Perdagangan
Disusun untuk Memenuhi Tugas Makalah Hukum Perizinan
Disusun Oleh:
Kelompok 2
PENDAHULUAN
Dengan adanya izin, seseorang atau badan hukum dapat mempunyai serangkaian hak dan
kewajiban yang membuatnya dapat menikmati dan mengambil manfaat untuk keuntungan
usahanya. Namun demikian pemerintah dapat pula mengambil langkah pertimbangan
keterbatasan dan jasa kestabilan untuk memelihara persaingan usaha yang sehat dengan
membatasi pemberian izin usaha.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Setiap sektor usaha harus mendaftarkan perizinan berusaha yang diberikan pelaku
usaha baik yang bersifat perseorangan maupun non perseorangan untuk memulai kegiatan
usahanya kepada pihak pemberi izin, pemberi izin yang dimaksudkan yaitu lembaga yang
menerbitkan izin berusaha, bisa berupa Menteri, pimpinan lembaga, gubernur serta
bupati/walikota. Lembaga yang menerbitkan perizinan dalam pelaksanaannya menyusun dan
menetapkan standar perizinan berusaha disektornya masing-masing sesuai dengan Peraturan
Pemerintah (PP).
Definisi Perizinan Berusaha disebutkan dalam Pasal 1 nomor 1 PERMEN No. 8 Tahun
2020 yaitu pendaftaran yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
usaha dan/atau kegiatan dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang dituangkan dalam
bentuk surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau Komitmen. Komitmen yang
dimaksud yaitu pernyataan pelaku usaha untuk memenuhi persyaratan izin usaha dan/atau izin
komersial atau operasional.
Perizinan berusaha dalam bidang perdagangan dibedakan kedalam dua jenis perizinan
berusaha, jenis tersebut telah disebutkan dalam Pasal 4 PERMEN No. 8 Tahun 2020 yang terdiri
atas Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional, berikut definisi dari kedua jenis perizinan
diatas:
1. Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri,
pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku Usaha melakukan
Pendaftaran dan untuk memulai usaha dan/ atau kegiatan sampai sebelum pelaksanaan
komersial atau operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen.
2. Izin Komersial atau Operasional adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk
dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah
Pelaku Usaha mendapatkan Izin Usaha dan untuk melakukan kegiatan komersial atau
operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau komitmen.
Kedua perizinan berusaha diatas memiliki masa berlakunya masing-masing, untuk izin
usaha berlaku selama pelaku usaha menjalankan usaha dan/kegiatannya, kecuali diatur lain
dalam undang-undang. Sedangkan izin komersial atau operasional berlaku sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan (sesuai dengan peraturan yang mengatur masing-masing izin).
Pendaftaran
Yaitu pelaku usaha mendaftarkan usaha atau kegiatannya kepada Lembaga Online
Single Submission (selanjutnya disingkat OSS). Hal tersebut diharapkan dapat memberi efisien
waktu, tempat serta biaya kepada pelaku usaha yang ingin mendaftarkan perizinan berusaha.
Penerbitan Izin tersebut dilakukan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri,
pimpinan lembaga, gubernur atau bupati/walikota setelah pelaku usaha mendapatkan izin
usaha dan untuk melakukan kegiatan komersial atau operasional dengan memenuhi
persyaratan dan/atau komitmen.
Bentuk komitmen izin usaha diatur dalam Pasal 32 ayat (2) PP No.24 tahun 2018 yaitu:
1. Izin Lokasi, merupakan izin yang diberikan kepada pelaku usaha untuk
memperoleh tanah yang diperlukan untuk usaha dan/atau kegiatan, berlaku pula
sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah tersebut.
2. Izin Lokasi Perairan, merupakan izin lokasi dalam peraturan perundang-
undangan dibidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
3. Izin Lingkungan, merupakan izin dengan wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan.
4. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pemilik bangunan gedung untuk
membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi dan/atau merawat
bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan
teknis yang berlaku.
Bentuk komitmen izin usaha diatur dalam Pasal 39 PP No.24 tahun 2018 yaitu:
Pengawasan
Merupakan sesuatu yang wajib dilakukan oleh lembaga OSS atas pemenuhan komitmen;
pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi dan pendaftaran; usaha atau kegiatan. Dalam
pengawasan jika ditemukan ketidaksesuaian dapat mengambil tindakan berupa;
1. Peringatan
2. Penghentian sementara kegiatan berusaha
3. Pengenaan denda administrative
4. Pencabutan perizinan berusaha.
Pendaftaran OSS
Badan Usaha melakukan pendaftaran di sistem OSS dengan memasukan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) Penanggung Jawab Badan Usaha atau Direktur Utama dan beberapa
informasi lainnya pada Form Registrasi yang tersedia. Dalam hal proses pengurusan perizinan
dilakukan oleh pihak lain seperti Konsultan Hukum dan Notaris, maka data yang diisikan
kedalam Form Registrasi adalah data Penanggungjawab Badan Usaha/Perusahaan. Khusus
untuk Badan Usaha/Perusahaan disarankan menggunakan email perusahaan untuk aktivasi
akun. Sistem OSS akan mengirimkan 2 (dua) email ke Badan Usaha untuk registrasi dan
verifikasi akun OSS. Email verifikasi berisi user-ID dan password sementara yang bisa digunakan
untuk log-in system OSS.
Nomor Induk Berusaha (NIB) berfungsi sebagai identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan
oleh Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran. NIB sekaligus berlaku sebagai:
1) Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
2) Angka Pengenal Impor (API), jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan impor;
3) Akses Kepabeanan, jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan ekspor dan/atau impor.
Sebagaimana dikemukakan oleh I Ketut Hadi Priatna, konsep perizinan melalui OSS
yakni: menggunakan satu portal nasional; satu identitas perizinan berusaha (NIB) dan satu
format izin berusaha (Izin Usaha dan Izin Operasional/Komersial).
Penerbitan Izin
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 24 UU 30/2014 jo. Pasal 1 angka 8 PP 24/2018
bahwa izin usaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS merupakan mandat dari pemerintah
daerah padahal lazimnya mandat diberikan berdasarkan jabatan struktural dari atasan kepada
bawahan. Lembaga OSS akan menerbitkan izin usaha dan izin komersial atau operasional
berdasarkan pemenuhan komitmen yang dilakukan pelaku usaha. Pelaku usaha yang tidak
memerlukan prasarana untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan; atau pelaku usaha yang
memerlukan prasarana untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan. Catatan penting dalam
penerbitan perizinan berusaha bahwa meskipun izin usaha sudah diterbitkan para pelaku usaha
tidak berarti bisa langsung beroperasi. Pelaku usaha harus memperoleh izin operasional
dan/atau izin komersial terlebih dahulu sebagai syarat-syarat sebagaimana ketentuan Pasal 41
PP 24/2018. Tentunya hal ini membawa ketidakpastian hukum bagi pelaku usaha yang sudah
mendapatkan izin berusaha namun ternyata belum bisa melaksanakan kegiatan usaha.
Terdapat izin operasional dan/atau izin komersial yang berdasarkan komitmen yakni
standar, sertifikat, dan/atau lisensi, dan/atau pendaftaran barang dan jasa. Usaha restoran
misalnya, setelah mendapatkan izin usaha maka komitmen untuk izin operasionalnya salah
satunya adalah sertifikat laik hygiene.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Pasal 38 pelaku usaha yang telah mendapatkan Izin
Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS dapat melakukan kegiatan pengadaan tanah;
perubahan luas lahan; pembangunan bangunan gedung dan pengoperasiannya; pengadaan
peralatan atau sarana; pengadaan sumber daya manusia; penyelesaian sertifikasi atau kelaikan;
pelaksanaan uji coba produksi (commisioning); dan/atau pelaksanaan produksi.
Pembayaran Biaya
Pelaku usaha yang telah menyelesaikan komitmennya tahap selanjutnya sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Secara
Elektronik pasal 77 telah diatur pembayaran biaya Perizinan Berusaha yang merupakan
penerimaan negara bukan pajak; bea masuk dan/atau bea keluar; cukai; dan/atau pajak daerah
atau retribusi daerah.
Fasilitas
Kementerian/lembaga memiliki kewajiban memberikan fasilitas Perizinan Berusaha bagi
usaha mikro, kecil, dan menengah. Fasilitas berupa pelayanan informasi yang berkaitan dengan
Perizinan Berusaha dan bantuan untuk mengakses laman OSS dalam rangka mendapatkan
Perizinan Berusaha. Pemberian fasilitas pengurusan perizinan pada sistem Online Single
Submission (OSS) di Provinsi Jawa Tengah difasilitasi oleh DPMPTSP Jawa Tengah. Tiap harinya
di kantor DPMPTSP Jawa Tengah minimal ada 3 sampai 4 pelaku usaha atau perwakilan dari
perusahaan meminta bantuan berupa pendampingan saat pendaftaran OSS di DPMPTSP Jawa
Tengah. Pendampingan pendaftaran izin pada sistem Online Single Submission (OSS)
merupakan wujud pemberian fasilitas kepada pelaku usaha yang diberikan oleh DPMPTSP Jawa
Tengah.
Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan perizinan pada sistem OSS dilakukan oleh Kementerian,
Lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik pada pelaksanaan
pengawasan perizinan pada sistem OSS meliputi Pemenuhan komitmen; Pemenuhan standar,
sertifikasi, lisensi dan/atau pendaftaran; dan/atauUsaha dan/atau kegiatan.
Kementerian, Lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan
dapat bekerja sama dengan profesi sesuai dengan bidang pengawasan yang dilakukan oleh
Kementerian, Lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur
dan/atau bupati/wali kota wajib melakukan pengawasan terhadap aparatur sipil negara dalam
pelaksanaan perizinan berusaha.
Pada hasil pengawasan apabila ditemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan,
Kementerian, Lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah mengambil tindakan berupa peringatan,
penghentian sementara kegiatan berusaha, pengenaan denda administratif dan/atau
pencabutan perizinan berusaha.
Dalam penegakan keadilan bagi pelanggar terdapat kesulitan apabila tidak didasari
dengan sanksi yang bersifat larangan, perintah maupun kewajiban yang harus dipenuhi seperti
sanksi administratif, pencantuman sanksi harus sesuai dengan substansi yang diatur dalam
peraturan seperti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perdagangan. Peraturan dapat menjadi tidak efektif karena pemberian
sanksi kepada pelanggar tidak sesuai substansinya, hal ini sama saja tidak bermanfaat yang
bertolak belakangan dengan tujuan peraturan yang dibuat guna memberikan manfaat untuk
mengatur kehidupan.
Tujuan pemberian sanksi kepada pelanggar yaitu memberikan efek jera atau
memberikan hukuman yang setimpal dalam artian sesuai dengan perbuatannya bagi siapa pun
yang melanggar peraturan. Ketentuan sanksi dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu sanksi pidana, sanksi
perdata, dan sanksi administratif yang dapat diterapkan di Indonesia tetapi tidak ketiga sanksi
tersebut diberlakukan secara langsung, maka dari itu pemilihan dari ketiga sanksi tersebut
harus yang paling efektif dan sesuai dengan substansinya. Dalam hal penegakan pelanggaran
perizinan berusaha dalam bidang perdagangan, sanksi administratif yang cukup efektif untuk
diberlakukan di Indonesia.
Jenis sanksi administratif sangat beragam, sanksi yang dikenai terdiri dari sanksi yang
paling ringan hingga paling berat yang mempunyai peluang lebih efektif dalam penjatuhan
sanksi kepada para pelanggar. Sanksi administratif dapat bersifat preventif, setidaknya ada 6
(enam) sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada para pelanggar sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Perdagangan.
Sanksi bagi para pelaku usaha dalam lingkup perizinan berusaha dalam bidang
perdagangan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan diatur dalam Pasal 166 ayat (2) yang mana
sanksi administratif dapat berupa :
a. Teguran tertulis;
b. Penarikan barang dari distribusi;
c. Penghentian sementara kegiatan usaha;
d. Penutupan gudang;
e. Denda; dan/atau
f. Pencabutan perizinan berusaha.
Sanksi administratif berupa teguran tertulis melingkupi antara lain perintah yang jelas,
seperti pemberitahuan perilaku yang harus dilakukan agar pejabat administrasi negara tidak
sampai mengambil tindakan nyata (paksa), teguran harus memberikan kepastian hukum seperti
memberikan informasi tentang konsekuensi yang didapat, teguran harus mengandung
ketentuan peraturan perundang-undangan, dalam teguran tertulis pejabat administrasi negara
harus mengetahui pasti ketentuan yang dilanggar, memberikan jangka waktu yang diperlukan
guna melaksanakan perintah tersebut, dan jumlah pembebanan biaya yang dibebankan oleh
pelanggar maka harus dicantumkan secara eksplisit (dalam artian pejabat administrasi negara
belum memutuskan tindakan nyata dan harus mempertimbangkan dengan benar.
Sanksi administratif berupa teguran tertulis diatur dalam Pasal 168, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang
Perdagangan yang menjelaskan bahwa:
(1) Sanksi administratif berupa teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 166
ayat (2) huruf a dikenakan paling banyak 2 (dua) kali masing-masing untuk jangka waktu
paling lama 14 (empat belas) hari kerja.
(2) Sanksi teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri
melalui direktur jenderal yang membidangi perlindungan konsumen dan tertib niaga.
Sanksi penarikan barang dari distribusi merupakan aturan yang digunakan pemerintah
untuk mengatur pelaku usaha yang melanggar izin dan sanksi penarikan barang dari distribusi
merupakan aturan yang tegas dan efektif dalam penegakan hukum terhadap pelanggar izin,
karena sanksi ini dapat membekukan pemasukan perusahaan yang melanggar izin. Sanksi
administratif berupa penarikan barang dari distribusi dan penghentian sementara kegiatan
usaha diatur dalam Pasal 169, yang berisi:
Oleh karena itu sanksi penghentian sementara harus benar-benar menjadi sanksi
pamungkas dan dijatuhkan hanya setelah pelanggaran sungguh-sungguh tidak dapat diperbaiki
lagi. Hal ini mengingat dampak besar yang akan ditimbulkan dari penghentian sementara
tersebut.
d. Penutupan Gudang
Sanksi administratif berupa penutupan gudang sama seperti sanksi penarikan barang
dari distribusi dan penghentian sementara kegiatan usaha dalam artian sama memberikan
dampak yang serius bagi pelanggar izin usaha, maka penggunaan sanksi ini harus dengan
pertimbangan guna memberikan keputusan yang tepat. Penutupan Gudang diatur pada Pasal
170 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Bidang Perdagangan yang menjelaskan bahwa:
(1) Sanksi administratif berupa penutupan Gudang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 166
ayat (2) huruf d dikenakan kepada Pelaku Usaha yang merupakan pemilik, pengelola,
atau penyewa Gudang yang melanggar ketentuan kewajiban penyelenggaraan
pencatatan administrasi Gudang.
(2) Pengenaan sanksi penutupan Gudang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan
sejak berakhirnya jangka waktu peringatan tertulis kedua sampai pemilik, pengelola,
atau penyewa Gudang melakukan perbaikan terhadap pelanggaran yang dilakukan.
e. Denda
Sanksi administratif yang paling umum dijumpai yaitu denda administratif. Pemberian
sanksi denda harus dengan dasar hukum yang tegas dalam peraturan perundang-undangan
karena apabila tidak dengan tegas dapat membuat kerancuan atau ambigu dalam pemberian
sanksi.
Denda adminitrasi adalah denda yang dijatuhkan oleh badan atau pejabat pemerintahan
yang berwenang tanpa intervensi dari penuntut umum atau hakim. Pengertian lainnya, denda
adminitrasi adalah sanksi adminitrasi yang sifatnya menghukum, yaitu dimaksudkan untuk
menghukum pelanggar.
Pengenaan denda administratif tanpa perantaraan hakim ini tidak berarti pemerintah
dapat menerapkannya secara arbitrer (sewenang-wenang). Pemerintah harus tetap
memerhatikan asas-asas hukum admintrasi, baik tertulis maupun tidak tertulis. Pemberian
wewenang langsung (artributie) mengenai sanksi punitive ini dapat ditemukan dalam peraturan
perundang-undangan.
Pada umumnya dalam berbagai peraturan perundang-undangan, hukuman yang berupa
denda ini telah ditentukan mengenai jumlah yang dapat dikenakan kepada pihak yang
melanggar ketentuan. Berkenaan dengan denda administrasi ini, didalam Algemene Bepalingen
van Administratief Recht, disimpulkan bahwa, “Administratieve boetes kunnen slechts worden
opgelegd uit kracht van een bevoegdheid die is voorzien bij een wet in formele zin”, yang berarti
denda administrasi hanya dapat diterapkan atas dasar kekuatan wewenang yang diatur dalam
undang-undang dalam arti formal.
Sanksi administratif dijelaskan pada Pasal 171 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan :
(1) Sanksi administratif berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 166 ayat (2)
huruf e dikenakan setelah jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak penetapan pengenaan
sanksi penarikan Barang dari Distribusi, penghentian sementara kegiatan usaha atau
penutupan Gudang, Pelaku Usaha tidak melakukan perbaikan terhadap pelanggaran
yang dilakukan
(2) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah) untuk tiap hari keterlambatan Pelaku Usaha melaksanakan perbaikan untuk
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pengenaan sanksi denda Pertama.
(3) Dimulainya pengenaan sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung sejak
hari pertama setelah habisnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Tata cara penyetoran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penerimaan negara
bukan Pajak.
Dengan dicabutnya sebagian atau seluruh hak kegiatan oprasional pabrik berdasarkan
izin yang ada, hal itu akan sangat berkaitan dengan pukulan ekonomi yang keras dibandingkan
dengan penuntutan pidana, dan itu seperti mendirikan puncak piramida penegakan hukum.
Oleh karena itu, sanksi administratif pencabutan izin berusaha harus benar-benar menjadi
sanksi pamungkas dan dijatuhkan hanya setelah pelanggaran yang dilakukan sungguh-sungguh
tidak dapat diperbaiki lagi. Hal ini mengingat dampak besar yang akan ditimbulkan dari
pencabutan izin tersebut.
Pencabutan Perizinan Berusaha diatur pada Pasal 172 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan yang
menjelaskan bahwa:
Dari sisi penerapannya, sanksi pidana kurang efektif daripada sanksi administratif,
karena sanksi administratif dapat dilakukan langsung oleh pejabat administrasi tanpa harus
menunggu putusan pengadilan terlebih dahulu, dengan persyaratan yang ditentukan tidak
dilanggar. Sedangkan sanksi pidana harus menunggu adanya putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Hal yang penting terkait dengan sanksi administratif ini ialah bahwa setiap pengenaan
sanksi administratif harus ada dasar hukumnya dan harus disertai dengan kemungkinan bagi
yang terkena sanksi guna mengajukan upaya hukum. Bagi pejabat administrasi negara yang
akan mengenakan sanksi administratif harus memastikan bahwa benar telah terjadi
pelanggaran atas ketentuan peraturan perundang-undangan dan pada waktu menerapkan
sanksi tersebut telah dipertimbangkan sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik,
misalnya asas kecermatan, asas kepastian hukum, asas keseimbangan, asas keterbukaan, asas
kemanfaatan, asas tidak menyalahgunakan kewenangan, asas kepentingan umum, asas
pelayanan yang baik, dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sesuai dengan Pasal 1 nomor 1 PERMEN No. 8 Tahun 2020 perizinan berusaha yaitu
pendaftaran yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan usaha
dan/atau kegiatan dan diberikan kedalam bentuk persetujuan yang dituangkan dalam bentuk
surat atau keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau komitmen. Dalam bidang
perdagangan, perizinan berusaha dibedakan menjadi dua jenis perizinan, yang terdiri atas izin
usaha dan izin komersial atau operasional. Kedua perizinan berusaha tersebut masing – masing
memiliki masa berlakunya. Untuk izin usaha, berlaku selama pelaku usaha menjalankan usaha
dan kegiatannya kecuali diatur lain undang - undang, sementara izin komersial atau operasional
berlaku sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan (Sesuai dengan peraturan yang mengatur
masing – masing). Kementerian perdagangan, dan pemerintahan daerah sebagai ruang lingkup
penyelenggaraan perizinan berusaha dibidang perdagangan, yang menerbitkan perizinan
berusaha untuk memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha, atau kegiatan, perlu
ditata kembali. Penataan kembali sistem pelayanan dilakukan terutama pada pelayanan
terpadu satu pintu (PTSP). Pelayanan PTSP pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
disempurnakan agar menjadi lebih efisien, melayani, dan modern.
Salah satunya yang paling signifikan adalah penyediaan sistem Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik (OSS). Melalui OSS tersebut, pelaku usaha melakukan
pendaftaran dan mengurus penerbitan Izin Usaha dan penerbitan Izin Komersial dan/atau
Operasional secara terintegrasi. Untuk merealisasikan layanan elektronik tersebut, pemerintah
dalam mengoperasikan pelayanan perizinan secara terpadu, menerbitkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik atau (PP 24/2018) atau dikenal juga dengan Online Single
Submission (OSS). Pasca berlakunya Sistem OSS, seluruh pelaku usaha dapat menggunakan OSS.
Baik itu usaha yang berbentuk badan usaha maupun perorangan, baik itu usaha mikro, kecil,
menengah maupun besar; usaha perorangan/badan usaha baik yang baru maupun yang sudah
berdiri sebelum operasionalisasi OSS; juga usaha dengan modal yang seluruhnya berasal dari
dalam negeri, maupun terdapat komposisi modal asing.
Lembaga OSS akan menerbitkan izin usaha dan izin komersial atau operasional berdasarkan
pemenuhan komitmen yang dilakukan pelaku usaha. Pelaksanaan pengawasan perizinan pada
sistem OSS dilakukan oleh Kementerian, Lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah. Selanjutnya
dalam hal penegakan pelanggaran perizinan berusaha dalam bidang perdagangan, sanksi
administratif adalah sanksi yang cukup efektif untuk diberlakukan di Indonesia. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Perdagangan diatur dalam Pasal 166 ayat (2) yang mana sanksi administratif dapat
berupa : Teguran tertulis, Penarikan barang dari distribusi, Penghentian sementara kegiatan
usaha, Penutupan gudang, Denda; dan/atau, Pencabutan perizinan berusaha.
3.2 Saran
Selama ini masyarakat pelaku usaha sering beranggapan bahwa mengurus perizinan adalah
suatu proses yang rumit dan sangat panjang. Namun, setelah pemerintah menerbitkan
peraturan pemerintah No. 28 Tahun 2018 tentang pelayanan perizinan berusaha terintegrasi
secara elektronik atau dikenal juga dengan online single submission (OSS), kemudahan dalam
mendaftarkan perizinan berusaha semakin meningkat. Dengan demikian, kepedulian serta
pandangan masyarakat akan pentingnya perizinan berusaha berubah. Melalui OSS, pelaku
usaha dapat melakukan pendaftaran dan mengurus penerbitan izin usaha dan komersial atau
operasional secara terintegrasi. Untuk mendaftar OSS, pelaku usaha harus membuat akun OSS
terlebih dahulu, kemudian pelaku usaha akan mendapatkan NIB yang berfungsi sebagai
identitas pelaku usaha. Selanjutnya, setelah pelaku usaha memenuhi komitmen, pelaku usaha
diwajibkan melakukan pembayaran perizinan berusaha; Dan Lembaga OSS, akan menerbitkan
perizinan berusaha tersebut.
Daftar Pustaka
Abbot, Carolyn. 2009. enforcing pollution control regulation: strengthening sanctions and
improving deterrence. oxford and portland, oregon: hart publishing
Arrum, Desi Arianing. “Kepastian Hukum Dalam Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (Online Single Submission) di Indonesia”. Jurist-Diction, Vol. 2, No. 5,
(Online). (https://ejournal.unair.ac.id/JD/article/view/15222, diakses, 20
November 2021), 2019.
Assegaf, Muhammad Iqbal Fitra., Henny Juliani, Nabitatus Sa’adah. “Pelaksanaan Online
Single Submission (OSS) Dalam Rangka Percepatan Perizinan Berusaha di Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah”.
Diponegoro Law Journal, Vol. 8, No. 2, (Online),
(https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/, diakses, 21 November 2021),
2019.
Efendi, A’an dan Freddy Poernomo. 2017. Hukum adniministrasi. Sinar grafika. Jakarta
Timur
HR, Ridwan. 2006. Hukum administrasi negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Izhandri, Shandi dan Dessy Agustina Harahap. “OSS dan Perkembangannya di Indonesia”,
(Online),https://scholar.google.com/citations?
user=LT3EyO4AAAAJ&hl=en&oi=sra, diakses, 19 November 2021).
Priatna, I Ketut Hadi. Pelaksanaan Sistem Online Single Submission Dan Pokok-Pokok
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018. Bandung, 2018.
Rusli, Budiman. Kebijakan Publik: Membangun Pelayan Publik Yang Responsif. Bandung:
Hakim Publishing, 2013.
Setiadi, W. (2018). Sanksi Administratif sebagai salah satu instrumen penegakan hukum
dalam peraturan perundang-undangan. Jurnal Legislasi Indonesia, 6(4), 603-614.
Snl. “Apa yang dimaksud Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional?”, (Online),
(smartlegal.id/, diakses, 23 November 2021), 2018.