Anda di halaman 1dari 3

PERJANJIAN

TENTANG
JUAL BELI TENAGA LISTRIK PRABAYAR
ANTARA
PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
CABANG PONTIANAK
DENGAN
Ir.Saudara Sihombing
NOMOR : 002367.PJ/471/PTK/2006/M
Yang bertanda tangan dibawah ini :
I.

PT PLN (Persero)

: Dalam hal ini diwakili oleh Ir. Indradi Setiawan selaku Manajer PT PLN
(Persero) Cabang Pontianak, berdasarkan Surat Kuasa General Manager
PT
PLN
(Persero)
Wilayah
Kalimantan
Barat
Nomor
:
0221.1.SKU/432/WKB/2005, selanjutnya dalam Perjanjian ini disebut
PIHAK PERTAMA.

II. Ir.Saudara Sihombing

: Dalam hal ini selaku pelanggan PT PLN ( Persero) Cabang Pontianak


dengan alamat Pasar Mawar Blok I1/3 selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA.

PIHAK PERTAMA sebagai penjual energi tenaga listrik dan PIHAK KEDUA sebagai pembeli energi tenaga
listrik bersepakat untuk mengadakan perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Prabayar, daya tersambung 2200
VA, tarif Multiguna dengan faktor kali 1 (satu) sesuai dengan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berlaku. Energi
tenaga listrik akan disalurkan oleh PIHAK PERTAMA ke instalasi PIHAK KEDUA dengan ketentuan
seperti tercantum dalam pasal-pasal berikut :
PASAL 1
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
1. PIHAK PERTAMA berhak menjual energi listrik kepada PIHAK KEDUA dengan cara Prabayar.
2. PIHAK PERTAMA wajib menyalurkan tenaga listrik ke instalasi listrik milik PIHAK KEDUA dengan
tegangan 180-240 Volt dan frekuensi kurang lebih 50 Hz.
3. PIHAK PERTAMA berhak menerima pembayaran dari PIHAK KEDUA atas pembelian energi listrik
(kWh) yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA.
4. PIHAK PERTAMA berhak melakukan pemutusan sementara aliran listrik ke instalasi PIHAK KEDUA,
apabila PIHAK KEDUA tidak melakukan pembelian energi listrik (kWh isi ulang) dalam jangka waktu 4
(empat ) bulan sejak pembelian energi listrik (kWh isi ulang) yang terakhir.
5. PIHAK PERTAMA wajib melakukan penyambungan kembali aliran listrik PIHAK KEDUA apabila
PIHAK KEDUA telah melakukan pembelian kWh isi ulang jika pembelian kWh isi ulang tersebut
dilakukan dalam waktu paling lambat 2 (dua) bulan setelah dilakukan pemutusan sementara.
6. PIHAK PERTAMA berhak mengenakan Biaya Administrasi atas pekerjaan penyambungan kembali
sebagaimana dijelaskan pada ayat 5 (lima) pasal ini, sesuai ketentuan yang berlaku.
7. PIHAK PERTAMA berhak melakukan pemutusan rampung dengan mengambil sebagaian atau
seluruh instalasi milik PIHAK PERTAMA yang terdapat pada bangunan milik PIHAK KEDUA, apabila
dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah dilakukan pemutusan sementara sebagaimana dijelaskan
pada ayat 4 (empat) ayat ini PIHAK KEDUA tidak melakukan pembelian kWh isi ulang.
8. Apabila PIHAK KEDUA menginginkan penyambungan kembali setelah dilakukan pemutusan rampung
sesuai ayat (7) pasal ini, maka PIHAK PERTAMA akan memberlakukan ketentuan Penyambungan
Baru Prabayar yang berlaku.
PASAL 2
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
1. PIHAK KEDUA wajib memenuhi ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Persyaratan
Penyambungan Tenaga Listrik Prabayar, Tarif Dasar Listrik, dan ketentuan tentang instalasi
ketenagalistrikan yang berlaku di Indonesia dengan Peraturan Pelaksanaannya.
2. PIHAK KEDUA berhak menerima struk yang berisi nomor token untuk dimasukan dalam kWh meter
Prabayar sebagai sarana pembelian energi listrik (kWh isi ulang).
3. PIHAK KEDUA wajib menjaga / mengamankan kWh meter Prabayar milik PIHAK PERTAMA yang
ditempatkan di lokasi milik PIHAK KEDUA.

4. PIHAK KEDUA berhak memilih nilai pembelian kWh isi ulang sesuai dengan nilai-nilai yang telah
disediakan oleh PIHAK PERTAMA.
5. PIHAK KEDUA berhak menerima energi tenaga listrik yang disalurkan oleh PIHAK PERTAMA secara
terus menerus ke instalasi sambungan rumah pada bangunan milik PIHAK KEDUA, sesuai dengan
jumlah energi listrik yang dibeli kecuali apabila terjadi pemutusan aliran listrik akibat gangguan dan
atau karena pemeliharaan.
6. PIHAK KEDUA wajib melakukan pembelian kWh isi ulang selambat-lambatnya 4 (empat) bulan
setelah tanggal pembelian kWh isi ulang terakhir.
7. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan aliran listrik kembali setelah melakukan pembelian kWh isi ulang
jika pembelian tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 2 bulan setelah pemutusan
sementara aliran listriknya.
8. PIHAK KEDUA wajib menjaga keamanan dan kebersihan Alat Pembatas dan Pengukur Prabayar milik
PIHAK PERTAMA yang terpasang di bangunan milik PIHAK KEDUA agar tetap berfungsi dengan
baik.
9. PIHAK KEDUA wajib mengizinkan dan menyetujui PIHAK PERTAMA untuk :
a. Penyambungan Seri / paralel untuk rumah / bangunan tetangga atas permintaan PIHAK
PERTAMA.
b. Penanaman tiang milik PIHAK PERTAMA di halaman rumah/bangunan milik PIHAK KEDUA.
c. Membangun Jaringan Listrik yang melintas rumah/bangunan milik PIHAK KEDUA.
PASAL 3
LARANGAN
1. PIHAK KEDUA dilarang memindah tangankan Alat Pembatas dan Pengukur (APP) Pra Bayar PIHAK
PERTAMA kepada PIHAK lain.
2. PIHAK KEDUA dilarang menyalurkan energi listrik kebangunan milik pihak lain, kecuali seizin dan
sepengetahuan PIHAK PERTAMA.
3. PIHAK KEDUA dilarang untuk memindahkan tempat dan atau mempengaruhi, mengganggu, merusak
Alat Pembatas dan Pengukur (APP) Prabayar milik PIHAK PERTAMA yang dipasang di bangunan
milik PIHAK KEDUA.
PASAL 4
SANKSI
1. PIHAK PERTAMA berhak atas ganti rugi berupa tagihan susulan yang terjadi akibat perbuatan PIHAK
KEDUA dan atau PIHAK lain, sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (3) perjanjian ini.
2. PIHAK PERTAMA berhak atas ganti rugi akibat kerusakan atau kehilangan Alat Pembatas dan
Pengukur Prabayar yang terpasang di bangunan milik PIHAK KEDUA senilai Rp. 1.200.000,- ( satu
juta dua ratus ribu rupiah ).
3. Jumlah ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa
pemberitahuan sebelumnya sesuai dengan harga dan biaya pemasangan yang berlaku saat terakhir.
4. Apabila PIHAK KEDUA menyalurkan tenaga listrik yang diperoleh dari PIHAK PERTAMA kepada
pihak lain tanpa seizin dan sepengetahuan PIHAK PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA berhak
memberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini.
PASAL 5
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
1. Apabila salah satu PIHAK berkehendak mengakhiri perjanjian ini, maka selambat-lambatnya dalam
waktu 1 (satu) bulan sebelum waktu yang dikehendaki, memberikan pemberitahuan kepada PIHAK
lainnya.
2. Dalam hal pengakhiran perjanjian ini disepakati PARA PIHAK, maka PIHAK KEDUA tidak berhak
menuntut sisa pembelian energi listrik yang belum terpakai.
3. PIHAK PERTAMA berhak untuk mengambil kembali semua peralatan Prabayar yang dipasang di
lokasi PIHAK KEDUA.
4. Apabila salah satu pihak melakukan pemutusan perjanjian, kedua pihak sepakat untuk tidak
memberlakukan ketentuan Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
PASAL 6
FORCE MAJEURE
1. Hal-hal yang temasuk sebagai keadaan memaksa (force majeure) dalam perjanjian ini adalah segala
peristiwa atau kewajiban diluar kekuasaan manusia, termasuk tetapi tidak terbatas pada kebijakankebijakan pemerintah di bidang moneter, bencana alam, kebakaran, aksi mogok kerja, peperangan,
huru hara, gangguan-gangguan pada peralatan listrik PIHAK PERTAMA dan kejadian-kejadian lain

yang dapat mengakibatkan gangguan pada kontinuitas penyaluran tenaga listrik, yang secara
langsung menghalangi PARA PIHAK untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian ini.
2. Segala permasalahan yang timbul sebagai akibat keadaan memaksa (force majeure) akan
diselesaikan secara musyawarah terlebih dahulu oleh PARA PIHAK.
3. Dalam hal terjadi keadaan memaksa (force majeure), maka Pihak yang mengalaminya wajib
memberitahukan secara tertulis mengenai hal tersebut kepada Pihak Lainnya dengan melampirkan
bukti dan / atau keterangan dari instansi berwenang dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kalender sejak terjadinya peristiwa tersebut.
4. Semua biaya dan kerugian yang diderita oleh Pihak yang terkena keadaan memaksa (force majeure)
bukan merupakan tanggung jawab Pihak Lainnya.
PASAL 7
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Dalam hal terjadi perselisihan di antara Para Pihak mengenai pelaksanaan perjanjian ini, maka kedua
belah pihak sepakat untuk menyelesaikan terlebih dahulu secara musyawarah.
2. Apabila penyelesaian perselisihan pendapat dengan cara musyawarah tersebut tidak tercapai, kedua
belah pihak sepakat menyerahkan penyelesaiannya kepada Pengadilan Negeri.
3. Kedua belah pihak bersepakat untuk memilih tempat kedudukan yang sah dan tidak berubah di
Kantor Panitera Pengadilan Negeri Pontianak.
PASAL 8
PENUTUP
Surat Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua), dan masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang
sama, 1 (satu) rangkap untuk PIHAK PERTAMA, 1 (satu) rangkap untuk PIHAK KEDUA dan setelah
dibubuhi meterai yang cukup kemudian ditandatangani oleh kedua belah pihak di Pontianak, pada hari
Selasa tanggal 18 bulan Juli tahun 2006

PIHAK KEDUA

PIHAK PERTAMA
PT PLN ( PERSERO ) CABANG PONTIANAK
MANAJER

Ir.Saudara Sihombing

Ir. Indradi Setiawan, MM.

Anda mungkin juga menyukai