Anda di halaman 1dari 150

KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)

NOMOR: 1486.K/DIR/2011
Tentang
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
(Disahkan oleh Keputusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
Nomor: 33-12/23/600.1/2012 Tentang: Pengesahan Keputusan
Direksi PT PLN (Persero) Nomor 1486.K/DIR/2011 Tentang
Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik)

&
KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)
NOMOR: 163-1.K/DIR/2012
Tentang
PENYESUAIAN REKENING
PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (PRPTL)

PT PLN (Persero)
Kantor Pusat
2012
2
DAFTAR ISI

Hal
A. Keputusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Nomor: 33-
12/23/600.1/2012 Tentang Pengesahan Keputusan Direksi PT
PLN (Persero) Nomor 1486.K/Dir/2011 Tentang Penertiban
Pemakaian Tenaga Listrik ................................................. 5
B. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 1486.K/Dir/2011
Tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) ............. 9

Bab I Ketentuan Umum ............................................... 11


Bab II Pelaksanaan dan Organisasi P2TL .......................... 15
Bab III Tugas, Kewenangan, Kewajiban Petugas Pelaksana
P2TL ................................................................ 18
Bab IV Perlengkapan P2TL ............................................. 22
Bab V Tata Cara Pelaksanaan P2TL .................................. 23
Bab VI Barang Bukti ...................................................... 32
Bab VII Jenis dan Golongan Pelanggaran Pemakaian Tenaga
Listrik ............................................................... 35
Bab VIII Sanksi .............................................................. 38
Bab IX Tagihan Susulan ................................................. 41
Bab X Penyidikan ........................................................ 47
Bab XI Laporan P2TL .................................................... 47
Bab XII Ketentuan Lain-Lain ........................................... 48
Bab XIII Ketentuan Penutup ............................................ 48
Lampiran I .................................................................... 49
Lampiran II ................................................................... 105
Lampiran III .................................................................. 107
Lampiran IV .................................................................. 109
Lampiran V ................................................................... 111
Lampiran VI .................................................................. 113
Lampiran VII ................................................................. 115
Lampiran VIII ................................................................ 116
Lampiran IX .................................................................. 117
Lamapiran X .................................................................. 118

C. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 163-1.K/


DIR/2012 Tentang Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga
Listrik ......................................................................... 119
Lampiran I .................................................................... 135
Lampiran II ................................................................... 136
Lampiran III .................................................................. 146

3
4
5
6
7
8
PT PLN (PERSERO)

KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)


Nomor : 1486.K / DIR / 2011

TENTANG
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK

DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10, 11


dan 12 Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 09 Tahun 2011 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Tarif Tenaga Listrik
Yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara,
maka Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 234.K/DIR/2008 tanggal 22 Juli
2008 dipandang perlu menyesuaikan dengan
ketentuan tersebut di atas;
b. bahwa untuk penyesuaian sebagaimana
dimaksud dalam huruf a di atas, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direksi PT PLN
(Persero).

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999


tentang Perlindungan Konsumen;
2. Undang-undang RI Nomor 19 Tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara;
3. Undang-undang RI Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas;
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informatika dan Transaksi Elektronik;
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik;
6. Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun 2009
tentang Ketenagalistrikan;
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun

9
1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Tenaga listrik sebagaimana telah dua kali
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2006;
8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun
1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan
Umum (Perum) Listrik Negara menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero);
9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun
2005 tentang Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Negara;
10. Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2011
tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan
oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara.
11. Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 02.P/451/M.PE/ 1991 tentang
Hubungan Pemegang Usaha Ketenagalistrikan
dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan
Untuk Kepentingan Umum Dengan
Masyarakat;
12. Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 03.P/451/M.PE/ 1991 tentang
Persyaratan Penyambungan Tenaga listrik;
13. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
Nomor 04.P/40/M.PE/ 1991 tentang Penyidik
Ketenagalistrikan;
14. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 09 Tahun 2011 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Tarif Tenaga Listrik
Yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara,
15. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 45 Tahun 2005 tentang
Instalasi Ketenagalistrikan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 46 Tahun 2006;
16. Anggaran Dasar PT PLN (Persero);

10
17. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Nomor Kep 58/MBU/2008
jo Keputusan Menteri Badan Usaha Milik
Negara Nomor Kep-252/MBU/2009 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-
Anggota Direksi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
18. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
001.K/030/DIR/1994 tentang Pemberlakuan
Peraturan Sehubungan Dengan Pengalihan
Bentuk Hukum Perusahaan;
19. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
304.K/030/DIR/2009 tentang Batasan
Kewenangan Pengambilan Keputusan Di
Lingkungan PT PLN (Persero);
20. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
017.K/DIR/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja PT PLN (Persero) sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 055.K/DIR/2010.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)


TENTANG PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA
LISTRIK.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :


1. PLN adalah PT PLN (Persero) yang didirikan dengan Akta
Notaris Sutjipto, S.H. No. 169 tanggal 30 Juli 1994 beserta
perubahannya.
2. Direksi adalah Direksi PLN.
3. PLN Wilayah adalah PT PLN (Persero) Wilayah.
4. PLN Distribusi adalah PT PLN (Persero) Distribusi.

11
5. PLN Unit Pelaksana Induk (UPI) adalah Unit Organisasi PLN
jenjang pertama antara lain PLN Wilayah, PLN Distribusi.
6. PLN Unit Pelaksana (UP) adalah Unit Organisasi PLN jenjang
kedua antara lain PLN Cabang, PLN Area Pelayanan Jaringan
(APJ), PLN Area, PLN Area Pelayanan Prima (AP Prima).
7. PLN Sub Unit Pelaksana adalah Unit Organisasi PLN jenjang
ketiga antara lain PLN Rayon, PLN Ranting, PLN Unit
Pelayanan Jaringan (UPJ).
8. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik yang selanjutnya
disebut P2TL adalah rangkaian kegiatan meliputi
perencanaan, pemeriksaan, tindakan dan penyelesaian
yang dilakukan oleh PLN terhadap Instalasi PLN dan/atau
Instalasi Pemakai Tenaga Listrik dari PLN.
9. Alas hak yang sah adalah hubungan hukum keperdataan
berupa dokumen tentang jual beli tenaga listrik antara
setiap orang atau Badan Usaha atau Badan/Lembaga
lainnya dengan PLN.
10. Alat Pembatas adalah alat milik PLN untuk membatasi
daya listrik yang digunakan Pelanggan sesuai dengan
Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik antara PLN dengan
Pelanggan.
11. Alat Pengukur adalah alat milik PLN berupa peralatan
elektromekanik maupun elektronik untuk mengukur energi
listrik yang dipakai Pelanggan.
12. Alat Pembatas dan Pengukur yang selanjutnya disebut APP
adalah alat milik PLN yang dipakai untuk membatasi daya
listrik dan mengukur energi listrik, baik sistem Prabayar
maupun Pascabayar.
13. Perlengkapan APP adalah peralatan pendukung untuk
mengoperasikan APP antara lain Trafo Arus (CT/Current
Transformer), Trafo Tegangan (PT/Potensial Transformer),
Kotak APP, Lemari APP, Gardu, Segel.
14. Trafo Arus adalah suatu peralatan listrik yang dapat
mentransformasikan arus dari nilai yang besar menjadi
nilai yang kecil untuk pengukuran atau proteksi.
15. Trafo Tegangan adalah suatu peralatan listrik yang dapat
mentransformasikan tegangan dari nilai yang besar menjadi
nilai yang kecil untuk pengukuran atau proteksi.
16. Kotak APP adalah suatu kotak tempat dipasangnya APP

12
yang di dalamnya berisi blok jepit untuk menghubungkan
terminal-terminal APP.
17. Lemari APP atau cubicle pengukuran adalah tempat
dipasangnya APP dan sebagian atau seluruh perlengkapan
APP.
18. Gardu PLN adalah tempat yang berisi peralatan instalasi
milik PLN beserta perlengkapannya.
19. Daya Tersambung adalah daya yang disepakati antara PLN
dengan Pelanggan yang dituangkan dalam perjanjian jual
beli tenaga listrik.
20. Daya Kedapatan adalah daya yang dihitung secara
proporsional dan profesional berdasarkan alat pembatas
atau kemampuan hantar arus (KHA) suatu penghantar yang
dipergunakan oleh pemakai tenaga listrik yang kedapatan
pada waktu dilaksanakan P2TL;
21. Instalasi Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Instalasi
adalah bangunan-bangunan sipil dan elektromekanik, mesin-
mesin peralatan, saluran-saluran dan perlengkapannya yang
dipergunakan untuk pembangkitan, konversi, transformasi,
penyaluran, distribusi dan pemanfaatan tenaga listrik.
22. Instalasi PLN adalah Instalasi ketenagalistrikan milik PLN
sampai dengan Alat Pembatas atau Alat Pengukur atau APP.
23. Instalasi Pelanggan adalah Instalasi ketenagalistrikan milik
Pelanggan sesudah Alat Pembatas atau Alat Pengukur atau
APP.
24. Jaringan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut JTL adalah
sistem penyaluran/pendistribusian tenaga listrik yang
dapat dioperasikan dengan Tegangan Rendah, Tegangan
Menengah, Tegangan Tinggi, atau Tegangan Ekstra Tinggi.
25. Sambungan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut STL
adalah penghantar di bawah atau di atas tanah termasuk
peralatannya sebagai bagian Instalasi PLN yang merupakan
sambungan antara JTL milik PLN dengan Instalasi Pelanggan.
26. Sambungan Langsung yang selanjutnya disebut SL adalah
sambungan dari JTL atau STL ke instalasi Pelanggan dengan
menggunakan penghantar termasuk peralatannya tanpa
melalui APP dan Perlengkapan APP.
27. Pemutusan Sementara adalah penghentian untuk sementara
penyaluran tenaga listrik ke instalasi Pelanggan.

13
28. Pembongkaran Rampung adalah penghentian untuk
seterusnya penyaluran Tenaga listrik ke Instalasi Pelanggan
atau Bukan Pelanggan dengan mengambil seluruh SL yang
dipergunakan untuk penyaluran tenaga listrik ke instalasi
Pelanggan atau Bukan Pelanggan.
29. Segel milik PLN adalah suatu alat yang dipasang oleh PLN
pada APP dan perlengkapan APP sebagai pengamanan APP.
30. Segel Tera adalah alat yang dipasang pada alat pengukur
oleh instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sebagai pengaman
kebenaran pengukuran.
31. Pemakai Tenaga Listrik adalah setiap orang atau Badan
Usaha atau Badan/Lembaga lainnya yang memakai tenaga
listrik dari instalasi PLN:
a. berdasarkan alas hak yang sah;
b. tanpa berdasarkan alas hak yang sah.
32. Konsumen yang selanjutnya disebut Pelanggan adalah
pemakai tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada angka
31 huruf a.
33. Bukan Konsumen yang selanjutnya disebut Bukan Pelanggan
adalah pemakai tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada
angka 31 huruf b.
34. Tagihan Susulan yang selanjutnya disebut TS terdiri dari
TS1, TS2, TS3 dan TS4.
35. TS1, TS2, dan TS3 adalah tagihan yang dikenakan kepada
Pelanggan sebagai akibat adanya Pelanggaran Pemakaian
Tenaga Listrik yang dipasok dari PLN.
36. TS4 adalah tagihan yang harus dibayar oleh Bukan
Pelanggan atas pemakaian tenaga listrik yang dipasok dari
PLN tanpa alas hak yang sah.
37. Sanksi Perdata adalah sanksi yang dikenakan kepada
Pelanggan akibat Pelanggaran yang dapat berupa sanksi
pemutusan dan/atau TS dan/atau biaya-biaya lainnya.
38. Tarif Dasar Listrik atau Tarif Tenaga Listrik yang selanjutnya
disebut (TTL) adalah ketetapan harga jual dan golongan
tarif tenaga listrik PLN.
39. Tarif Listrik Reguler adalah tarif listrik yang dibayarkan
setelah pemakaian tenaga listrik oleh Pelanggan.
40. Tarif Listrik Prabayar adalah tarif listrik yang dibayarkan

14
sebelum pemakaian tenaga listrik oleh Pelanggan.
41. Stroom adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
sejumlah energi dalam satuan kWh pada Pelanggan
Prabayar.
42. Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan atau
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya di bidang ketenagalistrikan,
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana
untuk melakukan penyidikan tindak pidana.
43. Informan P2TL adalah setiap orang atau Badan Usaha
atau Badan/Lembaga lainnya yang memberikan informasi
kepada PLN mengenai dugaan adanya penyimpangan
pemakaian tenaga listrik.
44. Sasaran Operasi (SO) atau Target P2TL adalah beberapa
titik sasaran yang menjadi obyek P2TL yang bersifat rahasia
dan dimasukkan dalam amplop tertutup.
45. Target Operasi (TO) P2TL adalah titik sasaran yang menjadi
obyek P2TL yang bersifat rahasia dan dimasukkan dalam
amplop tertutup.

BAB II
PELAKSANAAN DAN ORGANISASI P2TL

Bagian Kesatu
Pelaksanaan P2TL

Pasal 2

(1) Setiap Unit PLN secara rutin atau khusus melaksanakan P2TL
dalam rangka menertibkan penyaluran Tenaga Listrik untuk
menghindari bahaya listrik bagi masyarakat, meningkatkan
pelayanan dan menekan susut.
(2) Pelaksanaan P2TL dilakukan pada Unit Organisasi PLN
berupa:
a. P2TL Khusus Tingkat Nasional;
b. P2TL Khusus Tingkat Unit Pelaksana Induk;

15
c. P2TL Rutin pada Unit Pelaksana Jenjang Ketiga dan/
atau Kedua oleh Unit Pelaksana Induk;
d. P2TL Rutin pada dan oleh Unit Pelaksana Jenjang
Kedua;
e. P2TL Rutin pada dan oleh Unit Pelaksana Jenjang
Ketiga;
f. P2TL Rutin pada dan oleh Unit dibawah Unit Pelaksana
Jenjang Ketiga.
(3) Pelaksana P2TL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a ditetapkan dengan Keputusan Direksi sebagai pemberi
tugas dan pelaksana P2TL pada ayat (2) huruf b sampai
dengan huruf f ditetapkan dengan Keputusan General
Manager/Manajer Unit yang bersangkutan sebagai pemberi
tugas.
(4) Pelaksanaan P2TL sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a dan huruf b hanya dapat dilakukan oleh Tim,
sedang pada ayat (2) huruf c sampai dengan huruf f dapat
dilakukan oleh struktural maupun oleh Tim.
(5) Pelaksana P2TL bertanggung jawab kepada Pemberi Tugas.
(6) Pelaksanaan P2TL dapat mengikutsertakan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) atau Penyidik Kepolisian
Republik Indonesia atau pihak terkait lainnya.

Bagian Kedua
Organisasi P2TL

Pasal 3

(1) Organisasi pelaksana P2TL terdiri dari Penanggung Jawab


P2TL, Pelaksana Lapangan P2TL dan Petugas Administrasi
P2TL, namun dalam pelaksanaannya organisasi P2TL dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat.

(2) Penanggung Jawab P2TL adalah pejabat PLN yang ditunjuk


oleh pemberi tugas untuk mengkoordinir pelaksanaan P2TL
yang dapat berupa pejabat struktural maupun fungsional.

16
(3) Petugas Pelaksana Lapangan P2TL merupakan regu
yang terdiri dari pejabat/ petugas-petugas PLN yang
melaksanakan pemeriksaan P2TL di lapangan.

(4) Petugas Pelaksana Lapangan P2TL sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) harus berbadan sehat dan memiliki Sertifikat
Pelatihan di bidang P2TL dari PLN Unit Pendidikan dan
Pelatihan atau Lembaga Pendidikan dan Pelatihan lainnya
yang ditunjuk PLN. Materi pelatihan antara lain:
a. Pengetahuan dasar ilmu kelistrikan;
b. Keterampilan pemeriksaan instalasi tenaga listrik;
c. Pengetahuan mengenai P2TL;
d. Pengetahuan dasar-dasar hukum;
e. Pengetahuan etika dan komunikasi;
f. Pengetahuan tentang Perlindungan Konsumen Listrik.

(5) Petugas Administrasi P2TL adalah pejabat/petugas-petugas


PLN yang menyelesaikan administrasi tindak lanjut hasil
temuan pemeriksaan P2TL di lapangan.

(6) Petugas Administrasi P2TL sebagaimana dimaksud pada


ayat (5) harus berbadan sehat serta memiliki Sertifikat
Pelatihan di bidang P2TL dari PLN Unit Pendidikan dan
Pelatihan atau Lembaga Pendidikan dan Pelatihan lainnya
yang ditunjuk PLN. Materi pelatihan antara lain:

a. Pengetahuan ketentuan P2TL;


b. Pengetahuan Tata Usaha Langganan (TUL);
c. Pengetahuan instalasi tenaga listrik;
d. Pengetahuan dasar-dasar hukum.

(7) Dalam hal terdapat keterbatasan jumlah petugas pelaksana


lapangan P2TL, maka pelaksanaan P2TL dapat dilakukan
dengan alternatif sebagai berikut:
a. Outsourcing tenaga bantu dari Perusahaan Penyedia
Jasa Tenaga Kerja (PJTK) yang memiliki Sertifikat
Pelatihan, dengan syarat:

1) Ketua regu petugas Pelaksana Lapangan P2TL


harus dari pegawai PLN;

17
2) Tanggung Jawab Pelaksana P2TL sepenuhnya pada
PLN;
3) Dokumen P2TL ditandatangani oleh ketua regu
Petugas Pelaksana Lapangan P2TL.
b. Outsourcing jasa pekerjaan pelaksanaan/pemeriksaan
di lapangan kepada perusahanan jasa dengan petugas
pelaksana lapangan P2TL yang memiliki Sertifikat
Kompetensi di bidang P2TL dari Lembaga yang
berwenang dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Perusahaan jasa melaksanakan P2TL berdasarkan


perjanjian kerjasama dengan PLN dan Surat Kuasa
dari PLN termasuk penggunaan Segel milik PLN,
Lampiran I – 1, Surat Kuasa dari PLN ke Perusahaan
Jasa;
2) Dokumen P2TL ditandatangani oleh Petugas
Pelaksana Lapangan P2TL dari perusahaan jasa,
sesuai Lampiran I – 2.1 Surat Kuasa Substitusi dan
Lampiran I – 2.2 Surat Tugas.
3) Lingkup kerja pihak Outsourcing P2TL hanya
terbatas pada kegiatan pemeriksaan di lapangan
sesuai dengan surat penugasan harian dari
Penanggung Jawab P2TL.

(8) Pekerjaan Administrasi dan tindak lanjut hasil pemeriksaan


P2TL sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan oleh
Petugas Administrasi P2TL.

BAB III
TUGAS, KEWENANGAN, KEWAJIBAN
PETUGAS PELAKSANA P2TL

Bagian Kesatu
Tugas, Kewenangan, Kewajiban Penanggung Jawab P2TL

Pasal 4
(1) Tugas-tugas dari Penanggung Jawab P2TL meliputi:
a. mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan P2TL;
b. menentukan Target Operasi (TO) P2TL;
18
c. menentukan strategi pelaksanaan dan tindak lanjut hasil
temuan P2TL sesuai kewenangan yang diberikan oleh
pemberi tugas dalam rangka memperlancar pelaksanaan
P2TL;
d. melaksanakan P2TL sesuai kewenangan yang diberikan
oleh pemberi tugas dalam rangka memperlancar
pelaksanaan P2TL;
e. melaporkan hasil pelaksanaan P2TL kepada Pemberi
Tugas.

(2) Kewenangan Penanggung Jawab P2TL adalah menetapkan


besar dan cara pembayaran TS sesuai kewenangan yang
diberikan oleh pemberi tugas dalam rangka memperlancar
pelaksanaan P2TL.

(3) Kewajiban Penanggung Jawab P2TL meliputi:

a. bertanggung jawab atas pelaksanaan P2TL;


b. memberikan keterangan apabila diperlukan dalam proses
penyelidikan dan penyidikan serta pengadilan perkara
P2TL.
Bagian Kedua
Tugas, Kewenangan, Kewajiban Petugas Pelaksana
Lapangan P2TL

Pasal 5

(1) Tugas-tugas dari Petugas Pelaksana Lapangan P2TL meliputi:

a. melakukan pemeriksaan terhadap JTL, STL, APP dan


Perlengkapan APP serta Instalasi Pemakai tenaga listrik
dalam rangka menertibkan pemakaian tenaga listrik;
b. melakukan pemeriksaan atas pemakaian tenaga listrik;
c. mencatat kejadian-kejadian yang ditemukan pada waktu
dilakukan P2TL menurut jenis kejadiannya;
d. menandatangani Berita Acara hasil pemeriksaan
P2TL dan Berita Acara lainnya serta membuat laporan
mengenai pelaksanaan P2TL;
e. menyerahkan dokumen dan barang bukti hasil temuan

19
pemeriksaan P2TL kepada Petugas Administrasi P2TL
dengan dibuatkan Berita Acara serah terima dokumen
dan Barang Bukti P2TL.

(2) Kewenangan Petugas Pelaksana Lapangan P2TL, meliputi:

a. melakukan Pemutusan Sementara atas STL dan/atau


APP pada Pelanggan yang harus dikenakan tindakan
Pemutusan Sementara;
b. melakukan Pembongkaran Rampung atas STL pada
Pelanggan dan Bukan Pelanggan;
c. melakukan pengambilan barang bukti berupa APP
atau peralatan lainnya.

(3) Kewajiban Petugas Pelaksana Lapangan P2TL, meliputi:

a. berpakaian dinas dan mengenakan tanda pengenal


serta membawa perlengkapan P2TL yang diperlukan di
lapangan;
b. bersikap sopan dan tertib di dalam memasuki persil/
bangunan Pemakai Tenaga Listrik;
c. memperhatikan keamanan instalasi ketenagalistrikan
serta keselamatan umum dalam melakukan
pemeriksaan dan pengambilan barang bukti;
d. memasang APP pengganti yang diambil untuk
pemeriksaan dan mencatat stand meter cabut dan
stand meter pasang serta menyimpan segel-segel
dalam kantong/amplop/kotak khusus P2TL;
e. membantu dan memberikan masukan kepada Petugas
Administrasi P2TL dalam rangka tindak lanjut hasil
temuan P2TL;
f. memberikan keterangan apabila diperlukan dalam
proses penyelidikan, penyidikan dan di pengadilan
dalam perkara P2TL.

20
Bagian Ketiga
Tugas, Kewenangan, Kewajiban Petugas Administrasi P2TL

Pasal 6

(1) Tugas-tugas dari Petugas Administrasi P2TL, meliputi:

a. menerima dokumen dan barang bukti hasil temuan


P2TL dari Petugas Pelaksana Lapangan P2TL;
b. menyimpan dokumen dan barang bukti hasil temuan
P2TL;
c. melakukan pemeriksaan administrasi dan laboratorium
atas barang bukti hasil temuan P2TL bersama sama
dengan Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili,
Petugas Pelaksana Lapangan P2TL dan Penyidik bila
diperlukan;
d. melaksanakan kewenangan dan kewajiban sebagai
Petugas Administrasi P2TL;
e. menyiapkan administrasi proses tindak lanjut hasil
temuan P2TL;
f. menyiapkan dokumen P2TL atas permintaan Tim
Penyelesaian Keberatan P2TL yang selanjutnya disebut
Tim Keberatan P2TL.

(2) Kewenangan Petugas Administrasi P2TL, meliputi:

a. menerima dan/atau membuat surat panggilan kepada


Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili dalam
rangka tindak lanjut hasil temuan P2TL;
b. menghitung besarnya Tagihan Susulan dan Biaya P2TL
lainnya;
c. Menyampaikan permintaan Pelanggan tentang cara
pembayaran Tagihan Susulan dan Biaya P2TL lainnya
kepada Penanggungjawab P2TL;
d. menyiapkan Surat Pengakuan Hutang (SPH) Tagihan
Susulan dan biaya P2TL lainnya;
e. memproses Tagihan Susulan dan biaya P2TL Lainnya
sesuai ketetapan Penanggung Jawab P2TL dan/atau
Pemberi Tugas;

21
f. menyiapkan surat peringatan/Pemutusan Sementara
dan/atau Pembongkaran Rampung dan/atau
penyambungan kembali.

(3) Kewajiban Petugas Administrasi P2TL, meliputi:

a. bersikap sopan dan tertib didalam menerima dan


melayani pemakai tenaga listrik atau yang mewakili
dalam proses penyelesaian tindak lanjut hasil temuan
P2TL;
b. memberikan keterangan apabila diperlukan dalam
proses penyelidikan, penyidikan dan di pengadilan
dalam perkara P2TL.

BAB IV
PERLENGKAPAN P2TL

Pasal 7

Perlengkapan P2TL yang diperlukan untuk pelaksanaan P2TL


adalah:

a. surat tugas yang ditandatangani oleh Pemberi Tugas atau


Penanggung Jawab P2TL sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran I – 3;
b. formulir berita acara serta formulir-formulir P2TL lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I – 4.1, Lampiran
I – 4.2a, Lampiran I – 4.2b, Lampiran I – 4.2c;
c. sarana pengamanan dan penyimpanan barang bukti berupa
kantong, amplop, kotak atau peralatan lainnya yang khusus
untuk keperluan P2TL beserta gudang penyimpanan;
d. peralatan kerja yang harus disiapkan oleh Petugas P2TL
antara lain berupa : Tool set, senter, kalkulator, stop watch,
kaca pembesar, analisa energi, power factor high tester, alat
komunikasi, tali/sabuk pengaman, helm/topi pengaman,
multi tester, tang segel & asesorisnya, tangga, injeksi
arus, genset portable, telescopic hot line stick, kamera atau
video kamera atau note book (laptop);

22
e. sarana transportasi dan akomodasi lapangan lainnya untuk
Petugas Pelaksana Lapangan P2TL dan Penyidik;
f. laboratorium tera sebagai sarana pemeriksaan hasil temuan
P2TL pada unit organisasi PLN jenjang pertama dan kedua;
g. Data Induk Pelanggan (DIL), Data Induk Saldo (DIS),
Saldo Rekening (SOREK) dan Arsip Induk Langganan (AIL);
h. data pemakaian tenaga listrik Pelanggan yang tidak wajar
minimum selama 3 (tiga) bulan berturut-turut;
i. APP dan/atau Perlengkapan APP pengganti.

BAB V
TATA CARA PELAKSANAAN P2TL

Bagian Kesatu
Tahap - Tahap P2TL

Pasal 8

Tata cara pelaksanaan P2TL meliputi 3 (tiga) tahap, yaitu:

a. Tahap Pra P2TL, yang merupakan kegiatan tahap persiapan


yang dilakukan sebelum dilaksanakannya P2TL;
b. Tahap Pelaksanaan P2TL merupakan kegiatan tahap
pelaksanaan P2TL di lapangan;
c. Tahap Pasca P2TL, yang merupakan kegiatan tahap tindak
lanjut hasil temuan P2TL.

Bagian Kedua
Tahap Pra P2TL

Pasal 9

(1) Langkah-langkah yang harus dilakukan pada Tahap Pra


P2TL, adalah:

a. menentukan Target Operasi (TO) P2TL;


b. menyusun jadwal pelaksanaan;

23
c. melakukan koordinasi dengan Penyidik;
d. melakukan koordinasi lapangan dengan pihak terkait;
e. menyiapkan perlengkapan P2TL yang berkaitan dengan
pelaksanaan P2TL di lapangan.

(2) TO P2TL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,


adalah sebagai berikut:

a. ditentukan oleh Pemberi Tugas atau Penanggung Jawab


P2TL dalam rangka mencapai Sasaran Operasi (SO)
atau target P2TL triwulanan/ semesteran/tahunan,
TO P2TL bersifat rahasia dan merupakan titik lokasi
target pelaksanaan operasi P2TL di lapangan yang
memuat data Pemakai Tenaga Listrik atau lokasi akan
dilakukannya pemeriksaan P2TL;

b. Penentuan TO P2TL berdasarkan:

1) pemantauan dari Daftar Langganan yang Perlu


Diperhatikan (DLPD), Daftar Pembacaan Meter
(DPM) dan Daftar Pemakaian kWh (DPK) atau;
2) pemantauan terhadap pemakaian tenaga listrik
bagi Pelanggan yang tidak wajar minimum selama
3 (tiga) bulan berturut-turut atau;
3) pemantauan pembelian stroom untuk pelanggan
prabayar minimum selama 3 (tiga) bulan berturut-
turut atau;
4) kumpulan data dan informasi dari Informan atau;
5) data dan informasi lainnya yang diperoleh PLN
dalam rangka melakukan kegiatan rutin, yang
meliputi pemeliharaan, pelayanan Penyambungan
Baru (PB), Penambahan Daya (PD), pencatatan
meter dan lainnya atau;
6) SO atau target P2TL triwulanan/semesteran/
tahunan;

c. untuk menjaga sifat kerahasiaan TO P2TL, maka


penyerahan TO P2TL oleh Pemberi Tugas atau
Penanggung Jawab P2TL kepada Petugas Pelaksana

24
Lapangan P2TL harus dilakukan beberapa saat sebelum
Petugas berangkat ke lokasi.

(3) Penyusunan jadwal pelaksanaan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b dilakukan sebelum pelaksanaan P2TL,
dan dipakai sebagai acuan bagi Petugas Pelaksana P2TL
dalam pelaksanaan P2TL.

(4) Koordinasi dengan Penyidik sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf c dilakukan sejak dini untuk meyakini
keikutsertaannya dalam kegiatan P2TL.

(5) Koordinasi lapangan dengan pihak terkait sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf d, adalah sebagai berikut:

a. sebelum dilaksanakan P2TL di lapangan, dengan tetap


menjaga sifat kerahasiaan TO P2TL harus dilakukan
koordinasi dengan para pihak yang terkait terutama
dengan Unit PLN atau Petugas PLN yang bertanggung
jawab atas lokasi TO P2TL berada;
b. koordinasi dilakukan agar pelaksanaan P2TL di lapangan
dapat berjalan dengan lancar.

Bagian Ketiga
Tahap Pelaksanaan P2TL

Pasal 10

(1) Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Petugas


Pelaksana Lapangan P2TL pada tahap pelaksanaan P2TL,
adalah:

a. memasuki persil Pemakai Tenaga Listrik dan melakukan


pengamanan lokasi;
b. sebaiknya petugas P2TL tidak menyentuh atau
mendekat APP sebelum disaksikan oleh penghuni
atau saksi, untuk menghindari dugaan merusak segel
sebelum diadakan pemeriksaan.

25
c. melakukan pemeriksaan lapangan;
d. melakukan tindakan P2TL bagi Pemakai Tenaga Listrik;
e. melakukan pemberkasan hasil pemeriksaan P2TL;
f. meninggalkan lokasi Pemakai Tenaga Listrik;
g. menyerahkan dokumen dan barang bukti kepada
petugas administrasi P2TL dengan membuat berita
acara serah terima dokumen dan Barang Bukti P2TL.

(2) Cara memasuki persil Pemakai Tenaga Listrik sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah sebagai berikut:

a. pada saat memasuki persil Pemakai Tenaga Listrik


harus bersikap sopan, menunjukkan surat tugas dan
menjelaskan maksud serta tujuan pelaksanaan P2TL
kepada Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili;
b. kepada Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili
diminta untuk menyaksikan pelaksanaan pemeriksaan
P2TL;
c. untuk menghindari penghilangan barang bukti dan
reaksi negatip lainnya dari Pemakai Tenaga Listrik,
pengamanan lokasi dilakukan secara sopan;
d. pengamanan lokasi pada persil Pemakai Tenaga Listrik
yang dinilai dapat menimbulkan situasi kerawanan,
dapat dilakukan bersama aparat kepolisian.

(3) Pemeriksaan lapangan P2TL sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b, adalah sebagai berikut:

a. pemeriksaan bagi Pelanggan dilakukan sebagai berikut:

1) sebelum dilakukan pemeriksaan secara visual,


terlebih dahulu mengambil dokumentasi dan
dilakukan pemeriksaan administrasi terhadap data
yang dimiliki Pelanggan antara lain data rekening
terakhir atau data lainnya;
2) Petugas Pelaksana Lapangan P2TL harus memeriksa
dan meneliti APP elektro mekanik atau elektronik
dan kelengkapannya baik pengukuran secara
langsung maupun tidak langsung (menggunakan
current transformer/potential transformer) secara
26
visual maupun dengan peralatan elektrik/elektronik
dan alat bantu lainnya;
3) sebelum dan sesudah pemeriksaan dilakukan,
petugas melakukan pengambilan dokumentasi
dengan kamera dan/atau video kamera;

b. Pemeriksaan bagi Bukan Pelanggan dilakukan sebagai


berikut:

1) Petugas Pelaksana Lapangan P2TL harus


memeriksa dan meneliti secara visual Instalasi
Ketenagalistrikan yang berada pada persil;
2) pada lokasi Bukan Pelanggan yang jumlahnya
banyak misalnya pada lokasi tanah sengketa yang
dinilai dapat menimbulkan situasi kerawanan secara
masal, maka sebelum dilakukan pemeriksaan
lapangan dapat dilakukan tindakan secara khusus
bekerjasama dengan perangkat desa/kelurahan,
pemuka masyarakat dan pengamanan lokasi
bersama dengan aparat kepolisian;
3) sebelum dan sesudah pemeriksaan, dilakukan
pengambilan dokumentasi dengan kamera dan/
atau video kamera.
(4) Tindakan penertiban P2TL sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf c, adalah berdasarkan hasil pemeriksaan, petugas
pelaksana lapangan P2TL melakukan tindakan penertiban
terhadap Pemakai Tenaga Listrik sebagai berikut:

a. melakukan Pemutusan Sementara pada Pelanggan


yang melakukan pelanggaran;
b. melakukan Pembongkaran Rampung pada Bukan
Pelanggan;
c. mengambil barang bukti berupa STL dan/atau APP
dan/atau Perlengkapan APP yang dipergunakan untuk
melakukan penyimpangan;
d. memasang APP dan/atau Perlengkapan APP pengganti
yang diambil sebagai barang bukti bagi Pelanggan yang
tidak dikenakan Pemutusan Sementara, serta mencatat
stand pasang dan stand cabut meter untuk pelanggan

27
pascabayar atau mencatat saldo kWh untuk pelanggan
prabayar yang selanjutnya dituangkan dalam Berita
Acara hasil pemeriksaan sebagaimana pada Lampiran
I – 5;

(5) Pemberkasan hasil pemeriksaan P2TL sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf d, adalah sebagai berikut :

a. pemberkasan atas hasil pemeriksaan lapangan harus


dilakukan baik ditemukan ataupun tidak ditemukan
penyimpangan pemakaian tenaga listrik serta dicatat
dalam Berita Acara hasil pemeriksaan P2TL sebagaimana
dimaksud pada Lampiran I – 4.1, Lampiran I – 4.2a,
Lampiran I – 4.2b, Lampiran I – 4.2c;
b. pengisian formulir Berita Acara hasil pemeriksaan P2TL
harus dilakukan dengan lengkap untuk memenuhi
pembuktian perkara P2TL;
c. Berita Acara hasil pemeriksaan P2TL ditandatangani
oleh Petugas Pelaksana Lapangan P2TL, Pemakai Tenaga
Listrik atau yang mewakilinya;
d. dalam hal Pemakai Tenaga Listrik tidak bersedia
menandatangani formulir dan Berita Acara, maka
petugas P2TL mencatat bahwa Pemakai Tenaga Listrik
tidak bersedia menandatangani dan selanjutnya
petugas P2TL memintakan kepada Pengurus RT/RW/
Aparat Desa/Pemuka Masyarakat/Pihak yang mengenal
Pemakai Tenaga Listrik sebagai saksi;
e. dalam hal saksi sebagaimana dimaksud dalam huruf d
tidak bersedia menandatangani, maka petugas P2TL
mencatat bahwa saksi tidak bersedia menandatangani;
f. jika dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya indikasi
Pelanggaran pada Pelanggan atau terjadi pelanggaran
pada Bukan Pelanggan, maka Pemakai Tenaga Listrik
atau yang mewakili dipanggil untuk datang ke PLN,
dengan mengisi data panggilan yang sudah tercantum
pada Berita Acara hasil pemeriksaan P2TL sebagaimana
dimaksud pada huruf a di atas.
(6) Meninggalkan lokasi Pemakai Tenaga Listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, adalah sebagai berikut:

28
a. sebelum meninggalkan lokasi, Petugas Pelaksana P2TL
menjelaskan hasil pelaksanaan P2TL kepada Pemakai
Tenaga Listrik atau yang mewakili;
b. kepada Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili
diserahkan Berita Acara hasil pemeriksaan P2TL yang
diperuntukkan bagi Pemakai Tenaga Listrik;
c. apabila Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili
dipanggil untuk penyelesaian tindak lanjut hasil temuan
P2TL, maka kepada Pemakai Tenaga Listrik diingatkan
untuk memenuhi panggilan PLN dan sanksinya apabila
tidak memenuhi panggilan PLN.

(7) Serah terima dokumen dan barang bukti P2TL sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf f, dilakukan oleh Petugas
Pelaksana Lapangan P2TL kepada Petugas Administrasi
P2TL untuk diproses lebih lanjut, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. dokumen yang diserahkan harus secara lengkap
meliputi semua Berita Acara hasil pemeriksaan P2TL
serta formulir-formulir P2TL yang lain;
b. barang bukti yang diserahkan termasuk titipan dan
pinjaman dari Penyidik masih dalam kondisi tersegel;
c. penyerahan dokumen dan barang bukti dituangkan
dalam Berita Acara serah terima dokumen dan Barang
Bukti P2TL sebagaimana dimaksud pada Lampiran I– 6.

Bagian Keempat
Tahap Pasca P2TL

Pasal 11

(1) Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Petugas


Administrasi P2TL pada tahap Pasca P2TL, adalah :

a. menerima dokumen dan barang bukti hasil pemeriksaan


lapangan P2TL;
b. menerima dan/atau membuat surat panggilan kepada
Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili dalam
rangka tindak lanjut hasil temuan P2TL;

29
c. melakukan pemeriksaan administrasi dan laboratorium
hasil temuan P2TL;
d. membuat analisa dan perhitungan serta usulan
penyelesaian tindak lanjut hasil temuan P2TL;
e. melaksanakan penetapan tindak lanjut hasil temuan
P2TL sesuai penetapan Pemberi Tugas atau Penanggung
Jawab P2TL;
f. menyiapkan administrasi proses tindak lanjut hasil
temuan P2TL;
g. membuat laporan penyelesaian kasus P2TL;
h. memproses tindak lanjut hasil keputusan General
Manager Distribusi/Wilayah atau Manajer APJ/Area/
Cabang atas keberatan P2TL yang diusulkan oleh Tim
Keberatan P2TL.
(2) Penerimaan dokumen dan barang bukti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah dengan cara
sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (7).
(3) Pemanggilan kepada Pemakai Tenaga Listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah sebagai berikut:
a. berdasarkan panggilan yang tertera pada Berita Acara
hasil pemeriksaan P2TL, Petugas administrasi P2TL
bertugas menerima/menghubungi/memanggil Pemakai
Tenaga Listrik atau yang mewakili;
b. apabila Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili tidak
datang memenuhi panggilan PLN tersebut, Petugas
Administrasi P2TL mengirimkan surat panggilan ke II
dan surat panggilan ke III. Jarak antara surat panggilan
I, ke II dan ke III masing-masing 3 (tiga) hari kerja;
c. apabila sampai dengan surat panggilan ke III Pemakai
Tenaga Listrik atau yang mewakili tidak datang
memenuhi panggilan PLN maka petugas Administrasi
P2TL mengirimkan surat peringatan I yang berisi
penetapan Tagihan Susulan. Masa Peringatan I adalah
5 hari kerja.
d. apabila sampai berakhirnya masa peringatan I, Pemakai
Tenaga Listrik atau yang mewakili belum datang
memenuhi panggilan PLN, Petugas Administrasi P2TL
mengirimkan surat peringatan II dan PLN mengirimkan
petugas P2TL untuk melaksanakan pemutusan

30
sementara. Masa peringatan II adalah selama 6 (enam)
hari kerja;
e. apabila Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili
tidak datang memenuhi panggilan PLN pada masa
peringatan II, maka PLN akan mengirimkan petugas
untuk melaksanakan Pembongkaran Rampung.
(4) Pelaksanaan pemeriksaan administrasi dan laboratorium
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan
oleh Petugas Administrasi P2TL sebagai tindak lanjut hasil
temuan P2TL sebagai berikut:
a. dilakukan dalam rangka pembuktian/pengakuan
terjadinya penyimpangan pemakaian tenaga listrik;
b. dilakukan bersama - sama Pemakai Tenaga Listrik
atau yang mewakili dan Petugas Pelaksana P2TL, serta
Penyidik bila diperlukan;
c. pembukaan barang bukti dilakukan dihadapan para
pihak;
d. pemeriksaan administrasi dilengkapi dengan data PLN
lainnya, diantaranya data dari DIL, DIS, SOREK, AIL,
pemakaian tenaga listrik minimum selama 3 (tiga) bulan
terakhir dan saldo kWh/stroom serta data frekwensi
pembelian kWh/stroom untuk pelanggan prabayar;
e. pemeriksaan barang bukti dilakukan di laboratorium
independen yang mempunyai akreditasi atau
laboratorium PLN.
(5) Pembuatan analisa, perhitungan Tagihan Susulan serta
usulan penyelesaian P2TL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, dilakukan berdasarkan pada hasil pemeriksaan
administrasi dan/atau laboratorium dan kemudian Petugas
Administrasi P2TL melakukan sebagai berikut:
a. menentukan terjadi atau tidak terjadinya Pelanggaran
pemakaian tenaga listrik;
b. menentukan jenis golongan pelanggaran pemakaian
tenaga listrik;
c. menghitung Tagihan Susulan dan Biaya P2TL Lainnya;
d. menyiapkan konsep SPH bagi Pemakai Tenaga
Listrik yang meminta keringanan pembayaran secara
angsuran;
e. mengusulkan penyelesaian dan tindak lanjut hasil

31
temuan P2TL kepada Pemberi Tugas atau Penanggung
Jawab P2TL meliputi golongan pelanggaran, besarnya
Tagihan Susulan dan Biaya P2TL Lainnya serta cara
pembayarannya;
f. usulan sebagaimana dimaksud pada huruf e ayat (5)
harus sudah disampaikan kepada Pemberi Tugas atau
Penanggung Jawab P2TL selambat-lambatnya pada
3 (tiga) hari kerja sejak Pemakai Tenaga Listrik atau
yang mewakili datang memenuhi panggilan PLN;
g. penyelesaian perkara P2TL harus sudah ditetapkan oleh
Pemberi Tugas atau Penanggung Jawab P2TL secara
tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak
diusulkan oleh Petugas Administrasi P2TL.
(6) Pelaksanaan tindak lanjut hasil temuan P2TL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, dilakukan berdasarkan
pada penetapan penyelesaian perkara P2TL oleh Pemberi
Tugas atau Penanggung Jawab P2TL dan kemudian Petugas
Administrasi P2TL melakukan sebagai berikut:
a. memproses pembayaran Tagihan Susulan dan Biaya
P2TL Lainnya yang dilakukan secara tunai atau angsuran
dan memantaunya apabila dilakukan secara angsuran;
b. menginformasikan pembayaran Tagihan Susulan
kepada Unit sesuai dengan lokasi Pelanggan yang
terkena P2TL untuk persiapan penyambungan kembali.

BAB VI
BARANG BUKTI

Pasal 12

(1) Tata cara pengambilan barang bukti yang dipergunakan


untuk melakukan pelanggaran dari Pemakaian Tenaga
Listrik, dilakukan seperti berikut :
a. Dalam hal pelaksanaan P2TL bersama Penyidik, maka
pengambilan barang bukti dilakukan sebagai berikut:
1) dilakukan oleh Penyidik;
2) dibuatkan Berita Acara pengambilan barang bukti

32
oleh Penyidik yang ditandatangani oleh Penyidik,
Petugas Pelaksana P2TL dan Pemakai Tenaga Listrik
atau yang mewakili;
3) barang bukti disegel oleh Penyidik;

b. Dalam hal P2TL dilaksanakan tidak bersama Penyidik,


pengambilan barang bukti dilakukan sebagai berikut :
1) dilakukan oleh Petugas P2TL, disaksikan oleh
Pengurus RT/RW/Aparat Desa/Kelurahan/Pemuka
Masyarakat/Pihak yang mengenal Pemakai Tenaga
Listrik, kemudian disegel;
2) dibuatkan Berita Acara pengambilan barang bukti
yang ditandatangani oleh Petugas Pelaksana P2TL,
Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili serta
Pengurus RT/RW/Aparat Desa/Kelurahan/Pemuka
Masyarakat/Pihak yang mengenal Pemakai Tenaga
Listrik;
3) apabila Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili
serta Pengurus RT/RW/Aparat Desa/Kelurahan/
Pemuka Masyarakat/Pihak yang mengenal Pemakai
Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam butir
2 di atas tidak bersedia menandatangani, maka
petugas P2TL mencatat bahwa Pemakai Tenaga
Listrik atau yang mewakili serta Pengurus RT/
RW/Aparat Desa/Kelurahan/Pemuka Masyarakat/
Pihak yang mengenal Pemakai Tenaga Listrik tidak
bersedia menandatangani.

(2) Barang bukti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) antara


lain:

1) peralatan yang dipergunakan untuk melakukan


Sambungan Langsung;
2) peralatan yang dipergunakan untuk mempengaruhi
batas daya;
3) peralatan yang dipergunakan untuk mempengaruhi
pengukuran energi;
4) APP rusak atau tidak berfungsi sebagaimana
mestinya;

33
5) segel dan atau tanda tera yang diduga tidak sesuai
dengan aslinya;
6) perangkat lunak dan/atau perangkat keras yang
dipergunakan untuk mempengaruhi pengukuran
energi dan/atau batas daya.

(3) Barang bukti harus ditempatkan dalam suatu kantong/


amplop/kotak atau tempat lainnya yang khusus untuk
keperluan P2TL, disegel/dilak dan ditandatangani oleh
Petugas Pelaksana Lapangan P2TL dan Pemakai Tenaga
Listrik atau yang mewakili. Apabila Pemakai Tenaga Listrik
atau yang mewakili tidak bersedia menandatangani, maka
yang menandatangani kantong/amplop/kotak atau tempat
lainnya yang khusus untuk keperluan P2TL adalah petugas
P2TL, dan petugas P2TL mencatat dalam Berita Acara
Pemeriksaan P2TL bahwa Pemakai Tenaga Listrik atau yang
mewakili tidak bersedia menandatangani.

(4) Apabila barang bukti relatif besar dan tidak dimungkinkan


untuk dimasukkan dalam suatu kantong/amplop/kotak
khusus P2TL, maka penyegelan/pengamanan dilakukan
dengan cara lain.

(5) Barang bukti sebagai barang titipan Penyidik atau dalam


rangka dipinjam oleh PLN untuk pemeriksaan dapat disimpan
dan diamankan di Kantor PLN setempat.

(6) Penitipan dan/atau peminjaman barang bukti harus


dilengkapi dengan Berita Acara sebagaimana dimaksud pada
Lampiran I – 7 yang ditandatangani PLN dengan Penyidik.

(7) Setelah selesainya pemeriksaan P2TL di lapangan, maka


Petugas Pelaksana Lapangan P2TL harus menyerahkan
barang bukti dan dokumen P2TL lainnya kepada Petugas
Administrasi P2TL untuk diproses lebih lanjut.

(8) Dalam rangka pemeriksaan/klarifikasi di PLN, pembukaan


segel barang bukti dilakukan dihadapan para pihak atau
yang mewakili dan jika diperlukan dengan Penyidik dan
dituangkan dalam suatu Berita Acara pembukaan barang
bukti, sesuai Lampiran I – 8.

34
BAB VII
JENIS DAN GOLONGAN PELANGGARAN
PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK

Pelanggaran Pemakaian Tenaga Listrik

Pasal 13

(1) Terdapat 4 (empat) Golongan Pelanggaran pemakaian


tenaga listrik, yaitu :

a. Pelanggaran Golongan I (P I) merupakan pelanggaran


yang mempengaruhi batas daya;
b. Pelanggaran Golongan II (P II) merupakan pelanggaran
yang mempengaruhi pengukuran energi;
c. Pelanggaran Golongan III (P III) merupakan
pelanggaran yang mempengaruhi batas daya dan
mempengaruhi pengukuran energi;
d. Pelanggaran Golongan IV (P IV) merupakan pelanggaran
yang dilakukan oleh Bukan Pelanggan.

(2) Termasuk P I yaitu apabila pada APP yang terpasang di


pelanggan ditemukan satu atau lebih fakta yang dapat
mempengaruhi batas daya, sebagai berikut :

a. segel milik PLN pada Alat Pembatas hilang, rusak, atau


tidak sesuai dengan aslinya;
b. Alat Pembatas hilang, rusak atau tidak sesuai dengan
aslinya;
c. Kemampuan Alat Pembatas menjadi lebih besar, antara
lain dengan:
1) mengubah seting relay Alat Pembatas;
2) membalik phasa dengan netral;
d. Alat Pembatas terhubung langsung dengan kawat/
kabel sehingga Alat Pembatas tidak berfungsi atau
kemampuannya menjadi lebih besar;
e. khusus untuk Pelanggan yang menggunakan meter
kVA maks:
1) segel pada meter kVA maks dan/atau

35
perlengkapannya, hilang, rusak atau tidak sesuai
dengan aslinya;
2) meter kVA maks dan/atau perlengkapannya, rusak,
hilang atau tidak sesuai dengan aslinya;
f. terjadi hal-hal lainnya dengan tujuan mempengaruhi
batas daya.
(3) Termasuk P II yaitu apabila pada APP yang terpasang di
pelanggan ditemukan satu atau lebih fakta yang dapat
mempengaruhi pengukuran energi, sebagai berikut :
a. Segel Tera dan/atau Segel milik PLN pada Alat Pengukur
dan/atau perlengkapannya salah satu atau semuanya
hilang/tidak lengkap, rusak/putus, atau tidak sesuai
dengan aslinya;
b. Alat Pengukur dan/atau perlengkapannya hilang atau
tidak sesuai dengan aslinya;
c. Alat Pengukur dan/atau perlengkapannya tidak berfungsi
sebagaimana mestinya walaupun semua Segel milik PLN
dan Segel Tera dalam keadaan lengkap dan baik.
Adapun cara-cara mempengaruhi Alat Pengukur dan/
atau perlengkapannya, antara lain:
1) mempengaruhi kerja piringan Alat Pengukur, antara
lain dengan :
a) membengkokkan piringan meter;
b) membengkokkan poros piringan meter;
c) mengubah kedudukan poros piringan;
d) merusakkan kedudukan poros piringan;
e) melubangi tutup meter;
f) merusakkan sekat tutup meter;
g) merusakkan kaca tutup meter;
h) mengganjal piringan agar berhenti atau lambat;
2) mempengaruhi kerja elektro dinamik, antara lain
dengan:
a) mengubah setting kalibrasi Alat Pengukur;
b) memutus/merusak/mempengaruhi kerja kum-
paran arus;
c) memutus/merusak/mempengaruhi kerja kum-
paran tegangan;
d) memutus penghantar neutral dan menghubung-
kan ke bumi;
36
3) mempengaruhi kerja register/angka register, antara
lain dengan:
a) mengubah gigi transmisi
b) merusak gigi transmisi;
c) mempengaruhi posisi WBP;
d) memundurkan angka register;
4) pengawatan meter berubah dan ada indikasi
kesengajaan yang dibuktikan melalui laboratorium
indepeden atau laboratorium PLN sehingga :
a) pengawatan arus tidak se-phasa dengan
tegangannya dan/atau polaritas arusnya ada
yang terbalik;
b) kabel arus terlepas;
c) memutus rangkaian pengawatan arus atau
tegangan;
5) mengubah, mempengaruhi alat bantu ukur energi,
dengan:
a) mengganti Current Transformer (CT) dan/atau
Potential Transformer (PT) dengan ratio yang
lebih besar;
b) menghubung singkat terminal primer dan/atau
sekunder CT;
c) memutus rangkaian arus CT atau tegangan PT;
d) merusak CT dan/atau PT;
6) mengubah instalasi pentanahan netral CT dan kotak
APP yang mengakibatkan pengukuran energi tidak
normal;
7) memutus penghantar netral pada sambungan
instalasi milik PLN dan netral di sisi Instalasi milik
Pelanggan serta menghubungkan penghantar
netral ke bumi sehingga mempengaruhi pengukuran
energi;
8) menukar penghantar phasa dengan penghantar
netral pada Instalasi milik PLN sehingga
mempengaruhi pengukuran energi;
9) mengubah/memindah instalasi milik PLN tanpa
ijin PLN sehingga menyebabkan APP atau alat
perlengkapannya milik PLN rusak atau dapat

37
mempengaruhi kinerja Alat Pengukur;
10) mengubah pengukuran Alat Pengukur elektronik,
antara lain dengan:
a) mengubah setting data entry;
b) mempengaruhi sistim komunikasi data dari
meter elektronik ke pusat kontrol data PLN;
c) mempengaruhi perangkat lunak yang dipakai
untuk fungsi kerja Alat Pengukur;
d. terjadi hal-hal lainnya dengan tujuan mempengaruhi
pemakaian energi.
(4) Termasuk P III yaitu apabila pada APP dan instalasi listrik
yang terpasang di pelanggan ditemukan satu atau lebih
fakta yang dapat mempengaruhi pengukuran batas daya
dan energi sebagai berikut :
a. Pelanggaran yang merupakan gabungan pada P I dan
P II;
b. Sambungan Langsung ke Instalasi Pelanggan dari
Instalasi PLN sebelum APP.
(5) Termasuk P IV yaitu apabila ditemukan fakta pemakaian
tenaga listrik PLN tanpa alas hak yang sah oleh Bukan
Pelanggan.

BAB VIII
SANKSI

Bagian Kesatu
Sanksi P2TL

Pasal 14

(1) Pelanggan yang melakukan Pelanggaran sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 13 dikenakan sanksi berupa :

a. Pemutusan Sementara;
b. Pembongkaran Rampung;
c. Pembayaran Tagihan Susulan;
d. Pembayaran Biaya P2TL Lainnya.

38
(2) Bukan Pelanggan yang terkena P2TL dikenakan sanksi
berupa :
a. Pembongkaran Rampung;
b. Pembayaran TS4;
c. Pembayaran Biaya P2TL lainnya.

Bagian Kedua
Biaya P2TL

Pasal 15

(1) Pembayaran Biaya P2TL lainnya sebagaimana dimaksud


pada Pasal 14 ayat (1) huruf d dan Pasal 14 ayat (2) huruf
c meliputi :
a. Bea meterai;
b. Biaya penyegelan kembali;
c. Biaya penggantian material dan pemasangan atas STL
dan/atau APP dan/atau Perlengkapan APP yang harus
diganti.

(2) Biaya P2TL lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


ditetapkan oleh Unit Pelaksana Induk setempat.

(3) Selain Biaya P2TL sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi
Pelanggan yang belum melakukan kewajiban lainnya, maka
kewajiban tersebut harus ditagihkan kepada Pelanggan.

Bagian Ketiga
Pemutusan Sementara dan Pembongkaran Rampung

Pasal 16

(1) Pemutusan Sementara dilaksanakan kepada Pelanggan


apabila:

a. pada waktu pemeriksaan P2TL ditemukan cukup


bukti telah terjadi Pelanggaran pada Pelanggan dan

39
dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan P2TL;
b. pada waktu pemeriksaan P2TL ditemukan dugaan telah
terjadi Pelanggaran dan Pelanggan tidak memenuhi
panggilan PLN sampai habis masa peringatan I;
c. Pelanggan datang memenuhi panggilan PLN, tetapi
Pelanggan mengulur waktu sehingga menghambat
proses penyelesaian P2TL; atau
d. Pelanggan tidak melunasi Tagihan Susulan dan Biaya
P2TL lainnya sesuai jangka waktu atau tahapan yang
telah ditetapkan pada SPH.
(2) Pembongkaran Rampung dilakukan kepada Pelanggan dan
Bukan Pelanggan apabila:
a. Pelanggan yang melakukan Pelanggaran yang tidak
memenuhi panggilan PLN sampai dengan habisnya
masa peringatan II;
b. Sampai dengan 2 (dua) bulan sejak Pemutusan
Sementara, Pelanggan belum melunasi Tagihan Susulan
yang telah ditetapkan atau belum melaksanakan
pembayaran Tagihan Susulan sesuai SPH;
c. Bukan Pelanggan yang melakukan Sambungan
Langsung dan ditindaklanjuti dengan ditandatangani
Berita Acara Hasil Pemeriksaan P2TL.

(3) Prosedur pelaksanaan Pemutusan Sementara dan


Pembongkaran Rampung sesuai ketentuan dalam Lampiran
I – 9, I-9.1 dan I-9.2.

Bagian Keempat
Penyambungan Kembali

Pasal 17

(1) Penyambungan kembali bagi Pelanggan yang telah


dikenakan Pemutusan Sementara dilakukan paling lama 2
(dua) hari kerja apabila Pelanggan telah membayar Tagihan
Susulan, Biaya P2TL Lainnya atau telah menandatangani
SPH dan telah melunasi angsuran pertama.

40
(2) Penyambungan kembali bagi Pelanggan yang telah
dikenakan Pembongkaran Rampung diberlakukan sebagai
Pelanggan pasang baru, setelah melunasi Tagihan Susulan
serta biaya P2TL lainnya dan/atau telah menandatangani
SPH dan telah melunasi angsuran pertama.

Bagian Kelima
Penyambungan Bagi Bukan Pelanggan

Pasal 18

Penyambungan tenaga listrik kepada Bukan Pelanggan yang


telah dilakukan Pembongkaran Rampung dapat diproses sebagai
Pelanggan baru sepanjang secara teknis memungkinkan dan
material pendukung tersedia sesuai ketentuan yang berlaku
setelah melunasi TS4, serta biaya P2TL lainnya.

BAB IX
TAGIHAN SUSULAN

Bagian Kesatu
Ketentuan Tagihan Susulan

Pasal 19

(1) Pelanggan yang melakukan Pelanggaran terhadap perjanjian


jual beli tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 dikenakan sanksi sesuai Pasal 14.

(2) Tagihan Susulan dibuat dalam jangka waktu selambat-


lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak Pelanggan atau
yang mewakili datang memenuhi panggilan PLN untuk
penyelesaian hasil temuan P2TL.

(3) Apabila Pelanggan atau yang mewakili tidak datang


memenuhi panggilan PLN sampai dengan habisnya masa
panggilan III, maka Tagihan Susulan dan Biaya P2TL

41
Lainnya dibuat oleh PLN secara sepihak bersamaan dengan
surat peringatan I (Pertama).

(4) Tagihan Susulan dan Biaya P2TL Lainnya harus dibayar tunai
atau atas permintaan Pelanggan dan atas pertimbangan
tertentu dapat dibayar secara angsuran 12 (dua belas) kali
dengan jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan.

(5) Tagihan Susulan dan biaya P2TL lainnya sebagimana pada


ayat (4), dalam hal kasus-kasus khusus General Manajer
unit setempat dapat memberikan angsuran lebih dari 12
(dua belas) kali dengan jangka waktu lebih dari 12 (dua
belas) bulan.

(6) Pembayaran Tagihan Susulan P2TL Pelanggan Reguler dan/


atau prabayar dilakukan di kantor PLN setempat dimana
Pelanggan terdaftar.

Bagian Kedua
Ketentuan TS4

Pasal 20

(1) Dalam hal pelaksanaan P2TL menemukan pemakaian


tenaga listrik oleh Bukan Pelanggan, Petugas P2TL
menghentikan penyaluran tenaga listrik ke instalasi Bukan
Pelanggan dimaksud.

(2) TS4 dibebankan kepada Bukan Pelanggan yang merupakan


orang atau Badan Usaha atau Badan/Lembaga lain yang
menghuni atau bertanggung jawab atas persil/bangunan
tersebut.

(3) TS4 dibuat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3


(tiga) hari kerja sejak ditemukan pemakaian tenaga listrik
secara tidak sah oleh petugas lapangan.

(4) Apabila Bukan Pelanggan atau yang mewakili tidak datang


memenuhi panggilan kesatu maka akan disusulkan
42
panggilan kedua beserta besarnya TS4 dan Biaya P2TL
lainnya.

(5) Apabila Bukan Pelanggan atau yang mewakili tidak datang


memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), maka PLN menetapkan secara sepihak besarnya TS4
dan Biaya P2TL Lainnya serta memproses sesuai ketentuan
perundang-undangan.

(6) TS4 dan Biaya P2TL Lainnya pada prinsipnya harus dibayar
tunai, namun atas permintaan Bukan Pelanggan dengan
alasan yang dapat diterima PLN, TS4 dan Biaya P2TL
Lainnya dapat dibayar secara angsuran dengan agunan
yang mempunyai nilai yang sebanding dengan nilai Tagihan
Susulan atau dapat tanpa agunan atas pertimbangan
tertentu oleh General Manajer Distribusi / Wilayah atau
Manajer Area / APJ / Cabang.

Bagian Ketiga
Perhitungan Tagihan Susulan

Paragraf Kesatu
Pelanggan Reguler

Pasal 21

(1) Perhitungan besarnya Tagihan Susulan bagi Pelanggan


sebagai akibat Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
Pasal 13 adalah sebagai berikut :
1. Pelanggaran Golongan I (P I):
Perhitungan untuk pelanggaran ini sebagai berikut :
a. Untuk Pelanggan yang dikenakan Biaya Beban
TS1 = 6 X {2 X Daya Tersambung(kVA)} X Biaya
Beban(Rp/kVA);
b. Untuk Pelanggan yang dikenakan Rekening
Minimum
TS1 =6 X (2 X Rekening Minimum (Rupiah)
pelanggan sesuai Tarif Dasa Listrik).

43
2. Pelanggaran Golongan II (P II):
TS2 = 9 X 720 jam X Daya Tersambung X 0,85 X harga
per kWh yang tertinggi pada golongan tarif pelanggan
sesuai Tarif Dasar Listrik;

3. Pelanggaran Golongan III (P III):


TS3 = TS1 + TS2.

4. Pelanggaran Golongan IV (P IV):


Perhitungan untuk pelanggaran non-pelanggan ini,
sebagai berikut :

a. Untuk daya kedapatan sampai dengan 900 VA :


TS4 = {(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x
Biaya Beban(Rp/kVA)))} + {(9 x 720 jam x (daya
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Tarif tertinggi pada
golongan tarif sesuai Tarif Dasar Listrik yang
dihitung berdasarkan Daya Kedapatan)}
b. Untuk daya kedapatan lebih besar dari 900 VA :
TS4 = {(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
(kVA)) x Tarif tertinggi pada golongan tarif sesuai
Tarif Dasar Listrik yang dihitung berdasarkan
Daya Kedapatan)} + {(9 x 720 jam x (daya
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Tarif tertinggi pada
golongan tarif sesuai Tarif Dasar Listrik yang
dihitung berdasarkan Daya Kedapatan)}

(2) Perhitungan TS1, TS2 dan TS4 sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dihitung sesuai dengan Lampiran II sampai
dengan IX.

(3) Untuk perhitungan TS4 menggunakan daya kedapatan yang


terkecil antara alat pembatas atau kemampuan hantar arus
(KHA) suatu penghantar yang selanjutnya daya kedapatan
tersebut disesuaikan dengan daya terdekat dan golongan
tarif sesuai dengan Tarif Tenaga Listrik yang disediakan oleh
PLN.

44
Paragraf Kedua
Pelanggan Pra Bayar

Pasal 22

(1) Perhitungan besarnya Tagihan Susulan bagi Pelanggan


Prabayar yang melakukan pelanggaran pemakaian tenaga
listrik diperlakukan sama dengan pelanggan reguler
sebagaimana dimaksud pada Pasal 21, dengan ketentuan
untuk pelanggan yang mempengaruhi daya, maka
perhitungan sebagai berikut :

TS1 = 6 X {2 X Daya Tersambung (kVA) x 40 Jam} X harga


per kWh pada golongan tarif pelanggan sesuai Tarif Dasar
Listrik;

(2) Pelanggan prabayar yang terkena Tagihan Susulan P2TL dan


kWh meternya harus dibongkar maka apabila dalam kWh
meter tersebut masih tersisa saldo kWh akan diperhitungkan
kembali terhadap besarnya Tagihan Susulan P2TL.

Paragraf Ketiga
Pengajuan Keberatan

Pasal 23

(1) Dalam hal Pelanggan keberatan atas penetapan pengenaan


sanksi P2TL, maka Pelanggan dapat mengajukan keberatan
kepada General Manager Distribusi/Wilayah atau Manajer
APJ/Area/Cabang unit PLN yang menerbitkan sanksi
dimaksud dengan disertai alasan-alasan dan bukti-bukti.
(2) Pelanggan dapat mengajukan keberatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan jangka waktu keberatan
diajukan paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah
kejadian P2TL.
(3) Keberatan yang diajukan oleh pelanggan dianalisa dan
evaluasi oleh Tim Keberatan yang dibentuk oleh General
Manager Distribusi/Wilayah untuk tingkat Distribusi/Wilayah

45
dan oleh Manajer APJ/Area/Cabang untuk tingkat Cabang/
APJ/Area.

(4) Keanggotaan Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


diketuai oleh General Manager untuk Wilayah/Distribusi dan
Manajer untuk Cabang/APJ/Area serta berjumlah minimal
5 (lima) orang atau ganjil yang terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut :
a. Teknik.
b. Niaga/Pelayanan Pelanggan.
c. Administrasi dan Kepegawaian.
d. Wakil Pemerintah di Bidang Ketenagalistrikan.

(5) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh Pelanggan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terpenuhi
baik secara keseluruhan maupun sebahagian, maka unit
yang mengenakan sanksi P2TL harus menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari kerja sejak keberatan diterima.
(6) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh Pelanggan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terpenuhi untuk
diproses lebih lanjut, maka Unit yang menerima keberatan
harus menyampaikan keputusan atas keberatan tersebut
kepada Pelanggan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak diterimanya keberatan dari Pelanggan.

(7) Proses pemeriksaan keberatan tidak menunda pelaksanaan


pengenaan sanksi P2TL yang telah ditetapkan.

(8) Tim Keberatan Cabang/APJ/Area melalui Manajer


Cabang/APJ/Area dan Tim Keberatan Wilayah/Distribusi
bertanggungjawab kepada General Manager.

(9) Dalam mengambil keputusan, Tim Keberatan P2TL harus


memenuhi syarat kuorum melebihi dari 50 %.

(10) Dalam hal pelanggan yang terkena Pemutusan Sementara


dan dinyatakan terbukti tidak bersalah dan apabila kesalahan
yang mengakibatkan dilakukan Pemutusan Sementara
tersebut terbukti akibat kelalaian yang dilakukan oleh Pihak

46
PLN, Manajemen PLN dalam waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja harus menyampaikan permohonan maaf
secara tertulis kepada Pelanggan tersebut.

BAB X
PENYIDIKAN

Pasal 24

(1) Dalam hal hasil pemeriksaan barang bukti sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 12 terdapat dugaan terjadinya
pemakaian tenaga listrik yang bukan haknya, PLN
agar memproses sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilengkapi dengan Berita Acara hasil pemeriksaan P2TL
dan Berita Acara pengambilan barang bukti.

BAB XI
LAPORAN P2TL

Pasal 25

(1) Petugas Administrasi P2TL harus membuat Laporan Target


dan Realisasi Pelaksanaan P2TL yang meliputi: jumlah
Pemakai Tenaga Listrik, pendapatan kWh dan pendapatan
rupiah, yang dibuat secara rutin bulanan dan dilaporkan
kepada Pemberi Tugas atau Penanggung Jawab P2TL.
(2) Unit Pelaksana Induk harus membuat Laporan Pelaksanaan
dan Pendapatan P2TL secara rutin setiap triwulan ke PLN
Kantor Pusat dan selanjutnya PLN Pusat menyampaikan
Laporan tersebut setiap triwulan kepada Direktorat
Jenderal Ketenagalistrikan dengan menggunakan formulir
sebagaimana dimaksud pada Lampiran X.

47
BAB XII
KETENTUAN LAIN – LAIN

Pasal 26

Tata cara perlindungan hukum dan keamanan di luar maupun di


dalam proses peradilan, Anggaran P2TL, Penyiapan laboratorium
P2TL, sanksi bagi penanggung jawab, pelaksana lapangan dan
petugas administrasi P2TL diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Direksi.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27
(1) Dengan berlakunya Keputusan Direksi ini, maka
Keputusan Direksi PLN No. 234.K/DIR/2008 tentang
Penertiban Pemakaian Tenaga listrik yang telah disahkan
oleh Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi No.
318-12/20/600.1/2008, dan ketentuan-ketentuan lain
yang bertentangan dengan Keputusan Direksi ini, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

(2) Keputusan Direksi ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan


terhitung sejak tanggal disahkan oleh Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan.

Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal : 27 Desember 2011

48
Lampiran I – 1
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. :1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

PT PLN (Persero)

SURAT KUASA
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
NIP :
Jabatan : General Manager/Manajer Cabang / APJ/
Area / AP Prima ………………………
Alamat :
Selanjutnya disebut sebagai PEMBERI KUASA;

Dengan ini memberi kuasa kepada :


Nama :
Perusahaan :
Jabatan : Direktur PT. …..................................
Alamat :
Selanjutnya disebut sebagai PENERIMA KUASA

------------------------ KHUSUS ------------------------

Untuk dan atas nama PEMBERI KUASA, PENERIMA KUASA baik


sendiri-sendiri maupun bersama-sama diberi kuasa sehingga
berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama serta
mewakili PEMBERI KUASA dalam melakukan kegiatan Penertiban
Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) terhadap instalasi tenaga
listrik milik PEMBERI KUASA yang berada di tempat, daerah,
lokasi atau setidak-tidaknya wilayah penguasaan pelanggan/
Konsumen PEMBERI KUASA.

Kepada PENERIMA KUASA diberi hak dan wewenang penuh untuk


melakukan tindakan-tindakan yang terkait pelaksanaan P2TL
antara lain :

 Memasuki dan meninggalkan persil pelanggan ;


 Melakukan tindakan penertiban pemakaian tenaga listrik

49
pelanggan;
 Melakukan pemberkasan hasil temuan/pemeriksaan P2TL;
 Menandatangani Berita Acara Pemeriksaan dan/atau Hasil
Temuan P2TL atau Berita Acara lainnnya sepanjang diperlukan;
 Memeriksa Jaringan Tenaga Listrik, Sambungan Langsung,
APP dan perlengkapannnya, serta instalasi pemakai tenaga
dalam rangka menertibkan pemakaian tenaga listrik;
 Memeriksa APP beserta perlengkapannya;
 Mengambil barang/benda atau sejenisnya yang dapat
digunakan sebagai barang bukti karena patut diduga
ada kaitannnya dengan pelanggaran yang dilakukan oleh
Pelanggan/Konsumen dan diserahkan kepada Pemberi Kuasa;
 Melakukan pengambilan barang bukti berupa APP atau
peralatan lainnya;
 Melakukan pemutusan sementara dan/atau Pembongkaran
Rampung atas SL dan/atau APP pada pelanggan yang harus
dikenakan Pemutusan Sementara atau Pembongkaran
Rampung;
 Melakukan penyegelan sepanjang yang dibolehkan menurut
ketentuan PEMBERI KUASA;
 Memasang APP pengganti yang diambil untuk pemeriksaan
dan mencatat stand meter cabut dan stand meter pasang
dan menyimpan segel-segel dalam kantong;

Surat Kuasa ini dapat disubstitusikan.

Surat Kuasa ini berlaku sampai dengan tanggal …………


.……………………….,…………20…..

PENERIMA KUASA, PEMBERI KUASA,

_______________ ________________

Direktur PT. ……..... GM/Manajer ...........


50
Lampiran I – 2.1
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

PT. ……………..

SURAT KUASA SUBSTITUSI


Berdasarkan :

1. Perjanjian antara PT PLN (Persero) Distribusi/Wilayah/


Cabang/APJ/Area/AP Prima ……………. Nomor :………………..
tanggal……….., tahun………. tentang …................................

2. Surat Kuasa Nomor: ……………………….tanggal……………….,


maka:

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
Jabatan : Direktur PT. ………………..........
Alamat :

Selanjutnya disebut sebagai PEMBERI KUASA Substitusi ;

Dengan ini PEMBERI KUASA Substitusi , memberikan kuasa


substitusi kepada :

Nama :
Nomor Induk Pegawai :
Alamat :

Selanjutnya disebut sebagai PENERIMA KUASA Substitusi ;

----------------------------- KHUSUS -------------------------------

Untuk dan atas nama PEMBERI KUASA Subsitusi, PENERIMA


KUASA Substitusi baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
diberi kuasa sehingga berhak dan berwenang bertindak untuk
dan atas nama serta mewakili PEMBERI KUASA dalam melakukan

51
kegiatan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) terhadap
instalasi tenaga listrik milik PT PLN (Persero) Wilayah/Distribusi
........... yang berada di tempat, daerah, lokasi atau setidak-
tidaknya wilayah penguasaan pelanggan/Konsumen PT PLN
(Persero) Distribusi/Wilayah/Cabang/APJ/Area/AP Prima.

Kepada PENERIMA KUASA diberi hak dan wewenang penuh untuk


melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan pelaksanaan P2TL
antara lain :

 Memasuki dan meninggalkan persil pelanggan ;


 Melakukan tindakan penertiban pemakaian tenaga listrik
pelanggan;
 Melakukan pemberkasan hasil temuan/pemeriksaan P2TL;
 Menandatangani Berita Acara Pemeriksaan dan/atau Hasil
Temuan P2TL atau Berita Acara lainnnya sepanjang diperlukan;
 Memeriksa Jaringan Tenaga Listrik, Sambungan Langsung,
APP dan perlengkapannnya, serta instalasi pemakai tenaga
dalam rangka menertibkan pemakaian tenaga listrik;
 Memeriksa APP beserta perlengkapannya;
 Mengambil barang/benda atau sejenisnya yang dapat
digunakan sebagai barang bukti karena patut diduga
ada kaitannnya dengan pelanggaran yang dilakukan oleh
Pelanggan/Konsumen dan diserahkan kepada Pemberi Kuasa;
 Melakukan pengambilan barang bukti berupa APP atau
peralatan lainnya;
 Melakukan pemutusan sementara dan/atau Pembongkaran
Rampung atas SL dan/atau APP pada pelanggan yang harus
dikenakan Pemutusan Sementara atau Pembongkaran
Rampung;
 Melakukan penyegelan sepanjang yang dibolehkan menurut
ketentuan PEMBERI KUASA;
 Memasang APP pengganti yang diambil untuk pemeriksaan
dan mencatat stand meter cabut dan stand meter pasang
dan menyimpan segel-segel dalam kantong;

52
Surat Kuasa ini tidak dapat disubstitusikan.

Surat Kuasa ini berlaku sampai dengan tanggal ……………… .

……………………….,…………20…..

PENERIMA KUASA SUBTITUSI, PEMBERI KUASA SUBTITUSI,

_______________________ _________________________

Pelaksana P2TL ............ Direktur PT. .....................

53
Lampiran I – 2.2
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

PT. ............................

SURAT TUGAS
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jabatan : Direktur PT. ……………….....................

Alamat :

Selanjutnya disebut sebagai PEMBERI TUGAS ;

Dengan ini menugaskan:

Nama :

Jabatan :

Alamat :

Selanjutnya disebut sebagai PENERIMA TUGAS ;

untuk melakukan P2TL pada tanggal …….……... s.d ………………


(maksimum 1 bulan), pada daerah kerja PT PLN (Persero)
Distribusi/Wilayah/Cabang/APJ/Area/AP Prima ....................
dengan Target Operasi (TO), sebagaimana terlampir.

Dalam melaksanakan tugas P2TL tersebut di atas harus mengikuti


ketentuan tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik di PT PLN
(Persero) dan sesuai Surat Kuasa Substitusi yang berlaku.

Apabila tugas P2TL dimaksud telah selesai dilaksanakan, maka


Petugas tersebut di atas wajib segera melaporkan pelaksanaan
tugas tersebut kepada Pemberi Tugas.

54
Demikian surat tugas ini diterbitkan untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya dan penuh tanggung jawab.

……………………….,…………20…..

PENERIMA TUGAS, PEMBERI TUGAS,

_______________________ _________________________

Pelaksana P2TL Direktur PT. .................

55
Lampiran I – 3
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

PT PLN (Persero)

........... …......……1)

SURAT TUGAS
Nomor : …………..…..………..…2)

Yang bertanda tangan dibawah ini ....................3) PT PLN


(Persero) Distribusi/ Wilayah/Cabang/APJ/Area/AP Prima
……………… 4), sebagai Pemberi Tugas, dengan ini memberi tugas
kepada Petugas Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL)
sebagai berikut :

Nama : ................................………......................

No. Induk : …............................…......................... 5)

Jabatan : …….....................………......................... 6)

untuk melakukan P2TL pada tanggal …….……... s.d ……………


(maksimum 1 bulan), pada daerah kerja PT PLN (Persero)
Distribusi/Wilayah/Cabang/APJ/Area/AP Prima dengan Target
Operasi (TO), sebagaimana terlampir.

Dalam melaksanakan tugas P2TL, Penerima Tugas harus


mengikuti ketentuan tentang Penertiban Pemakaian Tenaga
Listrik di PT PLN (Persero).

Apabila tugas P2TL telah selesai dilaksanakan, Penerima Tugas


segera melaporkan pelaksanaan tugas kepada Pemberi Tugas.

56
Demikian surat tugas ini diterbitkan untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya dan penuh tanggung jawab.

………, ………..... ..... 7)

Penerima Tugas Pemberi Tugas

(..........................................) 9) ( …………………………….) 8)

Keterangan :

1). Diisi sesuai Unit pelaksana pemberi tugas


2). Nomor surat sesuai Tata Laksana Surat dan Kearsipan (TLSK)
3). Diisi sebutan jabatan pejabat yang diberi wewenang memberi
tugas
4). Unit yang melaksanakan P2TL
5). Diisi Pegawai PLN atau Outsourcing
6). Diisi status jabatan pegawai PLN atau perusahaan outsourcing
7). Diisi tempat dan tanggal
8). Diisi tanda tangan & nama Pemberi Tugas
9). Diisi nama & tanda tangan Penerima Tugas P2TL

Catatan : Surat Tugas berlaku bila dilengkapi/ditunjukkan Kartu


Tanda Pengenal Pegawai yang bersangkutan.

57
Lampiran I - 3
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 1486.K/DIR/2011
Tanggal 27 Desember 2011

SASARAN TARGET OPERASI (TO)

NOMOR DATA SASARAN *)

*) Diisi target operasi sesuai sasaran daerah kerja yang akan dilakukan P2TL

..... ......……, ……..…….... …..…

Pemberi Tugas /Penanggung Jawab P2TL

(……………………………….)

58
Lampiran I – 4.1
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DOR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011


PT PLN (Persero)

................... ……….......……

BERITA ACARA HASIL PEMERIKSAAN


PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
INSTALASI /SAMBUNGAN LISTRIK 1 FASA

NOMOR : …………………...............

Pada hari ini, …………….. tanggal ……………. bulan ……........……


tahun ................

Kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama : ………………….............
No. Induk : …………………............
Jabatan : …………………........... ;

2. Nama : …………………............
No. Induk : …………………...........
Jabatan : …………………........... ;

masing-masing sebagai Petugas Pelaksana Lapangan P2TL,


berdasarkan Surat Tugas Nomor : ........…........................
tanggal .....…/…........./..…….……; dengan didampingi oleh
Petugas dari PPNS/POLRI :

1. Nama : …………………..............
NIP/NRP : …………………..............
Jabatan : …………………..............

59
2. Nama : …………………..............
NIP/NRP : …………………..............

berdasarkan Surat Tugas dari: ......................................


Nomor : ……...................tanggal................................... ,

telah melaksanakan P2TL dengan cara pemeriksaan Instalasi


Sambungan Tenaga Listrik Pelanggan / Non PLN pada
bangunan atau persil, dengan data sebagai berikut :

- No. Gardu / Trafo : ..........................................


- Nama / Alamat dalam
rekening : ...........................................

ID Pelanggan : ...........................................
- Tarip/Daya tersambung/
Peruntukan : ………... / ………………………………...

dengan disaksikan oleh Pelanggan/Pemakai/Penghuni/Wakil Pelanggan

Nama : ………………..................................

Alamat : ……………....................................

Nomor Kartu Identitas


(KTP / SIM dll) : …………………………………………….........

Pekerjaan : …………………................................

Yang bertanggung jawab atas Bangunan atau Persil yang


diperiksa tersebut, dengan Hasil
Pemeriksaan sebagai berikut :

60
A. KONDISI APP SEBELUM DAN SESUDAH DIPERIKSA

SEBELUM SETELAH
NO PERALATAN SATUAN
DIPERIKSA DIPERIKSA
1. a KWH meter Ada /tidak ada Ada /tidak ada
- Merk
- Tahun
- Putaran rpm
- Kondisi visual Baik / Tidak Baik / Tidak
1.b - Segel terpasang buah ………. ……….
- Jenis Plastik/ Timah Plastik/ Timah
- Acuan
- Tahun
- Kondisi visual Baik / tidak Baik / tidak
2.a PEMBATAS
- Kapasitas A ……….. ………..
- Merk
2.b - Segel terpasang buah
- Jenis Plastik/ Timah Plastik/ Timah
- Acuan
- Tahun
3.a PAPAN meter (OK I) Pakai /Tidak Pakai /Tidak
- Jenis Kayu / Metal Kayu / Metal
- Kondisi Visual Baik / Tidak Baik / Tidak
- Segel terpasang buah
- Jenis Plastik/ Timah Plastik/ Timah
- Acuan
- Tahun
PENGAWATAN
4.
APP
- Sesuai SPLN
No 55 tahun
Sesuai / tidak Sesuai / tidak
…….;SPLN No.

B. KESIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN :

1. Keadaan Instalasi Listrik dan Alat Ukur Pembatas


(APP) diperiksa :

TIDAK DITEMUKAN / DITEMUKAN PELANGGARAN.

2. Pelanggaran yang ditemukan “

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

C. TINDAKAN YANG DILAKUKAN :

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………
61
D. PENYELESAIAN (bila ditemukan pelanggran)

Untuk menyelesaikan atas Pelanggaran yang ditemukan


oleh Petugas (Tim) P2TL sesuai hasil pemeriksaan tersebut
diatas. Pelanggan / Pemakai yang bertanggung jawab
atas pemakaian tenaga listrik di Persil sebagaimana
tersebut diatas diminta datang ke Kantor PT. PLN
(Persero) …………………………………… Yang beralamat di…………
…………………………… pada tanggal / jam ……………………………………

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya dan


ditanda tangani oleh masing-masing pihak tersebut di atas
dalam rangkap 4 (empat), satu rangkap berikut lampirannya
diberikan kepada Pelanggan/Pemakai/Penghuni/Wakil
Pelanggan/Penanggung Jawab Bangunan atau Persil seperti
pada angka II di atas.

Pelanggan/Pemakai/
Penghuni/Wakil Pelanggan/
Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL

(.........................................)

(..............................) (...................................)

Saksi

(...........................................)

(...........................................)

62
Lampiran I – 4.2a
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

PT PLN (Persero)
................... ……….......……1)

BERITA ACARA HASIL PEMERIKSAAN


PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
INSTALASI /SAMBUNGAN LISTRIK 3 FASA

NOMOR : …………………...............

Pada hari ini, …………….. tanggal ……………. bulan ….......…


tahun ................
Kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama : ...........................
No. Induk : ...........................
Jabatan : ...........................;

2. Nama : ...........................
No. Induk : ...........................
Jabatan : ...........................;

masing-masing sebagai Petugas Pelaksana Lapangan


P2TL/TIM P2TL, berdasarkan Surat Tugas nomor
........…..........………… tanggal .....……...........…….……; dengan
didampingi oleh Saksi/ PPNS/Kepolisian berdasarkan surat
tugas nomor ………….....................................................
tanggal.......................................... 2), tersebut dibawah
ini:

1. Nama : …………………..............
NIP/NRP : …………………..............
Jabatan : …………………..............

63
No. Identitas/KTP : .......................................
Alamat : ....................................... ;

2. Nama : …………………..............
NIP/NRP : …………………..............
Jabatan : …………………..............
No. Identitas/KTP : .......................................
Alamat : ....................................... ;

Melaksanakan P2TL dengan cara pemeriksaan Instalasi


Sambungan Tenaga Listrik PLN dan Instalasi Pelanggan PLN/
Non Pelanggan PLN 2) pada bangunan atau persil, dengan
data sebagai berikut :

Nama dalam rekening 3) : …………………................


Nama penghuni : …………………................
No. Identitas/KTP : .........................................
Alamat dalam rekening 3) : …………………................
Alamat sebenarnya : …………………................
Rayon/Ranting/Cabang : …………………................
ID Pelanggan 3) : …………………................
Tarip/Daya tersambung 3) : …………………................
Penggunaan/peruntukan 3) : …………………................

I. Pelaksanaan P2TL

Pelaksanaan P2TL oleh Tim P2TL yang disertai oleh Saksi/


Petugas/ Pejabat PPNS/Kepolisian 2) sebagaimana tersebut
di atas, disaksikan oleh Pelanggan/Pemakai/Penghuni/Wakil
Pelanggan/Penanggung Jawab 2) atas Bangunan atau Persil
yang diperiksa tersebut, yaitu :
Nama : ………………..................................
Alamat : ……………....................................
Pekerjaan : …………………................................

II. Hasil P2TL

Berdasarkan P2TL yang dilaksanakan sebagaimana tersebut


di atas, diperoleh hasil sebagaimana tercantum dalam Data

64
Hasil Pemeriksaan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik
(P2TL) untuk sistem pengukuran langsung 1 phase / 3 phase
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Berita
Acara ini .

III. Proses Penyelesaian

Berdasarkan hasil P2TL sebagaimana dimaksud pada angka


III di atas, penetapan jenis dan golongan Penyimpangan
Pemakaian Tenaga Listrik pada Pelanggan/Non Pelanggan 2)
adalah sebagaimana dimaksud pada Lampiran Berita Acara
ini.

Untuk penyelesaian permasalahan, Pelanggan tersebut di


atas atau Wakilnya diminta datang ke :

Kantor PT PLN (Persero) : .............................................

Bagian : .............................................

Alamat : .............................................

Hari / tanggal : .............................................

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya dan ditanda


tangani oleh masing-masing pihak tersebut di atas dalam rangkap
4 (empat), satu rangkap berikut lampirannya diberikan kepada
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/Wakil Pelanggan/Penanggung
Jawab Bangunan atau Persil seperti pada angka II di atas.

65
Pelanggan/Pemakai/
Penghuni/Wakil Pelanggan/
Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL

(.........................................) 4)

(.....…………………………… ) 4) (............................…….) 4)

Saksi

(.................................................) 4)

(.................................................) 4)

Keterangan :
1) Diisi sesuai Unit pelaksana pemberi tugas
2) Coret yang tidak perlu.
3) Untuk Non Pelanggan PLN, data tidak perlu diisi.
4) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.

66
Lampiran I – 4.2b
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

DATA HASIL PEMERIKSAAN


PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
UNTUK SISTEM PENGUKURAN LANGSUNG 3 PHASE

I. Tegangan Tersambung.

I.1 1 phase/ 3 phase. 1)
I.2 127 V, 220 V, 127/220 V, 220/380 V 1)

II. Alamat dan Gambar sket Lokasi Pelanggan.

II.1 Alamat Pelanggan :

.............................................................................
.............................................................................

II.2 Gambar sket lokasi Pelanggan dilampirkan pada Formulir


P2TL − 3.1 ini.

III. Tempat Kedudukan Alat Pengukur dan Pembatas


(APP).

Di dalam/di luar bangunan Pelanggan 1)

67
IV. Data APP Terpasang.

kWh kVArh kVA Max Clock DATA - DATA SEGEL APP


Merk Segel kWh :
Type Segel term :
Class Segel kVArh :
Tegangan Segel term :
Arus Segel kVA Max :
Konstanta Segel term :
Nomor seri Segel Clock :
Faktor reg Segel term :
Stand L Segel Jendi APP :
H Segel Pintu APP :

68
V. Data Pemeriksaan

V.1. Pemeriksaan APP (Peralatan, Segel, Kunci dan Kode Acuan)


Kondisi Fisik Disegel
Peralatan Kunci kembali
dengan
No. Yang diperiksa ada Jumlah Segel dan Kondisi Waktu Diperiksa ada tidak baik
baik/ tidak baik/ ada dengan
rusak ada kiri kanan atas bawah rusak Kode
Jml Kode Acuan Kondisi ) Jml Kode Acuan Kondisi ) Jml Kode Acuan Kondisi ) Jml Kode Acuan Kondisi ) acuan
1 2 3 4 9 10 18 19 20
1 Tutup Pelindung APP
2 Lemari APP
3 Kotak APP
4 Alat Pengukur
4.1 Meter kWh

69
4.1.1.Tutup meter
4.1.2.Tutup terminal
4.2. Meter kVArh
4.2.1.Tutup meter
4.2.2.Tutup terminal
4.3. Time Switch
4.3.1. Tutup T. Switch
5 Alat Pembatas
5.1. MCB/MCCB/NFB
5.2. Sekering

) Diisi a= Baik
b= Rusak
c= Tidak sesuai aslinya

33
Pengukuran.

6.1. Pengukuran Tegangan dalam keadaan berbeban


dilaksanakan pada jam: .............

a. Pada terminal b. Pada terminal meter:


(klem Blok)
kotak APP
R - Nol : ……… Volt R - Nol: ……………….. Volt
S - Nol : ……… Volt S - Nol: ………………. Volt
T - Nol : ……… Volt T- Nol :..…………….. Volt
R - S : ……… Volt R - S : ……..……….. Volt
R - T : ……… Volt R - T : …..………….. Volt
S - T : ……… Volt S - T : …..………….. Volt

6.2. Pengukuran beban dan faktor daya ( Cos Q )

Saat diperiksa Setelah diperiksa


Fasa Arus Cos Q Arus Cos Q

R ….. A 0, …… ….. A 0, ……
S ….. A 0, …… ….. A 0, ……
T ….. A 0, …… ….. A 0, ……
Nol ….. A 0, …… ….. A 0, ……

70
6.3. Pemeriksaan putaran meter kWh
melalui sekering meter/Terminal
Pengukuran 4 kawat

Saat diperiksa Setelah diperiksa


No. R.S.T Arah putaran Waktu 1 putaran Arah putaran Waktu 1 putaran
1 // // // maju/mundur/diam *) …………………… maju/mundur/diam *) ……………………
2 // // // maju/mundur/diam *) …………………… maju/mundur/diam *) ……………………

71
3 // // // maju/mundur/diam *) …………………… maju/mundur/diam *) ……………………
4 // // // maju/mundur/diam *) …………………… maju/mundur/diam *) ……………………
6.4. Hasil perbandingan antara kWh dengan alat ukur
portable
6.4. Hasil perbandingan antara kWh meter dengan alat ukur portable :

n X 3600 4. DEVIASI PENGUKURAN DAYA LISTRIK


1. P 2 = X FK = kW
t X C P2 - P1
X 100 % = …… %
2. P ( R ) = E X I X COS Φ / R = kW P1
P (S) = E X I X COS Φ / S = kW Keterangan :
P (T) = E X I X COS Φ / T = kW n = Jumlah putaran piringan kWh meter

JUMLAH PEMAKAIAN ( P 1 ) = kW C = Konstanta meter


t = Waktu (detik)
Atau : FK= Faktor Kali
E = Tegangan Phasa Netral
P1 = 3 E X I X COS Φ = kW P1 = kW yg didapat dari alat ukur yg portable
P2 = kW yg didapat dari perhitungan daya
sesaat menggunakan stop watch

I. Sambungan Listrik Tegangan Rendah (SLTR).

7.1 SLP (Saluran Luar Pelayanan)

Jenis Hantaran : Kabel pilin/BC (kawat tembaga)/


AAC /kabel tanah 1) / lainnya ……….

Ukuran : ..........…………………………………

Kondisi/Kelainan-2 : ………..........…………………….…..

7.2 SMP (Saluran Masuk Pelayanan)

Jenis Hantaran : kabel pilin / NYY / NYM / NYA /


NGA / kabel tanah 1)/ Lainnya..............

Ukuran : …………..........………………………

Kondisi/Kelainan-2 : ……………..........……….………….

II. Hasil Pemeriksaan

8.1 Sambungan Langsung.

Ada / tidak ada Sambungan Langsung 1)

Bila ada Sambungan Langsung: Melalui JTL/STL 1)

72
Dengan penghantar di atas tanah / di bawah tanah 1)

Jenis penghantar...................., ukuran.............mm2

Ada/tidak ada Alat Pembatas 1) ukuran.................A

8.2 Keselamatan Umum.

Ada/tidak ada sambungan yang membahayakan 1)

Ada/tidak ada sambungan levering 1)

8.3 Barang Bukti.

Ada / tidak ada Barang Bukti yang diambil 1)

Barang Bukti dalam kantong tersegel/terbuka 1)

Barang Bukti yang diambil adalah seperti pada


Berita Acara Pengambilan Barang Bukti P2TL yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan Berita Acara ini.

8.4 Kesimpulan.

Ada/ tidak ada Penyimpangan Pemakaian Tenaga


Listrik 1)

Jenis Penimpangan Pemakaian Tenaga Listrik:


Cukup Bukti dilakukan Pelanggaran / Terdapat
indikasi Pelanggaran/Cukup bukti terjadi kelainan /
Terdapat indikasi Kelainan 1)

8.5 Tindakan Teknis Yang Dilakukan.


Dilakukan / tidak dilakukan Pemutusan Rampung
Sambungan Langsung 1)

Dilakukan / tidak dilakukan Pemutusan sementara 1)

73
Tindakan Teknis yang lain :

..........................................................................
..........................................................................
..........................................................................
..........................................................................

Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/ Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL

(..............................) 2)

(..............................) 2) (..............................) 2)

Saksi

(......................................) 2)

(......................................) 2)

Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing

74
Lampiran I – 4.2c
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

DATA HASIL PEMERIKSAAN


PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
UNTUK SISTEM PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG

I. Tegangan tersambung.

1.1 Tegangan tinggi/Tegangan Menengah/Tegangan


Rendah 1)
1.2 127 V, 220 V, 220/330 V, 6000 V/12000 V/20000
V/70000 V/ 150000 V/… 1)
1.3 Tegangan pengukuran : TT/TM/TR 1)

II. Alamat dan Gambar sket Lokasi Pelanggan.

1.1 Alamat Pelanggan :.................................................


.............................................................................
.............................................................................
.............................................................................

1.2 Gambar sket lokasi Pelanggan dilampirkan pada Formulir


P2TL − 3.2 ini.

III. Tempat Kedudukan Alat Pembatas & Pengukur (APP)

No. APP Gardu Bangunan pelanggan


di dalam di luar Di dalam di luar
1. Kotak APP
2. Lemari APP …
3. Alat Pembatas …
4. Meter kWh
Meter kVArh
Meter kVAmax
5. Time Switch
6. Trafo Arus (CT)
7. Trafo Tegangan
(PT)

75
IV. Data APP Terpasang.
4.1 Alat Pembatas.
Jenis :................................................
Merk/Type :...............................................
Arus Nominal (In) : …………. X …………. Ampere

4.2 Kartu Setting Relay.


I set : ………….. Ampere
I Kontrak : ………….. Ampere
Merk / Type Relay : ………….................................

4.3 Alat Pengukur.


NO Meter Meter Meter
DATA
kWh kVArh kVA max
Type / Merk ................ ................ ................
1
No. Pabrik/Tahun ................ ................ ................
2
Sistem Tegangan .............V .............V .............V
3
Arus Nominal (In) .............A .............A .............A
4
Faktor meter
5
Maximal ......... Kali ......... Kali ......... Kali
Konstanta ................ ................ ................
6
Stand meter WBP ................ ................ ................
7
Stand meter LWBP ................ ................ ................
8

76
V. Data Pemeriksaan
5.1. Pemeriksaan APP (Peralatan, Segel, Kunci dan Kode Acuan)

Kondisi Fisik Disegel


Peralatan Segel Kunci kembali
Kondisi Waktu Diperiksa dengan
No. Yang diperiksa ada Kondisi seharusnya a = baik ada Baik
baik/ tidak ( Jumlah Segel ) Jumlah Segel b = rusak Kode baik/ tidak dengan
rusak ada c = tidak sesuai aslinya Acuan rusak ada Kode
kiri kanan atas bawah kiri kanan atas bawah kiri kanan atas bawah acuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Gardu
Pemeriksaan dilakukan
terhadap.
a. Pintu
b. Jendela
c. Sel. TM
- P.M.S
- P.M.T

2 Lemari APP

3 Kotak APP
Pemeriksaan dilakukan
terhadap.
a. Kotak CT
b. Kotak Alat Pembatas
c. Kotak Sekering

4 Alat Pengukur :
Pemeriksaan dilakukan
terhadap.
a. Meter kWh
tarif tunggal/ganda
- tutup meter
- tutup terminal
- kotak meter (OK)

b. Meter kVArh
- tutup meter
- tutup terminal
- kotak meter (OK)

c. Meter kVAmax
- tutup meter
- tutup terminal
- kotak meter (OK)

d. Automat / relay

e. Lonceng :
- tutup lonceng
- tutup terminal

5 Alat Pembatas
a. Sekering
b. Automatic Relay/MCB

6 Alat-alat bantu Penguku-


ran :
Pemeriksaan dilakukan
terhadap.
a. C.T
b. P.T
c. Pintu sel relai
d. Pintu sel PT
e. Pengawatan

7 Tutup Pelindung APP

77

s
VI. Pengukuran
6.1. Pengukuran beban dan faktor daya ( Cos Q )
Pengukuran dilaksanakan pada jam : ……………………………….

Saat diperiksa Setelah diperiksa


Fasa Primer Sekunder Cos Q Primer Sekunder Cos Q

R ….. A ….. A 0, …… ….. A ….. A 0, ……


S ….. A ….. A 0, …… ….. A ….. A 0, ……
T ….. A ….. A 0, …… ….. A ….. A 0, ……
Nol ….. A ….. A 0, …… ….. A ….. A 0, ……

6.2. Pengukuran Tegangan :

a. Pada Rel Pembagi Tegangan Rendah / Rak TR


R - Nol : ………..
Volt R - S : ………..
… Volt
S - Nol : ………..
Volt R - T : ………..
… Volt
T - Nol : ………..
Volt S - T : ………..
… Volt

b. Pada Rel dan terminal meter


Rel fasa terminal
R - meter fasa R: ……….
…… Volt
Rel fasa terminal
R - meter fasa S: ……….
…… Volt
Rel fasa terminal
R - meter fasa T: ……….
…… Volt
Rel fasa terminal
S - meter fasa R: ……….
…… Volt
Rel fasa terminal
S - meter fasa S: ……….
…… Volt
Rel fasa terminal
S - meter fasa T: ……….
…… Volt
Rel fasa terminal
T - meter fasa R: ……….
…… Volt
Rel fasa terminal
T - meter fasa S: ……….
…… Volt
Rel fasa terminal
T - meter fasa T: ……….
…… Volt

6.3. Pemeriksaan putaran meter kWh melalui sekering meter/klem terminal meter

Saat diperiksa Setelah diperiksa


No. R.S.T Arah putaran Waktu 1 putaran Arah putaran Waktu 1 putaran
1 // // // maju/mundur/diam *)……………………
maju/mundur/diam *) ……………………
2 // // // maju/mundur/diam *)……………………
maju/mundur/diam *) ……………………
3 // // // maju/mundur/diam *)……………………
maju/mundur/diam *) ……………………
4 // // // maju/mundur/diam *)……………………
maju/mundur/diam *) ……………………
5 // // // maju/mundur/diam *)……………………
maju/mundur/diam *) ……………………
6 // // // maju/mundur/diam *)……………………
maju/mundur/diam *) ……………………
7 // // // maju/mundur/diam *)……………………
maju/mundur/diam *) ……………………
8 // // // maju/mundur/diam *)……………………
maju/mundur/diam *) ……………………
9 // // // maju/mundur/diam *)……………………
maju/mundur/diam *) ……………………

78
VII. Sambungan Tenaga Listrik ( SL )
VII. Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah (SLTR).

7.1 SLP (Sambungan Luar Pelayanan)


Jenis Hantaran : Kabel pilin/BC (kawat tembaga)/AAC/
kabel tanah 1)/ lainnya ...........
Ukuran : …………………………………

Kondisi/Kelainan: ………………………………..

7.2 SMP (Sambungan Masuk Pelayanan)


Jenis Hantaran: kabel pilin / NYY / NYM / NYA / NGA /
kabel tanah 1) / Lainnya..............
Ukuran : …………………………………
Kondisi/Kelainan : ………………………….…….

VIII. Hasil Pemeriksaan.


8.1 Sambungan Langsung.
Ada / tidak ada Sambungan Langsung 1)
Bila ada Sambungan Langsung: Melalui Jaringan
Tenaga Listrik (JTL) /Sambungan Tenaga Listrik (SL) 1)
Dengan penghantar di atas tanah/di bawah tanah 1)
Jenis penghantar......................, ukuran............mm2
Ada / tidak ada Alat Pembatas 1) ukuran................A
8.2 Keselamatan Umum.
Ada / tidak ada sambungan yang membahayakan 1)
Ada / tidak ada sambungan levering 1)
8.3 Barang Bukti.
Ada / tidak ada Barang Bukti yang diambil 1)
Barang Bukti dalam kantong tersegel / terbuka 1)
Barang Bukti yang diambil adalah seperti pada Berita
Acara Pengambilan Barang Bukti.
8.4 Kesimpulan.
Ada/ tidak ada Penyimpangan Pemakaian Tenaga
Listrik 1)
Jenis Penimpangan Pemakaian Tenaga Listrik :

Cukup Bukti dilakukan Pelanggaran / Terdapat


indikasi Pelanggaran /

79
Cukup bukti terjadi kelainan / Terdapat indikasi
terjadi Kelainan 1)
8.5 Tindakan Teknis Yang Dilakukan.
Dilakukan / tidak dilakukan Pemutusan Rampung
Sambungan Langsung 1)
Dilakukan / tidak dilakukan Pemutusan sementara 1)

Tindakan Teknis yang lain : ...................................


..........................................................................
..........................................................................
..........................................................................
..........................................................................
..........................................................................
..........................................................................

IX. Data Teknis Perubahan APP dan Perlengkapan APP.


Diisi bila tidak dilakukan Pemutusan Sementara pada
Pelanggan, tetapi dilakukan pengambilan APP dan atau
Perlengkapan APP sebagai Barang Bukti.
9.1 Kondisi Sambungan Pelanggan.

Dilakukan / Tidak Pemutusan Sementara 1)


Dilakukan / Tidak pengambilan APP dan/ atau
Perlekapan APP 1)

9.2 Data Perubahan APP.

Perubahan
No Jenis
Sebelum sesudah
1 Alat Pembatas :
Jenis :
Type / Seri :
Arus Nominal (In):

2 Kartu Setting Relay :


I Set : …………..
I Kontrak : …………..
Merk / Type Relay :

80
3 Meter kWh
Type / merk
No. Pabrik / Tahun
Sistem tegangan
Arus Nominal (In)
Constanta meter
Stand meter WBP
Stand meter LWBP

4 Meter kVArh
Type / merk
No. Pabrik / Tahun
Sistem tegangan
Arus Nominal (In)
Constanta meter
Stand meter

5 Meter kVA maks


kWmaks / Amp.maks *)
Type / merk
No. Pabrik / Tahun
Sistem tegangan
Stand Maksimal

X. Undangan kepada Pelanggan.

Untuk penyelesaian hasil P2TL, Pelanggan/Pemakai/


Penghuni/Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab Bangunan
atau Persil tersebut diatas diminta datang ke kantor :

PT. PLN (Persero) :................................................


Alamat : …………………..…………………………………
Pada tanggal / hari : ………………….……………………............

81
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL

(.....………………………… ) 2)

(........................……. ) 2) (.......................……. ) 2)

Saksi

(.............................................) 2)

(.............................................) 2)

Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu.
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.

82
Lampiran I - 5
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

PT PLN (Persero)
WILAYAH/ DISTRIBUSI 1) ………....................……
CABANG/ APJ/ Area/ AP Prima 1)……………………………......…
RANTING/ RAYON/ UPJ 1) …………………

BERITA ACARA
PENGAMBILAN BARANG BUKTI
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)

Nomor : ………………….

Pada hari ini, …………. tanggal ………………… bulan …………………….


tahun ……………….., berdasarkan hasil dan kesimpulan
pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim P2TL sebagaimana
tercantum dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan P2TL
Nomor : ……………………… tanggal ……………………… dilakukan
pengambilan Barang Bukti berupa peralatan hasil temuan
P2TL oleh Penyidik P2TL/Petugas P2TL atas nama Penyidik
P2TL 1), untuk keperluan pemeriksaan lebih lanjut.

Data Barang Bukti yang diambil adalah seperti yang tercantum


pada Lampiran Berita Acara ini yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.

Barang Bukti diambil dari bangunan atau persil Pelanggan


PLN/Non Pelanggan 1) sebagai berikut :

Nama : …………………………….
Alamat : …………………………….
No. KTP : …………………………….

83
Barang Bukti seperti data pada Lampiran Berita Acara ini,
tidak dimasukkan/dimasukkan 1) dalam kantong kemudian
disegel, serta dibubuhi tandatangan pada penutup kantong
tersebut Pemakai/Penghuni/Wakil Pelanggan/Penanggung
Jawab Bangunan atau Persil.
Selanjutnya Barang Bukti tersebut diatas dibawa untuk
disimpan dan diamankan di gudang/laboratorium PLN sebagai
barang titipan Penyidik sampai dengan dibuka dan diperiksa
bersama oleh Para Pihak.

Demikian Berita Acara ini setelah dibaca, dibuat dan ditanda


tangani oleh masing-masing pihak tersebut diatas dalam
rangkap 4 (empat), satu rangkap untuk Pelanggan/Pemakai/
Penghuni/Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab Bangunan
atau Persil yang diperiksa 1).

Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL


(.........................) 2)

(.....…………………………… ) 2) (....................……..) 2)

Saksi

(.................................................) 2)

(.................................................) 2)

Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu.
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.

84
Lampiran I - 5
Keputusan Direksi PLN PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 sember 2011

DATA BARANG BUKTI YANG DIAMBIL

1 Meter kWh : *) 6 Kabel sadapan : *)


Type/merk : …… Tarip Jenis kabel : NYM/NYY/NGA/
tunggal/ganda *): ………….. Kabel tanah ….. *)
No. Pabrik/Tahun : ……… Diameter : …….. X …. mm2
Faktor meter : …………… Panjang lebih kurang: …… m
Ukuran (In) : …… X ……Am-
pere. Constanta : ……… 7 Kontaktor magnet (saklar
Stand Meter kWh cabut...... magnet) / saklar *)
Type/merk : ………………….
2 Meter kVARh : *) No. pabrik/Tahun : …………
Type/merk : …… Tarip 1 fasa/ 3 fasa
tunggal/ganda *) : …………..
No. Pabrik/Tahun : ……… 8 Fuse trafo tegangan : *)
Faktor meter : …………… Jenis : …………………………
Ukuran (In) : …… X ……Am- Type/merk : …………………….
pere. Constanta : ……… No. pabrik/tahun : …………………
Stand Meter kVARh cabut.....
9 Gembok Gardu *)
3 Meter kVA max : *) Ukuran : sesuai/lebih kecil/
Type/merk : ………Tarip tung- sedang *)
gal/ganda *) : …………..
No. Pabrik/Tahun : ……… 10 Segel-segel : *)
Faktor meter : …………… - Gardu :
Ukuran (In) : …… X ……Am- - Kotak APP :
pere. Constanta : ……… - Alat Pengukur :
- Alat Pembatas :
4 Alat Pembatas : *) - Alat bantu pengukuran :
Nama : MCB/MCCB/NFB/NH - Tutup pelindung APP :
Fuse/Smelt Trip/ ….. *)
Type ukuran : ………………….
Ukuran (In) : ………… X …….

5 Trafo arus/CT *)
Type/merk : ………………………
No. Pabrik/tahun : …………….
Ratio : …………………………

85
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL

(...........................) 2)

(.....…………………………… ) 2) (...........................) 2)

Saksi

(.................................................) 2)

(.................................................) 2)

Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu.
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.

86
Lampiran I – 6
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

PT PLN (Persero)
WILAYAH/ DISTRIBUSI 1) ………....................……
CABANG/ APJ/ Area/ AP Prima 1)……………………………......…
RANTING/ RAYON/ UPJ 1) …………………

BERITA ACARA
SERAH TERIMA DOKUMEN DAN BARANG BUKTI
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
Nomor : ………………….

Pada hari ini, …………. tanggal ………………… bulan …………………….


tahun ……………….., berdasarkan hasil dan kesimpulan pemeriksaan
yang dilakukan oleh Tim P2TL sebagaimana tercantum dalam
Berita Acara Hasil Pemeriksaan P2TL Nomor : ………………… tanggal
……………………… , Kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama :..................................................

NiP :..................................................

Jabatan :.................................................;

Adalah Petugas Pelaksanaan Lapangan P2TL PLN yang


bertugas melaksanakan pemeriksaan P2TL berdasarkan
Surat Tugas dari PLN nomor .........................................
tanggal................................;

2. Nama :........................................................

NIP :........................................................

Jabatan :...................................................... ;

87
Adalah Petugas Administrasi P2TL PLN yang bertugas
melaksanakan proses Administrasi tindak lanjut hasil temuan
P2TL.

Petugas Pelaksana Lapangan P2TL telah menyerahkan kepada


Petugas Aministrasi P2TL, dan Petugas Aministrasi P2TL telah
menerima dari Petugas Pelaksana Lapangan P2TL, seluruh
Dokumen Pelakasanaan P2TL yang berupa Berita Acara Hasil
Pemeriksaan P2TL beserta Berita Acara P2TL lainnya yang terkait,
serta Barang Bukti P2TL sebagaimana dimaksud pada Lampiran
Berita Acara Pengambilan Barang Bukti P2TL nomor .............
....................... tanggal.................................dalam keadaan
lengkap dan tersegel, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Dokumen dan Barang Bukti tersebut diserah terimakan dalam


rangka pemeriksaan tindak lanjut hasil temuan P2TL

2. Dengan diserah terimakannya Dokumen dan Barang Bukti


tersebut, maka hak dan tanggung jawab Petugas Pelaksana
Lapangan P2TL atas Dokumen dan Barang Bukti tersebut
beralih kepada Petugas Administrasi P2TL.

Demikianm Berita Acra ini dibuat dengan sebenarnya.

Petugas Administrasi P2TL Petugas Pelaksana Lapangan


P2TL

(....................……… ) 2) (...............………… ) 2)

Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing

88
Lampiran I – 7
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

PT PLN (Persero)
WILAYAH/ DISTRIBUSI 1) ………....................……
CABANG/ APJ/ Area/ AP Prima 1)……………………………......…
RANTING/ RAYON/ UPJ 1) …………………

BERITA ACARA
PENITIPAN / PEMINJAMAN BARANG BUKTI
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)

Nomor : ………………….

Pada hari ini, …………. tanggal ………………… bulan …………………….


tahun ……………….., berdasarkan hasil dan kesimpulan pemeriksaan
yang dilakukan oleh Tim P2TL sebagaimana tercantum dalam
Berita Acara Hasil Pemeriksaan P2TL Nomor : ………………… tanggal
……………………… , Kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama :........................................................
NIP/NRP :........................................................
Jabatan :...................................................... ;

Adalah Pejabat/ Petugas dari PPNS/Kepolisian yang bertugas


sebagai Penyidik P2TL berdasarkan Surat Tugas nomor .......
.........................................tanggal................................,
yang selanjutnya disebut pihak Penyidik P2TL.

2. Nama :........................................................
NIP :........................................................
Jabatan :...................................................... ;

Adalah Petugas Pelaksanaan Lapangan P2TL dari PLN yang


bertugas melaksanakan P2TL berdasarkan Surat Tugas nomor
.......................................tanggal...........................;yang
selanjutnya disebut pihak Petugas P2TL PLN.

89
Penyidik P2TL telah menyerahkan kepada Petugas P2TL PLN dan
Petugas P2TL PLN telah menerima dari Penyidik P2TL, Barang
Bukti P2TL sebagaimana dimaksud pada Lampiran Berita Acara
Pengambilan Barang Bukti P2TL nomor ................................
.... tanggal.................................dalam keadaan lengkap dan
tersegel, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Barang Bukti tersebut diserah terimakan dalam rangka


dititipkan oleh Penyidik untuk disimpan di gudang PLN
dan/ atau dipinjam oleh Petugas P2TL PLN dalam rangka
pemeriksaan hasil temuan P2TL;
2. Petugas P2TL bertanggung jawab atas keamanan dan
kelengkapan Barang Bukti tersebut selama penyimpanan di
gudang PLN dan pemeriksaan.
3. Dalam rangka pemeriksaan, Barang Bukti tersebut di atas
dapat dibuka oleh Penyidik P2TL dan/ atau oleh Petugas P2TL
PLN atas ijin atau atas nama Penyidik P2TL dihadapan para
pihak yang terkait.

Demikian Berita Acra ini dibuat dengan sebenarnya.

Penyidik P2TL Petugas P2TL PLN

(.....…………………… ) 2) (.....…….……………… ) 2)

Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing

90
Lampiran I – 8
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
PT PLN (Persero)
WILAYAH/ DISTRIBUSI 1) ………....................……
CABANG/ APJ/ Area/ AP Prima 1)……………………………......…
RANTING/ RAYON/ UPJ 1) …………………

BERITA ACARA
PEMBUKAAN BARANG BUKTI
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
Nomor : ………………….

Pada hari ini, …………. tanggal ………………… bulan …………………….


tahun ……………….., berdasarkan hasil dan kesimpulan pemeriksaan
yang dilakukan oleh Tim P2TL sebagaimana tercantum dalam
Berita Acara Hasil Pemeriksaan P2TL Nomor : ………………… tanggal
……………………… , dilakukan pembukaan kantong Barang Bukti
berupa peralatan hasil temuan P2TL sebagai berikut :

1 Kantong Yang Dibuka : Kantong Barang Bukti P2TL yang


diambil oleh Penyidik/Petugas P2TL
atas nama Penyidik, adalah sesuai
dengan Berita Acara Pengambilan
Barang Bukti P2TL Nomor:
………………. tanggal ………………….,
2 Pelaksanaan Pembukaan.

a Tempat :...................................................
b Dilaksanakan oleh : Petugas P2TL, Penyidik dan
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/Wakil Pelanggan/
Penanggung Jawab Bangunan atau Persil yang diperiksa, 1)
c Pelanggan/Pemakai/Penghuni/Wakil Pelanggan/
Penanggung Jawab Bangunan atau Persil 1)

Nama : ………………………….
Alamat : ………………………….
Pekerjaan : ………………………….

91
d Pada waktu dilakukan pembukaan diadakan penelitian
terhadap segel kantong tersebut dengan hasil pembukaan :

Kondisi kantong : baik/ rusak 1)

Kondisi segel : baik/ rusak 1)

3 Kesimpulan Pemeriksaan.

Barang Bukti sama sama / tidak sama 1) dengan yang


diambil sesuai Berita Acara Pengambilan Barang Bukti
pada angka 1. pada Berita Acara ini, dengan daftar rincian
sebagaimana pada lampiran Berita Acara ini. Kemudian atas
Barang Bukti tersebut diatas akan dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut.

Demikian Berita Acra ini dibuat dengan sebenarnya.

Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL


(.........................) 2)

(.....……………………… ) 2) (.......................……. ) 2)

Saksi

(.................................................) 2)

(.................................................) 2)

Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu.
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.

92
Lampiran I – 8
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K /DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

DATA PEMBUKAAN BARANG BUKTI


1 Meter kWh : *) 6 Kabel sadapan : *)
Type/merk : …… Tarip Jenis kabel : NYM/NYY/NGA/
tunggal/ganda *): ………….. Kabel tanah ….. *)
No. Pabrik/Tahun : ……… Diameter : …….. X …. mm2
Faktor meter : …………… Panjang lebih kurang: …… m
Ukuran (In) : …… X ……Am-
pere. Constanta : ……… 7 Kontaktor magnet (saklar
Stand Meter kWh cabut...... magnet) / saklar *)
Type/merk : ………………….
2 Meter kVARh : *) No. pabrik/Tahun : …………
Type/merk : …… Tarip 1 fasa/ 3 fasa
tunggal/ganda *) : …………..
No. Pabrik/Tahun : ……… 8 Fuse trafo tegangan : *)
Faktor meter : …………… Jenis : …………………………
Ukuran (In) : …… X ……Am- Type/merk : …………………….
pere. Constanta : ……… No. pabrik/tahun : …………………
Stand Meter kVARh cabut.....
9 Gembok Gardu *)
3 Meter kVA max : *) Ukuran : sesuai/lebih kecil/
Type/merk : ………Tarip tung- sedang *)
gal/ganda *) : …………..
No. Pabrik/Tahun : ……… 10 Segel-segel : *)
Faktor meter : …………… - Gardu :
Ukuran (In) : …… X ……Am- - Kotak APP :
pere. Constanta : ……… - Alat Pengukur :
- Alat Pembatas :
4 Alat Pembatas : *) - Alat bantu pengukuran :
Nama : MCB/MCCB/NFB/NH - Tutup pelindung APP :
Fuse/Smelt Trip/ ….. *)
Type ukuran : ………………….
Ukuran (In) : ………… X …….

5 Trafo arus/CT *)
Type/merk : ………………………
No. Pabrik/tahun : …………….
Ratio : …………………………

93
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL

(...........................) 2)

(.....…………………………… ) 2) (...........................) 2)

Saksi

(.................................................) 2)

(.................................................) 2)

Keterangan :
3) Coret yang tidak perlu.
4) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.

94
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR WILAYAH / DISTRIBUSI ………………………………………….
LAMPIRAN P2TL I - 8.1
LAPORAN PENDAPATAN P2TL
PER UNIT PELAKSANA
TRIWULAN. . . . . .. TAHUN. . . . . . . .

TARGET TRIWULANAN REALISASI PELANGGAN REALISASI TAGIHAN SUSULAN REALISASI


(Kons) PEMBAYARAN
NO UNIT PEMERIKSAAN TAGIHAN SUSULAN JUMLAH JUMLAH PENYIMPANGAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN TAGIHAN
CABANG/APJ/AR PELANGGAN ENERGI RUPIAH PEMERIKSAAN JUMLAH PELANGGARAN DAYA ENERGI TOTAL SUSULAN
EA/AP PRIMA (Kons) (kWh) (Rp) I II III IV (kVA) (kWH) (Rp) (Rp)
1 2 3a 3b 3c 4 5 6 7 8 9 8
1
2
3
4
5
6

95
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
18

TOTAL
………………………………………….., 20………….
GENERAL MANAGER

( ………………………………………………. )
47
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR WILAYAH / DISTRIBUSI ………………………………………….
LAMPIRAN P2TL I - 8.2
LAPORAN PENDAPATAN P2TL
PER GOLONGAN TARIF
TRIWULAN. . . . . .. TAHUN. . . . . . . .
TARGET TRIWULANAN REALISASI PELANGGAN REALISASI TAGIHAN SUSULAN REALISASI
GOLONGAN (Kons) PEMBAYARAN
NO TARIF PEMERIKSAAN TAGIHAN SUSULAN JUMLAH JUMLAH PENYIMPANGAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN TAGIHAN
PELANGGAN ENERGI RUPIAH PEMERIKSAAN JUMLAH PELANGGARAN DAYA ENERGI TOTAL SUSULAN
(Kons) (kWh) (Rp) I II III IV (kVA) (kWH) (Rp) (Rp)
1 2 3a 3b 3c 4 5 6 7 8 9 8
1 S1
2 S2
3 S3
4 R1
5 R2
6 R3
7 B1
8 B2
9 B3

96
10 I1
11 I2
12 I3
13 I4
14 P1
15 P2
16 P3
17 NON PELANGGAN
TOTAL
………………………………………….., 20………….
48 GENERAL MANAGER
PT. PLN (PERSERO)

PT. PLN (PERSERO)


KANTOR WILAYAH / DISTRIBUSI ………………………………………….
LAMPIRAN P2TL I - 8.3
LAPORAN PENDAPATAN P2TL
PER UNIT PELAKSANA
AKUMULASI S.D. TRIWULAN. . . . . .. TAHUN. . . . . . . .

TARGET TAHUNAN REALISASI PELANGGAN REALISASI TAGIHAN SUSULAN REALISASI


(Kons) PEMBAYARAN
NO UNIT PEMERIKSAAN TAGIHAN SUSULAN JUMLAH JUMLAH PENYIMPANGAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN TAGIHAN
CABANG/APJ/AR PELANGGAN ENERGI RUPIAH PEMERIKSAAN JUMLAH PELANGGARAN DAYA ENERGI TOTAL SUSULAN
EA/AP PRIMA (Kons) (kWh) (Rp) I II III IV (kVA) (kWH) (Rp) (Rp)
1 2 3a 3b 3c 4 5 6 7 8 9 8
1
2
3
4

97
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
18

TOTAL

………………………………………….., 20………….

GENERAL MANAGER

49
KANTOR WILAYAH / DISTRIBUSI ………………………………………….
LAMPIRAN P2TL I - 8.4
LAPORAN PENDAPATAN P2TL
PER GOLONGAN TARIF
AKUMULASI SD TRIWULAN. . . . . .. TAHUN. . . . . . . .
TARGET TRIWULANAN REALISASI PELANGGAN REALISASI TAGIHAN SUSULAN REALISASI
GOLONGAN (Kons) PEMBAYARAN
NO TARIF PEMERIKSAAN TAGIHAN SUSULAN JUMLAH JUMLAH PENYIMPANGAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN TAGIHAN
PELANGGAN ENERGI RUPIAH PEMERIKSAAN JUMLAH PELANGGARAN DAYA ENERGI TOTAL SUSULAN
(Kons) (kWh) (Rp) I II III IV (kVA) (kWH) (Rp) (Rp)
1 2 3a 3b 3c 4 5 6 7 8 9 8
1 S1
2 S2
3 S3
4 R1
5 R2

98
6 R3
7 B1
8 B2
9 B3
10 I1
11 I2
12 I3
13 I4
14 P1
15 P2
16 P3
17 NON PELANGGAN
TOTAL
………………………………………….., 200………….
GENERAL MANAGER …………………..
51
KANTOR WILAYAH / DISTRIBUSI ………………………………………….
LAMPIRAN P2TL I - 8.4
LAPORAN PENDAPATAN P2TL
PER GOLONGAN TARIF
AKUMULASI SD TRIWULAN. . . . . .. TAHUN. . . . . . . .

TARGET TRIWULANAN REALISASI PELANGGAN REALISASI TAGIHAN SUSULAN REALISASI


GOLONGAN (Kons) PEMBAYARAN
NO TARIF PEMERIKSAAN TAGIHAN SUSULAN JUMLAH JUMLAH PENYIMPANGAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN TAGIHAN
PELANGGAN ENERGI RUPIAH PEMERIKSAAN JUMLAH PELANGGARAN DAYA ENERGI TOTAL SUSULAN
(Kons) (kWh) (Rp) I II III IV (kVA) (kWH) (Rp) (Rp)
1 2 3a 3b 3c 4 5 6 7 8 9 8
1 S1
2 S2
3 S3

4 R1
5 R2

99
6 R3

7 B1
8 B2
9 B3

10 I1
11 I2
12 I3
13 I4

14 P1
15 P2
16 P3
17 NON PELANGGAN

TOTAL
………………………………………….., 200………….

GENERAL MANAGER …………………..

51
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR WILAYAH / DISTRIBUSI ………………………………………….
LAMPIRAN P2TL I - 8.6
LAPORAN PENDAPATAN P2TL
PER GOLONGAN TARIF
BULAN. . . . . .. TAHUN. . . . . . . .
TARGET TRIWULANAN REALISASI PELANGGAN REALISASI TAGIHAN SUSULAN REALISASI
GOLONGAN (Kons) PEMBAYARAN
NO TARIF PEMERIKSAAN TAGIHAN SUSULAN JUMLAH JUMLAH PENYIMPANGAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN TAGIHAN
PELANGGAN ENERGI RUPIAH PEMERIKSAAN JUMLAH PELANGGARAN DAYA ENERGI TOTAL SUSULAN
(Kons) (kWh) (Rp) I II III IV (kVA) (kWH) (Rp) (Rp)
1 2 3a 3b 3c 4 5 6 7 8 9 8
1 S1
2 S2

100
3 S3
4 R1
5 R2
6 R3
7 B1
8 B2
9 B3
10 I1
11 I2
12 I3
13 I4
14 P1
15 P2
16 P3
17 NON PELANGGAN
TOTAL
………………………………………….., 20………….
GENERAL MANAGER
Lampiran I-9

Keputusan Direksi PLN No. : 1486.K/DIR/2011

Tanggal : 27 Desember 2011

DIAGRAM ALIR PASKA PEMERIKSAAN LAPANGAN P2TL

SURAT PANGGILAN I
(BERSAMAAN BA PEMERIKSAAN)

Tidak Plg Datang Ya


Tim Analisa
dan Evaluasi

Maks 3 HK

Surat Perlu Ada


Ya
Panggilan II Pemeriksa pelanggaran
-an Lab? ?

Tidak
Bebas TS
Ya
Tidak

Ya
Lab- Tidak
Plg
pelanggar
Datang Ya an?

Tidak Hitung TS
Tidak Surat Peringatan I;
Maksimum
Hitung TS
3 HK
PLG
Menyurat
ke PLN
Surat Datang Ya
Panggilan III & Bayar
Tidak Ya
Sepakat ? Tidak
Maks 5 hk

Lewat 14 Ya Surat Peringatan II &


Ya
hari kerja ? dilakukan Pemutusan
sementara
Ya Bayar TS
Plg Tidak
Datang Tidak
Ya Datang
Ya

Evaluasi Tim & bayar


Tidak Keberatan
Penyambungan PLG
Kembali P2TL Bayar Tidak

Maks 6 HK
Maksimum
Tidak Pembongkaran
3 HK
Ya Rampung
Bebas Ya
Bebas TS Ya?
TS

Tutup Berkas
P2TL

101
53
JANGKA WAKTU TINDAK LANJUT TEMUAN P2TL
BAGI PELANGGAN YANG TIDAK MEMENUHI PANGGILAN
PR
SEKETIKA
TS I
PS I DISEPAKATI
TS II
SEPIHAK PS II PR I
SEKETIKA
PELANG TS DITERBITKAN
GARAN BERDASARKAN KLARIFIKASI MASA MASA
PERINGATAN I PERINGATAN II

102
MASA MASA MASA
PANGGILAN I PANGGILAN II PANGGILAN III
JANGKA
WAKTU
PROSES 3 HK 3 HK 3 HK 5 HK 6 HK
PELANG Maks Maks Maks Maks Maks
GARAN
BA P2TL SURAT SURAT SURAT SURAT
PANGGILAN I PANGGILAN II PANGGILAN III PERINGATAN I PERINGATAN II HK = HARI KERJA
JANGKA WAKTU TINDAK LANJUT TEMUAN P2TL
BAGI PELANGGAN YANG MEMENUHI PANGGILAN

PR
SEKETIKA
TS II PELANGGAN TS III
PS I SEPIHAK DATANG DISEPAKATI PS III PR II
SEKETIKA
PELANG
GARAN

3 X 3 HK 5HK 15 HK 60 HK
X HK
Maks Maks Maks Maks

MASA

103
KLARIFIKASI
TAMBAHAN

MASA
JANGKA MASA MASA PEMERIKSAAN /
WAKTU PANGGILAN PERINGATAN KLARIFIKASI MASA ANGSURAN TS
PROSES
2 x 14 7 HK 8 HK 12 BULAN
Maks

BA P2TL PENETAPAN
PEMERIKSAAN USULAN
PANGGILAN I PEMBERI
/ KLARIFIKASI PENETAPAN
TUGAS
KETERANGAN
 TS : TAGIHAN SUSULAN.
 TS I : Dilakukan berdasarkan kesepakatan setelah dilakukan pemeriksaan dan klarifikasi Pelanggaran
 TS II : Dilakukan secara sepihak oleh PLN karena Pelanggan tidak datang memenuhi panggilan PLN sampai
dengan berakhirnya Masa Panggilan III.
 TS Iii : Dilakukan berdasarkan kesepakatan setelah Pelanggan datang serta dilakukan pemeriksaan dan
klarifikasi Pelanggaran atau Kelainan.
 PS : PEMUTUSAN SEMENTARA.
 PS I : Dilakukan padaTahap Pelaksanaan P2TL setelah pemeriksaan dan dibuat BA P2TL, karena terdapat
cukup bukti/ diyakini terjadi Pelanggaran.
 PS II : Dilakukan padaTahap Pasca P2TL, karena terdapat indikasi Pelanggaran dan Pelanggan tidak meme-
nuhi panggilan PLN sampai dengan berakhirnya Masa Peringatan I.
 PS III : Dilakukan padaTahap Pasca P2TL, karena terdapat indikasi Pelanggaran dan Pelanggan

104
datang memenuhi panggilan PLN tetapi karena permasalahan pada Pelanggan penyelesaian P2TL
menjadi berlarut-larut.
 PR : PEMUTUSAN RAMPUNG NON PELANGGAN.
Dilakukan padaTahap Pelaksanaan P2TL pada sambungan langsung Non Pelanggan, atau pada sadapan
oleh Pelanggan.
 PR : PEMBONGKARAN RAMPUNG PELANGGAN
 PR I : Dilakukan padaTahap Pasca P2TL, karena terdapat indikasi Pelanggaran dan Pelanggan tidak me-
 menuhi panggilan PLN sampai dengan berakhirnya Masa Peringatan II.
 PR II : Dilakukan padaTahap Pasca P2TL, karena setelah 60 HK sejak PS Pelanggan tidak menyelesaikan TS .
 PS-PR : PEMUTUSAN SEMENTARA–PEMUTUSAN RAMPUNG.
PS yang dilakukan karena Pelanggan tidak melaksanakan pembayaran angsuran TS sesuai SPPTS/ SPH yang
akan dtindak lanjuti dengan PR setelah 60 HK sejak PS Pelanggan belum melaksanakan pembayaran angsuran
TS.
LAMPIRAN II
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

TAGIHAN SUSULAN UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN SOSIAL



GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR
NO
TARIF DAYA TS1 (Rp)

1 S-1/TR 220 VA 6 x (2 x (220 VA/1000)) x Rp. 14.800/kVA)


2 S-2/TR 450 VA 6 x (2 x (450 VA/1000)) x Rp. 10.000/kVA)
3 S-2/TR 900 VA 6 x (2 x (900 VA/1000)) x Rp. 15.000/kVA)
1.300 6 x (2 x (40 jam nyala x (1300 VA/1000)) x Rp.
4 S-2/TR
VA 605/kWh)
2.200 6 x (2 x (40 jam nyala x (2200 VA/1000)) x Rp.
5 S-2/TR
VA 650/kWh)
3.500
VA
6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
6 S-2/TR s.d
(kVA))) x Rp. 755/kWh)
200
kVA
diatas
6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
7 S-3/TM 200
(kVA))) x (P x Rp. 605/kWh))
kVA

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS2 (Rp)

1 S-1/TR 220 VA -
9 x 720 jam x (450 VA/1000) x 0,85 x Rp. 360/
2 S-2/TR 450 VA
kWh
9 x 720 jam x (900 VA/1000) x 0,85 x Rp. 360/
3 S-2/TR 900 VA
kWh
1.300 9 x 720 jam x (1300 VA/1000) x 0,85 x Rp.
4 S-2/TR
VA 605/kWh
2.200 9 x 720 jam x (2200 VA/1000) x 0,85 x Rp.
5 S-2/TR
VA 650/kWh
3.500
VA
9 x 720 jam x (daya tersambung (kVA)) x 0,85
6 S-2/TR s.d
x Rp. 755/kWh
200
kVA
diatas
9 x 720 jam x ( daya tersambung (kVA)) x 0,85
7 S-3/TM 200
x (K x P x Rp. 605/kWh)
kVA

105
GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR
NO
TARIF DAYA TS4 (Rp)

1 S-1/TR 220 VA -
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 10.000/
2 S-2/TR 450 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 360/kWh)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 15.000/
3 S-2/TR 900 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 360/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
1.300
4 S-2/TR (kVA)) x Rp. 605/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
VA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 605/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
2.200
5 S-2/TR (kVA)) x Rp. 650/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
VA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 650/kWh)
3.500
VA (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
6 S-2/TR s.d (kVA)) x Rp. 755/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
200 kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 755/kWh)
kVA
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
diatas
(kVA)) x (P x Rp. 605/kWh)) + (9 x 720 jam x
7 S-3/TM 200
(daya kedapatan (kVA)) x 0,85 x (K x P x Rp.
kVA
605/kWh)

Keterangan :
- Untuk pelanggan S-1/TR/220 VA golongan pelanggaran P III,
TS3 = (6 x (2 x (220 VA/1000)) x Rp. 14.800))
+ (9 x 720 jam x (220 VA/1000) x 0,85 x Rp. 360)

- K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai
dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat
(1,4 ≤ K ≤ 2), sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.
- P : Faktor pengali untuk pembeda antara S-3 bersifat sosial
murni dengan S-3 bersifat sosial komersial.
Kategori S-3 bersifat sosial murni dan S-3 bersifat sosial
komersial ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara dengan memper-
timbangkan kemampuan bayar dan sifat usahanya.

Untuk pelanggan S-3 yang bersifat sosial murni P = 1.


Untuk pelanggan S-3 yang bersifat sosial komersial P = 1,3.

106
LAMPIRAN III
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

TAGIHAN SUSULAN UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS1 (Rp)
450
1 R-1/TR 6 x (2 x (450 VA/1000)) x Rp. 11.000/kVA)
VA*)
900
2 R-1/TR 6 x (2 x (900 VA/1000)) x Rp. 20.000/kVA)
VA*)
1.300 6 x (2 x (40 jam nyala x (1300 VA/1000)) x Rp.
3 R-1/TR
VA 790/kWh)
2.200 6 x (2 x (40 jam nyala x (2200 VA/1000)) x Rp.
4 R-1/TR
VA 795/kWh )
3.500
VA
6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
5 R-2/TR s.d
(kVA))) x Rp. 890/kWh)
5.500
VA
6.600
6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
6 R-3/TR VA ke
(kVA))) x Rp. 890/kWh)
atas

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS2 (Rp)
9 x 720 jam x (450 VA/1000) x 0,85 x Rp. 495/
1 R-1/TR 450 VA
kWh
9 x 720 jam x (900 VA/1000) x 0,85 x Rp. 495/
2 R-1/TR 900 VA
kWh
1.300 9 x 720 jam x (1300 VA/1000) x 0,85 x Rp.
3 R-1/TR
VA 790/kWh
2.200 9 x 720 jam x (2200 VA/1000) x 0,85 x Rp.
4 R-1/TR
VA 795/kWh
3.500
VA
9 x 720 jam x (daya tersambung (kVA)) x 0,85
5 R-2/TR s.d
x Rp. 890/kWh
5.500
VA
6.600
9 x 720 jam x ( daya tersambung (kVA)) x 0,85
6 R-3/TR VA ke
x Rp. 1380/kWh
atas

107
GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR
NO
TARIF DAYA TS4 (Rp)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 11.000/
1 R-1/TR 450 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 495/kWh)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 20.000/
2 R-1/TR 900 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 495/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
1.300
3 R-1/TR (kVA)) x Rp. 790/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
VA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 790/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
2.200
4 R-1/TR (kVA)) x Rp. 795/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
VA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 795/kWh)
3.500
VA (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
5 R-2/TR s.d (kVA)) x Rp. 890/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
5.500 kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 890/kWh)
VA
6.600 (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
6 R-3/TR VA ke (kVA)) x Rp.890/kWh) + (9 x 720 jam x (daya
atas kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 1380/kWh)

Keterangan *) : Perhitungan TS1 untuk Pelanggan Prabayar sesuai


Pasal 22 Ayat 1.

108
LAMPIRAN IV
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

TAGIHAN SUSULAN UNTUK KEPERLUAN BISNIS

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS1 (Rp)

1 B-1/TR 450 VA 6 x (2 x (450 VA/1000)) x Rp. 23.500/kVA)

2 B-1/TR 900 VA 6 x (2 x (900 VA/1000)) x Rp. 26.500/kVA)

6 x (2 x (40 jam nyala x (1300 VA/1000)) x Rp.


3 B-1/TR 1.300 VA
795/kWh)
2.200 VA
6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
4 B-1/TR s.d
(kVA))) x Rp. 905/kWh)
5.500 VA
6.600 VA
6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
5 B-2/TR s.d
(kVA))) x Rp. 900/kWh)
200 kVA
B-3/ di atas 6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
6
TM 200 kVA (kVA))) x Rp. 800/kWh)

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS2 (Rp)
9 x 720 jam x (450 VA/1000) x 0,85 x Rp. 420/
1 B-1/TR 450 VA
kWh
9 x 720 jam x (900 VA/1000) x 0,85 x Rp. 465/
2 B-1/TR 900 VA
kWh
9 x 720 jam x (1300 VA/1000) x 0,85 x Rp. 795/
3 B-1/TR 1.300 VA
kWh
2.200 VA
9 x 720 jam x (daya tersambung (kVA)) x 0,85 x
4 B-1/TR s.d
Rp. 905/kWh
5.500 VA
6.600 VA
9 x 720 jam x (daya tersambung (kVA)) x 0,85 x
5 B-2/TR s.d
Rp. 1380/kWh
200 kVA
B-3/ di atas 9 x 720 jam x ( daya tersambung (kVA)) x 0,85 x
6
TM 200 kVA (K x Rp. 800/kWh)

109
GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR
NO
TARIF DAYA TS4 (Rp)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 23.500/
1 B-1/TR 450 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 420/kWh)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 26.500/
2 B-1/TR 900 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 465/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
1.300
3 B-1/TR (kVA)) x Rp. 795/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
VA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 795/kWh)
2.200
VA (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
4 B-1/TR s.d (kVA)) x Rp. 905/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
5.500 kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 905/kWh)
VA
6.600
VA (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
5 B-2/TR s.d (kVA)) x Rp. 900/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
200 kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 1380/kWh)
kVA
di atas (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
B-3/
6 200 (kVA)) x Rp.800/kWh) + (9 x 720 jam x (daya
TM
kVA kedapatan (kVA)) x 0,85 x (K x Rp. 800/kWh)

Keterangan :
- K: Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai
dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat
(1,4 ≤ K ≤ 2), sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.

110
LAMPIRAN V
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

TAGIHAN SUSULAN UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS1 (Rp)

1 I-1/TR 450 VA 6 x (2 x (450 VA/1000)) x Rp. 26.000/kVA)

2 I-1/TR 900 VA 6 x (2 x (900 VA/1000)) x Rp. 31.500/kVA)

6 x (2 x (40 jam nyala x (1300 VA/1000)) x Rp.


3 I-1/TR 1.300 VA
765/kWh)
6 x (2 x (40 jam nyala x (2200 VA/1000)) x Rp.
4 I-1/TR 2.200 VA
790/kWh)
3.500 VA
6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
5 I-1/TR s.d 14
(kVA))) x Rp. 915/kWh)
kVA
di atas
14 kVA 6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
6 I-2/TR
s.d 200 (kVA))) x Rp. 800/kWh)
kVA
di atas 6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
7 I-3/TM
200 kVA (kVA))) x Rp. 680/kWh)
30.000
6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
8 I-4/TT kVA ke
(kVA))) x Rp. 605/kWh)
atas

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS2 (Rp)
9 x 720 jam x (450 VA/1000) x 0,85 x Rp. 395/
1 I-1/TR 450 VA
kWh
9 x 720 jam x (900 VA/1000) x 0,85 x Rp. 405/
2 I-1/TR 900 VA
kWh
9 x 720 jam x (1300 VA/1000) x 0,85 x Rp.
3 I-1/TR 1.300 VA
765/kWh
9 x 720 jam x (2200 VA/1000) x 0,85 x Rp.
4 I-1/TR 2.200 VA
790/kWh
3.500 VA
9 x 720 jam x (daya tersambung (kVA)) x 0,85
5 I-1/TR s.d 14
x Rp. 915/kWh
kVA
di atas
14 kVA 9 x 720 jam x (daya tersambung (kVA)) x 0,85
6 I-2/TR
s.d 200 x (K x Rp. 800/kWh)
kVA
111
di atas 9 x 720 jam x ( daya tersambung (kVA)) x 0,85
7 I-3/TM
200 kVA x (K x Rp. 680/kWh)
30.000
9 x 720 jam x ( daya tersambung (kVA)) x 0,85
8 I-4/TT kVA ke
x Rp. 605/kWh
atas

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS4 (Rp)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 26.000/
1 I-1/TR 450 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 395/kWh)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 31.500/
2 I-1/TR 900 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 405/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
3 I-1/TR 1.300 VA (kVA)) x Rp. 765/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 765/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
4 I-1/TR 2.200 VA (kVA)) x Rp. 790/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 790/kWh)
3.500 VA (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
5 I-1/TR s.d 14 (kVA)) x Rp. 915/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
kVA kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 915/kWh)
di atas
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
14 kVA
6 I-2/TR (kVA)) x Rp. 800/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
s.d
kedapatan (kVA)) x 0,85 x (K x Rp. 800/kWh)
200 kVA
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
di atas
7 I-3/TM (kVA)) x Rp.680/kWh) + (9 x 720 jam x (daya
200 kVA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x (K x Rp. 680/kWh)
30.000 (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
8 I-4/TT kVA ke (kVA)) x Rp.605/kWh) + (9 x 720 jam x (daya
atas kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 605/kWh)

Keterangan :
- K: Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai
dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat
(1,4 ≤ K ≤ 2), sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.

112
LAMPIRAN VI
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

TAGIHAN SUSULAN UNTUK KEPERLUAN KANTOR PEMERINTAHAN DAN


PENERANGAN JALAN UMUM

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS1 (Rp)
P-1/
1 450 VA 6 x (2 x (450 VA/1000)) x Rp. 20.000/kVA)
TR
P-1/
2 900 VA 6 x (2 x (900 VA/1000)) x Rp. 24.600/kVA)
TR
P-1/ 6 x (2 x (40 jam nyala x (1300 VA/1000)) x Rp.
3 1.300 VA
TR 880/kWh)
2.200 VA
P-1/ 6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
4 s.d
TR (kVA))) x Rp. 885/kWh)
5.500 VA
6.600 VA
P-1/ 6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
5 s.d
TR (kVA))) x Rp. 885/kWh)
200 kVA
P-2/ di atas 6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
6
TM 200 kVA (kVA))) x Rp. 750/kWh)
P-3/ 6 x (2 x (40 jam nyala x (daya tersambung
7 -
TR (kVA))) x Rp. 820/kWh)

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS2 (Rp)
P-1/ 9 x 720 jam x (450 VA/1000) x 0,85 x Rp. 575/
1 450 VA
TR kWh
P-1/ 9 x 720 jam x (900 VA/1000) x 0,85 x Rp. 600/
2 900 VA
TR kWh
P-1/ 9 x 720 jam x (1300 VA/1000) x 0,85 x Rp.
3 1.300 VA
TR 880/kWh
2.200 VA
P-1/ 9 x 720 jam x (daya tersambung (kVA)) x 0,85
4 s.d
TR x Rp. 885/kWh
5.500 VA
6.600 VA
P-1/ 9 x 720 jam x (daya tersambung (kVA)) x 0,85
5 s.d
TR x Rp. 1380/kWh
200 kVA
P-2/ di atas 9 x 720 jam x (daya tersambung (kVA)) x 0,85
6
TM 200 kVA x (K x Rp. 750/kWh)
P-3/ 9 x 720 jam x ( daya tersambung (kVA)) x 0,85
7 -
TR x Rp. 820/kWh)
113
GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR
NO
TARIF DAYA TS4 (Rp)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 20.000/
P-1/
1 450 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
TR
x 0,85 x Rp. 575/kWh)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 24.600/
P-1/
2 900 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
TR
x 0,85 x Rp. 600/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
P-1/
3 1.300 VA (kVA)) x Rp. 880/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
TR
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 880/kWh)
2.200 VA (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
P-1/
4 s.d (kVA)) x Rp. 885/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
TR
5.500 VA kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 885/kWh)
6.600 VA (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
P-1/
5 s.d (kVA)) x Rp. 885/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
TR
200 kVA kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 1380/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
P-2/ di atas
6 (kVA)) x Rp. 750/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
TM 200 kVA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x (K x Rp. 750/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
P-3/
7 - (kVA)) x Rp.820/kWh) + (9 x 720 jam x (daya
TR
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 820/kWh)

Keterangan :
- K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan
karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 ≤ K ≤ 2),
sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.

114
LAMPIRAN VII
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

TAGIHAN SUSULAN UNTUK KEPERLUAN TRAKSI

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS1 (Rp)
di atas
6 x (2 x (daya tersambung (kVA)) x Rp. 25.000/
1 T/TM 200
kVA)
kVA

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS2 (Rp)
di atas
9 x 720 jam x ( daya tersambung (kVA)) x 0,85
1 T/TM 200
x (K x Rp. 390/kWh)
kVA

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS4 (Rp)
di atas (9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp.25.000/
1 T/TM 200 kVA) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA)) x
kVA 0,85 x (K x Rp. 390/kWh))

Keterangan :
- K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan
karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 ≤ K ≤ 2),
sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.

115
LAMPIRAN VIII
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

TAGIHAN SUSULAN UNTUK KEPERLUAN CURAH (BULK)

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS1 (Rp)
di atas
6 x (2 x (daya tersambung (kVA)) x Rp. 30.000/
1 C/TM 200
kVA)
kVA

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS2 (Rp)
di atas
9 x 720 jam x ( daya tersambung (kVA)) x 0,85
1 C/TM 200
x (K x Rp. 445/kWh)
kVA

GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR


NO
TARIF DAYA TS4 (Rp)
di atas (9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 30.000/
1 C/TM 200 kVA) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA)) x
kVA 0,85 x (K x Rp. 445/kWh))

Keterangan :
- K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan
karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 ≤ K ≤ 2),
sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.

116
LAMPIRAN IX
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011

TAGIHAN SUSULAN UNTUK KEPERLUAN LAYANAN KHUSUS

TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN


BATAS PRA BAYAR
NO GOL TARIF
DAYA
TS1(Rp)

1 L/TR,TM,TT - -

TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN


BATAS PRA BAYAR
NO GOL TARIF
DAYA
TS2 (Rp)

9 x 720 jam x ( daya tersambung


1 L/TR,TM,TT -
(kVA)) x 0,85 x (Rp. 1450/kWh)

TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN


BATAS PRA BAYAR
NO GOL TARIF
DAYA
TS4 (Rp)

(9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))


1 L/TR,TM,TT -
x 0,85 x (Rp. 1450/kWh))

Keterangan :
- Pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggan layanan khusus dikenakan
Tagihan Susulan P II
- Pelanggaran yang dilakukan oleh Bukan Konsumen layanan khusus
dikenakan Tagihan Susulan P IV

117
PT PLN (PERSERO) Lamppiran X
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
LAPORAN P2TL
PER UNIT
BULAN........TAHUN.....
TARGET BULANAN REALISASI PELANGGAN REALISASI TAGIHAN
REALISASI
SUSULAN
PEM-
UNIT DISTRI- PE- BAYARAN
No PEMERIKSAAN TAGIHAN SUSULAN JUMLAH PELANGGARAN PE-
BUSI MAKAIAN TOTAL TAGIHAN
PELANGGAN PEMERIK- MAKAIAN SUSULAN
ENERGY RUPIAH JUMLAH PI P II P III P IV ENERGY (Rp)
(Kons) SAAN DAYA (kVA) (Rp)
(KwH) (kWh)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

118
TOTAL
Kolom 7 = 8 + 9 + 10 + 11
PT PLN (PERSERO)

KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)

NOMOR : 163-1.K/DIR/2012

TENTANG
PENYESUAIAN REKENING PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK

DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 19 ayat (2)


Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 09 Tahun 2011
tentang Ketentuan Pelaksanaan Tarif
Tenaga Listrik Yang Disediakan oleh
Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara, maka PT
PLN (Persero) dalam menetapkan
perhitungan tagihan listrik agar tidak
merugikan kepentingan Konsumen
maupun Perusahaan;

b. bahwa dalam proses transaksi jual


beli tenaga listrik antara konsumen
dan PT PLN (Persero) dimungkinkan
adanya selisih rekening listrik yang
ditagihkan kepada konsumen sehingga
dapat merugikan konsumen atau
Perusahaan;

119
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b di atas, perlu menetapkan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
tentang Penyesuaian Rekening
Pemakaian Tenaga Listrik.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen;
2. Undang-undang RI Nomor 19 Tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara;
3. Undang-undang RI Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas;
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informatika dan Transaksi
Elektronik;
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik;
6. Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan;
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23
Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum (Perum) Listrik
Negara menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero);
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor
45 Tahun 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan dan
Pembubaran Badan Usaha Milik
Negara;
9. Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun
2011 tentang Tarif Tenaga Listrik Yang
Disediakan oleh Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik
Negara;
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 14
Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik;

120
11. Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 02.P/451/M.PE/ 1991
tentang Hubungan Pemegang Usaha
Ketenagalistrikan dan Pemegang
Izin Usaha Ketenagalistrikan
Untuk Kepentingan Umum Dengan
Masyarakat;
12. Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 03.P/451/M.PE/ 1991
tentang Persyaratan Penyambungan
Tenaga listrik;
13. Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 04.P/40/M.PE/ 1991
tentang Penyidik Ketenagalistrikan;
14. Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 09 Tahun 2011
tentang Ketentuan Pelaksanaan Tarif
Tenaga Listrik Yang Disediakan oleh
Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara;
15. Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 45 Tahun 2005
tentang Instalasi Ketenagalistrikan
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 46 Tahun 2006;
16. Anggaran Dasar PT PLN (Persero);
17. Keputusan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara Nomor KEP-58/
MBU/2008 jis Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-
252/MBU/2009 dan Keputusan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara
Nomor KEP-224/MBU/2011 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan
Anggota-Anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Listrik Negara;

121
18. Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 001.K/030/DIR/1994 tentang
Pemberlakuan Peraturan Sehubungan
Dengan Pengalihan Bentuk Hukum
Perusahaan;
19. Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 304.K/DIR/2009 tentang
Batasan Kewenangan Pengambilan
Keputusan di Lingkungan PT PLN
(Persero) sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 1387.K//DIR/2011;
20. Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 023.K/DIR/2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja PT PLN
(Persero).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)


TENTANG PENYESUAIAN REKENING
PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK.

Pasal 1

Ketentuan Umum

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. PLN adalah PT PLN (Persero) yang didirikan dengan


Akta Notaris Sutjipto, S.H. No. 169 tanggal 30 Juli 1994
beserta perubahannya.
2. Direksi adalah Direksi PLN.
3. PLN Unit Pelaksana Induk adalah Unit Organisasi PLN
jenjang pertama antara lain PLN Wilayah, PLN Distribusi.
4. PLN Unit Pelaksana adalah Unit Organisasi PLN jenjang
kedua antara lain PLN Cabang, PLN Area Pelayanan
Jaringan (APJ), PLN Area, PLN Area Pelayanan Prima (AP
Prima).

122
5. PLN Sub Unit Pelaksana adalah Unit Organisasi PLN
jenjang ketiga antara lain PLN Rayon, PLN Ranting, PLN
Unit Pelayanan Jaringan (UPJ).
6. Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik adalah
rangkaian kegiatan yang meliputi : pemeriksaan, tindakan
dan penyelesaian yang dilakukan oleh PLN terhadap
tagihan rekening pemakai tenaga listrik yang belum
tertagihkan ataupun yang mengalami kelebihan tagih.
7. Alas hak yang sah adalah hubungan hukum keperdataan
berupa dokumen tentang jual beli tenaga listrik antara
setiap orang atau Badan Usaha atau Badan/Lembaga
lainnya dengan PLN.
8. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik yang selanjutnya
disebut P2TL adalah rangkaian kegiatan meliputi
perencanaan, pemeriksaan, tindakan dan penyelesaian
yang dilakukan oleh PLN terhadap Instalasi PLN dan/atau
Instalasi Pemakai Tenaga Listrik dari PLN dan non PLN.
9. Alat Pembatas adalah alat milik PLN untuk membatasi
daya listrik yang digunakan Pelanggan sesuai dengan
Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik antara PLN
dengan Pelanggan.
10. Alat Pengukur adalah alat milik PLN berupa peralatan
elektromekanik maupun elektronik untuk mengukur
energi listrik yang dipakai Pelanggan.
11. Alat Pembatas dan Pengukur yang selanjutnya disebut
APP adalah alat milik PLN yang dipakai untuk membatasi
daya listrik dan mengukur energi listrik.
12. Trafo Arus adalah suatu peralatan listrik yang dapat
mentransformasikan arus dari nilai yang besar menjadi
nilai yang kecil.
13. Trafo Tegangan adalah suatu peralatan listrik yang dapat
mentransformasikan tegangan listrik dari nilai yang besar
menjadi nilai yang kecil, untuk pengukuran atau proteksi.
14. Perlengkapan APP adalah peralatan pendukung untuk
mengoperasikan APP antara lain Trafo Arus (CT/Current
Transformer), Trafo Tegangan (VT/Voltage Transformer).
15. Kotak APP adalah suatu kotak tempat dipasangnya
APP yang di dalamnya berisi blok jepit untuk
menghubungkan terminal-terminal APP.

123
16. Lemari APP atau cubicle pengukuran adalah tempat
dipasangnya APP dan sebagian atau seluruh perlengkapan
APP.
17. Gardu Pengukuran adalah gardu yang berisi peralatan
instalasi pengukuran milik PLN beserta perlengkapannya.
18. Daya Tersambung adalah daya yang disepakati antara
PLN dengan Pelanggan yang dituangkan dalam perjanjian
jual beli tenaga listrik.
19. Instalasi Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut
Instalasi adalah bangunan sipil dan elektromekanik,
mesin-mesin peralatan, saluran dan perlengkapannya
yang dipergunakan untuk pembangkitan, konversi,
transformasi, penyaluran, distribusi dan pemanfaatan
tenaga listrik.
20. Instalasi PLN adalah Instalasi ketenagalistrikan milik PLN
sampai dengan Alat Pembatas atau Alat Pengukur atau
APP.
21. Instalasi Pelanggan adalah Instalasi ketenagalistrikan
milik Pelanggan sesudah APP.
22. Jaringan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut JTL
adalah sistem penyaluran/pendistribusian tenaga listrik
yang dapat dioperasikan dengan Tegangan Rendah,
Tegangan Menengah, Tegangan Tinggi, atau Tegangan
Ekstra Tinggi.
23. Sambungan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut
STL adalah penghantar di bawah atau di atas tanah
termasuk peralatannya sebagai bagian Instalasi PLN yang
merupakan sambungan antara JTL milik PLN dengan
Instalasi Pelanggan.
24. Pemutusan Sementara adalah penghentian untuk
sementara penyaluran tenaga listrik ke Instalasi
Pelanggan.
25. Pembongkaran Rampung adalah penghentian untuk
seterusnya penyaluran tenaga listrik ke Instalasi
Pelanggan dan pengambilan alat-alat PLN seperti APP,
kabel SR.
26. Segel milik PLN adalah suatu alat yang dipasang oleh PLN
pada APP dan perlengkapan APP sebagai pengamanan
APP dan Perlengkapan APP.
124
27. Segel Tera adalah alat yang dipasang pada alat pengukur
oleh instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sebagai pengaman
kebenaran pengukuran.
28. Pemakai Tenaga Listrik adalah setiap orang atau Badan
Usaha atau Badan/Lembaga lainnya yang memakai
tenaga listrik dari instalasi PLN berdasarkan alas hak
yang sah.
29. Konsumen yang selanjutnya disebut Pelanggan adalah
pemakai tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada
angka 28.
30. Tagihan Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik
adalah tagihan atau pengembalian yang dikenakan atau
diberikan kepada pelanggan sebagai akibat adanya
Ketidaksesuaian Pemakaian Tenaga Listrik.
31. Tarif Dasar Listrik yang selanjutnya disebut (TDL) adalah
tarif tenaga listrik berdasarkan golongan tarif yang
ditetapkan oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia.
32. Sisir Tarif adalah kegiatan pemeriksaan golongan tarif
sesuai peruntukannya.
33. Tarif Listrik Reguler adalah tarif listrik yang dibayarkan
setelah pemakaian tenaga listrik oleh pelanggan.
34. Tarif Listrik Prabayar adalah tarif listrik yang dibayarkan
sebelum pemakaian tenaga listrik oleh pelanggan.

Pasal 2

Ketidaksesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik

(1). Ketidaksesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik


dapat ditemukan dari pelaksanaan kegiatan / pekerjaan
antara lain :

a. Evaluasi Rekening Pemakaian Tenaga Listrik


Pelanggan;
b. Pencatatan Meter;
c. Sisir Tarif;
d. Operasi dan Pemeliharaan APP ;
e. Survey Pelanggan;

125
f. Pelaksanaan P2TL;
g. Informasi dari Pelanggan atau masyarakat;

(2). Diagram Alir Proses Ketidakesuaian Rekening Pemakaian


Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagaimana tercantum pada Lampiran I Keputusan ini.

(3). Ketidaksesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik


dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :

1. Kategori I (K-I) yaitu apabila terjadi ketidaksesuaian


parameter yang menyebabkan kelebihan maupun
kekurangan tagih pada Pelanggan diakibatkan oleh
antara lain :

a. faktor perkalian meter Alat Pengukur setempat


tidak sama dengan faktor kali yang tertulis
pada rekening;
b. pemakaian tenaga listrik pada Pelanggan yang
peruntukannya tidak sesuai dengan daya dan/
atau golongan tarif pada alas hak yang sah /
surat perjanjian jual beli tenaga listrik;
c. faktor koreksi pada rekening yang ditagihkan
tidak sesuai dengan sistem sambungan
pengukuran yang terpasang pada pelanggan
setempat;
d. faktor pemakaian trafo pada data induk
pelanggan tidak sesuai dengan setempat;
e. pembacaan angka register Alat Pengukur kWh
dan kVArh setempat tidak sesuai dengan angka
meter pada rekening;
f. kegagalan mutasi yang menyebabkan tagihan
rekening tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
g. Time switch tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.

126
2. Kategori II (K-II) yaitu apabila terjadi ketidaksesuaian
pada APP dan/atau Perlengkapan APP sehingga
menyebabkan kelebihan maupun kekurangan tagih
pada Pelanggan diakibatkan oleh antara lain:

a. kedapatan atau terbukti bahwa sejumlah/


seluruh energi yang telah digunakan Pelanggan
ternyata tidak terukur, tidak tercatat yang
disebabkan oleh :

i. ketidaksesuaian pengawatan alat pengukur


bukan karena kesalahan Pelanggan sehingga
sebagian atau seluruh pemakaian energi
tidak terukur dengan benar, namun segel
dalam keadaan baik dan tidak ditemukan
unsur - unsur pelanggaran;
ii. alat pengukur dan perlengkapannya tidak
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga
sebagian atau seluruh pemakaian energi
tidak terukur dengan benar, namun segel
dalam keadaan baik dan tidak ditemukan
unsur - unsur pelanggaran.

b. kedapatan atau terbukti bahwa sejumlah daya


yang telah digunakan Pelanggan melebihi
atau kurang dari daya pada alas hak yang sah
/ surat perjanjian jual beli tenaga listrik dan
rekeningnya tidak sesuai dengan alas hak yang
sah, yang disebabkan oleh:

i. alat pembatas tidak berfungsi sebagaimana


mestinya, namun segel dalam keadaan
baik dan tidak ditemukan unsur-unsur
pelanggaran;

127
ii. alat pembatas terpasang lebih besar atau
lebih kecil dari yang seharusnya, namun segel
dalam keadaan baik dan tidak ditemukan
unsur-unsur pelanggaran. Dalam hal alat
pembatas lebih besar dari yang seharusnya
Pelanggan tidak dikenakan tagihan
penyesuaian, dan apabila alat pembatas
lebih kecil dari yang seharusnya maka PLN
wajib segera menyesuaikan besaran alat
pembatas tersebut.

3. Kategori III (K-III) yaitu apabila terjadi


ketidaksesuaian pada APP dan/atau Perlengkapan
APP karena kondisi alam dan/atau keterbatasan PLN
dan/atau kejadian diluar kendali Pelanggan maupun
PLN, yang antara lain karena :

a. Segel dan/atau Segel Tera putus karena


kondisi alam/ korosi;
b. APP dan/atau Perlengkapan APP rusak karena
kondisi alam/ korosi;
c. Mengambil energi dengan cara mengulur
instalasi tenaga listrik yang disambung ke
instalasi lain yang tidak sesuai dengan alas hak
yang sah.

Pasal 3

Ketentuan Perhitungan Penyesuaian Rekening

(1). Perhitungan besarnya rekening akibat Ketidaksesuaian


Rekening Pemakaian Tenaga Listrik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), adalah sebagai berikut:

128
1. K-I, dapat berupa pengembalian atau penagihan
atas ketidaksesuaian yang terjadi atau tagihan
ketidaksesuaian kepada Pelanggan.

Besarnya ketidaksesuaian rekening dihitung


berdasarkan salah satu atau lebih perbedaan faktor
perkalian meter APP, golongan tarif dan/atau daya,
faktor koreksi sistem penyambungan pengukuran,
pembacaan angka stand APP, kegagalan proses
mutasi/administrasi penerbitan rekening baru
dan time switch yang tidak berfungsi, merupakan
parameter yang ada di dalam perhitungan rekening
yang tidak sesuai dengan alas hak yang sah
dengan periode waktu maksimum 6 (enam) bulan.
Besaran tarif yang dikenakan untuk menghitung
ketidaksesuaian tersebut adalah tarif yang berlaku
pada periode kejadian.

Contoh perhitungan K-I, Penyesuaian Rekening


Pemakaian Tenaga Listrik adalah sebagaimana
tercantum pada Lampiran II Keputusan ini.

2. K-II, dapat berupa pengembalian dari PLN atau


penagihan kepada Pelanggan atas ketidaksesuaian
yang terjadi pada APP yang terpasang di pelanggan,
berdasarkan tarif daya dan/atau tarif energi sesuai
Tarif Tenaga Listrik yang berlaku atas pemakaian
tenaga listrik sebagai berikut :

a. Kelebihan atau kekurangan daya yang dipakai


terhadap daya yang sesuai ketentuan pada
Alas Hak yang Sah yang belum diperhitungkan;
b. Sebagian atau semua energi yang kelebihan
tagih atau tidak terukur, tidak tercatat dan/atau
belum tertagih pada meter kWh elektromekanik
maksimum 6 (enam) bulan pemakaian rata-
rata baik meter kWh Elektromekanik maupun
meter kWh Elektronik.

129
3. K-III, tidak ada pengembalian atau penagihan
atas ketidaksesuaian yang terjadi, tetapi dilakukan
tindakan sebagai berikut:

a. Dilakukan penyegelan kembali untuk segel putus,


disertai Berita Acara

b. Dilakukan penggantian APP dan/atau


perlengkapan APP yang rusak, disertai Berita
Acara

c. Diberikan peringatan kepada pelanggan

(2). Pada perhitungan K-I, K-II dan K-III sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) tidak dikenakan Penyesuaian
Uang Jaminan Langganan (UJL).
(3). Pemakaian rata-rata sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) angka 2 huruf b dihitung berdasarkan :
1. Data pemakaian Pelanggan 3 (tiga) bulan terakhir
sejak ditemukan/dilaporkan yang dihitung secara
rata-rata.
2. Pemakaian rata-rata Unit Pelaksana, pada golongan
tarif dan daya yang sama. Bila pada Unit tersebut
tidak ada Pelanggan dengan golongan tarif yang
sama dengan daya tersambungnya, maka dapat
digunakan pemakaian rata-rata Unit terdekat atau
Unit Pelaksana Induk.
(4). Kelebihan tagih oleh PLN atau kekurangan tagih untuk
Pelanggan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) angka
2 harus ditindaklanjuti penyesuaian antara stand phisik
(angka meter) dengan stand rekening (angka rekening)
yang didukung dengan Berita Acara.
(5). Penyesuaian rekening untuk pelanggan yang mengalami
kelebihan pembayaran rekening pemakaian tenaga
listrik, pengembalian kelebihan pembayaran dimaksud
dapat diperhitungkan dalam tagihan rekening mulai bulan
berikutnya.

130
Pasal 4

Penyelesaian Penyesuaian Rekening

(1). Penyesuaian rekening tenaga listrik sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) angka 1 huruf a sampai
dengan huruf f, diinformasikan kepada pelanggan melalui
surat berikut besarnya biaya penyesuaian selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah ditemukan adanya
ketidaksesuaian.
(2). Penyesuaian rekening tenaga listrik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) angka 1 huruf g akan
dilakukan tagihan setelah dari hasil pemeriksaan dan
evaluasi dinyatakan bahwa temuan P2TL tersebut bukan
termasuk kategori Pelanggaran.
(3). Apabila dalam jangka waktu selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari kerja sejak menerima surat pemberitahuan
mengenai terjadinya ketidaksesuaian dalam pemakaian
tenaga listrik, pelanggan atau yang mewakili tidak
datang, maka PLN akan langsung melakukan penagihan
atas ketidaksesuaian tersebut dengan menambahkannya
pada rekening listrik bulan berikutnya.
(4). Tagihan Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik
harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari, atau atas permintaan pelanggan
dapat dibayar secara angsuran yang dituangkan
dalam Surat Pengakuan Hutang (SPH) dengan jangka
waktu paling lama 12 (duabelas) bulan atau lebih atas
pertimbangan tertentu dari General Manajer atau Manajer
Unit Pelaksana.
(5). Angsuran penyesuaian rekening pemakaian tenaga listrik
ditagihkan bersamaan dengan rekening pemakaian
bulanan.
(6). Dalam hal Pelanggan tidak menyelesaikan kewajiban
pembayaran penyesuaian rekening pemakaian tenaga
listrik sesuai batas waktu pembayaran yang ditentukan
maka PLN akan melakukan pemutusan sementara.

131
(7). Apabila 2 (dua) bulan sejak diputus sementara pelanggan
tidak menyelesaikan pembayaran rekening sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) maka PLN akan melakukan
pembongkaran rampung.

Pasal 5

Penyambungan Kembali

(1). Penyambungan kembali bagi Pelanggan yang telah


dikenakan Pemutusan Sementara dilakukan paling lama
2 (dua) hari kerja setelah Pelanggan membayar rekening
ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (6).
(2). Penyambungan kembali bagi Pelanggan yang telah
dikenakan Pembongkaran Rampung diberlakukan sebagai
Pelanggan pasang baru, setelah melunasi tunggakan
rekening listrik.

Pasal 6

Listrik Prabayar
Ketentuan Penyesuaian Pemakaian Tenaga Listrik Pelanggan
yang menggunakan kWh APP Prabayar diatur tersendiri.

Pasal 7

Laboratorium

(1). Untuk mendukung pelaksanaan pemeriksaan APP dan


Perlengkapan APP, maka pada masing-masing PLN Unit
Pelaksana diharapkan mempunyai laboratorium.
(2). Apabila pada PLN Unit Pelaksana tidak tersedia
Laboratorium, maka pemeriksaan APP dan Perlengkapan
APP dapat dilaksanakan pada laboratorium independen
yang mempunyai akreditasi dari pihak yang berwenang
atau Laboratorium dari PLN Unit Pelaksana terdekat atau
PLN Unit Pelaksana Induk.

132
Pasal 8

Laporan dan Pembukuan Pendapatan

(1). Unit Pelaksana harus membuat Laporan Realisasi


Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik yang
meliputi: jumlah Pemakai Tenaga Listrik yang diperiksa,
jumlah ketidaksesuaian rekening pemakaian tenaga
listrik, jumlah rupiah pengembalian kepada pelanggan,
jumlah rupiah pendapatan, yang dibuat secara rutin
bulanan dan dilaporkan kepada Unit Pelaksana Induk.
(2). Unit Pelaksana Induk harus membuat Laporan Realisasi
hasil pemeriksaan APP dan Perlengkapan APP secara rutin
setiap bulan dan triwulan ke PLN Kantor Pusat.

(3). Pendapatan kWh dan rupiah yang berasal dari K-I, K-II
dan K-III harus dibukukan sebagai kWh jual dan rupiah
pendapatan. Pembukuan kWh dan rupiah penyesuaian
rekening pemakaian tenaga listrik dilakukan sekaligus
setelah K-I, K-II dan K-III disetujui untuk dibayar
baik dibayar secara tunai maupun secara angsuran.
Untuk pembayaran secara angsuran dibukukan setelah
ditandatanganinya Surat Pengakuan Hutang (SPH) oleh
Pelanggan atau yang mewakili dengan surat kuasa atau
surat pernyataan dari pemakai tenaga listrik atau yang
mewakili dengan surat kuasa.

Pasal 9

Ketentuan Penutup

Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, maka Keputusan Direksi


PT PLN (Persero) Nomor 1282.K/DIR/2011 tanggal 9 September
2011 tentang Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

133
Keputusan ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal 9 April
2012.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 April 2012

134
Lampiran I
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012
Tanggal : 09 April 2012

DIAGRAM ALIR
PROSES PENYESUAIAN REKENING PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK

Mulai

Evaluasi Temuan Sisir Tarif Operasi dan Informasi Survey Petugas P2TL
Rekening Petugas Pemeliharaan Pelanggan/ Kepuasan Mengadakan
Pemakaian CATER Masyarakat Pelanggan Penertiban
TL

Pemeriksaan
Instalasi
Petugas
PetugasNiaga
PLN Petugas PLN

135
Tidak /APP
Menghitung Memberi Tidak APP
Instalasi
Perlu Ya
Pengembalian/ Penjelasan Diperiksa
Perlu ?
Penagihan Kepada Diperiksa ?
Kekurangan Pelanggan
Rekening

Tidak Ada Unsur Ya


Pelanggaran
?

PLN Petugas P2TL


Mengembalikan Memberi
/Pelanggan Penjelasan Proses P2TL
Membayar Kepada
Kurang Bayar Pelanggan

Selesai

7
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
FORMULA PENYESUAIAN REKENING PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK UNTUK KATEGORI K I
Jika kelebihan tagih atau kekurangan tagih terjadi < 6 bulan, maka penyesuaian rekening dihitung sesuai kali bulan terjadinya kelebihan tagih atau kekurangan tagih.
Jika kelebihan tagih atau kekurangan tagih terjadi ≥ 6 bulan maka penyesuaian rekening dihitung 6 bulan terakhir terjadinya kelebihan tagih atau kekurangan tagih.
Tarif dihitung sesuai dengan tarif yang berlaku pada bulan rekening terjadinya kelebihan tagih atau kekurangan tagih.
Para-
meter Penyesuaian Contoh Perhitungan
No. Keti- Tagihan
dakse- Rekening
suaian Listrik
Contoh untuk pelanggan tanpa pengukuran kVArh (berlaku penyesuaian pemakaian kWh saja).
1. Faktor Untuk Faktor kali

136
Perkalian yang disesuaikan Pelanggan Golongan Tarif Bisnis B2 Daya 66 kVA
Meter. adalah Biaya Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian Faktor Kali = Jan 2010 sd Mei 2010 (5 bulan).
Pemakaian kWh Faktor kali seharusnya = 20
dan kVArh. Faktor kali terbayar = 1
Perhitungan Penyesuaian Biaya Pemakaian kWh :
Bulan Stand Stand kWh kWh Tarif Rp Rp Penyesuaian
Rekening awal akhir Pemakaian Pemakaian Rp/ Pemakaian Pemakaian Biaya Pemakaian
terbayar seharusnya kWh kWh kWh kWh
terbayar seharusnya
Okt 2009 0 50 50 1000 Blok 26.000 520.000 494.000
Nov 2009 50 100 50 1000 I=520 26.000 520.000 494.000
Des 2009 100 200 100 2000 II=545 52.000 1.040.000 988.000
Jan 2010 200 450 250 5000 130.000 2.600.000 2.470.000
Feb 2010 450 800 350 7000 182.000 3.650.000 3.468.000
Mar 2010 800 1200 400 8000 208.000 4.195.000 3.987.000
Apr 2010 1200 1400 200 4000 104.000 2.080.000 1.976.000
Mei 2010 1400 1900 500 10000 260.000 5.285.000 5.025.000
Jumlah 19.914.000
8
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.

Blok I = sd 100 jam nyala


Blok II = di atas 100 jam nyala
100 jam nyala = kVA tersambung x 100 = 66 kVA x 100 = 6.600 kWh

Rp Pemakaian kWh seharusnya Rekening bulan Desember 2009 = (2.000x520) = Rp 1.040.000,-

Rp Pemakaian kWh seharusnya Rekening bulan Januari 2010 = (5.000x520) = Rp 2.600.000,-

Rp Pemakaian kWh seharusnya Rekening bulan Pebruari 2010 = (6.600x520)+((7.000-6.600)x545)) = Rp 3.650.000,-

Rp Pemakaian kWh seharusnya Rekening bulan Maret 2010 = (6.600x520)+((8.000-6.600)x545)) = Rp 4.195.000,-

Rp Pemakaian kWh seharusnya Rekening bulan April 2010 = (4.400x520) = Rp 2.080.000,-

Rp Pemakaian kWh seharusnya Rekening bulan Mei 2010 = (6.600x520)+((10.000-6.600)x545)) = Rp 5.285.000,-

137
Sehingga penyesuaian biaya pemakaian kWh akibat koreksi Faktor kali = Rp 19.914.000,-

9
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
Contoh untuk pelanggan dengan pengukuran kVArh (berlaku penyesuaian pemakaian kWh dan pemakaian kVArh).
Pelanggan Golongan Tarif Publik B3 Daya 329 kVA
Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian faktor koreksi adalah 5 bulan yaitu Agustus 2010 sd Desember 2010
Faktor kali terbayar = 1
Faktor kali seharusnya = 100
Perhitungan Penyesuaian Biaya Pemakaian kWh
Pema Pema
kaian kaian Rp
Rp Rp
Stand Stand Stand Stand kWh kWh Pemakaian Pemakaian Penyesuaian
Bulan Tarif pemakaian pemakaian
LWBP LWBP WBP WBP LWBP WBP kWh LWBP kWh WBP Rekening
Rekening Rp/kWh kWh kWh
(awal) (akhir) (awal) (akhir) tanpa tanpa seharusnya seharusnya Pemakaian

138
terbayar seharusnya
faktor faktor kWh
kali kali
Agust-10 11000 11150 992 994 150 2 15000 200 122.400 12.240.000 12.117.600
Sep-10 11150 11260 994 997 110 3 11000 300 91.600 9.160.000 9.068.400
LWBP =
800
Okt-10 11260 11380 997 1000 120 3 12000 300 WBP = 99.600 9.960.000 9.860.400
1.200
Nop-10 11380 11480 1000 1002 100 2 10000 200 82.400 8.240.000 8.157.600
Des-10 11480 11600 1002 1006 120 4 12000 400 100.800 10.080.000 9.979.200
Jumlah 49.183.200
Penyesuaian biaya pemakaian kWh akibat koreksi Faktor kali = Rp 49.183.200,-
10
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.

Perhitungan Penyesuaian Biaya Pemakaian kVArh

Batas
Pema Kele-
kaian bihan
Pema-
Pema- kVArh kVArh Batas Rp
kaian Rp Rp
Stand Stand kaian yang yang Pemakaian Kelebihan Tarif Penyesuaian
Bulan kVArh pemakaian pemakaian
kVArh kVArh kVArh tidak ditagi kVArh yang kVArh yang (Rp/kVA Rekening
Rekening tanpa kVArh tanpa kVArh
(awal) (akhir) seha- ditagi hkan tidak ditagihkan rh) Pemakaian
faktor faktor kali seharusnya
rusnya hkan tanpa ditagihkan kVArh
kali
tanpa faktor
faktor kali
kali

Agust-10 7700 7800 100 10.000 94,24 5,76 9424 576 5.213 521.280 516.067

139
Sep-10 7800 7900 100 10.000 70,06 29,94 7006 2.994 27.096 2.709.570 2.682.474

Okt-10 7900 8010 110 11.000 76,26 33,74 7626 3.374 905 30.535 3.053.470 3.022.935

Nop-10 8010 8100 90 9.000 63,24 26,76 6324 2.676 24.218 2.421.780 2.397.562

Des-10 8100 8210 110 11.000 76,88 33,12 7688 3.312 29.974 2.997.360 2.967.386

11.586.424
Jumlah

Penyesuaian biaya pemakaian kVArh akibat koreksi Faktor kali = Rp 11.586.424,-

Sehingga total Biaya Penyesuaian = Rp 49.183.200+ 11.586.424 = Rp 60.769.624,-

11
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
2. Daya dan Untuk A. Pelanggan Golongan Tarif di Rekening R1 / 2200 VA Peruntukan B1 / 2200 VA
Golongan Ketidaksesuaian Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian = Januari 2011 sd Mei 2011 (5 bulan)
Tarif Daya dan atau
Golongan yang Perhitungan Penyesuaian Rekening :
disesuaikan
adalah Biaya
Rek Tarif Tarif Rp Biaya Rp Biaya Rp
Beban dan atau Stand Stand
Tahun kWh Rp/kWhR1 Rp/kWh B 1 Pemakaian kWh Pemakaian kWh Penyesuaian
Biaya Pemakaian 2011
Awal Akhir
2200 VA 2200 VA R1 B1 Rekening
kWh.
Jan 12.000 12.150 150 795 905 119.250 135.750 16.500
Feb 12.150 12.260 110 795 905 87.450 99.550
12.100
13.200
Mar 12.260 12.380 120 795 905 95.400 108.600

140
11.000
Apr 12.380 12.480 100 795 905 79.500 90.500
15.400
Mei 12.7480 12.620 140 795 905 111.300 126.700
Jumlah 68.200
Sehingga biaya penyesuaian = Rp 68.200,-
12
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.

B. Pelanggan setempat Daya R1 / 2200 VA di Rekening R1 / 900 VA (Kwitansi PD ada, tidak dimutasikan)
Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian = Januari 2011 sd Mei 2011

Perhitungan Penyesuaian Rekening :

Tarif
Rp Biaya
Rek Rp/kWh Rp Biaya Rp Biaya Rp Biaya Rp
Stand Stand Beban +
Tahun kWh R1 2200 Tarif R 1 900 VA Beban R1 Pemakaian Pemakaian Penyesuaian
Awal Akhir Pemakaian
2011 VA 900VA kWh R1 900 R1 2200 Rekening
R1 900

Biaya Beban =
Jan 12.000 12.150 150 795 Rp 20.000/kVA/bln 18.000 67.850 119.250 85.850 33.400
Feb 12.150 12.260 110 795 Blok I : 275 18.000 48.050 87.450 66.050 21.400
Mar 12.260 12.380 120 795 Blok II : 445 18.000 53.000 95.400 71.000 24.400

141
Apr 12.380 12.480 100 795 Blok III : 18.000 43.100 79.500 61.100 18.400
Mei 12.480 12.620 140 795 495 18.000 62.900 111.300 80.900 30.400

Jumlah 128.000

Sehingga biaya penyesuaian = Rp 128.000,-

Catatan : Pelanggan 900 VA


Blok I pemakaian 0-20 kWh = Rp. 275,-/kWh
Blok II pemakaian diatas 20 – 60 kWh = Rp. 445,-/kWh
Blok II pemakaian diatas 60 kWh = Rp. 445,-/kWh

13
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
3 Faktor Faktor koreksi Pelanggan Golongan Tarif Publik P2 Daya 329 kVA.
Koreksi dikenakan bagi
pelanggan TM Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian faktor koreksi adalah 4 bulan yaitu Agustus 2010 sd November 2010
dengan Faktor koreksi terbayar = 1
sambungan Faktor koreksi seharusnya = 1,02
TM/TR/TR. Faktor kali = 100
Perhitungan Perhitungan Penyesuaian Pemakaian kWh :
factor koreksi
diberlakukan

142
pada Rp Rp Penyesuaian
Stand Stand Stand Stand Pemakaian Pemakaian
perhitungan Bulan kWh kWh Tarif Pemakaian Pemakaian Rp
LWBP LWBP WBP WBP kWh kWh
pemakaian kWh Rekening LWBP WBP Rp/kWh kWh kWh Pemakaian
awal akhir awal akhir terbayar seharusnya
terbayar seharusnya kWh
dan kVArh.
Faktor koreksi Agust
11.000 11.150 992 994 15.000 200 15.200 15.504 11.475.000 11.704.500 229.500
1,02 jika APP 2010
terletak di gardu LWBP =
Sept
PLN atau 1,05 2010
11.150 11.260 994 997 11.000 300 11.300 11.526 750 8.587.500 8.759.250 171.750
jika APP terletak
bukan di gardu WBP =
Okt 2010 11.260 11.380 997 1.000 12.000 300 12.300 12.546 1.125 9.337.500 9.524.250 186.750
PLN.
Nov
11.380 11.480 1.000 1.002 10.000 200 10.200 10.404 7.725.000 7.879.500 154.500
2010
Jumlah 742.500
Pemakaian kWh seharusnya bulan Agutus 2010 = (kWh LWBP + kWh WBP) x 1,02 = 15.200 x 1,02 = 15.504 kWh.
Rp Pemakaian kWh seharusnya bulan Agutus 2010 = (kWh LWBP x 1,02 x 750) x (kWh WBP x 1,02 x 1125) = Rp 11.704.500,-
Biaya Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik kWh = Rp. 742.500,-
14
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.

Perhitungan Penyesuaian Pemakaian kVArh :

Bulan Stand Stand Pema- Pema- Pema- Batas Batas Kelebih Kelebih Rp Rp Rp
Rekening KVArh KVArh kaian kaian kaian Pema- Pema- an an Tarif Pemakaia Pemakaia Penye-
(awal) (akhir) kVArh kVArh kVArh kaian kaian kVArh kVArh Rp/ n kVArh n kVArh suaian
tanpa dengan setelah kVArh kVArh yang yang kVArh terbayar seharus- Rekening
faktor faktor dikali- sebelum setelah dibayar seharus nya Pemakai
kali kali kan dikali- dikali- kan` nya an kVArh
1,02 kan kan
1,02 1,02
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Agust 7.700 7.800 100 10.000 10.200 9.424 9.612 576 588 475.200 485.100 9.900
2010 Rp
Sept 7.800 7.900 100 10.000 10.200 7.006 7.146 2.994 3.054 825/ 2.470.050 2.519.550 49.500
2010 kVArh
Okt 7.900 8.010 110 11.000 11.220 7.626 7.779 3.374 3.441 2.783.550 2.838.825 55.275

143
2010
Nov 8.010 8.100 90 9.000 9.180 6.324 6.450 2.676 2.730 2.207.700 2.252.250 44.550
2010

Jumlah 159.225

Contoh Rekening Agustus 2010

Pemakaian kVArh seharusnya (A) = {Stand kVArh akhir (3)– Stand kVArh awal(2)} x 100 x 1,02 = 10.200 ............................... (6).
Batas Pemakaian kVArh tagih (B) = 0,62 x Pemakaian kWh seharusnya = 0,62 x 15.504 = 9.612 ............................................. (8)
Kelebihan kVArh yang seharusnya ditagihkan = (A) – (B) = 588 kVArh ................................................................................. (10)
Rp Pemakaian kVArh seharusnya = 588 x 825 = 485.100 ................................................................................................... (13)
Biaya Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik kVArh bulan Agustus 2010 = Rp. 9.900,-

Biaya Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik kVArh bulan Agustus 2010 s.d November 2010 = Rp. 159.225,-

Total Rp Penyesuaian factor koreksi = Rp Penyesuaian Pemakaian kWh + Rp Penyesuaian Pemakaian kVArh
= Rp 742.500,- + Rp 159.225,-
= Rp 901.725,-

15
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
4. Biaya Untuk Biaya Pelanggan Golongan Tarif Publik P2 Daya 555 kVA
Pemakai pemakaian trafo Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian Biaya Pemakaian Trafo selama 2 bulan yaitu rekening Maret 2010 dan April 2010.
an trafo yang disesuaikan Biaya Pemakaian Trafo per bulan = Rp 2750/kVA/bln x 555 kVA = Rp 1.526.250
adalah Biaya
pemakaian trafo Bulan Rekening Biaya pemakaian Biaya pemakaian trafo seharusnya Penyesuaian Biaya Pemakaian kWh
trafo terbayar (Rp) (Rp)
yang dikenakan
kepada
Mar 2010 1.526.250
Pelanggan TM 0 1.526.250
yang disuplai TR Apr 2010 1.526.250
(penyambungan 0 1.526.250
TM/TM/TR atau
TM/TR/TR). Jumlah 3.052.500

144
Penyesuaian biaya pemakaian trafo = Rp 3.052.500,-
5. Pembaca Sesuai SE Pelanggan R1 2200 VA
an angka 004.E/012/DIR/2
register 004 Tentang Jika kelebihan tagih atau kekurangan tagih rekening akibat kesalahan baca meter ≥ 6 bulan x jam nyala rata-rata sesuai golongan tariff
Alat Penertiban pelanggan maka perhitungan Penyesuaian Rekening Listrik adalah : 6 x jam nyala rata-rata gologan tariff pada Unit PLN setempat,
Pengukur Pencatatan namun bila tidak tersedia jam nyala rata-rata pada unit pelanggan yang bersangkutan maka dipakai jam nyala rata-rata pada unit
kWh dan Penggunaan jenjang diatasnya.
atau /Pemakaian
kVArh Tenaga Listrik Jika kekurangan tagih rekening akibat kesalahan baca meter < 6 bulan x jam nyala rata-rata maka perhitungan Penyesuaian Rekening
(kWh) Pelanggan Listrik adalah : sesuai pemakaian kWh yang belum ditagih.
Yang Tidak
Normal. Jika kelebihan tagih rekening akibat kesalahan baca meter maka pemakaian diperhitungkan dengan pemakaian kWh bulan-bulan
berikutnya.
16
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.

6 Kegagal- Jika kegagalan mutasi selain pada pasal 3 ayat (1) huruf a sd e pada Keputusan Direksi ini ≥ 6 bulan maka perhitungan Penyesuaian
an Rekening Listrik adalah : 6 x jam nyala rata-rata gologan tariff pada Unit PLN setempat, namun bila tidak tersedia jam nyala rata-rata
Mutasi pada unit pelanggan yang bersangkutan maka dipakai jam nyala rata-rata pada unit jenjang diatasnya.

Jika kegagalan mutasi selain pada pasal 3 ayat (1) huruf a sd e pada Keputusan Direksi ini < 6 bulan maka perhitungan Penyesuaian
Rekening Listrik adalah : sesuai pemakaian kwh yang belum ditagih.

7. Time 1. Penyesuaian Cara perhitungan Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dan Waktu Beban Puncak (WBP) ditentukan ;
Switch Rekening LWBP/WBP = 5/1.
tidak hanya
berfungsi dikenakan
bagi
pelanggan

145
yang “time
switch” tidak
berfungsi
(mati).
2. Bagi
pelanggan
yang “time
switch”
bergeser
waktunya
sehingga
jumlah jam
LWBP dan
WBP tidak
sesuai,
cukup
dikembalikan
setting
waktunya.

17
Lampiran III
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012
Tanggal : 09 April 2012.
FORMULA PENYESUAIAN REKENING PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK UNTUK KATEGORI K II
Jika kelebihan tagih atau kekurangan tagih terjadi < 6 bulan maka penyesuaian rekening dihitung sesuai kali bulan terjadinya kekurangan tagih.
Jika kelebihan tagih atau kekurangan tagih terjadi ≥ 6 bulan maka penyesuaian rekening dihitung 6 bulan terakhir terjadinya kekurangan tagih.
Tarif dihitung sesuai dengan tarif yang berlaku pada bulan rekening terjadinya kekurangan tagih.
JENIS
No. APP KETIDAKSE- CONTOH PERHITUNGAN
SUAIAN PADA
A Alat Pengukur 1. Pengawatan Contoh 1 :
dan APP Perhitungan Penyesuaian Rekening akibat Pengawatan APP 1 Fasa (R1/1300 VA).
perlengkapann Klem tegangan lepas/kendor (bulan terjadinya 7 bulan):
ya
Rata2 kWh Rp. Rp. Rp.

146
kWh kWh Pemakai Tarif Pemakaian Pemakaian Penyesuaian
Bulan rekening Pemakaian Januari an Rp/ kWh kWh Biaya
Terbayar s/d Juni seharusn kWh terbayar seharusnya pemakaian kWh
2011 ya
Des 2010 120 94.800
Jan 2011 128 127 790 101.120
Feb 2011 130 102.700
Mar 2011 125 98.750
Apr 2011 124 97.960
Mei 2011 129 101.910
Jun 2011 127 100.330
Jul 2011 80 127*) 63.200 100.330
Agst 2011 60 127*) 47.400 100.330 52.930
Sept 2011 65 127*) 51.350 100.330 48.980
Okt 2011 59 127*) 46.610 100.330 53.720
Nop 2011 63 127*) 49.770 100.330 50.560
Des 2011 52 127*) 41.080 100.330 59.250
Jan 2012 52 127*) 41.080 100.330 59.250
TOTAL 324.690
*) menggunakan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-09 setempat pada
golongan tariff yang sama.
Biaya Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik = Rp. 324.690,-
18
Lampiran III
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012
Tanggal : 09 April 2012.

Contoh 2 :

Perhitungan Penyesuaian Rekening akibat Pengawatan APP 3 Fasa.


Tegangan/Arus pengukuran putus 1 phasa

Tarif/daya :I2 / 41,5 kVA (bulan terjadinya 8 bulan)

Rp. Rp.
kWh LWBP kWh WBP kWh LWBP kWh WBP Tarif Rp/ Pemakaian Pemakaian
Bulan rekening Pemakaian Pemakaian belum belum kWh kWh LWBP kWh WBP
Terbayar Terbayar terukur terukur belum belum
terukur terukur
Feb 2011 3.100 510
Mar 2011 3.150 525 LWBP =
Apr 2011 3.170 528 800
Mei 2011 3.050 510

147
Jun 2011 2.000 330 1.000 165 WBP= 800.000 168.300
Jul 2011 2.050 340 1.025 170 1.020 820.000 173.400
Agst 2011 2.054 340 1.027 170 821.600 173.400
Sept 2011 2.000 330 1.000 165 800.000 168.300
Okt 2011 2.020 336 1.010 168 808.000 171.360
Nop 2011 2.004 334 1.002 167 801.600 170.340
Des 2011 1.980 330 990 165 792.000 168.300
Jan 2012 2.000 330 1.000 165 800.000 168.300

*) menggunakan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-09 setempat pada
golongan tariff yang sama.

Kasus :
1. APP TR 1 fasa pengukuran langsung
a. Terminal tegangan ada Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik.
Cara menghitung penyesuaian :

Maksimum 6 bulan dari 3 bulan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-
09 setempat pada golongan tariff yang sama.

b. Terminal arus tidak ada Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik.


19
Lampiran III
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012
Tanggal : 09 April 2012.
2. APP TR 1 fasa pengukuran tidak langsung ada Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik.
Cara menghitung penyesuaian :
Maksimum 6 bulan dari 3 bulan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-
09 setempat pada golongan tariff yang sama.
3. APP TR 3 fasa pengukuran langsung ada Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik.
Cara menghitung penyesuaian :
Maksimum 6 bulan dari 3 bulan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-
09 setempat pada golongan tariff yang sama.
4. APP TR 3 fasa pengukuran tidak langsung ada Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik.

148
Cara menghitung penyesuaian :
Maksimum 6 bulan dari 3 bulan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-
09 setempat pada golongan tariff yang sama.
5. APP TM 3 fasa pengukuran tidak langsung ada Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik.
Cara menghitung penyesuaian :
Maksimum 6 bulan dari 3 bulan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-
09 setempat pada golongan tariff yang sama.
6. APP TT 3 fasa pengukuran tidak langsung ada Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik.
Cara menghitung penyesuaian :
Maksimum 6 bulan dari 3 bulan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-
09 setempat pada golongan tariff yang sama.
Jadi Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik adalah = = Jumlah Pemakaian LWBP belum terukur
bulan Agustus 2011 s/d Januari 2012 + Pemakaian WBP belum terukur bulan Agustus 2011 s/d Januari
2012
= Rp. 4.823.200,00 + Rp. 1.020.000,00 = Rp. 5.843.200,00
20
Lampiran III
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012
Tanggal : 09 April 2012.

2. Kumparan Untuk kWh meter 3 phasa tidak langsung, apabila salah satu kumparannya putus maka cara perhitungan
Arus seperti contoh pada pengawatan APP (contoh ke-2)

3. Kumparan Untuk kWhmeter 1 phasa, maka cara perhitungannya sama dengan contoh pada pengawatan APP (contoh ke-
Tegangan 1)
Untuk kWh meter 3 phasa tidak langsung, apabila salah satu kumparannya putus maka cara perhitungan
seperti contoh pada pengawatan APP (contoh ke-2)

149
4. Trafo arus Apabila salah satu phasa arusnya putus (0 ampere) maka cara perhitungan seperti contoh pada pengawatan
APP (contoh ke-2)

5. Trafo Apabila salah satu phasa tegangannya putus (0 volt) maka cara perhitungan seperti contoh pada pengawatan
Tegangan APP (contoh ke-2)

Apabila salah satu phasa tegangannya drop, maka cara perhitungan seperti contoh pada Trafo Arus (pada
kasus arus drop)
Lampiran III
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012
Tanggal : 09 April 2012.
B. Alat Pembatas 1. MCB Pelanggan Daya R1/450 VA
dan Penyesuaian
perlengkapann Biaya Beban Setelah delapan bulan didapati ternyata MCB 4 Ampere, tetapi ada dokumen yang mendukung adanya
ya kesalahan PLN atau tidak ada dokumen tetapi segel baik maka tidak dikenakan penyesuaian namun MCB
dikembalkan sesuai kontraknya.
Kalau pelanggan ternyata menggunakan melebihi yang dibuktikan dengan jam nyala maka disarankan untuk
Penambahan Daya (PD).
Pelanggan Daya 900 VA.
Setelah delapan bulan didapati ternyata MCB 2 Amper, tetapi ada dokumen yang mendukung adanya

150
kesalahan PLN atau tidak ada dokumen tetapi segel baik maka PLN akan memberikan kepada pelanggan uang
sebesar kekurangan daya, sbb :
Rp. Biaya beban Rp. Biaya beban Selisih biaya beban Rp. Penyesuaian
Bulan Rekening yang telah seharusnya (Rp) Rekening yang
terbayar harus dibayar
Jun 2011 11.000 20.000 9.000
Jul 2011 11.000 20.000 9.000
Agst 2011 11.000 20.000 9.000 9.000
Sept 2011 11.000 20.000 9.000 9.000
Okt 2011 11.000 20.000 9.000 9.000
Nop 2011 11.000 20.000 9.000 9.000
Des 2011 11.000 20.000 9.000 9.000
Jan 2012 11.000 20.000 9.000 9.000
TOTAL 54.000
2. Rele Idem.
Pembatas
Daya
22

Anda mungkin juga menyukai