ABSTRAK
Pemadaman listrik yang di lakukanPT. PLN (Persero) Balikpapan yang mengganggu aktivitas
konsumen Kota Balikpapan, melindungi hak-hak konsumen merupakan kewajiban pelaku usaha.
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimanakah perlindungan hukum terhadap
konsumen yang mengalami kerugian atas terjadinya pemadaman listrik oleh PT.PLN (Persero)
Balikpapan. Metode yang dipergunakan adalah pendekatan yuridis empiris yang ditunjang dengan
data wawancara serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu
pendekatan dengan konsep memandang hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat
oleh lembaga atau pejabat negara yang berwenang yang ditunjang data primer dan data sekunder,
yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan prosedur pengumpulan
data dengan cara studi pustaka. Hasil dari penelitian adalah pertama Perlindungan Hukum yang
dilakukan PT. PLN terkait pemadaman listrik di Kota Balikpapan, berupa perlindungan hukum
preventif yaitu melakukan sosialisasi terkait pemadaman listrik, kemudian perlindungan hukum
represif berupa kompensasi pengurangan biaya tarif listrik berdasarkan Pasca prabayar dan token
20% untuk pelanggan bersubsidi dan 35% untuk non-subsidi berdasarkan Peraturan Menteri ESDM
No.27 Tahun 2017 yaitu apabila pemadaman listrik tidak sesuai dengan SOP dan menimbulkan
kerugian, maka masyarakat Kota Balikpapan berhak menyampaikan keluhan pelanggan. Darihasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa mekanisme perlindungan hukum kepada konsumenkurang
berjalan maksimal.
ABSTRACT
Power outages by PT. PLN (Persero) Balikpapan, which disrupts the activities of the consumers of
Balikpapan City, protecting consumer rights is an obligation of business actors.. The formulation of
the problem is how legal protection for consumers who suffer losses due to power outages by PT PLN
(Persero) Balikpapan. The method used is to support empirical juridical supported by interview data
and requests for assistance related to this research in question. the concept of looking at law is
identical to written norms made by state institutions or officials who request primary data and
secondary data, consisting of primary legal material and secondary legal material with data
collection procedures by means of literature study. The results of the study are the first Legal
Protection conducted by PT. PLN related to power outages in Balikpapan City, consisting of
preventive legal protection that is conducting socialization related to power outages, then
representing legal protection consisting of negotiations related to licensing fees based on postpaid
postpaid and tokens of 20% for subsidized and 35% for non-licensing in accordance with regulations
1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
2
Dosen Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
3
Dosen Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
362
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 2 Nomor I Maret 2020
Artikel
Minister of Energy and Mineral Resources No.27 of 2017 stating that power outages are not in
accordance with the SOP and cause losses, then the people of Balikpapan City are entitled to receive
customer complaints. From the results of the study it can be concluded that the protection of
consumers is less than the maximum
4
http://www.pln.co.id/?p=6498, diakses pada
tanggal 5 Mei 2017 pukul 11.40 wita
363
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 2 Nomor I Maret 2020
Artikel
keamanan hukum bagi individu dari dari saluran lain, yaitu dengan
kesewenangan pemerintah karena mengonstruksikan faktafakta pada
dengan adanya aturan yang bersifat peristiwa itu ke dalam suatu perbuatan
umum itu individu dapat mengetahui melawan hukum. Dalam kaitannya
apa saja yang boleh dibebankan atau dengan perlindungan konsumen
dilakukan oleh Negara terhadap khususnya menentukan tanggung jawab
individu. Kepastian hukum bukan hanya pelaku usaha dengan konsumen yang
berupa pasal dalam undang-undang, menderita kerugian karena produk
melainkan juga adanya konsistensi cacat, maka fakta-fakta sekitar peristiwa
dalam putusan Hakim antaraputusan yang menimbulkan kerugian itu terlebih
hakim yang satu dengan putusan hakim dahulu dikualifisir menjadi suatu
yang lainnya untuk kasus serupa yang perbuatan melawan hukum. Artinya
telah diputuskan. 14 dapat ditunjukkan bahwa perbuatan
pelaku usaha adalah perbuatan yang
2. Pengertian Pertanggungjawaban melanggar hukum, baik itu berupa
Hukum pelanggaran terhadap hak-hak
konsumen, atau pelaku usaha
Tanggung jawab juga berarti berbuat
melakukan perbuatan yang bertentangan
sebagai perwujudan kesadaran akan
dengan kewajiban hukumnya sendiri,
kewajibannya. Ridwan Halim
melanggar kesusilaan, ataupun telah
mendefinisikan tanggung jawab hukum
melakukan sesuatu yang bertentangan
sebagai sesuatu akibat lebih lanjut dari
dengan kepatutan dan pergaulan hidup
pelaksanaan peranan, baik peranan itu
masyarakat dalam menjalankan
merupakan hak dan kewajiban ataupun
usahanya, khususnya kepatutan dalam
kekuasaan. Secara umum tanggung
hal berproduksi dan mengedarkan
jawab hukum diartikan sebagai
produknya.16
kewajiban untuk melakukan sesuatu
Bentuk bentuk Pertanggungjawaban
atau berperilaku menurut cara tertentu
Hukum meliputi:
tidak menyimpang dari pertaturannya 15
a) Pertanggungjawaban Pidana
Apabila ternyata kerugian ini dapat
Suatu konsep yang terkait dengan
dibuktikan karena ada hubungan
teori kewajiban hukum adalah
perjanjian antara pelaku usaha dengan
konsep tanggung jawab hukum
konsumen, tahap selanjutnya adalah
(liability). Seseorang secara hukum
mencari dari bagian-bagian perjanjian
dikatakan bertanggung jawab untuk
yang tidak dipenuhi oleh pelaku usaha
suatu perbuatan tertentu adalah
sehingga mengakibatkan
bahwa dia dapat dikenakan suatu
kerugianterhadap konsumen. Jika
sanksi dalam suatu perbuatan yang
kerugian ini diakibatkan oleh peristiwa
berlawanan. Normalnya dalam kasus
ini maka seorang pelaku usaha dapat
sanksi dikenakan karena
dikategorikan sebagai pihak yang
perbuatannya sendiri yang membuat
wanprestasi. Apabila kerugian itu tidak
orang tersebut harus bertanggung
ada hubungan hukum yang berupa
jawab. Menurut teori tradisional
perjanjian antara pelaku usaha dan
terdapat 2 (Dua) bentuk pertanggung
konsumen maka harus dicari kesalahan
jawaban hukum, yaitu berdasarkan
kesalahan (based on faulth) dan
14
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar ilmu hukum pertanggung jawaban mutlak
(Jakarta: Kencana, 2008), hlm 157-158. (absolute responsibility).
15
A. Ridwan Halim, Hukum administrasi negara
dalam tanya jawab (Ghalia Indonesia, 1988), hlm
16
73. Ibid,hlm 89
367
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 2 Nomor I Maret 2020
Artikel
misalnya dengan memperhatikan angka untuk memberikan rasa aman, baik secara
rata-rata pemakaian per hari tiga bulan pikiran maupun fisik dari gangguan dan
terakhir serta lama nya padamnya listrik, berbagai ancaman dari pihak manapun
tanpa harus terpaku pada regulasi Komoditas listrik menyangkut
kelistrikan. Penyelesaian seperti ini kehidupan orang banyak sehingga dimensi
dirasakan lebih mempertimbangkan keadilan akan mudah dirasakan bila
kemaslahatan bersama. 20 terlampau sering dikorbankan dengan
Penegakan hukum dan keadilan harus meminjam roscoe pound, dimensi keadilan
menggunakan jalur pemikiran yang tepat dapat dilaksanakan maupun tanpa hukum.
dengan alat bukti dan barang bukti untuk Terlampau terpaku pada regulasi pun, itu
merealisasikan keadilan hukum dan isi bearti anarki. Yang penting, Bagaimana
hukum harus ditentukan oleh keyakinan mengharmonikan antara diskresi yang luas
etis, adil tidaknya suatu perkara. Persoalan dengan regulasi yang tegas serta terperinci.
hukum menjadi nyata jika para perangkat Hal ini sepenuhnya pilihan mana yang
hukum melaksanakan dengan baik serta akan dilakukan PT.PLN maupun
memenuhi, menepati aturan yang telah konsumen.
dibakukan sehingga tidak terjadi Piranti hukum yang melindungi
penyelewengan aturan dan hukum yang konsumen tidak dimaksudkan untuk
telah dilakukan secara sistematis, artinya mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi
menggunakan kodifikasi dan unifikasi justru sebaliknya perlindungan konsumen
hukum demi terwujudnya kepastian hukum dapat mendorong iklim berusaha yang
Dan keadilan hukum. Hukum berfungsi sehat yang mendorong lahirnya perusahaan
sebagai pelindungan kepentingan manusia, yang tangguh dalam menghadapi
agar kepentingan manusia terlindungi, persaingan melalui penyediaan barang
hukum harus dilaksanakan secara dan/atau jasa yang berkualitas
profesional. Pelaksanaan hukum dapat Eksisitensi hukum dalam masyarakat
berlangsung normal, damai, dan tertib. adalah untuk mengintegrasikan dan
Hukum yang telah dilanggar harus mengkoordinasikan kepentingan-
ditegakkan melalui penegakkan hukum. kepentingan seluruh anggota masyakat.
Penegakkan hukum menghendaki Pengaturan kepentingan-kepentingan ini
kepastian hukum, kepastian hukum seharusnya didasarkan pada keseimbangan
merupakan perlindungan yustisible antara memberi kebebasan kepada individu
terhadap tindakan sewenang-wenang. 21 dan melindungi kepentingan masyarakat.
Perlindungan hukum adalah memberikan Tatanan yang diciptakan hukum baru
pengayoman kepada hak asasi manusia menjadi kenyataan manakala subyek
yang dirugikan orang lain dan hukum diberi hak dan kewajiban. Sudikno
perlindungan tersebut diberikan kepada Mertokusumo menyatakan bahwa hak dan
masyarakat agar mereka dapat menikmati kewajiban bukanlah merupakan kumpulan
semua hak-hak yang diberikan oleh hukum kaidah atau peraturan, melainkan
atau dengan kata lain perlindungan hukum perimbangan kekuasaan dalam bentuk hak
adalah berbagai upaya hukum yang harus individual disatu pihak yang tercerminkan
diberikan oleh aparat penegak hukum dalam kewajiban pada pihak lawan, hak
dan kewajiban inilah yang diberikan oleh
20
Abdy Busthan, “Hukum Bukan Keadilan dan hukum. Kepastian hukum secara normatif
Keadilan Bukan Hukum!,” Kompasiana, 2018, adalah ketika suatu peraturan dibuat dan
https://www.kompasiana.com/abdyvanbusthan/5a diundangkan secara pasti karena mengatur
559332cf01b45d374dbaa2/hukum-bukan- secara jelas dan logis. Jelas dalam arti
keadilan-dan-keadilan-bukan-hukum?page=all.
21
H.M Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan
tidak menimbulkan keraguan-raguan
(Jakarta: Prenada Media, 2015), hlm 13. (multi tafsir) dan logis dalam arti ia
372
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 2 Nomor I Maret 2020
Artikel
B. Lain-Lain
377