Anda di halaman 1dari 6

LEMBAGA PEMBERDAYAAN KONSUMEN

Hukum Perlindungan Konsumen – D

Dosen Pengampu

Sylvia Murni Deborah Hutabarat, S.H., M.H

Disusun oleh:

Ayi Safitri Maulidah 1710611020

Rebekka Silawati H 1710611010

Nuraini 1710611038

Meryl Fernanda 1710611070

Indah Silitonga 1710611125

Michael Elroy 1710611171

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”

JAKARTA

2020

1
LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADAYA MASYARAKAT DAN
BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

a. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat

Berdasarkan Pasal 1 angka 9 UU Perlindungan Konsumen, Lembaga Perlindungan


Konsumen Swadaya Masyarakat (“LPKSM”) adalah lembaga non-pemerintah yang terdaftar
dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen.1

Tugasnya meliputi kegiatan Pasal 44 ayat (3) UU Perlindungan Konsumen:

a. menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan


kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
b. memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;
c. bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan
konsumen;
d. membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan
atau pengaduan konsumen;
e. melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan
perlindungan konsumen.2

Di dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga


Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (“PP LPKSM”) dikatakan bahwa dalam
membantu konsumen untuk memperjuangkan haknya, LPKSM dapat melakukan advokasi
atau pemberdayaan konsumen agar mampu memperjuangkan haknya secara mandiri, baik
secara perorangan maupun kelompok.3

Dari beberapa pendapat para ahli berkaitan dengan LPKSM dapat diketahui juga bahwa
bentuk aktivitas yang dilakukan dalam rangka advokasi secara garis besar meliputi:

1. Lobi untuk mempengaruhi secara langsung pembuat kebijakan.


2. Pemberian pendidikan serta pemberdayaan untuk meningkatkan kesadaran politik
masyarakat sehingga dapat menjadi pembela-pembela yang efektif.
3. Bekerjasama dengan orang lain dan organisasi lain dalam rangka membangun
dukungan.
1
Https://Www.Hukumonline.Com/Klinik/Detail/Ulasan/Lt529946a023c0a/Apakah-Lembaga-Perlindungan-
Konsumen-Swadaya-Masyarakat-Dapat-Beracara-Di-Persidangan/ Diakses Pada 14 Mei 2020 Pukul 15.00
2
Ibid .
3
Ibid.

2
4. Mencari solusi terhadap suatu permasalahan.
5. Memberikan informasi.
6. Membela, memajukan, bahkan mengubah tatanan dengan menggunakan jalur
pengadilan dan dan di luar pengadilan.
7. Mengikutsertakan masyarakat di dalam proses pengambilan keputusan yang
mempengaruhi kehidupan mereka.4

Tugas LPKSM yang dapat dikategorikan sebagai advokasi litigasi adalah membantu
konsumen memperjuangkan haknya dengan cara beracara di pengadilan. Bentuk kegiatan
advokasi hukum di dalam pengadilan setidaknya melalui gugatan perdata dan pidana, gugatan
class action, upaya legal standing dan judicial review. Dalam perkara pidana dan perdata,
LPKSM berperan sebagai kuasa hukum konsumen dalam melakukan upaya hukum tersebut.
YLKI sebagai bagian dari LPKSM pernah terlibat dalam gugatan class action melawan PT
PLN karena pemadaman listrik di wilayah Jawa Bali (1997), kemudian melawan PT Telkom
atas penentuan tarif yang tidak fair, serta melawan PT PALYJA JAYA karena buruknya
kualitas air yang diterima pelanggan.35 Dalam class action, LPKSM akan berperan sebagai
wakil dari konsumen yang dirugikan. LPKSM juga dapat bertindak atas namanya sendiri dan
tidak mewakili konsumen yang dirugikan melalui mekanisme legal standing. Adapun yang
menjadi dasar hukum bagi LPKSM melakukan legal standing adalah Pasal 46 huruf c UU
Perlindungan Konsumen. 5

b. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 membentuk suatu Lembaga dalam Hukum Perlindungan
Konsumen , yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Pasal 1 butir 11 UUPK
menyebutkan :”Bahwa BPSK adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan
sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen”.6 Dasar Hukum pembentukan BPSK adalah
Pasal 49 ayat(1) UUPK Jo Pasal 2 Kepmenperindag No.350/MPP/Kep/12/2001, mengatur
bahwa di setiap kota atau kabupaten harus dibentuk BPSK.7

4
Luthvi Febryka Nola. Advokasi Hukum Oleh Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
(LPKSM), Hal 195
5
Ibid Hal 198.
6
Dahlia. Peran BPSK Sebagai Lembaga Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Perspektif Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Jurnal Ilmu Hukum, Maret 2014 Hal. 85
7
Ibid. Hal 90

3
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) merupakan suatu lembaga khusus yang
dibentuk dan diatur dalam Undang – undang Perlindungan Konsumen, yang tugas utamanya
adalah menyelesaikan sengketa atau perselisihan antara konsumen dan pelaku usaha. 8 Untuk
mengatur kelembagaan BPSK tersebut telah dikeluarkan sejumlah peraturan perundang-
undangan sebagai berikut:9

1. Keputusan Presiden No.90/ 2001 tentang Pembentukan BPSK.


2. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.301 MPP/Kep./10/2001
tanggal 24 Oktober 2001 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota dan
Sekretariat BPSK.(Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen)
3. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.302 MPP/Kep./10/2001
tanggal 24 Oktober 2001 tentang Pendaftaran LPKSM (Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadaya Masyarakat).
4. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.350/MPP/Kep./12/2001
tanggal 10 Desember 2001 tentang Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen.
5. Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 605/MPP/Kep./8/2002
tanggal 29 Agustus 2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen.

BPSK memiliki berbagai tugas dan kewenangan. Cara yang dapat ditempuh dalam
menyelesaikan sengketa melalui BPSK dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu Mediasi,
Konsiliasi, dan Arbitrase. Putusan Majelis BPSK bersifat final, mengikat, dan memiliki
kekuatan hukum tetap.

Contoh kasus adalah terhadap kasus penyelesaian sengketa pengembalian uang muka antara
PT. Cakra Sarana Persada sebagai pelaku usaha dan Safrodin sebagai Konsumen
berdasarkan Putusan BPSK no. 004/A/BPSK-DKI/IX/2012 tentang Pemberian Ganti Rugi
atas Keterlambatan Pembangunan Apartemen. Dalam hal ini putusan BPSK telah sesuai
dengan Undang-Undang yang berlaku yaitu Undang-Undang no. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor : 350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
8
Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK),
Teori dan Praktek Penegakan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,2002, Hlm.39
9
Drs. H. Suherdi Sukandi, Fungsi Dan Peranan Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen, Semiloka UUPK dan
BPSK Kota Bandung, Bandung 29 Mei 2004

4
Majelis Arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Provinsi DKI Jakarta dalam
putusannya dalam kasus Safrodin melawan PT. Cakra Sarana Persada menyatakan
bahwa tindakan PT. Cakra Sarana Persada yang tidak menepati penyenyelesaian
pembangunan East Park Apartment seperti yang telah dijanjikan dalam PPJB telah
melanggar Pasal 4 huruf C, D, dan H dan juga Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan menyatakan bahwa Perjanjian
Pengikatan Jual Beli tersebut dibatalkan.

PT. Cakra Sarana Persada sebagai termohon diharuskan mengembalikan uang muka unit East
Park Apartment sejumlah Rp 22.600.000,- kepada Safrodin sebagai pemohon. Putusan
Arbitrase BPSK tersebut sudah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen karena unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 4 huruf C, D,
dan H dan juga Pasal 16 ayat (1) telah terpenuhi sehingga Putusan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam kasus ini sudah melindungi konsumen
karena sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

5
Https://Www.Hukumonline.Com/Klinik/Detail/Ulasan/Lt529946a023c0a/Apakah-Lembaga-
Perlindungan-Konsumen-Swadaya-Masyarakat-Dapat-Beracara-Di-Persidangan/Diakses
Pada 14 Mei 2020 Pukul 15.00

Luthvi Febryka Nola. Advokasi Hukum Oleh Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat (LPKSM).

Dahlia. Peran BPSK Sebagai Lembaga Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Perspektif
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Jurnal Ilmu
Hukum, Maret 2014.

Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan


Konsumen (UUPK), Teori dan Praktek Penegakan Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung,2002.

Drs. H. Suherdi Sukandi, Fungsi Dan Peranan Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen,
Semiloka UUPK dan BPSK Kota Bandung, Bandung 29 Mei 2004

Anda mungkin juga menyukai