha dibidang perdagangan menurut


ruang lingkupnya.
2. Untuk mengetahui sanksi terhadap pelanggar perizinan dalam berusaha dibidang
perdagangan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis Perizinan Berusaha dibidang Perdagangan

Setiap sektor usaha harus mendaftarkan perizinan berusaha yang diberikan pelaku
usaha baik yang bersifat perseorangan maupun non perseorangan untuk memulai kegiatan
usahanya kepada pihak pemberi izin, pemberi izin yang dimaksudkan yaitu lembaga yang
menerbitkan izin berusaha, bisa berupa Menteri, pimpinan lembaga, gubernur serta
bupati/walikota. Lembaga yang menerbitkan perizinan dalam pelaksanaannya menyusun dan
menetapkan standar perizinan berusaha disektornya masing-masing sesuai dengan Peraturan
Pemerintah (PP).

Definisi Perizinan Berusaha disebutkan dalam Pasal 1 nomor 1 PERMEN No. 8 Tahun
2020 yaitu pendaftaran yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
usaha dan/atau kegiatan dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang dituangkan dalam
bentuk surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau Komitmen. Komitmen yang
dimaksud yaitu pernyataan pelaku usaha untuk memenuhi persyaratan izin usaha dan/atau izin
komersial atau operasional.

Perizinan berusaha dalam bidang perdagangan dibedakan kedalam dua jenis perizinan
berusaha, jenis tersebut telah disebutkan dalam Pasal 4 PERMEN No. 8 Tahun 2020 yang terdiri
atas Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional, berikut definisi dari kedua jenis perizinan
diatas:

1. Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri,
pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku Usaha melakukan
Pendaftaran dan untuk memulai usaha dan/ atau kegiatan sampai sebelum pelaksanaan
komersial atau operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen.
2. Izin Komersial atau Operasional adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk
dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah
Pelaku Usaha mendapatkan Izin Usaha dan untuk melakukan kegiatan komersial atau
operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau komitmen.

Kedua perizinan berusaha diatas memiliki masa berlakunya masing-masing, untuk izin
usaha berlaku selama pelaku usaha menjalankan usaha dan/kegiatannya, kecuali diatur lain
dalam undang-undang. Sedangkan izin komersial atau operasional berlaku sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan (sesuai dengan peraturan yang mengatur masing-masing izin).

2.2 Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Berusaha di Kementerian Perdagangan

Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Berusaha terdiri dari beberapa layanan, yang


mana layanan tersebut dijelaskan dalam Pasal 7 PERMEN No. 8 Tahun 2020 yaitu;

 Pendaftaran

Yaitu pelaku usaha mendaftarkan usaha atau kegiatannya kepada Lembaga Online
Single Submission (selanjutnya disingkat OSS). Hal tersebut diharapkan dapat memberi efisien
waktu, tempat serta biaya kepada pelaku usaha yang ingin mendaftarkan perizinan berusaha.

Tahapan dalam proses pendaftaran kegiatan usaha meliputi:

- Pelaku usaha (perseorangan atau non-perseorangan)


- Pembutan dan aktivasi akun OSS
Dalam penggunaan akun OSS, pelaku usaha harus memiliki: nomor identitas yang sah
(NIK bagi WNI atau paspor bagi WNA); nomor pengesahan atau dasar hukum
pembentukan usaha (bagi non-perseorangan); badan hukum sudah memiliki NPWP.
- Pelaku usaha mengisi: data perusahaan; data modal; data akta; data pengurus dan
pemegaang saham; tujuan kegiatan dan data usaha.
- Pelaku usaha mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB)
 Penerbitan Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional

Penerbitan Izin tersebut dilakukan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri,
pimpinan lembaga, gubernur atau bupati/walikota setelah pelaku usaha mendapatkan izin
usaha dan untuk melakukan kegiatan komersial atau operasional dengan memenuhi
persyaratan dan/atau komitmen.

 Prosedur pemenuhan komitmen izin usaha

Bentuk komitmen izin usaha diatur dalam Pasal 32 ayat (2) PP No.24 tahun 2018 yaitu:

1. Izin Lokasi, merupakan izin yang diberikan kepada pelaku usaha untuk
memperoleh tanah yang diperlukan untuk usaha dan/atau kegiatan, berlaku pula
sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah tersebut.
2. Izin Lokasi Perairan, merupakan izin lokasi dalam peraturan perundang-
undangan dibidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
3. Izin Lingkungan, merupakan izin dengan wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan.
4. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pemilik bangunan gedung untuk
membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi dan/atau merawat
bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan
teknis yang berlaku.

 Prosedur pemenuhan komitmen Izin Komersial atau Operasional

Bentuk komitmen izin usaha diatur dalam Pasal 39 PP No.24 tahun 2018 yaitu:

1. Standar, sertifikasi dan/atau lisensi


2. Pendaftaran barang/jasa sesuai dengan jenis produk dan/atau jasa yang
dikomersilkan oleh pelaku usaha melalui sistem OSS.

 Pengawasan

Merupakan sesuatu yang wajib dilakukan oleh lembaga OSS atas pemenuhan komitmen;
pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi dan pendaftaran; usaha atau kegiatan. Dalam
pengawasan jika ditemukan ketidaksesuaian dapat mengambil tindakan berupa;

1. Peringatan
2. Penghentian sementara kegiatan berusaha
3. Pengenaan denda administrative
4. Pencabutan perizinan berusaha.

2.3 Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Berusaha di Pemerintah Daerah

Berdasarkan teori kebijakan publik, pembentukan OSS serta perkembangannya haruslah


dibentuk dan dikembangkan dengan tujuan untuk pelayanan publik yang baik. Karena
keberadaan OSS sangat membantu masyarakat pelaku usaha untuk mendapatkan perizinan.
Keberadaan OSS tentunya akan merubah pandangan masyarakat pelaku usaha yang selama ini
berpandangan bahwa mengurus perizinan adalah suatu proses yang rumit dan sangat panjang,
kemudahan yang ditawankan oleh OSS tentunya akan meningkatkan kesadaran dan kepedulian
masyarakat akan pentingnya perizinan serta mencegah terjadinya kegiatan usaha yang tidak
memiliki izin. Dan apabila dilihat dari sisi ekonomis, semakin banyak masyarakat pelaku usaha
mengurus perizinan, maka akan semakin bertambah pendapatan negara yang dihasilkan oleh
sektor perizinan. Akan tetapi dalam perkembangannya, ditemukan kesulitan dalam
pelaksanaan OSS seperti masih banyak daerah yang sistem perizinan satu pintunya belum
tersambung dengan OSS.
Dalam rangka percepatan dan peningkatan penanaman modal dan berusaha, Perizinan
Berusaha yang diterbitkan oleh kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah untuk memulai,
melaksanakan, dan mengembangkan usaha dan/atau kegiatan, perlu ditata kembali agar
menjadi pendukung dan bukan sebaliknya menjadi hambatan perkembangan usaha dan/atau
kegiatan. Penataan kembali dilakukan pada system pelayanan, dan regulasi sesuai dengan
tuntutan dunia usaha, perkembangan teknologi, dan persaingan global. Penataan kembali
sistem pelayanan dilakukan terutama pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Hal ini
mengingat berdasarkan Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, perusahaan penanaman modal yang akan melakukan usaha dan/atau
kegiatan wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari
instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. Kemudian
pada ayat (5) diatur bahwa pelayanan terhadap izin untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan
tersebut dilakukan melalui PTSP. Pelayanan PTSP pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah disempurnakan menjadi lebih efisien, melayani, dan modern. Salah satunya yang paling
signifikan adalah penyediaan system Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (OSS). Melalui OSS tersebut, pelaku usaha melakukan pendaftaran dan mengurus
penerbitan Izin Usaha dan penerbitan Izin Komersial dan/atau Operasional secara terintegrasi.
Melalui OSS itu pula, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menerbitkan Perizinan
Berusaha yang diajukan oleh Pelaku Usaha. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
pemerintah merasa perlu ditetapkannya suatu Peraturan Pemerintah tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.
Berdasarkan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia,
pemerintah daerah mempunyai wewenang otonomi dan tugas pembantuan, salah satunya
adalah mengeluarkan izin sebagaimana tercantum dalam UU 23/2014. Kewenangan yang
diberikan bukan kewenangan utuh tetapi kewenangan konkuren yang masih memperhatikan
pemerintah pusat sehingga tetap harus memperhatikan koordinasi dari pemerintah pusat
sebagaimana ketentuan pembagian urusan pemerintahan dalam UU 23/2014.
Untuk merealisasikan layanan elektrorik tersebut, berbagai tahapan pun telah dilakukan
oleh pemerintah dalam mengoperasikan pelayanan perizinan secara terpadu dan puncaknya
adalah, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau (PP 24/2018)
atau dikenal juga dengan Online Single Submission (OSS). Pasca berlakunya Sistem OSS dalam
rangka menunjang ease of doing business (EODB), ternyata berkorelasi secara signifikan dalam
menaikkan peringkat kemudahan perizinan di Indonesia.
 Prasyarat yang perlu dipenuhi sebelum mengakses OSS sebagai berikut :
1) Memiliki NIK dan menginputnya dalam proses pembuatan user-ID. Khusus untuk
pelaku usaha berbentuk badan usaha, Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang
dibutuhkan adalah NIK Penanggung Jawab Badan Usaha;
2) Pelaku usaha badan usaha berbentuk PT, badan usaha yang didirikan oleh
yayasan, koperasi, CV, firma, dan persekutuan perdata menyelesaikan proses
pengesahan badan usaha di Kementerian Hukum dan HAM melalui AHU Online,
sebelum mengakses OSS;
3) Pelaku usaha badan usaha berbentuk perum, perumda, badan hukum lainnya
yang dimiliki oleh negara, badan layanan umum atau lembaga penyiaran
menyiapkan dasar hukum pembentukan badan usaha.
Seluruh pelaku usaha dapat menggunakan OSS. Baik itu usaha yang berbentuk badan
usaha maupun perorangan, baik itu usaha mikro, kecil, menengah maupun besar; usaha
perorangan/badan usaha baik yang baru maupun yang sudah berdiri sebelum operasionalisasi
OSS; juga usaha dengan modal yang seluruhnya berasal dari dalam negeri, maupun terdapat
komposisi modal asing.
 Langkah yang harus dilakukan menggunakan OSS antara lain :
1. Membuat user-ID;
2. Log-in ke sistem OSS dengan menggunakan user-ID;
3. Mengisi data untuk memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB);
4. Untuk usaha baru: melakukan proses untuk memperoleh izin dasar, izin usaha
dan/atau izin komersial atau operasional, berikut dengan komitmennya.
Sedangkan untuk usaha yang telah berdiri haruslah melanjutkan proses untuk
memperoleh izin berusaha (izin usaha dan/atau komersial) baru yang belum
dimiliki, memperpanjang izin berusaha yang sudah ada, mengembangkan usaha,
mengubah dan/memperbarui data perusahaan.
Untuk bisa menggunakan OSS, Badan Usaha terlebih dahulu mengurus pengesahan akta
pendirian atau perubahan akta melalui AHU online. Khusus untuk perusahaan umum,
perusahaan umum daerah, badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara, lembaga penyiaran
publik, atau badan layanan umum menggunakan dasar hukum pembentukan, peraturan
pemerintah atau peraturan daerah.
Indicator starting a business dapat terlihat dikemas berdasarkan ketentuan Pasal 84 ayat
(4) PP 24/2018 melalui tahapan untuk memperoleh perizinan berusaha yang terdiri atas:
a. pendaftaran;
b. pemberian izin usaha;
c. pemberian izin komersial atau operasional.

 Pendaftaran OSS
Badan Usaha melakukan pendaftaran di sistem OSS dengan memasukan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) Penanggung Jawab Badan Usaha atau Direktur Utama dan beberapa
informasi lainnya pada Form Registrasi yang tersedia. Dalam hal proses pengurusan perizinan
dilakukan oleh pihak lain seperti Konsultan Hukum dan Notaris, maka data yang diisikan
kedalam Form Registrasi adalah data Penanggungjawab Badan Usaha/Perusahaan. Khusus
untuk Badan Usaha/Perusahaan disarankan menggunakan email perusahaan untuk aktivasi
akun. Sistem OSS akan mengirimkan 2 (dua) email ke Badan Usaha untuk registrasi dan
verifikasi akun OSS. Email verifikasi berisi user-ID dan password sementara yang bisa digunakan
untuk log-in system OSS.
Nomor Induk Berusaha (NIB) berfungsi sebagai identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan
oleh Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran. NIB sekaligus berlaku sebagai:
1) Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
2) Angka Pengenal Impor (API), jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan impor;
3) Akses Kepabeanan, jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan ekspor dan/atau impor.
Sebagaimana dikemukakan oleh I Ketut Hadi Priatna, konsep perizinan melalui OSS
yakni: menggunakan satu portal nasional; satu identitas perizinan berusaha (NIB) dan satu
format izin berusaha (Izin Usaha dan Izin Operasional/Komersial).
 Penerbitan Izin
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 24 UU 30/2014 jo. Pasal 1 angka 8 PP 24/2018
bahwa izin usaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS merupakan mandat dari pemerintah
daerah padahal lazimnya mandat diberikan berdasarkan jabatan struktural dari atasan kepada
bawahan. Lembaga OSS akan menerbitkan izin usaha dan izin komersial atau operasional
berdasarkan pemenuhan komitmen yang dilakukan pelaku usaha. Pelaku usaha yang tidak
memerlukan prasarana untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan; atau pelaku usaha yang
memerlukan prasarana untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan. Catatan penting dalam
penerbitan perizinan berusaha bahwa meskipun izin usaha sudah diterbitkan para pelaku usaha
tidak berarti bisa langsung beroperasi. Pelaku usaha harus memperoleh izin operasional
dan/atau izin komersial terlebih dahulu sebagai syarat-syarat sebagaimana ketentuan Pasal 41
PP 24/2018. Tentunya hal ini membawa ketidakpastian hukum bagi pelaku usaha yang sudah
mendapatkan izin berusaha namun ternyata belum bisa melaksanakan kegiatan usaha.
Terdapat izin operasional dan/atau izin komersial yang berdasarkan komitmen yakni
standar, sertifikat, dan/atau lisensi, dan/atau pendaftaran barang dan jasa. Usaha restoran
misalnya, setelah mendapatkan izin usaha maka komitmen untuk izin operasionalnya salah
satunya adalah sertifikat laik hygiene.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Pasal 38 pelaku usaha yang telah mendapatkan Izin
Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS dapat melakukan kegiatan pengadaan tanah;
perubahan luas lahan; pembangunan bangunan gedung dan pengoperasiannya; pengadaan
peralatan atau sarana; pengadaan sumber daya manusia; penyelesaian sertifikasi atau kelaikan;
pelaksanaan uji coba produksi (commisioning); dan/atau pelaksanaan produksi.

 Pelaku Usaha Melakukan Pemenuhan Komitmen


Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Peizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik Pasal 39 secara garis besar mengatur pemenuhan komitmen izin
komersial/operasional yang wajib dilakukan oleh pelaku usaha agar izin usaha dan/atau izin
komersial/operasional dapat berlaku efektif. Pemenuhan komitmen tersebut yaitu komitmen
izin lokasi, izin lokasi perairan, izin lingkungan dan/atau Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Pemenuhan komitmen diselesaikan di Kementerian/Lembaga dan/atau Pemda.
Lembaga OSS dapat membatalkan Izin usaha yang sudah diterbitkan apabila pelaku
usaha tidak menyelesaikan pemenuhan komitmen. Izin usaha dan/atau izin komersial atau
operasional berlaku efektif setelah pelaku usaha menyelesaikan komitmen dan melakukan
pembayaran biaya perizinan berusaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
udangan.

 Pembayaran Biaya
Pelaku usaha yang telah menyelesaikan komitmennya tahap selanjutnya sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Secara
Elektronik pasal 77 telah diatur pembayaran biaya Perizinan Berusaha yang merupakan
penerimaan negara bukan pajak; bea masuk dan/atau bea keluar; cukai; dan/atau pajak daerah
atau retribusi daerah.

 Fasilitas
Kementerian/lembaga memiliki kewajiban memberikan fasilitas Perizinan Berusaha bagi
usaha mikro, kecil, dan menengah. Fasilitas berupa pelayanan informasi yang berkaitan dengan
Perizinan Berusaha dan bantuan untuk mengakses laman OSS dalam rangka mendapatkan
Perizinan Berusaha. Pemberian fasilitas pengurusan perizinan pada sistem Online Single
Submission (OSS) di Provinsi Jawa Tengah difasilitasi oleh DPMPTSP Jawa Tengah. Tiap harinya
di kantor DPMPTSP Jawa Tengah minimal ada 3 sampai 4 pelaku usaha atau perwakilan dari
perusahaan meminta bantuan berupa pendampingan saat pendaftaran OSS di DPMPTSP Jawa
Tengah. Pendampingan pendaftaran izin pada sistem Online Single Submission (OSS)
merupakan wujud pemberian fasilitas kepada pelaku usaha yang diberikan oleh DPMPTSP Jawa
Tengah.
 Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan perizinan pada sistem OSS dilakukan oleh Kementerian,
Lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik pada pelaksanaan
pengawasan perizinan pada sistem OSS meliputi Pemenuhan komitmen; Pemenuhan standar,
sertifikasi, lisensi dan/atau pendaftaran; dan/atauUsaha dan/atau kegiatan.
Kementerian, Lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan
dapat bekerja sama dengan profesi sesuai dengan bidang pengawasan yang dilakukan oleh
Kementerian, Lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur
dan/atau bupati/wali kota wajib melakukan pengawasan terhadap aparatur sipil negara dalam
pelaksanaan perizinan berusaha.
Pada hasil pengawasan apabila ditemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan,
Kementerian, Lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah mengambil tindakan berupa peringatan,
penghentian sementara kegiatan berusaha, pengenaan denda administratif dan/atau
pencabutan perizinan berusaha.

2.4 Sanksi terhadap Pelanggar Perizinan Berusaha dalam Bidang Perdagangan

Dalam penegakan keadilan bagi pelanggar terdapat kesulitan apabila tidak didasari
dengan sanksi yang bersifat larangan, perintah maupun kewajiban yang harus dipenuhi seperti
sanksi administratif, pencantuman sanksi harus sesuai dengan substansi yang diatur dalam
peraturan seperti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perdagangan. Peraturan dapat menjadi tidak efektif karena pemberian
sanksi kepada pelanggar tidak sesuai substansinya, hal ini sama saja tidak bermanfaat yang
bertolak belakangan dengan tujuan peraturan yang dibuat guna memberikan manfaat untuk
mengatur kehidupan.

Tujuan pemberian sanksi kepada pelanggar yaitu memberikan efek jera atau
memberikan hukuman yang setimpal dalam artian sesuai dengan perbuatannya bagi siapa pun
yang melanggar peraturan. Ketentuan sanksi dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu sanksi pidana, sanksi
perdata, dan sanksi administratif yang dapat diterapkan di Indonesia tetapi tidak ketiga sanksi
tersebut diberlakukan secara langsung, maka dari itu pemilihan dari ketiga sanksi tersebut
harus yang paling efektif dan sesuai dengan substansinya. Dalam hal penegakan pelanggaran
perizinan berusaha dalam bidang perdagangan, sanksi administratif yang cukup efektif untuk
diberlakukan di Indonesia.

Jenis sanksi administratif sangat beragam, sanksi yang dikenai terdiri dari sanksi yang
paling ringan hingga paling berat yang mempunyai peluang lebih efektif dalam penjatuhan
sanksi kepada para pelanggar. Sanksi administratif dapat bersifat preventif, setidaknya ada 6
(enam) sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada para pelanggar sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Perdagangan.

Sanksi bagi para pelaku usaha dalam lingkup perizinan berusaha dalam bidang
perdagangan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan diatur dalam Pasal 166 ayat (2) yang mana
sanksi administratif dapat berupa :

a. Teguran tertulis;
b. Penarikan barang dari distribusi;
c. Penghentian sementara kegiatan usaha;
d. Penutupan gudang;
e. Denda; dan/atau
f. Pencabutan perizinan berusaha.

Dalam sanksi administratif perizinan berusaha dalam bidang perdagangan teguran


tertulis merupakan sanksi yang paling ringan, untuk penerapan sanksi yang lebih berat lazimnya
sanksi administratif dilaksanakan secara bertahap. Sanksi administratif berupa teguran tertulis
biasanya diberikan kepada pelanggar apabila sudah diberikan teguran secara lisan dan teguran
tertulis menjadi bukti yang kuat apabila terjadi suatu permasalahan yang lebih serius, tetapi
teguran tertulis dapat langsung diberikan kepada pelanggar apabila pelanggar telah melebih
batas atau di keadaan yang mendesak.
a. Teguran Tertulis

Sanksi administratif berupa teguran tertulis melingkupi antara lain perintah yang jelas,
seperti pemberitahuan perilaku yang harus dilakukan agar pejabat administrasi negara tidak
sampai mengambil tindakan nyata (paksa), teguran harus memberikan kepastian hukum seperti
memberikan informasi tentang konsekuensi yang didapat, teguran harus mengandung
ketentuan peraturan perundang-undangan, dalam teguran tertulis pejabat administrasi negara
harus mengetahui pasti ketentuan yang dilanggar, memberikan jangka waktu yang diperlukan
guna melaksanakan perintah tersebut, dan jumlah pembebanan biaya yang dibebankan oleh
pelanggar maka harus dicantumkan secara eksplisit (dalam artian pejabat administrasi negara
belum memutuskan tindakan nyata dan harus mempertimbangkan dengan benar.

Sanksi administratif berupa teguran tertulis diatur dalam Pasal 168, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang
Perdagangan yang menjelaskan bahwa:

(1) Sanksi administratif berupa teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 166
ayat (2) huruf a dikenakan paling banyak 2 (dua) kali masing-masing untuk jangka waktu
paling lama 14 (empat belas) hari kerja.
(2) Sanksi teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri
melalui direktur jenderal yang membidangi perlindungan konsumen dan tertib niaga.

b. Penarikan Barang dari Distribusi

Sanksi penarikan barang dari distribusi merupakan aturan yang digunakan pemerintah
untuk mengatur pelaku usaha yang melanggar izin dan sanksi penarikan barang dari distribusi
merupakan aturan yang tegas dan efektif dalam penegakan hukum terhadap pelanggar izin,
karena sanksi ini dapat membekukan pemasukan perusahaan yang melanggar izin. Sanksi
administratif berupa penarikan barang dari distribusi dan penghentian sementara kegiatan
usaha diatur dalam Pasal 169, yang berisi:

“Sanksi administratif berupa penarikan Barang dari Distribusi dan penghentian


sementara kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 166 ayat (2) huruf b dan
huruf c dikenakan sejak berakhirnya jangka waktu peringatan tertulis kedua sampai
Pelaku Usaha melakukan perbaikan terhadap pelanggaran yang dilakukan.”

c. Penghentian Sementara Kegiatan Usaha

Sanksi penghentian sementara diterapkan kepada pemegang izin yang melanggar


peraturan perundang-undangan atau syarat izin. Penjatuhan sanksi penghentian sementara
dapat berakibat menutup seluruh kegiatan operasional pabrik atau membatasi segala aktifitas
produksi pabrik.

Oleh karena itu sanksi penghentian sementara harus benar-benar menjadi sanksi
pamungkas dan dijatuhkan hanya setelah pelanggaran sungguh-sungguh tidak dapat diperbaiki
lagi. Hal ini mengingat dampak besar yang akan ditimbulkan dari penghentian sementara
tersebut.

Sanksi administratif penghentian sementara diatur dalam Pasal 169 Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan
sama dengan sanksi administratif penarikan barang dari distribusi sebagaimana yang telah kami
paparkan dalam pembahasan diatas (pada point sanksi administratif penarikan barang dari
distribusi).

d. Penutupan Gudang

Sanksi administratif berupa penutupan gudang sama seperti sanksi penarikan barang
dari distribusi dan penghentian sementara kegiatan usaha dalam artian sama memberikan
dampak yang serius bagi pelanggar izin usaha, maka penggunaan sanksi ini harus dengan
pertimbangan guna memberikan keputusan yang tepat. Penutupan Gudang diatur pada Pasal
170 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Bidang Perdagangan yang menjelaskan bahwa:

(1) Sanksi administratif berupa penutupan Gudang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 166
ayat (2) huruf d dikenakan kepada Pelaku Usaha yang merupakan pemilik, pengelola,
atau penyewa Gudang yang melanggar ketentuan kewajiban penyelenggaraan
pencatatan administrasi Gudang.
(2) Pengenaan sanksi penutupan Gudang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan
sejak berakhirnya jangka waktu peringatan tertulis kedua sampai pemilik, pengelola,
atau penyewa Gudang melakukan perbaikan terhadap pelanggaran yang dilakukan.

e. Denda

Sanksi administratif yang paling umum dijumpai yaitu denda administratif. Pemberian
sanksi denda harus dengan dasar hukum yang tegas dalam peraturan perundang-undangan
karena apabila tidak dengan tegas dapat membuat kerancuan atau ambigu dalam pemberian
sanksi.

Denda adminitrasi adalah denda yang dijatuhkan oleh badan atau pejabat pemerintahan
yang berwenang tanpa intervensi dari penuntut umum atau hakim. Pengertian lainnya, denda
adminitrasi adalah sanksi adminitrasi yang sifatnya menghukum, yaitu dimaksudkan untuk
menghukum pelanggar.

Pengenaan denda administratif tanpa perantaraan hakim ini tidak berarti pemerintah
dapat menerapkannya secara arbitrer (sewenang-wenang). Pemerintah harus tetap
memerhatikan asas-asas hukum admintrasi, baik tertulis maupun tidak tertulis. Pemberian
wewenang langsung (artributie) mengenai sanksi punitive ini dapat ditemukan dalam peraturan
perundang-undangan.
Pada umumnya dalam berbagai peraturan perundang-undangan, hukuman yang berupa
denda ini telah ditentukan mengenai jumlah yang dapat dikenakan kepada pihak yang
melanggar ketentuan. Berkenaan dengan denda administrasi ini, didalam Algemene Bepalingen
van Administratief Recht, disimpulkan bahwa, “Administratieve boetes kunnen slechts worden
opgelegd uit kracht van een bevoegdheid die is voorzien bij een wet in formele zin”, yang berarti
denda administrasi hanya dapat diterapkan atas dasar kekuatan wewenang yang diatur dalam
undang-undang dalam arti formal.

Sanksi administratif dijelaskan pada Pasal 171 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan :

(1) Sanksi administratif berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 166 ayat (2)
huruf e dikenakan setelah jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak penetapan pengenaan
sanksi penarikan Barang dari Distribusi, penghentian sementara kegiatan usaha atau
penutupan Gudang, Pelaku Usaha tidak melakukan perbaikan terhadap pelanggaran
yang dilakukan
(2) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah) untuk tiap hari keterlambatan Pelaku Usaha melaksanakan perbaikan untuk
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pengenaan sanksi denda Pertama.
(3) Dimulainya pengenaan sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung sejak
hari pertama setelah habisnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Tata cara penyetoran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penerimaan negara
bukan Pajak.

f. Pencabutan Perizinan Berusaha

Pencabutan adalah tindakan administratif yang mengakibatkan dicabutnya perizinan


berusaha berbasis resiko berdasarkan permohonan pelaku usaha, putusan pengadilan, dan
sanksi, hal ini disebutkan dalam Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengawasan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko dalam Pasal 1 angka 24.

Dengan dicabutnya sebagian atau seluruh hak kegiatan oprasional pabrik berdasarkan
izin yang ada, hal itu akan sangat berkaitan dengan pukulan ekonomi yang keras dibandingkan
dengan penuntutan pidana, dan itu seperti mendirikan puncak piramida penegakan hukum.
Oleh karena itu, sanksi administratif pencabutan izin berusaha harus benar-benar menjadi
sanksi pamungkas dan dijatuhkan hanya setelah pelanggaran yang dilakukan sungguh-sungguh
tidak dapat diperbaiki lagi. Hal ini mengingat dampak besar yang akan ditimbulkan dari
pencabutan izin tersebut.

Pencabutan Perizinan Berusaha diatur pada Pasal 172 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan yang
menjelaskan bahwa:

(1) Sanksi administratif berupa pencabutan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 166 ayat (2) huruf f dikenakan kepada Pelaku Usaha yang telah memiliki
Perizinan Berusaha yang tidak melakukan perbaikan terhadap pelanggaran yang
dilakukan setelah selesainya jangka waktu penetapan sanksi denda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 171.
(2) Pelaku usaha yang dikenai sanksi pencabutan Perizinan Berusaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan Perizinan Berusaha kembali setelah jangka
waktu 5 (lima) tahun sejak penetapan pencabutan Perizinan Berusaha.

Dari sisi penerapannya, sanksi pidana kurang efektif daripada sanksi administratif,
karena sanksi administratif dapat dilakukan langsung oleh pejabat administrasi tanpa harus
menunggu putusan pengadilan terlebih dahulu, dengan persyaratan yang ditentukan tidak
dilanggar. Sedangkan sanksi pidana harus menunggu adanya putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Hal yang penting terkait dengan sanksi administratif ini ialah bahwa setiap pengenaan
sanksi administratif harus ada dasar hukumnya dan harus disertai dengan kemungkinan bagi
yang terkena sanksi guna mengajukan upaya hukum. Bagi pejabat administrasi negara yang
akan mengenakan sanksi administratif harus memastikan bahwa benar telah terjadi
pelanggaran atas ketentuan peraturan perundang-undangan dan pada waktu menerapkan
sanksi tersebut telah dipertimbangkan sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik,
misalnya asas kecermatan, asas kepastian hukum, asas keseimbangan, asas keterbukaan, asas
kemanfaatan, asas tidak menyalahgunakan kewenangan, asas kepentingan umum, asas
pelayanan yang baik, dan lain sebagainya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sesuai dengan Pasal 1 nomor 1 PERMEN No. 8 Tahun 2020 perizinan berusaha yaitu
pendaftaran yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan usaha
dan/atau kegiatan dan diberikan kedalam bentuk persetujuan yang dituangkan dalam bentuk
surat atau keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau komitmen. Dalam bidang
perdagangan, perizinan berusaha dibedakan menjadi dua jenis perizinan, yang terdiri atas izin
usaha dan izin komersial atau operasional. Kedua perizinan berusaha tersebut masing – masing
memiliki masa berlakunya. Untuk izin usaha, berlaku selama pelaku usaha menjalankan usaha
dan kegiatannya kecuali diatur lain undang - undang, sementara izin komersial atau operasional
berlaku sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan (Sesuai dengan peraturan yang mengatur
masing – masing). Kementerian perdagangan, dan pemerintahan daerah sebagai ruang lingkup
penyelenggaraan perizinan berusaha dibidang perdagangan, yang menerbitkan perizinan
berusaha untuk memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha, atau kegiatan, perlu
ditata kembali. Penataan kembali sistem pelayanan dilakukan terutama pada pelayanan
terpadu satu pintu (PTSP). Pelayanan PTSP pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
disempurnakan agar menjadi lebih efisien, melayani, dan modern.
Salah satunya yang paling signifikan adalah penyediaan sistem Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik (OSS). Melalui OSS tersebut, pelaku usaha melakukan
pendaftaran dan mengurus penerbitan Izin Usaha dan penerbitan Izin Komersial dan/atau
Operasional secara terintegrasi. Untuk merealisasikan layanan elektronik tersebut, pemerintah
dalam mengoperasikan pelayanan perizinan secara terpadu, menerbitkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik atau (PP 24/2018) atau dikenal juga dengan Online Single
Submission (OSS). Pasca berlakunya Sistem OSS, seluruh pelaku usaha dapat menggunakan OSS.
Baik itu usaha yang berbentuk badan usaha maupun perorangan, baik itu usaha mikro, kecil,
menengah maupun besar; usaha perorangan/badan usaha baik yang baru maupun yang sudah
berdiri sebelum operasionalisasi OSS; juga usaha dengan modal yang seluruhnya berasal dari
dalam negeri, maupun terdapat komposisi modal asing.

Lembaga OSS akan menerbitkan izin usaha dan izin komersial atau operasional berdasarkan
pemenuhan komitmen yang dilakukan pelaku usaha. Pelaksanaan pengawasan perizinan pada
sistem OSS dilakukan oleh Kementerian, Lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah. Selanjutnya
dalam hal penegakan pelanggaran perizinan berusaha dalam bidang perdagangan, sanksi
administratif adalah sanksi yang cukup efektif untuk diberlakukan di Indonesia. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Perdagangan diatur dalam Pasal 166 ayat (2) yang mana sanksi administratif dapat
berupa : Teguran tertulis, Penarikan barang dari distribusi, Penghentian sementara kegiatan
usaha, Penutupan gudang, Denda; dan/atau, Pencabutan perizinan berusaha.

3.2 Saran

Selama ini masyarakat pelaku usaha sering beranggapan bahwa mengurus perizinan adalah
suatu proses yang rumit dan sangat panjang. Namun, setelah pemerintah menerbitkan
peraturan pemerintah No. 28 Tahun 2018 tentang pelayanan perizinan berusaha terintegrasi
secara elektronik atau dikenal juga dengan online single submission (OSS), kemudahan dalam
mendaftarkan perizinan berusaha semakin meningkat. Dengan demikian, kepedulian serta
pandangan masyarakat akan pentingnya perizinan berusaha berubah. Melalui OSS, pelaku
usaha dapat melakukan pendaftaran dan mengurus penerbitan izin usaha dan komersial atau
operasional secara terintegrasi. Untuk mendaftar OSS, pelaku usaha harus membuat akun OSS
terlebih dahulu, kemudian pelaku usaha akan mendapatkan NIB yang berfungsi sebagai
identitas pelaku usaha. Selanjutnya, setelah pelaku usaha memenuhi komitmen, pelaku usaha
diwajibkan melakukan pembayaran perizinan berusaha; Dan Lembaga OSS, akan menerbitkan
perizinan berusaha tersebut.
Daftar Pustaka

Abbot, Carolyn. 2009. enforcing pollution control regulation: strengthening sanctions and
improving deterrence. oxford and portland, oregon: hart publishing

Algemene Bepalingen van Administratief Recht, Rapport van De Commissie Inzake


Algemene Bepalingen van Administratief Recht, Samsom H.D. Tjeenk Willink
B.V., Alphen aan den Rijn, 1984.

Anonim.2016. http://cjib.nl , diakses 13 Agustus 2016.

Anonim.2016. http://toezicht.dnb.nl , diakses 13 Agustus 2016.

Arrum, Desi Arianing. “Kepastian Hukum Dalam Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (Online Single Submission) di Indonesia”. Jurist-Diction, Vol. 2, No. 5,
(Online). (https://ejournal.unair.ac.id/JD/article/view/15222, diakses, 20
November 2021), 2019.

Assegaf, Muhammad Iqbal Fitra., Henny Juliani, Nabitatus Sa’adah. “Pelaksanaan Online
Single Submission (OSS) Dalam Rangka Percepatan Perizinan Berusaha di Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah”.
Diponegoro Law Journal, Vol. 8, No. 2, (Online),
(https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/, diakses, 21 November 2021),
2019.

Efendi, A’an dan Freddy Poernomo. 2017. Hukum adniministrasi. Sinar grafika. Jakarta
Timur

Hadjon, Philipus M. Online Single Submission. 2018.

HR, Ridwan. 2006. Hukum administrasi negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Izhandri, Shandi dan Dessy Agustina Harahap. “OSS dan Perkembangannya di Indonesia”,
(Online),https://scholar.google.com/citations?
user=LT3EyO4AAAAJ&hl=en&oi=sra, diakses, 19 November 2021).

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Pedoman Perizinan


Berusaha Melalui Sistem OSS Untuk Pelaku Usaha. Jakarta, 2018.

Nicolai, P., Et. Al., Bestuursrecht. Amsterdam, 1994.


Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2021
Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2020 tentang


Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik dibidang
Perdagangan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha


Terintegrasi secara Elektronik

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Bidang Perdagangan

Priatna, I Ketut Hadi. Pelaksanaan Sistem Online Single Submission Dan Pokok-Pokok
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018. Bandung, 2018.

Raharja, I. F. (2014). Penegakan hukum sanksi administrasi terhadap pelanggaran perizinan.


INOVATIF| Jurnal Ilmu Hukum, 7(2).

Rusli, Budiman. Kebijakan Publik: Membangun Pelayan Publik Yang Responsif. Bandung:
Hakim Publishing, 2013.

Setiadi, W. (2018). Sanksi Administratif sebagai salah satu instrumen penegakan hukum
dalam peraturan perundang-undangan. Jurnal Legislasi Indonesia, 6(4), 603-614.

Snl. “Apa yang dimaksud Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional?”, (Online),
(smartlegal.id/, diakses, 23 November 2021), 2018.

Anda mungkin juga menyukai