1
PENGHEMATAN & PENERTIBAN
PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
2
HUKUM
3
PEMBAGIAN HUKUM
4
CIRI – CIRI
HUKUM PUBLIK :
Bersifat memaksa dan mengatur.
Lebih menitikberatkan pada kepentingan masyarakat dibandingkan
dengan kepentingan perseorangan.
Negara berwenang campur tangan jika terjadi pelanggaran hukum.
HUKUM PRIVAT :
Lebih menitikberatkan kepentingan perseorangan dibandingkan
dengan kepentingan masyarakat.
Negara tidak berwenang campur tangan, kecuali atas permintaan
pihak yang merasa dirugikan.
5
PUBLIK atau PRIVAT ?
Publik :
- Didirikan oleh Pemerintah :
PP No. 67 tahun 1961 BPUPLN
PP No. 34 tahun 1965 PLN
PP No. 18 tahun 1972 Perum
PP No. 23 tahun 1994 Perubahan Perum ke Persero
- Ada ketentuan yang diatur / ditetapkan oleh Pemerintah (a.l. PLN adalah
BUMN selaku PKUK, hubungan PKUK dengan masyarakat, Tarif).
- Modal seluruhnya / mayoritas dimiliki oleh Negara.
- Tunduk pada UU BUMN (UU. No. 19 tahun 2003).
Privat :
- Pendirian sebagai PT / Perubahan dengan Akta Notaris, mengikuti
ketentuan Hukum Perdata.
- Tunduk pada No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT).
- Dalam menjalankan usaha jual beli SPJBTL (Perdata).
6
7
DASAR HUKUM
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 104 Th. 2003 tentang Harga Jual
Tenaga Listrik Tahun 2004 (Tarif Dasar Listrik 2004).
Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 tgl. 5 Mei 2008 tentang
Penghematan Energi dan Air.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 47/M-IND/PER/7/2008, Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Nomor 23 Tahun 2008, Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/VII/2008, Menteri Dalam Negeri Nomor 35
Tahun 2008 dan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER-03/MBU/08 tanggal 14 Juli 2008 tentang ”Pengoptimalan Beban Listrik
Melalui Pengalihan Waktu Kerja Pada Sektor Industri di Jawa - Bali”.
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 101.A.K/DIR/2008 tanggal 3 April 2008
tentang Ketentuan Pelaksanaan Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik oleh
Pelanggan PT PLN (Persero).
8
INSTRUKSI PRESIDEN NO. 2 TH. 2008
(mencabut Instruksi Presiden No. 10 Tahun 2005)
9
INSTRUKSI PRESIDEN NO. 2 TH. 2008
10
INSTRUKSI PRESIDEN NO. 2 TH. 2008
11
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 101.A.K/DIR/2008
12
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 101.A.K/DIR/2008
13
TAHAP PENERAPAN TARIF SUBSIDI DAN
TARIF TIDAK BERSUBSIDI :
14
KEBIJAKAN TARIF BERSUBSIDI DAN TARIF TIDAK
BERSUBSIDI, TIDAK BERLAKU UNTUK :
15
PERATURAN BERSAMA LIMA MENTERI
(Pasal 2)
16
Hemat Listrik merupakan salah satu usaha
untuk mempertahankan keandalan dan
pasokan listrik kepada Pelanggan.
17
18
LANDASAN HUKUM P2TL
19
HAK PLN
20
HAK PLN
21
KEWAJIBAN PELANGGAN
PP NO. 10 Th. 1989 jo. No. 3 Th. 2005 jo. No. 26 Th. 2006 :
22
KEWAJIBAN PELANGGAN
23
Permentamben No.02.P/451/MPE/1991 : Ketentuan
penertiban atas pemakaian tenaga listrik tersebut ditetapkan
Pengusaha (PLN) dan disahkan Direktur Jenderal :
24
PIDANA
25
UNDANG – UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1985, Pasal 19 :
“Barang siapa menggunakan tenaga listrik yang bukan haknya merupakan
tindak pidana pencurian sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang -
Undang Hukum Pidana”.
26
Pasal 11 ayat (2) UU. No. 15 Th. 1985 (Ketenagalistrikan)
27
Pasal 167 Kitab Undang - undang Hukum Pidana (lanjutan)
28
PERDATA
29
HUBUNGAN HUKUM
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang
membuatnya.
30
FUNGSI HUKUM TERHADAP PERJANJIAN
1. FUNGSI PROTEKTIF :
Hukum memberikan perlindungan kepada Perjanjian.
Hukum mengatur sahnya suatu Perjanjian Pasal 1320 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Menyatakan Perjanjian yang sah mempunyai kekuatan hukum
Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata.
Mengikat para pihak sebagai undang-undang Pasal 1338 ayat
(1) KUHPerdata.
2. FUNGSI DESTRUKTIF :
Hukum dapat membatalkan Perjanjian / salah satu klausula
Perjanjian jika isi atau proses pembuatannya tidak sah.
31
FUNGSI HUKUM TERHADAP PERJANJIAN
3. FUNGSI SUPLEMENTER :
Hukum melengkapi ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis dalam
Perjanjian menurut keadilan, kepatutan dan UU patut dianggap
sebagai bagian dari isi Perjanjian.
4. FUNGSI REGULATIF :
Hukum mengatur apa akibatnya jika terjadi pelanggaran dalam
Perjanjian atau jika terjadi pembatalan Perjanjian.
32
AZAS-AZAS PERJANJIAN
33
SYARAT-SYARAT SAH PERJANJIAN
(Pasal 1320 KUHPerdata)
34
PMH DAN JAMINAN
35
TATA USAHA NEGARA (TUN)
36
SENGKETA KASUS P2TL
PERDATA PIDANA
Pasal 19 UU NO. 15 TH 1985
KEPUTUSAN PENETAPAN
PERBUATAN TAGIHAN SUSULAN
(pencurian tenaga listrik) /
MELAWAN HUKUM / PEMUTUSAN TENAGA
Pasal 362 KUHPidana (pencurian)
(1365 KUHPdt) atau LISTRIK DIANGGAP SEBAGAI
Pasal 167 KUHP (masuk paksa) KEPUTUSAN
ATAU
atau TATA USAHA NEGARA
WANPRESTASI Pasal 310 KUHP (penghinaan)
atau
DITUNTUT GANTI Pasal 335 KUHP
PEMBATALAN KEPUTUSAN
(perbuatan tidak menyenangkan)
RUGI
37
ALAT BUKTI PIDANA
38
ALAT BUKTI PERDATA
39
P2TL = PENEGAKAN HUKUM
40
PEJABAT / PETUGAS YANG DILAPORKAN KE POLISI
Pasal 50 KUHP :
Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan ketentuan undang-undang, TIDAK
BOLEH DIHUKUM.
Pasal 51 KUHP :
Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan perintah jabatan yang
diberikan oleh kuasa yang berhak / pejabat yang
berwenang, TIDAK BOLEH DIHUKUM.
41
PERUSAKAN INSTALASI / BANGUNAN LISTRIK
42
PERUSAKAN INSTALASI / BANGUNAN LISTRIK
43
PEMUTUSAN SAMBUNGAN LISTRIK DAPAT TERJADI KARENA :
44
Dasar Hukum Pemutusan Sambungan Listrik akibat adanya
tunggakan tagihan listrik dan tagihan lainnya :
45
46