Anda di halaman 1dari 8

1

TUGAS PROPOSAL SKRIPSI METODOLOGI


PENELITIAN HUKUM

Disusun Oleh :

Carotama Rusdiyan

2016510009
2

BAB I-

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini dimana ilmu pengetahuan

semakin berkembang dengan pesat dan teknologi semakin maju membuat segala

sesuatu pekerjaan bisa dilakukan melalui alat-alat berteknologi. Namun pekerjaan

yang dilakukan menggunakan alat-alat berteknologi yang dilakukan pelaku usaha

seringkali membuat konsumen tidak mengetahui dengan apa yang ditentukan oleh

pelaku usaha. Konsumen dipaksa menerima tanpa mengetahui informasi yang

sebesar-besarnya mengenai produk yang dikonsumsinya. Pelaku usaha juga dituntut

untuk kreatif dan inovatif dalam memberikan inovasi-inovasi baru terhadap

produknya untuk mengimbangi persaingan dengan pelaku usaha lainnya, disamping

itu juga untuk meningkatkan keuntungan. Namun selama ini pelaku usaha kurang

memperhatikan kepentingan konsumen sehingga muncul ketidakpuasan dari

konsumen karena barang dan/atau jasa yang mereka nikmati tidak sesuai dengan apa

yang mereka harapkan sehingga munimbulkan kerugian kepada konsumen. Pelaku

usaha seharusnya menyadari bahwa salah satu unsur penting dalam usaha adalah

konsumen, hal ini dikarenakan sasaran utama dalam pemasaran barang dan/atau jasa

tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Tenaga listrik merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia,

oleh karena itu penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik sangat


3

dibutuhkan manusia. Agar masyarakat dapat terus menikmati aliran tenaga listrik dari

PT. PLN, maka masyarakat harus melaksanakan kewajibannya untuk membayar

biaya atas jasa yang didapatkan sebagaimana yang tercantum dalam rekening tagihan

listrik. Jumlah yang harus dibayarkan konsumen dalam rekening tagihan listrik adalah

sebagaimana yang diperjanjikan oleh para pihak, yaitu masyarakat selaku konsumen

dan PLN selaku pelaku usaha penyedia tenaga listrik.

Masyarakat dalam membayar rekening tagihan listrik dapat melalui loket-

loket khusus yang ditunjuk oleh PT. PLN maupun membayar secara online melalui

bank, kantor pos maupun pihak lain yang ditunjuk. Pembayaran rekening listrik

secara online melalui kantor pos diadakan karena sebelumnya terjadi penumpukan

pelanggan PT. PLN yang ingin melakukan pembayaran rekening listrik secara

langsung melalui loket kantor PT. PLN, sehingga PT. PLN mengadakan kerjasama

dengan beberapa bank dan kantor pos untuk melayani masyarakat yang ingin

melakukan pembayaran listrik. Pembayaran rekening listrik melalui PT. Pos

Indonesia ini merupakan hal yang baru bagi PT. Pos Indonesia, dan pembayaran

secara online ini disebut dengan sistem online payment point (SOPP). Pembayaran

rekening listrik secara online ini dikenakan biaya tambahan yaitu berupa biaya

administrasi yang harus dibayarkan nasabah PT. PLN yang membayar rekening

listrik secara online. Penarikan biaya administrasi yang dilakukan oleh pihak PT. Pos

Indonesia dalam pembayaran rekening listrik ini.


4

PT. Pos Indonesia melaksanakan kerjasama dengan pihak PLN, dimana di

sana terjadi pembagian keuntungan di antara para pihak. Dalam materi perjanjian

antara PLN dengan PT. Pos Indonesia, kewajiban untuk membayar segala biaya yang

dikeluarkan oleh PT. Pos dalam pelaksanaan pembayaran rekening listrik secara

online ditanggung oleh pihak pelaksana dalam hal ini adalah PT. Pos Indonesia. PT.

PLN selaku pemegang hak atas biaya pembayaran rekening listrik yang dibayarkan

oleh pelanggan PT. PLN berhak menerima uang yang dibayarkan oleh pelanggan PT.

PLN yang disetorkan melalui PT. Pos Indonesia, namu tidak selalu hak tersebut

berjalan dengan lancer, ada kalanya pelaku usaha membuat kesalahan yang akhirnya

merugikan konsumen. Hak dasar dalam Guidelines for Consumer Protection of 1985

yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyatakan:

Konsumen dimanapun mereka berada dan segala bangsa memiliki hak- hak
dasar sosialnya, yang dimaksud hak dasar tersebut adalah hak untuk
mendapatkan informasi yang jelas, benar, jujur, hak untuk mendapatkan
keamanan, keselamatan, hak untuk memilih, hak untuk didengar, hak untuk
mendapatkan kebutuhan dasar manusia (cukup pangan & papan), hak untuk
mendapatkan lingkungan yang baik & bersih serta kewajiban untuk menjaga
lingkungan itu dan hak untuk mendapatkan pendidikan dasar.1

Menyikapi permasalahan antara pelaku usaha dengan konsumen tidak terlepas

dari adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

(UUPK), dimana dalam penjelasan UUPK disebutkan bahwa keberadaan Undang-

Undang Perlindungan Konsumen adalah dimaksudkan

1
A.Z Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta: CV. Tiagra
Utama, 2002, hal 7
5

sebagai landasan perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan

pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen.

Idealnya antara hak dan kewajiban berjalan secara paralel, dimana PT. PLN

membayar imbalan jasa yang diberikan dengan tepat waktu dan sesuai apa yang

diperjanjikan dan begitu pula pihak PT. Pos Indonesia melaksanakan kewajiban yang

diberikan PT. PLN dengan sebaik-baiknya dan menyetorkan segala biaya hasil

penerimaan pembayaran rekening listrik sesuai dengan apa yang di perjanjikan.

Namun hal tersebut tidaklah sepenuhnya terjadi, terlebih jika pihak pelaku usaha

hanya memikirkan kepentingan mereka saja tanpa memikirkan kepentingan pihak

konsumen yang merasa dirugikan.

“Kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dimana


konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi obyek bisnis
untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui
kiat promosi, cara penjualan serta perjanjian standar yang merugikan
konsumen.”2

Perlindungan konsumen diperlukan adanya keseimbangan antara konsumen

dan pelaku usaha yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban dari pelaku usaha dan

konsumen sehingga secara umum antara konsumen dan produsen memiliki

kedudukan yang sejajar. Dengan adanya kedudukan yang sejajar maka tidak ada

salah satu pihak yang merasa lebih tinggi dan pihak lain merasa lebih rendah.

Konsumen harus tetap mendapatkan perlindungan hukum karena hal tersebut

merupakan salah satu sifat dan tujuan hukum. Konsumen perlu mengetahui kondisi

barang dan/atau jasa yang akan digunakan atau

2
Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
Gramedia, Jakarta, 2000, hal.12.
6

dikonsumsinya. Pembayaran rekening listrik adalah sesuatu kewajiban yang harus

dipenuhi oleh pelanggan tenaga listrik karena jika tidak melaksanakan kewajiban

tersebut, masyarakat selaku nasabah PT. PLN tidak akan mendapatkan pasokan

tenaga listrik dari pihak PLN. Selain itu terlebih jika nasabah PT. PLN sudah

membayar tetapi ternyata pembayaran tersebut tidak sampai ke pihak PLN sehingga

keamanan dalam membayar rekening listrik tersebut tidak terpenuhi dan hak PT. PLN

untuk medapatkan uang setoran atas hasil pembayarang rekening listrik dari

pelanggan PT. PLN menjadi tidak terpenuhi, seperti yang terjadi di Makasar, dimana

sebanyak 20 pelanggan PT. PLN harus dinyatakan dicabut kilometer dengan alasan

tidak pernah melakukan pembayaran, padahal para pelanggan tersebut telah

membayar kepada salah satu partner PT. PLN dalam pembayaran rekening listrik

secara online yaitu CV Aria Prima, yang ternyata oleh CV Aria Prima tidak

dibayarkan kepada pihak PLN, sehingga masyarakat melakukan protes terhadap PT.

PLN yang secara nyata tidak mengetahui bahwa pelanggan PT. PLN tersebut telah

melakukan pembayaran rekening listrik, dan pihak PT. PLN pun menjadi dirugikan

dengan adanya hal tersebut karena seolah- olah PT. PLN lah yang melakukan

kesalahan tersebut sehingga merugikan masyarakat. Dalam kasus diatas jelas

keamanan dan kenyamanan pelanggan terganggu, padahal dalam Pasal 4 huruf a

UUPK menyebutkan bahwa konsumen berhak atas kenyaman, keamanan dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Dengan adanya hal tersebut

maka tentu saja berpotensi menimbulkan kerugian terhadap PT. PLN selaku

konsumen atas jasa yang dilakukan oleh PT. Pos Indonesia. Sesuai dengan Pasal 4

huruf h UUPK
7

menyebutkan bahwa konsumen berhak mendapat kompensasi, ganti rugi, dan/atau

penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti masalah

tersebut untuk dijadikan bahan kajian berbentuk skripsi mengenai Perlindungan

hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT. Pos Indonesia dalam pembayaran

rekening listrik secara online berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas maka dapat ditarik

perumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT.

Pos Indonesia dalam pembayaran rekening listrik secara online khususnya yang

berkaitan dengan hak yang diatur oleh Pasal 4 huruf (a) dan (h) Undang- Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen

pengguna jasa layanan PT. Pos Indonesia dalam pembayaran lsitrik secara

online melalui PT. Pos Indonesia jika ditinjau dari Undang-undang Nomor 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.


8

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Penelitian secara Teoritis.

Memberikan informasi yang berguna dan memberikan masukan bagi pengembangan

disiplin ilmu hukum dagang pada umumnya dan hukum pada perlindungan konsumen

pada khususnya.

2. Kegunaan Penelitian secara Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan yang

berguna bagi mayarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya terkait

dengan perlindungan hukum terhadap konsumen penggunna tenaga listrik.

Anda mungkin juga menyukai