NOMOR: 1486.K/DIR/2011
Tentang
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
(Disahkan oleh Keputusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
Nomor: 33-12/23/600.1/2012 Tentang: Pengesahan Keputusan
Direksi PT PLN (Persero) Nomor 1486.K/DIR/2011 Tentang
Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik)
&
KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)
NOMOR: 163-1.K/DIR/2012
Tentang
PENYESUAIAN REKENING
PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (PRPTL)
PT PLN (Persero)
Kantor Pusat
2012
2
DAFTAR ISI
Hal
A. Keputusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Nomor: 33-
12/23/600.1/2012 Tentang Pengesahan Keputusan Direksi PT
PLN (Persero) Nomor 1486.K/Dir/2011 Tentang Penertiban
Pemakaian Tenaga Listrik ................................................. 5
B. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 1486.K/Dir/2011
Tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) ............. 9
3
4
5
6
7
8
PT PLN (PERSERO)
TENTANG
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
9
1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Tenaga listrik sebagaimana telah dua kali
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2006;
8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun
1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan
Umum (Perum) Listrik Negara menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero);
9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun
2005 tentang Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Negara;
10. Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2011
tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan
oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara.
11. Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 02.P/451/M.PE/ 1991 tentang
Hubungan Pemegang Usaha Ketenagalistrikan
dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan
Untuk Kepentingan Umum Dengan
Masyarakat;
12. Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 03.P/451/M.PE/ 1991 tentang
Persyaratan Penyambungan Tenaga listrik;
13. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
Nomor 04.P/40/M.PE/ 1991 tentang Penyidik
Ketenagalistrikan;
14. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 09 Tahun 2011 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Tarif Tenaga Listrik
Yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara,
15. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 45 Tahun 2005 tentang
Instalasi Ketenagalistrikan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 46 Tahun 2006;
16. Anggaran Dasar PT PLN (Persero);
10
17. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Nomor Kep 58/MBU/2008
jo Keputusan Menteri Badan Usaha Milik
Negara Nomor Kep-252/MBU/2009 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-
Anggota Direksi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
18. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
001.K/030/DIR/1994 tentang Pemberlakuan
Peraturan Sehubungan Dengan Pengalihan
Bentuk Hukum Perusahaan;
19. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
304.K/030/DIR/2009 tentang Batasan
Kewenangan Pengambilan Keputusan Di
Lingkungan PT PLN (Persero);
20. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
017.K/DIR/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja PT PLN (Persero) sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 055.K/DIR/2010.
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
11
5. PLN Unit Pelaksana Induk (UPI) adalah Unit Organisasi PLN
jenjang pertama antara lain PLN Wilayah, PLN Distribusi.
6. PLN Unit Pelaksana (UP) adalah Unit Organisasi PLN jenjang
kedua antara lain PLN Cabang, PLN Area Pelayanan Jaringan
(APJ), PLN Area, PLN Area Pelayanan Prima (AP Prima).
7. PLN Sub Unit Pelaksana adalah Unit Organisasi PLN jenjang
ketiga antara lain PLN Rayon, PLN Ranting, PLN Unit
Pelayanan Jaringan (UPJ).
8. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik yang selanjutnya
disebut P2TL adalah rangkaian kegiatan meliputi
perencanaan, pemeriksaan, tindakan dan penyelesaian
yang dilakukan oleh PLN terhadap Instalasi PLN dan/atau
Instalasi Pemakai Tenaga Listrik dari PLN.
9. Alas hak yang sah adalah hubungan hukum keperdataan
berupa dokumen tentang jual beli tenaga listrik antara
setiap orang atau Badan Usaha atau Badan/Lembaga
lainnya dengan PLN.
10. Alat Pembatas adalah alat milik PLN untuk membatasi
daya listrik yang digunakan Pelanggan sesuai dengan
Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik antara PLN dengan
Pelanggan.
11. Alat Pengukur adalah alat milik PLN berupa peralatan
elektromekanik maupun elektronik untuk mengukur energi
listrik yang dipakai Pelanggan.
12. Alat Pembatas dan Pengukur yang selanjutnya disebut APP
adalah alat milik PLN yang dipakai untuk membatasi daya
listrik dan mengukur energi listrik, baik sistem Prabayar
maupun Pascabayar.
13. Perlengkapan APP adalah peralatan pendukung untuk
mengoperasikan APP antara lain Trafo Arus (CT/Current
Transformer), Trafo Tegangan (PT/Potensial Transformer),
Kotak APP, Lemari APP, Gardu, Segel.
14. Trafo Arus adalah suatu peralatan listrik yang dapat
mentransformasikan arus dari nilai yang besar menjadi
nilai yang kecil untuk pengukuran atau proteksi.
15. Trafo Tegangan adalah suatu peralatan listrik yang dapat
mentransformasikan tegangan dari nilai yang besar menjadi
nilai yang kecil untuk pengukuran atau proteksi.
16. Kotak APP adalah suatu kotak tempat dipasangnya APP
12
yang di dalamnya berisi blok jepit untuk menghubungkan
terminal-terminal APP.
17. Lemari APP atau cubicle pengukuran adalah tempat
dipasangnya APP dan sebagian atau seluruh perlengkapan
APP.
18. Gardu PLN adalah tempat yang berisi peralatan instalasi
milik PLN beserta perlengkapannya.
19. Daya Tersambung adalah daya yang disepakati antara PLN
dengan Pelanggan yang dituangkan dalam perjanjian jual
beli tenaga listrik.
20. Daya Kedapatan adalah daya yang dihitung secara
proporsional dan profesional berdasarkan alat pembatas
atau kemampuan hantar arus (KHA) suatu penghantar yang
dipergunakan oleh pemakai tenaga listrik yang kedapatan
pada waktu dilaksanakan P2TL;
21. Instalasi Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Instalasi
adalah bangunan-bangunan sipil dan elektromekanik, mesin-
mesin peralatan, saluran-saluran dan perlengkapannya yang
dipergunakan untuk pembangkitan, konversi, transformasi,
penyaluran, distribusi dan pemanfaatan tenaga listrik.
22. Instalasi PLN adalah Instalasi ketenagalistrikan milik PLN
sampai dengan Alat Pembatas atau Alat Pengukur atau APP.
23. Instalasi Pelanggan adalah Instalasi ketenagalistrikan milik
Pelanggan sesudah Alat Pembatas atau Alat Pengukur atau
APP.
24. Jaringan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut JTL adalah
sistem penyaluran/pendistribusian tenaga listrik yang
dapat dioperasikan dengan Tegangan Rendah, Tegangan
Menengah, Tegangan Tinggi, atau Tegangan Ekstra Tinggi.
25. Sambungan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut STL
adalah penghantar di bawah atau di atas tanah termasuk
peralatannya sebagai bagian Instalasi PLN yang merupakan
sambungan antara JTL milik PLN dengan Instalasi Pelanggan.
26. Sambungan Langsung yang selanjutnya disebut SL adalah
sambungan dari JTL atau STL ke instalasi Pelanggan dengan
menggunakan penghantar termasuk peralatannya tanpa
melalui APP dan Perlengkapan APP.
27. Pemutusan Sementara adalah penghentian untuk sementara
penyaluran tenaga listrik ke instalasi Pelanggan.
13
28. Pembongkaran Rampung adalah penghentian untuk
seterusnya penyaluran Tenaga listrik ke Instalasi Pelanggan
atau Bukan Pelanggan dengan mengambil seluruh SL yang
dipergunakan untuk penyaluran tenaga listrik ke instalasi
Pelanggan atau Bukan Pelanggan.
29. Segel milik PLN adalah suatu alat yang dipasang oleh PLN
pada APP dan perlengkapan APP sebagai pengamanan APP.
30. Segel Tera adalah alat yang dipasang pada alat pengukur
oleh instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sebagai pengaman
kebenaran pengukuran.
31. Pemakai Tenaga Listrik adalah setiap orang atau Badan
Usaha atau Badan/Lembaga lainnya yang memakai tenaga
listrik dari instalasi PLN:
a. berdasarkan alas hak yang sah;
b. tanpa berdasarkan alas hak yang sah.
32. Konsumen yang selanjutnya disebut Pelanggan adalah
pemakai tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada angka
31 huruf a.
33. Bukan Konsumen yang selanjutnya disebut Bukan Pelanggan
adalah pemakai tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada
angka 31 huruf b.
34. Tagihan Susulan yang selanjutnya disebut TS terdiri dari
TS1, TS2, TS3 dan TS4.
35. TS1, TS2, dan TS3 adalah tagihan yang dikenakan kepada
Pelanggan sebagai akibat adanya Pelanggaran Pemakaian
Tenaga Listrik yang dipasok dari PLN.
36. TS4 adalah tagihan yang harus dibayar oleh Bukan
Pelanggan atas pemakaian tenaga listrik yang dipasok dari
PLN tanpa alas hak yang sah.
37. Sanksi Perdata adalah sanksi yang dikenakan kepada
Pelanggan akibat Pelanggaran yang dapat berupa sanksi
pemutusan dan/atau TS dan/atau biaya-biaya lainnya.
38. Tarif Dasar Listrik atau Tarif Tenaga Listrik yang selanjutnya
disebut (TTL) adalah ketetapan harga jual dan golongan
tarif tenaga listrik PLN.
39. Tarif Listrik Reguler adalah tarif listrik yang dibayarkan
setelah pemakaian tenaga listrik oleh Pelanggan.
40. Tarif Listrik Prabayar adalah tarif listrik yang dibayarkan
14
sebelum pemakaian tenaga listrik oleh Pelanggan.
41. Stroom adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
sejumlah energi dalam satuan kWh pada Pelanggan
Prabayar.
42. Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan atau
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya di bidang ketenagalistrikan,
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana
untuk melakukan penyidikan tindak pidana.
43. Informan P2TL adalah setiap orang atau Badan Usaha
atau Badan/Lembaga lainnya yang memberikan informasi
kepada PLN mengenai dugaan adanya penyimpangan
pemakaian tenaga listrik.
44. Sasaran Operasi (SO) atau Target P2TL adalah beberapa
titik sasaran yang menjadi obyek P2TL yang bersifat rahasia
dan dimasukkan dalam amplop tertutup.
45. Target Operasi (TO) P2TL adalah titik sasaran yang menjadi
obyek P2TL yang bersifat rahasia dan dimasukkan dalam
amplop tertutup.
BAB II
PELAKSANAAN DAN ORGANISASI P2TL
Bagian Kesatu
Pelaksanaan P2TL
Pasal 2
(1) Setiap Unit PLN secara rutin atau khusus melaksanakan P2TL
dalam rangka menertibkan penyaluran Tenaga Listrik untuk
menghindari bahaya listrik bagi masyarakat, meningkatkan
pelayanan dan menekan susut.
(2) Pelaksanaan P2TL dilakukan pada Unit Organisasi PLN
berupa:
a. P2TL Khusus Tingkat Nasional;
b. P2TL Khusus Tingkat Unit Pelaksana Induk;
15
c. P2TL Rutin pada Unit Pelaksana Jenjang Ketiga dan/
atau Kedua oleh Unit Pelaksana Induk;
d. P2TL Rutin pada dan oleh Unit Pelaksana Jenjang
Kedua;
e. P2TL Rutin pada dan oleh Unit Pelaksana Jenjang
Ketiga;
f. P2TL Rutin pada dan oleh Unit dibawah Unit Pelaksana
Jenjang Ketiga.
(3) Pelaksana P2TL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a ditetapkan dengan Keputusan Direksi sebagai pemberi
tugas dan pelaksana P2TL pada ayat (2) huruf b sampai
dengan huruf f ditetapkan dengan Keputusan General
Manager/Manajer Unit yang bersangkutan sebagai pemberi
tugas.
(4) Pelaksanaan P2TL sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a dan huruf b hanya dapat dilakukan oleh Tim,
sedang pada ayat (2) huruf c sampai dengan huruf f dapat
dilakukan oleh struktural maupun oleh Tim.
(5) Pelaksana P2TL bertanggung jawab kepada Pemberi Tugas.
(6) Pelaksanaan P2TL dapat mengikutsertakan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) atau Penyidik Kepolisian
Republik Indonesia atau pihak terkait lainnya.
Bagian Kedua
Organisasi P2TL
Pasal 3
16
(3) Petugas Pelaksana Lapangan P2TL merupakan regu
yang terdiri dari pejabat/ petugas-petugas PLN yang
melaksanakan pemeriksaan P2TL di lapangan.
17
2) Tanggung Jawab Pelaksana P2TL sepenuhnya pada
PLN;
3) Dokumen P2TL ditandatangani oleh ketua regu
Petugas Pelaksana Lapangan P2TL.
b. Outsourcing jasa pekerjaan pelaksanaan/pemeriksaan
di lapangan kepada perusahanan jasa dengan petugas
pelaksana lapangan P2TL yang memiliki Sertifikat
Kompetensi di bidang P2TL dari Lembaga yang
berwenang dengan ketentuan sebagai berikut:
BAB III
TUGAS, KEWENANGAN, KEWAJIBAN
PETUGAS PELAKSANA P2TL
Bagian Kesatu
Tugas, Kewenangan, Kewajiban Penanggung Jawab P2TL
Pasal 4
(1) Tugas-tugas dari Penanggung Jawab P2TL meliputi:
a. mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan P2TL;
b. menentukan Target Operasi (TO) P2TL;
18
c. menentukan strategi pelaksanaan dan tindak lanjut hasil
temuan P2TL sesuai kewenangan yang diberikan oleh
pemberi tugas dalam rangka memperlancar pelaksanaan
P2TL;
d. melaksanakan P2TL sesuai kewenangan yang diberikan
oleh pemberi tugas dalam rangka memperlancar
pelaksanaan P2TL;
e. melaporkan hasil pelaksanaan P2TL kepada Pemberi
Tugas.
Pasal 5
19
pemeriksaan P2TL kepada Petugas Administrasi P2TL
dengan dibuatkan Berita Acara serah terima dokumen
dan Barang Bukti P2TL.
20
Bagian Ketiga
Tugas, Kewenangan, Kewajiban Petugas Administrasi P2TL
Pasal 6
21
f. menyiapkan surat peringatan/Pemutusan Sementara
dan/atau Pembongkaran Rampung dan/atau
penyambungan kembali.
BAB IV
PERLENGKAPAN P2TL
Pasal 7
22
e. sarana transportasi dan akomodasi lapangan lainnya untuk
Petugas Pelaksana Lapangan P2TL dan Penyidik;
f. laboratorium tera sebagai sarana pemeriksaan hasil temuan
P2TL pada unit organisasi PLN jenjang pertama dan kedua;
g. Data Induk Pelanggan (DIL), Data Induk Saldo (DIS),
Saldo Rekening (SOREK) dan Arsip Induk Langganan (AIL);
h. data pemakaian tenaga listrik Pelanggan yang tidak wajar
minimum selama 3 (tiga) bulan berturut-turut;
i. APP dan/atau Perlengkapan APP pengganti.
BAB V
TATA CARA PELAKSANAAN P2TL
Bagian Kesatu
Tahap - Tahap P2TL
Pasal 8
Bagian Kedua
Tahap Pra P2TL
Pasal 9
23
c. melakukan koordinasi dengan Penyidik;
d. melakukan koordinasi lapangan dengan pihak terkait;
e. menyiapkan perlengkapan P2TL yang berkaitan dengan
pelaksanaan P2TL di lapangan.
24
Lapangan P2TL harus dilakukan beberapa saat sebelum
Petugas berangkat ke lokasi.
Bagian Ketiga
Tahap Pelaksanaan P2TL
Pasal 10
25
c. melakukan pemeriksaan lapangan;
d. melakukan tindakan P2TL bagi Pemakai Tenaga Listrik;
e. melakukan pemberkasan hasil pemeriksaan P2TL;
f. meninggalkan lokasi Pemakai Tenaga Listrik;
g. menyerahkan dokumen dan barang bukti kepada
petugas administrasi P2TL dengan membuat berita
acara serah terima dokumen dan Barang Bukti P2TL.
27
pascabayar atau mencatat saldo kWh untuk pelanggan
prabayar yang selanjutnya dituangkan dalam Berita
Acara hasil pemeriksaan sebagaimana pada Lampiran
I – 5;
28
a. sebelum meninggalkan lokasi, Petugas Pelaksana P2TL
menjelaskan hasil pelaksanaan P2TL kepada Pemakai
Tenaga Listrik atau yang mewakili;
b. kepada Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili
diserahkan Berita Acara hasil pemeriksaan P2TL yang
diperuntukkan bagi Pemakai Tenaga Listrik;
c. apabila Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili
dipanggil untuk penyelesaian tindak lanjut hasil temuan
P2TL, maka kepada Pemakai Tenaga Listrik diingatkan
untuk memenuhi panggilan PLN dan sanksinya apabila
tidak memenuhi panggilan PLN.
Bagian Keempat
Tahap Pasca P2TL
Pasal 11
29
c. melakukan pemeriksaan administrasi dan laboratorium
hasil temuan P2TL;
d. membuat analisa dan perhitungan serta usulan
penyelesaian tindak lanjut hasil temuan P2TL;
e. melaksanakan penetapan tindak lanjut hasil temuan
P2TL sesuai penetapan Pemberi Tugas atau Penanggung
Jawab P2TL;
f. menyiapkan administrasi proses tindak lanjut hasil
temuan P2TL;
g. membuat laporan penyelesaian kasus P2TL;
h. memproses tindak lanjut hasil keputusan General
Manager Distribusi/Wilayah atau Manajer APJ/Area/
Cabang atas keberatan P2TL yang diusulkan oleh Tim
Keberatan P2TL.
(2) Penerimaan dokumen dan barang bukti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah dengan cara
sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (7).
(3) Pemanggilan kepada Pemakai Tenaga Listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah sebagai berikut:
a. berdasarkan panggilan yang tertera pada Berita Acara
hasil pemeriksaan P2TL, Petugas administrasi P2TL
bertugas menerima/menghubungi/memanggil Pemakai
Tenaga Listrik atau yang mewakili;
b. apabila Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili tidak
datang memenuhi panggilan PLN tersebut, Petugas
Administrasi P2TL mengirimkan surat panggilan ke II
dan surat panggilan ke III. Jarak antara surat panggilan
I, ke II dan ke III masing-masing 3 (tiga) hari kerja;
c. apabila sampai dengan surat panggilan ke III Pemakai
Tenaga Listrik atau yang mewakili tidak datang
memenuhi panggilan PLN maka petugas Administrasi
P2TL mengirimkan surat peringatan I yang berisi
penetapan Tagihan Susulan. Masa Peringatan I adalah
5 hari kerja.
d. apabila sampai berakhirnya masa peringatan I, Pemakai
Tenaga Listrik atau yang mewakili belum datang
memenuhi panggilan PLN, Petugas Administrasi P2TL
mengirimkan surat peringatan II dan PLN mengirimkan
petugas P2TL untuk melaksanakan pemutusan
30
sementara. Masa peringatan II adalah selama 6 (enam)
hari kerja;
e. apabila Pemakai Tenaga Listrik atau yang mewakili
tidak datang memenuhi panggilan PLN pada masa
peringatan II, maka PLN akan mengirimkan petugas
untuk melaksanakan Pembongkaran Rampung.
(4) Pelaksanaan pemeriksaan administrasi dan laboratorium
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan
oleh Petugas Administrasi P2TL sebagai tindak lanjut hasil
temuan P2TL sebagai berikut:
a. dilakukan dalam rangka pembuktian/pengakuan
terjadinya penyimpangan pemakaian tenaga listrik;
b. dilakukan bersama - sama Pemakai Tenaga Listrik
atau yang mewakili dan Petugas Pelaksana P2TL, serta
Penyidik bila diperlukan;
c. pembukaan barang bukti dilakukan dihadapan para
pihak;
d. pemeriksaan administrasi dilengkapi dengan data PLN
lainnya, diantaranya data dari DIL, DIS, SOREK, AIL,
pemakaian tenaga listrik minimum selama 3 (tiga) bulan
terakhir dan saldo kWh/stroom serta data frekwensi
pembelian kWh/stroom untuk pelanggan prabayar;
e. pemeriksaan barang bukti dilakukan di laboratorium
independen yang mempunyai akreditasi atau
laboratorium PLN.
(5) Pembuatan analisa, perhitungan Tagihan Susulan serta
usulan penyelesaian P2TL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, dilakukan berdasarkan pada hasil pemeriksaan
administrasi dan/atau laboratorium dan kemudian Petugas
Administrasi P2TL melakukan sebagai berikut:
a. menentukan terjadi atau tidak terjadinya Pelanggaran
pemakaian tenaga listrik;
b. menentukan jenis golongan pelanggaran pemakaian
tenaga listrik;
c. menghitung Tagihan Susulan dan Biaya P2TL Lainnya;
d. menyiapkan konsep SPH bagi Pemakai Tenaga
Listrik yang meminta keringanan pembayaran secara
angsuran;
e. mengusulkan penyelesaian dan tindak lanjut hasil
31
temuan P2TL kepada Pemberi Tugas atau Penanggung
Jawab P2TL meliputi golongan pelanggaran, besarnya
Tagihan Susulan dan Biaya P2TL Lainnya serta cara
pembayarannya;
f. usulan sebagaimana dimaksud pada huruf e ayat (5)
harus sudah disampaikan kepada Pemberi Tugas atau
Penanggung Jawab P2TL selambat-lambatnya pada
3 (tiga) hari kerja sejak Pemakai Tenaga Listrik atau
yang mewakili datang memenuhi panggilan PLN;
g. penyelesaian perkara P2TL harus sudah ditetapkan oleh
Pemberi Tugas atau Penanggung Jawab P2TL secara
tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak
diusulkan oleh Petugas Administrasi P2TL.
(6) Pelaksanaan tindak lanjut hasil temuan P2TL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, dilakukan berdasarkan
pada penetapan penyelesaian perkara P2TL oleh Pemberi
Tugas atau Penanggung Jawab P2TL dan kemudian Petugas
Administrasi P2TL melakukan sebagai berikut:
a. memproses pembayaran Tagihan Susulan dan Biaya
P2TL Lainnya yang dilakukan secara tunai atau angsuran
dan memantaunya apabila dilakukan secara angsuran;
b. menginformasikan pembayaran Tagihan Susulan
kepada Unit sesuai dengan lokasi Pelanggan yang
terkena P2TL untuk persiapan penyambungan kembali.
BAB VI
BARANG BUKTI
Pasal 12
32
oleh Penyidik yang ditandatangani oleh Penyidik,
Petugas Pelaksana P2TL dan Pemakai Tenaga Listrik
atau yang mewakili;
3) barang bukti disegel oleh Penyidik;
33
5) segel dan atau tanda tera yang diduga tidak sesuai
dengan aslinya;
6) perangkat lunak dan/atau perangkat keras yang
dipergunakan untuk mempengaruhi pengukuran
energi dan/atau batas daya.
34
BAB VII
JENIS DAN GOLONGAN PELANGGARAN
PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
Pasal 13
35
perlengkapannya, hilang, rusak atau tidak sesuai
dengan aslinya;
2) meter kVA maks dan/atau perlengkapannya, rusak,
hilang atau tidak sesuai dengan aslinya;
f. terjadi hal-hal lainnya dengan tujuan mempengaruhi
batas daya.
(3) Termasuk P II yaitu apabila pada APP yang terpasang di
pelanggan ditemukan satu atau lebih fakta yang dapat
mempengaruhi pengukuran energi, sebagai berikut :
a. Segel Tera dan/atau Segel milik PLN pada Alat Pengukur
dan/atau perlengkapannya salah satu atau semuanya
hilang/tidak lengkap, rusak/putus, atau tidak sesuai
dengan aslinya;
b. Alat Pengukur dan/atau perlengkapannya hilang atau
tidak sesuai dengan aslinya;
c. Alat Pengukur dan/atau perlengkapannya tidak berfungsi
sebagaimana mestinya walaupun semua Segel milik PLN
dan Segel Tera dalam keadaan lengkap dan baik.
Adapun cara-cara mempengaruhi Alat Pengukur dan/
atau perlengkapannya, antara lain:
1) mempengaruhi kerja piringan Alat Pengukur, antara
lain dengan :
a) membengkokkan piringan meter;
b) membengkokkan poros piringan meter;
c) mengubah kedudukan poros piringan;
d) merusakkan kedudukan poros piringan;
e) melubangi tutup meter;
f) merusakkan sekat tutup meter;
g) merusakkan kaca tutup meter;
h) mengganjal piringan agar berhenti atau lambat;
2) mempengaruhi kerja elektro dinamik, antara lain
dengan:
a) mengubah setting kalibrasi Alat Pengukur;
b) memutus/merusak/mempengaruhi kerja kum-
paran arus;
c) memutus/merusak/mempengaruhi kerja kum-
paran tegangan;
d) memutus penghantar neutral dan menghubung-
kan ke bumi;
36
3) mempengaruhi kerja register/angka register, antara
lain dengan:
a) mengubah gigi transmisi
b) merusak gigi transmisi;
c) mempengaruhi posisi WBP;
d) memundurkan angka register;
4) pengawatan meter berubah dan ada indikasi
kesengajaan yang dibuktikan melalui laboratorium
indepeden atau laboratorium PLN sehingga :
a) pengawatan arus tidak se-phasa dengan
tegangannya dan/atau polaritas arusnya ada
yang terbalik;
b) kabel arus terlepas;
c) memutus rangkaian pengawatan arus atau
tegangan;
5) mengubah, mempengaruhi alat bantu ukur energi,
dengan:
a) mengganti Current Transformer (CT) dan/atau
Potential Transformer (PT) dengan ratio yang
lebih besar;
b) menghubung singkat terminal primer dan/atau
sekunder CT;
c) memutus rangkaian arus CT atau tegangan PT;
d) merusak CT dan/atau PT;
6) mengubah instalasi pentanahan netral CT dan kotak
APP yang mengakibatkan pengukuran energi tidak
normal;
7) memutus penghantar netral pada sambungan
instalasi milik PLN dan netral di sisi Instalasi milik
Pelanggan serta menghubungkan penghantar
netral ke bumi sehingga mempengaruhi pengukuran
energi;
8) menukar penghantar phasa dengan penghantar
netral pada Instalasi milik PLN sehingga
mempengaruhi pengukuran energi;
9) mengubah/memindah instalasi milik PLN tanpa
ijin PLN sehingga menyebabkan APP atau alat
perlengkapannya milik PLN rusak atau dapat
37
mempengaruhi kinerja Alat Pengukur;
10) mengubah pengukuran Alat Pengukur elektronik,
antara lain dengan:
a) mengubah setting data entry;
b) mempengaruhi sistim komunikasi data dari
meter elektronik ke pusat kontrol data PLN;
c) mempengaruhi perangkat lunak yang dipakai
untuk fungsi kerja Alat Pengukur;
d. terjadi hal-hal lainnya dengan tujuan mempengaruhi
pemakaian energi.
(4) Termasuk P III yaitu apabila pada APP dan instalasi listrik
yang terpasang di pelanggan ditemukan satu atau lebih
fakta yang dapat mempengaruhi pengukuran batas daya
dan energi sebagai berikut :
a. Pelanggaran yang merupakan gabungan pada P I dan
P II;
b. Sambungan Langsung ke Instalasi Pelanggan dari
Instalasi PLN sebelum APP.
(5) Termasuk P IV yaitu apabila ditemukan fakta pemakaian
tenaga listrik PLN tanpa alas hak yang sah oleh Bukan
Pelanggan.
BAB VIII
SANKSI
Bagian Kesatu
Sanksi P2TL
Pasal 14
a. Pemutusan Sementara;
b. Pembongkaran Rampung;
c. Pembayaran Tagihan Susulan;
d. Pembayaran Biaya P2TL Lainnya.
38
(2) Bukan Pelanggan yang terkena P2TL dikenakan sanksi
berupa :
a. Pembongkaran Rampung;
b. Pembayaran TS4;
c. Pembayaran Biaya P2TL lainnya.
Bagian Kedua
Biaya P2TL
Pasal 15
(3) Selain Biaya P2TL sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi
Pelanggan yang belum melakukan kewajiban lainnya, maka
kewajiban tersebut harus ditagihkan kepada Pelanggan.
Bagian Ketiga
Pemutusan Sementara dan Pembongkaran Rampung
Pasal 16
39
dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan P2TL;
b. pada waktu pemeriksaan P2TL ditemukan dugaan telah
terjadi Pelanggaran dan Pelanggan tidak memenuhi
panggilan PLN sampai habis masa peringatan I;
c. Pelanggan datang memenuhi panggilan PLN, tetapi
Pelanggan mengulur waktu sehingga menghambat
proses penyelesaian P2TL; atau
d. Pelanggan tidak melunasi Tagihan Susulan dan Biaya
P2TL lainnya sesuai jangka waktu atau tahapan yang
telah ditetapkan pada SPH.
(2) Pembongkaran Rampung dilakukan kepada Pelanggan dan
Bukan Pelanggan apabila:
a. Pelanggan yang melakukan Pelanggaran yang tidak
memenuhi panggilan PLN sampai dengan habisnya
masa peringatan II;
b. Sampai dengan 2 (dua) bulan sejak Pemutusan
Sementara, Pelanggan belum melunasi Tagihan Susulan
yang telah ditetapkan atau belum melaksanakan
pembayaran Tagihan Susulan sesuai SPH;
c. Bukan Pelanggan yang melakukan Sambungan
Langsung dan ditindaklanjuti dengan ditandatangani
Berita Acara Hasil Pemeriksaan P2TL.
Bagian Keempat
Penyambungan Kembali
Pasal 17
40
(2) Penyambungan kembali bagi Pelanggan yang telah
dikenakan Pembongkaran Rampung diberlakukan sebagai
Pelanggan pasang baru, setelah melunasi Tagihan Susulan
serta biaya P2TL lainnya dan/atau telah menandatangani
SPH dan telah melunasi angsuran pertama.
Bagian Kelima
Penyambungan Bagi Bukan Pelanggan
Pasal 18
BAB IX
TAGIHAN SUSULAN
Bagian Kesatu
Ketentuan Tagihan Susulan
Pasal 19
41
Lainnya dibuat oleh PLN secara sepihak bersamaan dengan
surat peringatan I (Pertama).
(4) Tagihan Susulan dan Biaya P2TL Lainnya harus dibayar tunai
atau atas permintaan Pelanggan dan atas pertimbangan
tertentu dapat dibayar secara angsuran 12 (dua belas) kali
dengan jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan.
Bagian Kedua
Ketentuan TS4
Pasal 20
(6) TS4 dan Biaya P2TL Lainnya pada prinsipnya harus dibayar
tunai, namun atas permintaan Bukan Pelanggan dengan
alasan yang dapat diterima PLN, TS4 dan Biaya P2TL
Lainnya dapat dibayar secara angsuran dengan agunan
yang mempunyai nilai yang sebanding dengan nilai Tagihan
Susulan atau dapat tanpa agunan atas pertimbangan
tertentu oleh General Manajer Distribusi / Wilayah atau
Manajer Area / APJ / Cabang.
Bagian Ketiga
Perhitungan Tagihan Susulan
Paragraf Kesatu
Pelanggan Reguler
Pasal 21
43
2. Pelanggaran Golongan II (P II):
TS2 = 9 X 720 jam X Daya Tersambung X 0,85 X harga
per kWh yang tertinggi pada golongan tarif pelanggan
sesuai Tarif Dasar Listrik;
44
Paragraf Kedua
Pelanggan Pra Bayar
Pasal 22
Paragraf Ketiga
Pengajuan Keberatan
Pasal 23
45
dan oleh Manajer APJ/Area/Cabang untuk tingkat Cabang/
APJ/Area.
46
PLN, Manajemen PLN dalam waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja harus menyampaikan permohonan maaf
secara tertulis kepada Pelanggan tersebut.
BAB X
PENYIDIKAN
Pasal 24
BAB XI
LAPORAN P2TL
Pasal 25
47
BAB XII
KETENTUAN LAIN – LAIN
Pasal 26
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
(1) Dengan berlakunya Keputusan Direksi ini, maka
Keputusan Direksi PLN No. 234.K/DIR/2008 tentang
Penertiban Pemakaian Tenaga listrik yang telah disahkan
oleh Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi No.
318-12/20/600.1/2008, dan ketentuan-ketentuan lain
yang bertentangan dengan Keputusan Direksi ini, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal : 27 Desember 2011
48
Lampiran I – 1
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. :1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
PT PLN (Persero)
SURAT KUASA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
NIP :
Jabatan : General Manager/Manajer Cabang / APJ/
Area / AP Prima ………………………
Alamat :
Selanjutnya disebut sebagai PEMBERI KUASA;
49
pelanggan;
Melakukan pemberkasan hasil temuan/pemeriksaan P2TL;
Menandatangani Berita Acara Pemeriksaan dan/atau Hasil
Temuan P2TL atau Berita Acara lainnnya sepanjang diperlukan;
Memeriksa Jaringan Tenaga Listrik, Sambungan Langsung,
APP dan perlengkapannnya, serta instalasi pemakai tenaga
dalam rangka menertibkan pemakaian tenaga listrik;
Memeriksa APP beserta perlengkapannya;
Mengambil barang/benda atau sejenisnya yang dapat
digunakan sebagai barang bukti karena patut diduga
ada kaitannnya dengan pelanggaran yang dilakukan oleh
Pelanggan/Konsumen dan diserahkan kepada Pemberi Kuasa;
Melakukan pengambilan barang bukti berupa APP atau
peralatan lainnya;
Melakukan pemutusan sementara dan/atau Pembongkaran
Rampung atas SL dan/atau APP pada pelanggan yang harus
dikenakan Pemutusan Sementara atau Pembongkaran
Rampung;
Melakukan penyegelan sepanjang yang dibolehkan menurut
ketentuan PEMBERI KUASA;
Memasang APP pengganti yang diambil untuk pemeriksaan
dan mencatat stand meter cabut dan stand meter pasang
dan menyimpan segel-segel dalam kantong;
_______________ ________________
50
Lampiran I – 2.1
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
PT. ……………..
Nama :
Jabatan : Direktur PT. ………………..........
Alamat :
Nama :
Nomor Induk Pegawai :
Alamat :
51
kegiatan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) terhadap
instalasi tenaga listrik milik PT PLN (Persero) Wilayah/Distribusi
........... yang berada di tempat, daerah, lokasi atau setidak-
tidaknya wilayah penguasaan pelanggan/Konsumen PT PLN
(Persero) Distribusi/Wilayah/Cabang/APJ/Area/AP Prima.
52
Surat Kuasa ini tidak dapat disubstitusikan.
……………………….,…………20…..
_______________________ _________________________
53
Lampiran I – 2.2
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
PT. ............................
SURAT TUGAS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Alamat :
Nama :
Jabatan :
Alamat :
54
Demikian surat tugas ini diterbitkan untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya dan penuh tanggung jawab.
……………………….,…………20…..
_______________________ _________________________
55
Lampiran I – 3
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
PT PLN (Persero)
........... …......……1)
SURAT TUGAS
Nomor : …………..…..………..…2)
Nama : ................................………......................
Jabatan : …….....................………......................... 6)
56
Demikian surat tugas ini diterbitkan untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya dan penuh tanggung jawab.
(..........................................) 9) ( …………………………….) 8)
Keterangan :
57
Lampiran I - 3
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 1486.K/DIR/2011
Tanggal 27 Desember 2011
*) Diisi target operasi sesuai sasaran daerah kerja yang akan dilakukan P2TL
(……………………………….)
58
Lampiran I – 4.1
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DOR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
PT PLN (Persero)
................... ……….......……
NOMOR : …………………...............
1. Nama : ………………….............
No. Induk : …………………............
Jabatan : …………………........... ;
2. Nama : …………………............
No. Induk : …………………...........
Jabatan : …………………........... ;
1. Nama : …………………..............
NIP/NRP : …………………..............
Jabatan : …………………..............
59
2. Nama : …………………..............
NIP/NRP : …………………..............
ID Pelanggan : ...........................................
- Tarip/Daya tersambung/
Peruntukan : ………... / ………………………………...
Nama : ………………..................................
Alamat : ……………....................................
Pekerjaan : …………………................................
60
A. KONDISI APP SEBELUM DAN SESUDAH DIPERIKSA
SEBELUM SETELAH
NO PERALATAN SATUAN
DIPERIKSA DIPERIKSA
1. a KWH meter Ada /tidak ada Ada /tidak ada
- Merk
- Tahun
- Putaran rpm
- Kondisi visual Baik / Tidak Baik / Tidak
1.b - Segel terpasang buah ………. ……….
- Jenis Plastik/ Timah Plastik/ Timah
- Acuan
- Tahun
- Kondisi visual Baik / tidak Baik / tidak
2.a PEMBATAS
- Kapasitas A ……….. ………..
- Merk
2.b - Segel terpasang buah
- Jenis Plastik/ Timah Plastik/ Timah
- Acuan
- Tahun
3.a PAPAN meter (OK I) Pakai /Tidak Pakai /Tidak
- Jenis Kayu / Metal Kayu / Metal
- Kondisi Visual Baik / Tidak Baik / Tidak
- Segel terpasang buah
- Jenis Plastik/ Timah Plastik/ Timah
- Acuan
- Tahun
PENGAWATAN
4.
APP
- Sesuai SPLN
No 55 tahun
Sesuai / tidak Sesuai / tidak
…….;SPLN No.
…
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
61
D. PENYELESAIAN (bila ditemukan pelanggran)
Pelanggan/Pemakai/
Penghuni/Wakil Pelanggan/
Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL
(.........................................)
(..............................) (...................................)
Saksi
(...........................................)
(...........................................)
62
Lampiran I – 4.2a
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
PT PLN (Persero)
................... ……….......……1)
NOMOR : …………………...............
1. Nama : ...........................
No. Induk : ...........................
Jabatan : ...........................;
2. Nama : ...........................
No. Induk : ...........................
Jabatan : ...........................;
1. Nama : …………………..............
NIP/NRP : …………………..............
Jabatan : …………………..............
63
No. Identitas/KTP : .......................................
Alamat : ....................................... ;
2. Nama : …………………..............
NIP/NRP : …………………..............
Jabatan : …………………..............
No. Identitas/KTP : .......................................
Alamat : ....................................... ;
I. Pelaksanaan P2TL
64
Hasil Pemeriksaan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik
(P2TL) untuk sistem pengukuran langsung 1 phase / 3 phase
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Berita
Acara ini .
Bagian : .............................................
Alamat : .............................................
65
Pelanggan/Pemakai/
Penghuni/Wakil Pelanggan/
Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL
(.........................................) 4)
(.....…………………………… ) 4) (............................…….) 4)
Saksi
(.................................................) 4)
(.................................................) 4)
Keterangan :
1) Diisi sesuai Unit pelaksana pemberi tugas
2) Coret yang tidak perlu.
3) Untuk Non Pelanggan PLN, data tidak perlu diisi.
4) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.
66
Lampiran I – 4.2b
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
I. Tegangan Tersambung.
I.1 1 phase/ 3 phase. 1)
I.2 127 V, 220 V, 127/220 V, 220/380 V 1)
.............................................................................
.............................................................................
67
IV. Data APP Terpasang.
68
V. Data Pemeriksaan
69
4.1.1.Tutup meter
4.1.2.Tutup terminal
4.2. Meter kVArh
4.2.1.Tutup meter
4.2.2.Tutup terminal
4.3. Time Switch
4.3.1. Tutup T. Switch
5 Alat Pembatas
5.1. MCB/MCCB/NFB
5.2. Sekering
) Diisi a= Baik
b= Rusak
c= Tidak sesuai aslinya
33
Pengukuran.
R ….. A 0, …… ….. A 0, ……
S ….. A 0, …… ….. A 0, ……
T ….. A 0, …… ….. A 0, ……
Nol ….. A 0, …… ….. A 0, ……
70
6.3. Pemeriksaan putaran meter kWh
melalui sekering meter/Terminal
Pengukuran 4 kawat
71
3 // // // maju/mundur/diam *) …………………… maju/mundur/diam *) ……………………
4 // // // maju/mundur/diam *) …………………… maju/mundur/diam *) ……………………
6.4. Hasil perbandingan antara kWh dengan alat ukur
portable
6.4. Hasil perbandingan antara kWh meter dengan alat ukur portable :
Ukuran : ..........…………………………………
Kondisi/Kelainan-2 : ………..........…………………….…..
Ukuran : …………..........………………………
Kondisi/Kelainan-2 : ……………..........……….………….
72
Dengan penghantar di atas tanah / di bawah tanah 1)
8.4 Kesimpulan.
73
Tindakan Teknis yang lain :
..........................................................................
..........................................................................
..........................................................................
..........................................................................
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/ Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL
(..............................) 2)
(..............................) 2) (..............................) 2)
Saksi
(......................................) 2)
(......................................) 2)
Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing
74
Lampiran I – 4.2c
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
I. Tegangan tersambung.
75
IV. Data APP Terpasang.
4.1 Alat Pembatas.
Jenis :................................................
Merk/Type :...............................................
Arus Nominal (In) : …………. X …………. Ampere
76
V. Data Pemeriksaan
5.1. Pemeriksaan APP (Peralatan, Segel, Kunci dan Kode Acuan)
2 Lemari APP
3 Kotak APP
Pemeriksaan dilakukan
terhadap.
a. Kotak CT
b. Kotak Alat Pembatas
c. Kotak Sekering
4 Alat Pengukur :
Pemeriksaan dilakukan
terhadap.
a. Meter kWh
tarif tunggal/ganda
- tutup meter
- tutup terminal
- kotak meter (OK)
b. Meter kVArh
- tutup meter
- tutup terminal
- kotak meter (OK)
c. Meter kVAmax
- tutup meter
- tutup terminal
- kotak meter (OK)
d. Automat / relay
e. Lonceng :
- tutup lonceng
- tutup terminal
5 Alat Pembatas
a. Sekering
b. Automatic Relay/MCB
77
s
VI. Pengukuran
6.1. Pengukuran beban dan faktor daya ( Cos Q )
Pengukuran dilaksanakan pada jam : ……………………………….
6.3. Pemeriksaan putaran meter kWh melalui sekering meter/klem terminal meter
78
VII. Sambungan Tenaga Listrik ( SL )
VII. Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah (SLTR).
Kondisi/Kelainan: ………………………………..
79
Cukup bukti terjadi kelainan / Terdapat indikasi
terjadi Kelainan 1)
8.5 Tindakan Teknis Yang Dilakukan.
Dilakukan / tidak dilakukan Pemutusan Rampung
Sambungan Langsung 1)
Dilakukan / tidak dilakukan Pemutusan sementara 1)
Perubahan
No Jenis
Sebelum sesudah
1 Alat Pembatas :
Jenis :
Type / Seri :
Arus Nominal (In):
80
3 Meter kWh
Type / merk
No. Pabrik / Tahun
Sistem tegangan
Arus Nominal (In)
Constanta meter
Stand meter WBP
Stand meter LWBP
4 Meter kVArh
Type / merk
No. Pabrik / Tahun
Sistem tegangan
Arus Nominal (In)
Constanta meter
Stand meter
81
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL
(.....………………………… ) 2)
(........................……. ) 2) (.......................……. ) 2)
Saksi
(.............................................) 2)
(.............................................) 2)
Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu.
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.
82
Lampiran I - 5
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
PT PLN (Persero)
WILAYAH/ DISTRIBUSI 1) ………....................……
CABANG/ APJ/ Area/ AP Prima 1)……………………………......…
RANTING/ RAYON/ UPJ 1) …………………
BERITA ACARA
PENGAMBILAN BARANG BUKTI
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
Nomor : ………………….
Nama : …………………………….
Alamat : …………………………….
No. KTP : …………………………….
83
Barang Bukti seperti data pada Lampiran Berita Acara ini,
tidak dimasukkan/dimasukkan 1) dalam kantong kemudian
disegel, serta dibubuhi tandatangan pada penutup kantong
tersebut Pemakai/Penghuni/Wakil Pelanggan/Penanggung
Jawab Bangunan atau Persil.
Selanjutnya Barang Bukti tersebut diatas dibawa untuk
disimpan dan diamankan di gudang/laboratorium PLN sebagai
barang titipan Penyidik sampai dengan dibuka dan diperiksa
bersama oleh Para Pihak.
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL
(.........................) 2)
(.....…………………………… ) 2) (....................……..) 2)
Saksi
(.................................................) 2)
(.................................................) 2)
Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu.
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.
84
Lampiran I - 5
Keputusan Direksi PLN PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 sember 2011
5 Trafo arus/CT *)
Type/merk : ………………………
No. Pabrik/tahun : …………….
Ratio : …………………………
85
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL
(...........................) 2)
(.....…………………………… ) 2) (...........................) 2)
Saksi
(.................................................) 2)
(.................................................) 2)
Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu.
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.
86
Lampiran I – 6
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
PT PLN (Persero)
WILAYAH/ DISTRIBUSI 1) ………....................……
CABANG/ APJ/ Area/ AP Prima 1)……………………………......…
RANTING/ RAYON/ UPJ 1) …………………
BERITA ACARA
SERAH TERIMA DOKUMEN DAN BARANG BUKTI
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
Nomor : ………………….
1. Nama :..................................................
NiP :..................................................
Jabatan :.................................................;
2. Nama :........................................................
NIP :........................................................
Jabatan :...................................................... ;
87
Adalah Petugas Administrasi P2TL PLN yang bertugas
melaksanakan proses Administrasi tindak lanjut hasil temuan
P2TL.
(....................……… ) 2) (...............………… ) 2)
Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing
88
Lampiran I – 7
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
PT PLN (Persero)
WILAYAH/ DISTRIBUSI 1) ………....................……
CABANG/ APJ/ Area/ AP Prima 1)……………………………......…
RANTING/ RAYON/ UPJ 1) …………………
BERITA ACARA
PENITIPAN / PEMINJAMAN BARANG BUKTI
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
Nomor : ………………….
1. Nama :........................................................
NIP/NRP :........................................................
Jabatan :...................................................... ;
2. Nama :........................................................
NIP :........................................................
Jabatan :...................................................... ;
89
Penyidik P2TL telah menyerahkan kepada Petugas P2TL PLN dan
Petugas P2TL PLN telah menerima dari Penyidik P2TL, Barang
Bukti P2TL sebagaimana dimaksud pada Lampiran Berita Acara
Pengambilan Barang Bukti P2TL nomor ................................
.... tanggal.................................dalam keadaan lengkap dan
tersegel, dengan ketentuan sebagai berikut :
(.....…………………… ) 2) (.....…….……………… ) 2)
Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing
90
Lampiran I – 8
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
PT PLN (Persero)
WILAYAH/ DISTRIBUSI 1) ………....................……
CABANG/ APJ/ Area/ AP Prima 1)……………………………......…
RANTING/ RAYON/ UPJ 1) …………………
BERITA ACARA
PEMBUKAAN BARANG BUKTI
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
Nomor : ………………….
a Tempat :...................................................
b Dilaksanakan oleh : Petugas P2TL, Penyidik dan
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/Wakil Pelanggan/
Penanggung Jawab Bangunan atau Persil yang diperiksa, 1)
c Pelanggan/Pemakai/Penghuni/Wakil Pelanggan/
Penanggung Jawab Bangunan atau Persil 1)
Nama : ………………………….
Alamat : ………………………….
Pekerjaan : ………………………….
91
d Pada waktu dilakukan pembukaan diadakan penelitian
terhadap segel kantong tersebut dengan hasil pembukaan :
3 Kesimpulan Pemeriksaan.
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL
(.........................) 2)
(.....……………………… ) 2) (.......................……. ) 2)
Saksi
(.................................................) 2)
(.................................................) 2)
Keterangan :
1) Coret yang tidak perlu.
2) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.
92
Lampiran I – 8
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : 1486.K /DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
5 Trafo arus/CT *)
Type/merk : ………………………
No. Pabrik/tahun : …………….
Ratio : …………………………
93
Pelanggan/Pemakai/Penghuni/
Wakil Pelanggan/Penanggung Jawab
Bangunan atau Persil Tim P2TL
(...........................) 2)
(.....…………………………… ) 2) (...........................) 2)
Saksi
(.................................................) 2)
(.................................................) 2)
Keterangan :
3) Coret yang tidak perlu.
4) Diisi nama terang dan tanda tangan masing-masing.
94
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR WILAYAH / DISTRIBUSI ………………………………………….
LAMPIRAN P2TL I - 8.1
LAPORAN PENDAPATAN P2TL
PER UNIT PELAKSANA
TRIWULAN. . . . . .. TAHUN. . . . . . . .
95
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
18
TOTAL
………………………………………….., 20………….
GENERAL MANAGER
( ………………………………………………. )
47
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR WILAYAH / DISTRIBUSI ………………………………………….
LAMPIRAN P2TL I - 8.2
LAPORAN PENDAPATAN P2TL
PER GOLONGAN TARIF
TRIWULAN. . . . . .. TAHUN. . . . . . . .
TARGET TRIWULANAN REALISASI PELANGGAN REALISASI TAGIHAN SUSULAN REALISASI
GOLONGAN (Kons) PEMBAYARAN
NO TARIF PEMERIKSAAN TAGIHAN SUSULAN JUMLAH JUMLAH PENYIMPANGAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN TAGIHAN
PELANGGAN ENERGI RUPIAH PEMERIKSAAN JUMLAH PELANGGARAN DAYA ENERGI TOTAL SUSULAN
(Kons) (kWh) (Rp) I II III IV (kVA) (kWH) (Rp) (Rp)
1 2 3a 3b 3c 4 5 6 7 8 9 8
1 S1
2 S2
3 S3
4 R1
5 R2
6 R3
7 B1
8 B2
9 B3
96
10 I1
11 I2
12 I3
13 I4
14 P1
15 P2
16 P3
17 NON PELANGGAN
TOTAL
………………………………………….., 20………….
48 GENERAL MANAGER
PT. PLN (PERSERO)
97
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
18
TOTAL
………………………………………….., 20………….
GENERAL MANAGER
49
KANTOR WILAYAH / DISTRIBUSI ………………………………………….
LAMPIRAN P2TL I - 8.4
LAPORAN PENDAPATAN P2TL
PER GOLONGAN TARIF
AKUMULASI SD TRIWULAN. . . . . .. TAHUN. . . . . . . .
TARGET TRIWULANAN REALISASI PELANGGAN REALISASI TAGIHAN SUSULAN REALISASI
GOLONGAN (Kons) PEMBAYARAN
NO TARIF PEMERIKSAAN TAGIHAN SUSULAN JUMLAH JUMLAH PENYIMPANGAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN TAGIHAN
PELANGGAN ENERGI RUPIAH PEMERIKSAAN JUMLAH PELANGGARAN DAYA ENERGI TOTAL SUSULAN
(Kons) (kWh) (Rp) I II III IV (kVA) (kWH) (Rp) (Rp)
1 2 3a 3b 3c 4 5 6 7 8 9 8
1 S1
2 S2
3 S3
4 R1
5 R2
98
6 R3
7 B1
8 B2
9 B3
10 I1
11 I2
12 I3
13 I4
14 P1
15 P2
16 P3
17 NON PELANGGAN
TOTAL
………………………………………….., 200………….
GENERAL MANAGER …………………..
51
KANTOR WILAYAH / DISTRIBUSI ………………………………………….
LAMPIRAN P2TL I - 8.4
LAPORAN PENDAPATAN P2TL
PER GOLONGAN TARIF
AKUMULASI SD TRIWULAN. . . . . .. TAHUN. . . . . . . .
4 R1
5 R2
99
6 R3
7 B1
8 B2
9 B3
10 I1
11 I2
12 I3
13 I4
14 P1
15 P2
16 P3
17 NON PELANGGAN
TOTAL
………………………………………….., 200………….
51
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR WILAYAH / DISTRIBUSI ………………………………………….
LAMPIRAN P2TL I - 8.6
LAPORAN PENDAPATAN P2TL
PER GOLONGAN TARIF
BULAN. . . . . .. TAHUN. . . . . . . .
TARGET TRIWULANAN REALISASI PELANGGAN REALISASI TAGIHAN SUSULAN REALISASI
GOLONGAN (Kons) PEMBAYARAN
NO TARIF PEMERIKSAAN TAGIHAN SUSULAN JUMLAH JUMLAH PENYIMPANGAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN PEMAKAIAN TAGIHAN
PELANGGAN ENERGI RUPIAH PEMERIKSAAN JUMLAH PELANGGARAN DAYA ENERGI TOTAL SUSULAN
(Kons) (kWh) (Rp) I II III IV (kVA) (kWH) (Rp) (Rp)
1 2 3a 3b 3c 4 5 6 7 8 9 8
1 S1
2 S2
100
3 S3
4 R1
5 R2
6 R3
7 B1
8 B2
9 B3
10 I1
11 I2
12 I3
13 I4
14 P1
15 P2
16 P3
17 NON PELANGGAN
TOTAL
………………………………………….., 20………….
GENERAL MANAGER
Lampiran I-9
SURAT PANGGILAN I
(BERSAMAAN BA PEMERIKSAAN)
Maks 3 HK
Tidak
Bebas TS
Ya
Tidak
Ya
Lab- Tidak
Plg
pelanggar
Datang Ya an?
Tidak Hitung TS
Tidak Surat Peringatan I;
Maksimum
Hitung TS
3 HK
PLG
Menyurat
ke PLN
Surat Datang Ya
Panggilan III & Bayar
Tidak Ya
Sepakat ? Tidak
Maks 5 hk
Maks 6 HK
Maksimum
Tidak Pembongkaran
3 HK
Ya Rampung
Bebas Ya
Bebas TS Ya?
TS
Tutup Berkas
P2TL
101
53
JANGKA WAKTU TINDAK LANJUT TEMUAN P2TL
BAGI PELANGGAN YANG TIDAK MEMENUHI PANGGILAN
PR
SEKETIKA
TS I
PS I DISEPAKATI
TS II
SEPIHAK PS II PR I
SEKETIKA
PELANG TS DITERBITKAN
GARAN BERDASARKAN KLARIFIKASI MASA MASA
PERINGATAN I PERINGATAN II
102
MASA MASA MASA
PANGGILAN I PANGGILAN II PANGGILAN III
JANGKA
WAKTU
PROSES 3 HK 3 HK 3 HK 5 HK 6 HK
PELANG Maks Maks Maks Maks Maks
GARAN
BA P2TL SURAT SURAT SURAT SURAT
PANGGILAN I PANGGILAN II PANGGILAN III PERINGATAN I PERINGATAN II HK = HARI KERJA
JANGKA WAKTU TINDAK LANJUT TEMUAN P2TL
BAGI PELANGGAN YANG MEMENUHI PANGGILAN
PR
SEKETIKA
TS II PELANGGAN TS III
PS I SEPIHAK DATANG DISEPAKATI PS III PR II
SEKETIKA
PELANG
GARAN
3 X 3 HK 5HK 15 HK 60 HK
X HK
Maks Maks Maks Maks
MASA
103
KLARIFIKASI
TAMBAHAN
MASA
JANGKA MASA MASA PEMERIKSAAN /
WAKTU PANGGILAN PERINGATAN KLARIFIKASI MASA ANGSURAN TS
PROSES
2 x 14 7 HK 8 HK 12 BULAN
Maks
BA P2TL PENETAPAN
PEMERIKSAAN USULAN
PANGGILAN I PEMBERI
/ KLARIFIKASI PENETAPAN
TUGAS
KETERANGAN
TS : TAGIHAN SUSULAN.
TS I : Dilakukan berdasarkan kesepakatan setelah dilakukan pemeriksaan dan klarifikasi Pelanggaran
TS II : Dilakukan secara sepihak oleh PLN karena Pelanggan tidak datang memenuhi panggilan PLN sampai
dengan berakhirnya Masa Panggilan III.
TS Iii : Dilakukan berdasarkan kesepakatan setelah Pelanggan datang serta dilakukan pemeriksaan dan
klarifikasi Pelanggaran atau Kelainan.
PS : PEMUTUSAN SEMENTARA.
PS I : Dilakukan padaTahap Pelaksanaan P2TL setelah pemeriksaan dan dibuat BA P2TL, karena terdapat
cukup bukti/ diyakini terjadi Pelanggaran.
PS II : Dilakukan padaTahap Pasca P2TL, karena terdapat indikasi Pelanggaran dan Pelanggan tidak meme-
nuhi panggilan PLN sampai dengan berakhirnya Masa Peringatan I.
PS III : Dilakukan padaTahap Pasca P2TL, karena terdapat indikasi Pelanggaran dan Pelanggan
104
datang memenuhi panggilan PLN tetapi karena permasalahan pada Pelanggan penyelesaian P2TL
menjadi berlarut-larut.
PR : PEMUTUSAN RAMPUNG NON PELANGGAN.
Dilakukan padaTahap Pelaksanaan P2TL pada sambungan langsung Non Pelanggan, atau pada sadapan
oleh Pelanggan.
PR : PEMBONGKARAN RAMPUNG PELANGGAN
PR I : Dilakukan padaTahap Pasca P2TL, karena terdapat indikasi Pelanggaran dan Pelanggan tidak me-
menuhi panggilan PLN sampai dengan berakhirnya Masa Peringatan II.
PR II : Dilakukan padaTahap Pasca P2TL, karena setelah 60 HK sejak PS Pelanggan tidak menyelesaikan TS .
PS-PR : PEMUTUSAN SEMENTARA–PEMUTUSAN RAMPUNG.
PS yang dilakukan karena Pelanggan tidak melaksanakan pembayaran angsuran TS sesuai SPPTS/ SPH yang
akan dtindak lanjuti dengan PR setelah 60 HK sejak PS Pelanggan belum melaksanakan pembayaran angsuran
TS.
LAMPIRAN II
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
1 S-1/TR 220 VA -
9 x 720 jam x (450 VA/1000) x 0,85 x Rp. 360/
2 S-2/TR 450 VA
kWh
9 x 720 jam x (900 VA/1000) x 0,85 x Rp. 360/
3 S-2/TR 900 VA
kWh
1.300 9 x 720 jam x (1300 VA/1000) x 0,85 x Rp.
4 S-2/TR
VA 605/kWh
2.200 9 x 720 jam x (2200 VA/1000) x 0,85 x Rp.
5 S-2/TR
VA 650/kWh
3.500
VA
9 x 720 jam x (daya tersambung (kVA)) x 0,85
6 S-2/TR s.d
x Rp. 755/kWh
200
kVA
diatas
9 x 720 jam x ( daya tersambung (kVA)) x 0,85
7 S-3/TM 200
x (K x P x Rp. 605/kWh)
kVA
105
GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR
NO
TARIF DAYA TS4 (Rp)
1 S-1/TR 220 VA -
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 10.000/
2 S-2/TR 450 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 360/kWh)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 15.000/
3 S-2/TR 900 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 360/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
1.300
4 S-2/TR (kVA)) x Rp. 605/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
VA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 605/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
2.200
5 S-2/TR (kVA)) x Rp. 650/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
VA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 650/kWh)
3.500
VA (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
6 S-2/TR s.d (kVA)) x Rp. 755/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
200 kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 755/kWh)
kVA
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
diatas
(kVA)) x (P x Rp. 605/kWh)) + (9 x 720 jam x
7 S-3/TM 200
(daya kedapatan (kVA)) x 0,85 x (K x P x Rp.
kVA
605/kWh)
Keterangan :
- Untuk pelanggan S-1/TR/220 VA golongan pelanggaran P III,
TS3 = (6 x (2 x (220 VA/1000)) x Rp. 14.800))
+ (9 x 720 jam x (220 VA/1000) x 0,85 x Rp. 360)
- K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai
dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat
(1,4 ≤ K ≤ 2), sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.
- P : Faktor pengali untuk pembeda antara S-3 bersifat sosial
murni dengan S-3 bersifat sosial komersial.
Kategori S-3 bersifat sosial murni dan S-3 bersifat sosial
komersial ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara dengan memper-
timbangkan kemampuan bayar dan sifat usahanya.
106
LAMPIRAN III
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
107
GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR
NO
TARIF DAYA TS4 (Rp)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 11.000/
1 R-1/TR 450 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 495/kWh)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 20.000/
2 R-1/TR 900 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 495/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
1.300
3 R-1/TR (kVA)) x Rp. 790/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
VA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 790/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
2.200
4 R-1/TR (kVA)) x Rp. 795/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
VA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 795/kWh)
3.500
VA (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
5 R-2/TR s.d (kVA)) x Rp. 890/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
5.500 kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 890/kWh)
VA
6.600 (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
6 R-3/TR VA ke (kVA)) x Rp.890/kWh) + (9 x 720 jam x (daya
atas kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 1380/kWh)
108
LAMPIRAN IV
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
109
GOL BATAS TAGIHAN SUSULAN (REGULER) DAN PRA BAYAR
NO
TARIF DAYA TS4 (Rp)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 23.500/
1 B-1/TR 450 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 420/kWh)
(9 x (2 x (daya kedapatan (kVA)) x Rp. 26.500/
2 B-1/TR 900 VA kVA)) + (9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA))
x 0,85 x Rp. 465/kWh)
(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
1.300
3 B-1/TR (kVA)) x Rp. 795/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
VA
kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 795/kWh)
2.200
VA (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
4 B-1/TR s.d (kVA)) x Rp. 905/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
5.500 kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 905/kWh)
VA
6.600
VA (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
5 B-2/TR s.d (kVA)) x Rp. 900/kWh)) + (9 x 720 jam x (daya
200 kedapatan (kVA)) x 0,85 x Rp. 1380/kWh)
kVA
di atas (9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatan
B-3/
6 200 (kVA)) x Rp.800/kWh) + (9 x 720 jam x (daya
TM
kVA kedapatan (kVA)) x 0,85 x (K x Rp. 800/kWh)
Keterangan :
- K: Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai
dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat
(1,4 ≤ K ≤ 2), sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.
110
LAMPIRAN V
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
Keterangan :
- K: Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai
dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat
(1,4 ≤ K ≤ 2), sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.
112
LAMPIRAN VI
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
Keterangan :
- K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan
karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 ≤ K ≤ 2),
sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.
114
LAMPIRAN VII
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
Keterangan :
- K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan
karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 ≤ K ≤ 2),
sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.
115
LAMPIRAN VIII
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
Keterangan :
- K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan
karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 ≤ K ≤ 2),
sesuai Keputusan Direksi yang berlaku.
116
LAMPIRAN IX
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
1 L/TR,TM,TT - -
Keterangan :
- Pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggan layanan khusus dikenakan
Tagihan Susulan P II
- Pelanggaran yang dilakukan oleh Bukan Konsumen layanan khusus
dikenakan Tagihan Susulan P IV
117
PT PLN (PERSERO) Lamppiran X
Surat Keputusan Direksi PLN Nomor : 1486.K/DIR/2011
Tanggal : 27 Desember 2011
LAPORAN P2TL
PER UNIT
BULAN........TAHUN.....
TARGET BULANAN REALISASI PELANGGAN REALISASI TAGIHAN
REALISASI
SUSULAN
PEM-
UNIT DISTRI- PE- BAYARAN
No PEMERIKSAAN TAGIHAN SUSULAN JUMLAH PELANGGARAN PE-
BUSI MAKAIAN TOTAL TAGIHAN
PELANGGAN PEMERIK- MAKAIAN SUSULAN
ENERGY RUPIAH JUMLAH PI P II P III P IV ENERGY (Rp)
(Kons) SAAN DAYA (kVA) (Rp)
(KwH) (kWh)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
118
TOTAL
Kolom 7 = 8 + 9 + 10 + 11
PT PLN (PERSERO)
NOMOR : 163-1.K/DIR/2012
TENTANG
PENYESUAIAN REKENING PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
119
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b di atas, perlu menetapkan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
tentang Penyesuaian Rekening
Pemakaian Tenaga Listrik.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen;
2. Undang-undang RI Nomor 19 Tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara;
3. Undang-undang RI Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas;
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informatika dan Transaksi
Elektronik;
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik;
6. Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan;
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23
Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum (Perum) Listrik
Negara menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero);
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor
45 Tahun 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan dan
Pembubaran Badan Usaha Milik
Negara;
9. Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun
2011 tentang Tarif Tenaga Listrik Yang
Disediakan oleh Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik
Negara;
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 14
Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik;
120
11. Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 02.P/451/M.PE/ 1991
tentang Hubungan Pemegang Usaha
Ketenagalistrikan dan Pemegang
Izin Usaha Ketenagalistrikan
Untuk Kepentingan Umum Dengan
Masyarakat;
12. Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 03.P/451/M.PE/ 1991
tentang Persyaratan Penyambungan
Tenaga listrik;
13. Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 04.P/40/M.PE/ 1991
tentang Penyidik Ketenagalistrikan;
14. Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 09 Tahun 2011
tentang Ketentuan Pelaksanaan Tarif
Tenaga Listrik Yang Disediakan oleh
Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara;
15. Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 45 Tahun 2005
tentang Instalasi Ketenagalistrikan
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 46 Tahun 2006;
16. Anggaran Dasar PT PLN (Persero);
17. Keputusan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara Nomor KEP-58/
MBU/2008 jis Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-
252/MBU/2009 dan Keputusan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara
Nomor KEP-224/MBU/2011 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan
Anggota-Anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Listrik Negara;
121
18. Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 001.K/030/DIR/1994 tentang
Pemberlakuan Peraturan Sehubungan
Dengan Pengalihan Bentuk Hukum
Perusahaan;
19. Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 304.K/DIR/2009 tentang
Batasan Kewenangan Pengambilan
Keputusan di Lingkungan PT PLN
(Persero) sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 1387.K//DIR/2011;
20. Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 023.K/DIR/2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja PT PLN
(Persero).
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Ketentuan Umum
122
5. PLN Sub Unit Pelaksana adalah Unit Organisasi PLN
jenjang ketiga antara lain PLN Rayon, PLN Ranting, PLN
Unit Pelayanan Jaringan (UPJ).
6. Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik adalah
rangkaian kegiatan yang meliputi : pemeriksaan, tindakan
dan penyelesaian yang dilakukan oleh PLN terhadap
tagihan rekening pemakai tenaga listrik yang belum
tertagihkan ataupun yang mengalami kelebihan tagih.
7. Alas hak yang sah adalah hubungan hukum keperdataan
berupa dokumen tentang jual beli tenaga listrik antara
setiap orang atau Badan Usaha atau Badan/Lembaga
lainnya dengan PLN.
8. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik yang selanjutnya
disebut P2TL adalah rangkaian kegiatan meliputi
perencanaan, pemeriksaan, tindakan dan penyelesaian
yang dilakukan oleh PLN terhadap Instalasi PLN dan/atau
Instalasi Pemakai Tenaga Listrik dari PLN dan non PLN.
9. Alat Pembatas adalah alat milik PLN untuk membatasi
daya listrik yang digunakan Pelanggan sesuai dengan
Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik antara PLN
dengan Pelanggan.
10. Alat Pengukur adalah alat milik PLN berupa peralatan
elektromekanik maupun elektronik untuk mengukur
energi listrik yang dipakai Pelanggan.
11. Alat Pembatas dan Pengukur yang selanjutnya disebut
APP adalah alat milik PLN yang dipakai untuk membatasi
daya listrik dan mengukur energi listrik.
12. Trafo Arus adalah suatu peralatan listrik yang dapat
mentransformasikan arus dari nilai yang besar menjadi
nilai yang kecil.
13. Trafo Tegangan adalah suatu peralatan listrik yang dapat
mentransformasikan tegangan listrik dari nilai yang besar
menjadi nilai yang kecil, untuk pengukuran atau proteksi.
14. Perlengkapan APP adalah peralatan pendukung untuk
mengoperasikan APP antara lain Trafo Arus (CT/Current
Transformer), Trafo Tegangan (VT/Voltage Transformer).
15. Kotak APP adalah suatu kotak tempat dipasangnya
APP yang di dalamnya berisi blok jepit untuk
menghubungkan terminal-terminal APP.
123
16. Lemari APP atau cubicle pengukuran adalah tempat
dipasangnya APP dan sebagian atau seluruh perlengkapan
APP.
17. Gardu Pengukuran adalah gardu yang berisi peralatan
instalasi pengukuran milik PLN beserta perlengkapannya.
18. Daya Tersambung adalah daya yang disepakati antara
PLN dengan Pelanggan yang dituangkan dalam perjanjian
jual beli tenaga listrik.
19. Instalasi Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut
Instalasi adalah bangunan sipil dan elektromekanik,
mesin-mesin peralatan, saluran dan perlengkapannya
yang dipergunakan untuk pembangkitan, konversi,
transformasi, penyaluran, distribusi dan pemanfaatan
tenaga listrik.
20. Instalasi PLN adalah Instalasi ketenagalistrikan milik PLN
sampai dengan Alat Pembatas atau Alat Pengukur atau
APP.
21. Instalasi Pelanggan adalah Instalasi ketenagalistrikan
milik Pelanggan sesudah APP.
22. Jaringan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut JTL
adalah sistem penyaluran/pendistribusian tenaga listrik
yang dapat dioperasikan dengan Tegangan Rendah,
Tegangan Menengah, Tegangan Tinggi, atau Tegangan
Ekstra Tinggi.
23. Sambungan Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut
STL adalah penghantar di bawah atau di atas tanah
termasuk peralatannya sebagai bagian Instalasi PLN yang
merupakan sambungan antara JTL milik PLN dengan
Instalasi Pelanggan.
24. Pemutusan Sementara adalah penghentian untuk
sementara penyaluran tenaga listrik ke Instalasi
Pelanggan.
25. Pembongkaran Rampung adalah penghentian untuk
seterusnya penyaluran tenaga listrik ke Instalasi
Pelanggan dan pengambilan alat-alat PLN seperti APP,
kabel SR.
26. Segel milik PLN adalah suatu alat yang dipasang oleh PLN
pada APP dan perlengkapan APP sebagai pengamanan
APP dan Perlengkapan APP.
124
27. Segel Tera adalah alat yang dipasang pada alat pengukur
oleh instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sebagai pengaman
kebenaran pengukuran.
28. Pemakai Tenaga Listrik adalah setiap orang atau Badan
Usaha atau Badan/Lembaga lainnya yang memakai
tenaga listrik dari instalasi PLN berdasarkan alas hak
yang sah.
29. Konsumen yang selanjutnya disebut Pelanggan adalah
pemakai tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada
angka 28.
30. Tagihan Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik
adalah tagihan atau pengembalian yang dikenakan atau
diberikan kepada pelanggan sebagai akibat adanya
Ketidaksesuaian Pemakaian Tenaga Listrik.
31. Tarif Dasar Listrik yang selanjutnya disebut (TDL) adalah
tarif tenaga listrik berdasarkan golongan tarif yang
ditetapkan oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia.
32. Sisir Tarif adalah kegiatan pemeriksaan golongan tarif
sesuai peruntukannya.
33. Tarif Listrik Reguler adalah tarif listrik yang dibayarkan
setelah pemakaian tenaga listrik oleh pelanggan.
34. Tarif Listrik Prabayar adalah tarif listrik yang dibayarkan
sebelum pemakaian tenaga listrik oleh pelanggan.
Pasal 2
125
f. Pelaksanaan P2TL;
g. Informasi dari Pelanggan atau masyarakat;
126
2. Kategori II (K-II) yaitu apabila terjadi ketidaksesuaian
pada APP dan/atau Perlengkapan APP sehingga
menyebabkan kelebihan maupun kekurangan tagih
pada Pelanggan diakibatkan oleh antara lain:
127
ii. alat pembatas terpasang lebih besar atau
lebih kecil dari yang seharusnya, namun segel
dalam keadaan baik dan tidak ditemukan
unsur-unsur pelanggaran. Dalam hal alat
pembatas lebih besar dari yang seharusnya
Pelanggan tidak dikenakan tagihan
penyesuaian, dan apabila alat pembatas
lebih kecil dari yang seharusnya maka PLN
wajib segera menyesuaikan besaran alat
pembatas tersebut.
Pasal 3
128
1. K-I, dapat berupa pengembalian atau penagihan
atas ketidaksesuaian yang terjadi atau tagihan
ketidaksesuaian kepada Pelanggan.
129
3. K-III, tidak ada pengembalian atau penagihan
atas ketidaksesuaian yang terjadi, tetapi dilakukan
tindakan sebagai berikut:
130
Pasal 4
131
(7). Apabila 2 (dua) bulan sejak diputus sementara pelanggan
tidak menyelesaikan pembayaran rekening sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) maka PLN akan melakukan
pembongkaran rampung.
Pasal 5
Penyambungan Kembali
Pasal 6
Listrik Prabayar
Ketentuan Penyesuaian Pemakaian Tenaga Listrik Pelanggan
yang menggunakan kWh APP Prabayar diatur tersendiri.
Pasal 7
Laboratorium
132
Pasal 8
(3). Pendapatan kWh dan rupiah yang berasal dari K-I, K-II
dan K-III harus dibukukan sebagai kWh jual dan rupiah
pendapatan. Pembukuan kWh dan rupiah penyesuaian
rekening pemakaian tenaga listrik dilakukan sekaligus
setelah K-I, K-II dan K-III disetujui untuk dibayar
baik dibayar secara tunai maupun secara angsuran.
Untuk pembayaran secara angsuran dibukukan setelah
ditandatanganinya Surat Pengakuan Hutang (SPH) oleh
Pelanggan atau yang mewakili dengan surat kuasa atau
surat pernyataan dari pemakai tenaga listrik atau yang
mewakili dengan surat kuasa.
Pasal 9
Ketentuan Penutup
133
Keputusan ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal 9 April
2012.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 April 2012
134
Lampiran I
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012
Tanggal : 09 April 2012
DIAGRAM ALIR
PROSES PENYESUAIAN REKENING PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
Mulai
Evaluasi Temuan Sisir Tarif Operasi dan Informasi Survey Petugas P2TL
Rekening Petugas Pemeliharaan Pelanggan/ Kepuasan Mengadakan
Pemakaian CATER Masyarakat Pelanggan Penertiban
TL
Pemeriksaan
Instalasi
Petugas
PetugasNiaga
PLN Petugas PLN
135
Tidak /APP
Menghitung Memberi Tidak APP
Instalasi
Perlu Ya
Pengembalian/ Penjelasan Diperiksa
Perlu ?
Penagihan Kepada Diperiksa ?
Kekurangan Pelanggan
Rekening
Selesai
7
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
FORMULA PENYESUAIAN REKENING PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK UNTUK KATEGORI K I
Jika kelebihan tagih atau kekurangan tagih terjadi < 6 bulan, maka penyesuaian rekening dihitung sesuai kali bulan terjadinya kelebihan tagih atau kekurangan tagih.
Jika kelebihan tagih atau kekurangan tagih terjadi ≥ 6 bulan maka penyesuaian rekening dihitung 6 bulan terakhir terjadinya kelebihan tagih atau kekurangan tagih.
Tarif dihitung sesuai dengan tarif yang berlaku pada bulan rekening terjadinya kelebihan tagih atau kekurangan tagih.
Para-
meter Penyesuaian Contoh Perhitungan
No. Keti- Tagihan
dakse- Rekening
suaian Listrik
Contoh untuk pelanggan tanpa pengukuran kVArh (berlaku penyesuaian pemakaian kWh saja).
1. Faktor Untuk Faktor kali
136
Perkalian yang disesuaikan Pelanggan Golongan Tarif Bisnis B2 Daya 66 kVA
Meter. adalah Biaya Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian Faktor Kali = Jan 2010 sd Mei 2010 (5 bulan).
Pemakaian kWh Faktor kali seharusnya = 20
dan kVArh. Faktor kali terbayar = 1
Perhitungan Penyesuaian Biaya Pemakaian kWh :
Bulan Stand Stand kWh kWh Tarif Rp Rp Penyesuaian
Rekening awal akhir Pemakaian Pemakaian Rp/ Pemakaian Pemakaian Biaya Pemakaian
terbayar seharusnya kWh kWh kWh kWh
terbayar seharusnya
Okt 2009 0 50 50 1000 Blok 26.000 520.000 494.000
Nov 2009 50 100 50 1000 I=520 26.000 520.000 494.000
Des 2009 100 200 100 2000 II=545 52.000 1.040.000 988.000
Jan 2010 200 450 250 5000 130.000 2.600.000 2.470.000
Feb 2010 450 800 350 7000 182.000 3.650.000 3.468.000
Mar 2010 800 1200 400 8000 208.000 4.195.000 3.987.000
Apr 2010 1200 1400 200 4000 104.000 2.080.000 1.976.000
Mei 2010 1400 1900 500 10000 260.000 5.285.000 5.025.000
Jumlah 19.914.000
8
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
137
Sehingga penyesuaian biaya pemakaian kWh akibat koreksi Faktor kali = Rp 19.914.000,-
9
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
Contoh untuk pelanggan dengan pengukuran kVArh (berlaku penyesuaian pemakaian kWh dan pemakaian kVArh).
Pelanggan Golongan Tarif Publik B3 Daya 329 kVA
Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian faktor koreksi adalah 5 bulan yaitu Agustus 2010 sd Desember 2010
Faktor kali terbayar = 1
Faktor kali seharusnya = 100
Perhitungan Penyesuaian Biaya Pemakaian kWh
Pema Pema
kaian kaian Rp
Rp Rp
Stand Stand Stand Stand kWh kWh Pemakaian Pemakaian Penyesuaian
Bulan Tarif pemakaian pemakaian
LWBP LWBP WBP WBP LWBP WBP kWh LWBP kWh WBP Rekening
Rekening Rp/kWh kWh kWh
(awal) (akhir) (awal) (akhir) tanpa tanpa seharusnya seharusnya Pemakaian
138
terbayar seharusnya
faktor faktor kWh
kali kali
Agust-10 11000 11150 992 994 150 2 15000 200 122.400 12.240.000 12.117.600
Sep-10 11150 11260 994 997 110 3 11000 300 91.600 9.160.000 9.068.400
LWBP =
800
Okt-10 11260 11380 997 1000 120 3 12000 300 WBP = 99.600 9.960.000 9.860.400
1.200
Nop-10 11380 11480 1000 1002 100 2 10000 200 82.400 8.240.000 8.157.600
Des-10 11480 11600 1002 1006 120 4 12000 400 100.800 10.080.000 9.979.200
Jumlah 49.183.200
Penyesuaian biaya pemakaian kWh akibat koreksi Faktor kali = Rp 49.183.200,-
10
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
Batas
Pema Kele-
kaian bihan
Pema-
Pema- kVArh kVArh Batas Rp
kaian Rp Rp
Stand Stand kaian yang yang Pemakaian Kelebihan Tarif Penyesuaian
Bulan kVArh pemakaian pemakaian
kVArh kVArh kVArh tidak ditagi kVArh yang kVArh yang (Rp/kVA Rekening
Rekening tanpa kVArh tanpa kVArh
(awal) (akhir) seha- ditagi hkan tidak ditagihkan rh) Pemakaian
faktor faktor kali seharusnya
rusnya hkan tanpa ditagihkan kVArh
kali
tanpa faktor
faktor kali
kali
Agust-10 7700 7800 100 10.000 94,24 5,76 9424 576 5.213 521.280 516.067
139
Sep-10 7800 7900 100 10.000 70,06 29,94 7006 2.994 27.096 2.709.570 2.682.474
Okt-10 7900 8010 110 11.000 76,26 33,74 7626 3.374 905 30.535 3.053.470 3.022.935
Nop-10 8010 8100 90 9.000 63,24 26,76 6324 2.676 24.218 2.421.780 2.397.562
Des-10 8100 8210 110 11.000 76,88 33,12 7688 3.312 29.974 2.997.360 2.967.386
11.586.424
Jumlah
11
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
2. Daya dan Untuk A. Pelanggan Golongan Tarif di Rekening R1 / 2200 VA Peruntukan B1 / 2200 VA
Golongan Ketidaksesuaian Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian = Januari 2011 sd Mei 2011 (5 bulan)
Tarif Daya dan atau
Golongan yang Perhitungan Penyesuaian Rekening :
disesuaikan
adalah Biaya
Rek Tarif Tarif Rp Biaya Rp Biaya Rp
Beban dan atau Stand Stand
Tahun kWh Rp/kWhR1 Rp/kWh B 1 Pemakaian kWh Pemakaian kWh Penyesuaian
Biaya Pemakaian 2011
Awal Akhir
2200 VA 2200 VA R1 B1 Rekening
kWh.
Jan 12.000 12.150 150 795 905 119.250 135.750 16.500
Feb 12.150 12.260 110 795 905 87.450 99.550
12.100
13.200
Mar 12.260 12.380 120 795 905 95.400 108.600
140
11.000
Apr 12.380 12.480 100 795 905 79.500 90.500
15.400
Mei 12.7480 12.620 140 795 905 111.300 126.700
Jumlah 68.200
Sehingga biaya penyesuaian = Rp 68.200,-
12
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
B. Pelanggan setempat Daya R1 / 2200 VA di Rekening R1 / 900 VA (Kwitansi PD ada, tidak dimutasikan)
Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian = Januari 2011 sd Mei 2011
Tarif
Rp Biaya
Rek Rp/kWh Rp Biaya Rp Biaya Rp Biaya Rp
Stand Stand Beban +
Tahun kWh R1 2200 Tarif R 1 900 VA Beban R1 Pemakaian Pemakaian Penyesuaian
Awal Akhir Pemakaian
2011 VA 900VA kWh R1 900 R1 2200 Rekening
R1 900
Biaya Beban =
Jan 12.000 12.150 150 795 Rp 20.000/kVA/bln 18.000 67.850 119.250 85.850 33.400
Feb 12.150 12.260 110 795 Blok I : 275 18.000 48.050 87.450 66.050 21.400
Mar 12.260 12.380 120 795 Blok II : 445 18.000 53.000 95.400 71.000 24.400
141
Apr 12.380 12.480 100 795 Blok III : 18.000 43.100 79.500 61.100 18.400
Mei 12.480 12.620 140 795 495 18.000 62.900 111.300 80.900 30.400
Jumlah 128.000
13
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
3 Faktor Faktor koreksi Pelanggan Golongan Tarif Publik P2 Daya 329 kVA.
Koreksi dikenakan bagi
pelanggan TM Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian faktor koreksi adalah 4 bulan yaitu Agustus 2010 sd November 2010
dengan Faktor koreksi terbayar = 1
sambungan Faktor koreksi seharusnya = 1,02
TM/TR/TR. Faktor kali = 100
Perhitungan Perhitungan Penyesuaian Pemakaian kWh :
factor koreksi
diberlakukan
142
pada Rp Rp Penyesuaian
Stand Stand Stand Stand Pemakaian Pemakaian
perhitungan Bulan kWh kWh Tarif Pemakaian Pemakaian Rp
LWBP LWBP WBP WBP kWh kWh
pemakaian kWh Rekening LWBP WBP Rp/kWh kWh kWh Pemakaian
awal akhir awal akhir terbayar seharusnya
terbayar seharusnya kWh
dan kVArh.
Faktor koreksi Agust
11.000 11.150 992 994 15.000 200 15.200 15.504 11.475.000 11.704.500 229.500
1,02 jika APP 2010
terletak di gardu LWBP =
Sept
PLN atau 1,05 2010
11.150 11.260 994 997 11.000 300 11.300 11.526 750 8.587.500 8.759.250 171.750
jika APP terletak
bukan di gardu WBP =
Okt 2010 11.260 11.380 997 1.000 12.000 300 12.300 12.546 1.125 9.337.500 9.524.250 186.750
PLN.
Nov
11.380 11.480 1.000 1.002 10.000 200 10.200 10.404 7.725.000 7.879.500 154.500
2010
Jumlah 742.500
Pemakaian kWh seharusnya bulan Agutus 2010 = (kWh LWBP + kWh WBP) x 1,02 = 15.200 x 1,02 = 15.504 kWh.
Rp Pemakaian kWh seharusnya bulan Agutus 2010 = (kWh LWBP x 1,02 x 750) x (kWh WBP x 1,02 x 1125) = Rp 11.704.500,-
Biaya Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik kWh = Rp. 742.500,-
14
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
Bulan Stand Stand Pema- Pema- Pema- Batas Batas Kelebih Kelebih Rp Rp Rp
Rekening KVArh KVArh kaian kaian kaian Pema- Pema- an an Tarif Pemakaia Pemakaia Penye-
(awal) (akhir) kVArh kVArh kVArh kaian kaian kVArh kVArh Rp/ n kVArh n kVArh suaian
tanpa dengan setelah kVArh kVArh yang yang kVArh terbayar seharus- Rekening
faktor faktor dikali- sebelum setelah dibayar seharus nya Pemakai
kali kali kan dikali- dikali- kan` nya an kVArh
1,02 kan kan
1,02 1,02
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Agust 7.700 7.800 100 10.000 10.200 9.424 9.612 576 588 475.200 485.100 9.900
2010 Rp
Sept 7.800 7.900 100 10.000 10.200 7.006 7.146 2.994 3.054 825/ 2.470.050 2.519.550 49.500
2010 kVArh
Okt 7.900 8.010 110 11.000 11.220 7.626 7.779 3.374 3.441 2.783.550 2.838.825 55.275
143
2010
Nov 8.010 8.100 90 9.000 9.180 6.324 6.450 2.676 2.730 2.207.700 2.252.250 44.550
2010
Jumlah 159.225
Pemakaian kVArh seharusnya (A) = {Stand kVArh akhir (3)– Stand kVArh awal(2)} x 100 x 1,02 = 10.200 ............................... (6).
Batas Pemakaian kVArh tagih (B) = 0,62 x Pemakaian kWh seharusnya = 0,62 x 15.504 = 9.612 ............................................. (8)
Kelebihan kVArh yang seharusnya ditagihkan = (A) – (B) = 588 kVArh ................................................................................. (10)
Rp Pemakaian kVArh seharusnya = 588 x 825 = 485.100 ................................................................................................... (13)
Biaya Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik kVArh bulan Agustus 2010 = Rp. 9.900,-
Biaya Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik kVArh bulan Agustus 2010 s.d November 2010 = Rp. 159.225,-
Total Rp Penyesuaian factor koreksi = Rp Penyesuaian Pemakaian kWh + Rp Penyesuaian Pemakaian kVArh
= Rp 742.500,- + Rp 159.225,-
= Rp 901.725,-
15
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
4. Biaya Untuk Biaya Pelanggan Golongan Tarif Publik P2 Daya 555 kVA
Pemakai pemakaian trafo Bulan Rekening terjadinya ketidaksesuaian Biaya Pemakaian Trafo selama 2 bulan yaitu rekening Maret 2010 dan April 2010.
an trafo yang disesuaikan Biaya Pemakaian Trafo per bulan = Rp 2750/kVA/bln x 555 kVA = Rp 1.526.250
adalah Biaya
pemakaian trafo Bulan Rekening Biaya pemakaian Biaya pemakaian trafo seharusnya Penyesuaian Biaya Pemakaian kWh
trafo terbayar (Rp) (Rp)
yang dikenakan
kepada
Mar 2010 1.526.250
Pelanggan TM 0 1.526.250
yang disuplai TR Apr 2010 1.526.250
(penyambungan 0 1.526.250
TM/TM/TR atau
TM/TR/TR). Jumlah 3.052.500
144
Penyesuaian biaya pemakaian trafo = Rp 3.052.500,-
5. Pembaca Sesuai SE Pelanggan R1 2200 VA
an angka 004.E/012/DIR/2
register 004 Tentang Jika kelebihan tagih atau kekurangan tagih rekening akibat kesalahan baca meter ≥ 6 bulan x jam nyala rata-rata sesuai golongan tariff
Alat Penertiban pelanggan maka perhitungan Penyesuaian Rekening Listrik adalah : 6 x jam nyala rata-rata gologan tariff pada Unit PLN setempat,
Pengukur Pencatatan namun bila tidak tersedia jam nyala rata-rata pada unit pelanggan yang bersangkutan maka dipakai jam nyala rata-rata pada unit
kWh dan Penggunaan jenjang diatasnya.
atau /Pemakaian
kVArh Tenaga Listrik Jika kekurangan tagih rekening akibat kesalahan baca meter < 6 bulan x jam nyala rata-rata maka perhitungan Penyesuaian Rekening
(kWh) Pelanggan Listrik adalah : sesuai pemakaian kWh yang belum ditagih.
Yang Tidak
Normal. Jika kelebihan tagih rekening akibat kesalahan baca meter maka pemakaian diperhitungkan dengan pemakaian kWh bulan-bulan
berikutnya.
16
Lampiran II
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012.
Tanggal : 09 April 2012.
6 Kegagal- Jika kegagalan mutasi selain pada pasal 3 ayat (1) huruf a sd e pada Keputusan Direksi ini ≥ 6 bulan maka perhitungan Penyesuaian
an Rekening Listrik adalah : 6 x jam nyala rata-rata gologan tariff pada Unit PLN setempat, namun bila tidak tersedia jam nyala rata-rata
Mutasi pada unit pelanggan yang bersangkutan maka dipakai jam nyala rata-rata pada unit jenjang diatasnya.
Jika kegagalan mutasi selain pada pasal 3 ayat (1) huruf a sd e pada Keputusan Direksi ini < 6 bulan maka perhitungan Penyesuaian
Rekening Listrik adalah : sesuai pemakaian kwh yang belum ditagih.
7. Time 1. Penyesuaian Cara perhitungan Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dan Waktu Beban Puncak (WBP) ditentukan ;
Switch Rekening LWBP/WBP = 5/1.
tidak hanya
berfungsi dikenakan
bagi
pelanggan
145
yang “time
switch” tidak
berfungsi
(mati).
2. Bagi
pelanggan
yang “time
switch”
bergeser
waktunya
sehingga
jumlah jam
LWBP dan
WBP tidak
sesuai,
cukup
dikembalikan
setting
waktunya.
17
Lampiran III
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012
Tanggal : 09 April 2012.
FORMULA PENYESUAIAN REKENING PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK UNTUK KATEGORI K II
Jika kelebihan tagih atau kekurangan tagih terjadi < 6 bulan maka penyesuaian rekening dihitung sesuai kali bulan terjadinya kekurangan tagih.
Jika kelebihan tagih atau kekurangan tagih terjadi ≥ 6 bulan maka penyesuaian rekening dihitung 6 bulan terakhir terjadinya kekurangan tagih.
Tarif dihitung sesuai dengan tarif yang berlaku pada bulan rekening terjadinya kekurangan tagih.
JENIS
No. APP KETIDAKSE- CONTOH PERHITUNGAN
SUAIAN PADA
A Alat Pengukur 1. Pengawatan Contoh 1 :
dan APP Perhitungan Penyesuaian Rekening akibat Pengawatan APP 1 Fasa (R1/1300 VA).
perlengkapann Klem tegangan lepas/kendor (bulan terjadinya 7 bulan):
ya
Rata2 kWh Rp. Rp. Rp.
146
kWh kWh Pemakai Tarif Pemakaian Pemakaian Penyesuaian
Bulan rekening Pemakaian Januari an Rp/ kWh kWh Biaya
Terbayar s/d Juni seharusn kWh terbayar seharusnya pemakaian kWh
2011 ya
Des 2010 120 94.800
Jan 2011 128 127 790 101.120
Feb 2011 130 102.700
Mar 2011 125 98.750
Apr 2011 124 97.960
Mei 2011 129 101.910
Jun 2011 127 100.330
Jul 2011 80 127*) 63.200 100.330
Agst 2011 60 127*) 47.400 100.330 52.930
Sept 2011 65 127*) 51.350 100.330 48.980
Okt 2011 59 127*) 46.610 100.330 53.720
Nop 2011 63 127*) 49.770 100.330 50.560
Des 2011 52 127*) 41.080 100.330 59.250
Jan 2012 52 127*) 41.080 100.330 59.250
TOTAL 324.690
*) menggunakan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-09 setempat pada
golongan tariff yang sama.
Biaya Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik = Rp. 324.690,-
18
Lampiran III
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012
Tanggal : 09 April 2012.
Contoh 2 :
Rp. Rp.
kWh LWBP kWh WBP kWh LWBP kWh WBP Tarif Rp/ Pemakaian Pemakaian
Bulan rekening Pemakaian Pemakaian belum belum kWh kWh LWBP kWh WBP
Terbayar Terbayar terukur terukur belum belum
terukur terukur
Feb 2011 3.100 510
Mar 2011 3.150 525 LWBP =
Apr 2011 3.170 528 800
Mei 2011 3.050 510
147
Jun 2011 2.000 330 1.000 165 WBP= 800.000 168.300
Jul 2011 2.050 340 1.025 170 1.020 820.000 173.400
Agst 2011 2.054 340 1.027 170 821.600 173.400
Sept 2011 2.000 330 1.000 165 800.000 168.300
Okt 2011 2.020 336 1.010 168 808.000 171.360
Nop 2011 2.004 334 1.002 167 801.600 170.340
Des 2011 1.980 330 990 165 792.000 168.300
Jan 2012 2.000 330 1.000 165 800.000 168.300
*) menggunakan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-09 setempat pada
golongan tariff yang sama.
Kasus :
1. APP TR 1 fasa pengukuran langsung
a. Terminal tegangan ada Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik.
Cara menghitung penyesuaian :
Maksimum 6 bulan dari 3 bulan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-
09 setempat pada golongan tariff yang sama.
148
Cara menghitung penyesuaian :
Maksimum 6 bulan dari 3 bulan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-
09 setempat pada golongan tariff yang sama.
5. APP TM 3 fasa pengukuran tidak langsung ada Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik.
Cara menghitung penyesuaian :
Maksimum 6 bulan dari 3 bulan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-
09 setempat pada golongan tariff yang sama.
6. APP TT 3 fasa pengukuran tidak langsung ada Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik.
Cara menghitung penyesuaian :
Maksimum 6 bulan dari 3 bulan jam nyala rata-rata 3 bulan terakhir yang bersumber dari TUL III-
09 setempat pada golongan tariff yang sama.
Jadi Penyesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik adalah = = Jumlah Pemakaian LWBP belum terukur
bulan Agustus 2011 s/d Januari 2012 + Pemakaian WBP belum terukur bulan Agustus 2011 s/d Januari
2012
= Rp. 4.823.200,00 + Rp. 1.020.000,00 = Rp. 5.843.200,00
20
Lampiran III
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012
Tanggal : 09 April 2012.
2. Kumparan Untuk kWh meter 3 phasa tidak langsung, apabila salah satu kumparannya putus maka cara perhitungan
Arus seperti contoh pada pengawatan APP (contoh ke-2)
3. Kumparan Untuk kWhmeter 1 phasa, maka cara perhitungannya sama dengan contoh pada pengawatan APP (contoh ke-
Tegangan 1)
Untuk kWh meter 3 phasa tidak langsung, apabila salah satu kumparannya putus maka cara perhitungan
seperti contoh pada pengawatan APP (contoh ke-2)
149
4. Trafo arus Apabila salah satu phasa arusnya putus (0 ampere) maka cara perhitungan seperti contoh pada pengawatan
APP (contoh ke-2)
5. Trafo Apabila salah satu phasa tegangannya putus (0 volt) maka cara perhitungan seperti contoh pada pengawatan
Tegangan APP (contoh ke-2)
Apabila salah satu phasa tegangannya drop, maka cara perhitungan seperti contoh pada Trafo Arus (pada
kasus arus drop)
Lampiran III
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 163-1.K/DIR/2012
Tanggal : 09 April 2012.
B. Alat Pembatas 1. MCB Pelanggan Daya R1/450 VA
dan Penyesuaian
perlengkapann Biaya Beban Setelah delapan bulan didapati ternyata MCB 4 Ampere, tetapi ada dokumen yang mendukung adanya
ya kesalahan PLN atau tidak ada dokumen tetapi segel baik maka tidak dikenakan penyesuaian namun MCB
dikembalkan sesuai kontraknya.
Kalau pelanggan ternyata menggunakan melebihi yang dibuktikan dengan jam nyala maka disarankan untuk
Penambahan Daya (PD).
Pelanggan Daya 900 VA.
Setelah delapan bulan didapati ternyata MCB 2 Amper, tetapi ada dokumen yang mendukung adanya
150
kesalahan PLN atau tidak ada dokumen tetapi segel baik maka PLN akan memberikan kepada pelanggan uang
sebesar kekurangan daya, sbb :
Rp. Biaya beban Rp. Biaya beban Selisih biaya beban Rp. Penyesuaian
Bulan Rekening yang telah seharusnya (Rp) Rekening yang
terbayar harus dibayar
Jun 2011 11.000 20.000 9.000
Jul 2011 11.000 20.000 9.000
Agst 2011 11.000 20.000 9.000 9.000
Sept 2011 11.000 20.000 9.000 9.000
Okt 2011 11.000 20.000 9.000 9.000
Nop 2011 11.000 20.000 9.000 9.000
Des 2011 11.000 20.000 9.000 9.000
Jan 2012 11.000 20.000 9.000 9.000
TOTAL 54.000
2. Rele Idem.
Pembatas
Daya
22