Anda di halaman 1dari 7

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PBL (Problem Based Learning)

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Anggota Kelompok:

1. Agustina (2008016006)
2. Violeta Syalomita (2008016008)
3. Rita Evita Sari (2008016025)
4. Sri Wahyuni (2008016041)
5. Mario Imanuel Putra Werdy (2008016163)
6. Khalik Deda Darwis (2008016204)
7. Regita Dwi Pratiwi (2008016218)
8. Nuriah Masyita (2008016237)
9. SANDRA HERLYANA SUSANTO (2008016241)

KELAS A

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

TAHUN 2023

1
Soal No.1

1. Ayu yang kebetulan tinggal di komplek perumahan Griya Lestari Indah Jakarta, sudah 2
hari tidak menikmati siaran Televisi di rumahnya, karena televisinya rusak (terbakar) akibat
voltage listrik dari PLN naik turun (tidak stabil). Akibat peristiwa itu Ayu dirugikan karena harus
mengeluarkan biaya untuk memperbaiki televisinya yang rusak. Hal yang sama juga dialami
oleh warga perumahan yang lainnya. sernua peralatan elektronik warga, seperti Televisi,
radio, mesin cuci, kulkas rusak terbakar akibat tegangan listrik PLN yang tidak stabil tersebut.
Atas kejadian itu, kemudian semu warga perumahan Griya Lestari Indah yang dikomandoi
oleh Ayu rnengadukan kepada YLKI untuk mendapatkan ganti rugi, yang sebelumnya
pengaduan itu sudah pernah dilayangkan kepada PLN, namun tidak mendapatkan respon
positif.

Diskusikan apa yang menjadi tema kasus diatas apakah langkah hukurm Ayu dan warga
mengadukan untuk mendapatkan ganti rugi tersebut tepat diajukan ke YLKI ? dan apa saja
tugas dan kewenangan YLKI sebagai LPKSM terkait dengan perlindungan konsumen? Dan
bedakan antara LPKSM dengan BPKN dalam konteks perlindungan konsumen.

Pertanyaan 1) Apakah YLKI merupakan Lembaga yang dapat menyelesaikan sengketa


konsumen ? 2) Apakah langkah hukum ayu dan warga dalam kasus di atas mengadukan untuk
mendapatkan ganti rugi tersebut tepat diajukan ke YLKI ? 3) Bedakan dari segi tugas dan
kewenangan dari YLKI, LPKSM maupun BPKN ?

JAWAB:

• Tema Kasus

Dari kasus diatas maka dapat disimpulkan bahwa Ayu dan warga setempat merupakan
konsumen yang dirugikan oleh pihak PLN, dimana Tindakan PLN yang tidak merespon
pengaduan yang dilayangkan dapat melanggar hak perlindungan konsumen warga
perumahan Griya Lestari Indah. Maka dari kasus tersebut Tema yang sesuai adalah Peran
YLKI Dalam Hak Perlindungan Konsumen. Langkah hukum yang Ayu dan warga
perumahan Griya Lestari Indah ajukan kepada YLKI telah tepat, karena hal tersebut
didasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yang
mana sesuai dengan Pasal 19.

• Tugas dan kewenangan YLKI sebagai LPKSM terkait dengan perlindungan konsumen

Berdasarkan Pasal 44 ayat (1) Bab IX UU Perlindungan Konsumen, kedudukan YLKI


sebagai Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) adalah lembaga
non-pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan
menangani perlindungan konsumen.

Pada Pasal 44 ayat (3) UU Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa Tugas dan
Wewenang YLKI meliputi :

1) menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan


kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau
jasa;
2) memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;

2
3) bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan
konsumen;
4) membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima
keluhan atau pengaduan konsumen;
5) melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen.

Pertanyaan:

1. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen


bahwa YLKI merupakan Lembaga yang dapat menyelesaikan sengketa konsumen, yang
mana dalam UU Perlindungan Konsumen menyatakan YLKI adalah Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM). Tetapi tidak semua kasus sengketa konsumen
dapat diselesaikan oleh pihak YLKI, karena setiap sengketa yang diadukan harus sesuai
dan mengkuti ketentuan umum yang ada pada YLKI.
2. Menurut kami langkah hukum yang Ayu dan warga perumahan Griya Lestari Indah ajukan
kepada YLKI telah tepat, karena hal tersebut didasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yang mana sesuai dengan Pasal 19 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi: Pelaku
usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau
kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan.
Selain itu pada dasarnya, keberadaan PLN sebagai perusahaan yang penyedia tenaga
listrik diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yang
sejumlah ketentuannya telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja, di dalam kedua undang-undang tersebut diatur mengenai hak, kewajiban dan
sanksi baik bagi pelanggan/konsumen maupun kepada PLN sebagai penyedia tenaga
listrik. Dalam Pasal 42 angka 20 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 29 ayat (1) UU
Ketenagalistrikan disebutkan hak konsumen. Pasal tersebut menjelaskan bahwa
konsumen berhak mendapatkan tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang baik dari
penyedia tenaga listrik, atau PLN dalam kasus ini. Hal tersebut berarti, listrik yang
didapatkan listrik yang normal atau stabil. Serta berhak mendapatkan ganti rugi apabila
terjadi kesalahan/kelalaian dalam pengoperasian untuk penyedian tenaga listrik.
Sehingga, jika listrik yang disediakan tidak normal dan mengakibatkan rusaknya alat-alat
elektronik, pelanggan berhak untuk menuntut ganti rugi kepada PLN.
Karena YLKI merupakan LPKSM yang diharapkan dapat membantu konsumen dalam
menyelesaikan sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha yang tidak dapat
memenuhi hak – hak konsumen.
3. Fungsi BPKN menurut Pasal 33 UU 8/1999 adalah memberikan saran dan pertimbangan
kepada pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen. Untuk
menjalankan fungsi tersebut, tugas BPKN adalah:

1) Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam penyusunan


kebijaksanan perlindungan konsumen.
2) Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang perlindungan konsumen.

3
3) Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut keselamatan
konsumen.
4) Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
(“lpksm”).
5) Menyebarluaskan informasi melalui media tentang perlindungan konsumen dan
memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen.
6) Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat, lpksm, atau
pelaku usaha.
7) Melakukan survei yang menyangkut kebutuhan konsumen.

Apabila terdapat aduan yang masuk ke BPKN, baik dari masyarakat, LPKSM maupun
pelaku usaha, selanjutnya, BPKN akan menyelesaikan pengaduan tersebut
dengan memberikan saran untuk menyelesaikan sengketa.

Berdasarkan Pasal 44 ayat (1) Bab 9 UU Perlindungan Konsumen, Lembaga Perlindungan


Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) adalah lembaga non-pemerintah yang terdaftar
dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan
konsumen.

Tugasnya meliputi kegiatan [Pasal 44 ayat (3) UU Perlindungan Konsumen]:

1) Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan


kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
2) Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;
3) Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan
konsumen;
4) Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan
atau pengaduan konsumen;
5) Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan
perlindungan konsumen.

Berdasarkan analisa perbedaan dari tugas dan kewenangan YLKI, LPKSM dan BPKM
adalah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) merupakan sebuah organisasi
masyarakat yang bersifat nirlaba dan independen dan temasuk dalam LPKSM, yang
didirikan pada tanggal 11 Mei 1973. berdirinya YLKI adalah untuk meningkatkan
kesadaran kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga dapat
melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat (LPKSM) adalah lembaga non Pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh
Pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen. Badan
Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) badan ini menjadi institusi independen yang
paling tinggi dalam bidang perlindungan konsumen, bertanggung jawab langsung kepada
Presiden, BPKN berperan dalam menentukan arah dan kebijakan perlindungan konsumen
di Indonesia sebagai upaya merespon dinamika dan kebutuhan perlindungan konsumen
yang berkembang dengan cepat di masyarakat. Dapat dikatakan YLKI dan/atau LPKSM
bergerak dalam melindungi konsumen secara langsung, berbeda dengan BPKN yang
melaksanakan perlindungan konsumen dari sisi pemerintah dengan menentukan arah dan
membuat kebijakan-kebijakan sebagai tindakan pemerintah untuk melindungi konsumen.

4
Soal No 2
2. Ketika Ratna berbelanja kebutuhan rumah tangga pada sebuah mini market di kawasan
Kuta Badung, banyak ditemui produk barang dalam kemasan yang sudah kedaluwarsa dan
ada juga yang tidak mencantumkan tanggal kedaluwarsa sebagaimana diprasyaratkan oleh
peraturan Perundang- undangan. Fakta tersebut di samping disebabkan oleh tingkat
kesadaran pelaku usaha yang masih rendah, juga disebabkan masih lemahnya pengawasan
yang dilakukan oleh pemerintah (instansi yang berwenang). Atas peredaran
produk kedaluwarsa tersebut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Cabang Bali
sebagai LPKSM banyak mendapat pengaduan dari masyarakat, dan beberapa diantara-
Nya sudah ditindaklanjuti dengan menghubungi pelaku usaha untuk diberikan pembinaan
agar tidak mengulangi perbuatannya.

Jawab :
a) Apa yang menjadi tema kasus diatas
Dari kasus diatas maka dapat disimpulkan bahwa Ratna merupakan konsumen
yang dirugikan oleh pihak pelaku usaha, dimana tingkat kesadaran pelaku usaha yang
masih rendah sehingga masih ditemui produk barang dalam kemasan yang
sudah kadaluwarsa dan ada juga yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa hal
tersebut melanggar hak perlindungan konsumen warga yang berbelanja kebutuhan di
minimarket Kawasani Kuta Badung. Maka dari kasus tersebut Tema yang sesuai adalah
Peran YLKI Dalam Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa(Studi Kasus Minimarket Di Kawasan Kuta Badung).

b) Analisis klaster isu hukum kasus diatas


Menurut kami konsumen tidak lagi sekedar pembeli tetapi semua orang yang
mengonsumsi barang dan/atau jasa. Masyarakat sebagai konsumen tidak sadar akan hak-
hak nya sebagai konsumen dimana sering kali konsumen dengan mudah nya bisa dikelabui
oleh para produsen yang tidak jujur dalam memasarkan produknya. Seperti contoh diatas,
adanya produk makanan yang telah kadaluwarsa yang secara sengaja masih tetap
dipasarkan oleh sebuah mini market. Hal-hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi
konsumen, baik keracunan ataupun hal lain yang bisa membahayakan konsumen.
Kadaluwarsa adalah keadaan dimana suatu produk sudah tidak layak lagi untuk di
konsumsi karena berisiko tinggi menimbulkan keracunan bagi orang yang mengonsumsi
atau menggunakan produk tersebut. Pada kemasan produk makanan, informasi tentang
tanggal kadaluwarsa sangat penting untuk dicantumkan guna melindungi konsumen dari
bahaya keracunan dari produk kadaluwarsa.
Langkah hukum yang dilakukan oleh Ratna dan masyarakat lain nya yang diajukan
ke YLKI sangat tepat, karena hal tersebut didasarkan pada Undang-undang Nomor 8 Tahun
1999 Pasal 7 huruf c Tentang Perlindungan Konsumen. Tuntutan ganti kerugian tersebut
dapat berupa memberikan kompensasi kepada konsumen, penggantian produk.
Adapun dalam Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan, ditegaskan
khususnya pada Pasal 97 ayat 3 huruf g, bahwa "Pencantuman label di dalam/ atau pada
kemasan pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditulis atau dicetak

5
menggunakan bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai :
tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.

c) Identifikasi fakta hukum


1. Berkenaan dengan bentuk tindaklanjut yang dilakukan YLKI Cabang Bali dengan
menghubungi pelaku usaha untuk diberikan pembinaan agar tidak mengulanginya
apakah tindakan tersebut berjalan dengan efektif?
2. Bagaimana bentuk ganti rugi terhadap konsumen yang telah dirugikan dalam hal
ini misalnya keracunan akibat mengonsumsi produk kadaluwarsa?
3. Berkenaan dengan kompetensi mengadili apakah isu hukum diatas dapat dibawa
ke jalur litigasi? Bagaimana prosedurnya?

d) Buatlah kesimpulan
Konsumen memiliki hak untuk bebas dari barang dan jasa berbahaya yang membahayakan
nyawa dan harta benda mereka . Pelanggan memiliki hak untuk mengetahui tentang
kuantitas, konsistensi, kemurnian, kekuatan, dan kualitas barang dan jasa. Selain itu,
konsumen harus membayar tarif yang wajar untuk barang yang mereka beli. Selain itu
konsumen juga memiliki hak atas informasi ; pembeli harus diberi semua informasi produk
terkait untuk memungkinkan perilaku yang hati-hati dan untuk mempengaruhi keputusan
pembelian.

Pertanyaan:
1. Bagaimana pembinaan dan pengawasan peredaran produk kedaluwarsa sebagai bagian
perlindungan konsumen itu diatur dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku ?
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan
Dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa
Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan
konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta
dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha.
Selanjutnya, pengawasan diatur dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun
2001 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
menyebutkan bahwa Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen
dan penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya dilaksanakan oleh
pemerintah, masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.
Dengan demikian pembinaan dan pengawasan peredaran produk kedaluwarsa
sebagai bagian perlindungan konsumen itu diatur dan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dengan menjalankan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001
Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

2. Siapa saja pihak yang mempunyai kewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan
perlindungan konsumen, khususnya yang berkaitan dengan peredaran produk
kedaluwarsa ?
Pihak yang mempunyai kewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan
perlindungan konsumen, khususnya yang berkaitan dengan peredaran produk

6
kedaluwarsa menurut Pasal 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2001Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan konsumen
"Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen dan penerapan
ketentuan peraturan perundang-undangannya dilaksanakan oleh pemerintah,
masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat".

3. Apa bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh yang berwenang atas
peredaran suatu produk barang di masyarakat ?
Pemerintah bertanggung jawab dalam memberikan perlindungan terhadap
konsumen, melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) dibentuklah Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat (selanjutnya disebut LPKSM) untuk mewujudkan perlindungan
terhadap konsumen untuk melakukan pemberdayaan konsumen melalui pengawasan
serta pembinaan konsumen untuk mengharapkan kesadaran pelaku usaha yang berupaya
mendapat keuntungan yang semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin
sesuai prinsip Ekonomi. Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh LPSKM untuk melindungi
konsumen dijelaskan pada Pasal 30 UUPK angka 3 pengawasan oleh LPSKM dilakukan
terhadap barang dan atau jasa yang beredar dimasyarakat, bentuk pengawasan dengan
cara penelitian, pengujian, dan /survei terhadap barang dan jasa yang beredar di pasaran
untuk menghindari terjadinya pelaku usaha yang melakukan perbuatan curang.
Melalui PP No.58 Tahun 2001 Pasal 8 angka 1 pengawasan pemerintah dilakukan
terhadap pelaku usaha dalam memenuhi standar mutu produksi barang dan jasa,
pencantuman label dan klausula baku serta pelayanan purna jual barang dan atau jasa.
Secara lebih konkret bentuk Pengawasan dijelaskan pada Pasal 10 PP No. 58 Tahun 2001
angka 1-5.

Anda mungkin juga menyukai