PENDAHULUAN
adalah hak untuk mendapatkan informasi yang jelas, benar, dan jujur; hak untuk
mendapatkan ganti rugi; hak untuk mendapatkan kebutuhan dasarnya; hak untuk
mendapatkan lingkungan yang baik dan bersih serta kewajiban untuk menjaga
lingkungan; dan hak untuk mendapatkan pendidikan dasar. PBB menghimbau kepada
hukum tidak berarti akan menghilangkan sama sekali kerugian dan kecelakaan pada
konsumen. Karena, sulit atau bahkan tidak mungkin menghilangkan sama sekali
hingga titik nol. Tetapi, yang paling realistis adalah dengan berusaha meminimalisasi
teknologi telah menimbulkan dampak yang begitu besar dalam kehidupan pada
zaman globalisasi ini. Berbagai peralatan canggih pada umumnya dapat digunakan
dengan bergantung kepada tenaga listrik. Listrik adalah kebutuhan pokok dari
1
2
masyarakat saat ini demi menjalani kegiatan sehari-harinya. Maka dari itu,
sebagai salah satu hasil pemanfaatan kekayaan alam yang menguasai hajat hidup
pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik”. Menurut Pasal 2
14 Tahun 2012 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, asas dan tujuan
bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup,
kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Dapat dikatakan bahwa, tenaga listrik
nasional. Dengan upaya penyediaan tenaga listrik yang dikuasai oleh negara dan
agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah cukup, merata dan bermutu. PLN
bersifat profit. Meskipun profit, perusahaan negara seperti ini sangat menguntungkan
3
rakyat banyak sebab tujuannya lebih banyak diarahkan pada usaha memakmurkan
Perusahaan Listrik Negara menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Dan
terus menerus (berkesinambungan) dengan mutu dan keandalan yang baik, juga wajib
Ternyata keadaan yang sekarang terjadi di Indonesia jauh dengan apa yang telah
Tenaga listrik, sebagai salah satu hasil pemanfaatan kekayaan alam yang
pelaksanaannya dilakukan oleh badan usaha milik negara dan badan usaha milik
listrik, maka pemerintah memberi kesempatan kepada badan usaha swasta, koperasi,
dan swadaya masyarakat untuk berpartisipasi dalam usaha penyediaan tenaga listrik.
Sesuai dengan prinsip otonomi daerah, Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai
Dikarenakan tenaga listrik mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam
dikuasai oleh negara dan penyediaannya perlu terus ditingkatkan sejalan dengan
perkembangan pembangunan agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup,
merata dan bermutu. Dengan energi listrik berasal dari pemanfaatan sumber daya
rakyat, maka hal tersebut akan berimplikasi kepada hak masyarakat untuk
pemeliharaan ataupun pemadaman yang tidak terencana seperti gangguan yang tidak
bisa diprediksi oleh PT. PLN (Persero), hal tersebut tentunya mengganggu aktivitas
pihak PT. PLN (Persero) sebagai pengelola listrik di Indonesia, karena PT. PLN
kerugian bagi beberapa konsumen dari pengguna jasa PT. PLN (Persero), contohnya
pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada bidang jasa cuci
tenaga listrik dan tidak memiliki alat penghasil daya listrik yaitu generator set
(Genset), tentunya akan mengalami kerugian karena aktivitasnya terganggu dan tidak
rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
Ketenagalistrikan tertera pada Pasal 29 ayat (1) huruf e yang menjabarkan mengenai
ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan kesalahan dan/atau kelalaian
pengoperasian oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik sesuai syarat yang
diatur dalam perjanjian jual beli tenaga listrik. Dalam surat perjanjian Jual Beli
Tenaga Listrik Prabayar yang dibuat oleh PT. PLN (Persero) dengan perjanjian
baku/klausula baku, pengguna jasa listrik mengikatkan diri untuk membayar rekening
listrik yang ditagih oleh PT. PLN (Persero), dan akan mendapat sanksi pemutusan
tidak dapat diarahkan kepada pejabat tata usaha negara (aparat BUMN/BUMD) yang
pengguna jasa listrik yang harus dilindungi oleh hukum, mengingat banyak kasus di
bidang listrik yang malah merugikan konsumen sendiri, salah satunya adalah
dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian
6
jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
paling pokok dan utama dalam perlindungan konsumen (Widjaja dan Yani, 2001:
30). Adanya perjanjian baku tersebut menyebabkan pihak PT. PLN (Persero) dapat
dalam perjanjian baku tersebut lebih condong menguntungkan PT. PLN (Persero) dan
tersebut.
Perjanjian baku menurut Sutan Remi Sjahdeini yaitu sebagai perjanjian yang
kedudukannya dan pihak lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk
pelaksanaan jual beli tenaga listrik maka timbul hubungan hukum antar konsumen
7
dengan PT. PLN (Persero). Hubungan tersebut melekat hak dan kewajiban, hal
tersebut merupakan keterikatan penjual untuk menyerahkan barang dan/atau jasa dan
konsumen yang lemah, maka hukum harus melindungi konsumen sebagaimana dari
dampak negatif berupa kerugian pada pihak konsumennya. Tidak hanya konsumen
langsung (pelanggan PT. PLN) yang dirugikan, masyarakat yang secara tidak
langsung mempunyai hubungan hukum dengan PT. PLN juga ikut dirugikan akibat
tidak berfungsi bagi fasilitas umum yang tenaganya mengandalkan listrik yang
berasal dari PT. PLN (Persero), seperti lampu pengatur lalu lintas, Stasiun Pompa
Bensin Umum (SPBU). Nilai nominal kerugian konsumen tersebut juga beragam,
Hal ini juga dirasakan di Wilayah Duren Mekar Kec. Bojongsari Kota Depok.
Untuk pelanggan rumah tangga, bentuk kerugian mulai dari tidak bisa mandi
karena pompa air tidak berfungsi, harus membeli lilin sebagai pengganti lampu yang
padam, dan masalah kerusakan alat-alat elektronik adalah yang utama dikeluhkan.
Untuk pelanggan bisnis, bentuk kerugian mulai dari produksi barang yang berkurang
karena pemadaman aliran listrik yang berdampak mesin produksi tidak dapat bekerja,
dan lain sebagainya (Juni, 2015: 8). Kebutuhan listrik tidak hanya dalam kegiatan
rumah tangga, melainkan meluas hingga kegiatan industri dan mempunyai dampak
yang signifikan terhadap perekonomian. Ketersediaan listrik harus dijamin agar dapat
nasional, sehingga tenaga listrik merupakan cabang produksi yang menguasai hajat
hidup orang banyak sebagaimana yang tercantum dalam ketentuan Pasal 33 Ayat 2
Undang-Undang Dasar 1945. Tanggung jawab PT. PLN (Persero) timbul karena
terjadinya gangguan dalam pelayanan yang diberikan oleh PT. PLN (Persero).
pelanggan listrik dapat mengajukan gugatan terhadap PT. PLN (Persero) atas dasar
wanprestasi atau dapat juga atas dasar perbuatan melawan hukum. Untuk pembuktian
ada atau tidaknya unsur kesalahan maka PT. PLN (Persero) yang akan
tanggung gugat produsen karena adanya perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
pembuktian tentang ada tidaknya kesalahan pelaku usaha tersebut dibebankan kepada
produsen.
masih jauh dari yang diharapkan konsumen listrik. Apalagi dengan posisi konsumen
yang lemah dan PT. PLN sebagai satu-satunya perusahaan pemasok listrik di seluruh
wilayah Indonesia. Dalam penjelasan UUPK disebutkan bahwa peranti hukum yang
melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan upaya para pelaku usaha,
tetapi justru sebaliknya, sebab perlindungan konsumen dapat mendorong iklim usaha
yang sehat, serta lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan
melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas. UUPK ini mengacu pada
dasar negara Pancasila dan konstitusi negara Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu,
Pasal Buku III, Bab V, Bagian II yang dimulai dari Pasal 1365.
10
masih terdapat banyaknya keluhan dari konsumen yang merasa dirugikan dan masih
belum mendapat ganti rugi serta belum mendapatkan kepastian akan hak-haknya
ganti kerugian, dan bertanggung jawab untuk berproses hukum. Upaya yang dapat
dilakukan oleh pelaku usaha jasa ketenagalistrikan jika hak-haknya tidak dipenuhi
oleh pelaku usaha jasa ketenagalistrikan, yakni dapat meminta ganti rugi kepada
pula adanya penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat agar mereka mengetahui
hal-hal apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan apabila ada suatu kegiatan
atau program kerja baru dari pihak pelaku usaha dan itu berkaitan dengan masyarakat.
tidak memuat mengenai Bab yang mengatur ganti rugi dan atau kompensasi serta
pemulihan nama baik kepada para pelanggan/konsumen yang dirugikan, dan juga
pemulihan nama baik dan juga untuk melindungi para pengguna jasa
pelanggan atau konsumen PLN tidak akan selalu diposisikan sebagai pihak yang
harus menerima saja hal-hal yang tercantum dalam salah satu kebijakan yang dibuat
tersebut.
Ketenagalistrikan ternyata masih jauh dari yang diharapkan konsumen listrik. Apalagi
dengan posisi konsumen yang lemah dan PT. PLN sebagai satu-satunya perusahaan
pemasok listrik di seluruh wilayah Indonesia. Inilah yang menjadi alasan bagi penulis
dalam memilih topik ini, untuk melihat lebih jauh tanggung jawab PT. PLN sebagai
30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN
1. Identifikasi Masalah
(Persero) di Depok.
b. Bentuk tanggung jawab dan ganti kerugian oleh PT. PLN (Persero) terkait
2. Pembatasan Masalah
menganalisis masalah sesuai dengan judul skripsi yang dibuat Penulis agar
tidak terlalu meluas dan fokus pada kasus yang diteliti. Permasalahan
3. Rumusan Masalah
b. Bagaimanakah tanggung jawab dan ganti kerugian oleh PT. PLN (Persero)
1. Landasan Teori
a. Teori Kepastian Hukum
dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan
dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma
mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil
mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan
pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu
dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh
dan ketertiban suatu negara. Akhirnya hukum positif harus selalu ditaati.
14
Berdasarkan teori kepastian hukum dan nilai yang ingin dicapai yaitu nilai
b. Teori PertanggungJawaban
hampir semua karakter resiko atau tanggungjawab yang meliputi hak dan
undang-undang.
a) Adanya perbuatan;
masyarakat.
pada si tergugat. Dalam hal ini tampak beban pembuktian terbalik. Hal
atau kerusakan pada bagasi kabin atau bagasi tangan, yang biasanya
bila film yang ingin dicuci atau dicetak itu hilang atau rusak (termasuk
kerugian sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru. Dalam
sepihak.
2. Definisi Operasional
a. Tanggung Jawab
bagi seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal yang
berlapis ganda dan berfokus baik pada tingkat mikro (individual) maupun
dengan negara.
D. Metodologi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
konsumen.
2. Jenis Penelitian
adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum
3. Manfaat Penelitian
pengguna PT. PLN (Persero) ketika terjadi pemadaman listrik yang sering
terjadi.
terdiri dari:
yang isinya tidak mengikat yang memberikan informasi atau hal-hal yang
bahan sekunder seperti kamus, indeks, artikel, atau buku petunjuk, bahan
acuan.
oleh PT. PLN (Persero) yang merugikan konsumen. Analisa data yang
E. Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam Bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Dalam Bab ini akan dibahas mengenai Hukum Perlindungan Konsumen, Asas,
Tujuan, Manfaat dan Prinsip dalam Perlindungan Konsumen. Hak dan Kewajiban
Konsumen, Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha, Tanggungjawab Pelaku Usaha dan
Pemadaman Listrik.
Dalam Bab ini akan dibahas mengenai Sejarah PT. PLN (Persero), Dasar Hukum
PT. PLN (Persero), Struktur Organisasi PT. PLN (Persero), dan Tugas dan Fungsi
BAGI KONSUMEN,
Dalam Bab ini akan dibahas mengenai Penyebab Pemadaman Aliran Listrik Di
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Bentuk ganti kerugian yang diberikan
BAB V,