Anda di halaman 1dari 30

BENDUNGAN JATILUHUR DAN TANGKUBAN PERAHU

I. PENDAHULUAN
Bendungan adalah setiap penahan buatan, jenis urugan batu atau
jenis lainnya, yang menampung air atau dapat menampung air baik
secara alamiah maupun buatan, termasuk pondasi, bukit/tebing
tumpuan, serta bangunan pelengkap dan peralatannya. Dalam
pengertian ini termasuk juga bendungan limbah galian tetapi tidak
termasuk bendung dan tanggul. Dari segi konstruksi bendungan terdiri
dari bendungan urugan dan bendungan beton. Bendungan urugan terdiri
dari bendungan urugan serba sama (homogenous), bendungan urugan
batu dengan lapisan kedap air di dalam tubuh bendungan (claycore
rockfill dam, zone dam) dan bendungan urugan batu dengan lapisan
kedap air di muka (concrete face rockfill dam). Sedang bendungan
beton terdiri dari bendungan beton berdasar berat sendiri (concrete
gravity), bendungan beton dengan penyangga (buttress dam),
bendungan beton berbentuk lengkung (concrete arch dam), dan
bendungan beton berbentuk lebih dari satu lengkung (multiple arch
dam) (sumber KNI-BB). Berdasarkan ukurannya Bendungan Jatiluhur
termasuk ke dalam bendungan besar.
Air yang ditampung akibat dibangunnya bendungan biasanya
digunakan untuk irigasi, pasok air baku untuk air minum, industri dan
perkotaan, perikanan serta pembangkitan listrik. Manfaat lain
bendungan adalah untuk pengendalian banjir dan pariwisata. Disamping
untuk menampung air, bendungan juga dibangun untuk menampung
material lain, seperti buangan / limbah pertambangan dan lahar dingin.
Bendungan untuk menahan lahar dingin disebut juga bendungan sabo
(sabo dam).

1
Setelah perang Dunia Kedua, terkait dengan peningkatan
populasi yang tajam, kebutuhan pangan dan listrik, baik untuk rumah
tangga maupun industri, meningkat pesat. Pemerintah Indonesia
memutuskan untuk melaksanakan pembangunan bendungan besar di
utara Provinsi Jawa Barat, untuk memenuhi penyediaan pangan dan
listrik tersebut.
Selama masa pelaksanaan, proyek pembangunan ini dinamakan
“Jatiluhur Multipurpose Project” dan setelah penyelesaiannya
dinamakan menjadi Bendungan dan Pembangkit Listrik Juanda, sebagai
kenang-kenangan atas peran Perdana Menteri terakhir Indonesia Ir. H.
Djuanda dalam terwujudnya pembangunan Bendungan Jatiluhur.
Pada dasarnya proyek pembangunan Bendungan Jatiluhur dibuat
untuk keperluan irigasi dan listrik, namun memiliki tujuan lainnya,
yakni pasok air baku, pengendalian banjir, penggelontoran kota,
perikanan darat, dan pariwisata.
Selain itu objek wisata Gunung Tangkuban Parahu ini memiliki
sejuta pesona wisata alam yang banyak, fasilitas – fasilitas wisata dan
cerita rakyat yang sudah ada. Melihat banyaknya fasilitas wisata di
objek wisata ini, maka perlu dibuat suatu media informasi yang
memberikan kemudahan mengenai informasi tentang semua yang ada di
objek wisata tersebut seperti adanya peta lokasi, brosur, buku cerita dan
lain-lain.
Dengan semakin berkembangnya kota dan bertambahnya
penduduk, Karena itu di objek wisata Gunung Tangkuban Parahu Jawa
Barat juga terdapat beberapa media informasi. Objek wisata Gunung
Tangkuban Parahu memiliki wisata alam yang banyak, fasilitas –
fasilitas wisata dan legenda. Melihat banyaknya fasilitas wisata di objek
wisata ini, maka perlu dibuat suatu media informasi yang memberikan
kemudahan informasi tentang semua yang ada di objek wisata tersebut.

2
Pada saat ini media informasi lebih dan sering lagi dijumpai
digunakan sebagai arti dari ekspresi bahasa. Bagi beberapa orang,
informasi lebih mudah untuk dibaca dan dimengerti daripada bahasa
percakapan. informasi juga lebih dapat dibaca dari pada kata – kata
dalam percakapan pada saat individu tidak berbicara.
Selain itu juga untuk memperbaiki dan memperindah media
informasi serta memberikan suatu pengetahuan yang tepat dan efektif.
Objek wisata Gunung Tangkuban Perahu. Pada saat ini wisata Gunung
Tangkuban Perahu menjadi salah satu tempat kunjungan wisata di kota
Bandung namun pada saat ini kunjungan wisata asing maupun lokal
mengalami jumlah penurunan. karna media informasi yang digunakan di
kawasan wisata Gunung Tangkuban Parahu tersebut kurang menarik,
ada beberapa media informasi seperti brosur yang hanya dipotocopy
seadanya saja dan desainnya yang kurang menarik, serta peta lokasi
yang kurang menarik membuat wisatawan asing dan lokal bingung
untuk menuju lokasi-lokasi wisata yang berada di kawasan wisata
tersebut, hal itu terjadi terutama pada wisatawan yang baru pertama kali
mengunjungi objek wisata Gunung Tangkuban Parahu tersebut.
Selain itu juga ciri khas dari wisata ini dan budaya Sunda yang
terdapat di dalamnya perlu di perhatikan.
Berdasarkan keterangan diatas saya tertarik untuk menggali lebih
dalam lagi mengenai Bendungan Jatiluhur dan wisata alam Gunung
Tangkuban Parahu, serta mengenalkan lewat media informasi dengan
penggayaan ilustrasi dan fotografi agar masyarakat lebih mudah
mengamati tentang wisata alam Gunung Tangkuban Parahu dan
mengetahui visual dari cerita legenda Sangkuriang yang sekarang ini
nampak jumlah wisatawan mengalami jumlah penurunan dari tahun ke
tahunnya.

3
Dari latar belakang diatas perlu kiranya dikaji lebih dalam
mengenai informasi dan keadaan Bendungan Jatiluhur dan Tangkuban
Perahu.

II. TUJUAN
Yang menjadi dasar untuk tujuan tugas ini adalah:
Dorongan untuk memberikan informasi dan data secara
menyeluruh mengenai kondisi dan keadaan Bendungan Jatiluhur dan
Tangkuban Perahu kepada pembaca.

III. MANFAAT PENELITIAN


Tugas ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau sumber
pemikiran yang terbaik untuk terus mengembangkan dan melestarikan
system perairan irigasi. Memiliki peranan penting bagi masyarakat
sekitar. selain itu tugas ini diharapkan dapat membantu mengenal lebih
jauh tentang tangkuban perahu.

IV. KAJIAN PUSTAKA


1. BENDUNGAN JATILUHUR
a. Gambaran Umum Bendungan Jatiluhur
Waduk Jatiluhur yang ada di Indonesia memang cukup
banyak. Salah satunya yang terbesar dan merupakan waduk
serbaguna yang pertama di Indonesia adalah Waduk Jatiluhur.
Waduk Jatiluhur ini berlokasi di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten
Purwakarta, Jawa Barat. Di lokasi Waduk Jatiluhur ini terdapat
beberapa jenis wisata air, mulai dari berdayung sampan sampai
water boom. Panorama bendungan yang memiliki luas 8.300
hektar ini juga sangat memesona. Waduk Jatiluhur ini dibangun
oleh kontraktor asal Perancis pada tahun 1957 dengan potensi air

4
sebesar 12,9 miliar meter kubik per tahun. Waduk Jatiluhur dapat
dijadikan sebagai alternatif sebagai tempat rekreasi bersama
keluarga. dengan fasilitas yang memadai waduk ini memang
pantas dijuluki sebagai waduk serbaguna. Fasilitas-fasilitas yang
ada di lokasi Waduk Jatiluhur ini antara lain, hotel atau
bungalow, bar dan tempat makan, lapangan tenis, bilyard,
perkemahan, kolam renang yang dilengkapi dengan water slide,
ruang pertemuan, sarana rekreasi, dan olahraga air, dan
playground. Selain itu, di lokasi Waduk Jatiluhur ini juga
terdapat tempat budidaya ikan keramba jaring apung. Wisatawan
yang memiliki hobi memancing dapat memburu ikan saat siang
ataupun malam. Bila malam tiba, suasana menjadi semakin seru
sambil menikmati ikan bakar.
Sampai saat ini Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Jawa
Barat, masih memegang rekor sebagai waduk terbesar di
Indonesia. Namun selain itu, ada Waduk Cirata, Cianjur yang
memegang rekor sebagai bendungan tertinggi di Indonesia.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU dan
Perumahan Rakyat, Mudjiadi mengatakan, jumlah bendungan di
Indonesia saat ini sebanyak 230 buah, dan dari jumlah tersebut
sekitar 203 buah dibangun oleh Kementerian PUPR.
"Indonesia mempunyai berbagai macam bendungan
seperti bendungan paling tinggi adalah Bendungan Cirata
(urugan batu dengan tipe concrete faced rockfill dam) di
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat dengan tinggi 125 meter.
Selain itu, tercatat ada Bendungan Wadas Lintang (urugan
tanah) di kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dengan tinggi 122
meter. Sementara itu, bendungan paling besar adalah Bendungan

5
Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat dengan volume
tampungan sebesar 2.556.000.000 m3.
"Semua bendungan tersebut mempunyai banyak manfaat
yaitu untuk irigasi, PLTA, pengendalian banjir, penyediaan air
baku untuk air bersih dan pariwisata," katanya.
Bahkan disebut-sebut Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) di Waduk Cirata di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.
Kedua bendungan ini mempunyai tipe urugan batu inti
tanah liat plastisitas tinggi, mempunyai manfaat mengairi areal
irigasi seluas 242.000 hektar di Kabupaten Bekasi, Karawang,
Subang, dan Indramayu; pengendalian banjir di sepanjang pantai
utara Jawa Barat dari Bekasi sampai Indramayu.
"Untuk itu ke depannya kita dapat memiliki bendungan
dengan kapasitas tampungan yang besar seperti Bendungan
Jatiluhur dan Bendungan Jatigede yang baru saja dilakukan
impounding (pengisian waduk) beberapa waktu yang lalu,"
katanya.
Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur,
Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota
Purwakarta).Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di
Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir.
H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha,
dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3/tahun
dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia. Di
dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya
terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000
juta kwh setiap tahun, dikelola oleh PT. PLN (Persero).

6
Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi
untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air
minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola
oleh Perum Jasa Trita II. Selain berfungsi sebagai PLTA, dengan
sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur memiliki
banyak fasilitas rekreasi seperti hotel dan bungalow, bar dan
restoran, lapangan tenis, bilyar, perkemahan, kolam renang,
ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air dan fasilitas
lainnya. Di dalam waduk ini juga terdapat budidaya ikan
keramba jaring apung, yang memungkinkan kita untuk
memancing di waktu siang maupun malam. Selain itu,
dikawasan ini terdapat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola PT.
Indosat sebagai alat komunikasi internasional. Pokoknya
lengkap, termasuk pusat Training Center atlit nasional dayung
dan dragon boat Indonesia. 
b. Gagasan Pembangunan Bendungan Jatiluhur
Gagasan pembangunan bendungan di Sungai Citarum
sudah dimulai pada abad ke-19 oleh para ahli pengairan pada
waktu itu dengan telah dilakukannya survey awal antara lain
survey topografi dan hidrologi. Bahkan pengukuran debit Sungai

7
Citarum untuk keperluan bendungan dan irigasi telah di mulai
pada tahun 1888.
Gagasan pembangunan tersebut kemudian dikembangkan
dan disempurnakan oleh Prof. Dr. Ir. W.J. van Blommestein,
seorang ahli pengairan Belanda pada tahun 1930. Gagasan ini
untuk pertama kali dipresentasikan pada pertemuan tahunan
Persatuan Insinyur Kerajaan Belanda (Koninklijk Instituut van
Ingenieurs atau KIVI) tanggal 18 Desember 1948 di Jakarta
dengan judul “Een Federaal Welvaartsplan voor het Westelijk
Gedeelte van Java”. Ketika itu, Prof. Ir. W.J. van Blommestein,
Kepala Perencanaan Jawatan Pengairan Belanda, sudah
melakukan survey secara lebih rinci untuk membuat rencana
pembangunan tiga waduk besar di sepanjang aliran sungai
Citarum; Saguling (sebelumnya dinamakan Waduk Tarum oleh
Prof. Ir. W.J. van Blommestein), Cirata dan Jatiluhur.
Selanjutnya Prof. W.J. van Blommestein  sampai kepada
sebuah gagasan dimana selain potensi tiga waduk di Sungai
Citarum, juga ada potensi pengembangan antar Daerah Aliran
Sungai (DAS) untuk sungai-sungai di Pulau Jawa, yang dikenal
dalam tulisannya berjudul “A Development Project for the Island
of Java and Madura” pada Agustus 1979. Gagasannya waktu itu
adalah Jatiluhur hanya dikembangkan untuk kepentingan irigasi
dan pembangunan kanal untuk transportasi air dari Anyer sampai
Surabaya melewati Solo.
Prof. Ir. Wilem Johan van Blommestein lahir di Kertasura
Kota Solo tanggal 15 Mei 1905 dan meninggal pada tanggal 11
Agustus 1985. Kuliah di Institut Teknologi Bandung pada tahun
1924 dan lulus dengan mendapar gelar insinyur pada tahun 1928.
Pada ini juga beliau langsung ditugaskan ke wilayah afdeling

8
Karawang. Setahun kemudian beliau pindah ke Purworejo,
bekerja sebagai insinyur dibidang keirigasian. Tahun 1931
sampai 1934 beliau bertugas di Yogyakarta.
Karya lainnya adalah salah satu bendungan terbesar di
dunia yang dibangun di Suriname, yang kemudian diberi nama
Bendungan Blommestein. Bendungan ini memiliki luas genangan
1.560 km2, dengan tinggi 54 m. Panjang puncak bendungan
keseluruhan 12.000 m. Luas daerah tangkapan 12.000 km 2.
Bendungan mulai dibangun tahun 1960 dan selesai tahun 1964.
Gagasan Prof. Dr. Ir. W.J. van Blommestein kemudian
dikaji ulang oleh Ir. Van Scravendijk tahun 1955 dengan tulisan
berjudul “Integrated Water Resources Development in Citarum
River Basin” (240,000 ha sawah). Gagasan ini kemudian
dilengkapi oleh Ir. Abdullah Angudi tahun 1960 melalui nota
pengelolaan sehingga menjadi Rencana Induk Pengembangan
Proyek Serbaguna Jatiluhur.
Gagasan untuk membangun sebuah bendungan di aliran
sungai Citarum dirintis kembali pada era tahun 1950-an. Ir. Agus
Prawiranata sebagai Kepala Jawatan Irigasi waktu itu mulai
memikirkan pengembangan jaringan irigasi untuk mengantisipasi
kecukupan beras dalam negeri. Ketika itu, Indonesia sudah
menjadi negara pengimpor beras terbesar dunia. Namun untuk
membangun bendungan dengan skala besar, ketika itu masih
menjadi  bahan tertawaan, karena Pemerintah RI belum punya
uang.
Lalu ide ini dibahas bersama Ir. Sedyatmo, yang ketika itu
menjabat sebagai Kepala Direksi Konstruksi Badan Pembangkit
Listrik Negara, Direktorat Jenderal Ketenagaan, Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Kebetulan waktu itu PLN

9
punya anggaran dan memang sedang berupaya mencari pengganti
sumber daya listrik yang masih menggunakan minyak, karena
memang mahal. Lalu, Ir. Sediyatmo menugaskan Ir. P.C.
Harjosudirdjo (sekarang; Prof. DR. Ir. P.K. Haryasudirja) ketika
itu sebagai Asisten Kepala Direksi Konstruksi PLN, untuk
merancang Bendungan Jatiluhur ini.
Sebelum pembangunan Bendungan Jatiluhur, bagian utara
Provinsi Jawa Barat telah dibangun beberapa prasarana sumber
daya air, seperti Bendung Walahar, Pundong, Salamdarma,
Barugbug dan sebagainya. Namun masing-masing prasarana
sumber daya air tersebut belum terintegrasi dan sebagaimana
fungsi bendung, tidak dapat menampung air dimusim hujan
sehingga pada musim hujan selalu banjir dan kekeringan pada
musim kemarau. Intensitas tanam (crop intensity) hanya 1, yakni
1 kali tanam setahun. Kemudian daerah pertanian tersebut
sebagian besar dikuasai para tuan tanah, dan petani sebagian
besar adalah penggarap yang tidak memiliki tanah.
Hal penting yang juga menjadi pertimbangan saat itu,
menurut Prof. DR. Ir. P.K. Haryasudilja, ketika itu sebagai
Asisten Urusan Jatiluhur yang menangani urusan perencanaan
maupun pelaksanaan pembangunannya, adalah pertimbangan
suplai air ke Jakarta. Ketika itu pelabuhan Tanjung Priok tak
pernah disinggahi kapal-kapal asing, karena tidak cukup air untuk
perbekalan kapal. Sehingga kegiatan ekspor-impor dari Tanjung
Priok tersendat. Haryasudirja yang membuat spesifikasi
bendungan Jatiluhur, mengaku meniru gaya bendungan terbesar
di dunia, yaitu bendungan Aswan di Mesir. Menggunakan
konsultan dari Perancis yang sudah berpengalaman dalam
membangun bendungan besar.

10
c. Manfaat Bendungan Waduk Jatiluhur
1) Penyediaan air untuk irigasi seluas 242.000 ha.
2) Menyediakan air baku DKI.
3) Pembangkitan listrik kapasitas 187,5 MW.
4) Pengendalian banjir di Karawang dan sekitarnya.
5) Perikanan darat.
6) Pengembangan pariwisata dan olahraga air.
2. Tangkuban Perahu
a. Letak geografis
Objek Wisata Gunung Tangkuban Perahu Bandung adalah
salah satu objek wisata yang terletak sekitar 20 km ke arah utara
Bandung. Tangkuban Perahu ini sangat terkenal baik di kalangan
wisatawan lokal maupun mancanegara karena cerita rakyatnya
yaitu kisah asmara Sangkuriang dan Dewi Sumbi. Wisata
Tangkuban Perahu ini terletak di ketinggian 2.084 mdpl
atau sekitar 6.873 kaki sehingga tempat ini memiliki hawa yang
dingin dan sejuk karena banyak terdapat pohon pinus, kebun teh,
maupun kebun sayuran. Gunung Tangkuban Perahu ini
berbentuk stratovulcano yang puncaknya ini berbentuk
memanjang dan mirip sebuah perahu yang terbalik.

11
Gunung ini terakhir meletus pada tahun 2013 namun
gunung ini masih relatif aman untuk dikunjungi. Gunung
Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-
rata hariannya adalah 17o C pada siang hari dan 2o C pada malam
hari. Gunung ini juga masih dikategorikan sebagai gunung api
yang aktif dan masih dipantau oleh badan direktorat vulkanologi
Indonesia. Gunung ini memiliki 3 kawah yaitu kawah
Ratu, kawah Domas dan kawah Upas. Karena keindahannya,
tidak jarang tempat ini dijadikan untuk foto prewedding, syuting
film, maupun video klip. Anda juga dapat menunggang kuda
untuk mengitari sebagian kawah ini.
b. Sejarah Gunung Tangkuban Perahu
Sangkuriang dan dayang sumbi, tokoh legenda sunda
yang begitu terlintas di telinga kita maka pikiran kita akan teralih
dan teringat suatu gunung yang terletak dikawasan Bandung
Utara, Tagkuban Perahu begitu nama gunung tersebut yang di
kisahkan menurut legenda dan cerita rakyat gunung ini terbentuk
oleh seorang anak mahkota dari seorang ratu yang bernama
dayang sumbi, dimana anak tersebut ( sangkuriang ) menendang
perahu hingga menangkub ( terbalik ) karena tidak jadi menikahi
dayang sumbi yang tidak lain adalah ibu nya sendiri. Kini
Gunung yang berjarak 30 km dari pusat kota Bandung ini kini
telah menjadi objek pariwisata dengan keunggulan kawah-kawah
hasil letusannya menjadi andalan objek wisata gunung
Tangkuban perahu, gunung yang memiliki ketinggian 2084 mdpl
dengan 13 kawah yang tersebar di kawasan puncak gunung
Tangkuban Perahu.
Secara geologi Gunung Tangkuban Perahu memainkan
peranan penting dalam pengembangan tinggi Parahyangan.

12
Erupsi sangat berkontribusi ke bukit utara Bandung dengan lahar
mengalir ke lembah dan menjadi batu, sehingga membentuk
bentukan-bentukan yang bagus. Begitu juga aliran lumpur telah
membentuk gradient cone semi-circular, yang sekarang
merupakan sebuah massa yang terendapkan di lembah kuno di
dekat sungai Citarum di Padalarang (18 km barat Bandung ), hal
ini menyebabkan terbentuknya sebuah danau yang meliputi
seluruh Bandung.
Gunung Tangkuban Perahu telah mengalami beberapa
kali letusan, di lihat dari 2 abad terakhir gunung ini meletus di
tahun 1829, 1846, 1863, 1887, 1896, 1910, dan yang terakhir
terjadi pada tahun 1929. Akibat seringnya gunung ini meletus,
sehingga banyak kawah yang terbentuk di sekitarnya, seperti
Kawah Ratu, Upas, Domas, Baru, Jurig, Badak, Jurian, Siluman,
serta Paguyuban Badak, pada tahun 1969 pun Tangkuban Perahu
mengalami erupsi dengan kategori kecil, dan pada tahun 1992
terjadi erupsi yang cukup besar sehingga Gunung Tangkuban
Perahu di tutup selama beberapa hari, karena aktivitas seismic
yang luar biasa tinggi dan dikawatirkan terjadi letusan baru.
Di utara lereng gunung merupakan wilayah yang disebut
Death Valley, karena sering terakumulasi oleh gas beracun.
Dilihat dari sejarah pembentukan dan morfologinya dataran
tinggi Bandung ini di kelilingi oleh dua deretan gunung api, juga
seluruh dataran Bandung diselimuti oleh bahan-bahan atau
material vulkanik, hanya pada dua tempat ditemukan endapan-
endapan sedimen yang terbentuk di laut dalam. Bagian tengah
merupakan gunungapi itu sendiri, dan bagian sebelah selatan
ditemukan dataran tinggi Bandung yang dahulu merupakan
sebuah danau besar.

13
Di dataran tinggi Bandung terdapat endapan-endapan
danau seperti pasir, tanah liat, dan sebagainya. Bagian utara dari
danau purba ini terdiri dari arus lahar dan tufa gunung
Tangkuban Perahu dan di kaki gunungapi yang datar ini terletak
kota Bandung, Cimahi, Padalarang. Jika kita mempelajari
bentang alam dari daerah ini, maka akan terlihat beberapa
kesatuan morfologi yang oleh Van Bamelen di bagi sebagai
berikut :
1) Jalur sebelah utara yang terdiri dari daerah perbukitan sekitar
Subang yang diberi nama punggung Tambakan.
2) Sebuah depresi sebelah dalam dari punggung ini.
3) Pegunungan sentral terdiri dari kompleks gunungapi.
4) Dataran tinggi Bandung sebelah selatan dari pegunungan
vulkanik.
5) Daerah perbukitan sekitar Cimahi.
Sejarah geologi dataran tingg Bandung ini di mulai sejak
zaman Miosin, pada jaman Miosin ini daerah pesisir utara jawa
purba jauh dari daerah pesisir yang sekarang. letaknya berada di
daerah Pangalengan, di sebelah utara Pangalengan dahulu
merupakan sebuah lautan yang dimana terjadilah sebuah proses
pembentukan dan pengendaman berbagai macam batuan
sedimen.
Proses pembentukan dan pengendapan in bisa di lihat
sangat jelas di daerah Purwakarta, dimana endapan – endapan di
daerah tersebut banyak sekali menyisakan endapan tanah liat,
batu karang, batu kapur, tufa, dan sebagainya, namun di daerah
Bandung sendiri endapan – endapan tersebut hanya bisa di
jumpai di beberapa tempat saja, hal ini di sebabkan karena
daerah - daerah di Bandung sebagian telah tertupup oleh material

14
vulkanik, Umur endapan ini di tetapkan berdasarkan binatang-
binatang purba yang dahulu pernah menenmpati lautan Miosin
ini.
Jaman yang tenang ini disusul oleh periode yang
revolusioner, dalam periode ini dalam bumi terjadi gerak-gerak
melipat dan mengangkat batuan-batuan yang dibentuk menjadi
pegunungan yang muncul dari atas permukaan air laut. Periode
ini adalah periode pembentukan pegunungan. Pesisir utara Jawa
yang tadinya terletak sebelah selatan mulai berpindah keutara
dengan kata lain sebagian daratan ditambahkan pada Jawa purba
tersebut. Bagian selatan dari daerah Pengalengan diangkat.
Selain dari periode pembentukan pegunungan, bekerja
pula kekutan-kekuatan lain dalam bumi, yaitu kekuatan vulkanik
yang membentuk gunungapi yang sisanya kini merupakan
puncak tajam sekitar Cimahi misalnya gunung Selacau. Batuan-
batuan yang terdapat pada gunungapi ini berupa Dasit, batuan
lelehan yang mnegandung bahyak SiO2, berbeda dengan batuan
yang dihasilkan oleh gunung Tangkuban Perahu kemudian. Pada
jaman kwarter terjadi pembentukan dataran Bandung seperti
yang kita kenal sekarang. Sejarah daerah gunungapi ini dapat
kita bagi dalam dua periode, Jaman Kwarter Tua dan Jaman
Kwarter Muda. Pada awal jaman kwarter tua aktivitas vuklkanik
berpindah kesebelah utara, ketempat gunung Tangkuban Perahu
sekarang berada.
Pada jaman tersebut gunung Tangkuban Perahu belum
lahir, namun yang ada adalah induk dari gunungapi Tangkuban
perahu yaitu gunungapi Sunda. Gunungapi Sunda yang baru
muncul ini sangat besar, dan menurut rekonstruksi mempunyai
panjang sekitar 20 km dan tinggi 3000 mdpl. Kini hanya sisa

15
yang masih tertinggal. Gunungpai ini mempunyai titik parasit
seperti gunung Gurangrang, yaitu gunungapi yang lebih tua dari
Tangkuban Perahu. Dapat dipahami jika melihat morfologi
kedua gunung tersebut. Gunungapi Tangkuban Perahu masih
mempunyai lereng yang licin dengan kata lain erosi belum
terlalu lama bekerja sedangkan Burangrang telah banyak
terdapat lembah-lembah erosi.
Gunungapi parasit lainya yang terdapat pada gunungapi
Sunda adalah gunung Palasari, gunung Tunggul. Semua bahan-
bahan dari gunungapi tersebut menuju keberbagai arah, terutama
menuju ke arah Subang dan ke selatan menuju Bandung. Setelah
beberapa lamanya bekerja, maka gunungapi raksasa meletus
dengan hebatnya. Pada letusan ini terbentuk kawah yang
ukuranya beberapa kali dari kaldera. Sebagian besar gunungapi
Sunda tersebut runtuh. Pada sesar Lembang, sebelah selatan
terdapat suatu pegunungan panjang yang lurus memanjang dari
timur ke barat. Sesar Lembang adalah sebuah sesar terbesar di
daerah ini, yang melintang dari barat ke timur. Sesar ini terletak
atau melalui Lembang dari mana nama sesar ini berasal yang
kira-kira 10 km sebelah utara Bandung. Ini adalah sebuah sesar
aktif dengan gawir sesar sangat jelas yang menghadap ke utara.
Sesar ini yang panjang seluruhnya kira-kira 22 km dapat
diamati sebagai suatu garis lurus dari G. Palasari di timur ke
barat dekat Cisarua. Penyelidikan-penyelidikan terdahulu telah
menghubungkan bahwa sesar Lembang yang dominannya adalah
sesar normal terjadi setelah letusan besar gunung Sunda Purba
yang berlangsung pada jaman Kwarter Tua. Setelah letusan
gunungapi Sunda, terjadilah gerak naik-turun dalam kerak bumi.
Oleh gerakan ini, maka terbentuklah patahan atau sesar

16
Lembang. Bagian sebelah utara turun sekitar 450 m
dibandingkan bagian selatan. Contoh yang jelas dari patahan ini
adalah pada bukit Batu dan Batu Gantung.
Bukit-bukit ini yang dahulu merupakan satu arus lava,
terpotong dan seakan-akan tergantung. Van Bammelen bersintesa
tentang daerah ini menganggap bahwa gerak yang terjadi bukan
merupakan suatu gerak vertikal namun suatu gerak lengseran
yang mengakibatkan pengerutan sedimen sebelah utara, sehingga
membentuk punggung Tambakan. Setelah pembentukan patahan
Lembang, gunung Tangkuban Perahu mulai terbetuk pada jaman
Kwarter muda. Terjadi erupsi yang hebat dalam bentuk tufa-slak.
Hasil pertama dari gunungapi tersebut adalah efflata (bahan-
bahan lepas).
Sebelah utara arus slak ini menuju ke arah Segalaherang
dan sebelah selatan menuju Bandung. Material yang keluar
mengisi depresi Lembang. Material yang keluar mencari celah
menuju ke arah selatan melalui celah-celah pada dinding
patahan. Arus lahar yang mengalir sebelah barat tak menemui
halangan yang berarti, karena dinding patahan tak terlalu tinggi,
sehingga mulailah bagian ini di banjiri oleh bahan-bahan
material Tangkuban Perahu ke arah Cimahi dan Padalarang.
Jalanya sungai Citarum pada saat itu berbeda dengan
sekarang. Sungai ini mengalir kira-kira ke sebelah utara Cimahi
dan berbelok ke arah Padalarang dan melalui lembah dimana
sekarang terdapat sungai Cimeta. Lembah purba sungai Citarum
masih dapat dikenal dari dalamnya dan lebar lembah yang di
gunakan Cimeta tersebut. Sedangkan sungai Cimeta sendiri kecil
dibandingkan dengan lembahnya. Arus lahar mengalir sebelah

17
barat dari gunungapi Tangkuban Perahu, membendung sungai
Citarum sehingga terjadilah danau Bandung. Selama erupsi besar
Tangkuban Perahu daerah ini telah di huni manusia.
Sungai Citarum dibendung oleh arus tufa breksi dilembah yang
sempit dan besar kemungkinan pembendungan ini terjadi dalam
waktu yang singkat. Disekitar Palasari ditemukan material dari
batuan dengan umur diperkirakan neolitikum. Material batuan
obsidian ditemukan juga disekitar gunung Malabar dan Dago
dan umurnya ditaksir sekitar 3000-6000 tahun. Yang
mengherankan adalah material demikian pada tempat lain tidak
diketemukan. Besar kemungkinan hal ini disebabkan oleh
penimbunan debu dan bahan material Tangkuban Perahu di
daerah tersebut. Sungai Citarum tak lama kemudian terdapat
batu gamping di barat Padalarang.
Dengan demikian keringlah danau Bandung. Endapan-
endapan danau ini merupakan tanah yang subur. Setelah letusan
tersebut, terjadi gerak-gerak dalam bumi yang membentuk
patahan. Oleh pembentukan patahan dalam gunung berapi ini
maka keluarlah lava. Erupsi yang menghasilkan lava tersebut
merupakan erupsi B dari gunungapi Tangkuban Perahu.
Disebelah utara aktivitas lava ni besar, yang keluar sewaktu
letusan gunung Cinta, gunung Malang, dan sebagainya. Oleh
pergantian bahan efflata dan lava maka gunungapi Tangkuban
Perahu merupakan gunungapi berlapis, karakteristik untuk
Indonesia yang disebut gunung strato. Lava erupsi B susunanya
basalt, berbeda dengan material gunung Sunda dan Burangrang
yang bersusunan andesit (augit-hypersteen andesit). Lava yang
mengalir sewaktu erupsi B telah menyebabkan pembentukan air

18
terjun Dago dan juga merupakan basis dari komleks sumber-
sumber air misalnya di Ciliang.
Hasil letusan yang telah lapuk ini juga menyuburkan
tanah di sekitar. Sesudah itu terjadi letusan-letusan yang
menghasilkan material lepas yang merupakan erupsi C namun
tak sehebat erupsi A. Letusan berganti-ganti keluar dari tigabelas
kepundan yang menyebabkan bentuk mendatar dari puncak
Tangkuban Perahu. Gunungapi Tangkuban Perahu terjadi
perpindahan aktivitas pipa kepundan dari arah barat ke timur.
Erupsi pertama (A) Gunung Api Tangkuban Perahu
sangat hebat, material yang dikeluarkan sangat banyak sehingga
dengan cara demikian mengakibatkan terbentuknya dataran
tinggi Bandung. Menurut penelitian seorang ahli geologi
Belanda, Van Bammelen, di tahun 1934, riwayat letusan
gunungapi Tangkuban Perahu dapat di bagi menjadi tiga periode
berdasarkan coraknya, yaitu : 1. Tahap A, tahap explosive.
Selama tahap ini dikeluarkan berbagai bahan letusan yang terdiri
atas segala ukuran, sehingga menutupi permukaan sekitarnya
dan dihanyutkan sebagai lahar atau lumpur gunungapi. Saat itu
di duga bahan letusanya menutupi aliran Sungai Citarum Purba
sehingga airnya menggenangi cekungan Bandung dan terjadilah
Danau Bandung Purba. 2. Tahap B, tahap effusive. Pada tahap
ini bahan letusan terdiri dari aliran lava. 3. Tahap C, tahap
pembentukan gunung yang sekarang. Morfologi Morfologi
gunungapi ini dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi utama
yaitu : o Kerucut strato aktif. o Lereng tengah. o Kaki. Kerucut
strato aktif menempati bagian tengah kaldera Sunda. Kawah-
kawah gunungapi ini membentang dengan arah barat-timur.
Beberapa kawah terletak di daerah puncak dan beberapa lainnya

19
terletak di lereng timur. Kerucut strato aktif ini tersusun dari
selang-seling lava dan piroklastik dan di bagian puncak endapan
freatik. Pola radier dengan bentuk lembah V, beberapa air terjun
yang sangat umum ditemukan pada satuan morfologi ini.
Morfologi lereng tengah meliputi lereng timurlaut, selatan
dan tenggara gunungapi ini. Batuannya terdiri atas endapan
piroklastik yang sangat tebal dan lava yang biasanya tersingkap
di lembah-lembah sungai yang dalam dengan pola aliran sungai
paralel dan semi memancar (semi radier). Lereng selatan dan
tenggara terpotong oleh sesar Lembang, yang berarah timur-
barat. Kaki selatan menempati bagian lereng tenggara dan
selatan, yang terletak pada ketinggian antara 1200 m hingga 800
m dan antara 1000 hingga 600 m di atas permukaan laut. Lereng
timurlaut mempunyai pusat-pusat erupsi parasit seperti G.
malang, G. Cinta dan G. Palasari.
Aliran-aliran lava dan skoria berwarna kemerahan yang
menempati sebagian besar daerah kaki ini adalah berasal dari
pusat-pusat erupsi ini. Pola aliran sungai yang berkembang di
daerah ini adalah paralel dengan bentuk lembah U yang
melewati batuan keras. Lereng selatan terletak antara sesar
Lembang dan dataran tinggi Bandung di selatan. Bagian terbesar
daerah ini dibentuk oleh batuan piroklastik dan endapan lahar,
sedangkan lava ditemukan di dasar sungai. Pola aliran sungai
yang berkembang di dalam satuan morfologi ini adalah paralel.
Stehn (1929) meneliti tentang urutan pembentukan tiap
kawah di gunung ini. Dia menyimpulkan bahwa kawah tertua (I)
adalah kawah Pangguyangan Badak, telah hancur karena letusan
pembentukan kawah kedua atau kawah Upas (II), sehingga yang
tampak sekarang dari Kawah Pangguyangan Badak hanyalah

20
pinggiran kawahnya saja. Secara periodik letusan terjadi
kembali, yang akhirnya menghancurkan Kawah Upas menjadi
Kawah Upas yang selanjutnya (III).
Setelah itu, pusat letusan bergerak menghancurkan kawah
I, kawah II, kawah III di bagia timur sehingga terbentuklah
Kawah Ratu (IV). Letusan berikutnya terjadi di dasar kawah III
dan menghasilkan Kawah Upas (V). Kemudian terjadi lagi
perpindahan pusat letusan dari arah barat ke timur dan
terbentuklah Kawah Ratu (VI). Letusan berikutnya terjadi di
lereng sebelah timur, sebagai letusan lereng menghasilkan
Kawah Jurig (X), Kawah Domas, Kawah Badak, Kawah Jarian
(XI), dan Kawah Siluman (XII).
Aktivitas letusan kemudian bergerak ke arah barat di
tahun 1896 terjadi letusan di bagian bawah Kawah Upas (II)
membentuk Kawah Baru (VII). Di tahun 1910 aktivitas
berikutnya ke arah timur. Di bagian bawah Kawah Ratu (VIII).
Pada tahun 1926 terjadi hal yang sama, menghasilkan kawah
yang lebih kecil ukuranya, dinamakan Kawah Ecoma (IX). Pada
tangaal 1 Mei 1960 aktivitas letusan membentuk lubang di dasar
Kawah Ratu, Kawah (XIII). Pusat letusan yang selalu berpindah
sepanjang 1100 m mengakibatkan proses penghancuran pada
kawah terdahulu hanya berupa pinggiran kawah saja. Akhirnya
pergerakan pusat letusan dari Kawah Pangguyangan Badak ke
Kawah Ratu menghasilkan bentuk puncak gunung Tangkuban
Perahu menjadi tidak lancip melainkan berbentuk seperti perahu
terbalik.
c. Status Gunung Tangkuban Perahu
Gunung Tangkuban Parahu termasuk dalam kategori
gunung api yang masih aktif dan statusnya terus selalu diawasi

21
oleh Badan Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa
kawahnya masih menunjukkan tanda tanda dari keaktifan
gunung ini. Beberapa tanda dan aktivitas dari gunung berapi ini
adalah seperti masih munculnya gas belerang dan juga terdapat
sumber-sumber air panas yang berada di kaki gunung ini, di
antaranya adalah seperti yang terdapat di kasawan Ciater,
Subang.
Keberadaan dari gunung Tangkuban Perahu ini dan juga
bentuk dari topografi Bandung yang terlihat seperti cekungan
dengan memiliki banyak bukit serta gunung pada setiap sisinya
makin menguatkan teori bahwa pernah terdapat sebuah telaga
yang sangat besar yang sekarang adalah kawasan Bandung.
Para ahli geologi juga meyakini bahwa dataran tinggi
Bandung yang terdapat di ketinggian kurang lebih sekitar 709 m
di atas permukaan air laut merupakan sisa-sisa dari danau besar
yang terbentuk karena pembendungan Sungai Ci Tarum oleh
letusan gunung berapi purba yang biasa dikenal dengan nama
Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu hanyalah sisa
dari Gunung Sunda purba yang masih aktif sampai sekarang ini.
Fenomena seperti ini juga dapat dilihat pada Gunung
Krakatau yang ada di Selat Sunda dan kawasan wilayah
Ngorongoro yang terdapat di Tanzania, Afrika. Sehingga adanya
legenda dari Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat
yang ada kawasan itu diyakini adalah sebuah dokumentasi dari
masyarakat yang hidup di kawasan Gunung Sunda Purba
terhadap berbagai peristiwa pada waktu itu.

d. Obyek Wisata Yang Terdapat di Gunung Tangkuban Perahu

22
Gunung Tangkuban Perahu memiliki destinasi wisata dan
pemandangan yang sangat indah yaitu berupa kawah, terdapat 3
(tiga) kawah yang bisa wisatawan kunjungi ketika berwisata ke
gunung tangkuban perahu, pertama kawah ratu yang merupakan
kawah terbesar di antara kawah-kawah yang lain yang ada
gunung tangkuban perahu, kedua kawah domas merupakan
kawah kecil namun unik karena kawah ini memancarkan
semburan air panas dan yang lebih uniknya lagi dari kawah
domas ini wisatawan bisa memasak telur dengan cara meredam
telur kedalam air panas tersebut dan asyiknya lagi dari kawah
domas ini adalah wisatawan dapat merendam kaki di air panas
untuk sekedar melepas lelah dan menghilangkan pegal-pegal
setelah seharian berkeliling menikmati keindahan gunung
tangkuban perahu, ketiga Kawah Upas, untuk menuju kawah ini
wisatawan harus berjalan sekitar 1,2 KM dari kawah Ratu, atau
sekitar 25 menit dengan berjalan kaki. biasanya wisatawan
enggan menuju kawah ini dikarenakan merasa cape karena harus
berjalan kaki kembali, sehingga jalanan menuju kawah upas ini
cukup sepi namun hal itu menurut hemat saya tidak akan
mengurangi semangat wisatawan yang berjiwa petualang karena
disepanjang jalan wisatawan akan disuguhkan pemandangan
yang indah serta rimbunnya pepohonan disamping kiri dan
kanan jalan khas lembang bandung.

23
Melewati jalan baru, jalan beraspal memudahkan
perjalanan kendaraan Anda. Pada sisi jalan yang berkelok-kelok
terdapat bunga-bunga terompet dan pohon lainnya yang akan
menyejukkan perjalanan Anda.
e. Kawah di Tangkuban Perahu
Di kawasan gunung Tangkuban Perahu terdapat tiga
kawah yang menarik untuk dikunjungi. Kawah tersebut adalah
Kawah Domas, Kawah Ratu dan Kawah Upas. Kawah yang
paling besar diantara ketiganya dan paling banyak dikunjungi
adalah Kawah Ratu. Dengan beberapa jam berjalan kaki, Anda
bahkan dapat mengitari Kawah Ratu yang begitu luas sambil
menikmati keindahan panorama Gunung Tangkuban Perahu.
1) Kawah Ratu
Jika Anda datang menggunakan bus, tersedia tempat
parkir khusus bus sebelum mencapai Kawah Ratu. Perjalanan
dilanjutkan dengan mobil ELF yang akan mengantarkan Anda
ke Kawah Ratu. Tetapi, jika Anda menggunakan kendaraan
pribadi, Anda dapat terus menggunakannya sampai ke Kawah
Ratu. Tersedia tempat parkir kendaraan di seberang kawah ini,
sehingga tanpa melalui medan yang sulit dan menghabiskan

24
banyak energi, Anda dapat melihat kawah ini. Mungkin ini
juga menjadi salah satu alasan, kebanyakan pengunjung ada
di kawah ini.
Kawah Ratu langsung terlihat dari atas dengan
pembatas pagar kayu untuk mencegah pengunjung terjatuh.
Melihat dalamnya kawah, dinding-dinding kawah dan asap
yang masih keluar dari kawah ini menciptakan pemandangan
yang menggetarkan hati. Tanah di sekitar Kawah Ratu
umumnya berwarna putih dengan beberapa batu belerang
berwarna kuning. Batu-batuan dan suasana kering dan
gersang terasa di kawah ini. Anda dapat mencoba mendaki ke
daerah yang lebih tinggi jika ingin melihat kawasan Kawah
Ratu secara menyeluruh.
Di tempat ini banyak toko-toko sederhana yang
menjual berbagai souvenir seperti syal, topi kupluk, tas dan
topi bulu, berbagai pajangan dari kayu dan berbagai
aksesories lainnya. Ada juga penjual makanan dan minuman
hangat seperti mie rebus, bandrek dan lainnya. Anda juga
dapat menunggang kuda untuk mengitari sebagian kawah ini.
Kegiatan ini biasanya disukai anak-anak.
2) Kawah Upas
Kawah Upas terletak di sebelah Kawah Ratu. Tetapi,
untuk dapat melihat kawah ini harus melalui medan yang
berbahaya, Anda harus melewati jalan yang berpasir untuk
mencapai kawah ini. Maka, sangat jarang pengunjung yang
datang melihat kawah ini. Bentuk Kawah Upas berbeda
dengan Kawah Ratu. Kawah Upas lebih dangkal dan
mendatar.
 

25
3) Kawah Domas
Kawah Domas terletak lebih bawah daripada Kawah
Ratu. Jika Anda dating melalui jalan baru, Anda akan
menemukan pintu gerbang menuju Kawah Domas terlebih
dahulu sebelum menuju Kawah Ratu. Jika pada Kawah Ratu
Anda hanya akan melihat kawah dari kejauhan, pada Kawah
Domas, Anda dapat lebih dekat dengan kawah. Bahkan, Anda
dapat mencoba merebus telur dengan memasukkannya ke
dalam kawah. Jika Anda ingin melihat Kawah Domas
melewati jam 16.00 WIB, Anda diharuskan menggunakan
jasa pemandu wisata.
4) Manarasa
Pohon yang banyak terlihat di sekitar kawah adalah
pohon yang disebut oleh warga sekitar dengan nama
Manarasa. Daun tanaman ini akan berwarna kemerah-
merahan jika daun sudah tua. Daun yang sudah berwarna
merah dapat dimakan dengan rasa mirip seperti daun jambu
dengan sedikit rasa asam. Daun ini dapat mengobati diare dan
dipercaya akan membuat awet muda. Mungkin daun ini
dipercaya oleh masyarakat sekitar selalu dimakan oleh
Dayang Sumbi yang awet muda dalam legenda terjadinya
Gunung Tangkuban Perahu.
V. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai
konsekuensi adanya pembendungan aliran sungai untuk membentuk
suatu waduk yang dapat merubah ekosistem sungai dan daratan menjadi
ekosistem waduk, akan menimbulkan dampak positif maupun negatif
terhadap sumberdaya dan lingkungan. Sehingga diperlukan pembinaan
waduk secara optimal dan terpadu. Ada beberapa hal yang perlu

26
diperhatikan agar tingkat pemanfaatan optimal dan berkelanjutan,
antara lain: pengelolaan habitat, pengelolaan populasi ikan, pengelolaan
penangkapan, pengelolaan budidaya dan operasional budidaya.
Di samping itu, perlunya kita menjaga kelestarian sumberdaya
perikanan dan kesinambungan usaha perikanan, dengan memperhatikan
hal-hal seperti: jenis perairan, letak tata ruang dari budidaya ikan di
perairan waduk/danau, musim, serta daya dukung perairan.
Pengelolaan sumberdaya waduk secara optimal dapat dilakukan
melalui usaha-usaha di bidang sektor perikanan, seperti perikanan
tangkap dan budidaya, sedangkan pengelolaan sumberdaya waduk
secara terpadu, dilakukan dengan cara pengelolaan di luar sektor
perikanan, yang dilakukan untuk mendukung suatu program
pengelolaan yang efektif guna menjamin produksi ikan yang optimum
dan berkelanjutan dengan tidak mengabaikan peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat di sekitarnya.
Sedangkan mengenai Obyek wisata Tangkuban Perahu selain
dijadikan sebagai tempat rekreasi juga dapat dijadikan bahan penelitian
ilmu-ilmu pengetahuan. Obyek wisata Tangkuban Perahu merupakan
salah satu obyek yang menarik di wilayah Bandung dan kaya akan
budaya serta tinggi nilai sejarahnya. Obyek wisata Tangkuban Perahu
harus dilestarikan dan dimanfaatkan secara optimal.
Selain itu legenda Tangkuban perahu terjadi karena sangkuriang
ingin menikahi ibunya, kemudian ibunya member syarat untuk
membuat danau dan perahu dalam waktu semalam karena dayang
sumbi tidak ingin dinikahi oleh anaknya maka ia mempercepat pagi dan
sangkuriang tidak terima kalau dia gagal menikahi dayang sumbi,
kemudian perahu itu di tending sampai terbalik. Terbentuklah gunung
tangkuban perahu.

27
JATI LUHUR DAN TANGKUBAN PERAHU

Disusun Oleh:
Marsya Ghaida Lathifah
Kelas: X-3

SMA PGRI 3 BOGOR


28
.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. …


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan tugas ini.
Dalam penyusunan tugas ini tidak sedikit hambatan dan kendala
yang kami hadapi, tetapi atas bimbingan bantuan dan dorongan berbagai
pihak, hal tersebut dapat diatasi. Untuk itu dengan segala kerendahan hati,
izinkan kami untuk menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih
kepada :
Yang utama bagi kami, yaitu kedua orang tua yang telah berjuang
dengan segala materi, tenaga, darah dan keringat agar kami dapat
menyelesaikan tugas ini ; dan yang paling utama juga kepada ibunda kami
yang jasanya tiadalah kami dapat menyebutkan dan atau pun menuliskan
karena teramat sangat besar jasanya bagi kami. Andaipun kami membalas
jasa ibu dan bapak kami selama seribu tahun, tiada mungkin dapat setimpal
dengan apa yang telah mereka perjuangkan kepada kami. Sungguh kami
senantiasa berdo'a kepada Allah SWT agar kedua orang tua kami berada
dalam ridho Allah SWT. ;
Kami berdo’a semoga mereka yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan penyusunan tugas ini mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT. Amin.
Wa’alaikumsalam wr.wb.
Penyusun
Marsya Ghaida Lathifah
Kelas: X-3

29
ii

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER............................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii

A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................ 4
C. Manfaat.............................................................................................. 4
D. Tinjauan Pustaka................................................................................ 4
1. Bendungan Jatiluhur..................................................................... 4
a. Gambaran Umum Bendungan Jatiluhur ................................. 4
b. Gagasan Pembangunan Bendungan Jatiluhur......................... 7
c. Manfaat Bendungan Waduk Jatiluhur .................................... 11
2. Tangkuban Perahu........................................................................ 11
a. Letak Geografis ...................................................................... 11
b. Sejarah Gunung Tangkuban Perahu........................................ 12
c. Status Gunung Tangkuban Perahu.......................................... 21
d. Obyek Wisata Yang Terdapat di Gunung Tangkuban Perahu..
................................................................................................
................................................................................................
23
e. Kawah di Tangkuban Perahu.................................................. 24
E. Kesimpulan........................................................................................ 26

30

iii

Anda mungkin juga menyukai