Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEGIATAN

KUNJUNGAN LAPANGAN
MATA KULIAH PRAKTIK HIDROLOGI

DI BALAI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH


SUNGAI CIDURIAN-CISADANE

OLEH:
Kelompok :4
Kelas : Meteorologi 3C
Anggota :

1. Cristianto Sihombing (11.18.0058)


2. Gilang Raka Siwi (11.18.0061)
3. Iqbal Nur Wijaya (11.18.0062)
4. M. Desfitrianza Githa (11.18.0068)
5. Ni Luh Jenitha Asdia P. (11.18.0076)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV METEOROLOGI


SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGII DAN GEOFISIKA
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Kegiatan 2
I.2. Tujuan Kegiatan 2
I.3. Manfaat Kegiatan 2

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN


II.1. Profil Lokasi Kegiatan 3
II.2. Pelaksanaan Kegiatan 4
II.3. Informasi yang Diperoleh 5

BAB III PENUTUP


III.1. Kesimpulan 7
III.2. Saran 7

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan
Kabupaten Purwakarta (Purwa = permulaan/perawalan, karta= ramai/hidup) berada
di Jawa Barat. Letaknya berada di antara ibu kota negara (DKI Jakarta) dan ibu kota
provinsi (Bandung). Purwakarta adalah lumbung beras dan teh. Salah satu objek wisata
yang paling terkenal di Purwakarta yaitu Waduk Jatiluhur .Waduk tersebut berjarak
kurang lebih 100 km dari arah Tenggara Jakarta, yang dapat dicapai melalui jalan tol
Jakarta Cikampek ataupun jalan tol Cipularang dan 60 km dari arah Barat Laut
Bandung, yang dapat dicapai melalui jalan tol Cipularang. Dari Kota Purwakarta sekitar
7 km arah barat. Berdasarkan koordinat geografis, posisi Tubuh Bendungan Jatiluhur
berada pada 6 derajat 31’ Lintang Selatan dan 107o23’ Bujur Timur.

Waduk atau reservoir adalah danau alam atau danau buatan, kolam penyimpan atau
pembendungan sungai yang bertujuan untuk menyimpan air. Waduk dapat dibangun di
lembah sungai pada saat pembangunan sebuah bendungan atau penggalian tanah atau
teknik konstruksi konvensional seperti pembuatan tembok atau menuang beton. Istilah
'reservoir' dapat juga digunakan untuk menjelaskan penyimpanan air di dalam tanah
seperti sumber air di bawah sumur minyak atau sumur air.

Dalam Kunjungan Belajar ini kami ingin mengetahui seluk beluk yang ada pada
Waduk Jatiluhur yang dimana menjadi bahan ajar kami di Mata Kuliah Hidrologi – DAS
dan Pemanfaatan nya serta pemenuhan tugas dalam mata kuliah Ini.

1.2 Tujuan Kegiatan


1. Untuk Mengetahui Latar Belakang dan Sejarah berdirinya Waduk Jatiluhur

2. Untuk Mengetahui Pengelolaan dan Pemanfaatan Waduk Jatiluhur secara Umum

1.3 Manfaat Kegiatan


1. Menambah Wawasan Mengenai Sejarah dan Latar Belakang berdirinya Waduk
Jatiluhur

2. Menjadi Bahan Referensi terhadap Pengelolaan Waduk Jatiluhr

3. Menjadi Bahan Pertimbangan atau Dikembangkan untuk Penelitian yang Sejenis.


BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

II.1 Profil Lokasi Kegiatan


Waduk Jatiluhur adalah sebuah waduk yang terletak di Kecamatan Jatiluhur,
Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Waduk
yang dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda ini merupakan waduk terbesar di
Indonesia. Bendungan Waduk Jatiluhur mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor
asal Prancis Compagnie française d'entreprise, dengan potensi air yang tersedia sebesar
12,9 miliar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia. Waduk
Jatiluhur dapat dikunjungi melalui Jalan Tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-
Cileunyi), keluar di Gerbang Tol Jatiluhur.
Waduk Jatiluhur dibangun dengan membendung Sungai Citarum dengan luas daerah
aliran sungai seluas 4.500 km2. Bendungan ini dibangun mulai tahun 1957 dengan
peletakan batu pertama oleh Presiden RI pertama Ir Soekarno dan diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada 26 Agustus 1967. Pembangunan bendungan Waduk Jatiluhur
menelan dana US$ 230 juta. Nama bendungan waduk dinamakan Ir. H. Juanda karena
untuk mengenang jasanya dalam memperjuangkan pembiayaan pembangunan
Bendungan Jatiluhur. Ia yang merupakan Perdana Menteri RI terakhir dan memimpin
kabinet Karya (1957 – 1959) bersama-sama dengan Ir. Sedijatmo dengan gigih
memperjuangkan terwujudnya proyek Jatiluhur di Pemerintah Indonesia dan forum
internasional. Genangan yang terjadi akibat pembangunan Bendungan Waduk Jatiluhur
menenggelamkan 14 Desa dengan penduduk berjumlah 5.002 orang. Penduduk tersebut
kemudian sebagian dipindahkan ke daerah sekitar bendungan dan sebagian lainnya
pindah ke Kabupaten Karawang. Sebagian besar penduduk waktu itu bekerja sebagai
petani.
Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW
dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh Perum
Jasa Tirta II. Selain dari itu Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk
242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan
pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Trita II.

Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan
Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow,
bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan water
slide, ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas
lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal
pesiar, ski air, boating dan lainnya.

Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat budidaya ikan keramba jaring apung,
yang menjadi daya tarik tersendiri. Dikawasan ini pula kita dapat melihat Stasiun Satelit
Bumi yang dikelola oleh PT. Indosat Tbk. (±7 km dari pusat Kota Purwakarta), sebagai
alat komunikasi internasional.

II.2 Pelaksanaan Kegiatan


Rombongan taruna dan dosen pembimbing berangkat dari STMKG sekitar pukul
06.00 menggunakan 3 bus, perjalanan memakan waktu kira – kira 3.5 jam. Sesampainya
di waduk kami langsung diarahkan menuju ke salah satu aula dari Perum Jasa Tirta untuk
mendengarkan penjelasan mengenai sejarah,fungsi, dan pemanfaatan Waduk Jatiluhur.
Setelah pemaparan selesai kami diputarkan video yang berisi sejarah waduk, mulai dari
awal mula pembangunan hingga kendala dan manfaat dari pengelolaan Waduk Jatiluhur,
kemudian kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Kemudian kami melanjutkan
kegiatan dengan menuju Water Sports Center yang masih bagian dari waduk, tempat
tersebut dekat dengan penginapan yang ada disana, dari tempat tersebut kita dapat
melihat waduk dengan sangat jelas dan dapat dijadikan tempat untuk berfoto dengan
waduk Jatiluhur sebagai latar belakangnya. Kemudian kami kembali menuju titik kumpul
untuk melakukan foto bersama.
Kemudian kami kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan menuju Bendungan Ir.
H Juanda, perjalanan menuju waduk kira – kira memakan waktu 10 hingga 15 menit.
Sesampainya disana kami berbaris di depan kantor dekat waduk untuk pembagian helm
keselamatan bagi para taruna sebagai SOP di waduk tersebut. Kemudian kami berjalan
diatas bendungan tersebut menuju ke tengah, tepatnya menuju tempat pengaliran air ke
turbin. Sesampainya disana dibuka kesempatan bagi para taruna untuk menyeberang dan
melihat turbin dari atas, kami diberi kuota 15 orang per kloter untuk menyeberang.
Setelah selesai kembali ke bus, tetapi karena sudah menunjukkan waktu untuk sholat,
akhirnya para taruna muslim melaksanakan sholat terlebih dahulu di masjid dekat
gerbang dari waduk. Kemudian kegitan dilanjutkan dengan makan siang disekitar masjid
dan bus.
Setelah selesai istirahat sholat dan makan kami melanjutkan perjalanan menuju ke
PLTA yang terdapat dibawah bendungan. Perjalanan kesana memakan waktu sekitar 10
menit menggunakan bus. Sesampainya disana kami diberi penjelasan tentang PLTA
tersebut, di lobby PLTA terdapat sejarah dan ornamen yang menunjukkan sejarah dari
PLTA tersebut. Kami pun diberi kesempatan untuk masuk ke ruang turbin untuk melihat
dan mempelajari bagaimana cara kerja turbin di PLTA. Kami pun dibagi menjadi dua
kloter karena keterbatasan helm keselamatan. Kami kemudian berjalan kurang lebih 400-
600 meter melewati terowongan yang membawa kami semakin dalam dari permukaan
tanah, dalam perjalanan kami dijelaskan tentang prinsip kerja dari PLTA itu sendiri. Di
dalam ruang turbin kami diajak berkeliling, disana kami melihat terdapat 6 turbin yang
dapat menghasilkan tenaga listrik yang cukup besar dengan menggunakan kekuatan arus
air dari waduk diatasnya. Pada saat kami berkunjung sedang dilakukan overhaul atau
turun mesin dari turbin nomor 2, menurut penjelasan dari pemandu kami hal tersebut
dilakukan untuk perawatan turbin. Setelah berkeliling satu putaran kami kembali ke
lobby untuk berkumpul dan bertukar dengan kloter berikutnya. Setelah selesai kegiatan
kami di PLTA kami pun mrlanjutkan kegiatan kami dengan perjalanan pulang ke
STMKG.

III.3.Informasi yang Diperoleh

Waduk dengan panorama danau yang memiliki luas 8.300 ha ini memiliki fungsi yang
multiguna, ditinjau dari segi infrastruktur dan pariwisata. Apabila dilihat dari segi
infrastruktur, Waduk Jatiluhur difungsikan sebagai pembangkit tenaga listrik dengan
kapasitas terpasang 187,5 MW., dengan produksi tenaga listrik 1000 juta kwh per tahun.
Produksi listrik pertama dimulai pada tahun 1965. Aliran listrik pertama disalurkan ke
Bandung melalui saluran udara tegangan tinggi 150 kV milik PLN. Pada tahun 1966
dilakukan penyaluran ke Jakarta. Antara tahun 1979-1981 PLTA unit VI dipasang oleh
PT. PLN Pikitdro Jabar dengan kapasitas 32 MW.
Selain menjadi pusat PLTA, Waduk jatiluhur juga menjadi penyedia air irigasi untuk
242.000 ha sawah (non tadah hijan). Pusat pengendali banjir di daerah Kabupaten
Karawang dan Bekasi (utamanya Jalur Pantura di Jawa Barat). Pemasok air rumah
tangga, industri, dan penggelontoran kota. Juga menjadi pusat pasok air untuk budidaya
perikanan air payau sepanjang pantai utara Jawa Barat seluas 20.000 ha.
Pariwisata di Waduk Jatiluhur memiliki banyak fasilitas untuk rekreasi yang
memadai. Hotel dan bungalow dilengkapi dengan bar, lapangan tenis, bilyard, area
perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang pertemuan, playground, dan
fasilitas lainnya. Cocok untuk acara kumpul keluarga besar atau acara kantor.
Sarana rekreasi tersebut dilengkapi juga dengan fasilitas olahraga air, seperti
mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating, dan sebagainya. Di perairan
Danau Jatiluhur ini juga terdapat budi daya ikan keramba jaring apung, yang menjadi
daya tarik tersendiri. Sehingga apabila tambak ini dioptimalkan maka akan jadi salah
satu sumber penghasilan bagi warga sekitar.
BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian diatas. Maka, dapat disimpulkan bahwa Waduk


Jatiluhur mulai dibangun pada tahun 1957 yang menampung dari aliran Sungai
Citarum. Untuk mengenang jasa Ir. H. Djuanda (nama lengkap Ir. H. R. Djoeanda
Kartawidjaja) dalam memperjuangkan pembiayaan pembangunan Bendungan Jatiluhur,
bendungan ini dinamakan secara resmi Bendungan Ir. H. Djuanda. Saat akan dibangun
Bendungan Jatiluhur menenggelamkan 14 Desa dengan penduduk berjumlah 5.002
orang. Penduduk tersebut kemudian sebagian dipindahkan ke daerah sekitar
bendungan dan sebagian lainnya pindah ke Kabupaten Karawang

Menurut Perum Jasa Tirta II, Waduk  Jatiluhur dibangun dengan basis


maximum performance flood, atau untuk banjir maksimum yang mungkin terjadi.
Kekuatan itu bertumpu pada: konstruksi Bendungan Jatiluhur dan saluran
pengamannya (spill way) sehingga, apabila dikelola dengan baik, kecil peluangnya
waduk akan jebol.

Terpasang enam turbin dengan daya terpasang 187 megawatt dengan produksi
tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun. Tambak ikan diberhentikan,
karena Fenomena umbalan itu terjadi diduga terkait tingginya curah hujan yang tinggi
sehingga sinar matahari yang masuk ke dasar kolam berkurang.

2. Saran
Seharusnya Pengelola dibantu dengan pemerintah terkait dapat
mempromosikan potensi pariwisata yang ada di sekitar Waduk Jatiluhur untuk
mengundang investor agar dapat lebih mengembangkan potensi – potensi yang ada di
sekitar waduk.

Dapat dijabarkan sebagai berikut :


1. Untuk pemerintah

Untuk pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Purwakarta,


maka diharapkan pemerintah Kabupaten Purwakarta lebih meningkatkan
pembangunan pariwisata dan maintenance yang berkelanjutan dalam bentuk :

a. Kelengkapan sarana dan prasarana pendukung dan penunjang dari daya tarik
wisata.

b. Perbaikan pengelolaan yang berkala dari daya tarik wisata di Bendungan Ir. H.
Juanda.

c. Adanya suatu kegiatan yang berkelanjutan di daerah Purwakarta khususnya di


Bendungan Ir. H. Juanda.

d. Pembuatan suatu system yang mendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten


Purwakarta salah satunya dalam bentuk Sistem Informasi Pariwisata yang bias
memberikan informasi-informasi pariwisata di Kabupaten Purwakarta.

Pemerintah daerah dapat meningkatkan dan memanfaatkan data dan informasi ini
untuk perencanaan pembangunan daerah khususnya pembangunan kepariwisataan di
Kabupaten Purwakarta. Dan menjadi acuan untuk mengembangkan Ekowisata di
Waduk Jatiluhur.

2. Pengelola

a. Dibentuknya Satuan Tugas Bersama yang terdiri dari Perum Jasa Tirta dan Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Purwakarta di Kawasan Wisata Bendungan
Jatiluhur.

b. Dibuatnya paket-paket promosi wisata yang bisa menampilkan keragaman daya


tarik wisata di Waduk Jatiluhur dengan memberdayakan sumber daya yang ada di
sekitar Waduk Jatiluhur.

c. Sehubungan dengan banyaknya aktivitas di dalam Waduk Jatiluhur, diharapkan


budidaya ikan di perairan tersebut dapat lebih berkembang serta lebih berprinsip
ramah lingkungan.

d. Perlu kajian lebih lanjut mengenai kandungan logam berat serta polutan lainnya
dalam perairan pada musim kemarau dan musim hujan serta kandungan logam berat
dalam sedimen.

Anda mungkin juga menyukai