TENTANG
Sebagaitindak lanjut dari Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 036.l(DlR/2010 tanggal 04 Februari
2010 tentang Penyelesaian Pembelian Tenaga Listrik Terkendala Antara PT PLN (Persero) dan
lndependent Power Producer (lPP) khususnya mengenai Pedoman Kerja Penyelesaian Pembelian Tenaga
Listrik Terkendala antara PT PLN (Persero) dan lndependent Power Producer (lPP) telah diterbitkan
Edaran Direksi PT PLN (Persero) Nomor003.E/DlR/2010 tentang Pedoman Kerja Penyelesaian Perjanjian
Pembelian Tenaga Listrik Terkendala antara PT PLN (Persero) dan lndependent Power Producer (lPP)
sebagaimana telah diubah sebanyak empat kali dengan perubahan terakhir Edaran Direksi PT PLN
(Persero) Nomor O24.ElDlRlz01 O.
Bahwa terkait dengan karakteristik Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dimana sumber daya
panas bumi tidak dapat diprediksi secara akurat dan pasti sejak awal dan juga diperlukan beberapa
tahapan pengembangan untuk dapat mencapai kapasitas sesuai dengan perjanjian, maka dipandang perlu
melakukan Perubahan Kelima Atas Edaran Direksi PT PLN (Persero) Nomor 003.E/D|R/2010 tentang
Pedoman Kerja Penyelesaian Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik Terkendala antara PT PLN (Persero)
dan lndependent Power Producer (IPP).
l. Ketentuan Butir V huruf k disisipkan satu angka diantara angka 9) dan 10) sehingga angka 10) lama
menjadi angka 11) dan secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut:
c) Negosiasi harga komponen B dan di dapat dilakukan untuk PPTL dari IPP yang berada
dalam lahap financial atau konstruksi atau operasi, dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Untuk PPTL dari IPP yang pembangkitnya sudah beroperasi, negosiasi harga
komponen B dan komponen D mengacu kepada kondisi actual berdasarkan
verifikasi dan audit yang dilakukan oleh lnstitusi Pemerintah yang berwenang
melakukan verifi kasi dan audit.
(2) Untuk PPTL dari IPP yang masih tahap financing atau konstruksi, negosiasi
mengacu pada ketentuan dalam angka (3) sampai angka (7) dibawah ini dengan
angka (7) di bawah ini dengan ketentuan bahwa harga-harga komponen B dan
komponen D tersebut harus dievaluasi kembali melalui audit teknologi dan audit
keuangan oteh pihak ketiga yang independenf paling lambat dalam jangka waktu
20.OOO jam operasi atau 3 (tiga) tahun kalender setelah mencapai Commercial
Operation Date, mana yang tercapai terlebih dahulu. Apabila dari hasil evaluasi
diperoleh harga komponen B atau komponen D yang masing-masing lebih rendah
dari harga hasil negosiasi ini, maka harga komponen B atau komponen D hasil audit
yang selanjutnya dipergunakan sebagai harga baru.
(3) Biaya-biaya...
(3) Biaya-biaya yang dapat diperhitungkan dalam evaluasi Komponen B, meliputi biaya
personil (sumber daya manusia), biaya pemeliharaan (termasuk overhauf) dan
biaya umum (generalexpenses) yaitu :
(a). Biaya personil antara lain gaji, tunjangan hari raya, asuransi tenaga kerja,
kesehatan, serta biaya lembur personil.
(b). Biaya pemeliharaan antara lain biaya material (pemeliharaan dan suku cadang),
serta biaya jasa pelaksanaan pemeliharaan.
(c). Biaya umum antara lain biaya-biaya untuk listrik (di luar pemakaian sendiri
pembangkit), air, pos & telekomunikasi, konsumsi, keamanan, alat tulis kantor,
perjalanan dinas, tenaga kerja bantu (helper, dan lain-lain), sewa kendaraan
operasional, pemeliharaan perkakas kerja, community development, teknologi
informasi serta cleaning seruice.
(5) Kisaran harga komponen B dan D yang dituangkan dalam Edaran ini didasarkan
pada asumsi-asumsi antara lain sebagai berikut :
(a). Lokasi pembangkit berada di daerah yang normal, tidak berada dalam situasi
konflik sosial ataupun politik.
(b). Sistem kelistrikan berada pada kondisi normal, dengan kebutuhan staft up
paling banyak 9 (sembilan) kali per tahun.
(c). Nilaitukar USD$ 1 = Rp 10.000,-
(d). Availability Factor yang disepakati= 80%.
(e). Capacity Factor yang disepakati= 80%.
(f). lnflasi mata uang Rupiah = 12o/o per tahun.
(g). lnflasi mata uang US$ = 6,9% per tahun
(h). Harga Dasar sesuai PPTL
(6) Kisaran harga komponen B (dalam Rupiah / kwh) untuk Pembangkit non-PLTP,
dengan memperhitungkan kapasitas pembangkit, sebagai berikut :
(a). Kelas (2x6 MW) sampaidengan di bawah (2x15 MW) Rp 57,30 sampaidengan
Rp 143,25.
(b). Kelas (2x15 MW) sampai dengan di bawah (2x50 MW) Rp 33,57 sampai
dengan Rp 11 1,90.
(c). Kelas (2x50 MW) sampai dengan di bawah (2x100 MW) Rp 26,71 sampai
dengan Rp 53,43.
(d). Kelas (2x100 MW) sampai dengan di bawah (2x200 MW) Rp 17,00 sampai
dengan Rp 34,01.
(7) Kisaran harga komponen D (dalam Rupiah / kwh) untuk Pembangkit non-PLTP,
dengan memperhitungkan kapasitas pembangkit, sebagai berikut :
(a). Kelas (2x6 MW) sampai dengan di bawah (2x15 MW) Rp 7,30 sampai dengan
Rp 18,25.
(b). Kelas (2x15 MW) sampaidengan di bawah (2x50 MW) Rp 3,79 sampaidengan
Rp 12,62.
(c). Kelas (2x50 MW) sampai dengan di bawah (2x100 MW) Rp 3,13 sampai
dengan RP 5,68.
(d). Kelas (2x100 MW) sampai dengan di bawah (2x200 MW) Rp 2,84 sampai
dengan RP 5,68.
7) Koefisien komponen barang dan jasa transmisi 150 KV sampai dengan 275 KV adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2.2 Edaran ini.
8) Koefisien komponen barang dan jasa sub station 275 KV adalah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 2.3 Edaran ini.
e) Renegosiasi harga untuk /ndependent Power Producer (lPP) Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi (PLTP)dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
(2) Mengingat pengembangan dari PLTP sangat dipengaruhi oleh ketersediaan uap
yang berada di luar kemampuan kendali pengembang maka status tahapan
pengembangan unit-unit PLTP dapat ditentukan secara parsial sesuai dengan
karakteristik uap dan ketersediaan uap melalui suatu kajian yang dilakukan oleh
pihak independen yang dinyatakan dalam Notice of lntention to Develop (NOID).
(3) Terkait dengan angka (2) di atas bahwa kategori PPTL PLTP terkendala dapat
meliputi tahap operasi dan/atau tahap pendanaan dan/atau tahap
konstruksi/pembangunan bergantung dari kondisi yang disebutkan dalam angka (2).
(4) Kondisipada angka (2) di atas berlaku untuk PLTP-PLTP yang dikembangkan oleh
pemegang kuasa, izin atau kontrak pengusahaan panas bumi yang ada sebelum
diundangkan Undang-undang nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi yang
belum berakhir masa perjanjian pembelian energi (energy sales contracf) atau
perjanjian jual beli tenaga listrik (power purchase agreement).
(5) Bahwa terkait dengan angka (2) dan (3), untuk proses renegosiasi dapat dilakukan
penyesuaian terhadap harga didasarkan pada kebutuhan biaya masing-masing unit
dengan mengacu kepada perubahan kondisi makro ekonomi sehingga
memungkinkan harga penyesuaian suatu unit berbeda dengan unit la:in dalam suatu
PLTP.
(7) Penyesuaian biaya operation & maintenance (O&M) untuk kegiatan work over dan
make up wel/ dihitung sesuai dengan ketentuan angka (6) b. di atas.
(8) Penyesuaian biaya operation & maintenance (O&M) untuk kegiatan selain work
over dan make up wel/ dilakukan berdasarkan:
a. Untuk PPTL yang sudah beroperasi atau terdapat unit yang secara parsial
beroperasi, maka penyesuaian biaya O&M unit yang belum beroperasi
dihitung berdasarkan realisasi biaya O&M unit yang sudah beroperasi setelah
dilakukan evaluasi dan verifikast;
b. Untuk PPTL yang belum beroperasi, penyesuaian biaya O&M ditetapkan PLN
berdasarkan negosiasi dengan ketentuan bahwa harga-harga tersebut harus
dievaluasi kembali melalui audit teknologi dan audit keuangan oleh pihak
ketiga yang independen paling lambat dalam periode 20.000 jam operasi atau
e (tigai tahun kalender setelah mencapai COD, mana yang terlebih dahulu.
nplUita dari hasil evaluasi diperoleh harga O&M lebih rendah dari harga hasil
renegosiasi maka harga hasil audit yang selanjutnya digunakan sebagai
harga baru.
(9) Koefisien komponen barang dan iasa pada PLTP adalah sebagaimana tercantum
dalam LamPiran 3 Edaran itti.
(10) Penyesuaian.
(10)Penyesuaian harga pembelian tenaga listrik untuk PLTP yang belum beroperasi
juga dapat dilakukan terhadap biaya yang perlu dikeluarkan secara berkala di
kemudian hari untuk menjaga kontinuitas dan mendukung sustainabilitas
operasional PLTP meliputi namun tidak terbatas pada biaya untuk menjaga
pasokan uap untuk produksi tenaga listrik sesuai kapasitas yang diperjanjikan
sepanjang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan finansial setelah melalui
proses due diligence dan negosiasi.
(12)Terkait dengan biaya O&M yang dapat diperhitungkan untuk PLTP mengacu
kepada biaya-biaya yang terkait langsung dengan pengoperasian PLTP dan
memperhatikan kaidah praktek bisnis yang sehat dan efisien.
(13)Terkait dengan angka (2) di atas penyesuaian biaya pengadaan lahan dan
development cosf lain yang relevan dapat dilakukan dengan memperhatikan jadwal
pengembangan masing-masing unit.
10) Dalam hal terjadi pembahasan di luar ketentuan angka 1 sampai dengan 13, maka Panitia
meminta arahan dari Komite Direksi.
ll. Edaran rni merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Edaran Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 003.E/DlR/2010 tentang Pedoman Kerja Penyelesaian Perjanjian Pembelian Tenaga
Listrik Terkendala antara PT PLN (Persero) dan lndependent Power Producer (lPP)
Ditetapkan di : Jakarta
padatanggal : 10 Januari 20L4
DIREKTUR DIREKTUR
(PERENCANAAN DAN PEMBTNAAN AFTLTAST) (PENGADAAN STRATEGIS DAN ENERGI PRIMER)
DIREKSI
MURTAQI SYAMSUDDI N BAGIYO RIAWAN
tu