Anda di halaman 1dari 9

SUMMARY PERATURAN PRESIDEN NOMOR 112 TAHUN 2022 TENTANG

PERCEPATAN PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN UNTUK


PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

1. Tujuan dari Peraturan ini adalah Meningkatkan investasi dan mempercepat


pencapaian target bauran energi terbarukan dalam bauran energi nasional
sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional serta penurunan emisi gas rumah
kaca.

2. Perusahaan Listrik Negara (PLN) melakukan penyusunan Rencana Usaha


Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) atau rencana pengadaan tenaga listrik
meliputi pembangkitan, transmisi, distribusi, dan/atau penjualan tenaga listrik
kepada konsumen dalam suatu wilayah usaha.

Penyusunan RUPTL memperhatikan :


a. Pengembangan energi terbarukan sesuai dengan target bauran energi
terbarukan berdasarkan rencana umum ketengalistrikan nasional.

b. Keseimbangan antara penyediaan (supply) dan permintaan (demand).

c. Keekonomian pembangkit energi terbarukan.

Pelaksanaan RUPTL olen PLN wajib :


a. Mengutamakan pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik
yang memanfaatkan sumber energi terbarukan.

b. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan sumber


energi terbarukan secara terus menerus sesuai dengan karakteristik
sumber pembangkit dan/atau sesuai dengan kesiapan sistem kelistrikan
setempat dalam hal terjadi kondisi beban rendah.

c. Menggunakan produk dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

d. Mengembangkan pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan sumber


energi terbarukan.

3. Dalam rangka transisi energi sektor ketenagalistrikan, Menteri Menyusun peta


jalan percepatan pengakhiran masa operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Batu Bara (PLTU).

Peta jalan tersebut memuat :


- Pengurangan emisi gas rumah kaca PLTU
- Strategi percepatan pengakhiran masa operasional PLTU
- Keselarasan antar berbagai kebijakn lainnya.

Pengembangan PLTU baru dilarang kecuali untuk PLTU yang telah ditetapkan
sebelum berlakunya peraturan ini, proyek strategi nasional yang memiliki
kontribusi besar, berkomitmen untuk melakukan pengurangan emisi gas rumah
kaca minimal 35% dalam jangka waktu 10 tahun dan beroperasi paling lama
2050.

PLN melakukan percepatan pengakhiran waktu operasi PLTU milik sendiri


dan/atau kontrak perjanjian jual beli listrik (PJBL) PLTU yang dikembangkan
oleh pengembang pembangkit listrik (PPL).

Dalam rangka pengakhiran PLTU memerlukan penggantian energi listrik, dapat


digantikan dengan pemangkit energi terbarukan dengan mempertimbangkan
kondisi penyediaan (supply) dan permintaan (demand) listrik.

4. Pengakhiran PLTU memerlukan penggantian pembangkit energi terbarukan,


energi terbarukan tersebut terdiri dari:
a. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
b. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
c. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Fotovoltaik, termasuk PLTS
terapung
d. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
e. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm)
f. Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg)
g. Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Energi Laut
h. Pembangkit Listrik Tenaga Bahan Bakar Nabati (PLT BBN)

Pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan sumber energi terbarukan


merupakan pembangkit tenaga listrik yang:
- Seluruhnya dibangun oleh badan usaha.
- Seluruhnya atau Sebagian dibangun oleh pemerintah pusat atau pemerintah
daerah, termasuk yang berasal dari hibah.

Melakukan pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik yang


memanfaatkan energi terbarukan haru mengacu pada RUPTL.

5. Harga pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik yang


memanfaatkan energi terbarukan terdiri atas:
- Harga patokan tertinggi sebagaiman tercantum dalam lampiran I peraturan
ini.
- Harga kesepakatan dengan atau tanpa memperhitungkan factor lokasi (F),
tercantum dalam lampiran II peraturan ini.
Harga pembelian berdasarkan patokan tertinggi dilakukan dengan ketentuan:
- Negoisasi dengan batas atas berdasarkan harga patokan tertingi
sebagaimana tercantum dalam lampiran I.
- Tanpa eskalasi selama jangka waktu PJBL.
- Berlaku sebagai persetujuan harga dari Menteri.

Harga pembelian tenaga listrik merupakan harga pada titik pertemuan antar
peralatan listrik pada instalasi pembangkit tenaga listrik dengan peralatan listrik
intalasi penyaluran tenaga listrik dan tidak termasuk harga fasilitas jaringan
tenaga listrik.

Harga faslitas ditetapkan berdasarkan kesepakatan para pihak paling tinggi 30%
dari harga pembelian tenaga listrik. Harga fasilitas yang telah dispakati berlaku
sebagai persetujuan dari Menteri, dalam hal harga fasilitas lebih dari 30% perlu
persetujuan Menteri.

6. PLTS Fotovoltaik untuk semua kapasitas yang dilengkapi fasilitas baterai atau
fasilitas penyimpanan energi listrik lainnya, harga fasilitas baterai atau fasilitas
penyimpanan energi listrik lainnya ditetapkan berdasarkan harga patokan
tertinggi sebesar 60% dari harga pembelian tenaga listrik.

Harga tersebut berlaku sebagai persetujuan Menteri, apabila melebihi wajib


mendapatkan persetujuan Menteri.

7. Untuk memperkuat sistem penyediaan tenaga listrik, meningkatkan porsi energi


terbarukan dalam bauran energi, meningkatkan mutu dan keandalan operasi,
PLN dapat membeli kelebihan tenaga listrik (excess power) untuk kepetingan
sendiri.

Pembelian excess power tersebut dari pemegang izin usaha penyediaan tenaga
listrik untuk kepentingan sendiri, dituangkan dalam perjanjian jual beli listrik
kelebihan tenaga listrik (excess power) dengan jangka waktu paling singkat 3
tahun.

8. Pembelian tenaga listrik dilakukan melalui penunjukan langsung atau pemilihan


langsung.

Penunjukan langsung dilakukan untuk:


- PLTA yang memanfaatkan tenaga air dari waduk/bendungan atau saluran
irigasi yang pembangunannya bersifat multiguna barang milik negara oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
sumber daya air.
- PLTP
- Penambahan kapasitas pembangkit (ekspansi) PLTP, PLTA, PLTS
Fotovoltaik, PLTB, PLTBm atau PLTBg
- Kelebihan tenaga listrik dari PLTP, PLTA, PLTBm atau PLTBg,
- Untuk semua kapasitas pembangkit.

Pembelian melalui pemilihan langsung dilakukan untuk:


- PLTA
- PLTS Fotovoltaik atau PLTB yang dilengkapi atau tidak dilengkapi fasilitas
baterai atau fasilitas penyimpanan energi listrik lainnya baik yang lahannya
disediakan oleh pemerintah maupun lahan sendiri.
- PLTBm atau PLTBg
- PLTA, PLT BBN, PLT Energi laut
- Untuk semua kapasitas pembangkit.

Harga pembelian tenaga listrik melalui penunjukan langsung berdasarkan


negoisasi dengan batas atas berdasarkan patokan tertinggi.

Badan usaha yang ditetapkan sebagai pemenang pemilihan langsung atau


penunjukan langsung selanjutnya berkontrak dengan PLN, badan usaha yang
berkontrak dengan PLN ditetapkan sebagai PPL. PPL dan PLN membuat PJBL
yang disepakati dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.

9. Dalam melaksanakan pengmbangan pembangkit tenaga listrik yang


memanfaatkan energi terbarukan, badan usaha diberikan insentif dalam bentuk
fiskal maupun nonfiskal.

Insentif fiskal:
- Fasilitas pajak penghasilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
- Fasilitas impor berupa pembebasan bea masuk impor dan/atau pajak dalam
rangka impor sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan di
bidang perpajakan dan kepabeanan.
- Fasilitas pajak bumi dan bangunan.
- Dukungan pengembangan panas bumi.
- Dukungan fasilitas pembiayaan dan/atau penjaminan melalui badan usaha
milik negara yang ditugaskan pemerintah.

Insentif nonfiskal:
- Pemerintah pusat.
- Pemerintah daerah.

Menteri terkait, kepala Lembaga atau pemerintah daerah wajib memberikan


dukungan untuk pengembangan pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan
sumber energi terbarukan sesuai dengan kewenangannya, yaitu:
- Menteri di bidang keuangan negara memberikan dukungan berupa insentif
fiskal.

- Menteri di bidang agrarian/pertanahan dan tata ruang memberikan dukungan


berupa pemberian prioritas pengembangan pembangkit tenaga listrik yang
memanfaatkan sumber energi terbarukan dalam perencanaan perntukan tata
ruang nasional, serta kemudahan perizinan di bidang agrarian/ pertanahan
dan tata ruang untuk pemanfaatan energi terbarukan dalam rangka
menurunkan biaya investasi oemanfaatan energi terbarukan.

- Menteri di bidang lingkungan hidup memberikan dukungan berupa perizinan


di Kawasan hutan dan keringanan biaya.

- Menteri di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat memberikan


dukungan berupa perizinan dan keringanan biaya.

- Menteri di bidang pemerintahan dalam negeri memberikan dukungan berupa


penyusunan kebijakan untuk mengembangkan energi terbarukan.

- Menteri pengelolaan BUMN memberikan dukungan berupa penetapan target


pemanfaatan energi terbarukan dalam indikator kinerja PLN.

- Menteri di bidang perindustrian memberikan dukungan berupa pemberian


dukungan kepada Badan usaha dengan memprioritaskan penggunaan
produk dalam negeri melalui:
 Penciptaan kemampuan pasok yang meliputi aspek kualitas, biaya,
pengiriman yang wajar dan meningkatkan pendalaman struktur industry.
 Pentapan kuota impr komponen pembangkit energi terbarukan mengacu
pada kemampuan penyediaan dalam negeri/kapasitas nasional.
 Verifikasi tingkat komponen dalam negeri komponen pembangkit energi
terbarukan
 Penyusunan peta jalan pengembangan industry pendukung
ketenagalistrikan.

- Dukungan prioritas penggunaan produk dalam negeri diatur lebih lanjut oleh
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perindustrian.
- Menteri di bidang investasi/koordinasi penanaman modal memberikan
dukungan berupa kepastian pelaksanaan kemudahan perizinan berusaha
dan fasilitas penanaman modal dalam pengembangan energi terbarukan di
pusat dan daerah.
- Pemerintah daerah dengan memberikan dukungan berupa kemudahan
perizinan, insentif dan jaminan ketersediaan lahan.
Insentif tersebut berupa keringanan pajak bumi dan bangunan, khususnya
untuk bidang usaha tertentu.

Anda mungkin juga menyukai