Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PENGOLAHAN SUMBER DAYA ENERGI

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

OLEH :

1) DEWI FATMAWIYAH ADHAM


2) HARYATI ALBAR
3) NURUL YUNUS
4) FAHRIA RAZAK
5) YOHANES SAKLARESI
6) M ISRA ATARAS

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
I.3 Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
II.1 Kronologi Kebijakan Energi Nasional................................................. 3
II.2 Hukum Kebijakan Energi Nasional...................................................... 4
II.3 Potensi Kebijakan Energi Nasional...................................................... 8
BAB III PENUTUP............................................................................................ 10
III.1 Kesimpulan......................................................................................... 10
III.2 Saran................................................................................................... 10

i
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Energi mempunyai peranan yang sangat penting bagi sebuah bangsa.

Beberapa peranan strategis energi antara lain sumber penerimaan negara,

bahan bakar dan bahan baku industri, penggerak kegiatan ekonomi dan

beberapa peranan penting lainnya. Oleh karena itu perencanaan energi

yang baik mutlak diperlukan untuk menjamin keberhasilan pembangunan

nasional.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah dalam Blue Print

Pengelolaan Energi Nasional memaparkan beberapa kebijakan utama yang

menyangkut pemanfaatan energi. Beberapa kebijakan dalam penyediaan energi

adalah penjaminan ketersediaan pasokan energi dalam negeri, pengoptimalan

produksi energi dan pelaksanaan konservasi energy. Adapun kebijakan yang

menyangkut pemanfaatan energi antara lain efisiensi pemanfaatan energi dan

diversifikasi energi.

Salah satu implementasi kebijakan penyediaan dan pemanfaatan energi tersebut

adalah program pengembangan energi terbarukan (Renewable Energy). Dengan

mengoptimalkan peran energi terbarukan diharapkan diharapkan dapat

mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil (minyak, batubara, gas)

sehingga bauran energi yang lebih proposional seperti yang diamanatkan pada

Perpes Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) dapat

1
tercapai. Dalam KEN tersebut dinyatakan bahwa pada tahun 2025 diharapkan

bauran energi lebih proporsional dengan mengoptimalkan peranan energi

terbarukan.

I.2 Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui terbentuknya kebijakan energi nasional di Indonesia?

2. Untuk mengetahui hukum kebijakan energi nasional di Indonesia?

3. Untuk mengetahui potensi kebijakan energi nasional di Indonesia?

I.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui terbentuknya kebijakan energi nasional di Indonesia

2. Dapat mengetahui hukum kebijakan energi nasional di Indonesia

3. Dapat mengetahui potensi kebijakan energi nasional di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Kronologis Kebijakan Energi Nasional

1. Pada tahun 1981 kebijakan umum bidang energi sebagai intensifikasi,

diversifikasi, konservasi, dan indeksasi. Pemerintah telah membentuk

Badan Koordinasi Energi Nasional (BAKOREN) pada tahun 1981 yang

diketuai oleh Menteri ESDM dengan anggota Menteri Perindustrian,

Menteri Perhubungan, Menteri Keuangan, Menteri Negara Lingkungan

Hidup, Menteri Negara Riset dan Teknologi, Menteri Negara Perencanan

Pembangunan Nasional (Kepala BAPPENAS) dan Kepala BATAN.

Tugas utama dari BAKOREN adalah merumuskan kebijakan di bidang

energi, merumuskan program pengembangan dan pemanfaatan energi dan

koordinasi pelaksanaan program. Dalam kurun waktu yang cukup panjang

tersebut, BAKOREN telah menghasilkan berbagai kebijakan di bidang

energi baik kebijakan umum maupun kebijakan penunjang.

2. Pada tahun 2003 kebijakan energi nasional sebagai intensifikasi,

diversifikasi, dan konservasi UU No. 20 Tahun 2002 tentang

Ketenagalistrikan merupakan produk restrukturisasi bidang Tenaga

Listrik yang diikuti dengan pembentukan Badan Pengawas Pasar Tenaga

Listrik serta produk-produk hukum terkait lainnya. UU No. 27 Tahun

3
2003 tentang Panas Bumi yang mengatur pengusahaan Panas Bumi di

Indonesia.

3. Pada tahun 2006 kebijakan energi nasional sebagai penentuan target

diversifikasi energi dan penentuan target elastisitas energi, pada pasal 1

ayat 1 Energi adalah daya yang dapat digunakan untuk melakukan

berbagai proses kegiatan meliputi listrik, mekanik dan panas. Sumber

energi adalah sebagian sumber daya alam antara lain berupa minyak dan

gas bumi, batubara, air, panas bumi, gambut, biomassa dan sebagainya,

baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dimanfaatkan sebagai

energi.pada pasal 2 ayat 1 kebijakan energi nasional bertujuan untuk

mengarahkan Upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi

dalam negeri.

4. Pada tahun 2014 kebijakan energi nasional sebagai perubahan pradigma,

penentuan target auran energi dan elastisitas energi. Untuk melaksanakan

kebijakan energi nasional pemerintah yang ditetapkan DPR membuat

badan dewan energi nasional sebagai inisiator.

II.2 Hukum Kebijakan Energi Nasional

Pada pasal 2 tahun 2014 Kebijakan energi nasional merupakan kebijakan

Pengelolaan Energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan

berwawasan lingkungan guna terciptanya Kemandirian Energi dan Ketahanan

Energi nasional. Kebijakan energi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

terdiri dari kebijakan utama dan kebijakan pendukung.

4
1. Kebijakan utama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:

a. ketersediaan Energi untuk kebutuhan nasional

b. prioritas pengembangan Energi

c. pemanfaatan Sumber Daya Energi nasional

d. Cadangan Energi nasional.

2. Kebijakan pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:

a. Konservasi Energi, Konservasi Sumber Daya Energi, dan Diversifikasi

Energi.

b. Lingkungan Hidup dan keselamatan;

c. harga, subsidi, dan insentif energi

d. infrastruktur dan akses untuk masyarakat terhadap Energi dan lndustri

Energi

e. penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi Energi dan

kelembagaan dan pendanaan.

Pada pasal 5 Kebijakan energi nasional disusun sebagai pedoman untuk

memberi arah Pengelolaan Energi nasional guna mewujudkan Kemandirian

Energi dan Ketahanan Energi nasional untuk mendukung pembangunan nasional

berkelanjutan. Kemandirian sebagaimana mewujudkan: Energi dan Ketahanan

dimaksud dalam Pasal 5, Energi dicapai nasional dengan

a. Sumber Daya Energi tidak dijadikan sebagai komoditas ekspor semata tetapi

sebagai modal pembangunan nasional

b. Kemandirian Pengelolaan Energi

5
c. ketersediaan Energi dan terpenuhinya kebutuhan Sumber Energi dalam negeri

d. pengelolaan Sumber Daya Energi secara optimal, terpadu, dan berkelanjutan

e. Pemanfaatan Energi secara efisien di semua sektor

f. akses untuk masyarakat terhadap Energi secara adil dan merata

g. pengembangan kemampuan teknologi, lndustri Energi, dan jasa Energi dalam

negeri agar mandiri dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia

h. terciptanya lapangan kerja; dan

i. terjaganya kelestarian fungsi Lingkungan Hidup.

Pada pasal 7 Sumber Energi dan/atau Sumber Daya Energi ditujukan untuk

modal pembangunan guna sebesar-besar kemakmuran rakyat dengan cara

mengoptimalkan pemanfaatannya bagi pembangunan ekonomi nasional,

penciptaan nilai tambah di dalam negeri dan penyerapan tenaga kerja. Pada pasal

8 Sasaran penyediaan dan pemanfaatan Energi Primer dan Energi Final sebagai

berikut:

a. terpenuhinya penyediaan Energi Primer pada tahun 2025 sekitar 400 MTOE

(empat ratus million tonnes of oil equivalent) dan pada tahun 2050 sekitar

1.000 MTOE (seribu million tonnes of oil equivalent)

b. tercapainya pemanfaatan energi primer per kapita pada tahun 2025 sekitar 1,4

TOE (satu koma empat tonnes of oil equivalent) dan pada tahun 2050 sekitar

3,2 TOE (tiga koma dua tonnes of oil equivalent)

c. terpenuhinya penyediaan kapasitas pembangkit listrik pada tahun 2025 sekitar

115 GW (seratus lima belas giga watt) dan pada tahun 2050 sekitar 430 GW

(empat ratus tiga puluh gigawatt)

6
d. tercapainya pemanfaatan listrik per kapita pada tahun 2025 sekitar 2.500

KWh (dua ribu lima ratus kilo watt hours) dan pada tahun 2050 sekitar 7.000

KWh (tujuh ribu kilo watt hours).

Pada pasal 9 Untuk pemenuhan Penyediaan Energi dan Pemanfaatan Energi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, diperlukan pencapaian sasaran kebijakan

energi nasional sebagai berikut:

a. terwujudnya paradigma baru bahwa Sumber Energi merupakan modal

pembangunan nasional

b. tercapainya Elastisitas Energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025 yang

diselaraskan dengan target pertumbuhan ekonomi

c. tercapainya penurunan Intensitas Energi final sebesar 1% (satu) persen per

tahun sampai dengan tahun 2025

d. tercapainya Rasio Elektrifikasi sebesar 85% (delapan puluh lima persen) pada

tahun 2015 dan mendekati sebesar 100% (seratus persen) pada tahun 2020

e. tercapainya rasio penggunaan gas rumah tangga pada tahun 2015 sebesar

85°(0 (delapan puluh lima persen); dan tercapainya bauran Energi Primer

yang optimal:

1. pada tahun 2025 peran Energi Baru dan Energi Terbarukan paling sedikit

23% (dua puluh tiga persen) dan pada tahun 2050 paling sedikit 31 %

(tiga puluh satu persen) sepanjang keekonomiannya terpenuhi

2. pada tahun 2025 peran minyak bumi kurang dari 25% (dua puluh lima

persen) dan pada tahun 2050 menjadi kurang dari 20% (dua puluh

persen)

7
3. pada tahun 2025 peran batubara minimal 30% (tiga puluh persen), dan

pada tahun 2050 minimal 25% (dua puluh lima persen)

4. pada tahun 2025 peran gas bumi minimal 22% (duapuluh dua persen) dan

pada tahun 2050 minimal 24% (dua puluh empat persen).

III.3 Potensi Kebijakan Energi Nasional

Tabel 1 Potensi Energi Nasional Tahun 2015 Potensi Energi Fosil Indonesia

NO Jenis Energi Sumber Daya Cadangan Produksi Umur

1 Minyak Bumi 151 Miliar 3,6 Miliar 288 Juta 12 tahun


Barel Barel Barel

2 Gas Bumi 487 TCF 98,0 TCF 3,0 TCF 33 tahun

3 Batubara 12,5 Miliar 32,4 Miliar 39 Juta 82 tahun


Ton Ton
Ton

4 CBM 453 TSCF

5 Shale Gas 453 TSCF

Tabel 2 Potensi Energi Nasional Tahun 2015 Terbarukan Indonesia

NO Jenis Energi Potensi Kapasitas Terpasang Pemanfaatan

1 Panas Bumi 29.544 MW 1.438,5 MW 4,9%

2 Air 75.091 MW 4.826,7 MW 6,4%

8
3 Mini & 19.385 MW 197,4 MW 1,0%
Mikro Hidro

4 Bioenergi 32.654 MW 1.671,0 MW 5,1%

5 207.898 MW
Surya (4.80 78,5 MW 0,04%
kWh/m2/day)

6 Angin 60.647 MW (≥ 3,1 MW 0,01%


4m/s)

7 Laut 17.989 MW 0,3 MW 0,002%

Total 443.208 MW 8.215,5 1,9%

9
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Ketahanan energi dianggap penting karena energi merupakan komponen

penting dalam produksi barang dan jasa. Segala bentuk gangguan yang dapat

menghambat ketersediaan pasokan energi dalam bentuk bahan bakar primer

(BBM, gas dan batubara) maupun kelistrikan dapat menurunkan produktivitas

ekonomi suatu wilayah dan jika luasnya gangguan sampai pada tingkat nasional

dapat membuat target pertumbuhan ekonomi meleset dari yang ditetapkan. Oleh

sebab itu menjaga ketersediaan energi menjadi agenda penting bagi setiap negara

di dunia, termasuk Indonesia.

III.2 Saran

Kebijakan energi nasional terbaru pada tahun 2015 menjadi suatu loncatan

perekonomian negara Indonesia dalam memenuhi perkembangan negara menjadi

penyediaan dan pengelolah energi untuk sebagai pengelolah hasil sumber daya

alam yang berlimpah di Indonesia. Dan untuk memanjukan sumber daya manusia

Indonesia.

10
11

Anda mungkin juga menyukai