Anda di halaman 1dari 2

Dampak Regulasi Tarif Ojek Online (OJOL)

Latar Belakang

fenomena ojek online masih terus berlanjut. Para pengemudi online khususnya angkutan online
menuntut keadilan akan kenaikan tarif. untuk menemukan formula tarif sesuai yang pantas dan
menguntungkan semua pihak baik aplikator sendiri, pengemudi, maupun masyarakat sebagai
konsumen. Terkait hal ini secara khusus memberikan perhatian kepada pengemudi online agar
mendapat tarif yang sesuai.

Analisis

1. Bahwa selain adanya dugaan pelanggaran Undang-undang No.5 tahun 1999 tentang
larangan praktek Monopoli dan Persaingan tidak sehat ojek online melanggar Undang-
undang No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan umum,secara teknis
motor tidak bisa di kategorikan sebagai angkutan umum ,sepeda motor itu hanya sebagai
angkutan pribadi ;

2. Bahwa walaupun demikian sebagaimana di jelaskan dalam poin 1 namun kita tidak bisa
lepas dari yang namanya azas manfaat,karena masyarakat pada umumnya memang sudah
ketergantungan dengan pengemudi online oleh sebab itu ,beberapa hal bisa di benahi
untuk di disiplinkan ;

3. Bahwa pada akhir-akhir ini kita sering mendengar tentang adanya penentuan tarif ojek
online entah tarif di naikan maupun tarif di turunkan ;

4. Bahwa dalam penentuan tarif jangan sampai terjadi adanya pelanggaran yang di larang
dalam Undang-undang No.5 tahun 1999 tentang larangan praktek Monopoli dan
Persaingan tidak sehat karena dapat berdampak juga terhadap konsumen pengguna ojek
online,dan dalam hal penentuan tarif hanya ada dua aplikator duduk bersama dalam
menentukan tarif bersama sebenarnya dalam prosfektif pemikiran saya itu tidak boleh
karena melanggar Undang-undang No.5 tahun 1999 tentang larangan praktek Monopoli
dan Persaingan tidak sehat khususnya pada pasal 11 tentang kartel yang bunyinya
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian ,dengan pelaku usaha saingannya ,yang
bermaksud mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu
barang dan atau jasa ,yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat “ ;
5. Bahwa jika tarif ojek online yang sekarang berada di kisaran Rp.2.200,-(Dua Ribu Dua
Ratus Rupiah ) per kilometer naik menjadi Rp.3.100,-(Tiga Ribu Seratus Rupiah ) per
kilometer seperti permintaan driver maka produk domestic bruto (PDB) akan berkurang
hingga 0,3 persen ;

6. Bahwa di dalam luasnya cakupan operasional ojek online membuat bisnis ojek online
berdampak pada sepuluh sektor usaha mulai dari restoran,pariwisata,hotel hingga pakaian
jadi ,setiap 100 juta investasi yang di keluarkan sepuluh sektor usaha tersebut dapat
menyerap tenaga kerja 15-20 orang ;

7. Bahwa kenaikan tarif ojek online bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi ;

8. Bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor komunikasi-transportasi tumbuh dari
5,04 persen menjadi 6,14 persen,sementara itu di sektor retoran-hotel tumbuh dari 5,31
persen menjadi 5,85 persen ;

9. Bahwa pertumbuhan di dua sektor tersebut pada poin 8 di topang oleh kehadiran
aplikator seperti Go-jek dan Grab ;

10. Bahwa jika kenaikan tarif ojek online tinggi maka akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan konsumsi rumah tangga .

Kesimpulan :

Harga merupakan pertimbangan konsumen setelah keamanan,keselamatan dan kenyamanan


dalam penentuan harga jangan sempai terjadi pelanggaran Undang-undang No.5 tahun 1999
tentang larangan praktek Monopoli dan Persaingan tidak sehat karena dapat menggangu
pertumbuhan ekonomi dan daya beli konsumen menjadi rendah,untuk itu dalam menetapkan
harga harus ada win win solution antara pengemudi dengan konsumen agar mendapatkan harga
yang pantas dimana suatu harga pengemudi mendapatkan rejeki yang cukup tapi di konsumen
tidak terlalu mahal.

Anda mungkin juga menyukai