Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sustainability Report

Menurut Heemskerk, Pistorio dan Scicluna (2002:7) sustainability report

didefinisikan sebagai berikut:

“as public reports by companies to provide internal and external


stakeholders with a picture of corporate position and activities on
economic, environmental and social deminsions. In short, such reports
attempt to describe the company’s contribution towards sustainable
development.”

Berdasarkan pengertian sustainability report diatas dapat diterjemahkan

bahwa sustainability report adalah laporan publik yang disusun oleh perusahaan

untuk menyediakan pemangku kepentingan internal dan eksternal mengenai

gambaran posisi dan aktivitas perusahaan pada dimensi ekonomi, lingkungan dan

sosial. Ringkasnya, upaya pelaporan untuk mendeskripsikan kontribusi

perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan. Sedangkan Elkington (1997)

mendefinisikan sustainability report sebagai berikut:

“Sustainability report berarti laporan yang memuat tidak saja


informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi non keuangan yang
terdiri dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan
per-usahaan bisa bertumbuh secara berkesinambung-an (sustainable
performance).”

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, sustainability report

adalah bentuk laporan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengungkapkan dan

mengkomunikasikan kepada seluruh pemangku kepentingan baik internal maupun

eksternal mengenai kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial perusahaan sebagai

16
17

upaya untuk mendeskripsikan kontribusi perusahaan terhadap pembangunan

berkelanjutan yang memungkinkan perusahaan dapat bertumbuh secara

berkesinambungan.

Seiring dengan pengembangan keberlanjutan usaha/bisnis suatu industri,

laporan keberlanjutan (sustainability reporting) merupakan hal utama yang harus

dilaporkan secara rutin setiap setahun sekali, dengan mencakup tiga aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Laporan berkelanjutan merupakan bentuk

tanggung jawab yang harus dilaporkan secara berkala kepada publik, sehingga

masyarakat dapat turut serta dalam menilai kinerja sebuah industri (Muliaman dan

Istiana, 2015:257).

Laporan berkelanjutan (sustainability reporting) merupakan salah satu

bentuk pertanggungjawaban stakeholder terhadap kinerja organisasi. Laporan

tersebut menggambarkan informasi terkait kondisi ekonomi, lingkungan hidup

dan dampak sosial masyarakat suatu industri atau perusahaan dan bukan

merupakan laporan corporate social responsibility saja. Sebuah laporan

berkelanjutan harus memberikan representasi yang seimbang dan

berkesinambungan termasuk kontribusinya, ditinjau dari sisi postif maupun

negatif (Muliaman dan Istiana, 2015:258).

Menurut Heemskerk, Pistorio, dan Scicluna (2002:15) sustainability report

memiliki banyak manfaat bagi perusahaan yang membuat dan melaporkannya ke

publik, yaitu sebagai berikut:

1. Transparansi kepada Stakeholders (Transparency to Stakeholders)


18

Saluran informasi sustainability report yang berkaitan dengan pemangku

kepentingan (pemegang saham, anggota masyarakat lokal, pemerintah,

pejabat, LSM, dll) dapat meningkatkan visibilitas perusahaan dengan

demikian membantu untuk menunjukkan transparansi.

2. Meningkatkan Reputasi (Enhaching Reputation)

Sustainability report dapat membantu untuk membangun reputasi yang

lebih jangka panjang, selain itu akan memberikan kontribusi untuk

meningkatkan brand value, saham, dan loyalitas pelanggan. Hal ini

menunjukkan bagaimana kinerja menyokong retorika.

3. Perbaikan yang Terus-Menerus (Continuous Improvement)

Sustainability report mendukung perbaikan terus menerus. Pelaporan

meminta manajemen senior untuk mengambil tindakan demi kemajuan

lebih lanjut, yang akan dilaporkan pada tahun berikutnya.

4. Mendorong Inovasi (Encouraging Innovation)

Sustainability report dapat merangsang pemikiran dan kinerja terdepan,

sehingga membantu perusahaan tetap kompetitif.

5. Kesadaran Akan Risiko (Risk Awareness)

Sustainability report dapat mencerminkan bagaimana risiko manajer

perusahaan.

6. Memperbaiki Sistem Manajemen (Improving Management System)

Sustainability report dapat mendorong dan memfasilitasi penerapan sistem

manajemen yang lebih ketat dan kuat untuk menangani dampak


19

lingkungan, ekonomi dan sosial yang lebih baik. Singkatnya, dapat

menuntun pengumpulan yang lebih baik dari data yang benar.

7. Meningkatkan Kesadaran, Memotivasi dan Menyelaraskan Karyawan,

aerta Menarik Bakat (Raising Awareness, Motivating and Aligning Staff,

and Attarcting Talent)

Sustainability report dapat membantu perusahaan dalam

mendemonstrasikan bagaimana hidup sampai pada nilai-nilai bisnis dan

prinsip-prinsip yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan dan sosial, baik

secara internal dan di pasar tenaga kerja eksternal.

8. Menarik Modal Jangka Panjang dan Kondisi Pembiayaan yang

Menguntungkan (Attracting Long-Term Capital and Favorable Financing

Conditions)

Sustainability report membantu untuk menarik pemegang saham dengan

horizon jangka panjang dan dapat membantu untuk memperbaiki premi

risiko yang lebih rendah dari pemodal atau asuransi

9. Menciptakan Nilai Keuangan (Creating Financial Value)

Sustainability report secara tidak langsung cenderung mencerminkan

kemampuan dan kesiapan perusahaan untuk meningkatkan nilai pemegang

saham jangka panjang pada aset tidak berwujud mereka.

10. Mempertahankan Lisensi Untuk Operasi (Maintaining License to Operate)

Sustainability report dapat memberikan dasar yang kuat untuk dialog dan

diskusi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders), sehingga


20

membantu untuk mempertahankan atau memperkuat lisensi perusahaan

untuk beroperasi.

Prinsip Pelaporan berperan penting untuk mencapai transparansi pelaporan

keberlanjutan dan oleh karenanya harus diterapkan oleh semua organisasi ketika

menyusun laporan keberlanjutan. Panduan Penerapan menjelaskan proses wajib

yang harus diikuti oleh sebuah organisasi dalam pengambilan keputusan agar

sesuai dengan Prinsip-prinsip Pelaporan. Prinsip-prinsip tersebut dibagi menjadi

dua kelompok yaitu (GRI G4, 2013: 16-18) :

1. Prinsip-prinsip untuk Menentukan Konten Laporan

Prinsip-prinsip untuk Menentukan Konten Laporan menjelaskan

proses yang harus diterapkan untuk mengidentifikasi apa konten laporan

yang harus dibahas dengan mempertimbangkan aktivitas, dampak, dan

harapan serta kepentingan yang substantif dari para pemangku

kepentingannya. Prinsip-prinsip ini dirancang untuk digunakan secara

bersamaan guna menentukan konten laporan.

a. Pelibatan Pemangku Kepentingan

Organisasi harus mengidentifikasi para pemangku kepentingannya,

dan menjelaskan bagaimana organisasi telah menanggapi harapan dan

kepentingan wajar dari mereka.

b. Konteks Keberlanjutan

Laporan harus menyajikan kinerja organisasi dalam konteks

keberlanjutan yang lebih luas.

c. Materialitas
21

Laporan harus mencakup aspek yang mencerminkan dampak

ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan dari organisasi; atau

secara substansial memengaruhi asesmen dan keputusan pemangku

kepentingan

d. Kelengkapan

Laporan harus berisi cakupan aspek material dan boundary, cukup

untuk mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang

signifikan, serta untuk memungkinkan pemangku kepentingan dapat

menilai kinerja organisasi dalam periode pelaporan.

2. Prinsip-prinsip untuk Menentukan Kualitas Laporan

Prinsip-prinsip untuk Menentukan Kualitas Laporan memberikan

arahan berupa pilihan-pilihan untuk memastikan kualitas informasi dalam

laporan keberlanjutan, termasuk penyajian yang tepat. Kualitas informasi

adalah hal yang penting untuk memungkinkan para pemangku kepentingan

dapat membuat asesmen kinerja yang masuk akal serta mengambil

tindakan yang tepat.

Kumpulan Prinsip ini memandu pilihan-pilihan untuk memastikan

kualitas informasi dalam laporan keberlanjutan, termasuk penyajian yang

tepat. Keputusan yang berkaitan dengan proses persiapan informasi dalam

laporan harus konsisten dengan Prinsip-prinsip ini. Semua Prinsip-prinsip

tersebut merupakan hal yang mendasar untuk mencapai transparansi.

Kualitas informasi adalah hal yang penting untuk memungkinkan para


22

pemangku kepentingan dapat membuat asesmen kinerja yang logis dan

masuk akal, serta mengambil tindakan yang tepat.

a. Keseimbangan

Laporan harus mencerminkan aspek-aspek positif dan negatif dari

kinerja organisasi untuk memungkinkan dilakukannya asesmen yang

beralasan atas kinerja organisasi secara keseluruhan.

b. Komparabilitas

Organisasi harus memilih, mengumpulkan, dan melaporkan informasi

secara konsisten. Informasi yang dilaporkan harus disajikan dengan

cara yang memungkinkan para pemangku kepentingan menganalisis

perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu, dan yang dapat

mendukung analisis relatif terhadap organisasi lain.

c. Akurasi

Informasi yang dilaporkan harus cukup akurat dan terperinci bagi para

pemangku kepentingan untuk dapat menilai kinerja organisasi.

d. Ketepatan Waktu

Organisasi harus membuat laporan dengan jadwal yang teratur

sehingga informasi tersedia tepat waktu bagi para pemangku

kepentingan untuk membuat keputusan yang tepat.

e. Kejelasan

Organisasi harus membuat informasi tersedia dengan cara yang dapat

dimengerti dan dapat diakses oleh pemangku kepentingan yang

menggunakan laporan.
23

f. Keandalan

Organisasi harus mengumpulkan, mencatat, menyusun, menganalisis,

dan mengungkapkan informasi serta proses yang digunakan untuk

menyiapkan laporan agar dapat diuji, dan hal itu akan menentukan

kualitas serta materialitas informasi.

Berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI) pengungkapan

sustainability report terdiri dari dua standar yaitu:

1. Pengungkapan Standar Umum

Pengungkapan Standar Umum berlaku untuk semua organisasi

yang menyiapkan laporan keberlanjutan. Bergantung pada pilihan

organisasi pada opsi yang ‘sesuai’, organisasi harus mengidentifikasi

Pengungkapan Standar Umum yang wajib untuk dilaporkan.

Pengungkapan Standar Umum dibagi menjadi tujuh bagian yaitu sebagai

berikut (GRI G4, 2013:24):

a. Strategi dan Analisis

Pengungkapan standar berikut ini memberikan gambaran strategis

umum tentang keberlanjutan organisasi, untuk memberikan konteks

pada bagian laporan selanjutnya yang lebih detail dibandingkan

bagian-bagian dalam pedoman. Strategi dan analisis dapat diambil

dari informasi yang ada pada bagian lain dalam laporan, namun

sebenarnya dimaksudkan untuk memberikan wawasan tentang topik

strategis bukan sekadar ringkasan konten laporan.

b. Profil Organisasi
24

Pengungkapan Standar ini merupakan gambaran keseluruhan

mengenai karakteristik organisasi, untuk memberikan konteks bagi

rincian-rincian dalam laporan dibandingkan dengan bagian-bagian

yang ada dalam Pedoman.

c. Aspek Material dan Boundary Teridentifikasi

Pengungkapan standar ini memberikan gambaran keseluruhan tentang

proses yang telah diikuti oleh organisasi untuk menentukan konten

laporan, aspek material dan boundary teridentifikasi, serta pernyataan

ulang.

d. Hubungan dengan Pemangku Kepentingan

Pengungkapan standar tersebut merupakan gambaran keseluruhan

tentang hubungan dengan pemangku kepentingan organisasi selama

periode pelaporan. Pengungkapan standar ini tidak hanya terbatas

pada keterlibatan yang dilakukan untuk tujuan penyusunan laporan.

e. Profil Laporan

Pengungkapan standar ini menyajikan gambaran keseluruhan tentang

informasi dasar mengenai laporan, indeks konten GRI, dan

pendekatan untuk memperoleh assurance eksternal.

f. Tata Kelola

Pengungkapan standar ini memberikan gambaran keseluruhan tentang:

1) Struktur tata kelola dan komposisinya

2) Peran badan tata kelola tertinggi dalam menetapkan tujuan, nilai,

dan strategi organisasi


25

3) Kompetensi dan evaluasi kinerja badan tata kelola tertinggi

4) Peran badan tata kelola tertinggi dalam manajemen risiko

5) Peran badan tata kelola tertinggi dalam pelaporan keberlanjutan

6) Peran badan tata kelola tertinggi dalam mengevaluasi kinerja

ekonomi, lingkungan, dan sosial

7) Remunerasi dan insentif

g. Etika dan Integritas

Pengungkapan standar ini merupakan gambaran keseluruhan tentang:

1) Nilai, prinsip, standar, dan norma di organisasi

2) Mekanisme internal dan eksternal untuk memperoleh masukan

mengenai perilaku etis dan taat hukum

3) Mekanisme internal dan eksternal untuk melaporkan

permasalahan tentang perilaku yang tidak etis atau melanggar

hukum dan masalah integrita

2. Pengungkapan Standar Khusus

Laporan keberlanjutan organisasi menyajikan informasi terkait

dengan aspek material, yaitu aspek yang dampaknya diidentifikasi sebagai

penting bagi organisasi. aspek material adalah aspek yang mencerminkan

dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial organisasi yang signifikan; atau

yang secara nyata memengaruhi asesmen dan pengambilan keputusan para

pemangku kepentingan.

Prinsip-prinsip pelaporan untuk menentukan konten laporan telah

dirancang untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi aspek


26

material dan boundary dan untuk menunjukkan di mana pengaruhnya

dapat diidentifikasi sebagai penting. Informasi yang dilaporkan untuk

setiap aspek material teridentifikasi dapat diungkapkan sebagai

Pengungkapan Pendekatan Manajemen dan sebagai Indikator. Dimensi

keberlanjutan ekonomi terkait dengan dampak organisasi terhadap keadaan

ekonomi dari para pemangku kepentingannya, dan terhadap sistem

ekonomi di tingkat lokal, nasional, dan global. Hal ini tidak berfokus pada

kondisi keuangan organisasi. Pedoman ini mengatur Pengungkapan

Standar Khusus ke dalam tiga kategori yaitu (GRI G4, 2013:43):

a. Ekonomi: Kinerja ekonomi, keberadaan di pasar, dampak ekonomi

tidak langsung, dan praktik pengadaan.

b. Lingkungan: Bahan, energi, air, keanekaragaman hayati, emisi, Efluen

dan limbah, produk dan jasa, kepatuhan, transportasi, lain-lain,

asesmen pemasok atas lingkungan, serta mekanisme pengaduan

masalah lingkungan.

c. Sosial dibagi menjadi empat sub-kategori, yaitu:

1) Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja:

Kepegawaian, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan

kerja, pelatihan dan pendidikan, keberagamaan dan kesetaraan

peluang, kesetaraan remunerasi perempuan dan laki-laki, asesmen

pemasok atas praktik ketenagakerjaan, serta mekanisme

pengaduan masalah ketenagakerjaan.


27

2) Hak Asasi Manusia: Investasi, non-diskriminasi, kebebasan

berserikat dan perjanjian kerja bersama, pekerja anak, pekerja

paksa atau wajib kerja, praktik pengamanan, hak adat, asesmen,

asesmen pemasok atas hak asasi manusia, serta mekanisme

pengaduan masalah hak asasi manusia.

3) Masyarakat: Masyarakat lokal, anti-korupsi, kebijakan publik,

anti persaingan, kepatuhan, asesmen pemasok atas dampak pada

masyarakat, dan mekanisme pengaduan dampak terhadap

masyarakat.

4) Tanggung Jawab atas Produk: Kesehatan dan keselamatan

pelanggan, pelabelan produk dan jasa, komunikasi pemasaran,

privasi pelanggan, dan kepatuhan.

Berdasarkan uraian diatas, pengungkapan sustainability report dapat

diukur dengan menggunakan Sustainability Report Disclosure Index (SDRI)

(Yohanes dan Josua, 2013). Sustainability Report Disclosure Index menilai

tanggungjawab sosial yang sesuai dengan kriteria Global Reporting Initiative

(GRI) G4 Guidelines yang meliputi tiga dimensi yaitu ekonomi yang dinilai dari 4

aspek yang menghasilkan 9 item, lingkungan yang dinilai dari 12 aspek yang

menghasilkan 34 item dan terakhir dimensi sosial yang dibagi menjadi empat sub

kategori yaitu, praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja yang dinilai dari

8 aspek yang menghasilkan 16 item, hak asasi manusia dinilai dari 10 aspek yang

menghasilkan 12 item, masyarakat dinilai dari 7 aspek yang menghasilkan 11 item

dan tanggungjawab atas produk dinilai dari 4 aspek yang menghasilkan 9 item.
28

Secara keseluruhan terdapat 91 item asesmen sustainability report berdasarkan

GRI G4 Guidelines.

Perhitungan SRDI dilakukan dengan memberikan skor 1 jika suatu item

diungkapkan, dan 0 jika tidak diungkapkan. Setelah dilakukan pemberian skor

pada seluruh item, skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk memperoleh total

skor untuk setiap perusahaan. Formula untuk perhitungan SRDI adalah sebegai

berikut:
𝑛
SRDI = 𝑘

Dimana:

SRDI : Sustainability Report Disclosure Index perusahaan

n : jumlah item yang diungkapkan perusahaan

k : jumlah item yang diharapkan

2.2 Kinerja Keuangan

Menurut Irham (2012:2), pengertian kinerja keuangan adalah sebagai

berikut:

“Suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana


perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar”.

Kinerja keuangan menurut Munawir (2010:30) didefinisikan sebagai berikut:

“Kinerja keuangan merupakan satu diantara dasar penilaian


mengenai kondisi perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap
rasio keuangan perusahaan.”

Sedangkan menurut Blocher, Stout dan Cokins (2011:18) kinerja keuangan

adalah:
29

“Mengukur profitabilitas dan nilai pasar , diantaranya, sebagai


indikator seberapa baik perusahaan memuaskan pemilik dan pemegang
saham.”

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, kinerja keuangan adalah

suatu penilaian mengenai kondisi perusahaan untuk mengetahui seberapa baik

perusahaan dapat memuaskan pemangku kepentingan terutama pemilik dan

pemegang saham yang dilakukan berdasarkan analisis rasio keuangan.

Penilaian kinerja setiap perusahaan adalah berbeda-beda karena itu

tergantung pada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Jika perusahaan

tersebut bergerak pada bisnis sektor pertambanganmaka itu berbeda dengan

perusahaan yang bergerak pada bisnis pertanian serta perikanan. Maka disini ada

5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan sutau perusahaan secara

umum, yaitu (Irham, 2012:3-4):

1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan.

Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah

dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku

umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan

keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

2. Melakukan perhitungan.

Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi

dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan

tersebut memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisi yang

diinginkan.

3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.


30

Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan

perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya.

Metode yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan

ini ada dua yaitu:

a. Time saries analysis, yaitu membandingkan secara antarwaktu atau

antar periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik.

b. Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap

hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan

dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang

dilakukan secara bersamaan.

Dari hasil penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan dibuat

satu kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada

dalam kondisi sangat baik, baik, sedang, normal, tidak baik dan sangat

tidak baik.

4. Melakukan Penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan

yang ditemukakan.

Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah

dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk

melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh

perbankan tersebut.

5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai

permasalahan yang ditemukan.


31

Pada tahap terakhir ini setelah ditemuka permasalahan yang dihadapi maka

dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang

menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan.

Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne merupakan indeks

yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu

angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi

kondisi keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. Dari rasio ini akan terlihat

kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. (Kasmir, 2013:104)

Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen

dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah diterapkan.

Kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memeperdayakan

sumber daya perusahaan secara efektif. Menurut J. Fred Weston, bentuk-bentuk

rasio keuangan adalah sebagai berikut (Kasmir, 2013:106-107):

1. Rasio Likuiditas

2. Rasio Solvabilitas

3. Rasio Aktivity

4. Rasio Profitabilitas

5. Rasio Pertumbuhan

6. Rasio Penilaian

Peneliti membatasi penilaian kinerja keuangan dalam penelitian ini hanya

dengan menggunakan rasio profitabilitas saja. Rasio Profitabilitas merupakan

rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini

juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu peruasahaan. Hal


32

ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Intinya adalah pengguna rasio ini menunjukan efesiensi peruasahaan (Kasmir,

2013: 196).

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi

pihak luar perusahaan, yaitu (Kasmir, 2013:197-198):

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam

suatu periode tertentu;

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang;

3. Untuk menilai perkembangan lab dari waktu ke waktu;

4. Untuk menilai besrnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;

5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri;

6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal sendiri.

Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan

adalah (Kasmir, 2013:199):

1. Profit margin (profit margin on sales)

2. Return on investment (ROI)

3. Return on equity (ROE)

4. Laba per lembar saham

Peneliti membatasi jenis rasio profitabilitas yang digunakan untuk menilai

kinerja keuangan pada penelitian ini. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam
33

penelitian ini yaitu Return on Asset. Hasil pengembalian investasi atau lebih

dikenal dengan nama Return on Invesment (ROI) atau Return On total Assets

(ROA) merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang

digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang

efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya (Kasmir, 2013:201-202).

Menurut Fakhruddin (2008:170), ROA adalah:

“Suatu indikator keuangan yang menggambarkan kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan laba atas total asset yang dimiliki
perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena manajemen
perusahaan mampu menghasilkan laba sebaik mungkin atas asset yang
dimiliki.”

Rumus untuk mencari return on assets dapat digunakan sebagai berikut:

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥


Return On Assets (ROA) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Kinerja

Keuangan

Menurut Hirigoyen, Chant-Hall dan Reid (2005:9) menyatakan bahwa

kinerja dimensi pembangunan keberlanjutan yang diungkapkan dalam

sustainability report mempengaruhi kinerja keuangan. Sustainability reporting

akan meningkatkan transparansi perusahaan yang berdampak pada peningkatan

kepercayaan investor dan kinerja keuangan (Martha, 2009). LeBlanc dan DeRose

(2013: 13) menyatakan bahwa pengungkapan sustainability report secara sukarela

yang dilakukan oleh perusahaan menyediakan investor informasi yang lebih


34

transparan terhadap kebijakan pemerintah sendiri dan pengungkapan berkolerasi

positif terhadap pengembalian asset (return on assets) dan arus kas dari operasi.

Semakin luas pengungkapan sustainability report yang dilakukan oleh perusahaan

maka akan meningkatkan ROA perusahaan satu tahun yang akan datang (Josua

dan Hatane, 2014). Hal ini diperkuat lagi dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Jenia (2011), Annisa dan Wiwin (2012), Komang dan I Putu (2015) serta

Rita (2016) yang menyatakan bahwa pengungkapan sustainability report

mempengaruhi kinerja keuangan yang diukur dengan ROA. Berdasarkan

penelitian tersebut telah terbukti bahwa pengungkapan sustainability report

berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan arah positif.

Pengungkapan
Kinerja Keuangan
Sustainability Report
(Y)
(X)
(Blocher, Stout dan
(Heemskerk, Pistorio dan
Cokins, 2011:18)
Scicluna, 2002:7)

Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2015:99) Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan landasan teori dan

kerangka pemikiran yang telah dijelaskan, maka dapat ditarik suatu hipotesis dari

penelitian ini:
35

“Terdapat pengaruh pengungkapan sustainability report terhadap kinerja

keuangan.”

Anda mungkin juga menyukai