Anda di halaman 1dari 46

PT PLN (PERSERO)

DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN

1
PENGHEMATAN & PENERTIBAN
PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK

 Penghematan pemakaian tenaga listrik.


 Penertiban pemakaian tenaga listrik (P2TL).

2
HUKUM

HIMPUNAN PERATURAN - PERATURAN HIDUP YANG


BERSIFAT MEMAKSA, BERISIKAN SUATU PERINTAH,
LARANGAN ATAU IZIN UNTUK BERBUAT SESUATU
ATAU TIDAK BERBUAT SESUATU SERTA DENGAN
MAKSUD UNTUK MENGATUR TATA TERTIB DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT.

3
PEMBAGIAN HUKUM

HUKUM PUBLIK HUKUM PRIVAT


 Hukum Pidana  Hukum Perdata (materiil), al
(materiil) : perkawinan, jual beli
 Hukum Acara Pidana  Hukum Acara Perdata
(formil) (formil/cara menjalankan /
 Hukum Tata Usaha mempertahankan hukum
(Administrasi) perdata materiil)
Negara  Hukum Dagang (al. UU PT)
 Hukum Pajak  Dll.
 Dll.

4
CIRI – CIRI

HUKUM PUBLIK :
 Bersifat memaksa dan mengatur.
 Lebih menitikberatkan pada kepentingan masyarakat dibandingkan
dengan kepentingan perseorangan.
 Negara berwenang campur tangan jika terjadi pelanggaran hukum.

HUKUM PRIVAT :
 Lebih menitikberatkan kepentingan perseorangan dibandingkan
dengan kepentingan masyarakat.
 Negara tidak berwenang campur tangan, kecuali atas permintaan
pihak yang merasa dirugikan.

5
PUBLIK atau PRIVAT ?

 Publik :
- Didirikan oleh Pemerintah :
PP No. 67 tahun 1961  BPUPLN
PP No. 34 tahun 1965  PLN
PP No. 18 tahun 1972  Perum
PP No. 23 tahun 1994  Perubahan Perum ke Persero
- Ada ketentuan yang diatur / ditetapkan oleh Pemerintah (a.l. PLN adalah
BUMN selaku PKUK, hubungan PKUK dengan masyarakat, Tarif).
- Modal seluruhnya / mayoritas dimiliki oleh Negara.
- Tunduk pada UU BUMN (UU. No. 19 tahun 2003).

 Privat :
- Pendirian sebagai PT / Perubahan dengan Akta Notaris, mengikuti
ketentuan Hukum Perdata.
- Tunduk pada No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT).
- Dalam menjalankan usaha  jual beli  SPJBTL (Perdata).

6
7
DASAR HUKUM

 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 104 Th. 2003 tentang Harga Jual
Tenaga Listrik Tahun 2004 (Tarif Dasar Listrik 2004).
 Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 tgl. 5 Mei 2008 tentang
Penghematan Energi dan Air.
 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 47/M-IND/PER/7/2008, Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Nomor 23 Tahun 2008, Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/VII/2008, Menteri Dalam Negeri Nomor 35
Tahun 2008 dan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER-03/MBU/08 tanggal 14 Juli 2008 tentang ”Pengoptimalan Beban Listrik
Melalui Pengalihan Waktu Kerja Pada Sektor Industri di Jawa - Bali”.
 Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 101.A.K/DIR/2008 tanggal 3 April 2008
tentang Ketentuan Pelaksanaan Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik oleh
Pelanggan PT PLN (Persero).

8
INSTRUKSI PRESIDEN NO. 2 TH. 2008
(mencabut Instruksi Presiden No. 10 Tahun 2005)

 Menteri, Jaksa Agung, Kepala Lembaga Non Departemen, Panglima


TNI, Kapolri, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara, Gubernur,
Bupati, Walikota  melakukan langkah-langkah dan inovasi
penghematan energi dan air di lingkungan instansi / BUMN / BUMD.
 Gubernur, Bupati, Walikota  melaksanakan program dan kegiatan
penghematan energi dan air sesuai Kebijakan Penghematan Energi
dan Air yang telah ditetapkan serta melakukan sosialisasi dan
mendorong masyarakat termasuk perusahaan swasta untuk
melaksanakan penghematan energi dan air.

9
INSTRUKSI PRESIDEN NO. 2 TH. 2008

Membentuk Tim Nasional, dengan tugas antara lain :


 Merumuskan dan menyiapkan kebijakan, strategi dan program
penghematan energi dan air termasuk program konservasi energi, dengan
berpedoman pada prinsip :
1. kebutuhan pokok energi dan air masyarakat dewasa ini dipenuhi
Pemerintah dengan subsidi.
2. kemewahan dalam pemanfaatan energi dan air harus dibatasi dan
dibayar sesuai harga keekonomian.
3. kebutuhan energi dan air untuk kepentingan usaha dan bisnis,
dibayar sesuai harga keekonomian.
4. pemakaian energi dan air untuk Instansi Pemerintah harus
dibatasi, diawasi dan menjadi contoh masyarakat.

10
INSTRUKSI PRESIDEN NO. 2 TH. 2008

 Melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan


komprehensif untuk penggunaan teknologi yang dapat
menghemat energi dan air.
 Menetapkan kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan
audit energi dan air secara berkelanjutan di Kantor
Pemerintah, Pemda, BUMN, BUMD dan swasta  di PLN
dibentuk Tim Audit Energi.

11
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 101.A.K/DIR/2008

• Kebijakan penghematan tenaga listrik dilakukan melalui


mekanisme penerapan tarif Bersubsidi dan tarif Tidak
Bersubsidi.
• Pelanggan yang memakai tenaga listrik sampai Batas
Hemat (80 % dari pemakaian tenaga listrik rata-rata
Nasional pada kelompok tarifnya) akan dikenakan tarif
Subsidi, sedangkan pelanggan yang tidak bisa berhemat
(pemakaian listriknya melebihi Batas Hemat), maka
kelebihannya akan dikenakan tarif Tidak Bersubsidi.

12
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 101.A.K/DIR/2008

• Dasar perhitungan tarif Tidak Bersubsidi adalah TDL 2004 Lampiran


IX  Tarif Multiguna Rp.1.380,-.
Sesuai butir 2 f, tarif Multiguna dapat diberlakukan antara lain :
 Bersifat sementara (jangka waktu pendek).
 Tergantung kondisi sistim kelistrikan PLN.
 Adanya peluang bisnis para pihak yang saling menguntungkan.

• Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka kebijakan Tarif


Insentif dan Disinsentif yang sebelumnya telah ditetapkan dengan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 091.K/DIR/2008
tanggal 14 Maret 2008 dinyatakan tidak berlaku lagi.

13
TAHAP PENERAPAN TARIF SUBSIDI DAN
TARIF TIDAK BERSUBSIDI :

• Kebijakan penerapan tarif Bersubsidi dan tarif Tidak


Bersubsidi akan diberlakukan secara bertahap, Tahap
Pertama hanya diberlakukan bagi pelanggan Rumah
Tangga, Bisnis dan Kantor Pemerintah dengan daya
mulai 6.600 VA keatas.
• Bagi pelanggan-2 yang tidak termasuk dalam kategori
diatas tetap membayar tagihan listrik seperti
biasanya, namun dihimbau untuk mulai melakukan
penghematan pemakaian tenaga listrik.

14
KEBIJAKAN TARIF BERSUBSIDI DAN TARIF TIDAK
BERSUBSIDI, TIDAK BERLAKU UNTUK :

1. Pelanggan yang belum dilayani oleh sistim ketenagalistrikan


24 jam.
2. Pelanggan yang pemakaian tenaga listriknya bersifat
sementara.
3. Pelanggan yang telah dikenakan kebijakan Dayamax Plus.
4. Pelanggan yang telah ada Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan
PLN dan terikat kesepakatan khusus (antara lain Telkom,
Telkomsel).

15
PERATURAN BERSAMA LIMA MENTERI
(Pasal 2)

(1) Perusahaan industri setiap bulannya wajib mengalihkan satu sampai


dengan dua hari waktu kerja pada hari Senin sampai dengan Jumat ke hari
Sabtu dan Minggu.
(2) Penentuan perusahaan industri dan waktu kerja ditetapkan untuk setiap
klaster / daerah industri oleh Bupati berdasarkan usulan PLN setempat.
(3) Jumlah pemakaian listrik dari perusahaan industri yang mengalihkan waktu
kerjanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasal ini harus
mencapai 10% dari beban puncak pada klaster / daerah industri tersebut.

Tidak berlaku bagi industri yang beroperasi :


- 24 jam sehari selama 7 hari dalam 1 minggu atau
- 7 hari dalam 1 minggu.

16
Hemat Listrik merupakan salah satu usaha
untuk mempertahankan keandalan dan
pasokan listrik kepada Pelanggan.

17
18
LANDASAN HUKUM P2TL

1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana.


2. Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
3. Undang-undang No. 15 Th. 1985 tentang Ketenagalistrikan.
4. Peraturan Pemerintah (PP) No. 10 Th. 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik sebagaimana diubah dengan PP No. 3 Th.
2005 dan PP No. 26 Th. 2006 tentang Perubahan PP No. 10 Th. 1989.
5. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 02.P/451/MPE/1991
tentang Hubungan Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK)
dan Pemegang Ijin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum
(PIUKU) dengan Masyarakat.
6. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 234.K/DIR/2008 tentang
Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL).

19
HAK PLN

UU NO. 15 TH 1985 : hubungan PLN dengan Masyarakat


menyangkut hak, kewajiban dan tanggungjawab diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

PP NO. 3 TH. 2005, Pasal 25 ayat (1), PLN berhak untuk :


a. Memeriksa instalasi ketenagalistrikan yang
diperlukan oleh masyarakat baik sebelum maupun
sesudah mendapat sambungan tenaga listrik.
b. Mengambil tindakan atas pelanggaran PJBTL.
c. Mengambil tindakan penertiban atas pemakaian tenaga
listrik secara tidak sah.

20
HAK PLN

Permentamben No. 02.P/451/MPE/1991, Pasal 2 ayat (1) :

f. Mengambil tindakan atas pelanggaran yang dilakukan


pelanggan dalam setiap perjanjian jual beli tenaga listrik,
antara lain berupa tagihan susulan dan kemudian diikuti
dengan pemutusan sementara untuk jangka waktu yang
dapat ditetapkan oleh Pengusaha maksimum selama 2
(dua) bulan.
g. Menetapkan tindakan penertiban atas pemakaian tenaga
listrik secara tidak sah dan melaporkannya kepada instansi
yang berwajib sebagai tindak pidana pencurian.
Ketentuan penertiban atas pemakaian tenaga listrik
tersebut ditetapkan Pengusaha (PLN) dan disahkan
Direktur Jenderal.

21
KEWAJIBAN PELANGGAN

PP NO. 10 Th. 1989 jo. No. 3 Th. 2005 jo. No. 26 Th. 2006 :

 Pelanggan mempunyai kewajiban menjaga dan memelihara


keamanan instalasi ketenagalistrikan (Pasal 26 ayat (3) b).
 Pelanggan bertanggung jawab karena kesalahannya
mengakibatkan kerugian bagi PKUK / PLN (Pasal 26 ayat (4).
 Masyarakat yang memanfaatkan tenaga listrik wajib mentaati
persyaratan di bidang ketenagalistrikan yang ditetapkan oleh
Menteri (Pasal 28).

22
KEWAJIBAN PELANGGAN

PERMENTAMBEN NO. 02.P/451/M.PE/1991, Pasal 5 ayat (1) :


b. Menjaga dan memelihara keamanan Instalasi Pelanggan.
c. Menjaga keamanan APP PLN yang terpasang pada bangunan /
persil Pelanggan.
d. Menjaga keamanan sambungan listrik yang berada pada
bangunan / persil Pelanggan.
e. Menggunakan Tenaga Listrik sesuai dengan peruntukannya.

23
Permentamben No.02.P/451/MPE/1991 : Ketentuan
penertiban atas pemakaian tenaga listrik tersebut ditetapkan
Pengusaha (PLN) dan disahkan Direktur Jenderal :

Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 234.K/DIR/2008 tanggal 22 Juli


2008 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) yang disahkan
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi
Nomor 318-12/20/600.1/2008 tanggal 11 Agustus 2008.
Pasal 28 Keputusan Direksi No. 234/DIR/2008 :
“Keputusan Direksi ini mulai berlaku 3 bulan terhitung sejak tanggal
disahkan oleh Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi”,
yaitu :
Tanggal 11 November 2008

24
PIDANA

25
UNDANG – UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1985, Pasal 19 :
“Barang siapa menggunakan tenaga listrik yang bukan haknya merupakan
tindak pidana pencurian sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang -
Undang Hukum Pidana”.

PERMENTAMBEN No. 02.P/451/MPE/1991, Pasal 2 ayat (1) :

g. Menetapkan tindakan penertiban atas pemakaian tenaga


listrik secara tidak sah dan melaporkannya kepada instansi yang
berwajib sebagai tindak pidana pencurian.

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP), Pasal 362 :


“Barangsiapa mengambil barang, yang sama sekali atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan
melawan hukum dipidana karena mencuri selama-lamanya 5 tahun atau
denda sebanyak-banyaknya Rp.9.000,-.

26
Pasal 11 ayat (2) UU. No. 15 Th. 1985 (Ketenagalistrikan)

Sepanjang tidak bertentangan dan dengan memperhatikan peraturan


perundang-undangan yang berlaku, untuk kepentingan umum PKUK
diberi kewenangan antara lain a.l. masuk ke tempat umum / perorangan
dan menggunakannya untuk sementara waktu.

Pasal 167 KUHP

(1) Barangsiapa dengan melawan hukum masuk dengan paksa ke


dalam, atau dengan melawan hukum ada di dalam rumah atau
tempat yang tertutup atau pekarangan yang tertutup, yang dipakai
oleh orang lain dan tidak dengan segera pergi dari tempat itu, atas
permintaan orang yang berhak atau permintaan atas nama yang
berhak, dipidana dengan Pidana Penjara selama-lamanya 9
(sembilan) bulan atau dengan sebanyak-banyaknya Rp.4.500,-
(empat ribu lima ratus rupiah).

27
Pasal 167 Kitab Undang - undang Hukum Pidana (lanjutan)

(2) Barang siapa masuk dengan merusak atau memanjat, dengan


menggunakan anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian pejabat palsu,
atau barang siapa tidak setahu yang berhak lebih dahulu serta bukan
karena kekhilafan masuk dan kedapatan disitu pada waktu malam,
dianggap memaksa masuk.
(3) Jika mengeluarkan ancaman atau menggunakan sarana yang dapat
menakutkan orang, diancam dengan pidana penjara paling lama 1 tahun 4
bulan.
(4) Pidana tersebut dalam ayat 1 dan 3 dapat ditambah sepertiga jika yang
melakukan kejahatan 2 orang atau lebih dengan bersekutu.

28
PERDATA

29
HUBUNGAN HUKUM

Hubungan antara dua subjek hukum atau lebih dimana hak


dan kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak dan
kewajiban di pihak lain.

Hubungan Hukum PLN dengan Pelanggan :


JUAL BELI TENAGA LISTRIK

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata :

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang
membuatnya.

30
FUNGSI HUKUM TERHADAP PERJANJIAN

1. FUNGSI PROTEKTIF :
 Hukum memberikan perlindungan kepada Perjanjian.
 Hukum mengatur sahnya suatu Perjanjian  Pasal 1320 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
 Menyatakan Perjanjian yang sah mempunyai kekuatan hukum 
Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata.
 Mengikat para pihak sebagai undang-undang  Pasal 1338 ayat
(1) KUHPerdata.

2. FUNGSI DESTRUKTIF :
Hukum dapat membatalkan Perjanjian / salah satu klausula
Perjanjian jika isi atau proses pembuatannya tidak sah.

31
FUNGSI HUKUM TERHADAP PERJANJIAN

3. FUNGSI SUPLEMENTER :
Hukum melengkapi ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis dalam
Perjanjian menurut keadilan, kepatutan dan UU patut dianggap
sebagai bagian dari isi Perjanjian.

4. FUNGSI REGULATIF :
Hukum mengatur apa akibatnya jika terjadi pelanggaran dalam
Perjanjian atau jika terjadi pembatalan Perjanjian.

32
AZAS-AZAS PERJANJIAN

KONSENSUALISME KEBEBASAN BERKONTRAK KEKUATAN MENGIKAT


1320 KUHPerdata 1338 (1) KUHPerdata 1338 (1) KUHPerdata

Perjanjian sah dan Setiap orang / pihak diberi Semua Perjanjian


mengikat sejak kebebasan membuat yang dibuat secara
tercapai kata Perjanjian sesuai dengan sah berlaku sebagai
sepakat antara kesepakatan diantara para UU bagi mereka yang
para pihak pihak membuatnya

Pembatasan  tidak boleh bertentangan dengan


undang-undang, ketertiban umum & kesusilaan

33
SYARAT-SYARAT SAH PERJANJIAN
(Pasal 1320 KUHPerdata)

SEPAKAT MEREKA KECAKAPAN UNTUK


SUATU HAL SUATU SEBAB
YG MENGIKATKAN MEMBUAT SUATU
TERTENTU YG HALAL
DIRINYA PERIKATAN

SYARAT SUBJEKTIF SYARAT OBJEKTIF

AKIBAT HUKUM PASAL 1320 TIDAK TERPENUHI

PERJANJIAN DAPAT PERJANJIAN BATAL


DIBATALKAN DEMI HUKUM

34
PMH DAN JAMINAN

 PASAL 1365 KUHPerdata :


Tiap Perbuatan Melanggar Hukum (PMH)
yang merugikan satu pihak, mewajibkan pihak
yang karena salahnya menerbitkan kerugian
tersebut mengganti kerugian.

 PASAL 1131 KUHPerdata :


Seluruh harta benda yang ada dan yang akan ada
menjadi jaminan atas perikatan yang dibuatnya.

35
TATA USAHA NEGARA (TUN)

 TUN : administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan


urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah (PLN  BUMN yang dibentuk
berdasarkan PP dan mendapat tugas sesuai UU untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam usaha penyediaan tenaga listrik sebagai PKUK).
 Objek Gugatan : Keputusan TUN  penetapan tertulis yang dikeluarkan Badan /
Pejabat TUN yang berisi tindakan hukum TUN berdasarkan perundangan yang
berlaku, bersifat konkret, individual, dan final, yang berakibat hukum bagi
seseorang / badan hukum perdata (Surat Penetapan Tagihan Susulan / Pemutusan
dll).
 Batas waktu pengajuan gugatan : 90 hari sejak diterimanya / diumumkannya
Keputusan Badan / Pejabat TUN.

36
SENGKETA KASUS P2TL

PENGADILAN NEGERI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

PERDATA PIDANA
Pasal 19 UU NO. 15 TH 1985
KEPUTUSAN PENETAPAN
PERBUATAN TAGIHAN SUSULAN
(pencurian tenaga listrik) /
MELAWAN HUKUM / PEMUTUSAN TENAGA
Pasal 362 KUHPidana (pencurian)
(1365 KUHPdt) atau LISTRIK DIANGGAP SEBAGAI
Pasal 167 KUHP (masuk paksa) KEPUTUSAN
ATAU
atau TATA USAHA NEGARA
WANPRESTASI Pasal 310 KUHP (penghinaan)
atau
DITUNTUT GANTI Pasal 335 KUHP
PEMBATALAN KEPUTUSAN
(perbuatan tidak menyenangkan)
RUGI

37
ALAT BUKTI PIDANA

Pasal 184 KUHAP

1. Keterangan Saksi → Petugas P2TL, polisi dll.


2. Keterangan Ahli → saksi ahli independen
(institusi / akademisi dll.)
3. Surat → SPJBTL, surat tugas, BA P2TL / BA
pengambilan barang bukti / BA pemeriksaan di Lab,
DIL, dll.
4. Petunjuk
5. Keterangan Terdakwa

38
ALAT BUKTI PERDATA

Pasal 1866 KUHPerdata

1. Surat / tulisan → SPJBTL, surat tugas, BA P2TL /


BA pengambilan barang bukti /
BA pemeriksaan di Lab, DIL, dll.
2. Saksi → petugas P2TL, Polisi, saksi ahli, dll.
3. Persangkaan → penyesuaian antara fakta di
lapangan dan alat bukti yang
ditemukan.
4. Pengakuan → pengakuan pelanggan, dll.
5. Sumpah

39
P2TL = PENEGAKAN HUKUM

1. Tindakan PLN dalam pelaksanan P2TL adalah


TINDAKAN HUKUM PUBLIK dalam rangka Penegakan
Hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan.

( UU  PP  PERMENTAMBEN  Keputusan Direksi)

2. Tindakan PLN berupa pengenaan Tagihan Susulan


dan Pemutusan Sementara (Pelanggan) / Rampung
(NK) dalam P2TL adalah melaksanakan ketentuan
peraturan perundangan-undangan sehingga TIDAK
HARUS MENUNGGU PUTUSAN PENGADILAN untuk
pelaksanaannya.

40
PEJABAT / PETUGAS YANG DILAPORKAN KE POLISI

Pasal 50 KUHP :
Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan ketentuan undang-undang, TIDAK
BOLEH DIHUKUM.

Pasal 51 KUHP :
Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan perintah jabatan yang
diberikan oleh kuasa yang berhak / pejabat yang
berwenang, TIDAK BOLEH DIHUKUM.
41
PERUSAKAN INSTALASI / BANGUNAN LISTRIK

Pasal 191 Bis KUHP :


Barangsiapa dengan sengaja menghancurkan, merusak / membuat tak
dapat dipakai bangunan listrik, atau menyebabkan jalan / bekerjanya
bangunan itu terganggu, atau menggagalkan / mempersulit usaha
untuk menyelamatkan / membetulkan bangunan itu diancam dengan
pidana (penjara / denda), bila karena perbuatan itu menimbulkan :
 rintangan / kesulitan dalam penyerahan tenaga listrik, untuk
kepentingan umum, maks. penjara 9 bulan / denda Rp.4.500,-.
 bahaya umum bagi barang, maks. penjara 7 tahun.
 bahaya bagi nyawa orang lain, maks. penjara 9 tahun.
 bahaya bagi nyawa orang lain dan mengakibatkan orang mati,
maks. penjara 15 tahun.

42
PERUSAKAN INSTALASI / BANGUNAN LISTRIK

Pasal 191 Ter KUHP :


Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan suatu
bangunan listrik hancur, rusak atau tak dapat dipakai atau menyebabkan
jalannya atau bekerjanya bangunan itu jadi terganggu, atau
menyebabkan usaha untuk menjaga keselamatan atau memperbaiki
bangunan itu menjadi terhalang atau menjadi sukar, diancam dengan
pidana (penjara / denda) bila karena itu :

 timbul rintangan / kesukaran dalam memberikan tenaga listrik untuk


kepentingan umum / timbul bahaya umum bagi barang, maks. penjara 4
bulan 2 minggu / kurungan maks. 3 bulan / denda maks. Rp. 4.500,-.
 timbul bahaya bagi nyawa orang lain, maks. penjara 9 bulan / kurungan
maks. 6 bulan / denda Rp. 4.500,- .
 mengakibatkan orang mati, maks. penjara 1 tahun 4 bulan / kurungan 1
tahun.

43
PEMUTUSAN SAMBUNGAN LISTRIK DAPAT TERJADI KARENA :

1. Pemutusan terhadap sambungan listrik yang sah :


- P2TL.
- Tunggakan Tagihan Listrik dan tagihan lainnya.

2. Pemutusan terhadap sambungan listrik yang tidak


sah (non pelanggan).

44
Dasar Hukum Pemutusan Sambungan Listrik akibat adanya
tunggakan tagihan listrik dan tagihan lainnya :

KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) No.109.K/039/DIR/1997


tentang Ketentuan Jual Beli Tenaga Listrik dan Penggunaan
Piranti Tenaga Listrik Yang Berlaku di PT PLN (Persero) :

 Pasal 34 ayat (1) : Pemutusan Sementara dikenakan bila terjadi antara


lain tagihan listrik atau angsuran BP atau angsuran TS tidak dilunasi
sampai dengan masa pembayaran berakhir.

 Pasal 35 ayat (1) : Pemutusan rampung dapat dilaksanakan jika dalam


waktu 60 (enam puluh) hari kalender sejak dilaksanakannya Pemutusan
Sementara Pelanggan belum melunasi tunggakan Tagihan Listrik dan
atau Tagihan Susulan.

45
46

Anda mungkin juga menyukai