Anda di halaman 1dari 54

Saatnya Kembangkan Energi Baru Terbarukan PLTN Antara Pro dan Kontra

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 1 EDISI KE-II, 2010

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

www.den go.id

Edisi Ke-II, 2010

DAFTAR ISI
17 - 20
Kunjungan ke Kedubes Perancis Kunjungan ke Kedubes India Kunjungan ke Kedubes Australia Kunjungan ke Kedubes China

5
Pertemuan Wapres dengan DEN

7 8 10 11 12 13

Menko Perekonomian: Pemenuhan Gas Domestik Tetap Prioritas Pemerintah Dorong Pengembangan Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Bentuk Ditjen EBTKE Energi Baru Terbarukan Untuk Bauran Energi yang Optimal Indonesia-Belanda Kembangkan Biogas Rumah Tangga Program Biru

21

14
Sidang Anggota DEN Kelima

DEN-IEA Bahas Penanggulangan Krisis Energi

15 16

DEN Revisi Target Kebijakan Energi Program 10.000 MW Tahap I Selesai 2013

22 23 24 25 25 26 27 28 29

The First Indonesian-Japan Energy Policy Dialogue The Third Indonesia-US Energy Policy Dialogue Indonesia-Korea Tingkatkan Kerjasama di Bidang Energi PLN Beli Listrik 2 MW dari Pembangkit Tenaga Sampah PLTA Urumuka Berpotensi 300 MW Biji Nyamplung Bakal Jadi Alternatif BBN Massa SEHATI PLTN Gelar Demo Tolak

Pro Kontra Rencana Pembangunan PLTN Italia Jadi Tempat PLTS Terbesar di Eropa

30 34 36 41 42 43 46 47 48

Pengenalan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Energi Listrik dari Bakteri Komitmen Sektor Energi Dalam Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Hindari Tumpang Tindih Riset Tuk-Tuk Listrik Bakal Dipasarkan di Eropa Kendaraan Hemat Energi Buatan ITS Juara Shell Eco-Marathon 2010 Standarisasi dan Labelisasi Peralatan Hemat Energi Kunjungi Posyandu Tajur Halang Bogor PP Nomor 70 Tahun 2009

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

DEN Siapkan Kebijakan Energi Nasional yang Tepat Biji Nyamplung Bakal Jadi Primadona BBN
EDISI KE-II, 2010

Cover Edisi Ke-II


Media Informasi dan Komunikasi

DEWAN ENERGI NASIONAL

Dari Redaksi

gar pemanfaatan sumber daya energi dilakukan berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, diperlukan sebuah kebijakan energi nasional (KEN) yang tepat. Melalui KEN, pemerintah melalui Dewan Energi Nasional (DEN) akan mengubah paradigma sumber daya energi yang semula dianggap hanya sebagai komoditas menjadi sebagai modal pembangunan. Untuk itu DEN kini tengah mengkaji dan merumuskannya. Berbagai cara ditempuh anggota DEN dalam mengumpulkan informasi, mulai dari kunjungan langsung ke daerah hingga kunjungan ke kedutaan besar negara-negara sahabat. Dengan kunjungan ke kedubes-kedubes sejumlah Negara itu, paling tidak DEN dapat mempelajari bagaimana kebijakan energi yang dijalankan pemerintah negara-negara tersebut. Dalam edisi ke-II ini, pembaca dapat mengikuti berbagai upaya yang dilakukan anggota DEN dalam menyusun KEN yang tepat. Sehinga revisi sasaran kebijakan energi tak sekedar mengganti angka, namun didasarkan pada berbagai hal. Mulai dari cadangan sumber daya energi, tingkat konsumsi hingga faktor keselamatan lingkungan. Informasi lain yang dapat ditemui dalam edisi kali ini, yaitu mengenai dialog kebijakan energi yang dilakukan antara Indonesia dengan Jepang dan Indonesia dengan Amerika Serikat. Selain itu, diketengahkan pula mengenai rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang diwarnai oleh pendapat pro kontra. Di edisi ini, pembaca juga dapat menemukan berbagai informasi lain, seperti biji Nyamplung yang kemungkinan bakal jadi primadona pembuatan bahan bakar nabati (BBN), kendaraan hemat energi mahasiswa Institut Teknologi Surabaya (ITS) yang menjuarai lomba kendaraan hemat energi antar perguruan tinggi se Asean, Shell Eco Marathon 2010 dan sejumlah info lainnya. ***

Media Informasi dan Komunikasi

DEWAN ENERGI NASIONAL


PEMBINA : Sekretaris Jenderal DEN PENANGGUNG JAWAB : Kabiro Fasilitas Kebijakan Energi dan Persidangan, Kabiro Umum dan Kabiro Fasilitas Penanggulangan Krisis dan Pengawasan REDAKTUR : Kabag Humas dan Persidangan REDAKTUR PELAKSANA : Kasubbag Humas PENYUNTING/EDITOR : Kabag Fasilitasi Kebijakan Energi, Kabag Fasilitasi Rencana Umum Energi, Kasubag Dokumentasi, Kasubag Protokol, Kasubag Fasilitasi Kebijakan Penyediaan Energi, Kabag Fasilitasi Kebijakan Pemanfaatan Energi, Kasubag Fasilitasi RUEN, Kasubag Pemantauan Pelaksanaan RUEN, Edi Sartono PERANCANG GRAFIKA : Herbert W Victor, Kartika Sari Dewi FOTOGRAFER : Eri Dwiani, Dhora Erdianawati SEKRETARIAT : Fitria Santhani, Ervan, Artody, Yuin Indriwandi, Amie ALAMAT REDAKSI : Gedung Badan Diklat ESDM Lt. 4, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 49 Jakarta 12950, Telp.: 021 52921621, Fax.: 021 52920190 4 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

DEN ketika melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden Boediono

Pertemuan Wapres dengan DEN:

Saatnya Buat Kebijakan Energi yang Tepat

akin lama semakin terasa betapa pentingnya kebijakan energi nasional yang tepat. Itulah kesimpulan yang mengemuka dari pertemuan antara Wakil Presiden (Wapres) Boediono dengan Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang dipimpin oleh Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh selaku Ketua Harian DEN pada 24 Juni lalu. Hadir dalam pertemuan tersebut Menteri Perencanaan Pembangunan (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alisjahbana, Menteri

Perhubungan (Menhub) Freddy Numberi, Menteri Pertanian (Mentan) Suswono, Menteri Riset Dan Teknologi (Ristek) Suharna Surapranata, dan Menteri Lingkungan Hidup (LH) Gusti Muhammad Hatta, dan para anggota DEN yang mewakili unsur pemangku kepentingan (AUPK). Dewan Energi Nasional (DEN) diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, ujar Wapres memulai pertemuan. Paparan mengenai DEN lantas disampaikan oleh Menteri ESDM, Darwin Zahedy Saleh. "DEN diketuai oleh Presiden,

Wakil Presiden duduk sebagai Wakil Ketua, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai Ketua Harian, kata Darwin yang juga menerangkan bahwa tujuh orang anggota DEN dari unsur Pemerintah adalah Menteri yang secara langsung bertanggung jawab atas penyediaan, transportasi, penyaluran, dan pemanfaatan energi. Mereka adalah Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas, Menteri Perhubungan, Menteri Perindustrian, Menteri Pertanian, Menteri Negara Riset Dan Teknologi, dan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 5

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Selain dari Pemerintah, lanjutnya, ada delapan orang anggota DEN dari unsur pemangku kepentingan. Mereka dipilih DPR melalui fit and proper test. Anggota DEN dari unsur pemangku kepentingan adalah Ir. Agusman Effendi (Konsumen), Prof. DR. Herman Agustiawan (Konsumen), DR. Ir. Tumiran, M.ENG (Akademisi), Prof. Ir. Rinaldy Dalimi, M.Sc, PhD (Akademisi), Ir. Eddie Widiono S, M.Sc (Industri), DR. Ir. Herman Darnel Ibrahim, M.Sc (Industri), Prof. Widjajono Partowidagdo, PhDD (Teknologi), dan DR. Ir. Mukhtasor, M. Eng. PhD (Lingkungan Hidup). Sekjen DEN Novian M. Thaib menambahkan, anggota DEN dapat menerima masukan dari masyarakat dan pengamat, dan juga masukan dari hasil kunjungan kerja. Saat ini seluruh anggota non-Pemerintah berkantor di sekretariat DEN, yang terletak di lantai empat Gedung Badan Diklat ESDM dan didukung oleh sekitar 100 staf yang semuanya berstatus PNS, ujarnya. Sistem kepemimpinan anggota dari unsur pemangku kepentingan adalah bergiliran. Setiap anggota mendapat giliran dan disebut Kepala Bulanan. Penetapan anggota DEN berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pengangkatan Anggota DEN, tanggal 18 Maret 2009. Tugas DEN adalah 1) merancang dan merumuskan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang meliputi proyeksi kebutuhan energi dan energy mix (Bauran Energi), serta pokok-pokok kebijakan energi, 2) menetapkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang kemudian ditetapkan oleh Kementerian ESDM, 3) menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi, dan 4) mengawasi pelaksanaan kebijakan bidang energi yang bersifat lintas sektor. Sidang Anggota dipimpin oleh Ketua Harian DEN dan dilaksanakan sekurangkurangnya satu kali dalam dua bulan atau apabila sewaktu-waktu diperlukan. Kami sudah melakukan empat kali sidang, ujar Darwin. Sidang Paripurna dipimpin oleh Ketua DEN, dan dilaksanakan sekurangkurangnya dua kali dalam satu tahun atau 6

apabila sewaktu-waktu diperlukan. Wapres banyak berharap pada DEN, kata Menteri ESDM yang juga ketua harian DEN. Harapan itu adalah penyempurnaan Kebijakan Energi Nasional (KEN); koordinasi lintas sektor dan Pemerintah Daerah; sosialisasi persamaan persepsi bahwa energi merupakan modal pembangunan yang harus dijamin keberlanjutannya/ keamanannya, dan dijaga kelestariannya; alokasi dana khusus dari eksploitasi sumber daya alam (energi fosil) untuk pengembangan energi baru dan terbarukan dan pengembangan penemuan sumber energi tak terbarukan; rasionalisasi ekspor energi, dengan prioritas dapat digunakan di dalam negeri dan memberi nilai tambah yang optimal. Pokok-pokok yang menjadi dasar KEN adalah mengubah paradigma sumber daya energi sebagai komoditas menjadi sebagai modal pembangunan. KEN juga ingin meningkatkan cadangan terbukti energi fosil dan mengurangi pangsanya dalam bauran energi nasional. Di dalam KEN juga termaktub upaya meningkatkan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan, meningkatkan program efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup. Beberapa dasar lainnya adalah: meningkatkan pengelolaan energi secara mandiri, penciptaan lapangan kerja, kemampuan dan peranan industri dan jasa energi dalam negeri, memeratakan akses terhadap energi migas dan listrik bagi masyarakat kota dan desa, mengamankan pasokan energi, khususnya listrik dan migas untuk jangka pendek, menengah, dan panjang, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya energi dalam pembangunan ekonomi nasional, menyusun proyeksi kebutuhan energi, cadangan dan penggunaan energi terkini, serta arus energi sebagai dasar pertimbangan perumusan kebijakan energi. Setelah mendengarkan paparan dari Menteri ESDM, Wapres mempersilakan anggota DEN untuk menyampaikan pendapatnya. Karena ini pertemuan pertama, maka saya hanya akan mendengarkan saja, ujar Wapres.

DR. Ir. Tumiran, M.Eng. yang sedang menjabat Kepala Bulanan mendapat giliran pertama. Dana khusus untuk pengembangan renewable energy belum tersedia, sehingga riset untuk bidang ini belum fokus dan belum optimal, ujarnya. Dalam kesempatan itu, dia juga menyayangkan pemanfaatan Bahan Bakar Gas (BBG) yang menurun drastis. AUPK, lanjutnya, menginginkan agar Jakarta dapat dijadikan pemanfaatan BBG bagi daerah lain. Selain itu, Tumiran juga menyoroti krisis listrik yang menyebabkan industri tidak berkembang. Tidak adanya jaminan pasokan listrik bagi industri dalam negeri menyebabkan tidak adanya lapangan kerja baru. Tetapi kami yakin secara bertahap, masalah-masalah yang dihadapi dapat diselesaikan. Dalam kesempatan itu, Menteri Perhubungan Fredy Numberi menyoroti pemanfaatan bahan bakar ramah lingkungan untuk moda transportasi. Tahun 2013 pesawat di Amerika sudah mulai menggunakan clean energy dengan komposisi 10-12%. Kalau tidak menggunakan, apakah akan ditolak? ujar Menhub yang juga mengharapkan keseriusan pihak-pihak yang terlibat dan kerjasama Dewan Nasional Perubahan Iklim. Menhub juga menjelaskan perlunya roadmap pemanfaatan energi. Pemanfaatan nuklir sebagai energi juga mendapat perhatian. Malaysia sudah memutuskan tahun 2021 akan menjalankan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), ujar Menristek Suharna Surapranata yang menerangkan bahwa Indonesia sebenarnya sudah mulai membangun reaktor nuklir sejak tahun 1970-an. Anggota DEN dari Unsur Pemangku Kepentingan Mukhtasor mengatakan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 sebenarnya telah menyebutkan mulai dimanfaatkannya tenaga nuklir untuk pembangkit listrik dengan mempertimbangkan faktor keselamatan secara ketat. Terkait dengan PLTN, kita harus memiliki roadmap yang jelas, ujarnya.

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Mengenai PLTN, Wapres Budiono mengingatkan keharusan adanya strategi dasar dan sosialisasi yang baik. Kita harus berhati-hati dalam pemanfaatan nuklir ini,ujarnya. Di bidang energi alternatif, pembicaraan merambah ke minyak sawit yang dapat dimanfaatkan untuk biofuel. Kita harus dapat meningkatkan produktivitas lahan sawit, ujar Menteri Pertanian Suswono. Jika produktivitas melonjak, sawit bisa memenuhi pula kebutuhan rumah tangga sekaligus sebagai bahan biofuel. Pada saat ini karena produktivitas lahan sawit masih rendah, maka biaya pembuatan biofuel masih tinggi, akibatnya harga keekonomiannya masih jauh di atas harga BBM bersubsidi. Pemanfaatan biogas dari kotoran sapi pada rumah tangga di Bali mendapat perhatian Mentan. Satu rumah tangga cukup mendapat biogas dari 4 sapi. Kalau dapat diintegrasikan pemanfaatan sapi dengan keperluan lainnya sangat bagus sekali, ujar Suswono. Dari hasil berbagai kajian tentang pemanfaatan gas, menunjukkan bahwa gas lebih bersih dibanding minyak. Tetapi masalah gas domestik itu adalah masalah keekonomian, ujar AUPK DEN Widjajono. Menteri ESDM juga sependapat mengenai pentingnya peranan gas. Tetapi untuk gas kita selesaikan secara bertahap, ujar Darwin sambil menjelaskan bahwa pemanfaatan gas dalam negeri memerlukan infrastruktur untuk distribusi dan membutuhkan anggaran yang besar untuk pembangunan infrastruktur. Wapres sangat menghargai pandangan-pandangan dari anggota DEN. Dewan ini harus dapat bekerja secara efektif, ujar Wapres yang mengharapkan adanya komitmen dari semua anggotanya. Wapres juga mengingatkan para anggota DEN, Jika sudah bekerja untuk DEN maka semua atribut dilepas dan konsentrasi untuk memberikan yang terbaik bagi negara, ujarnya. Wapres juga mengharapkan adanya opsi yang menyatu antara KEN dan RUEN. (sumber: www.wapresri.go.id)

Menko Perekonomian:

Pemenuhan Gas Domestik Tetap Prioritas

Fasilitas kilang minyak dan gas

emerintah bertekad untuk mengutamakan gas untuk kebutuhan dalam negeri, meski tetap mempertimbangkan nilai keekonomian. "Prinsip utama kita, kepentingan domestik tetap nomor satu, ujar Menteri Koordinator Perekonomian, M. Hatta Rajasa dalam Rapat Kerja Gabungan antara Pemerintah dengan Komisi IV, VI dan VII DPR RI tanggal 16 Juni lalu di Gedung DPR RI < Senayan, Jakarta. Hadir dalam Raker tersebut, Menteri ESDM, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Meneg BUMN serta sejumlah Dirut BUMN. Hatta mengatakan, kebijakan energi tidak dapat dilepaskan dari rencana pembangunan nasional, baik jangka pendek, menengah maupun panjang. Dalam lima tahun ke depan pemerintah akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi rata-rata tujuh persen, sehingga pertumbuhan energi diproyeksikan antara 1,25 hingga 1,5 persen dari pertumbuhan ekonomi nasional. Kebijakan energi nasional terkait dengan gas, lanjutnya, yaitu tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional,

terutama industri strategis dan pendukungnya, oil dan gas harus kita letakkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kita. Oil dan gas harus menopang sustainability. Prinsip utamanya adalah terjaminnya pasokan dalam negeri. Oil and gas harus menjadi perangsang terhadap demand growing. Di samping harus menjamin ketersediaan pupuk dan LPG serta industri yang lain, oil dan gas harus menjadi stimulus agar lebih kompetitif. Baik dalam bentuk LNG maupun LPG. Tidak boleh ada kata-kata karena tidak ada market dalam negeri maka kita ekspor saja, tegas Hatta. Selanjutnya Hatta Rajasa menyatakan, selain sisi demand, supply side juga harus dijaga. Gas harus terus dikembangkan baik di laut maupun di daerah marginal. Prinsip ini penting untuk menjaga keseimbangan supply and demand. Kita juga harus berpikir tentang kebijakan harga, trade off-nya adalah seberapa besar subsidi yang kita berikan, kita tidak mungkin hanya menyerahkannya sepenuhnya pada harga pasar, contohnya LPG 3 kg, selalu harus ada trade off yang seimbang. ***

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Pemerintah Dorong Pengembangan Energi Baru Terbarukan


penggunaannya baru sekitar 4,4 persen. Sementara penggunaan energi fosil masih dominan, seperti batu bara 30,7 persen, minyak bumi 43,9 persen dan gas bumi sekitar 21 persen. Dalam visi 25/25, jelasnya, pemerintah menargetkan penggunaan EBT sebesar 25 persen, batu bara 32 persen, gas bumi 23 persen dan minyak bumi turun menjadi hanya 20 persen. Jika penggunaan energi fosil masih diberikan insentif berupa subsidi, Luluk menilai, untuk mendorong pemanfaatan EBT tentu juga perlu insentif. Untuk itu, sambung dia, pihaknya segera mengajukan insentif kepada Kementerian Keuangan untuk mempercepat pengembangan pemanfaatan EBT agar visi 25/25 atas penggunaan energi itu sebesar 25 persen pada 2025 bisa tercapai. Insentif ini perlu untuk EBT sehingga menjadi menarik untuk dikembangkan, seperti halnya pemberian subsidi kepada BBN (bahan bakar nabati) sebesar Rp 2.000 per liter, katanya. Untuk mencapai visi penggunaan EBT menjadi 25 persen pada 2025, ujar Luluk, pihaknya juga akan melakukan konservasi energi hingga 37,25 persen dengan memaksimalkan penyediaan dan pemanfaatan EBT. Dengan begitu, energi fosil hanya dipakai sebagai penyeimbang. Berdasarkan UU No.30/2007 tentang Energi, sumber energi baru adalah sumber energi yang dapat dihasilkan oleh teknologi baru antara lain nuklir, hidrogen, gas metana baru (coal bed methane/CBM), batu bara tercairkan (liquified coal), dan gas dari batu bara (gasified coal). Sedangkan sumber energi terbarukan dihasilkan dari sumber daya energi berkelanjutan, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. Menteri ESDM menjelaskan, pada dasarnya EBT adalah energi yang sumbernya berada dekat dengan keharian kita, yaitu bisa berupa air, angin, dan lainnya. Untuk meningkatkan pemanfaatan EBT, Pemerintah akan memberdayakan masyarakat agar dapat mengkreasikan penggunaan energi bagi kebutuhannya sehari hari, seperti biomas

emanfaatan energi baru terbarukan (EBT) masih sangat rendah jika dibandingkan dengan penggunaan energi fosil. Karena itu pemerintah berupaya mendorong pengembangan EBT agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan BBM dan batubara. Salah satu upaya mendorong pemanfaatan EBT yaitu dengan dibentuknya sebuah unit baru di lingkungan Kementerian ESDM yaitu Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE). Dengan dibentuknya Direktorat Jenderal EBTKE, pemerintah optimis dapat mewujudkan visi penggunaan energi pada tahun 2025 yang disebut dengan visi 25/25. Dalam visi tersebut, disebutkan target penggunaan EBT pada 2025 mencapai 25 persen dari bauran energi nasional. Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Luluk Sumiarso, pada tahun ini, diperkirakan 8

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

dan biogas. Indonesia memiliki potensi EBT yang cukup besar. Pada awal 2009, potensi EBT diantaranya, mini/mikro hydro sebesar 450 MW, biomass 50 GW, energi surya 4,80 kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/ det dan energi nuklir 3 GW. Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan biomasa adalah mendorong pemanfaatan limbah industri pertanian dan kehutanan sebagai sumber energi secara terintegrasi dengan industrinya, mengintegrasikan pengembangan biomassa dengan kegiatan ekonomi masyarakat, mendorong pabrikasi teknologi konversi energi biomassa dan usaha penunjang, dan meningkatkan penelitian dan pengembangan pemanfaatan limbah termasuk sampah kota untuk energi. Upaya untuk mengembangkan energi angin mencakup pengembangan energi angin untuk listrik dan non listrik (pemompaan air untuk irigasi dan air bersih), pengembangkan teknologi energi angin yang sederhana untuk skala kecil (10 kW) dan skala menengah (50 - 100 kW) dan mendorong pabrikan memproduksi SKEA skala kecil dan menengah secara massal. Pengembangan energi surya mencakup pemanfaatan PLTS di perdesaan dan perkotaan, mendorong komersialisasi PLTS dengan

memaksimalkan keterlibatan swasta, mengembangkan industri PLTS dalam negeri, dan mendorong terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efisien dengan melibatkan dunia perbankan. Untuk mengembangkan energi nuklir, langkah-langkah yang dambil pemerintah adalah melakukan sosialisasi untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan melakukan kerjasama dengan berbagai negara untuk meningkatkan penguasaan teknologi. Sedang langkah-langkah yang dilakukan untuk pengembangan mikrohidro adalah dengan mengintegrasikan program pengembangan PLTMH dengan kegiatan

ekonomi masyarakat, memaksimalkan potensi saluran irigasi untuk PLTMH, mendorong industri mikrohidro dalam negeri, dan mengembangkan berbagai pola kemitraan dan pendanaan yang efektif. Untuk mendukung upaya dan program pengebangan EBT, pemerintah sudah menerbitkan serangkaian kebijakan dan regulasi yang mencakup Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, Undang-Undang No. 30/2007 tentang Energi, Undang-undang No. 15/1985 tentang Ketenagalistrikan, PP No. 10/1989 sebagaimana yang telah diubah dengan PP No. 03/2005 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik dan PP No. 26/2006 tentang Penyediaan & Pemanfaatan Tenaga Listrik, Permen ESDM No. 002/2006 tentang Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah, dan Kepmen ESDM No.1122K/30/ MEM/2002 tentang Pembangkit Skala Kecil tersebar. Saat ini sedang disusun RPP Energi Baru Terbarukan yang berisi pengaturan kewajiban penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan dan pemberian kemudahan serta insentif. ***

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Kementerian ESDM Bentuk Ditjen EBTKE

ebutuhan energi makin meningkat sementara cadangannya terus menipis. Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah berupaya mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Upaya tersebut, agaknya tidak mainmain. Sebab, pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) telah membentuk unit baru setingkat eselon I yaitu Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE). Unit baru tersebut bertugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang energi baru, terbarukan dan konservasi energi. Pembentukan unit baru tersebut berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Semakin meningkatnya kebutuhan energi untuk menopang pertumbuhan ekonomi serta terus menipisnya cadangan energi konvensional seperti BBM dan batu bara memaksa Pemerintah untuk mengoptimalkan sumber-sumber energi alternatif sehingga ketahanan energi nasional dapat direalisasikan. Pengembangan Energi Baru Terbarukan akan terus dioptimalkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi berbasis fosil, jelas Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh.Untuk memimpin Ditjen EBTKE, pemerintah menunjuk Luluk Sumiarso sebagai Direktur Jenderal EBTKE. Pelantikan dilakukan oleh Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh pada 24 Agustus lalu. Darwin berharap, pembentukan dirjen baru tersebut akan lebih mendorong pengembangan energi baru terbarukan dan konservasi energi.

Dirjen ini menandai kelahiran jabang bayi guna mengatasi persoalan energi yang sangat strategis. Darwin menjelaskan, alasan memilih Luluk menjadi Dirjen EBT dan konservasi energi karena memiliki kapasitas yang mumpuni dengan segudang pengalaman yang dimiliki sebagai Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi karena berpengalaman sebagai Dirjen Listrik, Sekjen, dan Dirjen Migas. Menurut dia, Ditjen EBTKE mesti segera melakukan pemetaan dan membuat peta jalan (road map) pengembangan energi baru, terbarukan, dan konservasi energi. Dengan dibentuknya Direktorat Jenderal EBT dan KE tersebut diharapkan pengembangan EBT dapat lebih optimal

sehingga target bauran energi nasional terkait pemanfaatan EBT yang semula lebih dari 17% menjadi 25% hingga 2025 dapat dicapai. Pemanfaatan EBT pada tahun ini masih relatif kecil dibandingkan dengan sumber-sumber energi berbasis fosil. Pemanfaatan EBT hanya 4,4 persen, batu bara 30,7 persen, minyak bumi 43,9 persen, dan gas bumi 21 persen. Direktur Jenderal EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luluk Sumiarso menyatakan, Pemerintah akan melakukan konservasi energi hingga 37,25 persen dengan memaksimalkan penyediaan dan pemanfaatan EBT. Dengan begitu, ke depan energi fosil hanya dipakai sebagai penyeimbang.***

10 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK BAURAN ENERGI YANG OPTIMAL

i saat sumber daya energi berbasis fosil kian menipis, sebagian besar negara -termasuk Indonesia- fokus pada pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Mulai dari tenaga surya, mikrohidro, angin hingga biomass. Kondisi energi saat ini menurut anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Eddie Widiono menghadapi berbagai permasalahan, seperti, bauran energi yang tidak optimal, menurunnya produksi minyak bumi, kelangkaan energi (gas dan listrik) di berbagai daerah dan harga energi yang belum menyentuh nilai keekonomiannya serta subsidi energi yang semakin meningkat. Prospek pemanfaatan EBT sangat besar, karena selain tersedia tempat, potensinya cukup besar dan jenisnya beragam. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan cukup banyak kebijakan dan regulasi yang mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan, tetapi implementasinya di lapangan masih mengalami banyak kendala. Salah satu kendala tersebut

adalah harganya yang masih mahal dibandingkan energi konvensional. Dengan diterbitkannya UndangUndang tentang Energi, dasar hukum pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi lebih kuat karena secara khusus diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut. Saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah

penelitian dan pengembangan energi baru dan terbarukan yang dapat menunjang pengembangan industri nasional yang mandiri serta dukungan pendanaan agar pengembangan energi alternatif dapat dipercepat. Berdasarkan Data Cadangan dan Produksi Energi Terbarukan Indonesia 2007, pemanfaatan EBT baru mencapai 5,921 MW (3.64%) dari total potensi sebesar 162,770 MW, pemanfaatan terbesar adalah sumber energi mikrohidro yang mencapai 17.22% dan pemanfaatan terendah energi angin 0.01%. Pemanfaatan EBT telah dilakukan pemerintah melalui Program Listrik Desa, Interkoneksi Pembangkit Energi Terbarukan, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Desa Mandiri Energi (DME) dan Biofuel. Dengan segala kelebihan dan kekuranganya, pemerintah akan terus mengoptimalkan pengembangan EBT untuk mencapai bauran energi yang optimal, ramah lingkungan sekaligus mendukung pembangunan daerah-daerah terpencil dan terisolasi.

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 11

Indonesia-Belanda Kembangkan Biogas Rumah Tangga

P
dari

emanfaatan

biogas

untuk

dihasilkan baik dari limbah cair maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan limbah. Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin, solar). Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian. Potensi pengembangan biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda. Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m biogas per hari. Setiap 1 m biogas
3 3

organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula. Pemerintah Indonesia dan Belanda melalui lembaga untuk dan dari Hivos kerja SNV Belanda) (institut sama (lembaga yang program kemanusiaan pembangunan) pembangunan ditunjuk

kebutuhan rumah tangga kini sedang dikembangkan di sejumlah

wilayah. Pengembangan biogas untuk rumah tangga ini merupakan buah dari kerjasama bilateral antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi bahan-bahan organik termasuk dan diantaranya; kotoran manusia

sebagai

pengelola

nasional Indonesia Biogas Domestic Programme (IBDP) bersama Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada tahap awal membangun reaktor biogas dan melaksanakan pelatihan program Biogas Biru dengan memanfaatkan kotoran sapi di Dusun Tangkil, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Dua ratus reaktor biogas Rumah Biru dibangun di Kabupaten Bantul dan Sleman, Provinsi DI Yogyakarta. Biogas tersebut memanfaatkan limbah kotoran manusia dan hewan. Fermentasi kotoran

hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang manajemen peranan limbah penting karena dalam metana

dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk

merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan bila karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini, banyak negara maju meningkatkan penggunaan biogas yang 12 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

tersebut akan menghasilkan gas yang dapat digunakan bahan bakar dan listrik untuk kebutuhan rumah tangga. Dipilihnya Wilayah Bantul dan Sleman untuk pengembangan dan pelatihan biogas Rumah Biru karena daerah tersebut cukup baik untuk program ini. Di wilayah itu, rata-rata tiap rumah tangga dan dusun punya hewan ternak sapi 2-3 ekor ataupun kambing 5 ekor. Kotoran hewan tersebut sangat mampu untuk menopang keberlangsungan kesediaan bahan baku biogas, hal tersebut dikatakan Maria Epik Pranasari, Provincial Coordinator Indonesia Domestic Biogas Programme di sela-sela kegiatan di Dusun Tangkil, Srihardono, Pundong, Bantu. Sejak tahun 2009 hingga kini sudah dibangun lebih dari 260 reaktor biogas di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan luar Jawa. Untuk Provinsi DI Yogyakarta hingga akhir tahun 2010 akan dibangun 200 reaktor. Reaktor Biru dibangun dengan teknologi fixed dome atau kubah

beton yang mampu menampung kotoran sebanyak 6 meter kubik. Biogas ini juga berbeda dengan gas elpiji. Jadi tidak perlu khawatir, reaktor penampungan gas akan meledak. Gas yang dihasilkan berbeda dengan gas elpiji yang mudah meledak. Jika biogas dibersihkan dari pengotor secara baik, ia akan memiliki karakteristik yang sama dengan gas alam. JIka hal ini dapat dicapai, produsen biogas dapat menjualnya langsung ke jaringan distribusi gas. Akan tetapi gas tersebut harus sangat bersih untuk mencapai kualitas pipeline. Air (H2O), hidrogen sulfida (H2S) dan partikulat harus dihilangkan jika terkandung dalam jumlah besar di gas tersebut. Karbon dioksida jarang harus ikut dihilangkan, tetapi ia juga harus dipisahkan untuk mencapai gas kualitas pipeline. Jika biogas harus digunakan tanpa pembersihan yang ektensif, biasanya gas ini dicampur dengan gas alam untuk meningkatkan

pembakaran.

Biogas

yang

telah

dibersihkan untuk mencapai kualitas pipeline dinamakan gas alam terbaharui. Untuk membangun satu unit reaktor biogas Rumah Biru yang dapat memasok kebutuhan rumah tangga dibutuhkan biaya Rp 4 juta-Rp 5 juta. Selain menghasilkan biogas untuk kebutuhan sehari-hari, endapan dari kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Kualitas pupuk yang dihasilkan juga lebih baik dari pupuk kandang biasa. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan lain-lain tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia. Pupuk organik dari biogas telah dicobakan pada tanaman jagung, bawang merah dan padi.

Program BIRU

rogram Biogas Rumah Tangga (Program BIRU) merupakan suatu program yang dilaksanakan di bawah payung kerjasama bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda dengan menjunjung konsep sustainability. Program kerjasama yang rencananya akan berlangsung selama kurun waktu tiga tahun ini diharapkan dapat menciptakan sektor pasar biogas di Indonesia. Oleh karena itu, Program BIRU merupakan program yang memiliki konsep dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Biogas dikembangkan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap energi yang modern dan bersih. Melalui teknologi ini, limbah hewan ternak dapat dimanajemen dengan baik, sehingga lingkungan menjadi bersih. Pemanfaatan biogas untuk memasak akan dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan di perdesaan, karena biogas merupakan energi bersih dan aman (tidak berbau, berasap, dan meninggalkan noda di peralatan

masak). Selain itu, dengan memanfaatkan biogas, lingkungan global pun turut terjaga karena emisi gas rumah kaca dari pemanfaatan kayu bakar dan minyak tanah akan tereduksi. ***

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 13

Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh dalam sidang anggota DEN ke-5 tanggal 29 Juli lalu

Sidang Anggota DEN Kelima

ada tanggal 29 Juli 2010, DEN melakukan sidang anggota ke-5 yang membahas Rancangan Kebijakan Energi Nasional (KEN) serta review dari beberapa isu-isu energi terkini. Rancangan KEN mencakup 5 (lima) bab, yaitu pendahuluan, kondisi saat ini, proyeksi kebutuhan energi 2010-2050, penyediaan bauran energi yang optimal 2010-2050 dan pokok-pokok kebijakan energi nasional 2010-2050. Setelah pendahuluan, bab kedua Rancangan KEN mengenai kondisi saat ini mencakup: Paradigma Pengelolaan Energi; Sumber Daya dan Cadangan Energi; Infrastruktur Energi; Subsidi dan Harga Energi; Pengelolaan Energi; Teknologi dan Litbang Energi; Konservasi dan Efisiensi Energi; Lingkungan dan Keselamatan. Pada bab kelima mengenai pokokpokok kebijakan energi nasional 20102050 mencakup, Kebijakan Umum Energi 2010-2050 dan Kebijakan Energi menurut Jenis Energi Primer. Kebijakan umum energi 2010-2050 berisi: Mengubah paradigma sumberdaya energi sebagai komoditas menjadi sebagai

modal pembangunan; Meningkatkan cadangan terbukti energi fosil dan mengurangi pangsanya dalam bauran energi nasional; Meningkatkan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan (EBT); Meningkatkan program efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup; Meningkatkan pengelolaan energi secara mandiri, penciptaan lapangan kerja, kemampuan dan peranan industri dan jasa energi dalam negeri; Memeratakan akses terhadap energi migas dan listrik bagi masyarakat kota dan desa; Mengamankan pasokan energi, khususnya listrik dan migas untuk jangka pendek, menengah dan panjang; Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya energi dalam pembangunan ekonomi nasional; Menetapkan dan mengamankan cadangan penyangga energi nasional. Kebijakan energi menurut jenis energi primer (minyak dan gas bumi serta batubara), energi terbarukan (bahan bakar nabati, panas bumi, energi surya, energi laut dan nuklir). Selain membahas rancangan KEN, sidang anggota DEN ke-5 juga membahas sejumlah isu-isu energi terkini yang masih merupakan pemikiran anggota DEN dari

Unsur Pemangku Kepentingan (AUPK) yaitu mengenai tarif dasar listrik (TDL) dan energi untuk transportasi. Mengenai TDL, dibahas sejumlah hal untuk menurunkan biaya pokok produksi listrik. Mulai dari penggunaan PLTU mulut tambang (mine mouth powerplant), pemanfaatan gas untuk domestik, pengembangan energi terbarukan hingga pengaturan harga energi primer. Penggunaan PLTU Batubara Mulut Tambang didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar (86%) batubara Indonesia adalah batubara berkalori/ kualitas rendah (low rank) dan sedang (medium rank). Untuk itu diusulkan agar pemerintah mengatur secara khusus pemanfaatan batubara low rank dan perlakuan fiskal untuk pengembangan PLTU mulut tambang guna menurunkan biaya produksi listrik. Sedangkan terkait energi untuk transportasi, pembahasan mulai dari substitusi BBM dengan BBG, efisiensi energi dan penggunaan energi alternatif pada sistem transportasi hingga perbaikan mekanisme subsidi BBM.

14 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

DEN Revisi Target Kebijakan Energi


menetapkan RUEN dan menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi serta mengawasi pelaksanaan kebijakan bidang energi yang bersifat lintas sektoral. Mengenai program Indonesia Bebas Padam seperti yang pernah diutarakan Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan, Darwin Zahedy Saleh, mengatakan bahwa DEN belum yakin Indonesia akan bebas dari pemadaman. Hal ini dikarenakan masih banyaknya daerah-daerah yang masih mengalami masalah listrik. "DEN telah menugaskan AUPK DEN untuk masuk ke daerah-daerah yang langsung mengalami masalah listrik. Yang menarik, dari kunjungan ke beberapa daerah diperoleh informasi bahwa tidak hanya di luar Jawa saja yang mengalami masalah listrik." ujarnya. Di tempat yang sama, AUPK DEN Eddie Widiono mengatakan DEN akan melakukan pembahasan dengan PLN, Kementerian ESDM, dan Pertamina terkait rencana tidak adanya byar pet lagi di Indonesia. "Karena ini menyangkut kebutuhan bahan bakar yang harus disediakan Pertamina dan gas untuk bisa menunjang langkah tersebut," ujarnya. Eddie mengatakan, sejak 2009 sampai awal 2010 DEN menemukan kekurangan dalam penyediaan listrik daerah-daerah. "Kekurangan penyambungan listrik masih terjadi. Ini tentunya karena desakan masyarakat juga, hal-hal seperti ini yang akan dikoordinasikan dengan PLN, supaya masyarakat tidak dirugikan," tukasnya. BOROS ENERGI Menyoroti soal penggunaan energy, Darwin mengakui, masyarakat Indonesia masih sangat boros menggunakan energi, sehingga berapapun jumlah pasokan listrik yang disediakan akan selalu berkurang.

D
Dewan

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menjadi andalan dalam memenuhi pasokan listrik

ewan Energi Nasional (DEN) yang baru terbentuk dua tahun lalu akan merevisi kembali

15 persen ke 30 persen. " Energi terbarukan meningkat menjadi 17 persen dari sebelumnya nol." Darwin mengakui rumusan KEN ini masih harus dimatangkan lagi sebelum akhir Desember dikonsultasikan dengan DPR untuk dibahas menjadi KEN yang baru. Dari KEN, jelas Darwin, akan dikembangkan menjadi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). "RUEN ini semacam rencana strategi yang berdimensi selama lima tahun mendatang." Khusus untuk percepatan penggunaan energi terbarukan, saat ini pemerintah tengah menyusun kebijakan insentif dan disinsentif khusus bagi pengguna energi terbarukan maupun para investornya. "Seperti apa insentif yang akan diberikan maupun disinsentif yang akan diberlakukan, masih kita susun." DEN dibentuk sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) No. 30 Tahun 2007 tentang Energi. Tugas DEN, selain merancang dan merumuskan KEN, juga

Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang sebelumnya telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Demikian disampaikan Ketua Harian Energi Nasional, yang juga Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh usai menghadap Wakil Presiden Boediono, yang juga Wakil Ketua DEN di Istana Wapres akhir Juni lalu. "Mengenai bauran energi (energy mix), kita akan merevisi dan menurunkan minyak bumi dari posisi 50 persen berdasarkan Perpres No. 5 Tahun 2006 menjadi 20 persen. Dengan demikian isi perpres akan disempurnakan lagi," ujar Darwin. Menurut Darwin, pemakaian gas alam diakui relatif, dari sebelumnya 26 persen ditingkatkan menjadi 27 persen pemakaiannya. Sedangkan batubara meningkat pemakaiannya dari sebelum

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 15

P
"Masyarakat saya masih kita, termasuk boros dalam termasuk menggunakan energi. Ini terlihat dari elastisitas energi kita yang masih tinggi dan ini akan terus diturunkan sampai di bawah 1,5 hingga 1,4," ujar Darwin Zahedy Saleh. Menurut Darwin, saat ini elastisitas penggunaan energi masyarakat Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 1,6 persen dan idealnya jumlahnya di bawah angka itu. Untuk listrik, menurut Darwin, kebutuhan listrik nasional sekitar 7,5 persen per tahun, sementara peningkatan pasokan listrik hanya empat persen per tahun. "Artinya, apabila kita hanya berkosentrasi pada sisi pasokan saja tapi tidak mendorong masyarakat agar lebih hemat dan efisien dalam penggunaan energi, maka akan selalu berkutat pada adanya selisih permintaan dan kebutuhan," kata Darwin. Dikatakan, secepat-cepatnya pertumbuhan listrik nasional paling tinggi hanya mampu mencapai empat persen per tahun dan kalau tidak ditekan, maka kebutuhan listrik bisa mencapai sembilan persen. Aspek kebutuhan listrik, katanya, memerlukan komitmen kuat dari tiga pihak, yaitu pemerintah, masyarakat serta swasta, dengan cara konservatif dalam melakukan penghematan energi. "Tidak bisa upaya penghematan listrik hanya dilakukan pemerintah saja, tapi harus dari semua pihak." ***

Program 10.000 MW Tahap I Selesai 2013


menyelesaikan konstruksi pembangkit PLTU sebesar 2.000 MW yang berlokasi di P. Jawa (3 pembangkit) dan di luar P. Jawa (5 pembangkit). Pada tahun 2011 nanti direncanakan akan diselesaikan pembangkit sebanyak 4.300 MW yang tersebar di 5 lokasi di Jawa dan 12 lokasi di luar Jawa. Dengan demikian dari 37 lokasi di Indonesia akan selesai 25 lokasi dengan total kapasitas sebesar 6.300 MW. Sisanya sebesar 3.700 MW akan dapat diselesaikan pada tahuntahun berikutnya. Diharapkan listrik yang dihasilkan dari program percepatan tahap I dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Dan untuk PLN dengan selesainya program ini tentunya akan dapat mengurangi penggunaan BBM untuk pembangkitan karena bahan bakar yang digunakan didominasi batubara. Ini berarti subsidi yang diberikan kepada PLN akan dapat dikurangi sehingga dapat dialihkan untuk kepentingan sektor lain yang membutuhkan. ***

rogram percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap I diperkirakan selesai pada 2013. Setelah program tersebut rampung, pemerintah akan menggelar program 10.000 MW tahap II. 10.000 MW tahap I alhamdulillah sudah berjalan, 20 persen sudah akan diresmikan tahun ini dan di tahun 2013 Insya Allah 100 persen akan selesai, ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh baru-baru ini. Pada program percepatan tahap ke-II, jelasnya, mayoritas didominasi sumber energi panas bumi yang saat ini sudah mulai di lelang.Pemerintah (Kementerian ESDM dan Sekretaris Negara) sekarang sedang memperbaiki aturan terkait. Sehingga nantinya Insya Allah akan ada berita baik untuk investor. PLN kita akan lebih yakin, lebih tanggap untuk membeli listrik yang dihasilkan pembangkit swasta yang berasal dari geothermal. Tahun 2010 ini, pelaksanaan proyek listrik 10.000 MW Tahap I telah dapat

Program Percepatan Kelistrikan 10.000 MW tahap I mengandalkan pembangunan PLTU

16 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Kunjungan ke Kedubes Perancis

Nuklir Dominasi Bauran Energi Perancis

ntuk mengetahui bagaimana Pemerintah Perancis memenuhi kebutuhan energi masyarakatnya, pada akhir Mei lalu, tiga orang Anggota Unsur Pemangku Kepentingan (AUPK) DEN melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Perancis. Tiga anggota AUPK DEN tersebut adalah Prof. Ir. Rinaldy Dalimi, M.Sc., Ph.D., Dr. Ir. Tumiran, M.Eng. dan Prof. Widjajono Partowidagdo, Ph.D. dengan didampingi staf dari Sekretariat Jenderal DEN yang diterima oleh Jean Duchene dari Departemen Ekonomi, Kedubes Perancis. Dalam pertemuan tersebut, Jean Duchene menjelaskan, saat ini Perancis mempunyai 58 reaktor nuklir dengan kapasitas masing-masing sebesar 1.000 MW. Negara Perancis sudah dapat menguasai teknologi nuklir sendiri, tidak membeli dari negara lain. Sedangkan bahan bakar uranium diimpor dari Negara Afrika. Areva T&D (Transmission and Distribution) merupakan perusahaan terbesar untuk energi nuklir. Jean menjelaskan bahwa sudah dibangun riset/organisasi untuk teknologi fusi yang berada di Perancis Selatan yaitu ITER (The International Thermonuclear Experimental Reactor). Saat ini ada 15 negara yang tergabung di ITER diantaranya Jepang, Korea, Cina, Rusia, India, Amerika Serikat, dan lain-lain. Misi dari ITER adalah menunjukkan kelayakan teknologi fusi dan membuktikan bahwa teknologi tersebut dapat bekerja tanpa dampak negatif. Berkaitan dengan pengembangan energi terbarukan, Pemerintah Perancis terus mengembangkan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energinya dan mewujudkan energi efisiensi serta pencegahan perubahan iklim. Perancis

Anggota DEN saat berkunjung ke Kedubes Perancis di Jakarta

memiliki potensi terbesar kedua di Uni Eropa dalam hal energi angin, dan potensi yang sangat baik dari segi energi matahari dan panas bumi serta biomasa. Mengenai kelistrikan Jean menjelaskan bahwa Produksi listrik di Perancis didominasi oleh energi nuklir yang berjumlah sekitar 80% dan dari tenaga air. Perancis mengharapkan pada 2020 sebesar 23% konsumsi energi berasal dari energi terbarukan atau setara dengan 20 MTOE/tahun. Dimana energi terbarukan tersebut berasal dari tenaga angin, bioenergy, panas bumi, hydroelectric, matahari, gelombang laut, dan lain-lain. Sedangkan program - program investasi jangka panjang untuk kebutuhan listrik dan gas menjadi panduan bagi pelaku ekonomi Negara Perancis dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebijakan energi Perancis yaitu ketersediaan yang cukup, berdaya saing secara ekonomis, perlindungan lingkungan dan mempunyai keinginan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Lebih lanjut berkaitan dengan sektor transportasi, untuk kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar gas dan listrik. Kebijakan Pemerintah Perancis di sektor transportasi dalam rangka mengurangi emisi adalah dengan menerapkan sistem bonus dan penalti. Pemerintah akan memberikan bonus kepada masyarakat yang memiliki kendaraan dengan emisi yang rendah. Dijelaskan bahwa Perancis mempunyai lembaga AFD (Agence Francaise de Development) yang beroperasi di Indonesia dalam rangka memerangi perubahan iklim, terutama dengan meningkatkan efisiensi energi dan pengembangan energi terbarukan serta melestarikan keanekaragaman hayati. Climate Change Program Loan (CCPL) / Dana Pinjaman Program Perubahan Iklim merupakan program tiga tahun (20072009) yang dirancang oleh Pemerintah Indonesia yang berkonsultasi dengan lembaga donor Jepang dan Perancis, tujuannya adalah membuat kebijakan publik yang mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 17

Anggota DEN saat mendengarkan penjelasan dari Atase Komunikasi, Ekonomi dan Informasi Kedubes India, H Venkatachalam

Kunjungan ke Kedubes India

India akan Bangun PLTN Lagi

ak memiliki sumber daya uranium bukan halangan bagi India untuk membangun PLTN. Karena uranium bisa diimpor dari negaranegara lain. Sehingga tak usah heran jika kini India memiliki 22 buah pembangkit listrik tenaga nuklir. Menurut Atase Komunikasi, Ekonomi dan Informasi Kedubes India, H Venkatachalam, India pertama kali membangun PLTN pada tahun 1964. Saat ini India terus mengembangkan teknologi nuklirnya dan berencana akan memproduksi dua kali lipat dari yang ada sekarang. Penjelasan itu disampaikan Venkatachalam yang didampingi Sekretaris Pertama bidang Ekonomi dan Perdagangan Kedubes India, Pratibha saat menerima kunjungan Anggota Unsur Pemangku Kepentingan Dewan Energi Nasional Widjajono Partowidagdo dan Rinaldy Dalimi yang didampingi staf Setjen DEN pada 1 Juni lalu. Selain PLTN Pemerintah India juga memiliki sumber energi lain, diantaranya berasal dari mikro hidro 300 MW, dan energi baru terbarukan 10.000 MW.

Sedangkan pembangkit listrik dari tenaga angin dapat dihasilkan sebesar 2.000 MW setiap tahun. Saat ini India memiliki instalasi listrik sebesar 102.000 MW. Pemerintah India mengatur harga listrik, tetapi tetap ada persaingan harga pada perusahaan swasta yang mengelola kelistrikan yang telah ditunjuk oleh pemerintah India, di India pengaturan kelistrikan dibagi berdasarkan wilayah yang diatur oleh perusahaan yang berbeda. Mengenai subsidi listrik dijelaskan bahwa Pemerintah India tidak memberikan subsidi pada harga listrik untuk sektor industri, tetapi tetap memberikan subsidi harga listrik untuk sektor rumah tangga. Untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) Pemerintah India juga tidak memberikan subsidi kesemua sektor, subsidi hanya diberikan pada kendaraan umum hal ini pengaturannya diberikan kepada Negara-negara bagian di India. Rusia-India Rusia dan India menandatangani kerjasama pembangunan reaktor nuklir.

Rusia akan membangun 16 reaktor nuklir di India sebagai bagian kerjasama energi dan pertahanan. Dilansir dari AFP, Jumat (12/3/2010), penandatanganan kerjasama tersebut dilakukan langsung oleh Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Manmohan Singh. Antisipasi jangka panjang kerjasama nuklir tersebut datang dari Putin. Dia mengatakan, kerjasama nuklir salah satu aspek penting dalam kemitraan dua negara yang memiliki hubungan dagan kuat. Kesepakatan menunjukkan pembangunan 16 reaktor nuklir di tiga lokasi, jelas Deputi PM Rusia, Sergei Ivanov, yang ikut mendampingin Putin. Rencananya, Rusia akan membangun 6 reaktor pada tahun 2017. Rusia juga telah membangun 2 reaktor di selatan India, negara bagian Tamil Nadu. Rusia bersaing dengan Perancis dan AS untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di negara dengan perekenomian terbesar ketiga di Asia ini. India sedang meningkatkan pasokan energinya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya. ***

18 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

AUPK DEN Rinaldy Dalimi mewakili anggota DEN lainnya ketika diterima Kepala Bagian Ekonomi Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Warren Hauck

Kunjungan ke Kedubes Australia

Australia Kembangkan Energi Terbarukan


una memperoleh informasi mengenai masalah-masalah energi di Australia, Anggota Unsur Pemangku Kepentingan DEN Prof. Ir. Rinaldy Dalimi, M.Sc., Ph.D. dan Prof. Widjajono Partowidagdo, Ph.D. dengan didampingi staf dari Sekretariat Jenderal DEN pada 26 Mei 2010 melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Australia. Kepala Bagian Ekonomi Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Warren Hauck menjelaskan bahwa untuk menjamin ketersediaan energi dan ekonomi Australia dalam jangka panjang hingga tahun 2030 terus diusahakan The National Energy White Paper. Warren menjelaskan bahwa berkaitan dengan harga keenergian di Negara Kanguru tersebut diatur oleh Australian Energy Market Operator (AEMO) termasuk harga listrik dan gas, sehingga harga energi ditentukan oleh pasar tetapi tetap dengan memperhitungkan insentif yang diberlakukan oleh pemerintah Australia. Saat ini, lanjutnya, Australia sedang berusaha mengembangkan Renewable Energy sebagai tanggapan Australia terhadap isu global Warming and climate change. Terkait dengan bauran energi (energy mix), dia menjelaskan, pada tahun 2020 targetnya adalah sebesar 20%. Pemerintah Australia juga terus berusaha mengembangkan energi dari matahari sebagai sumber energi yang bisa diandalkan untuk kebutuhan energi negara Kanguru itu ke depan. Sedangkan berkaitan dengan penggunaan energi nuklir sebagai salah satu sumber energi yang bersih lingkungan, walaupun sudah memiliki reactor nuklir, namun masih menjadi perdebatan di Australia. Meski merupakan eksporter batubara terbesar di dunia, namun pemerintah Australia belum mengembangkan sumber energi yang berasal dari batubara terutama coalbed methane (CBM) secara komersial. Pengembangan baru sebatas investasi saja. Sedangkan energi bawah laut (wave) atau energi gelombang masih merupakan bahan studi dan belum dikembangkan. Warren yang didampingi Robert Law, Sekretaris 3 (Ekonomi) dan Kesuma Wijaya Senior Economy Officer (political and economic branch) juga menjelaskan bahwa Pemerintah Australia bersedia untuk mengadakan kerjasama dengan Indonesia dalam hal studi mengenai energi, khususnya renewable energy. Lebih lanjut mereka menyarankan kepada anggota DEN agar melakukan kunjungan di ibukota Negara Australia, Canberra karena fasilitas studi mengenai Renewable energy di Canberra sangat lengkap.

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 19

Anggota DEN mendengarkan penjelasan Konselor Ekonomi dan Perdagangan Kedubes China, Ban Yongzhi di Jakarta

Kunjungan ke Kedubes China

China Genjot Pembangunan PLTN

U
MW.

ntuk memenuhi kebutuhan listriknya, China kini sibuk membangun sejumlah PLTN.

Selain

Nuklir

Cina

juga

karena emisinya sangat besar yang sangat mempengaruhi lingkungan. sesuai dengan perkembangan. Potensi sumber daya angin yang terdapat di daerah bagian timur China yang dekat pantai utara dan Selatan jika dipasang memiliki potensi mencapai 1 juta MW. China merupakan pengguna energi terbesar ketiga di dunia dan menargetkan konsumsi energi di negara itu sudah dipenuhi dari sumber daya yang dapat diperbarui (renewable energy) seperti biodiesel sekurangnya 15% pada 2020. Kebutuhan listrik yang disuplai ke penduduk dan ke industri diberikan tanpa subsidi pemerintah, dimana harga jual listrik sebesar 6,82 Yuan atau setara dengan sekitar US$ 7 sen. *** Selain itu, teknologinya juga sudah dianggap tidak

memanfaatkan teknologi energi dari matahari yang sudah terpasang 7500 MW, yang merupakan hasil dari industri Cina sendiri. Selain itu, sejak tahun 2007 Pemerintah Cina membuat strategi dengan mengembangkan energi baru terbarukan yang terdiri dari beberapa sumber yaitu; air sebesar 400.000 MW sampai saat ini sudah terpasang 190.000 MW, panasbumi, mini ombak matahari dan energi dari bahan tanaman (nabati). Sebagaimana data yang ada pada tahun 2009 investasi China di bidang kelistrikan mencapai 755 milyar Yuan atau sekitar US$ 100 Miliar. Pada tahun yang sama, China menutup banyak PLTU batubara skala kecil 100-200 MW yang total keseluruhannya mencapai 26.000 MW. Penutupan PLTU itu dilakukan

Hingga kini, negeri tirai bambu ini memiliki PLTN dengan kapasitas 9.000 Saat menerima Anggota DEN yang berkunjung ke Kedutaan Besar China di Jakarta akhir Mei lalu, Konselor Ekonomi dan Perdagangan Kedubes China, Ban Yongzhi, China saat ini dalam proses pembangunan pembangkit nuklir sebesar 23.000 MW. Teknologi yang berkaitan dengan Nuklir saat ini terus dikembangkan China walaupun sebagian komponen masih diimpor dari beberapa negara. menilai, energi nuklir adalah energi bersih yang melindungi dari polusi dan akan terus berkembang.

20 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

DEN-IEA Bahas Penanggulangan Krisis Energi


Terkait hal itu, Novian maupun Didier sepakat perlu adanya perubahan pola konsumsi atau energi fosil yang lebih efisien. "Jika tidak, akan kacau dan berpotensi menimbulkan krisis energi bagi anak cucu ke depan," ujar Novian. Sebagaimana diketahui, kegiatan workshop tersebut merupakan tindak lanjut dari Letter of Intend antara Kementerian ESDM dengan IEA yang telah ditandatangani pada bulan Juni 2009 yang lalu di kota Paris, Perancis. Beberapa cakupan program kerja sama antara KESDM dengan IEA yaitu: 1. Optimisation of Energy Mix, including a focus on renewable (Optimisasi bauran energi dengan prioritas energi terbarukan); 2. Energy Market, regulatory frameworks and investment (Pasar Energi, kerangka regulasi dan investasi); 3. Energy Supply Security, including oil and natural gas emergency preparedness (Ketahanan pasokan energi, termasuk tanggap darurat minyak bumi dan gas bumi); 4. Energy conservation and efficiency (Konservasi dan effisiensi energy); 5. Cleaner technology and technology development (teknologi bersih dan pengembangan teknologi); 6. Facilitation of Energy research and development (fasilitasi kegiatan penelitian dan pengembangan energi); 7. Energy and environment, including climate change (Energi dan lingkungan, termasuk masalah perubahan iklim); 8. Energy information and statistic (Pertukaran informasi dan statistik energi). Selain itu di dalam workshop tersebut ada cakupan program butir tiga yaitu, energy supply security, inluding oil and natural gas emergency preparedness dimana merupakan isu yang aktual dalam pengelolaan migas di Indonesia, dan nantinya akan memfasilitasi pelaksanaan tugas DEN. ***

i tengah menurunnya cadangan migas dan konsumsi yang makin meningkat, Indonesia perlu mencari format kebijakan energy yang tepat. Untuk itu, Dewan Energi Nasional (DEN) bersama Ditjen Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta International Energy Agency (IEA) membahas penanggulangan krisis dan darurat energi, khususnya ketersediaan minyak dan gas dunia. "Ancaman harga minyak dunia, cadangan migas yang terus turun, serta konsumsi yang naik harus disikapi dengan bijak," kata Sekjen DEN Novian M Thaib di Jakarta, pertengahan Juni lalu. Karena itu, pihaknya bersama lembaga energi internasional menggelar workshop untuk mencari format kebijakan energi yang terbaik di Indonesia. Pemerintah, menurut Novian, harus mempunyai kebijakan yang tegas dengan mempertimbangan kepentingan jangka panjang. Apalagi, konsumsi migas yang besar harus dikelola dengan baik agar cadangan energi tidak terbarukan itu tidak dikuras habis saat ini. "Perlu langkah strategis demi kelangsungan dan kepentingan generasi mendatang."

Kebijakan energi nasional, ujar Novian, harus diarahkan pada sumber energi yang terbarukan dan ramah lingkungan. "Sebaliknya, ketergantungan pada energi fosil terutama migas dan batu bara harus bisa dikurangi." Karenanya, dalam workshop itu pihaknya menggali pengalaman dari berbagai negara maju yang tergabung dalam IEA terutama berkaitan dengan penanggulangan krisis energi fosil. Pejabat senior Kementerian ESDM itu menilai, kebijakan energi nasional dinilai IEA cukup bagus. "Pelan tapi pasti, pemanfaatan energi fosil dikurangi. Tapi, aplikasi kebijakan itu yang perlu dipantau dan dicermati bersama," tuturnya. Sementara itu, Director Energy Market and Security IEA Didier Hiussin, mengakui, banyak negara di dunia termasuk anggota IEA sangat tergantung pada energi fosil. Kondisi itu dinilainya tidak bagus dalam perspektif jangka panjang sehingga harus segera diperbaiki. "Energi fosil adalah cadangan langka dan jumlahnya terus berkurang. Jangan sampai konsumsi sekarang dibiarkan dan berdampak buruk bagi generasi mendatang."

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 21

The First Indonesian-Japan Energy Policy Dialogue

epang melihat Indonesia masih merupakan sumber pemasok energi paling prospektif di wilayah Asia Timur. Untuk itu, negara Matahari Terbit itu berjanji akan membantu pengembangan investasi dan infrastruktur energi di Indonesia. Sedangkan Indonesia menganggap Jepang masih merupakan mitra strategis dalam pengembangan energi. Untuk itu Indonesia berharap adanya peningkatan investasi Jepang, alih teknologi maupun potensi kerja sama lainnya khususnya di sektor Energi dan Sumber Daya Mineral. Demikian hasil pertemuan The 1st Indonesia-Japan Energy Policy Dialog (IJ-EPD) yang berlangsung di Tokyo, Jepang, tanggal 13-14 Mei 2010. Dalam pertemuan itu, delegasi Indonesia dipimpin Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo. Sedangkan Delegasi Jepang dipimpin oleh Assistant Vice Minister, METI, Takayuki Ueda. Dalam pertemuan G to G tersebut, dibahas mengenai kebijakan energi

nasional, migas, ketenagalistrikan, efisiensi energi dan kebijakan energi terbarukan, serta batu bara. Di bidang migas, kedua negara membahas mengenai kebijakan migas Indonesia dan situasi saat ini, investasi dan perdagangan minyak mentah serta LNG antara Jepang dan Indonesia serta kontrak LNG Jepang. Dibahas pula mengenai pengembangan jaringan pipa nasional serta rencana pembangunan terminal terapung (floating storage receiving terminal/FSRT) di Indonesia. Dalam kesempatan itu, delegasi IJ-EPD Indonesia juga melakukan kunjungan lapangan ke LNG Terminal Tokyo Gas di Negishi. Negishi terminal adalah salah satu dari tiga terminal yang ada di Jepang. Saat ini Negishi terminal menerima 10 juta ton LNG per tahun. Negishi merupakan pemasok LNG untuk Tokyo dan sekitarnya. Saat ini, Negishi menerima LNG dari Indonesia sejumlah 8% dari kebutuhannya.

Forum IJ-EPD merupakan tindak lanjut pertemuan Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh dengan Menteri METI Jepang Naoshima pada Januari 2010 lalu. Kerja sama bilateral Indonesia dan Jepang telah berlangsung cukup lama dalam berbagai wadah atau bentuk, antara lain melalui lembaga-lembaga Japan-Indonesia Cooperation Agency (JICA), IndonesiaJapan Economic Partnership Agreements (IJEPA), Japan-Indonesia Partnership Association (JIPSA), Japan Institute for Overseas (JIO) dan Indonesia-Japan Energy Round Table (IJERT). IJERT adalah kerja sama IndonesiaJepang di sektor ESDM. Hingga saat ini, IJERT telah 10 kali dilaksanakan dan terakhir pada tahun 2009 di Jakarta. IJERT bertujuan menjembatani kepentingan B to B kedua negara di bidang energi dan sumber daya mineral, utamanya perdagangan LNG dari Indonesia ke Jepang yang hingga saat ini telah berlangsung lebih dari 30 tahun.***

22 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

The Third Indonesia-US Energy Policy Dialogue


Pada tanggal 28-30 Juni 2010 di Washington DC, Amerika Serikat, telah dilaksanakan pertemuan ke-3 Energy Policy Dialogue (EPD) antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat.

ada pertemuan ini, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Dirjen Migas KESDM) Dr.Ing. Evita H. Legowo dan beranggotakan wakil-wakil dari unit-unit kerja di lingkungan KESDM, Kemlu, Bappenas, BP Migas, BPH Migas dan KADIN. Sementara Delegasi AS dipimpin oleh Dr. Phyllis Yoshida, Deputy Assistant Secretary for Asia, Europe and the Americas, Department of Energy (DoE), dan beranggotakan wakil-wakil dari DoE, Department of State, Department of Commerce, USTDA, USAID, USTR, Environmental Protection Agency, dan Kedubes AS di Jakarta. Pada pertemuan ini, Wakil Menteri Energi AS Daniel Poneman menyampaikan keynote remarks mengenai inisiatif yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan (litbang), efisiensi energi, energi terbarukan serta investasi sebagai poin-poin dalam rangka meningkatkan kerjasama bilateral RI-AS dalam bidang energi sesuai komitmen kedua Pimpinan Negara yang telah dituangkan dalam Indonesia-U. S. Comprehensive Partnership. EPD membahas berbagai isu energi yang menjadi perhatian bersama dan mengidentifikasi peluang dan tantangan dalam membangun kerjasama kedua negara di bidang kebijakan energi nasional, perkembangan dan pemanfaatan sumber energi, penelitian dan pengembangan, peningkatan kapasitas, pengembangan unconventional gas, methane to market, pengembangan sumber daya manusia. Sementara itu, Indonesia menyampaikan bahwa kerjasama di bidang energi masih terbuka luas dan menegaskan pentingnya partisipasi KADIN dan pihak swasta AS dalam pertemuan EPD ke-3

ini adalah untuk memudahkan dalam mengimplementasikan kebijakan energi dan menciptakan realisasi investasi dan bentuk-bentuk kerjasama yang produktif. Indonesia juga mengalami beberapa kemajuan dalam pelaksanaan kebijakan energi yang berkelanjutan, diantaranya yaitu didirikannya Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Energi Konservasi di Kementerian ESDM guna mengimplementasikan program clean energy, pengembangan kebijakan dan regulasi dalam bidang energi didasari oleh energi yang dikelola sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan sumber pendapatan negara, serta pengamanan penyediaan energi untuk pasar domestik dan sumber daya baku industri. Selain itu, pengelolaan energi diharapkan dapat menghasilkan multiplier effect yang positif bagi perekonomian nasional. Beberapa Kesepakatan Dalam pertemuan tersebut, kedua delegasi menyepakati bahwa Indonesia dan AS sepakat untuk melakukan kerjasama dalam bidang: 1. Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan dan teknologi energi yang efisien; 2. Penelitian dan pengembangan di bidang energi terbarukan, perubahan iklim, enhance oil recovery (EOR), dan carbon capture and storage (CCS), gasifikasi dan pencairan batubara, energi kelautan serta energi efisiensi; 3. Peningkatan pemanfaatan gas bumi (metana) untuk meningkatkan efektifitas biaya dan eksploitasi dan pemanfaatan gas sebagai energi bersih; 4. Mendorong kerjasama Pemerintah dan swasta dalam investasi di sektor energi;

5. Pertukaran informasi mengenai insentif fiskal dan keuangan untuk pengembangan energi; 6. Pendidikan dan pelatihan (diklat) pada bidang panas bumi, energi efisiensi dan topik-topik yang berkaitan dengan energi. Tindaklanjut hasil pertemuan ke-3 EPD telah disepakati oleh kedua pihak untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Kedua belah pihak akan melakukan pengelompokan dari potensi-potensi kerjasama yang telah disepakati dalam dialog menjadi beberapa working group. 2. Rencana aksi, keterlibatan pihakpihak yang terkait secara aktif dari kedua negara di setiap working group akan dikomunikasikan dan disepakati untuk dilaporkan kepada Pimpinan Kementerian/Departemen Energi kedua negara pada akhir Agustus 2010. 3. Pertemuan ke-4 EPD disepakati akan diselenggarakan di Indonesia pada tahun 2012. Sejak EPD ke-2 di Jakarta tahun 2008 silam, AS telah mengalami banyak perubahan dalam kebijakan energi, terutama dalam pelaksanaan paket stimulus fiskal American Recovery and Reinvestment Act 2009. Peran U.S. Department of Energy dalam pengembangan sumber energi baru menjadi sangat signifikan dan pentingnya kebijakan menciptakan iklim investasi untuk mendorong penerapan teknologi baru dan mempromosikan efisiensi penggunaan energi serta peningkatan penggunaan teknologi energi bersih.

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 23

di Bidang Energi

Indonesia-Korea Tingkatkan Kerjasama


ndonesia dan Korea Selatan di sepakat bidang ini, untuk meningkatkan Selama mengenai kemajuan atau perkembangan yang meliputi pembicaraan dari berbagai kementerian atau unit terkait dan diikuti oleh pemerintah serta swasta. Bertindak sebagai focal point kegiatan JTF adalah ketiga Energy yang Korea, kerja masa potensial di evaluasi Kemenko RI Perekonomian dengan bersama

kerjasama energi.

kerjasama dengan negara ginseng lebih banyak di bidang migas. Pertemuan Indonesia-Korea Forum lalu sama depan di (IKEF) Seoul, pada yang serta

Ministry of Knowledge of Economy (MKE) Republik Korea. Kerja sama bilateral Indonesia-Korea Pertemuan membahas diantara Selatan tersebut kebijakankedua negara, dimulai pada tahun 1979.

berlangsung 25-26 Maret difokuskan

dikembangkan

terhadap kerja sama yang telah terjalin selama ini. Kedua pihak berkomitmen untuk meningkatkan kerjasama yang selama ini sudah terjalin. Kerja sama yang telah terjalin antara Indonesia dan Korea dalam bidang migas, antara lain pengembangan Blok Madura dan Poleng yang merupakan kerja sama PT Pertamina dan Kodeco serta PT Pertamina dan SK Energy yang berkolaborasi di hilir migas. Beberapa bidang kerjasama yang potensial untuk dikembangkan di masa depan, antara lain pengembangan dimetil eter (DME) sebagai minyak baru, pengembangan lapangan migas marjinal, CBM, batu bara dan penelitian bersama biofuel generasi kedua. Pada kesempatan tersebut, Delegasi Korea menyampaikan harapannya agar dapat melanjutkan kerja sama mensosialisasikan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia. Pertemuan ketiga IKEF dihadiri oleh 155 pejabat pemerintah dan pengusaha dari kedua negara. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo. Sedangkan Delegasi Korea dipimpin Deputi Menteri Energi dan Kebijakan Sumber Daya Alam Kim Junggwan. Penyelenggaraan The 3rd IKEF ini bersamaan dengan pertemuan The 2nd Joint Task Force (JTF) Indonesia-Korea. Ini merupakan wadah pertemuan bilateral Indonesia-Korea yang membahas

kebijakan di bidang energi perdagangan LNG, minyak mentah, hasil kilang, batu bara dan kerja sama dalam pengembangan gas bumi, minyak, bara batu

dan tenaga listrik. Pada periode 1979-2006, Indonesia dan Korea telah melaksanakan pertemuan bilateral sebanyak 21 kali yang terbentuk dalam Joint Committee on Energy. Pada 4 Desember 2006 bersamaan dengan Joint Committee ke 22, disepakati untuk lebih meningkatkan dan mengintensifkan kerja sama sektor energi yang melibatkan swasta dari kedua negara. Ini ditandai dengan kesepakatan pembentukan Energy Forum yang diharapkan menjadi wadah baru bagi kerja sama Indonesia-Korea, menggantikan Joint Committee. (sumber: www.esdm.go.id)

24 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

PLN Beli Listrik 2 MW dari Pembangkit Tenaga Sampah

T PLN (Persero) akan membeli listrik dari pembangkit listrik tenaga biomass yang dimiliki PT Navigat Organik Indonesia yang ada di Bantar Gebang, Bekasi hingga 12 Megawatt (MW) dalam tiga tahun ke depan. Menurut Mochammad Sofyan, kepala divisi Energi Baru Terbarukan PLN, saat ini PLN sudah menyelesaikan negosiasi dengan kontraktor listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) yang akan mengembangkan listrik dari pengolahan sampah di areal tersebut.

"Harga jual listrik sudah disepakati sebesar Rp 800 per kwh. Kami sudah menyelesaikan negosiasi dan saat ini mengunggu persetujuan Kementerian ESDM," ujar Sofyan di Kantor Pusat PLN, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Jumat (16/7/2010). Saat ini, kapasitas pembangkit itu baru sebesar 2 MW , diharapkan dalam tiga tahun ke depan kapasitas pembangkit tersebut bisa mencapai 12 MW. Menurut dia, pembangkit listrik tenaga sampah di Bekasi tersebut membutuhkan investasi antara

US$3.5 juta sampai US$4 juta per megawatt."Pembangkit tersebut diharapkan bisa beroperasi dalam waktu 3 tahun," ujarnya. Selain di Bekasi, lanjut Sofyan, pembangkit listrik tenaga sampah juga kemungkinan akan dikembangkan di Bandung. Dia mengatakan Bandung memiliki potensi listrik tenaga sampah antara 6 sampai 10 MW. Saat ini sebuah IPP sedang melakukan studi kelayakan untuk proyek tersebut. (sumber: detikfinance.com)

PLTA Urumuka

Berpotensi 300 MW

ntuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat Papua, Pemerintah Provinsi Papua berencana membangun PLTA Urumuka di Kabupaten Paniai. PLTA tersebut diperkirakan dapat menghasilkan listrik sebesar 300 megawatt dimana sebagian produksi yang dihasilkan akan dibeli oleh PT. Freeport Indonesia untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Menurut Kepala Dinas Pertambangan dan Energi DR. Jannes Johan Karubaba, M.Sc, saat ini PT. Freeport Indonesia membutuhkan energi listrik sekitar 200 megawatt untuk mendukung operasional pertambangan di wilayahnya. Sehingga jika hal tersebut benar-benar terealisasi maka akan sangat menguntungkan pihak Pemerintah Provinsi, yang tentunya dapat menghasilkan pajak asli daerah (PAD) sekitar Rp. 1 2 triliun. Jadi, jika PLTA ini dibangun dan PTFI membeli listrik dari PLTA Urumuka, maka ini sangat menguntungkan kita dengan mendapatkan PAD triliunan rupiah guna menopang pembangunan di Papua.

K e i n g i n a n Pemda Papua tersebut memperoleh dukungan sepenuhnya dari Direktur Utama PT PLN (Persero) Dahlan Iskan. "Kami sangat bergembira, mendukung dan akan membantu sepenuhnya rencana tersebut. Apalagi dijadwalkan dalam empat tahun sudah akan menghasilkan listrik, ujar Dahlan. Ini sangat bagus dan membanggakan. Ternyata Pemda sudah memiliki inisiatif dan sudah bergerak. Kalau semua Pemda bergerak cepat seperti Pemda Papua, Indonesia akan cepat maju secara keseluruhan, lanjutnya. Pemda Papua melalui perusahaan daerah PT Papua Power Indonesia yang bekerjasama dengan BUMN PT Indra Karya. Meski pembangunan PLTA Urumuka akan dilakukan oleh Pemda dan PT Indra Karya, PLN siap memberikan bantuan apa saja yang diperlukan.

PLN sangat berpengalaman dalam membangun PLTA besar di seluruh Indonesia. Kalau diperlukan PLN siap membantu dan siap di belakang konsorsium Pemda-Indra Karya, ujar Dahlan. Selanjutnya Dahlan menyarankan agar konsorsium tersebut sekaligus membangun transmisi dari PLTA menuju Timika. Dengan demikian proyek ini akan sinkron sejak hulu sampai hilirnya. Dahlan juga mengatakan dengan kepastian pembangunan PLTA Urumuka oleh konsorsium Pemda ini, PLN akan mengevaluasi kembali perencanaan kelistrikan di Timika. Sebab PLTA Urumuka sangat besar dan kalau sudah berjalan nanti sangat jarang rusak.

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 25

Biji Nyamplung Bakal Jadi Alternatif

BBN
Buah Nyamplung sebagai alternatif Bahan Bakar Nabati.

Biji Nyamplung sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) memiliki keunggulan dibandingkan Jarak Pagar maupun Kelapa Sawit
sepanjang tahun; hampir seluruh bagian tanaman Nyamplung berdayaguna dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi; tegakan hutan Nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin (wind breaker) untuk tanaman pertanian dan konservasi sempadan pantai; dan pemanfaatan BBN Nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar; produktivitas biji lebih tinggi dibandingkan jenis lain (Jarak Pagar 5 ton/hektar; Kepala Sawit 6 ton/hektar; Nyamplung 20 ton/hektar). Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) Kementerian ESDM melalui Program Stimulus Desa Mandiri Energi (DME) melakukan pengadaan dan pemasangan mesin BBN berbasis Nyamplung di beberapa daerah. Salah satunya di Desa Bulu Agung, Kecamatan Silir Agung, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Sejak Agustus 2009 pemerintah telah melakukan sosialisasi proyek Nyamplung ke instansi terkait dan masyarakat setempat. Sebagai tindaklanjutnya, Litbang Kementerian Kehutanan menyediakan bahan baku biji Nyamplung

idak berlebihan jika dikatakan Indonesia disebut-sebut bakal menjadi Timur Tengah-nya Bahan Bakar Nabati (BBN/biofuel), mengingat saat ini Indonesia menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Selain itu, banyak tanaman yang tumbuh subur di Indonesia yang merupakan sumber bahan bakar nabati, seperti jarak pagar, singkong, tebu dan sebagainya. Belakangan diketahui ada sebuah tanaman yang juga dapat menjadi bahan baku BBN, yaitu buah Nyamplung (Calophyllum Inophyllum L). Nyamplung tersebar secara merata di daerah pantai wilayah Indonesia dan relatif mudah dibudidayakan. Selama ini Nyamplung hanya dimanfaatkan bijinya untuk pengobatan. Dengan kandungan minyak di dalamnya, biji Nyamplung mulai dilirik sebagai bahan baku biodiesel yang memiliki kadar minyak 40%. Dengan keberadaan minyak kelapa sawit sebagai minyak makan (edible oil), membuka peluang bagi tanaman seperti Nyamplung untuk dijadikan bahan baku BBN. Apalagi Nyamplung ternyata lebih ekonomis daripada Jarak Pagar (Jatropha Curcas).

Menurut penelitian PT Tracon Industri, untuk menghasilkan 1 liter minyak jarak dibutuhkan sekitar 5 kilogram (kg) biji jarak. Sedang untuk menghasilkan 1 liter minyak Nyampung, hanya dibutuhkan sekitar 3 kg biji Nyamplung. Menurut Kementerian Kehutanan ( h t t p : / / w w w. d e p h u t . g o . i d / i n d e x . php?q=id/node/4837) kelebihan Nyamplung sebagai BBN adalah bijinya mempunyai rendemen yang tinggi, bisa mencapai 74%, dan dalam pemanfaatannya tidak bersaing dengan kepentingan pangan. Dari segi prospek pengembangan dan pemanfaatannya, beberapa keunggulan Nyamplung antara lain adalah tanaman Nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia; regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan; tanaman relatif mudah dibudidayakan baik pada lahan tanaman sejenis (monokultur) atau di hutan campuran (mixed-forest); cocok di daerah beriklim kering, permudaan alami banyak, dan berbuah

26 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

di atas lahan seluas 67 hektar milik Kesatuan Pemangku Hutan Perum Perhutani. Selain itu, warga sekitar juga dilibatkan untuk pengambilan biji dari pohon sampai terkumpul dalam karung. Proyek itu juga dilengkapi sebuah gedung untuk bangunan pabrik biodiesel. Di dalam bangunan telah ditempatkan peralatan berupa sebuah mini plant compact yang berkapasitas 250 liter per hari. Peralatan itu terdiri dari mesin pemecah, alat pengukus, pengering dan pengepres, tangki reaktor dan peralatan lain seperti motor penggerak, belt, panel dan lain-lain. Di dalam program ini terdapat pula pelatihan pembibitan, praktek penanaman hingga pelatihan operator pabrik. Pada 1 Oktober 2009 telah terbentuk Lembaga Desa Mandiri Energi (DME) Sumber Makmur Desa Buluagung dengan ketua Haryono dan sekretaris Fatkhur Rohman. Serah terima dari DJLPE kepada Kepala Desa Buluagung, Ipong Dermawan telah berlangsung pada 8 Desember 2009. Sejak Januari hingga April, mesin telah berproduksi meski belum pada kapasitas penuh dengan bahan baku seadanya. Panen raya Nyamplung terjadi pada Mei-Juni sehingga dapat diperoleh produksi penuh. Dari 1 ton Nyamplung dapat diperoleh 250 liter biodiesel dengan harga jual Rp 4300 per liter. Untuk 100 liter biodiesel masih diperlukan 70 liter metanol. Pemanfaatan biji Nyamplung sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) memiliki keunggulan dibandingkan Jarak Pagar maupun Kelapa Sawit. Biji Nyamplung memiliki kekentalan melebihi minyak tanah serta kandungan minyak yang mencapai 50-70%. Kelebihan lainnya adalah, dapat berbuah sepanjang tahun, proses budidaya mudah serta proses pemanfaatannya tidak bersaing dengan kepentingan pangan. Dengan keunggulan itu, tidak mustahil Nyamplung bakal jadi primadona bahan baku BBN. ***

Massa SEHATI Gelar Demo Tolak PLTN

hawatir dengan bahayanya jika terjadi kebocoran, sejumlah massa pada April lalu melakukan demo menentang rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Dalam aksinya, sekelompok massa yang menamakan diri Massa Sehati Nusantara meminta pemerintah dan Dewan Energi Nasional (DEN) untuk tidak menjadikan PLTN sebagai sumber energi nasional. Ini agar dijadikan pehatian oleh inverstor dan pemerintah yang akan bangun PLTN di sepajang Muria. Nuklir bukan solusi terakhir bagi sumber energi nasional, ujar Koordinator Aksi Massa Sehati Nusantara, Lukman Hakim. Menurut Lukman, salah satu alasan mengapa PLTN sebaiknya ditangguhkan sebagai salah satu

sumber energi utama adalah karena Indonesia belum sepenuhnya menguasai teknologi nuklir. Itu sebuah kekhawatiran dan yang paling penting, PLTN bukan solusi terakhir.. Dalam aksi ini massa yang terdiri dari mahasiswa, masyarakat dan pemerhati lingkungan ini mengelar aksi teatrikal yang mengambarkan bahaya nuklir bagi manusia. Aksi serupa, jelas Lukman, akan digelar serentak di enam kota yakni Jakarta, Jepara, Semarang, Yogya, Madura dan Bangka. Aksi ini juga digelar untuk memperingati 24 tahun tragedi kecelakaan reaktor nuklir Chernoby di Ukraina yang menjadi alasan mengapa massa Sehati Nusantara menolak PLTN dijadikan sumber energy utama di Indonesia. ***

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 27

Pro Kontra Rencana Pembangunan PLTN

ro kontra masih mewarnai rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Akibatnya, hingga kini belum jelas benar kapan Indonesia bakal mulai membangun PLTN. Semula ditargetkan pada 2016, Indonesia sudah dapat menikmati listrik murah dari PLTN. Namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda pembangkit itu bakal dibangun. Banyak kalangan di lingkungan akademis, dunia usaha maupun parlemen di Indonesia yang mendukung PLTN, namun tak sedikit pula yang masih mengkhawatirkan berdirinya PLTN di Indonesia. Bahkan masyarakat Jepara -yang wilayahnya telah direncanakan sebagai tempat berdirinya PLTN- dengan tegas menolak rencana tersebut. Sebagian anggota komisi VII DPR RI yang membawahi bidang energi mendukung rencana pembangunan PLTN dengan alasan untuk mengatasi ketergantungan terhadap energi fosil yang makin menipis. Dukungan tersebut mengemuka saat Komisi VII DPR RI yang dipimpin Wakil Ketua Komisi Effendi Simbolon (Fraksi PDI-P) melakukan audiensi dengan Himpunan Masyarakat Peduli Nuklir, Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan, di Gedung DPR Senayan, Jakarta beberapa waktu lalu. Menurut Anggota Komisi VII Milton Pakpahan (Fraksi PD), negara-negara maju sudah banyak yang menggunakan tehnologi nuklir, bahkan kawasan Asia juga sudah mulai memakai tehnologi nuklir. Kalau memang di satu daerah tidak bisa, kita bisa cari tempat lain. Indonesia masih sangat luas. Yang penting, perlu ada sinkronisasi koordinasi berbagai pihak terkait yakni masyarakat nuklir, Pemerintah dan DPR. Karena itu, Milton minta kepada masyarakat peduli nuklir, agar memberikan berbagai kajian tentang masalah, tantangan, peluang serta hambatan secara lebih detail seputar permasalahan nuklir, termasuk masalah regulasinya.

Harusnya sambung Milton, BATAN mampu membuat program-program nuklir yang konkrit. Sedangkan masalah anggaran dapat dibahas bersama DPR. Namun dirinya menyayangkan, mengingat generasi muda seakan kurang tertarik terhadap energi nuklir, terlihat dari peserta audiensi semua sudah berusia lanjut.Hal ini menurut Milton merupakan tantangan bagi LSM Nuklir sendiri, bagaimana menciptakan jaringan misalnya melalui institusi pendidikan. Senada dengannya, Anggota Komisi VII Syamsul Bachri (Fraksi PG) mengaku sangat mendukung pengembangan energi nuklir, meski disadarinya pendapat Komisi VII sendiri masih terbelah, antara mendukung dan tidak, begitupun dengan Pemerintah juga belum bulat. Karenanya Komisi VII harus mewujudkan keputusan politik. Memang tidak mudah meyakinkan masyarakat bahwa nuklir itu murah, di samping mudah juga menguntungkan. Jadi perlu mensosialisasikan serta melakukan pendekatan kepada masyarakat, tegas Syamsul.

Sementara itu, juru bicara Masyarakat Peduli Nuklir Jumadi, yang juga mantan Deputi BATAN menegaskan, masyarakat umum sebenarnya tidak perlu khawatir, mengingat banyak ahli-ahli yang sangat menguasai bidang nuklir. Selain itu juga ada badan tenaga nuklir internasional yang siap membantu. Energi nuklir diyakini mampu mengatasi Indonesia dari krisis energi listrik serta mampu mewujudkan penurunan emisi hingga 26 persen. Ia juga menegaskan, Gubernur se-Kalimantan telah menyatakan dukungannya. Beberapa waktu lalu, Anggota Komisi VII Asfihani juga menyatakan kesiapan daerah pemilihannya (Kalimantan Selatan) untuk dibangun tehnologi nuklir. Anggota Komisi VII Sutan Bhatoegana (Fraksi PD) menekankan bahwa energi nuklir sangat penting, selain canggih, murah dan mampu memenuhi kebutuhan energi juga ramah lingkungan. Namun yang menyedihkan, lanjutnya, dahulu Korea Selatan (Korsel) belajar mengenai energi nuklir di Indonesia. Sekarang Korsel sudah menikmati tehnologi nuklir, sedangkan kita hanya jalan di tempat.

28 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Anggota Komisi VII Sutan Bhatoegana (Fraksi PD) mengingatkan, seharusnya tahun 2016 Indonesia sudah mempunyai pembangkit listrik tenaga nuklir. Untuk itu, ia meminta Menristek dapat berperan aktif, seperti dalam hal sosialisasi. Menurut Sutan, opini yang berkembang di kalangan masyarakat harus diluruskan, terlebih Indonesia sendiri sudah mendapat pengakuan dunia soal nuklir. Karenanya ia berharap Menristek dapat lebih pro aktif dengan terlibat langsung, supaya PLTN segera diwujudkan sesuai dengan Undangundang yang sudah ada. Pendapat senada dikemukakan anggota Komisi VII dari Fraksi Golkar Satya W. Yudha. Ia meminta Menristek juga mempromosikan kesiapan tehnologi yang sudah ada. Menurutnya Menristek berkewajiban untuk memberitahukan hal itu. Menristek wajib mengatakan kesiapan tehnologi kita kepada semua pihak, termasuk para investor. Kita harus meyakinkan bahwa tidak ada masalah

dalam sisi keamanan. Tehnologi kita aman, ujarnya saat rapat kerja Komisi VII dengan Menristek. Sementara itu, sejumlah massa yang tergabung dalam Sehati Nusantara dengan tegas menolak rencana pembangunan PLTN. Masih banyak energi lain yang kita miliki selain PLTN. Jadi, kenapa harus PLTN? Mestinya sumber energi yang lain dulu yang digarap, kata Sekjen Sehati Nusantara, Herman Tale. Selain Herman, para aktivis pecinta lingkungan yang tergabung dalam Sehati Nusantara antara lain Ahmad Munawarul Zaman dari Pasca Sarjana UI, Lukman Hakim (UIN), Abdul Aziz Kurniawan (BEM IISIP), dan Agus Harta (FKMUniversitas Islam Azzahra). Tunggu Reaktor Fusi Menanggapi pro kontra rencana pembangunan PLTN, Anggota DEN dari Unsur Pemangku Kepentingan (AUPK) yang juga Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Rinaldy Dalimi menyarankan agar pemerintah tak usah

terburu-buru dan memaksakan pendirian PLTN. Sebab saat ini PLTN yang menggunakan reaktor fisi beresiko tinggi. Sedangkan pembangkit listrik tenaga nuklir dengan reaktor fusi yang lebih aman diperkirakan akan siap dikomersilkan pada 2020-2050. Jika tetap ingin membangun PLTN, sebaiknya menunggu teknologi baru yang lebih kecil risikonya, kata Rinaldy. Saat ini, semua PLTN yang ada menggunakan reaktor fisi dengan bahan bakar uranium. Limbah uranium itu menghasilkan radiasi yang berbahaya bagi manusia. Sedangkan reaktor fusi masih dalam penelitian. Reaktor ini menggunakan bahan baku air berat atau deuterium. Saat ini saja, lanjutnya, negaranegara pemilik PLTN sudah berencana mengganti reaktornya dengan reaktor fusi. Bahkan, negara-negara besar membiayai penelitian untuk mewujudkan reaktor fusi. ***

Italia Jadi Tempat PLTS Terbesar di Eropa


850.000 meter persegi (9,15 juta kaki persegi) atau sekitar seluas 120 lapangan sepakbola di Rovigo yang tak jauh dari Venice yang berada di timur laut Italia. Dengan kapasitas sebesar itu, nantinya PLTS di Italia ini akan menjadi yang terbesar di Eropa. Saat ini PLTS terbesar di Eropa, berlokasi di Spanyol menghasilkan 60 MW dan terbesar kedua di Jerman dengan kapasitas 50 MW, kata SunEdison. "Taman fotovoltaik di Provinsi Rovigo merupakan tonggak penting dalam pembangunan dan pembentukan energi matahari di Italia," kata Manajer Umum SunEdison Italia, Francesco Liborio Nanni dalam sebuah pernyataan. Pembangunan PLTS itu, akan menelan investasi di antara 200 juta hingga 250 juta euro (US$ 273 juta hingga US$ 342 juta), kata perusahaan itu. Produksi energi akan dimulai pada paruh kedua 2010 dan pembangkit listrik akan sepenuhnya beroperasi pada akhir tahun, kata SunEdison, yang bekerja pada proyek dalam hubungannya dengan raksasa perbankan Spanyol Santander. Selama tahun pertama operasi, pembangkit listrik akan menutupi kebutuhan listrik dari 17.000 rumah tangga dan akan mencegah emisi 41.000 ton karbon dioksida ke atmosfer. SunEdison, sebuah anak perusahaan dari perusahaan AS MEMC Electronic Materials, adalah perusahaan pembangkit listrik tenaga surya terkemuka di Amerika Serikat dan terbesar ketiga di dunia. ***

etelah menjadi pusat mode dunia, Italia sebentar lagi bakal jadi pusat perhatian dunia dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) super besar yang akan dibangunnya. Rencananya, SunEdison -perusahaan AS yang membangun instalasi PLTSakan membangun pembangkit dengan kapasitas 72 megawatt (MW). PLTS itu akan dibangun di sebuah area seluas

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 29

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

ingga saat ini, pro kontra masih mewarnai rencana pemerintah untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Pembangkit non konvensional itu di satu sisi dianggap merupakan solusi bagi pemenuhan kebutuhan listrik yang tiap tahun makin meningkat. Di sisi lain, PLTN dianggap memiliki resiko tinggi terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya akibat radiasi nuklir. Untuk lebih memahami PLTN, kami sajikan tulisan berikut. Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian dahsyatnya akibat yang

ditimbulkan oleh bom tersebut sehingga pengaruhnya masih dapat dirasakan sampai sekarang. Di samping sebagai senjata pamungkas yang dahsyat, sejak lama orang telah memikirkan bagaimana cara memanfaatkan tenaga nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang antara lain bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi teknik nuklir untuk non energi. Salah satu pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang energi saat

ini sudah berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga nuklir (PLTN), dimana tenaga nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman dan tidak mencemari lingkungan. Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial sejak tahun 1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan dioperasikan satu unit PLTN air ringan bertekanan tinggi (VVER = PWR) yang setahun kemudian mencapai daya 5 Mwe. Pada tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled Reactor (GCR + Reaktor berpendingin gas) dengan daya 100 Mwe. Pada tahun

30 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

1997 di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara sedang berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18 % dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai 351.000 Mwe dan 36 unit PLTN sedang dalam tahap kontruksi di 18 negara. Perbedaan Pembangkit Listrik Konvensional (PLK) dengan PLTN Dalam pembangkit listrik konvensional, air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran bahan fosil (minyak, batubara atau gas). Uap yang dihasilkan dialirkan ke turbin uap yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin selanjutnya digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga akan dihasilkan tenaga listrik. Pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara, minyak atau gas mempunyai potensi yang dapat menimbulkan dampak lingkungan dan masalah transportasi bahan bakar dari tambang menuju lokasi pembangkitan. Dampak lingkungan akibat pembakaran bahan fosil tersebut dapat berupa CO2 (karbon dioksida), SO2 (sulfur dioksida) dan NOx (nitrogen oksida), serta debu yang mengandung logam berat. Kekhawatiran terbesar dalam pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil adalah dapat menimbulkan hujan asam dan peningkatan pemanasan global. PLTN beroperasi dengan prinsip yang sama seperti PLK, hanya panas yang digunakan untuk menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fosil (uranium) dalam suatu reaktor nuklir. tenaga panas tersebut digunakan untuk membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit uap (steam generator) dan selanjutnya sama seperti pada PLK, uap digunakan untuk menggerakkan turbin generator sebagai pembangkit tenaga listrik. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus selama PLTN beroperasi. Proses pembangkitan listrik ini tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam berat yang dibuang ke lingkungan atau melepaskan partikel yang berbahaya seperti CO2, SO2, NOx ke lingkungan, sehingga PLTN ini merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN sebelum dilakukan penyimpanan secara lestari. Tentang Fisika Nuklir Panas yang digunakan untuk membangkitkan uap diproduksi sebagai hasil dari pembelahan inti atom yang dapat diuraikan sebagai berikut : Apabila satu neutron (dihasilkan dari sumber neutron) tertangkap oleh satu inti atom uranium-235, inti atom ini akan terbelah menjadi 2 atau 3 bagian/ fragmen. Sebagian dari energi yang semula mengikat fragmen-fragmen tersebut masing-masing dalam bentuk energi kinetik, sehingga mereka dapat bergerak dengan kecepatan tinggi. Oleh karena fragmen-fragmen itu berada di dalam struktur kristal uranium, mereka tidak dapat bergerak jauh dan gerakannya segera diperlambat. Dalam proses perlambatan ini energi kinetik diubah menjadi panas (energy thermal). Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa energi thermal yang dihasilkan dari reaksi pembelahan 1 kg uranium-235 murni besarnya adalah 17 milyar kilo kalori, atau setara dengan energi thermal yang dihasilkan dari pembakaran 2,4 juta kg (2400 ton) batubara. Selain fragmen-fragmen tersebut, reaksi pembelahan menghasilkan pula 2 atau 3 neutron yang dilepaskan dengan kecepatan lebih besar dari 10.000 km per detik. Neutron-neutron ini disebut neutron cepat yang mampu bergerak bebas tanpa dirintangi oleh atom-atom uranium atau atom-atom kelongsongnya. Agar mudah ditangkap oleh inti atom uranium guna menghasilkan reaksi pembelahan, kecepatan neutron ini harus diperlambat. Zat yang dapat memperlambat kecepatan neutron disebut moderator. Air Sebagai Pemerlambat Neutron (Moderator) Seperti telah disebutkan di atas, panas yang dihasilkan dari reaksi pembelahan, oleh air. yang bertekanan 160 atmosfir dan suhu 300 derajat Celcius secara terus menerus dipompakan ke dalam reaktor melalui saluran pendingin reaktor. Air yang bersirkulasi dalam saluran pendingin ini tidak hanya berfungsi sebagai pendingin saja melainkan juga bertindak sebagai moderator, yaitu sebagai medium yang dapat memperlambat neutron. Neutron cepat akan kehilangan sebagian energinya selama menumbuk atom-atom hidrogen. Setelah kecepatan neutron turun sampai 2000 m per detik atau sama dengan kecepatan molekul gas pada suhu 300 derajat Celcius, barulah ia mampu membelah inti atom uranium-235. Neutron yang telah diperlambat disebut neutron thermal. Reaksi Pembelahan Inti Berantai Terkendali Untuk mendapatkan keluaran thermal yang mantap, perlu dijamin agar

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 31

banyaknya reaksi pembelahan inti yang terjadi dalam teras reaktor dipertahankan pada tingkat tetap, yaitu 2 atau 3 neutron yang dihasilkan dalam reaksi itu hanya satu yang dapat meneruskan reaksi pembelahan. Neutron lainnya dapat lolos keluar reaktor, atau terserap oleh bahan lainnya tanpa menimbulkan reaksi pembelahan atau diserap oleh batang kendali. Batang kendali dibuat dari bahan-bahan yang dapat menyerap neutron, sehingga jumlah neutron yang menyebabkan reaksi pembelahan dapat dikendalikan dengan mengatur keluar atau masuknya batang kendali ke dalam teras reaktor. Sehubungan dengan uraian di atas perlu digarisbawahi bahwa : a. Reaksi pembelahan berantai hanya dimungkinkan apabila ada moderator. b. Kandungan uranium-235 di dalam bahan bakar nuklir maksimum adalah 3,2 %. Kandungan ini kecil sekali dan terdistribusi secara merata dalam isotop uranium-238, sehingga tidak mungkin terjadi reaksi pembelahan berantai secara tidak terkendali di dalamnya. Radiasi dan Hasil Belahan Fragmen-fragmen yang diproduksi selama reaksi pembelahan inti disebut hasil belahan, yang kebanyakan berupa atom-atom radioaktif seperti xenon-133, kripton-85 dan iodium-131. Zat radioaktif ini meluruh menjadi atom lain dengan memancarkan radiasi alpha, beta, gamma atau neutron. Selama proses peluruhan, radiasi yang dipancarkan dapat diserap oleh bahanbahan lain yang berada di dalam reaktor, sehingga energi yang dilepaskan berubah menjadi panas. Panas ini disebut panas peluruhan yang akan terus diproduksi walaupun reaktor berhenti beroperasi. Oleh karena itu reaktor dilengkapi dengan suatu sistem pembuangan panas peluruhan. Selain hasil belahan, dalam reaktor dihasilkan pula bahan radioaktif lain sebagai hasil aktivitas neutron. Bahan radioaktif ini terjadi karena bahan-bahan lain yang berada di dalam reaktor (seperti kelongsongan atau bahan

struktur) menangkap neutron sehingga berubah menjadi unsur lain yang bersifat radioaktif. Radioaktif adalah sumber utama timbulnya bahaya dari suatu PLTN, oleh karena itu semua sistem pengamanan PLTN ditujukan untuk mencegah atau menghalangi terlepasnya zat radioaktif ke lingkungan dengan aktivitas yang melampaui nilai batas ambang yang diizinkan menurut peraturan yang berlaku.

Keselamatan terpasang Keselamatan terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan uranium. Bila suhu dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang tidak tertangkap maupun yang tidak mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga reaksi pembelahan berkurang. Akibatnya panas yang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan menjamin bahwa teras

Keselamatan Nuklir Berbagai usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat, para pekerja reaktor dan lingkungan PLTN. Usaha ini dilakukan untuk menjamin agar radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir tidak terlepas ke lingkungan baik selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan. Tindakan protektif dilakukan untuk menjamin agar PLTN dapat dihentikan dengan aman setiap waktu jika diinginkan dan dapat tetap dipertahanan dalam keadaan aman, yakni memperoleh pendinginan yang cukup. Untuk ini panas peluruhan yang dihasilkan harus dibuang dari teras reaktor, karena dapat menimbulkan bahaya akibat pemanasan lebih pada reaktor.

reaktor tidak akan rusak walaupun sistem kendali gagal beroperasi. Penghalang Ganda PLTN mempunyai sistem pengaman yang ketat dan berlapis-lapis, sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkannya sangat kecil. Sebagai contoh, zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi pembelahan inti uranium sebagian besar (>99%) akan tetap tersimpan di dalam matriks bahan bakar, yang berfungsi sebagai penghalang pertama. Selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan, kelongsongan bahan bakar akan berperan sebagai penghalang kedua untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif tersebut keluar kelongsongan. Dalam hal zat radioaktif masih dapat

32 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

keluar dari dalam kelongsongan, masih ada penghalang ketiga yaitu sistem pendingin. Lepas dari sistem pendingin, masih ada penghalang keempat berupa bejana tekan dibuat dari baja dengan tebal 20 cm. Penghalang kelima adalah perisai beton dengan tebal 1,5-2 m. Bila zat radioaktif itu masih ada yang lolos dari perisai beton, masih ada penghalang keenam, yaitu sistem pengungkung yang terdiri dari pelat baja setebal 7 cm dan beton setebal 1,5-2 m yang kedap udara. Jadi selama operasi atau jika terjadi kecelakaan, zat radioaktif benar-benar tersimpan dalam reaktor dan tidak dilepaskan ke lingkungan. Kalaupun masih ada zat radioaktif yang terlepas jumlahnya sudah sangat diperkecil sehingga dampaknya terhadap lingkungan tidak berarti. Pertahanan Berlapis Disain keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis (defence in depth). Pertahanan berlapis ini meliputi: lapisan keselamatan pertama, PLTN dirancang, dibangun dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yang tinggi dan teknologi mutakhir; lapis keselamatan kedua, PLTN dilengkapi dengan sistem pengaman/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi akibataibat dari kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN dan lapis keselamatan ketiga, PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan tambahan, yang dapat diperkirakan dapat terjadi pada suatu PLTN. Namun demikian, kecelakaan tersebut kemungkinan terjadinya tipis selama umur operasi PLTN. Limbah Radioaktif Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap linkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondensor sama sekali tidak mengandung

Sistem Keselamatan Reaktor dengan Penghalang Ganda

zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang bersirkulasi di dalam reaktor. Gas radioaktif yang dapat keluar dari sistem reaktor tetap terkungkung di dalam sistem pengungkung PLTN dan sudah melalui sistem ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2 milicurie/tahun), sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Pada PLTN sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah (70 80 %). Sedangkan limbah aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang elemen bakar nuklir bekas, sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur ulang, limbah aktivitas tinggi ini jumlahnya sangat sedikit. Penangan limbah radioaktif aktivitas rendah, sedang maupun aktivitas tinggi pada umumnya mengikuti tiga prinsip, yaitu : Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi, kompaksi/ ditekan. Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk memudahkan dalam transportasi dan penyimpanan. Menyimpan limbah yang telah diolah, di tempat yang terisolasi.

Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil volume, kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan gelas masif (vitrifikasi) di dalam wadah yang kedap air, tahan banting, misalnya terbuat dari beton bertulang atau dari baja tahan karat. Pengolahan limbah padat adalah dengan cara diperkecil volumenya melalui proses insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan limbah yang tidak dapat dibakar, diperkecil volumenya dengan kompaksi/penekanan dan dipadatkan di dalam drum/beton dengan semen. Sedangkan limbah padat yang tidak dapat dibakar atau tidak dapat dikompaksi, harus dipotong-potong dan dimasukkan dalam beton kemudian dipadatkan dengan semen atau gelas masif. Selanjutnya limbah radioaktif yang telah diolah disimpan secara sementara (10-50 tahun) di gudang penyimpanan limbah yang kedap air sebelum disimpan secara lestari. Tempat penyimpanan limbah lestari dipilih di tempat/lokasi khusus, dengan kondisi geologi yang stabil dan secara ekonomi tidak bermanfaat. (sumber: Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, BATAN).

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 33

Energi Listrik dari Bakteri

onsumsi energi yang terus meningkat membuat cadangan energi kian menipis. Dunia kini membutuhkan sumber energi alternatif yang besar sekaligus ramah lingkungan. Untuk itu berbagai inovasi dilakukan. Salah satu inovasi yang cukup menakjubkan dalam menemukan sumber-sumber energi alternatif adalah pengembangan bakteri sebagai penghasil listrik. Ide untuk mengembangkan bakteri ini berawal dari fakta bahwa limbah banyak mengandung gula sehingga memiliki potensi listrik. Sehingga hal ini membuat ilmuwan tertarik untuk mengolah air limbah menjadi listrik. Untuk membuat potensi itu dapat diwujudkan, tentunya dibutuhkan bakteri. Peneliti dari Universitas Penn State, Amerika Serikat, Bruce Logan memilih bakteri geobakter untuk melakukan tugas tersebut. Bakteri ini dipilih karena mampu memproses material organik dan kemudian mengubahnya menjadi elektron. "Bahkan geobakter mampu memproses polutan seperti aromatic hydrocarbon hingga 90 persen guna memperoleh elektron," ujar Logan seperti dikutip Livescience. Dengan kemampuan bakteri memproses polutan seperti itu, tentu memberikan nilai tambah tersendiri. Selain itu, ujar Logan, bakteri juga mampu memproses bahan kimia yang ada pada lumpur dasar laut menjadi listrik. Bahkan energi yang dihasilkan bisa mencapai dua kali lipat dari proses biasa. Ini memberikan harapan bakteri dapat

menjadi penopang sumber penghasil listrik masa depan. Namun kendala yang dihadapi tetap ada. Air limbah yang akan diolah bakteri menjadi listrik biasanya belum dapat memenuhi angka kebutuhan. Bahkan jika limbah hewan, makanan, dan cair dijadikan satu dan diolah menjadi listrik ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan energi negara besar seperti Amerika Serikat meski hanya setengahnya. Walaupun demikian, bukan berarti penemuan teknologi ini tidak menjanjikan. Meski belum dapat memenuhi kebutuhan negara besar, teknologi ini setidaknya mampu mengurangi ketergantungan akan energi fosil yang makin menyusut dan memberi dampak buruk bagi lingkungan. Terus Menerus Hasilkan Listrik Penelitian terhadap bakteri juga pernah dilakukan Charles Milliken dari Universitas Kedokteran Carolina Selatan bersama koleganya Harold May. Milliken meneliti bakteri yang menjadikan limbah sebagai makanannya. Jenis bakteri tertentu ternyata tidak

hanya memakan limbah, tapi juga menghasilkan listrik. Saat ini telah ditemukan bakteri yang makan racun 24 jam selama seminggu sekaligus menghasilkan listrik. "Bakteri tersebut mampu menghasilkan listrik secara terusmenerus dan pada tingkat tertentu dapat digunakan untuk menjalankan peralatan listrik berdaya rendah," katanya. "Selama bakteri dipasok bahan bakar (limbah), dapat dihasilkan listrik selama 24 jam sehari," lanjutnya. Penelitian baru terhadap Desulfitobacteria berhasil mengungkap kemampuannya untuk menghancurkan dan mengatasi polutan yang paling bermasalah antara lain PCB (Polychlorinated biphenyl) dan beberapa larutan kimia. "Bakteri ini memiliki kemampuan metabolisme yang sangat berbeda dengan yang lain, misalnya makanan yang dapat dikonsumsi," ungkap Milliken. Artinya, bakteri tersebut dapat mengubah berbagai jenis limbah dalam jumlah besar sebagai sumber listrik. Menurutnya, teknologi ini dapat digunakan untuk membantu reklamasi pengairan yang tercemar dengan membersihkan limbah

34 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

sekaligus menghasilkan listrik. Bakteri menjalankan fungsi yang berguna saat berada pada kondisi spora, tahap perkembangan yang tahan terhadap panas ekstrim, radiasi, dan minimnya air. Sifat-sifat yang dimiliki organisme ini, sangat cocok untuk dipekerjakan pada lingkungan yang mustahil dilakukan oleh manusia. Listrik Baterai HP Sementara itu, penelitian tentang teknologi pembangkit listrik dari bakteri yang dilakukan peneliti dari Universitas Harvard, Peter Girguis, menghasilkan listrik untuk kebutuhan baterai telpon seluler (handphone). Girguis mengakui, daya listrik yang dihasilkan masih terlalu kecil untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan energi paling mendasar di zaman teknologi komunikasi, yaitu baterai telepon seluler atau sekedar menyalakan sebuah lampu LED. Bakteri yang dapat dimanfaatkan, jelas Prof. Girguis, adalah jenis anaerob, yakni bakteri yang berkembang di dalam lingkungan tanpa oksigen. Penelitian menunjukkan, bakteri yang paling efektif dalam membangkitkan listrik adalah bakteri anaerob yang hidup dari unsur logam, belerang, atau gas methan. Dia menjelaskan, untuk menemukan bakteri-bakteri seperti ini sebetulnya relatif mudah. Hanya dengan bermodalkan cangkul, dan menggalinya di kebun di belakang rumah, kita dapat menemukan bekteri tersebut. Menurut Prof. Girguis, tanah yang diberi kompos merupakan makanan ideal bagi bakteri anaerob tersebut. Bakteri ini punya keunikan metabolisme yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan

listrik. Karena sebagai produk buangan dari metabolismenya, bakteri ini melepaskan elektron. Elektron inilah yang dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Secara sederhana, Girguis menggambarkan model sel pembangkit listrik mikroba itu. Pada tanah yang tak mengandung oksigen, kita tanam sebuah elektroda seperti batang grafit dari pensil atau baterai bekas. Pada elektroda inilah bakteri akan berkembang biak. Setelah itu, kita pasang sebuah batang grafit lain di atas permukaan tanah, yang bertindak sebagai katoda. Jika elektroda dan katoda dihubungkan menggunakan kabel yang dilengkapi sirkuit saklar, kita memiliki sumber listrik. Saklar hanya berfungsi menyambung atau memutus aliran listriknya. Geobacter, salah satu spesies bakteri anaerob yang bisa digunakan untuk menghasilkan listrik adalah Geobacter metallireducens, yang pertama kali ditemukan di tambang batu bara di Sungai Potomac, Washington DC, tahun 1987. Geobacter mempunyai kemampuan berpindah, dengan cara menggerakkan elektron dalam metal. Kemampuan ini menjadikan bakteri tersebut dapat mengurai limbah, sekaligus menghasilkan listrik. Geobacter adalah mikroba pertama yang mampu mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida (CO2). Ia

mendapat tenaga dengan memanfaatkan oksida dari besi. Dengan cara yang sama seperti manusia, ia menghirup oksigen. Spesies ini juga dapat digunakan mengatasi pencemaran lingkungan. Misalnya, mengurai tumpahan minyak di perairan menjadi CO2 yang tak berbahaya, mengubah kondisi lingkungan, dan mempercepat laju degradasi kontaminan. Geobacter juga punya kemampuan menyingkirkan kontaminan logam radioaktif dari perairan. Tim Riset NASA saat ini juga mengembangkan Geobacter sebagai bahan bakar, yang kemudian dapat memiliki daya listrik. Semua jenis sel bahan bakar menghasilkan listrik, dengan memproduksi dan mengendalikan arus elektron. Uji coba sel pembangkit listrik mikroba di negara-negara berkembang seperti Indonesia memang sangat diperlukan. Sebab sasaran utama pengembangan sel pembangkit listrik mikroba adalah memerangi kelangkaan listrik di negara berkembang. ***

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 35

KOMITMEN SEKTOR ENERGI INDONESIA DALAM MITIGASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM


Oleh : Maritje Hutapea Yenny Dwi S.

aat ini perubahan iklim merupakan salah satu isu yang paling penting dan tidak dapat dihindari lagi, tidak hanya di Indonesia tapi juga keseluruhan dunia. Bagi negara tropis seperti Indonesia, meningkatnya emisi karbon di atmosfir mengakibatkan terjadinya perubahan iklim yang berdampak pada perubahan pola cuaca dan iklim. Sadarkan kita bahwa beberapa tahun ini semakin banyak bencana alam yang terjadi dan fenomena alam yang terjadi? Mulai dari banjir, angin puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu. Semua itu merupakan tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet bumi ini sedang mengalami kerusakan dan mengarah kepada kehancuran. Hal ini tak lain merupakan pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, terutama karena ulah manusia. Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat dari peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer. Sedangkan perubahan iklim adalah suatu keadaan berubahnya pola iklim global. Kita sudah mengetahui bahwa sebagian dari akibat pemanasan global ini adalah mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral bleaching dan badai besar. Dan yang paling merasakan akibat dari semua ini adalah negara pesisir pantai, dan negaranegara kepulauan. Berdasarkan kajian ilmiah, diperkirakan ada sekitar 2.000 pulau di Indonesia yang akan tenggelam pada tahun 2050 ketika suhu udara naik 1,6o C 4,2o C.

Perubahan Iklim Seperti diketahui, upaya dunia dalam mencegah dampak destruktif dari perubahan iklim sudah ditempuh secara masif. Dalam konstelasi multilateral, eksistensi Konvensi Kerangka PBB tentang Perubahan Iklim (United Nation Framework Convention for Climate Change/ UNFCCC) yang disepakati pada KTT Bumi 1992 di Rio de Janeiro sudah mendapat dukungan banyak negara. Lebih jauh, Protokol Kyoto, merupakan sebuah modalitas internasional turunan UNFCCC tentang komitmen penurunan emisi gas rumah kaca bagi negara-negara maju yang diklaim sebagai penghasil emisi besar. Emisi gas rumah kaca, khususnya senyawa karbon dioksida (CO2), merupakan kontributor utama pemanasan global. Oleh karena itu, upaya menimimalkan zat buangan industri dan konsumsi menjadi keniscayaan internasional. Laporan Intergovernmental Panel for Climate Change (IPCC) tentang dasar sains perubahan iklim yang dirilis di

Paris memberikan isyarat bahwa aktifitas manusia, salah satunya adalah sektor energi terutama karena dalam setiap pemanfaatan energi fosil menghasilkan gas rumah kaca yang besar sehingga sektor energi di-claim sebagai salah satu kontributor utama dan memicu perubahan iklim. Namun demikian, kebutuhan energi dunia tampaknya akan tetap didominasi oleh bahan bakar fosil untuk beberapa dekade ke depan. Laju pertumbuhan kebutuhan energi primer dunia diperkirakan rata-rata 1,6% antara tahun 2006 sampai dengan 2030, dari 11.730 juta ton SBM di tahun 2006 menjadi lebih dari 17.010 juta ton SBM pada tahun 2030, meningkat kurang lebih 45%. Bahan bakar fosil tetap mendominasi dalam bauran energi primer pada tahun 2030, kurang lebih 80%. Minyak bumi tetap merupakan bahan bakar yang dominan, walaupun kebutuhan batubara meningkat lebih dari kebutuhan jenis bahan bakar lainnya. (Gambar 1.).

36 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Begitu pula di Indonesia, kebutuhan energi ke depan masih tetap didominasi oleh bahan bakar fosil. Dengan kata lain, emisi CO2 dari penggunaan energi fosil akan meningkat pula. Pada saat ini Indonesia sudah menjadi negara nomor 10 yang memberikan kontribusi terhadap

pemanasan global dunia. Kontribusi pemanasan global dari emisi CO2 di Indonesia sebesar 5% dari total pemanasan global sedunia (Menteri KLH, 2009, Detik. com). Carbon Dioxide Information Analysis Center (CDIAC) menyebutkan Indonesia menduduki peringkat ke 14 penyumbang

emisi CO2 dari penggunaan bahan bakar fosil, yakni sebesar 1,4% dari total emisi CO2 dunia (Gambar 2. Emisi CO2 Negara Dunia tahun 2004 yang dikumpulkan pada tahun 2007).

Gambar 2. Emisi CO2 Negara Dunia 2004 Hasil Pembakaran Bahan Bakar Fosil (Sumber: CDIAC, 2007)

Emisi Karbon Dioksida Di Indonesia emisi gas rumah kaca yang berasal dari penggunaan energi pada tahun 2005 terhitung sebesar 293,27 MtCO2, dan berasal dari 5 sub sektor yaitu Industri (36,9%), Pembangkit (26,6%), Transportasi (23,1%), dan Rumah Tangga & Komersial, serta lain-lain (13,4%). Emisi ini akan terus bertambah, sejalan dengan penggunaan energi fosil di Indonesia, khususnya terkait dengan program percepatan pembangunan pembangkit

listrik 10.000 MW Tahap I yang berbahan bakar batubara. Walaupun ke depannya program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW Tahap II akan menggunakan energi terbarukan, khususnya panas bumi, namun untuk Tahap II ini kontribusi pembangkit listrik berbahan bakar batubara akan tetap ada (sekitar 4.000 MW). Dengan kata lain, jika tidak ada perlakuan khusus dalam pengembangannya, seperti penggunaan supercritical boiler dan carbon capture

and storage (CCS), maka emisi CO2 yang dihasilkan tetap akan meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Di lain pihak pemanfaatan supercritical boiler dan teknologi CCS masih terkendala dengan biaya industri yang relatif mahal yang mengakibatkan biaya produksi pembangkit listriknya akan menjadi tinggi. Gambar 4. Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca yang berasal dari Bahan Bakar Fosil.

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 37

Gambar 3. Emisi Gas Rumah Kaca di Sektor Energi

Gambar 4. Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca dari Bahan Bakar Fosil

Upaya Indonesia dalam Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk berpartisipasi aktif dalam melakukan upaya termasuk di sektor energi. Hal ini terlihat dari komitmen Pemerintah untuk meningkatkan pembangunan energi yang berkelanjutan

dalam memenuhi kebutuhan energi masyarakat. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang menetapkan target bahwa pada tahun 2005 elastisitas energi harus lebih kecil dari 1 dan optimalisasi energi primer merupakan salah satu upaya dalam rangka

menciptakan pembangunan energi yang berkelanjutan yang pada akhirnya juga akan berdampak kepada penurunan emisi gas rumah kaca. Apabila target tersebut tercapai maka diperkirakan penurunan emisi CO2 akan sebesar 17% dari Business as Usual, sebagaimana gambar di bawah ini.

38 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

SKENARIO PENURUNAN CO2

- Konservasi dan diversifikasi energi menurunkan CO2 - CCS menurunkan emisi CO2 lebih besar

Selain itu pada pertemuan Kepala Negara G-20 di Pittsburg, pada bulan September 2009, dan di COP-15 di Copenhagen pada bulan Desember 2009, Pemerintah Indonesia secara resmi menetapkan target penurunan emisi CO2 secara sukarela pada tahun 2020 sebesar 26% dengan pembiayaan sendiri dan dapat ditingkatkan menjadi 41% apabila ada dukungan pembiayaan dari dunia internasional. Berkaitan dengan hal tersebut Pemerintah indonesia c.q. BAPPENAS pada tanggal 31 Maret 2010, telah menerbitkan Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR). ICCSR ini memuat strategi sembilan sektor, yaitu kehutanan, energi, industri, transportasi, limbah, pertanian, kelautan dan perikanan, sumber daya air, dan kesehatan, dalam menghadapi tantangan perubahan iklim hingga tahun 2020 ke depan. Menteri PPN/Kepala BAPPENAS dalam acara peluncuran ICCSR menyampaikan bahwa ICCSR merupakan dokumen yang berisikan policy guidance

dan financial aspect yang merupakan pelaksanaan upaya pemerintah untuk tahun 2010-2020, khususnya untuk mencapai target nasional penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26%, dan sebesar 41% apabila mendapat bantuan dari dunia internasional. Secara umum upaya pengurangan dampak perubahan iklim terbagi atas 2, yaitu mitigasi dan adaptasi. Dalam bidang mitigasi, terdapat sektor kehutanan dan gambut, energi-industri-transportasi, dan limbah. Sedangkan yang lainnya dikategorikan adaptasi. Berdasarkan proyeksi kebutuhan dan penyediaan dari berbagai skenario menurut sektor dan jenis energi, permasalahan utama pengelolaan energi nasional yang patut menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut: a. Bauran energi nasional baik situasi sekarang maupun ke depan tampaknya masih tetap akan didominasi oleh bahan bakar fosil, sehingga mengeluarkan polusi emisi

GRK (CO2) sangat tinggi seperti yang diperlihatkan gambar-gambar sebelumnya; b. Sektor yang mengkonsumsi bahan bakar fosil secara signifikan akan menghasilkan emisi GRK (CO2) besar pula; c. Seberapa besar potensi suatu teknologi dalam mengurangi emisi GRK pada suatu sektor pengguna tertentu; d. Kematangan (maturity) teknologi yang digunakan dalam upaya mitigasi. Mitigasi Gas Rumah Kaca di Sektor Energi Berdasarkan ICCSR, emisi CO2 pada tahun 2020 yang berasal dari sektor energi diperkirakan sebesar 1,070 Giga Ton CO2, dengan rincian dari Pembangkit sebesar 1 Giga Ton CO2, intensitas energi 0,60 Giga Ton CO2, serta dari Transportasi sebesar 0,01 Giga Ton CO2. Sedangkan target penurunan pada tahun 2020 adalah sebagaimana pada Tabel 1.

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 39

Tabel 1. Kontribusi Per Sektor Dalam Target Nasional Mitigasi Dampak Perubahan Iklim

Sector dan Sub-Sector

Business as Usual Emission (2020) GtCO2 1,070 1 0,06 0,01 1,570 1,44 0,13

Target Penurunan Target Penurunan Emisi (26%) Emisi Tambahan 2020 (15%) GtCO2 2020 GtCO2 0,039 0,03 0,001 0,008 0,0672 0,28 0,392 0,022 0,010 0,004 0,008 0,367 0,057 0,310

Total Target Penurunan Emisi (41%) 2020 GtCO2 0,061 0,040 0,005 0,016 1,039 0,337 0,702 87,38 % 5,13

Energi Sektor Pembangkit (Suplai Energi dan Transmisi Intensitas Energi (Industri) Transportasi Kehutanan Konservasi lahan gambut Carbon Sink Enhancement, hutan berkelanjutan, pencegahan kebakaran hutan dan pengurangan deforestasi Pertanian Pengurangan pembakaran dan penebangan, Pengurangan penggunaan pupuk kimia Sampah Lain-lain Daerah Pesisir Pantai, Pulau-pulau Kecil, Kelautan, Perikanan termasuk Perkebunan di pesisir pantai, dan Meningkatkan Penyerapan laut TOTAL

0,060 0,06 0,25

0,008 0,008 0,48

0,003 0,003 0,030

0,011 0,011 0,078

0,93

6,56

2,95

0,767

0,422

1,189

*) National Development Planning : Indonesia Responses to Climate Change, March 2010

40 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Menristek:

Hindari Tumpang Tindih Riset

ak adanya koordinasi dan sinkronisasi mengakibatkan banyak riset yang tumpang tindih. Agar tak mubazir, ke depan lembaga-lembaga riset harus sinergi. Masalah itu mengemuka saat Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suharna Surapranata selaku anggota Dewan Energi Nasional (DEN) dari unsure pemerintah melakukan pertemuan dengan anggota DEN dari Unsur Pemangku Kepentingan (AUPK) akhir Juni lalu di Kantor Kemenristek, Jakarta. Hadir dalam pertemuan tersebut anggota DEN dari Unsur Pemangku Kepentingan (AUPK) Agusman Effendi, Herman Agustiawan, Eddi Widiono, Herman Darnel Ibrahim, dan Widjajono Partowidagdo. Sedangkan Anggota DEN Rinaldi Dalimi dan Tumiran tidak hadir karena sedang berada di Luar Negeri. Dari Sekretariat DEN hadir Sekjen DEN, Novian M. Thaib, Kepala Biro Umum Deden Sukarna dan staf Setjen DEN lainnya Menurut Suharna, saat ini masih banyak terjadi tumpang tindih antara riset yang dilakukan para peneliti di berbagai lembaga riset, baik di kampus maupun pemerintahan. Hal itu menyebabkan hasil-hasil riset tersebut tidak terintegrasi dalam memberikan solusi atas berbagai persoalan masyarakat dan bangsa. Akibat tak ada koordinasi, jelas Suharna, riset-riset strategis yang seharusnya menjadi perhatian bersama sehingga dapat terintegrasi dengan baik seperti di bidang energi, malah justru menimbulkan persoalan baru. Ia mencontohkan bahwa salah satunya, saat persoalan kelangkaan energi mencuat sehingga kemudian muncul riset energi alternatif lewat biodiesel. Kementarian Ristek membuat risetnya, tetapi lembaga riset lain juga membuatnya. Bahkan, ada lembaga riset yang tidak punya keterkaitan dengan persoalan energi juga

ikut-ikutan membuatnya sehingga banyak terjadi mubazir. Karena banyak lembaga yang melakukan riset hal yang sama, jadi tumpang tindih. Ini kan mubazir. Tumpang tindih yang dimaksud, lanjutnya, tak hanya dalam aspek pengkajiannya di tingkat riset dasar atau terapan, namun juga saat riset tersebut sudah dalam tahapan sistem produksi dan difusi. Menristek kemudian menunjuk keberadaan pabrik biodiesel yang tak hanya dibangun oleh Kemenristek, namun juga berbagai lembaga riset pemerintahan lainnya. Kalau kita (kemenristek) membuat pabrik itu karena akan kita jadikan model. Sementara, kita tidak tahu untuk apa pabrik-pabrik biodiesel lain yang dibangun lembaga riset yang lain. Akibatnya, ketika nilai keekonomian dari produksi biodiesel

yang dihasilkan tidak memenuhi serta para petani enggan menanam bahan baku buah jarak karena harganya murah, maka banyak pabrik-pabrik tersebut akhirnya menganggur dan jadi besi tua. Ke depan, Meristek berharap, koordinasi dan sinkronisasi riset bisa berjalan dengan baik. Selain bisa menciptakan integrasi riset yang memang dibutuhkan masyarakat, juga dapat menekan biaya riset yang cenderung mahal. Selain itu, hasil riset dari satu lembaga riset dapat ditindaklanjuti oleh lembaga riset yang lain dengan sudut pandang yang lain., misalnya, dalam kasus biodiesel belum tuntas kajian menyangkut aspek keekonomian dari energi tersebut. Juga, apakah mungkin untuk menekan biaya produksi yang masih tinggi sehingga harga jualnya tak

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 41

memadai dibanding BBM subsidi, maka sebagian subsidi BBM dialihkan untuk biodiesel? Hal seperti ini perlu kajian lebih mendalam selain persoalan-persoalan lainnya, tandas Suharna. Menanggapi pernyataan Menristek, beberapa anggota DEN dari unsure pemangku kepentingan (AUPK) mengakui bila DEN sendiri sudah melakukan kajian-kajian terkait dengan persoalan energi baru atau terbarukan. Karenanya, untuk menghindari terjadinya persoalan tumpang tindih kajian atau riset, mereka mengharapkan koordinasi antara lembaga riset yang ada bisa dilakukan. AUPK DEN, Herman Darnel Ibrahim berharap perlunya duduk bersama untuk

kemudian membahas berbagai hasil riset atau kajian tentang energi yang sudah dilakukan dan kemudian merancang kajian atau riset lanjutan yang belum dilakukan. Kita berharap ada landasan kebijakan yang kuat dari riset atau kajian sehingga kita tak terkecoh dengan asumsiasumsi belaka menyangkut persoalan energi ini. Anggota DEN yang mewakili industri tersebut menyayangkan, sampai saat ini belum ada kajian atau riset kompeherensif terkait dengan cadangan dan potensi energi yang dimiliki Indonesia. Berapa sebenarnya potensi yang kita miliki dan sampai sejauh mana kemampuan kita dalam mengelola energi surya, gelombang,

arus laut, angin, biotermal dan yang lainnya, sehingga kita benar-benar tahu berapa sebenarnya kemampuan kita. Ini yang belum ada. Dalam kesempatan yang sama AUPK DEN Mukhtasor menyampaikan bahwa DEN dalam waktu dekat akan mengundang semua pemangku kebijakan terkait energi untuk duduk bersama dalam membahas berbagai hasil riset dan kajian terkait dengan energi baru dan terbarukan. Diharapkan dengan koordinasi dan sinkronisasi hasil riset tersebut berbagai persoalan mendasar terkait dengan energi bisa lebih terbuka sehingga kebijakan yang akan diambil pun bisa lebih baik. ***

Tuk-Tuk Listrik Bakal Dipasarkan di Eropa

i negara-negara Asia seperti Thailand, India dan Kamboja, kendaraan roda tiga yang disebut Tuk Tuk merupakan alat transportasi umum yang lincah dan dapat diandalkan di tengah padatnya lalu lintas. Kendaraan mirip bajaj di Indonesia itu, sebentar lagi bakal masuk ke pasar Eropa. Tuk Tuk Factory, perusahaan asal Belanda, memperkenalkan kendaraan roda tiga ini di ajang eCarTec, Munich, Jerman, pertengahan Oktober lalu.

Rencananya, Tuk Tuk Factory akan menawarkan tiga model produknya di Eropa yang bisa memuat tiga penumpang dan enam penumpang plus pengangkut barang (cargo). Bahan bakar kendaraan roda tiga ini menggunakan motor listrik dan baterai yang dapat beroperasi 8 jam atau dapat menempuh perjalanan 70-80 km. "Kami menggunakan baterai terbesar pada tahap awal. Kemudian merancang kendaraan sesuai dengan baterainya,"

ujar Dennis Harte, kepala rekayasa Tuk Tuk di Eropa. "Baterai lead acid 15 kWh dapat memutar motor listrik AC dengan tenang dan tanpa pemeliharaan. Sasis kendaraan ini dirancang untuk mengusung bobot baterai 400 kg," ujar Harte. Harga jual Tuk Tuk listrik ini dibanderol seharga 11.000 (Rp 137,8 juta) hingga 14.000 euro (Rp 175,4 juta). (sumber: Kompas)

42 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Kendaraan Hemat Energi Buatan ITS Juara Shell Eco-Marathon 2010

eprihatinan terhadap menipisnya cadangan minyak, membuat semua pihak seakan berlomba membuat kendaraan hemat energi. Tak hanya pabrikan kendaraan bermotor yang terus melakukan inovasi, pihak perguruan tinggi juga giat melakukan riset dan membuat prototype kendaraan hemat bahan bakar. Di Indonesia, sejumlah perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM) dan lainnya telah menunjukkan kebolehannya membuat prototype kendaraan hemat energi. Dari hasil riset dan percobaan yang dilakukannya, ITB meluncurkan tiga prototype kendaraan hemat energi. Ketiga prototype itu diberi nama, Cikal, Rajawali dan Heave-Exia. UI juga membuat tiga prototype yaitu Keris, Pasopati dan Equator. Sementara ITS meluncurkan dua prototype yaitu Sapu Angin 1 dan Sapu Angin 2. Sedangkan UGM memberi nama sebuah kendaraan ciptaannya dengan julukan Semar. Salah satu hal yang membuat para mahasiswa giat melakukan riset dan membuat prototype kendaraan hemat energi yaitu kompetisi yang digelar Shell. Perusahaan migas itu menggelar ajang kompetisi tahunan kendaraan hemat energi yaitu Shell Eco-Marathon (SEM). Tahun ini, SEM tingkat Asia digelar di Sirkuit International F1 Sepang,

Peserta mempersiapkan mobil yang dilombakan keiritannnya di ajang Shell Eco-Marathon, 8-10 Juli di Sepang, Malaysia

Kuala Lumpur, Malaysia. Negara jiran itu dipercaya oleh Shell menjadi tempat penyelenggaraan lomba ini selama 3 tahun berturut-turut, sebelum digilir ke negara Asia lainnya. ITS Juara Dalam SEM Asia 2010 yang berlangsung 8-10 Juli lalu, kompetisi dibagi dua kategori, yaitu futuristik dan urban concept. Kompetisi ini diikuti oleh 112 peserta dari 12 negara. Indonesia mengirimkan sembilan peserta dari ITB (3), UI (3), ITS (2) dan UGM (1). Setelah melakukan serangkaian test, kendaraan hemat energi Sapu Angin 2 buatan ITS berhasil menjuarai SEM Asia 2010. Sapu Angin 2 yang ikut dalam kategori urban concept menjadi mobil

teririt bahan bakar dengan jarak tempuh 236,6 km untuk tiap satu liter bensin. Kelebihan lain mobil yang dirancang sejak Agustus tahun lalu ini adalah memiliki bodi paling ringan yakni 93 kg serta cukup aerodinamis. Dengan tiga keunggulan tersebut, Sapu Angin 2 berhasil mengalahkan peserta lain dari 11 negara yakni Singapura, Malaysia, Jepang, China, Thailand, Filipina, Pakistan, India, Iran, Taiwan dan Vietnam. Mobil Sapu Angin 2 bisa ditumpangi 1-2 orang dan mampu melaju dengan kecepatan 25 km per jam. Anggota Tim ITS 2, Galih Priyo Atmojo mengatakan, mesin mobil Sapu Angin 2 diambil dari motor Honda Revo 110 cc. Sedangkan bodinya menggunakan rangka aluminium dan fiber glass. Saat perlombaan mobil menjalani sejumlah tes seperti slalom test dan tes kestabilan, ujarnya. Tim ITS 1 hanya berada di peringkat kedelapan. Mobil berbobot 39 kg ini membutuhkan satu liter bahan bakar untuk menempuh jarak 232 km. SEM adalah ajang bagi mahasiswa untuk mengembangkan inovasi, imajinasi, dan kreativitas dalam menciptakan teknologi kendaraan masa depan, yang dapat menempuh jarak terjauh, hemat energi, dan ramah lingkungan. Ajang SEM telah populer di Eropa sejak 25 tahun yang lalu, tepatnya setelah penyelenggaraan pertama di Prancis pada 1985.

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 43

DEN ketika melakukan rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI

Anggota dari Unsur Pemangku Kepentingan (AUPK) DEN saat berkunjung ke daerah guna mengumpulkan informasi dan masukan.

DEN saat melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden Boediono

44 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Anggota DEN ketika melakukan pertemuan dengan Menteri Lingkungan Hidup

Anggota DEN dari Unsur Pemangku Kepentingan ketika berkunjung ke Kedutaan Besar Perancis di Jakarta

DEN saat melakukan pertemuan dengan para stake holder

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 45

Standardisasi dan Labelisasi Peralatan Hemat Energi

ntuk memudahkan produsen peralatan hemat energi mengikuti standarisasi dan labelisasi, pada awal Mei lalu di Jakarta digelar kegiatan sosialisasi Barrier Removal to the Cost-effective Development and implementation of Energy Efficiency Standards and Labeling Projects (BRESL). Acara itu merupakan hasil kerjasama antara Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi dengan United Nations Development Programme (UNDP).

sekitarnya, Sosialisasi juga bertujuan sebagai sarana tukar pendapat untuk mendapatkan masukan-masukan yang berharga dari para pelaku usaha guna mendukung pelaksanaan program BRESL. Acara diawali dengan pengantar Over View project Removal to the cost-effective Development and implementation of energy Efficiency and labeling yang disampaikan oleh Variania Andria yang mewakili Dr. Budhi Sayoko (Head of Environment Unit:UNDP).

Sosialisasi Kegiatan BRESL dibuka oleh Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Bapak Ir. Johnni R.H. Simanjuntak yang mewakili Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi sedangkan Acara penutupan ditutup oleh Ir. Alihudin Sitompul (Ditjen LPE). Sosialisasi bertujuan untuk memberikan penjelasan umum mengenai BRESL kepada semua pemangku kepentingan (stakeholders) antara lain produsen hemat energy (termasuk asosiasi) yang ada di Jakarta dan

Proyek BRESL merupakan kerjasama UNDP dengan Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, yang bertujuan untuk meniadakan kendala/hambatan berkaitan dengan pengembangan dan implementasi program konservasi energi melalui standardisasi dan pelabelan peralatan hemat energi antara lain lampu, kipas angin, ballast, AC, motor, lemari es dan rice cookers. Proyek BRESL didanai oleh Global Environmet Fasility (GEF), yang merupakan unit program di United

Nations Development Programme (UNDP), program yang berbasis regional ditujukan untuk mentransformasikan pasar produksi bagi peralatan-peralatan hemat energi seperti tersebut di nomor dua di atas, guna mengatasi kendala secara bersama-sama di Negara-negara yang terlibat dalam program ini, yaitu Bangladesh, China, Indonesia, Pakistan, Tahiland dan Vietnam. Standardisasi dan pelabelan (energyEfficiency standard and labeling, ESL) merupakan bagian penting dari pilihan cost-effective dari kebijakan dan programprogram untuk mengurangi perubahan iklim global. Program ini diperlukan karena memiliki potensi untuk mempengaruhi transformasi pasar pada setiap produk peralatan hemat energi dimana biaya ini yang jauh lebih murah dibandingkan dengan menyediakan pasokan energi (pembangkit listrik) yang baru. Program BRESL ini merupakan rangkaian kegiatan yang akan dilakukan selama 3 tahun di beberapa negara. Materi-materi yang disampaikan berkaitan dengan: Pelaksanaan Program Labelisasi Efisiensi Energi disampaikan oleh Ir. Indarti dari Ditjen LPE; Regulasi teknis SNI Wajib Produk Industri Elektronika disampaikan oleh Syarif Hidayat dari Ditjen Industri Alat Transportasi dan Telematika, Kementerian Perindustrian; Rencana Kerja Program BRESL disampaikan oleh Syamsulhadi Syarif dari National Project Manager-UNDP. Sosialisasi dihadiri oleh pejabat di lingkungan Ditjen LPE, Unit di lingkungan KESDM, BAPPENAS, beberapa Kantor Kementerian Kabinet Indonesia Bersatu II, Badan Standarisasi Nasional (BSN), PT PLN, LIPI, UNDP, Perusahaan Konsultan Bidang Konservasi Energi, Asosiasi dan produsen peralatan kelistrikan. ***

46 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Sosialisasi Energi Nuklir di BATAN Bandung

DHARMA WANITA DEN

Kunjungi

ebagai langkah persiapan mewujudkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), BATAN melakukan sosialisasi. Sosialisasi dilakukan dua deputi BATAN, yaitu Deputi Bidang Pengembangan Teknologi Energi Nuklir (PTEN) BATAN, Adiwardojo dan Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir Taswanda Taryo di Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR) BATAN Bandung. Tujuan dari sosialisasi agar masyarakat memahami betul manfaat iptek nuklir untuk kesejahteraan masyarakat.

POSYANDU Tajur Halang Bogor

Tujuan dari sosialisasi agar masyarakat memahami betul manfaat iptek nuklir untuk kesejahteraan masyarakat.
Dalam sosialisasi yang dipandu Kepala PTNBR BATAN Bandung, Djatmiko, hadir tenaga-tenaga senior dan junior BATAN. Dalam presentasinya, Adiwardojo menyampaikan bahwa berdasarkan hasil review IAEA, ada beberapa infra struktur yang berkaitan dengan persiapan pembangunan PLTN, diantaranya yang menjadi tusinang (tugas, fungsi dan wewenang) BATAN yaitu Keselamatan Nuklir, dan Pengembangan SDM.

harma Wanita Persatuan Unit Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) melakukan kunjungan ke Desa Tajur Halang Bogor pada awal Juni (8/6) lalu. Menurut Ketua Dharma Wanita Sekretariat Jenderal DEN, Ida Novian kunjungan ini dalam rangka silaturahmi dengan Kepala Puskesmas, Tim Penggerak PKK, Kader Posyandu Rw. 10 Desa Tajur Halang, Bogor. Acara tersebut, kata Ida, dalam rangka program kerja Dharma Wanita Persatuan Unit Sekretariat Jenderal DEN serta menindaklanjuti himbauan dari ibu Negara, Ani Soesilo Bambang Yudhoyono tentang perlunya memperhatikan kondisi kesejahteraan anggota keluarga dan masyarakat. Untuk itu, Ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Setjen DEN berupaya berbagi rasa dengan ibu-ibu di Desa Tajur Halang, Bogor. Ketua Dharma Wanita Setjen DEN berharap, dengan adanya

Posyandu yang aktif mudah-mudahan anak-anak balita di Rw 10 Desa Tajur Halang Bogor dapat terpantau pertumbuhan dan perkembangannya. Selain anak-anak, Posyandu juga perlu memperhatikan kesehatan ibu-ibu. Kami hanya bisa mengharapkan ada penyuluhan reproduksi sehat dan penggunaan alat-alat Keluarga Berencana yang bisa menambah ilmu dan wawasan terhadap ibu-ibu yang berkunjung ke posyandu Desa Tajur Halang, jelas Ida. Ida Novian, berharap, dengan bantuan yang diberikan Dharma Wanita Setjen DEN berupa timbangan, pemberian makanan tambahan, pengukur tinggi badan, thermometer dan alat-alat kontrasepsi, pelayanan Posyandu Rw 10 Desa Tajur Halang, Bogor dapat ditingkatkan. Mudahmudahan apa yang kami dapat dan lihat hari ini dapat kami sampaikan kepada ibu-ibu di Jakarta dan dapat berkumpul kembali di Desa Tajur Halang. ***

Sementara itu, Taswanda menyampaikan rencana dan kegiatan sosialisasi iptek nuklir dengan ragam kegiatan dimensi sosialisasi media cetak, sosialisasi online, sosialisasi media elektronik, pengukuran penerimaan masyarakat, pengembangan stakeholder, pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan hasil iptek nuklir baik itu bidang pertanian, peternakan, industri ataupun energi. Menurut hasil diskusi, ternyata BATAN Bandung telah berpartisipasi dalam mensosialisasikan tentang energi

nuklir ini melalui acara-acara bakti sosial, presentasi pada mahasiswa, siswa SMU dan masyarakat yang berkunjung serta melalui situsnya. Pada kesempatan ini, BATAN Bandung juga menyampaikan beberapa saran yang perlu mendapat pertimbangan pada rencana pembangunan PLTN di masa yang akan datang, agar masyarakat betulbetul mengetahui manfaat dari hasil iptek nuklir BATAN. ***

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 47

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25 ayat (5) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Konservasi Energi; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KONSERVASI ENERGI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. 2. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika. 3. Sumber energi adalah sesuatu yang dapat menghasilkan energi, baik secara langsung maupun melalui proses konversi atau transformasi. 4. Sumber daya energi adalah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai sumber energi maupun sebagai energi. 5. Badan usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus-menerus, dan didirikan sesuai dengan peraturan perundangundangan, serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Bentuk usaha tetap adalah badan usaha yang didirikan dan berbadan hukum di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan kegiatan dan berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wajib mematuhi peraturan perundangundangan yang berlaku di Republik Indonesia. 7. Pengusaha adalah perseorangan, badan usaha, bentuk usaha tetap yang melakukan pengusahaan energi termasuk produsen peralatan pemanfaat energi.

8. Pemanfaatan energi adalah kegiatan menggunakan energi, baik langsung maupun tidak langsung, dari sumber energi. 9. Produsen peralatan hemat energi adalah perseorangan atau badan usaha yang mempunyai kegiatan usaha yang memproduksi dan/atau melakukan pengadaan peralatan yang hemat energi. 10. Pengguna energi adalah perseorangan, badan usaha, bentuk usaha tetap, lembaga pemerintah, dan lembaga non pemerintah, yang memanfaatkan energi untuk menghasilkan produk dan/atau jasa. 11. Pengguna sumber energi adalah perseorangan, badan usaha, bentuk usaha tetap, lembaga pemerintah, dan lembaga non pemerintah, yang menggunakan sumber energi. 12. Peralatan hemat energi adalah piranti atau perangkat atau fasilitas yang dalam pengoperasiannya memanfaatkan energi secara hemat sesuai dengan benchmark hemat energi yang ditetapkan. 13. Peralatan pemanfaat energi adalah piranti atau perangkat atau fasilitas yang dalam pengoperasiannya memanfaatkan sumber energi atau energi. 14. Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi. 15. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 16. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 17. Menteri adalah menteri yang membidangi urusan energi. BAB II TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH, PENGUSAHA DAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Umum Pasal 2 (1) Konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, pengusaha dan masyarakat. (2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan rencana induk konservasi energi nasional. Pasal 3 (1) Rencana induk konservasi energi nasional disusun dan ditetapkan oleh Menteri.

48 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

(2) Rencana induk konservasi energi nasional paling sedikit memuat sasaran, pokok-pokok kebijakan, program, dan langkah-langkah konservasi energi. (3) Penyusunan rencana induk konservasi energi nasional dilakukan dengan: a. mengacu pada rencana umum energi nasional; dan b. memperhatikan masukan dari instansi terkait, pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat. (4) Rencana induk konservasi energi nasional dibuat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau setiap tahun sesuai keperluan. Bagian Kedua Tanggung Jawab Pemerintah Pasal 4 Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertanggung jawab secara nasional untuk: a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program konservasi energi; b. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang konservasi energi; c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi yang menerapkan konservasi energi; d. mengkaji, menyusun, dan menetapkan kebijakan, serta mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; e. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; f. melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi; g. melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi yang telah ditetapkan; dan h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program konservasi energi. Bagian Ketiga Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Pasal 5 Pemerintah daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya di wilayah provinsi yang bersangkutan untuk: a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program konservasi energi; b. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang konservasi energi; c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi yang menerapkan konservasi energi; d. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; e. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; f. melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi; g. melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi; dan

h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program konservasi energi. Pasal 6 Pemerintah daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan untuk: a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi dan program konservasi energi; b. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang konservasi energi; c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi yang menerapkan konservasi energi; d. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; e. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; f. melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi; g. melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi; dan h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program konservasi energi. Bagian Keempat Tanggung Jawab Pengusaha Pasal 7 (1) Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertanggung jawab: a. melaksanakan konservasi energi dalam setiap tahap pelaksanaan usaha; dan b. menggunakan teknologi yang efisien energi; dan/atau c. menghasilkan produk dan/atau jasa yang hemat energi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknologi yang efisien energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kelima Tanggung Jawab Masyarakat Pasal 8 Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertanggung jawab mendukung dan melaksanakan program konservasi energi. BAB III PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI Bagian Kesatu Umum Pasal 9 (1) Pelaksanaan konservasi energi mencakup seluruh tahap pengelolaan energi. (2) Pengelolaan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan: a. penyediaan energi; b. pengusahaan energi; c. pemanfaatan energi; dan d. konservasi sumber daya energi.

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 49

(1)

(2)

(1)

(2)

(3)

(1) (2)

(3)

(1)

(2)

Bagian Kedua Konservasi Dalam Penyediaan Energi Pasal 10 Perseorangan, badan usaha, dan bentuk usaha tetap dalam kegiatan penyediaan energi wajib melaksanakan konservasi energi. Pelaksanaan konservasi energi dalam kegiatan penyediaan energi meliputi: a. perencanaan yang berorientasi pada penggunaan teknologi yang efisien energi; b. pemilihan prasarana, sarana, peralatan, bahan, dan proses yang secara langsung ataupun tidak langsung menggunakan energi yang efisien; dan c. pengoperasian sistem yang efisien energi. Bagian Ketiga Konservasi Dalam Pengusahaan Energi Pasal 11 Perseorangan, badan usaha, dan bentuk usaha tetap dalam melakukan pengusahaan energi wajib melakukan konservasi energi. Pengusahaan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengusahaan sumber daya energi, sumber energi, dan energi. Pelaksanaan konservasi energi dalam pengusahaan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penerapan teknologi yang efisien energi yang memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Bagian Keempat Konservasi Dalam Pemanfaatan Energi Pasal 12 Pemanfaatan energi oleh pengguna sumber energi dan pengguna energi wajib dilakukan secara hemat dan efisien. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi dan/atau energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun wajib melakukan konservasi energi melalui manajemen energi. Manajemen energi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan: a. menunjuk manajer energi; b. menyusun program konservasi energi; c. melaksanakan audit energi secara berkala; d. melaksanakan rekomendasi hasil audit energi; dan e. melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pasal 13 Audit energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf c dilakukan oleh auditor energi internal dan/atau lembaga yang telah terakreditasi. Manajer energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf a dan auditor energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Program konservasi energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf b disusun oleh pengguna sumber energi dan pengguna energi, paling sedikit memuat informasi mengenai: a. rencana yang akan dilakukan; b. jenis dan konsumsi energi; c. penggunaan peralatan hemat energi; d. langkah-langkah konservasi energi; dan e. jumlah produk yang dihasilkan atau jasa yang diberikan. (4) Laporan pelaksanaan konservasi energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf e disusun berdasarkan program konservasi energi sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan program dan pelaporan hasil pelaksanaan konservasi energi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kelima Konservasi Sumber Daya Energi Pasal 14 (1) Menteri menetapkan kebijakan konservasi sumber daya energi. (2) Kebijakan konservasi sumber daya energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tetapi tidak terbatas pada: a. sumber daya energi yang diprioritaskan untuk diusahakan dan/atau disediakan; b. jumlah sumber daya energi yang dapat diproduksi; dan c. pembatasan sumber daya energi yang dalam batas waktu tertentu tidak dapat diusahakan. BAB IV STANDAR DAN LABEL Pasal 15 (1) Penerapan teknologi yang efisien energi dilakukan melalui penetapan dan pemberlakuan standar kinerja energi pada peralatan pemanfaat energi. (2) Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 16 (1) Penerapan standar kinerja energi pada peralatan pemanfaat energi sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (1) dilakukan dengan pencantuman label tingkat efisiensi energi. (2) Pencantuman label tingkat efisiensi energi dilakukan oleh produsen dan importir peralatan pemanfaat energi pada peralatan pemanfaat energi secara bertahap sesuai tata cara labelisasi. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pentahapan, tata cara labelisasi, dan jenis-jenis peralatan pemanfaat energi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. BAB V KEMUDAHAN, INSENTIF, DAN DISINSENTIF Bagian Kesatu Kemudahan dan Insentif

50 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Pasal 17 Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberi kemudahan kepada pengguna energi dan produsen peralatan hemat energi di dalam negeri yang melaksanakan konservasi energi untuk memperoleh: a. akses informasi mengenai teknologi hemat energi dan spesifikasinya, dan cara/langkah penghematan energi; dan b. layanan konsultansi mengenai cara/langkah penghematan energi. Pasal 18 Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberi insentif kepada: a. pengguna energi yang menggunakan energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2); dan b. produsen peralatan hemat energi di dalam negeri, yang berhasil melaksanakan konservasi energi pada periode tertentu. Pasal 19 (1) Kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energi bagi pengguna energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a apabila dalam periode tertentu terjadi penurunan: a. konsumsi energi spesifik; dan/atau b. elastisitas konsumsi energi. (2) Kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energi bagi produsen peralatan hemat energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b apabila dalam periode tertentu dapat: a. memproduksi peralatan hemat energi yang efisiensi energinya lebih tinggi dari benchmark yang ditentukan; dan b. mencantumkan label tingkat efisiensi energi sesuai dengan standar yang berlaku. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 20 (1) Insentif yang diberikan kepada pengguna energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a dapat berupa: a. fasilitas perpajakan untuk peralatan hemat energi; b. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah untuk peralatan hemat energi; c. fasilitas bea masuk untuk peralatan hemat energi; d. dana suku bunga rendah untuk investasi konservasi energi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan/atau e. audit energi dalam pola kemitraan yang dibiayai oleh Pemerintah. (2) Insentif yang diberikan kepada produsen peralatan hemat energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b dapat berupa: a. fasilitas perpajakan untuk komponen/suku cadang dan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi peralatan hemat energi; b. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah untuk komponen/suku cadang dan bahan

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(1)

(2)

(1)

(2)

baku yang digunakan untuk memproduksi peralatan hemat energi; c. fasilitas bea masuk untuk komponen/suku cadang dan bahan baku yang akan digunakan untuk memproduksi peralatan hemat energi; dan/atau d. dana suku bunga rendah untuk investasi dalam rangka memproduksi peralatan hemat energi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Permohonan insentif dapat diajukan oleh pengguna energi dalam hal hasil evaluasi atas laporan pelaksanaan konservasi energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf e sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), menunjukkan keberhasilan pelaksanaan konservasi energi. Permohonan insentif dapat diajukan oleh produsen peralatan hemat energi di dalam negeri dalam hal verifikasi terhadap kriteria keberhasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) menunjukkan keberhasilan pelaksanaan konservasi energi. Fasilitas perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a, diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf b diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah. Fasilitas bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf c, diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan. Pasal 21 Insentif berupa audit energi dalam pola kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf e selain diberikan kepada pengguna energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a, dapat juga diberikan kepada pengguna energi yang menggunakan energi kurang dari 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun yang berhasil melaksanakan konservasi energi. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan kriteria pengguna energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kedua Disinsentif Pasal 22 Pengguna sumber energi dan pengguna energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) yang tidak melaksanakan konservasi energi melalui manajemen energi dikenakan disinsentif oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing. Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. peringatan tertulis; b. pengumuman di media massa;

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 51

c. denda; dan/atau d. pengurangan pasokan energi. Pasal 23 Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) huruf a diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dalam tenggat waktu masing-masing 1 (satu) bulan. Pasal 24 Dalam hal pengguna sumber energi dan pengguna energi yang telah diberi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tidak melaksanakan konservasi energi, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengumumkan nama pengguna sumber energi dan pengguna energi yang bersangkutan di media massa. Pasal 25 (1) Dalam hal 1 (satu) bulan setelah nama pengguna sumber energi dan pengguna energi diumumkan di media massa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 tetap tidak melaksanakan konservasi energi, yang bersangkutan dikenai denda. (2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sebanyak 2 (dua) kali dari nilai pemborosan energi yang ditimbulkan. (3) Hasil denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetorkan ke kas negara/kas daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 26 (1) Dalam hal 1 (satu) bulan setelah pengenaan denda pengguna sumber energi dan pengguna energi tidak membayar denda, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menetapkan pengurangan pasokan energi kepada yang bersangkutan. (2) Gubernur atau bupati/walikota dalam menetapkan pengurangan pasokan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan persetujuan Menteri. (3) Pengurangan pasokan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghilangkan kewajiban pembayaran denda oleh pengguna sumber energi dan pengguna energi. Pasal 27 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 26 diatur dengan Peraturan Menteri. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 28 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan konservasi energi sesuai dengan kewenangannya. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan melalui: a. pendidikan dan pelatihan; b. bimbingan teknis; c. penyuluhan; d. penyebarluasan informasi baik melalui media cetak, media elektronik, forum, atau pameran-pameran; dan

dorongan dan/atau fasilitasi kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi konservasi energi. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan terhadap: a. penunjukan manajer energi; b. penyusunan program konservasi energi; c. pelaksanaan audit energi secara berkala; dan d. pelaksanaan rekomendasi hasil audit energi. (4) Pendanaan yang diperlukan untuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. (5) Pendanaan yang diperlukan untuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 Dalam hal rencana umum energi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf a belum ditetapkan, rencana induk konservasi energi nasional dapat disusun dengan memperhatikan masukan dari instansi terkait, pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1991 tentang Konservasi Energi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. e. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 November 2009 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 November 2009 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. PATRIALIS AKBAR

52 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010 53

54 Media Informasi dan Komunikasi DEN, Edisi Ke-II, 2010

Anda mungkin juga menyukai