Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN TENTANG GUGATAN.GANTI RUGI.

BLACKOUT
OLEH PT. PLN.(PERSERO) MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR.8.TAHUN.1999.TENTANG.PERLINDUNGAN
KONSUMEN
(Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL.)

Fikri Setiawan, Megawati Atiyatunnajah; Fakultas Ilmu Hukum dan Ilmu


Politik, Universitas Terbuka;
E-mail: fikrisetiawan36@gmail.com, megajusticia@gmail.com

Abstrak

Studi ini mengkaji mengenai gugatan ganti rugi terhadap pemadaman listrik oleh PT.
PLN (Persero) melalui Putusan..Pengadilan..Negeri..Jakarta..Selatan..Nomor
681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL. Tujuan kajian ini yaitu untuk meneliti pemadaman
(blackout) yang...menimbulkan. kerugian. bagi.. konsumen. menurut..Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan keputusan hakim didalam
perkara gugatan ganti rugi atas putusan nomor 681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL. Hasil dari
kajian ini Pemadaman yang terjadi pada 4 Agustus 2019 dikarenakan adanya gangguan
eksternal pada jaringan Transmisi yang dipicu oleh pohon, hal ini membuat ikan mati
milik para penggugat (Rizal, Kaiser dan Lusiana) disebabkan oleh karena Aerator kolam
tempat ikan dipelihara tidak dialiri listrik dalam jangka waktu sangat lama. Kejadina
tersebut membuat para pelanggan melalui kuasa hukumnya telah mengajukan gugatan
dengan surat gugatannya tertanggal 15 Agustus 2019 dalam daftar register perkara
Nomor: 681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL. Dalam Putusan Pengadilan hakim memutuskan
bahwa tergugat tidak bersalah dengan pertimbangan bahwa
Tergugat mengatakan kalua fakta hukum peristiwa terhentinya sementara penyediaan
tenaga listrik secara otomatis mengaktifkan sistem proteksi Transmisi dan aliran listrik
pada jaringan terhenti sementara guna menghindari terjadinya keadaan yang
membahayakan keselamatan umum. Sedangkan peristiwa padamnya listrik ini termasuk
ke dalam kerugian yang disebabkan oleh kerusakan aliran listrik yang disebabkan oleh
kelaiain PT. PLN dalam pemeliharaan dan perawatan jaringan listrik.

Kata Kunci : Ganti Rugi, Pemadaman Listrik, Perlindungan Konsumen

Abstract

This study examines the lawsuit for compensation for power outages by PT. PLN
(Persero) through the Decision of the South Jakarta District Court Number
681/Pdt.G/2019/PN. JKT. Cell. The purpose of this study is to examine blackouts that
cause losses to consumers according to Law Number 8 of 1999 concerning Consumer
Protection and the judge's decision in the case of compensation lawsuit for decision
number 681/Pdt.G/2019/PN. JKT. Cell. The results of this study The outage that
occurred on August 4, 2019 due to external interference in the Transmission network
triggered by trees, this made the dead fish belonging to the plaintiffs (Rizal, Kaiser and
Lusiana) caused by the Aerator of the pond where the fish were kept was not electrified
for a very long time. The prosecution made the customers through their attorneys have
filed a suit with their suit letter dated August 15, 2019 in the register of cases Number:
681/Pdt.G/2019/PN. JKT. Cell. In the Court's Judgment the judge ruled that the
defendant was innocent on the ground that the Defendant said that the legal fact of the
event of the temporary cessation of the provision of electric power automatically
activated the Transmission protection system and the electricity flow on the grid was
temporarily stopped in order to avoid the occurrence of circumstances that endangered
public safety. Meanwhile, this power outage event is included in the losses caused by
damage to electricity caused by the availability of PT. PLN in the maintenance and
maintenance of the power grid.

Keywords: Indemnity, Power Outage, Consumer Protection

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rakyat Indonesia pada kehidupan sehari-sehari cukup bergantung pada PT.
PLN (Persero) yang menyediakan jasa layanan listrik. Manfaat listrik yang
digunakan didalam kehidupan masyarakat guna memenuhi kebutuhannya yaitu
sebagai sumber daya, penerangan, kelancaran lalu lintas, internet, dan banyak
kebutuhan lainnya yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Maka jika terjadi
pemadaman listrik pada suatu daerah akan sangat merugikan masyarakat yang ada
di daerah tersebut.
Seperti halnya pemadaman listrik secara massal (blackout) di sebagian
wilayah RI pada tahun 2019 yang bisa dibilang menjadi catatan bersejarah,
khususnya bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sebab, padamnya listrik yang
terjadi pada tanggal 4 Agustus 2019 di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Banten disebabkan karena turunnya aliran listik secara drastis di SUTET (Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi) Unggara-Pemalanf 500 KV. Hal tersebut
menyebar sampai sirkuit Depok hingga Tasikmalaya yang akhirnya gangguan
listrik sebanyak 3 (tiga) SUTET secara berbarengan yang seibut dengan N minus
3. Pemadaman listrik terjadi selama belasan jam secara bersamaan yang
menjadikan sistem mati mendadak. Sejak listrik padam mulai jam 11:45 WIB
membuat sistem seperti MRT, KRL dan lift gedung yang membutukan listrik
tidak bisa beroperasi.
Diantara para pelanggan listrik, ditemukan pelanggan listrik yang merasa
dirugikan akibat padamnya listrik (blackout) lalu mengajukan gugatan ke
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan Nomor 681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL.
Gugatan ini timbul antara Rizal (Penggugat I), Kaiser Renort Edward Sahat
Simanungkalit (Penggugat II) dan Lusiani Julia (Penggugat III) yang merupakan
konsumen dari PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai Tergugat yang
merupakan produsen penyedia layanan listrik di Indonesia telah diatur dan
dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
Didalam gugatan dengan nomor perkara 681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL,
penggugat mengajukan gugatan dengan alasan dan dasar:
1. Pemadaman listrik oleh Tergugat menyebabkan kerugian bagi Para
Penggugat. Akibat terjadinya pemadaman listrik oleh Para Penggugat, aerator
kolam ikan Para Penggugat tidak berfungsi dan menyebabkan matinya ikan
koi dan/atau ikan kaviat (“ikan”) milik Para Penggugat sebanyak:
a. 26 (dua puluh enam) ikan koi milik Penggugat I.
b. 12 (dua belas) ekor ikan koi dan 6 (enam) ekor ikan kaviat milik
Penggugat II.
c. 25 (dua puluh lima) ekor ikan koi milik Penggugat III.
2. Bahwa matinya ikan milik Para Penggugat disebabkan oleh karena Aerator
kolam tempat ikan dipelihara tidak dialiri listrik dalam jangka waktu sangat
lama pada saat waktu pemadaman oleh Tergugat sehingga tidak dapat
menggerakkan air di dalam kolam dan menghasilkan gelembung udara yang
kaya akan oksigen.
3. Para Penggugat mengalami kerugian materiil dengan nilai total sebesar RP.
54.250.000 (lima puluh empat juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) serta
kerugian immaterial sebesar Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah).
Faktor alam dijadikan alasan bagi PT. PLN sebagai tergugat dibebaskan dari
tuntutan kerugian konsumen. Yang berakhir pada putusan hakim sebagai berikut:
Dalam.Eksepsi;
1. Menolak.eksepsi.Tergugat.seluruhnya;
Dalam.Pokok.Perkara;
1. Menolak gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini yang hingga kini diperhitungkan sebesar Rp. 414.000,00 (empat
ratus empat belas ribu rupiah);

Studi ini mengkaji mengenai kasus tentang ganti rugi matinya puluhan ikan
koi yang disebabkan padamnya listrik (blackout) pada tangal 4 Agustus 2019
dengan nomor perkara 681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL. Isu hukum yang dikaji
adalah kepastian hukum yang tidak sesuai dengan Undang-Undang..Nomor..8
Tahun..1999..tentang..Perlindungan..Konsumen.

Rumusan Masalah
Isu Hukum yang diteliti adalah 1) Bagaimana padamnya listrik (blackout)
itu menimbulkan kerugian bagi konsumen menurut Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen? 2) Bagaimana analisis dari
keputusan hakim pada perkara gugatan ganti rugi atas putusan nomor
681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL?

METODE PENELITIAN
Kajian studi ini menggunakan metode kualitatif. Jenis penelitian yuridis
normatif dengan objektivitas bahwa penelitian ini akan mengkaji tentang hak
konsumen dan akurasi dari bentuk ganti kerugian terhadap konsumen PT. PLN
serta mengkaji keputusan hakim pada perkara gugatan ganti rugi atas putusan
nomor 681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL. Pendekatan yang digunakan dalam
pemecahan masalah adalah melalui pendekatan Peraturan Perundang-Undangan
(Statute Approach), dengan tidak mengabaikan analisis secara konseptual (Legal
Analyrical and Conceptual Approach).
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Teori Kepastian Hukum
Kepastian hukum yaitu memberi kepastian bahwa hukum harus dilakukan
secara tepat. Kepasian hukum menginkan agar pengaturan hukum pada undang-
undang yang disahkan oleh pihak yang memiliki wewenang, hingga aturan
tersebut mempunyai aspek yuridis dan bisa memberikan jaminan kepastian
bahwasannya hukum memiliki fungsi dimana suatu peraturan harus ditaati.1
Kepastian hukum secara normatif merupakan suatu aturan yang
diundangkan dengan cara yang pasti dan mengatur dengan yang jelas. Jelas yang
dimakasud adalah menjadi suatu norma satu dan lainnya tidak menumbuhkan
konflik norma.2
Kepastian hukum juga memiliki keterkaitan dengan keadilan, tetapi hukum
tidak sejajar dengan keadilan. Hukum mempunyai sifat yang umum, tidak
membeda-bedakan dan mengikat. Sedangkan keadilan mempunyai sifat yang
subjektif, dapat dikatakan membeda-bedakan karena tidak juga menyamaratakan
dan personalitas.3
B. Teori Perlindungan Konsumen
Batasan hukum perlindungan konsumen sebagai bagian khusus dari hukum
konsumen adalah “Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan
melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan
produk (barang dan/atau jasa) konsumen antar penyedia dan penggunanya, dalam
kehidupan bermasyarakat.4
Perlindungan pada konsumen memiliki keterkaitan dengan perlindungan
hukum, dimana perlindungan konsumen memiliki banyak aspek yang terkait
dengan materi agar mendapatkan perlindungan yang bukan hanya perlindungan
fisik saja tetapi juga hak-hak yang bersifat abstrak.5

1
Asikin zainal, (2012) Pengantar Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, h. 12
2
Siti Halilah, (2021), Asas Kepastian Hukum Menurut Para Ahli. Jurnal Hukum Tata Negara, 4
(11), 56-65
3
Hasazidhu Moho, (2019), Penegakan Hukum di Indonesia Menurut Aspek Kepastian Hukum,
Keadilan dan Kemanfaatan” Jurnal Warta, 13 (1), 78.
4
Az Nasution, (2014), Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Diadit Media, h. 19
5
Zulham, (2013), Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, h. 21
Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen bahwa “Perlindungan konsumen adalah segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen”6
Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa
Perlindungan Konsumen memiliki tujuan yang ingin diraih sebagai berikut:
a. Meningkatkan..kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri
b. Mengangkat..harkat..dan..martabat..konsumen...dengan...cara..menghindar
dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memiliki, menentukan,
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
d. Menciptakan sistem perlindungan yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi;
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehigga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggungjawab dalam berusaha;
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.7
C. Padamnya listrik (blackout) itu menimbulkan kerugian bagi konsumen
menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
Kasus Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL, dimana kerugian yang dialami oleh pengugat
merupakan kerugian secara langsung, dimana penggugat memiliki bisnis ikan koi
yang membutuhkan aliran listrik. Dalam hal ini, PT. PLN selaku pelaku usaha

6
Desy Ary Setyawati, (2017), Perlindungan Bagi Hak Konsumen Dan Tanggung Jawab Pelaku
Usaha Dalam Perjanjian Transaksi Elektronik, Law Jurnal, 1 (3), h. 66
7
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
wajib memberikan tanggungjawab hukum sebagaimana yang telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Menurut Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa apapun hal yang terjadi jika
menimbulkan kerugian konsumen akan menjadi tanggung jawab pelaku usaha,
dimana dalam hal ini adalah PT PLN. Hal yang membuat kerugian konsumen
pengguna listrik seperti pemadaman listik tanpa pemberitahuan yang seringkali
membuat kerusakan elektronik konsumen. Kerusakan yang ditimbulkan ketika
listrik menyala Kembali sehingga terjadinya naik turun voltase dan tidak
terkendali.8
Berdasarkan Pasal berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa asas dari perlindungan
kosnumen yaitu “perlindungan konsumen memiliki asas manfaat, keseimbangan,
keadilan, keselamatan konsumen, keamanan dan kepastian hukum”. Asas-asas
perlindungan konsumen tujuannya untuk..melindungi..dan..memberikan.kepastian
hukum kepada konsumen dalam menerima..hak-haknya..seperti yang telah diatur
dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen.
Pemadaman listrik yang terjadi selama beberapa jam lamanya tentunya
sangat mengganggu kenyamaan dan merugikan konsumen yang mengakibatkan
terhentinya aerator kolam ikan para konsumen yang tidak berfungsi sehingga
tidak dapat menggerakan air di dalam kolam yang menghasilkan gelembung udara
yang berisi oksigen untuk ikan sehingga ikan mati.
Pasal 4 huruf c menjelaskan bahwa konsumen berhak untuk mendapatkan
informasi yang benar, jujur dan jelas. Berkaitan dengan pemadaman listrik yang
terjadi, konsumen tidak mendapat info yang benar bahkan tidak ada
pemberitahuan sama sekali dari pihak PT. PLN. Pasal 4 huruf e menegaskan
bahwa konsumen berhak untuk mendapat advokasi, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut, serta pada Pasal 4 huruf h
8
Yulieta Rachel Ressa. (2021), Hak Konsumen Memperoleh Ganti Rugi Apabila Terjadi
Kesalahan Atau Kelalaian Pengoperasian Oleh Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik,
Jurnal Lex Privatum, 9(12), h. 16-26
menjelaskan bahwa konsumen berhak untuk mendapat kompensasi, dan ganti
rugi, sehingga konsumen mengajukan gugatan secara resmi untuk meminta ganti
rugi kepada PT. PLN.
Konsumen listrik wajib membayar tagihan listrik dengan tepat waktu,
sebaliknya konsumen listrik berhak mendapatkan tenaga listrik secara
berkesinambungan. Jika terjadi gangguan, maka konsumen berhak mendapatkan
pelayanan atas perbaikan terhadap gangguan penyediaan tenaga listrik atau
penyimpangan terhadap mutu tenaga listrik yang disalurkan.9
Pasal 7 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menegaskan bahwa
pelaku usaha wajib memberikan informasi yang jelas, dan jujur mengenai kondisi
jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan melakukan
pemeliharaan dan perbaikan. Sedangkan PT. PLN tidak dapat melakukan
pemeliharaan dengan baik sehingga terdapat pogon yang tumbang dan
mengakibatkan putusnya aliran listrik hingga pemadaman listrik terjadi secara
mendadak.
D. Analisis dari keputusan hakim pada perkara gugatan ganti rugi atas
putusan nomor 681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL
Fakta hukum dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor:
681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL mengenai peristiwa terhentinya sementara
penyediaan tenaga listik pada hari Minggu, 4 Agustus 2019 dalam pokok perkara
terdapat pertimbangan bahwa tergugat telah membantah dengan mengatakan kalua
fakta hukum peristiwa terhentinya sementara penyediaan tenaga listrik pada saat
pemadaman listrik terjadi dikarenakan adanya gangguan eksternal pada jaringan
transmisi yang dipicu oleh pohon, sehingga secara otomatis mengaktifkan sistem
proteksi transmisi dan aliran listrik pada jaringan transmisi terhenti sementara
guna menghindari terjadinya keadaan yang membahayakan keselamatan nyawa
manusia dan peralatan dari kerusakan yang besar seperti meledaknya pembangkit
listrik, meledaknya trafo Gardu Induk, dan/atau putusnya konduktor transmisi,
serta keselamatan sistem ketenagalistrikan yang dapat menyebabkan proses

9
Leny Ferawati, (2018), Hak-Hak Konsumen Dalam Sistem Listrik Ditinjau Dari UU
Perlindungan Konsumen, Jurnal Ilmiah Maksitek, 3(4), h. 103
pemulihan (recovery) sistem membutuhkan waktuyang jauh lebih lama dimana
hal tersebut tidakd ikehendaki tergugat maupun Masyarakat;
Menurut peneliti, terlepas dari harus terhentinya jaringan transmisi
sementara yang dilakukan oleh PT. PLN, tetap saja sebagai pelaku usaha harus
bertanggungjawab dan melaksanakan kewajiban sebagai pelaku usaha tenaga
listrik sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor
3 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik yang
menyatakan bahwa Pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan dan pemegang izin
usaha ketenagalistrikan wajib bertanggungjawab atas segala kerugian atau bahaya
terhadap nyawa, kesehatan dan barang yang timbul karena kelalaiannya serta
melakukan pengamanan instalasi ketenagalistrikan terhadap bahaya yang mungkin
timbul.
Sedangkan peristiwa padamnya listrik ini termasuk ke dalam kerugian yang
disebabkan oleh kerusakan karena terjadinya kerusakan aliran listrik yang
disebabkan oleh kelaiain PT. PLN dalam pemeliharaan dan perawatan jaringan
listrik. Sehingga terdapat kewajiban yang dilanggar oleh PT. PLN terhadap
konsumen listrik.
Maka, perbuatan yang merugikan konsumen dapat dikatakan perbuatan
melawan hukum yaitu harus dapat dibuktikan bahwa perbuatan pelaku usaha
adalah perbuatan melanggar hukum, baik pelanggaran terhadap hak-hak
konsumen, atau pelaku usaha telah melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan kewajiban hukum dari pelaku usaha itu sendiri. Dalam hal ini, sudah jelas
bahwa pelaku usaha telah melanggar hak konsumen sebagaimana Pasal 29 ayat (1)
huruf e Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan bahwa
konsumen berhak untuk mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada
gangguan tenaga listrik dan mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang
diakibatkan kesalahan dan/atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik sesuai syarat yang diatur dalam perjanjian jual beli
tenaga listrik. Karena dalam Undang-Undang yang diatur tersebut tidak
menjelaskan secara rinci dan detail mengenai bentuk ganti rugi yang dapat
diperoleh oleh konsumen yang mend\galami keruigan akibat padamnya listrik,
sehingga para penggugat meminta hak yang untuk mendapatkan ganti rugi secara
materil dan immaterial.
Penulis berpendapat bahwa seharusnya hakim melihat dan
mempertimbangkan Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang
dijelaskan bahwa tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.
Dari penjelasan pasal diatas bahwa seharusnya Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan menerima gugatan para penggugat yang dirugikan oleh PT PLN
(Persero) dengan kerugian materiil nilai total sebesar Rp. 54.250.000 (lima puluh
empat juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) dan kerugian immateril sebesar Rp.
150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah). Kemudian menurut Pasal 29 ayat (1)
huruf e UU No. 30 Tahun 2009 Jo. Pasal 19 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1999
tentang Perselindungan Konsumen yang dimana dijelaskan bahwa mengatur
pertanggungjawaban pelaku usaha pabrikan dan/atau distributor pada umumnya,
untuk memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian
konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan. Berarti Hak konsumen itu seharusnya dipenuhi oleh Pihak PLN
tetapi pada kenyataanya Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak
memperhatikan dan tidak memperimbangkan Pasal tersebut.

PENUTUP
Ditemukan bahwa Pemadaman listrik oleh PT. PLN pada tanggal 04
Agustus 2019, telah terjadi di daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Pemadaman bermula pada pukul 11.45 WIB karena pemadaman 2 sirkuit Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTET) 500 KV Ungaran-Pemalang, dimana
pemadaman tersebut menjalar hingga ke jaringan SUTET Depok dan
Tasikmalaya. Kemudian pada pukul 11.48 WIB, daerah Jawa Barat, DKI Jakarta
dan Banten padam secara serentak. Pemadaman terjadi dikarenakan adanya
gangguan eksternal pada jaringan Transmisi yang dipicu oleh pohon. Pemadaman
listrik oleh PT. PLN membuat ikan mati milik para penggugat (Rizal, Kaiser dan
Lusiana) disebabkan oleh karena Aerator kolam tempat ikan dipelihara tidak
dialiri listrik dalam jangka waktu sangat lama. Kejadian tersebut membuat para
pelanggan melalui kuasa hukumnya telah mengajukan gugatan dengan surat
gugatannya tertanggal 15 Agustus 2019 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan tanggal 15 Agustus 2019 dalam daftar register perkara
Nomor: 681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL. Kemudian Putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan Nomor: 681/Pdt.G/2019/PN.JKT.SEL terdapat fakta hukum
peristiwa terhentinya sementara penyediaan tenaga listrik pada 4 Agustus 2019
dalam pokok perkara terdapat pertimbangan bahwa Tergugat telah membantahnya
dengan mengatakan kalua Fakta hukum peristiwa terhentinya sementara
penyediaan tenaga listrik dikarenakan adanya gangguan yang dipicu oleh pohon,
sehingga secara otomatis mengaktifkan sistem proteksi Transmisi dan aliran
listrik pada jaringan Transmisi terhenti sementara guna menghindari terjadinya
keadaan yang membahayakan keselamatan umum. Sedangkan peristiwa
padamnya listrik ini termasuk ke dalam kerugian yang disebabkan oleh kerusakan
karena kelaiain PT. PLN dalam pemeliharaan dan perawatan jaringan listrik.
Sehingga terdapat kewajiban yang dilanggar oleh PT. PLN terhadap konsumen
listrik.

DAFTAR PUSTAKA
Asikin zainal, (2012), Pengantar Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Rajawali Press,
h. 12.

Az Nasution, (2014), Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Diadit Media, h.


19.

Desy Ary Setyawati, (2017), Perlindungan Bagi Hak Konsumen Dan Tanggung
Jawab Pelaku Usaha Dalam Perjanjian Transaksi Elektronik, Law Jurnal, 1
(3), h. 66.

Hasazidhu Moho, (2019), Penegakan Hukum di Indonesia Menurut Aspek


Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan” Jurnal Warta, 13 (1), 78.

Leny Ferawati, (2018), Hak-Hak Konsumen Dalam Sistem Listrik Ditinjau Dari
UU Perlindungan Konsumen, Jurnal Ilmiah Maksitek, 3(4), h. 103.
Siti Halilah, (2021), Asas Kepastian Hukum Menurut Para Ahli. Jurnal Hukum
Tata Negara, 4 (11), 56-65.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

Yulieta Rachel Ressa, (2021), Hak Konsumen Memperoleh Ganti Rugi Apabila
Terjadi Kesalahan Atau Kelalaian Pengoperasian Oleh Pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik, Jurnal Lex Privatum, 9(12), h. 16-26.

Zulham, (2013), Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencana Prenada


Media Group, h. 21.

Anda mungkin juga menyukai