bekerja.
ESTIMASI BIAYA PEMBANGUNAN PLTMH
1 Analisis Harga Satuan
Perhitungan analisis harga satuan merupakan tahapan paling terdepan dari estimasi biaya
pembangunan. Parameter perhitungan dan analisis harga satuan pekerjaan pada perencanaan
PLTMH antara lain
Lokasi sumber material diharapkan pada jarak terdekat dengan lokasi pekerjaan konstruksi
Tenaga kerja yang digunakan menggunakan tenaga kerja lokal di lokasi proyek dengan upah
didasarkan pada harga satuan yang berlaku di wilayah tersebut. Penggunaan tenaga kerja diluar
lokasi, hanya pada tingkatan pengawas dan tukang untuk pekerjaan tertentu dengan upah
didasarkan pada harga yang wajar.
Harga satuan material diperoleh dari harga satuan material dan bahan yang berlaku di wilayah
rencana pembangunan PLTMH dan disesuaikan dengan faktor lokasi proyek (penyesuaian biaya
transportasi dan pengangkutan)
Secara umum komponen harga satuan yang diperhitungkan meliputi:
a. Komponen tenaga
Koefisien komponen tenaga untuk masing-masing harga satuan diperoleh dari analisa kebutuhan
tenaga yang diperlukan untuk setiap pekerjaan sesuai dengan standar yang berlaku, khususnya
dalam pekerjaan sipil
b. Komponen bahan dan material
Dalam perhitungan koefisien bahan dan material yang akan digunakan mengacu pada analisa
satuan pekerjaan yang berlaku
c. Komponen peralatan
Perhitungan koefisien peralatan didasarkan pada peralatan yang digunakan dalam satuan
pekedaan, sebagaimana yang berlaku secara umum dalam pekerjaan sipillkonstruksi.
Hasil perhitungan analisis harga satuan sesuai jenis pekerjaan dapat dilihat pada lampiran setiap
lokasi rencana pembangunan PLTMH.
2 Komponen Biaya Pembangunan PLTMH
Komponen biaya pembangunan PLTMH pada studi perencanaan ini terdiri dari
1. Engineering
Komponen engineering pada pembangunan PLTMH dialokasikan untuk kegiatan detail desain,
supervisi pembangunan, dan penyiapan dokumen teknis akhir pembangunan PLTMH. Pada
beberapa kasus kegiatan ini dapat diasumsikan terintegrasi pada pelaksana pembangunan.
Pada model pembangunan lainnya, khususnya yang melibatkan dana cukup besar, kegiatan
engineering dilaksanakan oleh konsultan teknik yang bertanggung jawab mereview basic desain,
mengawasi pelaksanaan (supervisi), menyiapkan dokumen teknis akhir, dan melaksanakan
komisioning bersama pelaksana pem6ang'unan.
Komponen biaya engineering ini dihitung berdasarkan kebutuhan minimum penggunaan tenaga
ahli senior dan berpengalaman pada bidang pekerjaan sipil, teknik mesin atau elektro, dan juru
gambar.
2. Peralatan Elektrikal - Mekanik
Komponen peralatan elektrikal - mekanik meliputi pengadaan sarana dan peralatan :
Turbin dan perlengkapannya yang terdiri dari unit turbin, sistem transmisi mekanik, base frame,
biaya instalasi dan trial run.
Generator dan base frame
Panel kontrol (switch gear dan kontrol beban) Ballast Load
Instalasi peralatan elektrikal dan sistem pengkabelan Biaya lain-lain (10%)
3. Pekerjan Sipil
Pekerjaan sipil pada pembangunan PLTMH meliputi:
Bangunan intake -weir, Saluran pembawa, Bak pengendap, Bak penenang, Pipa pesat,
Bangunan
pelimpas,
Rumah
pembangkit,Pondasi
turbin
(under
ground),Saluran
pembuangan,Biaya fain-lain (5%)
4. Jaringan Transmisi, Distribusi, dan Instalasi Rumah
Tiang lisfrik
Pengadaan kabel
Instalasi rumah
Biaya lain-lain (5%)
5. Komponen Lain-lain
Komponen lain-lain yang dimaksud pada bagian ini adalah alokasi untuk:
Penggunaan alat bantu khusus apabila harus diperlukan seperti: alat berat untuk penataan
lokasi, alat angkut khusus untuk peralatan yang berat
Keuntungan pelaksana pembangunan (15%)
Training/pelatihan operator dan pengelola
6. Pajak
Komponen pajak dihitung terhadap total pekerjaan meliputi pekerjaan 1, 2, 3, 4 dan 5 di atas.
Pajak yang diperhitungkan pada perencanaan ini adalah PPn sebesar 10%.
7. Biaya Pengembangan (Project Development)
Biaya pengembangan dapat dikatakan sebagai indirect cost. Komponen ini diperhitungkan
sebagai akibat proses penyiapan dan perencanaan pembangunan PLTMH yang tidak mudah
dan memerlukan kegiatan pendukung. Besaran Mokasi biaya pengembangan diestimasi
berdasarkan prosentase.
Aktivitas yang berkait dengan kegiatan pengembangan ini adalah kegiatan administrasi proyek,
manajemen proyek di tingkat owner (pemilik pekerjaan), biaya legal, penyiapan dan pelaksanaan
tender, ganti rugi atas pembebasan tanah apabifa ada, monitoring dan evaluasi proyek di tingkat
owner.
Sebagai acuan, estimasi biaya pengembangan dikelompokan menjadi: * Manajemen proyek
(10%) dari total biaya fisik dan pajak * Tender, kontrak dan legal (5%) dari total biaya fisik dan
pajak * Ganti rugi
Referensi dari prosentase dan harga satuan orang berdasarkan standar biaya orang nasionai
(Bappenas) dan beberapa rekomendasi pada kegiatan pembangunan PLTMH seperti yang
dikeluarkan oleh J1CA dan tingkat kewajaran yang berlaku umum.
Komponen Biaya Operasional
Perawatan PLTMH memegang peranan penting dalam menjaga sustainibility dan kehandalan
operasi. Pengelola harus dapat menangani kegiatan perawatan dan membiayainya. Kegiatan
perawatan ada yang bersifat periodik (penggantian oli) ada yang bersifat temporer setiap ada
kerusakan pada fasilitas bangunan sipil, peralatan elektrikal - mekanik, maupun jaringan
transmisi dan distribusi.
Sebagai gambaran kebutuhan biaya perawatan PLTMH, analisis dilakukan untuk periode
tahunan (annual cost). Besar biaya perawatan setiap lokasi akan berbeda. Estimasi biaya
operasional untuk setiap PLTMH terlampir pada laporan masing~ masing lokasi PLTMH.
Analisis Finansial Skema On Grid
Pada pembangunan PLTMH dengan skerna On-Grid System dilakukan perhitungan kelayakan
secara ekonomis. Aspek penilaian kelayakan dilakukan dengan kriteria :
Pay back periods atau pengembalian investasi maksimum 213 dari umur ekonomis proyek.
NPV (net present value) investasi > 0
IRR (internal rate of return) > discount rate
Profitability Indeks > 1
Parameter atau asumsi yang digunakan pada perhitungan cash flow ditetapkan sebagai
berikut:
Kenaikan biaya OM (operasi dan maintenance) setiap tahun sebesar 4%
Suku bunga pinjaman kornersial 17%-18%
Suku bunga deposito 10%
Tingkat resiko penggunaan equity 5%
Penyesuaian tarif jual listrik ke PLN setiap tahun 2,5%
Skerna investasi 100% equity, dan equity.. loan (60%: 40%)
Depresiasi 10 tahun
Grace periods pengembalian pinjaman 2 tahun
Jangka waktu pengembalian pinjaman 10 tahun
Berdasarkan hasil analisa kelayakan dapat disimpulkan bahwa faktor tarif menjadi kunci menarik
tidaknya investasi pada pembangunan PLTMH. Investasi pembangunan PLTMH akan menarik
untuk kapasitas pembangkitan skala minihidro > 100 W Pada skala minihidro ini biaya
pembangunan per kW daya terpasang
cukup kecil < Rp 10 juta per kW, energi listrik yang dijual cukup besar, pendapatan penjualan
energi listrik lebih besar, sehingga tingkat pengembalian investasi lebih baik. Analisa kelayakan
ekonomi pada skema on - grid ini dapat dilihat pada laporan lokasi potensi pembangunan
PLTMH (site report).
Penutup
Investasi pembangunan PLTMH relatif besar sekitar Rp 20 jutalkW terbangkit dengan tidak
memasukkan biaya perencanaan dan pengembangan proyek pemerintah. Biaya pembangunan
ini semakin besar untuk kapasitas pembangkitan yang kecil, yaitu berkisar Rp 26 juta per kW
untuk kapasitas 20 _-30 W. Semakin besar kapasitas pembangkitan maka biaya pembangunan
per kW akan menurun, berkisar Rp 16 - 17 juta untuk kapasitas 40 kW - 50 kW dan di bawah Rp
10 juta per kW untuk skala minihidro, > 100 W. Hal ini dapat menjadi acuan apabila
pembangunan dilakukan oleh swasta dengan sumber pembiayaan di luar APBD atau APBN.
Besamya biaya pembangunan ini tentunya diharapkan dapat diimbangi oleh kemampuan
masyarakat dalam mengoperasikan, mengelola dan mengembangkan PLTMH sebagai motor
penggerak kegiatan ekonomi pedesaan dan kegiatan produktif kelompok masyarakat. Identifikasi
potensi pengembangan kegiatan ekonomi produktif seperti agro processing, home industri dan
agro, industri sangat penting dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah dan pihakpihak yang interest dalam pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat untuk mengoptimalkan
fungsi PLTMH selain untuk penerangan.
Pada saatnva, realisasi pelaksanaan pembangunan PLTMH memerlukan kompetensi dari pelaku
atau pelaksana pembangunan. Hal ini disebabkan sifat pembangunan PLTMH yang khas
Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan dan energi kinetik) menjadi
energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi
tenaga listrik. Berdasarkan prinsip kerjanya , turbin air dibagi menjadi dua kelompok:
v Turbin impuls (cross-flow, pelton & turgo)
untuk jenis ini, tekanan pada setiap sisi sudu geraknya lrunnernya - bagian turbin yang berputar - sama.
Jenis Turbin
Variasi Head, m
2 < H < 20
Francis
Peiton
Crossfiow
Turgo
(2)
dimana
Q
H
ilt
Turbin pelton
12Ns25
TurbinFrancis
60;Ns300
Turbin Crossflow
40Ns200
Turbin Propeller
250Ns 1000
Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan dan pemilihan jenis turbin akan menjadi
lebih mudah. Beberapa formula yang dikembangkan dari data eksperimental berbagai jenis turbin dapat
digunakan untuk melakukan estimasi perhitungan kecepatan spesifik turbin, yaitu :
Turbin pelton (1 jet)
Ns = 85.49/H0.243
Turbin Francis
Ns = 3763/H0.854
Turbin Kaplan
Ns = 2283/H0.486
Turbin Crossfiow
Ns = 513.25/H0.505
Turbin Propeller
Ns = 2702/H0.5
(USBR, 1976)
Dengan mengetahui besaran kecepatan spesifik maka dimensi dasar turbin dapat diestimasi (diperkirakan).
Pada perencanaan PLTMH ini, pilihan turbin yang cocok untuk lokasi yang tersedia adalah :
1.
2.
Pemilihan jenis turbin tersebut berdasarkan ketersediaian teknologi secara lokal dan biaya pembuatan/pabrikasi yang lebih murah
dibandingkan tipe lainnya seperti pelton dan francis. Jenis turbin crosstlow yang dipergunakan pada perencanaart ini adalah crossfiow T-14
dengan diameter runner 0.3 m. Turbin tipe ini memiliki efisiensi maksimum yang baik sebesar 0.74 dengan efisiensi pada debit 40% masih
cukup tinggi di atas 0.6. Sementara untuk penggunaan turbin propeller open flume pabrikasi lokal ditetapkan efisiensi turbin sebesar 0.75.
Penggunaan kedua jenis turbin tersebut untuk pembangkit tenaga air skala mikro (PLTMH), khususnya crossfIlow T-14 telah terbukti handai
di lapangan dibandingkan jenis crossfiow lainnya yang dikembangkan oleh berbagai pihak (lembaga penelitian, pabrikan, import).
Putaran turbin baik propeller open flume head rendah dan turbin crossflow memiliki kecepatan yang rendah. Pada sistem mekanik turbin
digunakan transmisi sabuk flatbelt dan pulley untuk menaikkan putaran sehingga sama dengan putaran generator 1500 rpm. Efisiensi sistem
transmisi mekanik flat belt diperhitungkan 0.98. Sementara pada sistem transmisi mekanik turbin propeller open flume menggunakan sabuk V,
dengan efisiensi 0.95.
3000
1500
1000
750
10
600
12
500
14
429
Runaway speed
75-100
2-2.4
75-150
2.8-3.2
Small-medium Kaplan
250-700
2.8-3.2
500-1500
1.8-2.2
250-500
1.8-2.2
Pelton
500-1500
1.8-2
Crossflow
100-1000
1.8-2
Turgo
600-1000
v Generator sinkron, sistem eksitasi tanpa sikat (brushless exitation) dengan penggunaan dua
tumpuan bantalan (two bearing).
v Induction Motor sebagai Generator (IMAG) sumbu vertikal, pada perencanaan turbin propeller
open flume
Spesifikasi generator adalah putaran 1500 rpm, 50 Hz, 3 phasa dengan keluaran tegangan 220 V/380 V. Efisiensi generator secara umum
adalah
TETAP
UNTUK
III
IRIGASI
I.
Pemilihan
Lokasi
Bendung
A.
Umum
Lokasi bendung tetap permanen bagi kepentingan irigasi dipilih yang menguntungkan dari segi
perencanaan, pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dll.
B.
Pemilihan
Lokasi
Bendung
:
Lokasi
bendung
dipilih
atas
pertimbangan
beberapa
aspek
yaitu
:
1)
Keadaan
topografi
a. Semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari.
b. Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat
ditetapkan.
c.
Kedua
hal
diatas
lokasi
bendung
dilihat
dari
segi
topografi
dapat
diseleksi.
d.
Ketinggian
mercu
bendung
dari
dasar
sungai
dpaat
pula
direncanakan.
2)
Kondisi
topografi
a.
Ketinggian
bendung
tidak
terlalu
tinggi.
b.
Trace
saluran
induk
terletak
ditempat
yang
baik.
c. Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen.
3) Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung termasuk angkutan sedimennya adalah faktor
yang
harus
dipertimbangkan
yaitu:
a. Pola aliran sungai, kecepatan & arahnya pada waktu debit banjir sedang/kecil.
b.
Kedalaman
dan
lebar
muka
air
pada
waktu
debit
banjir
sedang
dan
kecil.
c. Tinggi MA pada debit rencana, dan Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
d.
Potensi
dan
distribusi
angkutan
sedimen.
Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan pembangunan bandung di lokasi lain
misalnya
di
sudetan
sungai
atau
dengan
jalan
membangun
pengendalian
sungai.
4) Kondisi tanah fundasi bendung harus dipertimbangkan dilokasi dimana tanah fundasinya cukup baik
sehingga
bangunan
akan
stabil.
5) Biaya pelaksanaan Beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan, selanjutnya biaya pelaksanaan
dapat
ditentukan
dan
cara
pelaksanaanya,
peralatan
dan
tenaga.
6) Faktor faktor lain yaitu penggunaan lahan di sekitar bendung, kemungkinan pengembangan daerah
disekitar bendung, perubahan morfologi sungai daerah genangan yang tidak terlalu luas dan ketinggian
tanggul
banjir.
B.
Penempatan
Bendung
di
Sudetan
Sungai
Penempatan bendung dulu dikenal hanya di palung sungai. Sudetan sungai adalah saluran yang dibuat
untuk
memindahkan
aliran
sungai
dari
palung
aslinya.
Gambar
3.1.2.
Bendung
di
sudetan
1)
Keuntungan
bendung
ditempatkan
di
sudetan
sungai
yaitu
:
a. Memudahkan pelaksanaan bendung tanpa gangguan aliran sungai dan tidak perlu terburu buru karena
gangguan
musim
b.
Arah
aliran
menuju
bendung
dan
kehilirnya
akan
lebih
baik
c.
Untik
mendapatkan
tanah
fundasi
yang
lebih
baik
d.
Penempatan
lokasi
intake,
kantong
sedimen
dan
saluran
akan
lebih
baik
2)
Kesulitannya
yaitu
:
a.
Membuat
tanggul
penutup
sungai
yang
kadangkala
cukup
tinggi
dan
berat
b. Diperlukan pula bangunan pengelak khusus dalam pelaksanaan pembuatan tanggul penutup tersebut.
c.
Adakalanya
perlu
penyeberangan
saluran
induk
diatas
palung
sungai
asli.
3) Tata letak yang tepat untuk sudetan bergantung kepada keadaan geotek, topografi dll. Yagn
dipertimbangkan
pada
pengaturan
alur
sudetan
yaitu
:
a.
Perubahan
morfologi
sungai
diusahakan
sesedikit
mungkin
b. Penurunan dasar sungai/sudetan di hilir bendung akan terjadi sehingga penentuan kedalaman koperan
bangunan/bendung
harus
dipertimbangkan.
C.
1)
Gbr
2)
Contoh
Bendungan
3.2
Bendungan
Penempatan
Indrapura
Bendung
Metawa
di
Indrapura
di
Sungai
Bendung
Batang
di
Metawa,
di
Indarapura,
Sudetan
Sulawesi
Sudetan
Sumatra
Sungai
Tengad
Sungai
Barat.
Indrapura
(Gbr.
3.1.C2)
Gbr
3.3
Bendung
Metawa
di
Sudetan
Sungai
Metawa
II.
BENDUNG
PELIMPAH
Bendung berfungsi untuk meninggikan muka air, agar air banjir sungai dapat disadap sesuai dengan
kebutuhan dan mengendalikan aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat
dimanfaatkan secara aman, efektif dan optimal. Bendung sebagai pengatur tinggi muka air sungai dibedakan
menjadi:
1) Bendung Pelimpah terdiri dari tubuh bendung (ambang tetap yang berfungsi untuk meninggikan taraf
muka
air
sungai).
2) Mercu Bendung (berfungsi untuk mengatur tinggi air minimum, melewatkan debit banjir, dan untuk
membatasi
tinggi
genangan
yang
akan
terjadi
di
udik
bendung).
A.
Klasifikasi
bendung
Bendung
berdasarkan
fungsinya
dapat
diklasifikasikan
menjadi:
1)
Bendung
penyadap
sebagai
penyadap
untuk
irigasi.
2)
Bendung
pembagi
banjir
sebagai
pengatur
muka
air
sungai.
3)
Bendung
penahan
pasang
sebagai
pencegah
masuknya
air
asin.
Berdasarkan
tipe
strukturnya
bendung
dibedakan
atas:
1)
Bendung
tetap.
2)
Bendung
bergerak.
3)
Bendung
kombinasi.
4)
Bendung
kembang
kempis.
5)
Bendung
bottom
intake.
Ditinjau
dari
segi
sifatnya
bendung
dapat
dibedakan
atas:
1) Bendung permanent, seperti bendung pasang batu, beton dan kombinasi beton dan batu.
2)
Bendung
semi
permanent,
seperti
bendung
bronjong,
cerucuk
kayu.
3)
Bendung
darurat,
seperti
bendung
tumpukan
batu
dan
sebagainya.
B.
Tata
Letak
Bendung
dan
Perlengkapannya
Bendungan tetap yang terbuat dari pasangan batu untuk keperluan irigasi terdiri atas beberapa komponen
dan
fungsinya:
1) Tubuh bendungan : terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung dengan bangunan peredam energi.
Bermaksud agar aliran utama menuju bendung dan yang keluar terbagi rata, sehinnga tidak menimbulkan
pusaran-pusaran aliran diudik bangunan pembilas dan intake. Pusaran aliran dapat menimbulkan gangguan
penyadap
aliran
ke
intake
dan
pembilas
sedimen.
2) Bangunan intake : terdiri dari ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar penempatan pintu, saringan
sampah, jembatan pelayan, dan rumah pintu. Bangunan ini merupakan satu kesatuan dengan bangunan
pembilas dan tembok pangkal diudiknya, intake diupayakan berada ditikungan aliran sungai, sehingga dapat
mengurangi
sedimen
yang
masuk
ke
intake.
3) Bangunan pembilas : dengan underscluice atau tanpa underscluice, pilar penempatan pintu, pintu bilas,
jembatan pelayan, rumah pintu, dan saringan batu. Diletakkan berdampingan dengan intake untuk
membentuk tikungan luar aliran dan mengurangi jumlah angkutan sedimen dasar masuk ke intake.
4) Bangunan perlengkapan : yaitu tembok pangkal, sayap bendung, lantai udik dan dinding tirai, pengarah
arus tanggul banjir dan tanggul penutup atau tanpa tanggul, penangkap sedimen atau tanpa penangkap
sedimen,
tangga,
dan
penduga
muka
air.
C.
Bentuk
Bendung
Pelimpah
Pelimpah lurus : Dibangun melintang dipalung sungai dan tegak lurus antara tembok pangkal dan pilar
pembilas bendung, mengarah tegak lurus terhadap aliran utama sungai. (gbr. 3.4)
Pelimpah lengkung : Jarak lengkung biasanya sekitar 1/10 1/20 dari lebar bentang, bentuk ini akan
melimpahkan aliran sungai lebih besar dibandingkan dengan bentuk lurus karena bentangnya lebih panjang.
Umumnya dibangun didasar sungai dari jenis batuan keras sehingga penggerusan setempat hilir bendung
tidak
perlu
dikhawatirkan.
Gbr.
3.5
Bentuk
Pelimpah
bendung
D.
Mercu
Bendungan
1.
Defenisi
dan
Fungsi
Mercu bendungan yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana aliran dari udik dapat melimpah kehilir.
Fungsinya sebagai penentu tinggi muka air minimum disungai bagian udik bendung, sebagai penampang
sungai
dan
sebagai
pelimpah
aliran
sungai.
2.
Bentuk
Mercu
Bendung
bentuk
mercu
bendung
tetap
yaitu:
1.
Mercu
bulat
(1
jarijari
pembulatan).
2.
Mercu
bulat
(2
jarijari
pembulatan).
3.
Mercu
tipe
Ogee,
SAF,
dan
mercu
ambang
lebar.
(Gbr.3.6
Bentuk
Mercu)
3.
Tinggi
Mercu
Bendung
(TMB)
Tinggi mercu bendung (p) yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/dasar sungai di udik bendung dan
elevasi
mercu.
Menentukan
TMB,
harus
dipertimbangkan:
1.
Kebutuhan
penyadap
untuk
memperoleh
debit
dan
tinggi
tekan
2.
Kebutuhan
tinggi
energi
untuk
pembilas
3.
Tinggi
muka
air
genangan
yang
akan
terjadi
4.
Kesempurnaan
aliran
pada
bendung
5.
Kebutuhan
pengendalian
angkutan
sediment
yang
terjadi
di
bendung.
Rumus
Bucdschu
dan
Verwoerd,
untuk
perhitungan
tinggi
muka
air
adalah:
m
=
1,49
0,018
{5
(h/R)}2
k
=
4/27
.
m2
.
h3
{
1/(h+p)
}2
dimana:
k
=
Tinggi
kecepatan
aliran
h
=
Tinggi
muka
air
udik
bendung
m
=
Koefisien
pengaliran
bendung
p
=
Tinggi
mercu
bendung
kedasar
sungai
R
=
Jari
jari
pembulatan
mercu
bendung
Gbr.
3.7
Pengaturan
Tinggi
Mercu
Bendung
(P)
dari
lantai
udik
4.
Panjang
Mercu
Bendung
Panjang mercu bendung disebut pula lebar bentang bendung yaitu antara kedua tembok pangkal bendung
(abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar pilarnya, disebut panjang Mercu Bruto. Yang
diperhatikan
dalam
perhitungannya
adalah:
1.
Kemampuan
melawan
debit
desain
dengan
tinggi
jagaan
yang
cukup.
2. Batas tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain.
Panjang mercu bendung efektif (Be) yaitu panjang mercu bendung bruto (Bb) dikurangi dengan lebar pilar
pintu pembilas. Artinya panjang mercu bendung yang efektif melawan debit banjir desain. Panjang mercu
bendung efektif lebih pendek dari pada panjang mercu bendung bruto. Panjang mercu bendung efektif dapat
diperhitungkan
dengan
cara:
1).
Be
=
Bb
20%
b
t
2).
Be
=
Bb
2
(n
.
kp
+
ka)
H
Dimana
:
Be
:
panjang
mercu
bendung
efektif
(meter)
Bb
:
Panjang
mercu
bendung
Bruto
(meter)
b
:
Jumlah
lebar
pembilas
t
n
kp
ka
H
:
Harga
Jumlah
:
:
Tinggi
koef.
pilar
pilar
pembilas
Jumlah
pilar
pembilas
dan
pilar
jembatan
:
Koefisien
kontraksi
pilar
Koefisien
kontraksi
pangkal
bendung
energi,
yaitu
h
+
k
;
h
=
tinggi
air;
k
=
V2
/
2g
Pilar
dapat
dilihat
pada
standar
perencanaan
irigasi,
KP-02
Gbr.
3.8.
Panjang
mercu
bendung
5.
Penentuan
Elevasi
Mercu
Bendung
Elevasi
mercu
bendung
ditentukan
berdasarkan
beberapa
pertimbangan
:
1)
Elevasi
sawah
tertinggi
yang
akan
diairi,
dan
keadaan
tinggi
air
sawah
2) Kehilangan tekanan mulai dari intake sampai dengan saluran tersier ditambah kehilangan tekanan akibat
exploitasi.
3) Tekanan yang diperlukan agar dapat membilas sedimen di undersluice dan kantong sedimen.
4) Pengaruh elevasi mercu bendung terhadap panjang bendung untuk mengalirkan debit benjir rencana, dan
mendapatkan
sifat
aliran
sempurna.
6.
Peninggian
Mercu
Bendung
Peninggian
mercu
sangat
menimblkan
dampak
yang
baik,
yaitu:
1) penyadapan air tidak terganggu, sehingga daerah irigasi yang diari menjadi kurang.
2) Tinggi energi yang dibutuhkan bertambah, sehingga pembilas sedimen oleh undersluice dan di kantong
sediment
sangat
baik.
7.
Tinggi
Muka
Air
di
atas
Mercu
Bendung
Tinggi Muka Air di atas Mercu dapat dihitung dengan persamaan tinggi energi debit untuk ambang bulat
dan
pengontol
segi
empat,
yaitu:
dimana
Cd
=
g
b
H
Penentuan
:
koefisien
=
=
Koef.
Qd
debit
=
Cd
debit
(
=
C0
=
percepatan
panjang
mercu
tinggi
energi
diatas
Debit
(Cd),
dapat
dilihat
standar
desain,
C1
m3/det
.
.
C2
)
gravitasi
efektif
(m)
mercu
(m)
perencanaan
irigasi
KP.02
Gbr. 3.9. Cara peninggian Mercu Bendung Gbr. 3.10. Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendung
III.
BANGUNAN
INTAKE
A.
Defenisi
dan
Fungsi
Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendungan yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai,
mengatur pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke
intake.
B.
Tata
Letak
Tata
letak
intake
diatur
seperti
berikut
:
1. Sedekat mungkin dengan bangunan pembilas, dan merupakan satu kesatuan dengan pembilas serta
tidak
menyulitkan
penyadapan
aliran
2.
Tidak
menimbulkan
pengendapan
sedimen
dan
turbulensi
aliran
diudik
intake.
C.
Macam
Intake
Intake biasa yaitu intake dengan pintu berlubang satu atau lebih dan dilengkapi dengan pintu dinding banjir,
lebar satu pintu tidak lebih dari 2,5 m dan diletakkan dibagian udik. (Gbr.3.11)
Intake gorong gorong : tanpa pintu dibagian udik, pintu pintu diletakkan dibagian hilir gorong gorong,
lubang intake lebih dari dengan lebar masing masing lubang tidak kurang dari 2,5 m. (Gbr.3.12)
Intake frontal : diletakkan ditembok pangkal, jauh dari bangunan pembilas/bendung. (Gbr.3.13)
D.
Arah
Intake,
Komponen
dan
Letak
Bangunan
1.
Arah
Intake
(Gbr.3.14):
terhadap
suhu
sumbu
sungai
dapai
diatur
sbb:
a.
Tegak
lurus
membentuk
sudut
sekitar
90o
pada
sumbu
sungai
b.
Menyudut
membentuk
sudut
45o
60o
terhadap
sumbu
sungai
c.
keadaan
tertentu
ditetapkan
d.
berdasarkan
hasil
uji
model
hidraulik
laboratorium.
Komponen
utama
bagian
intake
(Gbr.3.15),
adalah
sebagai
berikut:
a. Ambang/lantai dinding bangunan tembok sayap, Pintu, perlengkapannya serta dinding penahan banjir.
Pilar
penempatan
pintu
bila
pintu
lebih
dari
1
buah,
dan
jembatan
pelayan.
b.
Rumah
pintu,
saringan
sampah,
sponeng
dan
sponeng
cadangan
dll.
2. Letak Intake (Gbr.3.16) : Diatur sedemikian rupa supaya berada ditikungan luar aliran, sehingga pada
keadaan banjir angkutan sedimen dasar yang mendekat keintake akan terlempar ketikungan dalam
menjauhi
intake.
E.
Bentuk
dan
Ukuran
Hidraulik
1. Lantai Intake : lantai intake dirancang datar / miring dihilir pintu, bila lantai intake di awal kantong sedimen
bisa berbentuk datar dengan kemiringan tertentu. Ketinggian intake, yaitu: sama tinggi dengan plat lantai
undersluice,
sampai
0,5
m
diatas
plat
undersluice.
Tergantung
pada
keadaan.
Bila ditempatkan pada bangunan pembilas tanpa undersluice maka ketinggiannya: Sungai mengangkut
lanau, tingginya (0,5m), pasir dan krikil (1,0m), kerakal dan bongkah (1,5m). Dan tergantung keadaan.
Gbr.3.17
Contoh
Letak
Lantai
Intake
2. Lebar dan Tinggi Lubang Intake : dimensi lubang penyadap aliran harus ditentukan berdasarkan
kebutuhan air maksimum, baik untuk pemasokan kebutuhan air maupun untuk pembilasan sedimen
dikantong
sedimen.
a)
Lebar
lubang
intake
dapat
dihitung:
atau
dimana:
Q1
=
Debit
intake
(m3/det)
c
dan
=
Koefisien
pengaliran
a
=
Tinggi
duka
lubang
g
=
Percepatan
gravitasi
z
=
Kehilangan
tinggi
energi
(m)
b) Tinggi Pintu intake (h) : berbanding dengan lebar pintu (b), dapat diambil dengan perbandingan:
b
:
h
=
1
:
1
atau
b
:
h
=
1,5
:
1
atau
b
:
h
=
2
:
1
F.
Pilar
Intake
dan
Dinding
Banjir
1. Pilar untuk penempatan pintu : bila lebar intake lebih dari 1m maka diperlukan pilar untuk penempatan
pintu.
Penempatan
pilar
diatur:
a. bagian awalnya diletakkan agak mundur sebesar (R), supaya aliran yang masuk lebih mulus.
b.
Bentuk
awal
pilar
bulat
dan
tegak
atau
dengan
kemiringan.
c.
Bagian
hilirnya
dapat
dibuat
tegak
/
miring,
ketebalan
pilar
0,7
1
m.
2. Dinding Banjir dan Sponeng (Gbr.3.18): Diletakkan dihilir pintu intake. Fungsinya untuk mencegah aliran
banjir, masuk ke intake mengurangi kecepatan aliran yang menuju intake, berkaitan dengan pengendalian
pergerakan
angkutan
muatan
sedimen
ke
itntake.
G.
Dua
Intake
di
Satu
Sisi
Bendung
1.
Maksud
seharusnya untuk kedua irigasi yang terletak dikedua sisi bendung dibangun dua pula intakenya. Tetapi bila
salah satu irigasi debit pengambilannya kurang 1 m3/detik, maka intake dapat dibuat satu sisi saja.untuk
menghemat biaya pembilas, karena hanya dibuat satu buah bangunan pembilas yang berdekatan dengan
intake
tersebut.
2.
Desain
Desain
dua
banguna
intake
yang
ditempatkan
disatu
sisi
bendung
diatur:
a)
pintu
intake
yang
ditempatkan
di
pilar
pembilas,
b)
goronggorong
untuk
menyeberangkan
aliran
ditempatkan
didalam
tubuh
bendung,
c) kecepatan aliran didalam gorong gorong diambil 2,5 m/det sehingga dapat menghanyutkan sedimen
yang masuk kedalam goronggorong, tetapi tidak pula terlalu tinggi untuk menghindari bahaya pengikisan.
d) Fasilitas pembilas sedimen dirancang tepat di pengeluaran gorong-gorong diawal saluran induk.
e)
Tebal
pilar
pembilas
2
m
t,
dimana
(tminimum=
1,0
m)
Gbr
3.19
Penempatan
Pintu
Intake
di
Pilar
IV.
BANGUNAN
PEMBILAS
A.
Defenisi
dan
Fungsi
Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak didekat dan menjadi satu
kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi
angkutan
muatan
sedimen
layang
masuk
ke
intake.
B.
Sistem
Kerja
Pembilas
dengan
Undersluice
Sistem
kerja
pembilas
dengan
undersluice
bila
dioperasikan
yaitu:
1. Aliran sungai dari udik menuju bangunan terbagi 2 lapis oleh pilar undersluice
2. Aliran sungai lapisan atas yang relatif tidak mengandung sedimen dasar mengalir ke intake.
3. Aliran sungai dilapisan bawah bersama sama dengan sedimen dasar mengalir dan masuk ke lubang
undersluice,
lalu
terbuang
kehilir
melalui
pintu
bilas.
4. Pembilasan secara berskala sehingga mendapatkan kedung daerah bebas endapan diudik dan dimulut
intake
atau
undersluice.
C.
Macam
Bangunan
dan
Tata
Letak
1.
Macam
bangunan,
dibedakan
atas:
a. Bangunan pembilas konvensional terdiri 1 dan 2 pintu, umumnya dibangun dibendung kecil (bentang
20m).
Seperti
bangunan
tua
warisan
belanda.
b. Bangunan pembilas undersluice untuk bendungan irigasi, ditempatkan pada bentang dibagian sisi yang
arahnya
tegak
lurus
sumbu
bendung.
c. Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan di bendung sungai ruas hulu, untuk menghindarkan
benturan
batu/benda
padat
lainnya
terhadap
bendungan.
2.
Tata
Letak
Tata
letak
bangunan
pembilas
undersluice
diatur
sbb:
a.
Bersatu
dengan
bangunan
intake,
b.
Pintu
pembilas
diletakkan
segaris
dengan
sumbu
bendung,
c. Bengunan diletakkan di sisi luar tubuh bendung dekat tembok pangkal, arahnya tegak lurus sumbu
bendung,
d.
Mulut
undersluice
mengarah
keudik
bukan
kearah
samping.
Tata
letak
bangunan
pembilas
shunt
undersluice
diatur
sbb:
a.
Bersatu
dengan
bangunan
intake,
b.
Ditempatkan
dibagian
luar
tubuh
atau
diluar
tembok
pangkal
bendung,
c.
Mulut
undersluice
mengarah
ke
samping
bukan
ke
arah
udik,
d.
Pilar
pembilas
berfungsi
sebagai
tembok
pangkal.
(Gmbr
3.20
Tata
letak
)
D.
Komponen
dan
Bentuk
Bangunan
1.
Komponen
Bangunan
pembilas
undersluice
lurus
terdiri:
a.
Undersluice
dan
perlengkapannya.
Bangunan
Undersluice
terdiri
atas:
Lubang
/
torowongan,
plat
undersluice,
dan
lantai
dengan
lapisan
tahan
aus.
Tembok
penyangga
bila
lubang
lebih
dari
satu
buah.
Mulut undersluice, pintu bilas atas dan bawah, saringan batu dan sebagainya.
b.
Pintu
pembilas
dan
perlengkapannya.
c.
Pilar-pilar
penempatan
pintu,
tembok
baya-baya
/
guide
wall,
tembok
pangkal.
d.
Jembatan
pelayan,
rumah
pintu
,
tangga
dll.
2.
a.
b.
c.
Bentuk
Undersluice,
Undersluice
lurus
dan
shunt
undersluice,
dibagi
atas:
Undersluice
satu
atau
dua
lubang
dengan
mulut
sejajar
sumbu
bendung.
Undersluice
1
lubang/lebih
dengan
mulut
menyudut
terhadap
sumbu
bendung.
Undersluice
2
lubang/lebih
dengan
mulut
menyudut
terhadap
sumbu
bendung.
E.
Tata
Cara
Desain,
Urutan
cara
dalam
mendesain
Undersluice
yaitu:
1.
Tentukan
lebar
Undersluice,
memperhatikan
lebar
(pintu
bilas
dan
intake),
2.
Tentukan
arah
dan
letak
mulut
Undersluice,
3. Tentukan panjang Undersluice (520 m) dengan memperhatikan bahwa mulut Undersluice harus terletak
diudik
intake,
4. Tentukan letak elevasi plat bagian atas Undersluice dengan memperhatikan elevasi ambang atau lantai
intake,
5.
Tentukan
ketebalan
palt
Undersluice
(0,200,35
m),
6. Tentukan tinggi lubang dan elevasi lantai Undersluice, biasanya tinggi 1,5 m.
Gambar 3.4 Bangunan pembilas dengan tiga lubang dengan dinding bajir kombinasi pada bendung Cisokan,
CianjurJawa
Barat(
atas)
dan
pembilas
tanpa
under
scluice
(
bawah
)
F.
Dimensi
Bangunan
Undersluice
1.
Pembilas
undersluice
lurus
a.
bentuk
mulut
1)
Mulut
undersluice
diletakkan
diudik
mulut
intake
dengan
arah
tegak
lurus,
2) Lebar mulur
undersluice
sluice
harus
lebih
besar dari (1,2
x lebar
intake),
3) Elevasi bagian atas palat undersluice diletakkan sama tinggi atau lebih rendah dari pada elevasi
ambang/lantai
intake,
Lubang
dapat
terdiri
dari
atas
2
bagian
atau
lebih,
4) Bila lebar mulut bagian udik jauh lebih lebar dari bagian hilir dapat dipersempit dengan tembok
penyangga.
b.
Lebar
bangunan
1) lebar pembilas total diambil (1/6 1/10) dari lebar bentang bendung untuk sungai sungai yang lebarnya
kurang
dari
100
meter.
2) Lebar satu lubang maksimum 2,5 m untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah lubang tidak lebih dari
tiga
buah.
c.
Tinggi
dan
panjang
undersluice
1)
Tinggi
lubang
undersluice
diambil
1,5
m
2)
Panjang
ditentukan,
mulut
undersluice
harus
terletak
dibagian
udik
intake,
3)
Bentuk
lantai
undersluice
rata
tanpa
kemiringan.
d.
Elevasi
lantai
lubang
1)
sama
tinggi
dengan
lantai
udik
bendung,
2)
lebih
rendah
atau
lebih
tinggi
dari
lantai
udik
bendung.
Gmbr.3.21
macam
penempatan
lantai
lubang
undersluice
2.
Pintu
Pembilas
Macam Pintu : dapat dibuat 1 pintu atau 2 pimtu yakni pintu atas dan bawah.
Fungsi Pintu : pintu bawah untuk pembilasan sedimen yang terdapat didalam, diudik dan disekitar mulut
undersluice. Pintu atas untuk menghanyutkan bendabenda padat yang terapung diudik pintu.
Jenis
Pintu
:
umumnya
pintu
sorong,
dan
hampir
tidak
dijumpai
pintu
radial.
Bahan
Pintu
:
dibuat
dari
balok
balok
kayu
dengan
kerangka
baja.
Dinding Banjir : untuk pembilas dengan undersluice lurus biasanya tidak dilengkapi dengan dinding banjir.
Pintu bilas tanpa dinding banjir dapat memperbesar kapasitas pelimpah debit banjir.
Desain
:
mendesain
pintu,
faktor
faktor
yang
harus
diperhatikan
adalah:
a.
Beban
yang
bekerja
pada
pintu.
b.
Alat
pengangkat
tenaga
manusia
atau
dengan
mesin.
c.
Sistem
kedap
air
dan
bahan
bangunan.
Ukuran:
a. Untuk 1 lubang/ruang pintu sorong yang dioperasikan dengan tenaga manusia lebar maks. 2,5 m, ukuran
satu
b.
Untuk
c.
Tinggi
balok
kayu
pintu
yang
dioperasikan
mercu
pintu
pembilas
dengan
1cm
pintu
20x25
mesin,
lebar
2,5
m
>
dari
elevasi
mercu
cm.
5,0
m.
bendung.
3.
Pilar
Pembilas
Fungsi
:
Untuk
penempatan
pintu-pintu,
undersluice
dan
perlengkapan
lain.
Bahan : Umumnya terbuat dari tembok pasangan batu, beron bertulang sebagai bahan pilar jarang dibuat.
Bentuk : Bagian udik bulat dengan jarijari pembulatan setengah lebar pilar. Bagian hilir runcing dengan jarijari
peruncingan
2x
lebar
pilar.
Ukuran: Lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2 m dan sisi bagian dalam 1 1,5 m.
Penempatan
:
pada
undersluice
lurus
ditempatkan
dibentang
sungai.
4.
Sponeng
dan
Stang
Pintu
Sponeng : Fungsi pada pintu sorong kayu, untuk menahan tekanan air pada pintu. Ukuran 25x25 cm atau
25x30 cm, dilengkapi dengan sponeng cadangan bentuk huruf T pada bangunan bilas dengan undersluice.
Stang pintu : Berfungsi mengangkat dan menurunkan pintu. Ditempatkan dalam sponeng diluar bukaan
bersih. Jumlah stang pintu 2 buah diletakkan dibagian dalam dike-2 sisi, tidak 1 buah di tengah.
5.
Tembok
baya
baya
Fungsi : Tembok baya/guidewall adalah untuk mencegah angkutan sedimen dasar meloncat dari udik
bendung
keatas
plat
undersluice.
Penempatan : Tembok bayabaya ditempatkan menerus kearah udik dari plat pembilas bagian luas / sisi
bendung.
Bentuk
:
Mengecil
kearah
udik
/
sama
besar
dari
hilir
keudik.
Ukuran : Tinggi mercu tembok gaya gaya 0,5 1m diatas mercu bendung.
6.
Pengoperasian
Pintu
a.
Kriteria
pengoperasian
Kecepatan aliran diambang undersluice harus terbatas sehingga tidak masuk lantai underscluice,
Pintu bilas harus ditutup selama sengai banjir untuk menghindarkan penghisapan sampah-sampah yang
dapat
menyumbat
lubang
underscluice,
Tinggi bukaan pintu bilas harus diatur sedemikian, supaya tidak menimbulkan pusaran isap atau
menimbulkan
bahaya
kavitasi.
b.
Masalah
Rongga
dibawah
Plat
Rongga
udarah
dibawah
plat
undersluice
dapat
terjadi
bila:
Pintu
bilas
dibuka
penuh,
Muka
air
hilir
terlalu
rendah,
Tidak
terjadi
pelimpah
dari
mercu
pintu
bilas.
Mengatasi
hal
diatas
dilakukan
cara:
Pintu
bilas
tidak
dibuka
penuh,
Ujung
plat
diudik
undersluice
dibuat
bulat,
Pengoperasian
pintu
diatas
sehingga
tidak
terjadi
pusaran
isap.
7.
Dinding
Banjir
Dinding
banjir
pada
pembilas
bendung
dibedakan:
a.
Tanpa
dinding
banjir
b.
Dengan
dinding
banjir
c.
Kombinasi
keduanya
Manfaatnya:
Memperbesar kapasitas debit pelimpah banjir. Dan sampah yang terapung diudik pintu bilas dapat dibuang
secara
hidraulik
dengan
mudah.
Kelemahan:
Dapat merusak pintu dan stangnya waktu banjir, karena tekanan banjir dan sampah.
Mudah
menumpukkan
sedimen
diudik
pintu
bangunan
pembilas.
G.
Pembilas
Shunt
Undersluice
1)
Pengertian
Adalah bangunan undersluice yang penempatannya diluar bentang sungai dan diluar pangkal bendung,
dibagian
samping
melengkung
kedalam
dan
terlindung
tembok
pangkal.
2)
Maksud
dan
Manfaat
Pembilas shunt undersluice dipilih pada bendung-bendung yang dibangun disungai ruas hulu. Bermaksud
agar pilar dan bangunan undersluice terhindar dari bahaya benturan batu dan kayu yang hanyut sewaktu
banjir. Manfaatnya yaitu kapasitas pelimpah bendung tidak dikurangi oleh adanya pilar pembilas atau
seluruh
bentang
bendung
tidak
terganggu
melimpahkan
debit
banjir
sungai.
3)
Cara
Kerja
dan
Kelemahan
Cara:
a. Air yang mengalir sebelum masuk keintake terbagi 2 yaitu atas dan bawah.
b.
Lapisan
air
bagian
bawah
masuk
kedalam
lubang
pembilas.
c.
Lapisan
air
bagian
atas
mengalir
masuk
ke
intake.
Kelemahan:
Kurang diperolehnya efek penggurusan dimulut shunt undersluice yang diakibatkan aliran helicoidal seperti
yang
biasanya
terbagi
pada
bangunan
undersluice.
4)
Bentuk
dan
Ukuran
a.
Tinggi
lubang
12
m,
diusahakan
1,5
m.
Lebar
sekitar
2
m.
b.
Mulut
undersluice
mengarah
kearah
bendung
bukan
kearah
udik.
c.
Bentuk
melengkung
kearah
luar
bendung.
d.
Umumnya
dilengkapi
dengan
dinding
banjir
ditempatkan
dihilir
pintu
bilas.
H.
Pengoperasian
Pintu
Pembilas
Pembukaan
Pintu;
dilakukan
dengan
cara:
1.
Pembilasan
sistem
terus-menerus,
pintu
bilas
dibuka
sewaktu-waktu.
2. Pintu bilas bibuka dengan tinggi bukaan tertentu bila selesai banjir atau banjir sungai mulai turun
3. Pintu bilas bukaan pintu tergantung pada besar debit sungai dan keadaan tinggi muka air sungai. Pintu
bilas
ditutup
selama
banjir
sungai
berlangsung
4. Pintu bilas ditutup penuh saat pengaliran keintake dan saat air kecil dan banjir.
Pengangkatan dan Penutupan Pintu; yang dilakukan oleh tenaga manusia akan lebih mudah dan ringan bila
ulir
tempat
perputaran
stang
pintu
terbuat
dari
bahan
tembaga.
Evektifitas Pembilas; akan sangat tinggi bila terdapat head yang cukup, debit sungai yang memadai dan
tinggi bukaan pintu bilas yang sesuai daerah bebas endapan dimulut undersluice selalu terjadi.
V.
BANGUNAN
PENAHAN
BATU
(BOULDER
SCREEN)
1.
Defenisi
dan
Fungsi
Bangunan penahan batu adalah bangunan ditempatkan diudik bangunan pembilas bendung, terdiri dari
barisan tiang-tiang. Berfungsi sebagai alat untuk mencegah batu-batu dengan diameter tertentu yang akan
masuk keintake dan menyimpan batu dengan diameter tertentu masuk kebangunan bilas/intake kearah
bendung.
2.
Persyaratan
Mendesain bangunan penahan batu, diperhatikan debit yang masuk keintake tidak berkurang dari jumlah
yang dibutuhkan karena adanya kemungkinan terjadinya endapan batu diantara batang-batang cerucuk.
3.
Penempatan
Ditempatkan diudik/undersluice dengan arah desain sedemikian, sehingga tercipta tikungan luar aliran dan
menjadi deflector untuk melemparkan angkutan sedimen dasar menjauh dari intake dan dapat pula
menyimpan
batu
tertentu.
4.
Komponen,
bangunan
penahan
batu
terdiri
atas:
a.
barisan
cerucuk
pipa
bulat
dipasang
vertikal,
b.
balok
beton
sebagai
pengikat
horizontal,
fundasi
bangunan.
5.
Tipe
Bangunan
Tipe penahan batu dibuat dengan bentuk pagar yang terdiri dari batang tegak dan bagian atasnya diikat
dengan
balok
pengikat.
6.
Bentuk
dan
Ukuran
a.
Pipa
untuk
cerucuk,
tipe
pipa
dipilih
yang
bulat
b.
Balok
beton
pengikat,
dipasang
horizontal
diujung
atas
cerucut
vertikal.
c.
Elevasi
balok
pengikat,
diletakkan
diketinggian
12
m
diatas
mercu
bendung.
d. Jarak antara tiang, jarak bersih antara batang satu dan yang lain diambil sesuai dengan diameter butir
batu
yang
akan
ditahan
atau
(15
20)
cm.
e. Fundasi tiang, disesuaikan kedalamannya dengan kedalaman elevasi dasar sungai dan lantai undersluice.
7.
Penerapan
Bangunan
Penahan
Batu
Pada bendungan Cisokan Cianjur jawa barat tahun 1886. dan direhabilitasi pada tahun 1989 dengan
peninggian mercu bendung, perbaikan intake, pembangunan pembilas tambahan tipe undersluice, dan
bangunan penahan. Masalah besar dijumpai pada bendungan ini adalah masalah angkutan sedimen yang
cukup besar ke intake. Untuk mencegah angkutan sedimen dasar masuk ke intake, membangun pengelak
sedimen
tipe
undersluice
lurus
bentuk
tertentu,
sehingga:
1) Dapat menciptakan aliran helicoidal tepat diudik undersluice sehingga pengendapan sedimen dasar
didaerah
ini
dapat
dihindari.
2) Dapat membentuk daerah bebas endapan tepat di udik undersluice dan menciptakan skiming wall ke
intake.
VI.
BANGUNAN
PEREDAM
ENERGI
1.
Defenisi
dan
Fungsi
Adalah struktur dari bagunan dihilir tubuh bendung yang terdiri dari berbagai tipe, bentuk dan dikanan kirinya
dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu.
Fungsi bangunan adalah untuk meredamkan energi akibat pembendungan, agar air dihilir bendung tidak
menimbulkan
penggerusan
setempat
yang
struktur
membahayakan.
2.
a.
b.
c.
Tipe
Bangunan
Peredam
Energi
Bendung,
terdiri
berbagai
macam
tipe:
Lantai
hilir
mendatar,
tanpa
atau
dengan
ambang
hilir
balok
lantai,
Cekung
masif
dan
cekung
bergigi,
berganda
dan
bertangga,
Kolam
loncat
air,
Kolam
bantalan
air
dan
lain
lain.
3.
Faktor
Pemilihan
Tipe,
antara
lain:
a.
Tinggi
bendungan,
Keadaan
geoteknik
tanah
dasar
,
b.
Jenis
angkutan
sedimen
yang
terbawah
aliran
sungai
c. Kemungkinan degradasi dasar sungai yang akan terjadi dihilir bendung ,Keadaan aliran yang terjadi
dibangun peredam energi seperti aliran tidak sempurna/tenggelam, loncatan aliran yang lebih rendah atau
lebih
tinggi
dan
sama
dengan
kedalaman
muka
air
hilir
(tail
water).
4.
Prinsip
Pemecahan
Energi
Adalah dengan cara menimbulkan gesekan air dengan lantai dan dinding struktur, gesekan air dengan air,
membentuk
pusaran
air
berbalik
vertikal
arah
keatas
dan
ke
bawah.
5.
Desain
Hidraulik
Peredam
Energi
5.1
Peredam
energi
lantai
hilir
datar
dengan
ambang
akhir
1)
Defenisi
dan
Fungsi
Adalah bagian dihilir bendung yang merupakan kolam olak terdiri atas lantai hilir mendatar. Fungsinya untuk
meredam energi air agar tidak menimbulkan penggerusan setempat yang membahayakan bangunan bagian
hilir.
2)
Bentuk
Hidraulik,
yaitu:
a)
Mercu
bendung
bertipe
bulat,
b)
Tubuh
bendung
bagian
hilir
tegak
sampai
dengan
kemiringan
1:1,
c)
Tanpa
lengkungan
dipertemuan
kaki
bendung
dan
lantai,
d)
Lantai
hilir
berbentuk
datar
tanpa
kemiringan,
e) Untuk menambah keamanan tepat dihilir ambang akhir dan dikaki tembok sayap dipasang rip rap dari
batu
berdiameter
0,3
0,4
m.
3)
Persyaratan,
yaitu:
a) Tinggi air diatas mercu bendung (< 4m), tinggi bendung dari dasar sungai bagian hilir (< 10m),
b)
Bila
melampaui
keadaan
diatas,
maka
dilakukan
pemeriksaan
uji
model
fisik.
4)
Ukuran
Hidraulik
Kedalaman lantai (Ds), Panjang lantai (L), Tinggi ambang (a), dan parameter lain ditentukan berdasarkan
grafik
grafik
yang
telah
disiapkan.
5.2
Peredam
energi
cekung
1)
Umum
Tipe ini biasanya digunakan pada bendungan yang berlokasi pada sungai dengan kemiringan dasar sungai
curam dengan angkutan sedimen batu gelundung yang terbawa aliran sewaktu banjir. Ide pemanfaatan tipe
ini,
untuk
menggantikan
tipe
drop
weir.
2)
Defenisi,
Fungsi
dan
macamnya
peredam energi cekung adalah bagian dihilir tubuh bendung berbentuk lantai cekung masif, dilengkapi
dengan ambang akhir (apron lip) dan dibatasi oleh tembok pangkal sibagian kanan kirinya. Berfungsi untuk
menjauhkan bendung penggerusan setempat dari bangunan dan menghindarkan benturan batu langsung
pada
permukaan
bangunan.
Peredam
energi
cekung
terdiri
atas:
a.
Masif
cekung
tanpa
gigi
b.
Cekung
dengan
gigi
yang
ditempatkan
dibagian
ambang
akhir.
3)
Sifat
dan
Prinsip
Pemecahan
Energi
Bangunan
peredam
energi
tipe
cekung,
bersifat:
a.
Aliran
pusaran
balik
atas
dan
pusaran
balik
bawah.
b.
Aliran
loncat
(skijump
bucket).
4)
Bentuk
dan
Ukuran
Bentuk
hidraulik
bangunan
tipe
ini,
yaitu
(Gbr.3.22):
a.
Mercu
bendung
bertipe
bulat
b.
Tubuh
bendung
bagian
hilir
dengan
kemiringan
1:1.
c.
Cekungan
berbentuk
lengkung
dengan
satu
radius,
d. Harus dilengkapi dengan tembok sayap hilir yang awalnya dimulai dari akhir ambang akhir. Bentuk sayap
hilir
miring.
Ukuran hidraulik bangunan tipe ini, yaitu selain diatas, yang terpenting penentuan jari jari lengkungan (R)
dan
kedalaman
lantai
cekungan
dari
muka
air
hilir
(T).
5.3
Peredam
energi
berganda
1)
Umum
Tipe ini sangat cocok dibangun sudetan sungai dengan ketinggian lebih dari 10m.
2)
Defenisi
dan
keuntungan
Adalah struktur dibagian hilir tubuh bendung yang merupakan kolam olak berganda, dan masing masing
dilengkapi
dengan
lantai
datar
dan
ambang
akhir
pembentuk
olakan.
Keuntunga:
a. Pemetaan energi air lebih besar karena dua ruang olakan, sehingga penggerusan setempat menjadi lebih
dangkal.
b.
Jauh
lebih
stabil
karena
bentuknya
yang
besar.
c.
Kerusakan
lantai
dan
tubuh
bendung
akibat
terjunan
dapat
dihindari.
3)
Persyaratan
stabil, aliran yang melimpah pada mercu pertama dan diatas mercu kedua harus kelihatan halus dan tidak
bertubulensi
pipa
aliran
tidak
meninggalkan
mercu
bendung.
4)
Bentuk
dan
Ukuran
Bentuk
hidraulik
bangunan
tipe
ini,
yaitu:
Peredam energi bagian lantai atas yaitu lantai olakan pertama (L1), mercu pertama dengan tinggi (P1). Dan
bagian bawah terdiri mercu kedua dengan tinggi (P2), lantai olakan kedua (L2), dan ambang akhir.
Ukuran panjang olakan dan tinggi ambang, yaitu: olakan pertama dan kedua , serta tinggi mercu kedua.
Untuk
penentuan
ukuran
hidrauliknya
biasanya
digunakan
bantuan
model
fisik.
Gbr.
3.23
Peredam
Energi
berganda
5.3
Peredam
energi
tipe
USBR
Tipe ini didesain berdasarkan grafik USBR untuk bendung akan kurang handal karena:
1)
Elevasi
dasar
sungai
didesain
sama
tinggi
dengan
elevasi
lantai,
2)
Pengaruh
bergradasi
sungai
dan
bentuk
tembok
sayap
hilir
tidak
disinggung,
3) Pengaruh tipe dan ukuran tidak disinggung efektivitasnya terhadap pengurangan penggerusan setempat.
Menentukan ukuran dalam Hidraulic Design of Stilling Basin and Energy Dissipators USBR, dimana:
1) Panjang lantai, chute block, floor block and endsill ditentukan berdasarkan bilangan Froude (Fr), dan
Lokasi
Fr
di
kaki
spillway,
2)
Aliran
air
dikaki
spillway
dianggap
loncatan
penuh
tanpa
pusaran,
3) Kecepatan aliran dimana, z = tinggi terjung yang dihitung dari mercu spillway ke pipa arus dikaki spillway,
dan
D1
=
tebal
pipa
arus.
Bila
penggunaan
USBR,
menjadi
over
desain
yang
disebabkan
oleh
antara
lain:
1) Adakanlah tidak berbentuk loncatan balik diatas lantai dan adakalanya aliran yang terjadi lebih tinggi dari
tail
water.
2) Perbedaan aliran bilangan Fr (Gmr 3.34) karena keadaan aliran loncatan penuh pada spillway dan
loncatan balik pada bendung dan tebal aliran di kaki spillway (D1) lebih kecil dari pada tebal aliran di kaki
bendung (D2), akibat bilangan pada bendung akan lebih kecil dari pada bilangan Fr pada spillway, atau
untuk:
3)
Spillway,
;
Loncatan
Penuh
4)
Spillway,
;
Loncatan
Balik
5)
Fr2
<
Fr1
Gbr.
3.24
Sifat
Peredam
Energi
USBR
Gbr.
3.25
Bentuk
dan
Tipe
Peredam
Energi
USBR
VII.
TEMBOK
SAYAP,
TEMBOK
PANGKAL
DAN
PENGARAH
ARUS
7.1
Tembok
Sayap
Hilir
1)
Definisi
dan
Fungsi
Tembok sayap hilir adalah tembok sayap yang terletak dibagian kanan dan kiri peredam energi bendung
yang menerus kehilir dari tembok pangkal bendung. Fungsi sebagai pembatas, pengarah arus, penahan
terowongan dan longsoran tebing sungai dihilir bangunan dan pencegah aliran samping.
2)
Penentu
Dimensi
a.
Dimensi
berdasarkan
peredam
energi,
dan
Geometri
sungai
disekitar,
b. Dihilirnya, dan Tinggi muka air hilir desain, dan Penggerusan setempat yang akan terjadi dan sebagainya.
3)
Bentuk
Sayap
hilir
a.
bentuk
miring
sebagai
kelanjutan
dari
tembok
pangkal
bendung,
b.
bagian
ujung
hilir
tembok
sayap
dibulatkan
dan
masuk
kedalam
tebing,
c. bagian awal tembok sayap hilir yang miring dan akhir tembok pangkal dimulai dari sekitar tengah tengah
lantai
peredam
energi.
4)
Ukuran
Tembok
Sayap
a.
panjang
tembok
bagian
yang
lurus
yaitu
dimana:
Lp
=
Panjang
lantai
datar
peredam
energi
Lx
=
Panjang
tembok
sayap
(1,25
1,5)
x
L
b.
Kemiringan
tembok
sayap
dapat
diambil
dengan
kemiringan
1
:
1
Gbr.
3.26
Ukuran
Tembol
Sayap
hilir
Gbr.
3.27
Bentuk
Ujung
Tembok
Sayap
Hilir
Bendung
Lamasi
(SulSel)
7.2
Tembok
Pangkal
bendung
1)
Definisi
dan
Fungsi
Tembok pangkal bendung adalah tembok yang terletak dikiri kanan pangkal bendung dengan tinggi tertentu
yang menghalangi luapan aliran pada debit desain tertentu kesamping kanan dan kiri. Berfungsi sebagai
pengaruh arus agar aliran sungai tegak lurus (frontal) terhadap sumbu bendung, sebagai penahan tanah,
pencegah
rembesan
samping,
pangkal
jembatan
dan
sebagainya.
2)
Bentuk
dan
Ukuran
Hidraulik
Bentuk pangkal bendung umumnya ditentukan vertikal dengan ukuran panjang ke udik dan kehilirnya yang
sesuai
dengan
fungsi
yang
harus
dicapai.
Ukuran
Hidraulik:
a. Tinggi pangkal bendung = tinggi muka air udik rencana + tinggi jagaan (free board) sebesar (1 1,5) m,
atau
aman
pada
debit
desain
tertentu.
b. Panjang tembok pangkal ke udik dipebgaruhi oleh adanya bangunan intake dan tata letak jembatan lalu
lintas.
7.3
Tembok
Sayap
Udik
dan
Pengaruh
Arus
1)
Definisi
dan
Fungsi
Tembok sayap udik adalah tembok sayap yang menerus keudik dari tembok pangkal dengan bentuk dan
ukuran yang disesuaikan dengan fungsinya sebagai pengaruh arus, pelindung tebing dan atau pelindung
tanggul
penutup
dari
arus
yang
deras.
2)
Ukuran
dan
Bentuk
Arah dan ukuran disesuaikan dengan fungsinya sebagai pengarah arus pelindung tebing atau tanggul
penutup dan disesuaikan dengan pangkal bendung dari geometri badan sungai. Berbentuk: miring dengan
perbandingan 1 : 1 atau 1 : 1. Pertemuannya dengan tembok pangkal dibuat menyudut kurang lebih
45o(
Gbr
3.28).
VIII.
RIP
RAP
1.
Defenisi
dan
Fungsi
yaitu susunan bongkahan batu alam atau blok-blok beton buatan dengan ukuran volume tertentu sebagai
peredam energi dihilir bendung. Fungsinya sebagai lapisan prisai untuk mengurangi kedalaman pergeseran
setempat
dan
melindungi
tanah
dasar
dihilir
peredam
energi
bendung.
2.
jenis
Rip
Rap,
dibedakan
atas:
a.
Timbunan
bongka
batu
alam
b. Susunan blok blok beton berbentuk segi empat, segi panjang dan lain lain.
3.
Penempatan,
Pada:
a.
Sepanjang
bagian
hilir
ambang
akhir
b.
Sepanjang
bagian
kaki
tembok
sayap
hilir.
4.
Bentuk
dan
Ukuran,
pada
rip
rap
bongkahan
batu:
a.
Bentuk
batu
relatif
bulat,
keras
dengan
berat
jenis
2,4
t/m3
b.
Diameter
batu
berkisan
0,30
m,
dan
Volume
batu
yang
cukup
c. Kedalaman sekitar 2 m untuk bagian hilir ambang akhir, dan sekitar 1,5 m untuk bagian dihilir tembok
sayap
hilir.
5.
Sistem
Kerja
Rip
Rap:
Dihilir terjadi kecepatan aliran sungai yang besarnya bervariasi, rip rap yang terdiri dari susunan batu
batu lepas yang terkena aliran deras akan menyebar, masuk dan menutup lubang pengerusan setempat,
sehingga
terjadi
perisai/pelindung
dasar
sungai
dari
bahaya
penggerusan.
6.
Pemasangan
Rip
Rap:
Desain
rip
rap
batu
dihilir
dipasang
miring
dan
rata.
Gbr.
3.29
Bentuk
Pemasangan
Rip
Rap
7.
Rip
Rap
Beton:
Rip rap beton bentuk persegi panjang (1x1x2)m, digunakan untuk pengamanan bendung walahar (gmbr
3.20). Dan rip rap beton persegi empat digunakan dikaki sayap hilir bendung rentang dijawa barat.
Gbr.
3.30
Contoh
Penggunaan
Rip
Rap
Beton
8.
Rip
rap
Bronjong
Penggunaan bronjong kawat dihilir bangunan peredam energi bendung bermaksud mengurangi bahaya
penggerusan setempat. Sebagai perlindungan dasar sungai dari bahaya penggerusan setempat, tetapi dari
pengalaman pengalaman penempatan rip rap bronjong kurang berhasil, disebabkan:
a. Bronjong yang bukan jenis bronjong maccafferi berkarat, kurang tahan terhadap gaya benturan batu dan
benda
padat
lain
yang
terbawa
aliran
sungai,
b. Batu tidak seragam dan bila kawatnya putus maka batu batu itu akan hanyut,
c.
Karena
perbedaan
kekerasan
antara
bronjong
dan
tanah
dasar
dihilirnya.
d. Karena bronjong flexible dan bila terjadi penggerusan setempat dihilirnya maka bronjong itu akan ikut
turun.
IX.
STABILITAS
BENDUNG
1
Umum
Salah satu persyaratan keamanan yaitu: Harus stabil terhadap geser, guling dan piping.
Gaya
gaya
yang
bekerja
pada
bangunan,
yaitu:
a.
Berat
sendiri
bangunan,
b.
Tekanan
air
normal
setinggi
bendung
dan
setinggi
muka
air
banjir
desain,
c.
Tekanan
lumpur,
d.
Gaya
gempa,
tekanan
air
dibawah
bendung/uplift.
2
Langkah
Perhitungan
1)
Hitung
berat
sendiri
bangunan,
yaitu:
a.
Tubuh
bendungan
saja
b.
Gaya
yang
bekerja
c.
Momen
gaya
gaya
tersebut
d. Jumlah seluruh gaya yang bekerja dan momennya dari bagian yang ditinjau.
2)
Pengaruh
Gempa:
koefisien
gempa
kali
gaya
lintang
3) Tekanan air normal: tekanan air setinggi mercu bendung terhadap tubuh bendung.
4)
Tekanan
Banjir:
tekanan
setinggi
muka
air
banjir
pada
debit
banjir
desain.
5)
Tekanan
Lumpur:
tekanan
lumpur
terhadap
bangunan
hidraulik
diudik
bendung.
3
Contoh
Perhitungan
a.
Stabilitas
Bangunan
1) Hitung berat sendiri bangunan (Volume, Berat, Jarak titik berat terhadap sumbu Y & X, serta momen
tahanan),
2)
Tentukan
koefisien
Gempa
(dari
peta
gempa
Indonesia),
3)
Hitung
gaya
horizontal
pada
keadaan
air
normal
dan
keadaan
air
banjir,
4)
Hitung
gaya
tekanan
lumpur
serta
momen
tahanannya,
5) Hitung gaya tekanan uplift disetiap titik untuk keadaan air normal dan banjir.
dan
dimana
:
Ux
=
Gaya
tekanan
keatas
titik
x
(kg/m)
Hx
=
Tinggi
energidiudik
bendung
(m)
Lx
=
Jarak
sepanjang
bidang
kontak
dari
udik
sampai
titik
x
(m)
L
=
Panjang
total
bidang
kontak
(m)
Lv
=
Panjang
bidang
vertikal
(m)
LH
=
Panjang
bidang
horizontal
(m)
6) Periksa stabilitas bangunan untuk keadaan air normal dan keadaan air banjir. Pemeriksaan dilakukan
terhadap
bahaya:
a)
Guling
:
faktor
keamanan
(Fk)
=
MT
/
MG
1,5
b)
Geser
:
Koefisien
geser
(f)
=
tg
Gaya
tahanan
=
f
.
v
=
...(ton)
Dimana:
MT
=
Momen
tahanan
MG
=
Momen
gempa
c) Eksentrisitas pembebanan atau jarak dari pusat gravitasi dasar sampai titik potong resultante dengan
dasar.
dimana
B
e
=
=
Lebar
Eksentrisitas
dasar
MT
MG
V
=
=
=
momen
momen
Jumlah
tahanan
guling
vertikal
gaya
7) Periksa terhadap daya dukung tanah pada keadaan air normal dan keadaan air banjir.
a)
Hitung
tegangan
ijin
=
b)
Hitung
tegangan
tanah.
;
dan
persyaratan
yaitu
:
dimana
:
1,2
=
Tegangan
Tanah
V
=
gaya
gaya
vertikal
B
=
Lebar
dasar
E
=
Eksentrisitas
b.
1)
2)
3)
Periksa
Hitung
Hitung
Panjang
Lantai
dan
tentukan
harga
Weighted
perbedaan
antara
tinggi
muka
air
panjang
garis
rayapan
yang
dihitung
Creep
udik
dengan
Ratio
dan
cara
Udik
(C)
hilir
lane:
Dimana:
LW
=
Panjang
garis
rayapan
total
LV
=
Panjang
garis
rayapan
dalam
arah
vertical
LH
=
Panjang
garis
rayapan
dalam
arah
horizontal
4)
Periksa
panjang
garis
rayapan.
c.
Tebal
Lantai
Hilir
1) Ambil tebal lantai hilir untuk potongan yang paling tebal dan paling kecil (t).
2)
Tentukan
berat
jenis
bahan,
.
3)
Tentukan
tekanan
Uplift,
dengan
rumus
pasal
(a.
Bagian
5)
4) Periksa syarat keseimbangan, bila , maka ketebalan lantai yang ditentukan memadai.
I
KEBUTUHAN
1.1
AIR
IRIGASI
UMUM
Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan dengan cara menyalurkan air yang perlu
untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan mendistribusikannya secara sistematis. Sebaliknya
pemberian air yang berlebih pada tanah yang diolah itu akan merusakkan tanaman. Jika terjadi curah hujan yang
lama yang disebabkan oleh curah hujan yang deras, maka tanah yang diolah itu akan tergenang dan dibanjiri air,
yang kadang-kadang mengakibatkan kerusakan yang banyak. Daerah-daerah yang rendah yang kurang baik
drainasenya, selalu akan tergenang air. Pada daerah-daerah demikian, pelapukan dan dekomposisi tanah tidak
berkembang, sehingga daerah itu tidak akan menjadi lingkungan yang baik untuk pertumbuhan padi. Jadi di daerahdaerah demikian, kelebihan air itu harus di drainase secara buatan dan pengeringan harus dilaksanakan secepatcepatnya.
Di daerah-daerah dengan distribusi curah hujan yang tidak merata, meskipun curah hujannya itu banyak dengan
kondisi meteorologi yang cocok untuk pertumbuhan tanaman, diperlukan juga irigasi buatan, mengingat kadar air
tanah tidak dapat dipertahankan dalam interval kadar air efektif oleh curah hujan saja. Pemberian air yang cukup
adalah faktor utama yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman mencoba mengabsorbsi
kadar air secukupnya dari tanah untuk pertumbuhan. Jadi yang terpenting untuk tanaman itu ialah bahwa kebutuhan
air
dalam
1.2
tanah
KEBUTUHAN
mencukupi.
AIR
TANAMAN
Banyaknya air yang diperlukan untuk berbagai tanaman, masing-masing daerah dan masing-masing musim adalah
berlainan. Hal ini tergantung dari beberapa faktor antara lain Jenis tanaman, sifat tanah, keadaan tanah, cara
pemberian air, pengelolaan tanah, iklim, waktu tanam, kondisi saluran dan bangunan, serta tujuan pemberian air.
1.2.1
Jenis
Tanaman
Kebutuhan air untuk berbagai jenis tanaman tidak sama, ada tanaman yang hanya memerlukan air sedikit untuk
pertumbuhannya, ada juga tanaman yang akan tumbuh dengan baik kalau tanahnya selalu digenangi air dan
pemberian airnya untuk jangka waktu tertentu harus dilakukan terus menerus seperti halnya tanaman padi sawah.
Selanjutnya ada tanaman yang sesudah menghisap air dari dalam tanah tidak memerlukan air yang mengalir diatas
tanah, dan sebaliknya ada tanaman yang tidak dapat menghisap air yang agak dalam dibawah permukaan tanah.
Pada umumnya tanah harus selalu dalam keadaan basah yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dari jenisjenis
tanaman.
1.2.2
Keadaan
Medan
Tanah
Untuk kemiringan medan tanah agak besar, air yang dialirkan diatasnya relatif akan cepat hilang mengalir ke tempattempat yang lebih rendah, dengan demikian air tidak atau kurang ada kesempatan untuk meresap ke dalam tanah
untuk membasahi tanah tersebut. Untuk pembasahan yang sama pada tanah-tanah yang kemiringannya besar akan
memerlukan
1.2.3
air
yang
lebih
banyak
Sifat
daripada
tanah
yang
datar.
tanah
Tekstur tanah mempunyai pengaruh yang besar akan kemampuan tanah di dalam menahan air, jadi akan
menentukan kapasitas kapiler tanah. Bilamana tanah mempunyai butir-butir yang seragam, jadi teksturnya
beraturan,
maka
liang
reniknya
mempunyai
volume
yang
tidak
ditentukan
oleh
besarnya
butir.
Permeabiltas tanah banyak dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, juga oleh alur-alur pembajakan, akar-akar
tumbuh-tumbuhan, lubang-lubang cacing atau keaktifan jenis makhluk yang terdapat di dalam tanah. Memelihara
permeabiltas tanah pertanian yang baik untuk sesuatu jenis tanaman akan menjamin hasil baik produksi tanaman.
1.2.4
Cara
pemberian
air
Cara pemberian air kepada tanaman yang memerlukannya akan mempengaruhi banyaknya air irigasi yang
diperlukan. Pada sistim irigasi yang baik dengan adanya saluran pembawa dan pembuang akan membutuhkan air
irigasi yang lebih banyak. Cara pemberian air secara bergiliran (rotasi) akan menghemat pemberian air irigasi dari
pada
dengan
cara
1.2.5
terus
Pengolahan
menerus.
tanah
Cara pengolahan tanah untuk tanaman merupakan hal penting yang perlu mendapat perhatian. Pengolahan tanah
untuk keperluan penanaman padi di sawah akan membutuhkan air irigasi dari pada pengolahan tanah untuk
tanaman palawija. Pada tanaman padi di sawah, banyaknya keperluan air irigasi untuk pengolahan tanah adalah
yang paling besar dan banyaknya air pada masa pengolahan tanah ini yang paling menentukan didalam
perhitungan-
perhitungan
kapasitas
1.2.6
saluran.
Iklim
Banyaknya hujan yang turun mempengaruhi besarnya air irigasi yang diperlukan untuk tanaman. Apabila tinggi hujan
cukup dan selang waktunya sesuai keperluan air untuk pertumbuhan tanaman, maka air irigasi yang diperlukan
dipengaruhi pula oleh suhu (temperature), lamanya penyinaran matahari, kelembaban udara, serta kecepatan angin.
1.2.7
Waktu
Penanaman
Pada musim hujan air yang diperlukan akan lebih sedikit dari pada waktu musim kemarau. Pada perhitungan
banyaknya air irigasi, hujan yang diperhitungkan adalah hujan efektif, yang akan dijelaskan kemudian. Waktu
menanam mempengaruhi besarnya kebutuhan air irigasi, termasuk pula sistem pemberian air irigasi, apakah secara
terus menerus atau dengan rotasi dalam pemberian air ke lahan-lahan pertanian, sehingga pemberian air tidak
serentak secara bersamaan akan tetapi diberikan secara bergiliran bagian demi bagian dengan selang waktu
tertentu.
1.2.8
Keadaan
saluran
dan
bangunan
Bilamana keadaan saluran dan bangunan irigasi dalam keadaan kurang baik, maka akan terjadi banyak kehilangan
air baik karena rembesan maupun kebocoran, sehingga akan mempengaruhi besarnya kebutuhan air irigasi yang
diperlukan.
1.2.9
Tujuan
Pemberian
Air
Dalam Irigasi tujuan pemberian air ada yang untuk membasahi tanah saja, ada juga yang disamping membasahi
tanah juga untuk merabuk. Kalau tujuan pemberian air tersebut disamping untuk membasahi tanah juga untuk
merabuk, maka air yang diperlukan akan menjadi lebih banyak. Untuk merabuk ini lebih banyak pemberian air akan
lebih baik apalagi bila unsur hara yang diperlukan untuk tanaman tidak terdapat didalam air irigasi.
Apabila air tersebut diperlukan juga untuk menghilangkan zat-zat garam didalam tanah yang mermbahayakan
tanaman dan untuk membersihkan air yang kotor, maka banyaknya air irigasi yang diperlukan lebih banyak.
KEBUTUHAN
AIR
KONSUMTIF
TANAMAN
(Consumtive
Use
of
Water,
CU
Yang dimaksud kebutuhan air konsumtif tanaman adalah banyaknya air yang diperlukan oleh pertumbuhan tanaman
dalam daerah yang diairi. Besarnya kebutuhan air ini tergantung dari pola tata tanam dan faktor iklim .(Kelembaban
udara,
temperature,
Perhitungan
besarnya
Cu
radiasi
kebutuhan
air
Cu
matahari,
ini
dapat
Koefisien
Et
diformulasikan
angin,
sebagai
Et.(
kecepatan
dll).
berikut
1-1
Consumtive
tanaman,
tergantung
:
)
Use
dari
jenis
tanamannya
Evapotranspirasi
Potensial
Pada gambar 1.1 dan 1.2 dapat dilihat besarnya nilai koefisien masing masing tanaman. Besarnya nilai Et sangat
tergantung dari faktor iklim. Untuk menghitung besarnya Et tersebut dapat dipergunakan metode Penman, Blaney
Criddle,
Thorn-waith.
1.3
PERKOLASI
Perkolasi didefinisikan sebagai gerakan air ke bawah dari zone tidak jenuh (antara permukaan tanah sampai ke
permukaan air tanah ) ke dalam daerah jenuh (daerah di bawah permukaan air tanah ). Perkolasi ini dipengaruhi
antara
lain
oleh:
a. Tekstur tanah, tanah dengan tekstur halus mempunyai angka perkolasi yang rendah, sedangkan tanah dengan
tekstur
b.
yang
kasar
Permeabilitas
tanah,
mempunyai
Angka
angka
perkolasi
dipengaruhi
perkolasi
oleh
yang
permeabilitas
besar.
tanah.
c. Tebal lapisan tanah bagian atas, makin tipis lapisan tanah bagian atas ini makin rendah/kecil angka perkolasinya.
Perkolasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perkolasi vertikal dan horizontal. Menurut hasil penelitian di
lapangan, perkolasi vertikal lebih kecil dari pada perkolasi horizontal, angkanya berkisar antara 3 sampai 10 kali, hal
ini terutama untuk sawah-sawah dengan keadaan lapangan yang mempunyai kemiringan besar yaitu sawah-sawah
dengan teras-teras. Akan tetapi perkolasi horizontal ini, masih dapat dipergunakan lagi oleh petak sawah
dibawahnya sehingga perkolasi horizontal tidak diperhitungkan. Di Jepang menurut hasil penelitian di lapangan,
angka-angka perkolasi untuk berbagai jenis tanah disawah dengan lapisan tanah bagian atas (top soil) lebih tebal
dari
Tabel
50
Cm
adalah
sebagai
berikut:
Perkolasi
Vertikal
(mm/hari)
Macam
Tanah
Perkolasi
Sandy
loam
Loam
Clay
Loam
Sumber
Rice
Irrigation
in
Japan,
OTCA
1973
Di Indonesia menurut penelitian di lapangan, angka perkolasi ini seperti untuk Proyek Irigasi Sempor adalah 0,70
mm/hari. Didaerah daratan pantai utara pulau Jawa dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan berkisar 1
mm/hari. Untuk menentukan besarnya perkolasi secara tepat, satu satunya cara yang diperlukan adalah dengan
mengadakan
1.4
pengukuran
PENGOLAHAN
TANAH
di
Puddling
Requirement,
lapangan.
Pd
DAN
PEMBIBITAN
Untuk penanaman padi, tanah terlebih dahulu harus diolah, untuk pengolahan tanah diperlukan air agar tanah
tersebut menjadi lembek. Banyaknya air yang diperlukan dalam periode pengolahan tanah berkisar antara 150-250
mm. Banyaknya air irigasi yang paling banyak adalah saat terjadi pengolahan tanah, apalagi bila tidak terjadi turun
hujan
atau
waktu
untuk
pengolahan
tanah
tersebut
sangat
sempit.
Pengolahan tanah pada umumnya dilakukan 20-30 hari sebelum penanaman dimulai pengolahan tanah ini dilakukan
dalam
tahap,
yaitu
pembajakan
dan
panggarukan.
Banyaknya air yang diperlukan untuk saat pengolahan tanah dapat dihitung dari rumus sebagai berikut :
Wp
Wp
(n-1)
Banyaknya
=
10
(m3).(1-2)
saat
pengolahan
untuk
Unit
tanah
pengolahan
air
tanah
pengolahan
water
(Evapotranspirasi
A
hari
Tinggi
=
air
Jumlah
(mm)
requirement
(mm)
Luas
Perkolasi)
daerah
yang
tanahnya
diolah
Banyaknya air untuk pengolahan tanah pada hari ke- X dapat dihitung dari persamaan sebagai berikut:
W
px
A/n
(x-1)
Sebagai
n
hari,
air
=
Banyaknya
Wp7
10
m3...(1-3)
contoh
Jumlah
Wp
yang
2100
air
s=200
yang
=2100/7
diperlukan
200
di
mm,
+2100
perlukan
[200
:
d=15mm/hari,
saat
x
untuk
+
870.000
15
A=
pengolahan
(7-1)/2]
pengolahan
(7-1)
10
tanah
15]
2100
Ha
tanah
5.145.000
pada
hari
.
m3
ke-7:
10
m3/hari
1.5.
PEMBIBITAN
PERSEMAIAN
(Nr)
Pekerjaan persemaian tanaman biasanya bersamaan dengan pekerjaan pengolahan tanah, tetapi karena kurang
tenaga kerja terkadang dilakukan sekitar 5 hari setelah pengolahan tanah . Untuk persemaian ini biasanya
diperlukan waktu 20-25 hari adapun luas yang diperlukan untuk persemaian pada umumnya 5% dari luas lahan.
Sedang
1.6.
kebutuhan
CURAH
air
HUJAN
untuk
persemaian
EFEKTIF
lebih
(EFFECTIVE
kurang
RAINFALL,
mm/hari.
Re
Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh selama masa pertumbuhan tanaman yang dapat dipergunakan
untuk
memenuhi
air
konsumtif
tanaman.
Cara mendapatkan Curah Hujan Efektif banyak metode yang bisa digunakan diantaranya adalah : Metode Basic
Year.
Yang
terdiri
dari
1.
Metode
Gulbel.
2.
Metode
IWAI.
3.
Hazen
Plotting.
4.
Analisa
Frekwensi.
5.
Metode
Batasan
80.
Hazen
batasannya
Plotting
sebagai
berikut
1. Curah hujan harian < 5mm dianggap tidak efektif. 2. Curah hujan antara 5 36mm dianggap efektif. 3. Curah
hujan yang berturut-turut. < 30mm dianggap curah hujan efektif. Diselinggi satu hari tak hujan masih dianggap
efektif. Apabila curah hujan yang beturut turut melebihi : Re = 30 + 6x atau CH perhitungan > Re maka CH efektif
=
CH
perhitungan.
Apabila CH berturut-turut < Re perhitungan, maka untuk CH yang diambil nilai CH berturut-turut. 1.7. EFISIENSI
IRIGASI. Harga Efisiensi Jenis Efisiensi Tanaman Padi Tanaman Lain Tingkat Tersier Pengunaan air Di salurkan
Efisiensi keseluruhan 95% 90% 85% 80% 75% 60% Tingkat Sekunder Disalurkan Keseluruhan 90% 77% 90% 54%
Tingkat Primer Di salurkan Keseluruhan 90% 70% 90% 50% BAB II PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI 2.1.
GAMBAR DAERAH RENCANA Dalam laporan ini, daerah rencana merupakan suatu daerah yang direncanakan
untuk lahan pertanian teknis. Luas daerah kurang lebih 800 Ha. Daerah rencana ini kondisi geografisnya di bagian
selatan berbukit-bukit yang merupakan daerah hulu, sedangkan di bagian utara terdiri dari tanah datar dan
bergelombang dengan perbedaan elevasi antara 1 sampai 2 meter yang luasnya berkisar 60% dari luas daerah.
Sumber air utama untuk pertanian bergantung pada kapasitas air dari kali yang di hulu yang mengalir dari bagian
selatan menuju daerah yang lebih rendah di sebelah utara. Bendung direncanakan pada daerah hulu yang
merupakan pintu pengambilan air dari kali di sebelah selatan kemudian dibawa ke saluran primer yang membagi
menjadi saluran sekunder untuk mengairi petak sekunder. Sebagian besar semua daerah dapat diairi karena
kemiringan medan yang merata dan tidak terlalu berbukit-bukit sehingga dengan bantuan gravitasi bumi (kemiringan
medan) daerah irigasi dapat terairi. 2.2. LAY OUTING 2.2.1 Umum Lay outing atau tata letak jaringan adalah
merencanakan tata letak dari saluran -saluran, bangunan-bangunan irigasi sesuai dengan kondisi geografi atau peta
kontur dari daerah yang direncanakan. Adapun langkah-langkah me-lay out adalah : a. Membuat peta, yang
didalamnya tergambar batas batas daerah yang jelas, letak sungai, bukit desa, jalan dan sebagainya. b. Menentukan
luas dari suatu daerah rencana. c. Mengetahui syarat-syarat luas daerah rencana, misalnya - Petak primer : 3000 Ha
- Petak Sekunder : 750 1500 Ha. - Petak tersier : 50 100 Ha. d. Mengetahui kondisi medan secara umum, yang
didalamnya terdapat elemen-elemen medan antara lain : hutan, kuburan, sungai, dan sarana prasarana lingkungan.
Kondisi medan ini menunjukan kemiringan medan dan ditunjukkan dengan anak panah misal : e. Mengetahui sistim
saluran, baik saluran pembawa maupun saluran pembuang. Saluran pembawa : (1) (2) (3) (4) No 1 dan 2
merupakan jaringan irigasi yang searah. No 3 adalah yang merupakan jaringan yang ideal karena ekonomis. No 4
sedapat mungkin dihindarkan karena : Pendistribusian air menjadi lambat, karena kemiringan medan tidak terlalu
besar. Kemungkinan penyerobotan air dibagian hilir. 2.2.2 Lay Out Petak Tersier a. Pendahuluan Perencanaan
teknis petak tersier harus menghasilkan perbaikan kondisi pertanian. Masalah-masalah yang diperkirakan dalam
menghalangi tujuan ini harus dikenali dan dipertimbangkan dalam pembuatan Lay out dan perencanaan jaringan
irigasi/ tersier. Untuk merencanakan lay out aspek-aspek berikut akan dipertimbangkan : Luas petak tersier Batasbatas petak tersier Bentuk yang optimal Kondisi medan Jaringan irigasi yang ada Ekaploitasi jaringan
Berhubung para petani harus mengelola sendiri jaringan tersier maka kebutuhan untuk eksploitasi dan pemeliharaan
harus dibuat minim. Pembagian harus adil, seimbang dan efisien. b. Petak Tersier Yang Ideal Petak tersier bisa
dikatakan tersier, jika masing-masing sawah milik petani telah memiliki air sendiri / pengambilan air sendiri dan dapat
membuang kelebihan langsung ke jaringan pembuang. Juga para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan hasil
perkebunan dengan peralatan mesin atau ternak mereka ke dan dari sawah melalui jalan yang ada. Untuk mencapai
pola pemilikan yang ideal dalam petak-petak sawah mereka dengan cara saling menukar bagian tertentu dari sawah
mereka atau dengan cara lain menurut tersebut di atas yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Kebalikan dari tersebut di atas adalah mempertahankan situasi yang lama, dimana hal ini perencanaan yang paling
cocok adalah memperbaiki situasi yang ada tersebut, kemudian diusahakan sedapat mungkin untuk mencapai
karateristik yang ideal misalnya : Emam sampai delapan pemilikan sawah yang ada di organisir sendiri Air
diberikan dari saluran kwarter dan kelebihan air dibuang melalui pembuangan kwarter. Pembagian air
proporsionaldengan box bagi yang dilengkapi dengan pintu guna memudahkanpembagian air secara berselang
seling ke petak-petak kwarter. c. Ukuran dan Bentuk Petak Tersier dan Kwarter Ukuran petak tersier tergantung pada
besarnya biaya eksploitasi dan pemeliharaan jaringan. Menurut pengalaman ukuran optimum suatu petaktersier
adalah 50-100 Ha, ukuran dapat ditambah sampai dengan maksimum 150 Ha jika keadaan topografi memungkinkan
demikian. Dipetak tersier yang kecil, efisiensi irigasi menjadi tinggi karena : Saluran-saluran yang lebih pendek
menyebabkan kehilangan air yang lebih sedikit. Diperlukan lebih sedikit titik pembagian air. Lebih sedikit petani
yang terlibat, jadi kerja lebih baik. Pengaturan air yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman. Perencanaan
lebih fleksibel sehubungan dengan batas-batas desa. Bentuk optimum suatu petak tergantung dari biaya minimum
pembuatan saluran, jalan dan box bagi. Apabila saluran kwarter diberi air dari saluran tersier, maka panjang total
jalan dan saluran menjadi minimum. Dengan dua saluran tersier untuk areal yang sama, maka panjang total saluran
dan jalan bertambah. Bentuk optimum petak tersier adalah bujur sangkar karena pembagian air akan menjadi sulit
pada petak tersier dalam bentuk memanjang. Ukuran petak tersier dan kwarter tergantung pada ukuran sawah,
keadaan topografi, tingkat teknologi yang ada, kebiasaan yang ada, kebiasaan bercocok tanam, biasanya
pelaksanaan dan sistim pembagian air secara efisien. Jumlah petani-petak kwarter sebaiknya tidak boleh lebih dari
30 orangagar koordinasi antara petani baik. Ukuran petak sebiknya tidak lebih boleh dari 15 Ha agar pembagian air
menjadi lebih efisien. Ukuran optimum petak kwarter adalah 8-15 Ha. kriteria umum untuk mengembangkan petak
tersier: Ukuran petak tersier 50 100 Ha. Ukuran petak kwarter 8 -15 Ha. Panjang saluran tersier lebih kecil dari
1500 m. Jarak antara saluran kwarter dan pembuang kurang dari 300 m. d. Batas Petak Batas-batas petak tersier
didasarkan pada kondisi topografi. Daerah tersebut hendaknya diatur sebaik mungkin, sehingga petak tersier dalam
satu daerah administrasi desa agar eksploitasi jaringan lebih mudah. Jika ada dua desa pada petak tersier yang
sama diajurkan untuk membagi petak menjadi dua sub petak tersier yang berdampingan sesuai dengan arah desa
masing-masing. Batas-batas petak kwarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan saluran pembuang yang
memotong kemiringan medan dan saluran irigasi tersier, pembuang tersier atau yang mengikuti kemiringan medan.
e. Identifikasi Daerah-daerah Yang Dialiri Dibeberapa petak tersier pada bagian-bagian yang tidak dialiri karena
alasan-alasan tertentu, misalnya : Tanah tidak cocok untuk tanaman pertanian Muka tanah terlalu tinggi Tak ada
petani penggarap Tergenang air Harus dicek apakah daerah-daerah ini tidak diairi selamanya, atau untuk
sementara waktu saja,jika sudah jelas tidak ditanami damasa yang akan dating,maka derah itu ditandai pada petak
dan tidak ada fasilitas irigasi yang akan diberikan. Kecocokan tanah di seluruh daerah dipelajari dan dibuat rencana
optimalisasi pemanfaatan air irigasi yang tersedia. Berdasarkan hasil penilaian ini dapat diputuskan apakah akan
dibuat jaringan tersier atau tidak. f. Trase Saluran Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan trase
saluran ini yaitu : 1. Daerah yang sudah diairi 2. Daerah yang belum diairi Dalam hal mana yang pertama, trase
saluran kurang lebih sudah tetap, tetapi saluran-salurannya perlu ditingkatkan atau diperbesar disini sedapat
mungkin trase saluran akan mengikuti yang ada. Jika daerah baru akan dibangun maka kriteri umum yang diberikan
di bawah ini akan sangat membantu. Aturan yang akan sebainya diikuti daerah baru adalah menetapkn lokasi
saluran pembuang terlebih dahulu, ini biasanya sudah ada di daerah tadah hujan. 3.2.3 Lay Out Jaringan Irigasi
Saluran irigasi tersier adalah saluran pembagi yang membawa air dan mengambil air dari bangunan sadap melalui
box atau sampai box terakhir, pada tanah terjal saluran mengikuti kemiringan medan, sadangkan pada tanah
bergelombang atau datar saluran mengikuti kaki bukit atau tempat-tempat yang tinggi. Box kwarter akan
memberikan air ke saluran saluran kwarter. Saluran-saluran kwarter adalah saluran saluran bagi, umumnya dimulai
dari box sampai ke saluran pembuang. Panjang maksimum yang diijinkan adalah 500m karena jika ada suatu hal
yang istimewa. Didasarkan di daerah yang terjal saluran kwarter biasanya merupakan saluran garis tinggi yang tidak
memerlukan bangunan terjun, jika hal ini tidak mungkin maka saluran kwarterbiasanya dibuat mengalir mengikuti
kemiringan medan dangan menyediakan bangunan terjun rendah yang sederhana. Pada tanah yang bergelombang
saluran kwarter mengikuti kaki bukit atau berdasarkan berdampingan dengan saluran tersier. Bangunan ditempatkan
di ujung saluran irigasi kwarter yang bertemu pada saluran pembuang dan berfungsi untuk mencegah agar debit
kecil tidak terbuang pada ujung saluran pembuang. Didaerah terjal, saluran kwarter juga diperoleh untuk di pakai
sebagai saluran pembuang kwarter. 3.2.4 Lay Out Saluran Pembuang Saluran pembuang intern harus sesuai
dengan kerangka kerja saluran primer. Jaringan tersier dipakai untuk : Mengeringkan sawah. Membuang
kelebihan air hujan Membuang kelebihan air irigasi. Saluran pembuang kwarter biasanya berupa saluran buatan
yang merupakan garis tinggi pada medan terjal atau alur alami kecil medan yang bergelombang. Kelebihan air
ditampung langsung dari sawah di daerah atas atau searah saluran pembuang cacingan di daerah sawah. Saluran
tersier menampung air dari saluran pembuang kwarter sering merupakan batas antara petak-petak tersier. Saluran
pembuangan tersier biasanya merupakan saluran yang mengikuti kemiringan medan.diusahakan agar saluran irigasi
dan pembuang tidak saling bersebelahan karena saluran pembuang dapat mengikis dan merusak saluran irigasi,
jika hal ini tidak mungkin dan kalau ada kemiringan hidrolis antara saluran irigasi akan banyak mengalami
kehilangan air akibat rembesan dan kemungkinan bisa runtuh. Jarak antara saluran irigasi dan pembuangan
hendaknya cukup jauh agar kemiringan hidrolis tidak kurang. Berikut ini diberikan paduan untuk menentukan trase
saluran baru atau saluran tambahan : Sedapat mungkin ikuti batas-batas sawah. Rencanakan saluran irigasi
pada punggung medan dan saluran pembuangan pada daerah lembah / depresi. Hindari persilangan dengan
salura pembuangan. Saluran irigasi sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan. Saluran irigasi tidak boleh
melewati petak-petak tersier yang lain. Hindari pekerjaan tanah yang besar. Batasi jumlah bangunan. Batasbatas petak tersier-tersier dan kwarter, batas-batas tiap sawah, batas-batas desa danindekasi daerah yang bisa
diairi dan yang tidak bisa diairi. Saluran-saluran primer, sekunder, tersier primer serta saluran pembuang. Semua
bangunan termasuk indikasi type bangunan seperti box tersier, gorong-gorong, jembatan dll. Jalan-jalan inspeksi
dan jalan petani. Sistim tata nama (nomenklatur) saluran pembuang dan bangunan. Ukuran petak tersier dan
masing-masing petak kwarter. 2.3. SKEMA JARINGAN IRIGASI Skema jaringan irigasi merupakan bagian dari tahap
perencanaan irigasi yang berupa tentang jalannya air dari pembendungan, dibawa oleh saluran pembawaprimer,
sekunder, tersier, dan kwarter sampai pada laha yang diairi. Dalam skema jaringan juga luas tiap-tiap petak tersier,
disertai pula nomen klatur, dari setiap saluran dan bangunan yang ada. Keterangan lain dapat dilihat pada skema
jaringan irigasi yang dibuat pada laporan ini. 2.4. PETAK TERSIER PERCONTOHAN Petak tersier adalahpetak
dasar dari jaringan irigasi. Petak ini merupakan bagian dari daerah yang mendapat air irigasi dari bangunan sadap
tersier dan dilayani oleh satu jaringan irigasi (jaringan tersier). Petak tersier dibagi-bagi menjadi petak-petak kwarter.
Petak sub tersier diterapkan hanya apabila petak tersier berada di dalam daerah administrasi yang meliputi dua desa
atau lebih. Jaringan tersier terdiri dari : Jaringan Bagi : Saluran dan bangunan yang membawa dan membagi air
dari bangunan sadap tersier ke petak kwarter (saluran tersier). Jaringan Pemakai : Saluran dan bangunan yang
membawa air dari bangunan bagi ke petak sawah. Jaringan Pembuang : Saluran dan pembangun yang membuang
kelebihan air dari petak sawah ke saluran pembuang. Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier
pada jaringan utama ke petak kwarter. Batas-batas ujung tersier dalam box bagi kwarter yang terakhir, Para petani
tidak diperkenakanmengambil dari saluran tersier. Saluran pembawa membawa air dari box bagi kwarter melalui
lubang sadap sawah atau saluran cacingan ke sawah-sawah. Jika pemilikan sawah terletak lebih dari 5m dari
saluran kwarter, saluran kwarter sebaiknya berakhir di saluran pembuang agar air irigasi yang terpakai dapat
dibuang supaya tidak tergerus, diperlukan bangunan akhir. Box kwarter hanya membagi air irigasi antara saluran
kwarter dan saluran tersier. Saluran pembuang kwarter terletak di dalam petak tersier untuk menampung air
langsung dari sawah dan membuang air itu ke saluran pembuang tersier. Saluran pembuang tersier terletak di
antara petak-petak tersier dari jaringan irigasi sekunder yang sama, serta menampung air dari saluran pembuang
kwarter maupun langsung dari sawah. BAB III PERENCANAAN SALURAN IRIGASI Umum Untuk membawa air dari
sumbernya hingga ke petak tersier sawah diperlukan adanya saluran irigasi. Saluran-saluran itu adalah saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Sedangkan air yang tidak berguna bagi tanaman
dibuang melalui saluran pembuang ( Drainase ). Dengan dibuatnya saluran pembuang itu, diharapkan tidak terjadi
genangan pada petak-petak sawah yang dapat berakibat mati atau menurunnya produksi tanaman. Pada masingmasing saluran diatas dilengkapi dengan berbagai macam bangunan yang berfungsi untuk mempermudah air pada
saluran yang lebih kecil, atau pada petak sawah. Berdasarkan hal diatas dapat diartikan bahwa seluruh saluran
beserta bangunannya dalam suatu daerah irigasi disebut jaringan irigasi. Adapun yang dimaksud bangunan irigasi
disini adalah : 1. Bangunan Utama 2. Bangunan Persilangan 3. Bangunan Bagi 4. Bangunan Sadap 5. Bangunan
Pengatur Muka 6. Bangunan Pengukur Debit dan lain-lain. Kriteria dan kemantapan perencanaan teknis dari suatu
saluran dalam suatu jaringan irigasi teknis mutlak diperlukan, oleh karena yang dimaksud dengan saluran disini
adalah yang mampu menahan erosi. Analisa teknis perencanaan dimensi yang perlu dilakukan antara lain : 1. Tipe
Saluran yang paling cocok 2. Efisiensi Hidrolis 3. Metode pelaksanaan yang paling efektif dan efisien 4. Ekonomis
Untuk menunjang perencanan teknis tersebut, maka faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan
saluran adalah : 1. Macam material yang membentuk tubuh saluran untuk menentukan koefisien kekerasan. 2.
Kecepatan aliran minimum yang diijinkan agar tidak terjadi pengendapan apabila air mengandung Lumpur dan sisa
kotoran. 3. Kemiringan dasar dan dinding saluran. 4. Tinggi jagaan (free board) 5. Penampung yang paling efisien,
baik hidrolis maupun empiris Perlu diperhatikan pula alternatif pemilihan bangunan pelengkap dalam saluran, tanpa
mengabaikan keempat analisa teknis diatas. Terkadang dalam perencanaan ini jarang dilakukan sistem coba
banding alternatif, untuk memperoleh perencanaan yang optimal. Dengan memperhitungkan faktor-faktor tersebut
diatas diharapkan kita akan mendapatkan suatu saluran yang betul-betul mampu membawa debit yang kita
rencanakan dari bangunan pengambilan utama sampai ke tempat yang memerlukan air tersebut, tanpa
menimbulkan efek yang kurang baik terhadap daerah yang dilewatinya, misalnya banjir. Dalam jaringan irigasi
dibedakan menjadi beberapa macam saluran pembawa sesuai dengan fungsinya : Saluran Primer : Membawa air
dari bangunan utama sampai bangunan terakhir. Saluran Sekunder : Membawa air dari bangunan bagi pada saluran
primer sampai bangunan bagi atau sadap akhir. Saluran Tersier : Saluran yang berfungsi mengairi suatu petak
tersier yang mengambil airnya dari saluran sekunder maupun primer. Saluran Kwarter : Saluran dari mana sawah
mengambil air secara langsung. 3.1 MACAM-MACAM SALURAN Berdasarkan material yang membentuk tubuh
saluran macamnya saluran adalah sebagai berikut : 3.1.1 Saluran Tanah Saluran tanah sudah umum dipakai untuk
saluran irigasi, karena biayanya jauh lebih murah jika dibandingkan dangan saluran pasangan. Sedangkan kapasitas
dari saluran tersebut ditentukan oleh luas area (A), angka pemberian (q) dan koefisien lengkung tegal (c). kecepatan
minimum V = 0.25 m/det. Lebar dasar minimum b = 0.30m, sedangkan kriteria perbandingan b dan h, freeboard,
kecepatan air, kemiringan talud tergantung pada debit yang dibawa oleh saluran tersebut. 3.1.2 Saluran Pasangan
Saluran ini dibuat apabila talud mudah longsor, tanahnya porous dan mengandung zat-zat yang merusak atau
merugikan tanaman, hewan maupun manusia. Bahannya dapat dibuat dari pasangan batu, beton, aspal maupun
blok-blok batu. Kecepatan maksimum bahan : 1. pasangan batu V = 2.0m/det 2. beton V = 3.0m/det Kemiringan
talud bisa dibuat lebih tegak dari saluran tanah. 3.1.3 Saluran Terowongan (TUNNEL) Saluran Tertutup Terowongan
dibuat apabila penggalian saluran terlalu dalam ( > 15 m ) ataupun bila saluran melalui batuan keras. Sedangkan
saluran tertutup dibuat apabila tanggul saluran mudah longsor dan juga dalam keadaan dimana saluran berada
dibawah
muka
air
tanah
maksimum
dihilir
bendung.
Dinding saluran bisa menggunakan pasangan batu atau beton, bentuk saluran disesuikan dengan kondisi medan.
Kecepatan air = 3 m/det. Apabila terjadi belokan, maka jari-jari lengkungnya dibuat sebesar mungkin.
Susunan
saluran
Eksploitasi atau jaringan irigasi, sekema jalannya air dari sungai atau sumber air dapat disusun sebagai berikut :
a.
Bangunan
pengambilan
Merupakan salah satu jenis bangunan utama disisi sungai yang berfungsi memberikan air irigasi yang dibutuhkan.
Bangunan pengambilan ini bisa berupa Free Intake atau bendung, dan pemilihanya tergantung pada tinggi
rendahnya
muka
air
b.
sungai.
Bangunan
pembawa
Adalah saluran yang berfungsi membawa air dari bangunan utama sampai ketempat yang memerlukan. Saluran
pembawa
ini
berupa
Saluran
primer
Saluran
sekunder
Saluran
tersier
Saluran
kwarter
Untuk daerah irigasi dimana diperkirakan air irigasinya banyak membawa Lumpur, kemungkinan diperlukan
bangunan yang disebut pengendap lumpur atau kantong Lumpur. Bangunan ini adalah bagian dari saluran primer di
hilir, bangunan pengambilan memberi kesempatan bagi Lumpur yang kasar memperhalus untuk mengendap. Pada
waktu-waktu
tertentu
saluran
ini
c.
dikuras
secara
hidrolis
atau
mekanis.
Bangunan
Bagi
Adalah bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-saluran sekunder atau pada
saluran
sekunder
ke
d.
Bangunan
saluran
sekunder
lainya.
Bangunan
yang
terletak
pada
saluran
e.
primer
sadap
atau[un
sekunder
yang
memberi
Bangunan
air
saluran
tersier.
Box
Fungsi dari bangunan box tersier atau kwarter untuk membagi air ke saluran kwarter atau langsung ke sawah.
3.2
BENTUK
SALURAN
Bentuk penampang saluran direncanakan yang paling efisien, baik secara hidrolis maupun empiris. Penampang
saluran
tersebut
bisa
berbentuk
Segitiga
Segiempat
Trapezium
Setengah
lingkaran
Ellips
Dan
sebagainya
Pemilihan bentuk penampang saluran berdasarkan pada bentuk penampang yang ekonomis dan mampu untuk
membawa debit rencana. Syarat dari penampang ekonomis tersebut adalah bahwa penampang basah dari saluran
minimum.
3.3
TEORI
PERENCANAAN
SALURAN
3.3.1
Rumus
de
Chrezy
R.S
Dimana
Kecepatan
aliran
Jari-jari
hidrolis
Kemiringan
Kecepatan
Jari-jari
tahanan
m/det
(
aliran
Faktor
fps
ft
kemiringan
aliran,
Kekasaran
;
dasar
tergantung
saluran
dari
rata-rata
hidrolis
dasar
satuan
Viskositas
Dalam
mencari
Rumus
harga
Ganguilet
dapat
kulter
di
yang
gunakan
rumus-rumus
dinyalakan
dalam
sbb
satuan
:
Inggris
Dimana
n
adalah
koefisien
Rumus
Kutter,
yang
Bazin,
besarnya
sama
dinyatakan
dengan
dalam
koefisien
Manning
satuan
n.
English
(Satuan
English)
(Satuan
Matriks)
Dimana
adalah
koefisien
Tabel
Kayu
yang
yang
disemen
tidak
dalam
Tanah
dalam
0.83
1.54
dapat
dilihat
dalam
pada
table
bawah
ini
:
n
saluran
m
sangat
beton
atau
halus
bata
pasangan
bata
keadaan
baik
keadaan
keadaan
di
Kekasaran
secara
rata,
batu,
Tanah
0.21
besarnya
dasar
Pasangan
Tanah
dan
Koefisien
Macam
Kayu
kekasaran
tidak
biasa
teratur
0.11
2.36
3.17
Powell
Formula
(English)
Dimana
Re
R
angka
jari-jari
Reynold
hidrolis
VRP
ft
Roughness
density
dynamic
Tabel
viscosity
Roughness
Keadaan
Saluran
Lama
Baru
Permukaan
Saluran
bersemen
kayu
yang
Saluran
dengan
Saluran
tanah
Saluran
halus
0.0002
ridak
pasangan
0.0010
beton
lurus
tanah
rata
0.0040
dan
yang
0.0004
uniform
dikeruk
0.0017
0.0060
0.0040
0.0100
3.3.2
Manning
Rumus ini dikembangkan untuk pendimensian saluran, rumus ini diperkuat dari 170 penelitian serta data-data dari
Bazin.
Bentuk
R2/3
dari
manning
S1/2
sebagai
.English
berikut
:
Unit
R2/3
S1/2
.Matric
Unit
Dimana
kecepatan
aliran
jari-jari
hidrolis
m/det
(
kemiringan
koefisien
fps
ft
dasar
saluran
kekerasan
Manning
Karena bentuk yang sederhana serta menghasilkan suatu perhitungan yang memuaskan, maka rumus ini sangat
luas digunakan sebagai rumus aliran uniform dalam perhitungan aliran saluran terbuka. Dalam menggunakan rumus
Manning
kesulitan
yang
timbul
ialah
dalam
mnentukan
ketahanan
dari
saluran
terhadap
saluran.
Tiga orang ahli telah menentuka besarnya koefisien kekerasan Manning tersebut, yaitu COWAN, HORTON, SCOBY
dan
RAMSER.
Perhitungan
dengan
memakai
rumus
Manning
mempergunakan
Perhitungan
Perhitungan
dua
cara
yaitu
cara
cara
grafis
3.3.3
Rumus
dapat
Analis
nomogram
Rumus
ini
ditentukan
pada
tahun
1923,
Strickler
bentuknya
hampir
sama
dengan
rumus
Manning
R2/3
S1/2
Dimana
kecepatan
aliran
hidrolis
diatas
Tabel
harga
dapat
pula
K
dengan
saluran
teratur.
tangkis
licin
belah
baru.
tak
dengan
dengan
batu
umum
teratur.
dengan
sekunder
dan
plesteran
yang
tidak
tersier
pasangan
grafis
tidak
terpelihara
secara
dinding
dan
Saluran
baru
dengan
Ft
Nomogram
dinding
Saluran
induk
dengan
Saluran
saluran
memakai
untuk
dengan
Sungi
fps
kekerasan
m
Dasar
Saluran
kemiringan
Macam
Beton
Perhitungan
Saluran
m/det
koefisien
jari-jari
Saluran
Saliran
bertangkis.
=
7.5
10
baik
m3
m3
beton
papan
yang
/
/
tidak
det.
det.
diplester.
kayu.
36
38
40
43
45
47
50
60
90
Tabel
hubungan
m3
det
dan
0.5
tersier
40.
3.4
3
3.5
4
4.5
11
yang
1
2.5
Saluran
7.5
-
1.5
7.5
4.5
-
4.5
1.5
-
1.5
0.5
-
dasar
adalah
Kriteria
salurannya
kemiringan
talud
Perencanaan
lempung
b/h
Saluran
1,5
Pembawa
Yang termasuk dalam saluran pembawa seperti yang diuraikan diatas adalah : saluran primer, saluran sekunder,
saluran tersier dan saluran kwarter. Selanjutnya akan dibahas dibawah ini tentang beberapa point saluran pembawa.
3.4.1
&
3.4.2
Debit
Rencana
dan
Dimensi
Saluran
Berdasarkan perhitungan kebutuhan air pada tugas irigasi I, telah didapatkan q = 1.5 lt/dt/ha yang dijadikan patokan
perhitungan
debit
rencana
ataupun
dimensi
saluran.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui luas areal yang diairi, maka dapat ditentukan besarnya debit rencana
ataupun
dimensi
Sedangkan
a.
untuk
Didasarkan
mendimensi
pada
saluran
aliran
dipakai
seragam
saluran.
dasar-dasar
(
sebagai
uniform
berikut
flow
b. Besarnya kecepatan ditentukan berdasarkan pengalaman dari De Vos, yang dilihat pada table di bawah ini :
Debit
(Q)
m3
dt.
Kecepatan
aliran
(m/dt.)
0.15
0.25
0.30
0.15
0.30
0.30
0.35
0.30
0.40
0.35
0.40
0.40
0.50
0.40
0.45
0.50
0.75
0.45
0.50
0.75
1.50
0.50
0.55
1.50
3.00
0.55
0.60
3.00
4.50
0.65
0.70
4.50
6.00
0.70
6.00
7.50
0.70
c.
Luas
daerah
d.
Saluran
primer
irigasi
seperti
dan
pada
sekunder
3.4.3
tugas
berupa
Irigasi
pasangan
I.
batu
kali.
Kecepatan
Aliran
Kecepatan rata-rata yang diperkenankan berada antara kecepatan minimal dan maksimal atau antara 0.45 0.9 m /
det.
Tergantung
a.
b.
Pengendapan
Pengikisan
pada
Lumpur,
dasar
pada
saluran,
3.4.4
pada
tanah
(Ir.
Th.
kecepatan
minimal
kecepatan
maksimal
D.
Lumpur
aliran
Kemiringan
Kemiringan
a.
jenis
dinding
Macam
b.
Maanen,
1931
tidak
mengendap
belum
mengikis
saluran
ini
yang
Kehilangan
dasar.
dasar
saluran.
Saluran.
tergantung
pada
membentuk
air
tubuh
akibat
Geometri
:
saluran
rembesan
dari
d.
).
ke
Dinding
material
c.
air
Van
saluran
Cara
kontruksi
Ukuran saluran dengan Geometri normal USBR menggunakan angka 1 : 1 yaitu cotangen sudut lereng.
Keuntungan dari lereng ini adalah hampir cocok untuk segala macam material. Untuk saluran yang tak tahan erosi
maka penentuan pilihan kemiringan saluran ini harus diteliti secara khusus agar mendapatkan kestabilan yang
memuaskan.
3.4.5
Jagaan
Yang di maksud dengan jagaan adalah jarak dari puncak tanggul sampai tinggi muka air perencanaan.
Tujuan
a.
untuk
mencegah
Gelombang
atau
peluapan
air
fluktuasi
akibat
permukaan
air.
b. Kenaikan air pada belokan bagian cembung pada saat air mempunyai kecepatan besar serta sudut defleksi yang
besar
pula.
c. Bila air mendekati kecepatan kritis maka bila ada halangtan sedikit saja akan terjadi hydraulic jump.
d.
Sebab-sebab
alamiah
yaitu
yang
disebabkan
oleh
gerakan
air
oleh
pasang
sudut
dsb.
Tinggi jagaan ini umumnya dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan mengenai besarnya serta lokasi dari
saluran, penambahan air akibat hujan, fluktuasi permukaan air tanah, gerakan angina, karakteristik tanah, gradient
rembesan,
Untuk
persyaratan
menetapkan
mengenai
tinggi
jalan
jagaan
serta
dapat
Tabel
bahan-bahan
dilihat
pada
atau
material
table
setempat.
dibawah
Tinggi
Debit
Saluran
Saluran
tersier
Saluran
sekunder
Jagaan
=
Q
(m)
0.5
0.30
0.5
0.40
induk
dan
0.5
Jagaan
(m3/dt.)
Saluran
ini
sekunder
1
0.50
0.60
0.60
0.60
0.60
10
0.75
10
25
25
0.75
-
1.00
100
1.00
3.4.6
Tanggul
Lebar tanggul saluran irigasi dibuat sedemikian rupa hingga dapat dilalui orang. Dan lebar tanggul tidak diberi
lapisan. Yang dimaksud lapisan ini adalah lapisan untuk penempatan mesin-mesin untuk pembuatan lapisan keras
yang
tebalnya
Syarat
1.00
sampai
teknis
berkisar
Lebar
minimum
minimum
dasar
saluran
meter.
Saluran
Kecepatan
Lebar
2.00
dasar
(
Kwarter
saluran
)
Kedalaman
0,2
=
m/det
0,3
saluran
m
h
3.5
Perhitungan
Perencanaan
Luas
Saluran
Irigasi
lahan
A1
14,95
Ha
A2
14,29
Ha
B1
11,16
Ha
B2
12,19
Ha
C1
14,22
Ha
C2
14,40
Ha
D1
10,58
Ha
D2
13,46
Ha
Menentukan
kapasitas
Perhitungan
rencana
dimensi
dan
saluran
dimensi
dasar
menurut
syarat
saluran
minimum
Asumsi
B
Bmin
A
0,3
(2B
2H)
(2H
2H)
2
A
2
A
2H2
Amin
=
=
m2
0,2
0,18
m/dt
Vmin
0,2
0,036
saluran
2B2
(0,3)2
Amin
=
Untuk
2
0,18
Vmin
Qmin
m3/dt
a1
Luas
Area
yang
diairi
Q
=
akan
14,95
1,5
=
1,5
lt/dt/ha
14,95
Ha
Ha
A
22,425
lt/dt
karena nilai Q dari saluran a1 lebih kecil dari Qmin, maka Q yang diperlukan untuk saluran a1 adalah Qmin yaitu
sebesar
0,036
m3/dt
atau
Perhitungan
36
lt/dt.
Dimensi
Untuk
saluran
Diambil
dengan
Qmin
perbandingan
Saluran
=
36
(2B
lt/dt
1,5
2H)
2
A
(2
1,5H
2H)
2
A
2,5H2
1,5H
2H
+
(m2
2H
(12
2,5H2
1)
Dimana
4,328H
A
K
A
S
0,58H2/3
3,354H2
=
=
S1/2
R2/3
dan
*
30
(30
R2/3
(K
=
2,5H2
0,036
H
0,58H
0,036
1)
4,328H
0,036
*S1/2)
=
*
0,0021/2
0,0021/2)
(0,58H)2/3
1,945H8/3
(0,036/1,945)3/8
0,224
1,5H
1,5
0,224
0,336
Cek
terhadap
Vmin
*R2/3
30
30
0,344
*
*
m/dt
0,58H2/3
(0,58
Saluran
x
>
area
A1
A2
14,95
14,29
B1
11,16
1,50
m/dt
T1
14,22
C1
C2
14,40
10,58
+
+
D1
13,46
0,15788
105,25
Ha
m3/dt
:
(2B
D2
Ha
Saluran
perbandingan
105,25
lt/dt
Dimensi
OK
diairi
Perhitungan
0,0021/2
157,88
Diambil
akan
B2
12,19
0,0021/2
0,2
yang
S1/2
0,224)2/3
Bs
Luas
1,5
2H)
2
A
(2
1,5H
2H)
2
A
1,5H
P
R
2,5H2
2H
(m2
2H
(12
=
=
1)
1)
4,328H
A
2,5H2
/
/
P
4,328H
=
Q
0,58H
=
Dimana
0,15788
(K
K
=
*S1/2)
=
0,582/3
S1/2
R2/3
dan
(30
0,0021/2
0,0021/2)
3,354H2
0,15788
(0,58H)2/3
1,945H8/3
(0,15788/1,945)3/8
0,390
1,5H
1,5
0,390
0,585
Cek
terhadap
Vmin
=
=
30
0,498
*
*
0,58H2/3
(0,58
m/dt
Saluran
x
>
area
B1
+
+
12,19
1,50
C1
14,22
OK
T2
+
14,40
diairi
C2
+
10,58
D1
13,46
lt/dt
76,01
Ha
1,5
D2
m3/dt
Saluran
(2B
Ha
0,11402
76.01
=
perbandingan
0,0021/2
akan
Dimensi
m/dt
Perhitungan
0,0021/2
114,02
Diambil
0,2
yang
B2
S1/2
0,390)2/3
T1
Luas
*R2/3
30
11,16
30
2,5H2
0,15788
R2/3
2H)
H
H
2
A
(2
1,5H
2H)
2
A
2,5H2
1,5H
2H
+
(m2
2H
(12
1)
1)
4,328H
2,5H2
4,328H
0,58H
Dimana
0,11402
A
K
A
=
*S1/2)
=
0,582/3
0,0021/2
0,0021/2)
3,354H2
(0,58H)2/3
1,945H8/3
(0,11402/1,945)3/8
0,345
1,5H
1,5
0,345
0,518
Cek
terhadap
Vmin
=
=
30
0,459
*
*
m/dt
0,58H2/3
(0,58
Saluran
x
>
area
C1
0,2
1,50
78,99
m/dt
0,0021/2
10,58
q
13,46
=
52,66
+
*
x
lt/dt
diairi
D1
OK
T3
akan
C2
14,40
0,0021/2
yang
S1/2
0,345)2/3
T2
Luas
*R2/3
30
S1/2
R2/3
dan
(30
0,11402
14,22
30
2,5H2
R2/3
(K
0,11402
0,07899
D2
52,66
Ha
A
Ha
m3/dt
Perhitungan
Dimensi
Diambil
Saluran
perbandingan
(2B
1,5
2H)
2
A
(2
1,5H
2H)
2
A
2,5H2
1,5H
2H
+
(m2
2H
(12
1)
1)
4,328H
2,5H2
4,328H
0,58H
Dimana
0,07899
A
K
A
=
2,5H2
0,07899
R2/3
(K
K
=
*
*
30
(30
R2/3
dan
*S1/2)
=
0,582/3
S1/2
0,0021/2
0,0021/2)
3,354H2
0,07899
(0,58H)2/3
1,945H8/3
(0,07899/1,945)3/8
0,301
1,5H
1,5
0,301
0,452
Cek
terhadap
Vmin
30
30
0,419
*R2/3
*
*
m/dt
0,58H2/3
(0,58
x
>
S1/2
0,301)2/3
0,2
m/dt
0,0021/2
*
0,0021/2
OK
Saluran
T3
Luas
area
yang
T4
akan
D1
diairi
10,58
13,46
1,50
D2
=
24,04
36.06
m3/dt
Saluran
perbandingan
Ha
0,03606
Dimensi
Diambil
24,04
lt/dt
Perhitungan
Ha
(2B
1,5
2H)
2
A
(2
1,5H
2H)
2
A
2,5H2
1,5H
2H
+
(m2
2H
(12
2,5H2
Dimana
4,328H
A
K
A
=
2,5H2
30
(30
dan
0,582/3
3,354H2
*S1/2)
=
*
0,0021/2
0,0021/2)
(0,58H)2/3
1,945H8/3
(0,03606/1,945)3/8
0,224
S1/2
R2/3
R2/3
(K
K
=
0,03606
1)
0,58H
0,03606
0,03606
1)
4,328H
=
1,5
1,5H
x
0,336
0,224
m
Cek
terhadap
Vmin
30
30
0,344
Tabel
*R2/3
*
0,58H2/3
(0,58
m/dt
x
>
S1/2
0,224)2/3
0,2
m/dt
0,0021/2
*
Dimensi
4.1
OK
Saluran
BAB
KRITERIA
0,0021/2
IV
DESAIN
BANGUNAN
DALAM
SALURAN
IRIGASI
UMUM
Pada dasarnya pendistribusian air irigasi tidak bisa langsung dimanfaatkan oleh sawah atau yang membutuhkan
lainnya. Hal itu disebabkan oleh kondisi medan yang tidak memungkinkan, sehingga diperlukan bangunanbangunan
irigasi
supaya
air
dapat
dimanfaatkan
oleh
yang
membutuhkannya
separti
para
petani.
Bangunan irigasi tersebut mulai dari pintu pengambilan sampai pada saluran kwarter dimana sawah mengambil
airnya. Sedang macam-macamnya bangunan irigasi tersebut sudah disinggungpada bab terdahulu, dan bab ini akan
dijelaskan
mengenai
4.2
difinisi
tiap
macam
PINTU
konstruksi
dan
kritiria
PENGAMBILAN
perencanaannya.
INTAKE
Dibangun untuk dapat mengatur banyaknya air yang masuk saluran sesuai dengan yang dibutuhkan dan menjaga
air banjir tidak ke dalam saluran. Ukuran pintu pengambilan dihitung berdasarkan debit maxsimum yang akan
dialirkan ke dalam saluran primer, dengan rumus pengaliran untuk ambang lebar dan sempurna. Pintu ini dari jenis
pintu
sorong.
Adapun
Q
rumus
=
yang
b
digunakan
adalah
Dimana
Q
)
:
debit
saluran
primer
m3
det
lebar
0,85
pintu
tinggi
bukaan
tekan
9.81
4.3
pintu
tinggi
)
m
0.05
det2
BANGUNAN
BAGI
Prinsip bangunan bagi adalah untuk membagi air dari saluran primer / sekunder ke saluran sekunder / tersier.
Bangunan bagi dilengkapi dengan pintu dan alat ukur. Waktu debit kecil, muka air akan turun. Pintu diperlukan untuk
menaikan kembali muka air sampai batas yang diperlukan. Pintu ini dibuat pada bagian saluran yang menembus.
Pada cabang saluran dibangun alat ukur guna mengukur debit yang akan dialirkan melalui saluran yang
bersangkutan
sesuai
4.4
dengan
kebutuhan
BANGUNAN
air
irigasi
di
sawah
PENGATUR
yang
MUKA
akan
diairi.
AIR
Bangunan ini bersifat mengatur muka air di saluran pada elevasi yang dikehendaki. Termasuk disini adalah
bangunan yang karena medan yang terjal harus dibuat terjunan, got miring. Sejak tahap perencanaan sudah diduga
perlu
Bangunan
adanya
pelimpah
maupun
yang
akan
diatur
dalam
eksploitasi.
Terjun
Bila kemiringan lapangan lebih besar dari pada kemiringan saluran irigasi yang telah ditentukan maka saluran harus
dibagi dalam beberapa ruas, yang satu dengan yang lainnya. Bangunan terjun ini dibagi 2 jenis yaitu :
a.
Bangunan
terjun
Bentuk
lurus
hidrolis
(tegak)
dan
kritiria.
Bangunan terjun dengan tegak sering dipakai pada saluran induk dan sekunder, bila tinggi terjun tidak terlalu besar.
Tinggi terjun maks. 1,5 m untuk Q < 2,5 m3 / dtk. Tinggi terjun maks. 0,75 m untuk Q > 2,5 m3 /dtk.
Pada
umumnya
bangunan
terjun
tegak
dipakai
untuk
tinggi
terjun
maks.
Perhitungan
m.
hidrolis
Lebar
Bukaan
Efektif
Q
B
1,71
H2/3
V12
H
h1
2*g
Dimana
lebar
H
V1
debit
tinggi
kecepatan
air
m3
di
saluran
Tinggi
a
=
)
hulu
m
/
dtk
Q2
)
)
Hilir
Ambang
dc
di
hulu
hulu
dtk
=
energi
air
di
garis
muka
m
(
tinggi
efektif
koefisien
H1
bukaan
dc
B2
dimana
dc
Q
tinggi
ambang
kedalaman
debit
air
rencana
lebar
kritis
dtk
m3
bukaan
hilir
/
(
Panjang
=
c1
Olakan
*
dc
0,25
dc
c1
dc
=
2,5
1,1
0,7
b.
Bangunan
1.
Terjun
Bentuk
Miring
hidrolis
dan
kritiria.
Untuk tinggi terjun > 2,00 m dipakai bangunan terjun dengan bidang miring, lazimnya dipakai tipe vlugter.
2.
Perhitungan
a.
Tinggi
Ho
hidrolis
air
diatas
1,17
mercu.
)2/3
Dimana
Ho
tinggi
air
diatas
debit
koefisien
1,2
lebar
Kedalaman
aliran
b.
mercu
dan
=
mercu
ruang
olakan
1,1
Dimana
kedalaman
panjang
ruang
ruang
jari
garis
Tinggi
olakan
jari
hidrolis
kehilangan
tinggi
c.
olakan
energi
dan
0,15
tekanan
terhadap
lebar
(
ambang
mercu
hilir
)
1/2
2a
dimana
tinggi
ambang
hilir
lebar
ambang
hilir
4.5
Siphon
Direncanakan untuk membawa air irigasi yang mana muka air hanya sedikit lebih tinggi dari muka air di sungai
ataupun permukaan jalan raya, jalan kereta api, sehingga harus dilewatkan melalui bawah dengan siphon dengan
aliran
yang
a.
bersifat
Bentuk
tertekan.
Hidrolis
Pengaliran
dan
pipa
yang
Kritiria
terisi
penuh.
- Siphon dibuat dengan persilangan tegak lurus tegak lurus terhadap sungai maupun jalan raya dan kereta api,
supaya
-
siphon
Pipa
tidak
dibuat
terlalu
persegi
panjang
empat
atau
bulat.
- Kecepatan tidak terlalu besar agar kehilangan tekanan tidak terlalu besar yang bisa mengurangi areal yang diairi.
- Kecepatan juga tidak terlalu kecil supaya tidak terjadi pengendapan dan penyumbatan pada pipa.
-
Kecepatan
Ukuran
aliran
minimum
dalam
pipa
siphon
diambil
berkisar
0,70
antara
m
demi
1,5
untuk
kepentingan
dtk.
inspeksi.
Pipa
Untuk
pipa
siphon
yang
hilir
papa
Bagian
Bagian
dibuat
pemasukan
besar
dari
umumnya
dibuat
dilengkapi
segi
kemiringan
dengan
b.
empat,
tidak
saringan
dan
dari
lebih
untuk
tumbuk.
beton
dari
menahan
bertulang.
kotoran-kotoran
Perhitungan
Q
Q
dibuat
beton
=
=
2g
+
2g
fi
A
fi
pipa
fm
persegi
fm
)1/2
fLS/4
:
debit
f1
fm
diameter
koefisien
kehilangan
total
L
=
beda
koefisien
T.
tekanan
antara
siphon
pemasukan
dan
pengeluaran
keliling
Untuk
pemasukan
kehilangan
pada
panjang
M.
pipa
tekanan
luas
kehilangan
basah
penampang
tekanan
dapat
basah
disebabkan
oleh
a.
Geseran
hf
=
=
f
124,5
f
f
=
=
*
n2
1,5
29
/
(
n2
1,5
L/D
v2
d4/3(
pipa
0,01989
/
(
bulat
R4/3
pipa
0,001989
0,0005078
2g
),
atau
0,0005078/D
persegi
/
dimana
hf
fL/D
Dimana
besar.
Hidrolis
),
atau
4R
)
:
kehilangan
=
tekanan
faktor
karena
kehilangan
geseran
tekanan
panjang
siphon
kecepatan
siphon
diameter
siphon
jari-jari
hiidrolis
n
b.
koefisien
kekasaran
manning
Pemasukan
hi
fi
fi
v2
1/u2
2g
dimana
hi
kehilangan
fi
v
hs
0,8
=
=
tekanan
pada
faktor
kecepatan
*
pemasukan
kehilangan
pada
-0,9
siphon
sin
tekanan
saringan
t/b
(screen
4/3
Vi
dimana
=
koefisien
batang
persegi
saringan
bulat
2.42
=
=
kemiringan
tebal
jarak
hb
1.79
sudut
kecepatan
=
di
fb
tergantung
fc
batang
saringan
bersih
saringan
saringan
v2
besarnya
belokan
/
sudut
Saluran
=
saringan
hulu
*
pada
c.
hc
/2g
:
fb
2g
belokan
Transmisi
ke
v22
Siphon
v12
dimana
2g
:
fc
0,15
0,20
v2
kecepatan
pada
siphon
v1
kecepatan
pada
saluran
d.
hd
Saluran
=
fd
ke
v12
Saluran
v22
dimana
2g
:
fd
0,25
0,3
v1
kecepatan
pada
siphon
v2
kecepatan
pada
saluran
Total kehilangan tekanan h harus = 10% lebih kecil dari pada perbedaan muka air tanah pemasukan dan
pengeluaran
yang
tersedia.
dari muka air maksimum si sungai supaya aman dari benda-benda kasar yang hanyut di sungai. 2. Perhitungan
Hidrolis Q = bh 2 g ( Z + v2 / 2g ) V = k R 2/3 I 1/2 Dimana : b = lebar talang h = tinggi talang Z = kehilangan
tekanan k = koefisien kekasaran R = jari-jari hidrolis I = kemiringan memanjang talang Koefisien kekasaran Material
k Kayu Beton Besi 60 70 80 4.7 Gorong-gorong Adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air ( saluran
irigasi atau pembuang ) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), bawah jalan kereta api. Pada goronggorong aliran bebas = Benda-benda hanyut dapat lewat dengan mudah, biaya mahal. Pada gorong-gorong
tenggelam = seluruh potongan melintang berada dibawah permukaan air, biaya relative murah, bahaya tersumbat
lebih besar. Kritiria Perencanaan : 1. Kecepatan yang dipakai tergantung pada jumlah kehilangan energi yang ada &
geometri lubang masuk dan keluar. 2. Kecepatan diambil = 1,5 m / dtk gorong-gorong saluran untuk irigasi, dan 3,0
m / dtk gorong-gorong untuk saluran pembuang. 3. Diameter minimum di saluran primer 0,60 m ( gorong-gorong
lingkaran ) 4. Gorong-gorong segi empat dibuat dari beton bertulang atau dari pasangan batu dengan pelat beton
bertulang sebagai penutup. Kehilangan tinggi energi untuk gorong-gorong yang mengalir penuh. 1. Gorong-gorong
pendek ( L < 20m ) Q = A 2gz Dimana : Q = debit ( m3 / dtk ) = koefisien debit A = luas pipa ( m2 ) G = 9,8 m /
dtk2
Kehilangan
kehilangan
tinggi
masuk
energi
H
pada
gorong-gorong
masuk
masuk
2.
Gorong-gorong
Va
>
20
m
)2
2g
Kehilangan
akibat
gesekan
Hf
Cf
V2
V2
2g
C2R
Kehilangan
keluar
keluar
DALAM
keluar
Va
)2
2g
TABEL
HARGA-HARGA
Tinggi
dasar
dibangunan
GORONG-GORON
Sama
PENDEK
dengan
disaluran
Sisi
Segi
empat
0.80
Bulat
0.90
Tinggi
dasar
dibangunan
Lebih
Ambang
tinggi
daripada
disaluran
Sisi
Segi
empat
Segi
empat
0.72
Segi
empat
Segi
empat
0.76
Bulat
Bulat
Keterangan
C
untuk
KR1/5,
adalah
notasi
koefisien
0.85
gorong-gorong
strickler
L
=
1/n
>
=
70
20
untuk
m
beton
jari-jari
panjang
kecepatan
Va
Gorong-gorong
Q
aliran
2.
pipa
aliran
h1
2gz
penuh
2/3
2/3
0.385
0.85
h1
h
2gh
=
=
=
=
lebar
0.9
gorong-gorong
dalam
air
didepan
gorong-gorong
dalam
air
didalam
gorong-goromg
kehilangan
BAB
PERENCANAAN
h1
h
h
Dimana
saluran
terisi
>
b.h.
m/dtk
dalam
tidak
h1
pipa
dalam
kecepatan
1.
hidrolis
tekanan
V
BANGUNAN
UTAMA
5.1
PERHITUNGAN
5.1.1
NO
1
KEMIRINGAN
DAN
Perhitungan
PATOK
ELEVASI
P.1
129.8
KEDALAMAN
SUNGAI
Kemiringan
Hi
JARAK
50
ELHi
129.8128.00
Sungai
i
EL0
1.80
(Hi+1+Hi).L/2
(1.70+1.80)25=87.50
P.2
129.7
50
1.70
82.50
P.3
129.6
50
1.60
78.75
P.4
129.55
50
1.55
76.25
P.5
129.50
50
1.50
73.75
P.6
129.45
50
1.45
71.25
P.7
129.40
50
1.40
68.75
P.8
129.35
50
1.35
66.25
P.9
129.30
50
1.30
63.75
10
P.10
129.25
50
1.25
62.25
11
P.11
129.24
50
1.24
61.25
12
P.12
129.21
50
1.21
60.00
13
P.13
129.19
50
1.19
57.25
14
P.14
129.10
50
1.10
54.25
15
P.15
129.07
50
1.07
50.50
16
P.16
128.95
50
0.95
46.25
17
P.17
128.90
50
0.90
43.75
18
P.18
128.85
50
0.85
41.25
19
P.19
128.80
50
0.80
39.50
20
P.20
128.78
50
0.78
38.50
21
P.21
128.76
50
0.76
36.50
22
P.22
128.70
50
0.70
33.75
23
P.23
128.65
50
0.65
28.75
24
P.24
128.50
50
0.50
12.50
25
P.25
128.00
50
0.00
0.00
Hi
27.50
1335
Contoh
Perhitungan
Hi
a.
H1
129.8
ELHi
EL0
H0
128.00
=
b.
1.80
i
(Hi
Hi)
.L1
2
=
(H2
H1)
.L1
2
=
(1.70
1.80)
25
87.50
2i
H
rata-rata
Li
2
(1335)
=
1250
=
2.136
rata-rata
rata-rata
Li
2.136
=
1250
=
Jadi
0.0017
kemiringan
5.1.2
dasar
Perhitungan
sungai
rata-rata
Kedalaman
0.0017
Sungai
Maksimum
Dalam menentukan kedalaman sungai maksimum perlu diketahui penampang melintangnya. Kemudian penampang
sungai itu kita bagi dengan kedalaman air tertentu. Berdasarkan kedalaman tersebut kita akan mendapatkan luas
penampang basah (A), keliling basah (P), kecepatan aliran (V) dan debit (Q). Untuk kecepatan aliran memakai
rumus
MANNING
V
dan
Sketsa
=
persamaan
penampang
sungai
1/n*
kontinuitas
pada
patok
R2/3
:
P16
dimana
Q
bendung
*S1/2
akan
diletakkan
*
sebagai
A
berikut
Elevasi
0.0017
1
30
Gambar
5.1.
Luas
Keliling
Sketsa
penampang
basah
Penampang
basah
Jari-jari
A
B
(B
2H
hidrolis
Sungai
+
(1
mH)H
+
m2)
A/P
Tabel hubungan tinggi muka air dengan debit, dihitung berdasarkan penampang melintang pada patok P18.
Hasil perhitungan pada table diatas dapat disajikan dalam gambar grafik hubungan antara elevasi muka air dan debit
pada
patok
Dari
soal
Dari
diketahui
grafik
Q20
diketahui
Kedalaman
P18.
untuk
airnya
Q20
(H)
140
=
m3/dt
140
130.22
m3/dt
128.85
1.37
5.2
DESAIN
COVER
DAM
HULU
Bendungan pengelak ( cover dam ) dibangun dengan maksud menutupi sungai agar aliran berbelok dan masuk
kesaluran pengelak ( diversion channel ) sehingga tidak mengganggu pelaksanaan kontruksi bendung yang sedang
dibangun. Cover dam di bangun dibagian hulu dan hilir agar keseluruhan aliran tidak masuk ke lokasi proyek.
-
Q10
Dari
grafik
hubungan
dan
m3/dt
Q10
129.85
=
-
74
=
74
m3/dt
128.85
1
Kemiringan
Cover
Elevasi
+
sungai
dam
dasar
rata-rata
dibuat
cover
128.85
dibagian
dam
+
elevasi
(
upstream
dasar
0,0017
)
dan
bendung
x
0,0017
down
stream
S
100
L
)
128.85
0.17
Tinggi
Elevasi
jagaan
crest
129.02
diambil
cover
dam
=
elevasi
muka
meter
air
129.85
=
-
+
Jadi
tinggi
cover
dam
hulu
130.85
elevasi
crest
cover
dam
elevasi
cover
=
130.85
129.02
1.83
131.50
)
m
Elevasi
Crest
Cover
Dam
Tinggi
Jagaan
=
El.
dasar
dam
=
+
jagaan
1
Muka
Air
m
H
129.85
1.83
Tinggi
Cover
Dam
Hulu
Elevasi
Dasar
Cover
Dam
Gambar
5.2
5.3
DESAIN
129.02
Desain
Cover
SALURAN
Dam
PENGELAK
SEMENTARA
Saluran pengelak dibuat dengan tujuan membelokkan air sungai selama ada pembangunan bendung disebelah
hilirnya. Saluran pengelak biasanya terletak dekat cover dam atau turap baja yang dibangun untuk membelokkan air.
Debit
yang
dipakai
Data-data
dengan
tahun
Penampang
rencana
Kecepatan
Talud
Koefisien
rencana
/
10
tahun.
dipakai
Q10
ulang
yang
kala
Dinding
kekasaran
74
m3/dt
=
Saluran
manning
3H
2
=
m/dt
1
:1
0,025
Gambar
-
5.3.
Luas
Desain
penampang
basah
3H
Saluran
Pengelak
basah
3H
3H
2H
2H
(1
(1
m2)
2H
H
m2
12)
2H
3H
1,41
2,82H
Dari
hokum
H
H
4H2
3H
MH
1H
=
Keliling
4H
A
_
Sementara
5,82H
kontinuitas
V
4H2
m2
74
m3/dt
m/dt
4H2
m2
H2
37
4
9.25
Dari
3.04
penampang
=
rencana
B
-
m2
37
luas
Jadi
penampang
keliling
basah
3H
jadi
9,12
basah
=
3.04
=
Jadi
4H2
P
m2
=
5,82
3.04
H
m
)2
=
36.97
5,82
m2
=
x
40m2
3,04
17.69
3.04
9.12
gambar
5.4.
Desain
5.4.
PENENTUAN
Saluran
pengelak
ELEVASI
sementara
MERCU
BENDUNG
Elevasi mercu harus ditentukan secermat mungkin agar supaya semua petak yang dilayani dapat mendapatkan air
dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan pedoman elevasi sawah tertinggi ditambah dengan seluruh kehilangan
tenaga
diseluruh
Tahapan
3.
perhitungan
Tentukan
Muka
air
dari
elevasi
sistim
disawah
sistim
untuk
petak,
mercu
elevasi
penggenangan
adalah
sawah
dan
pembawa.
yang
kehilangan
tertinggi
tenaga
yang
biasanya
sbb
akan
dialiri.
diambil
0,12
m.
4. Menghitung semua kehilangan tenaga disepanjang saluran mulai dari saluran kwarter, sub tersier, tersier, dan
sekunder
dan
Kehilangan
akhirnya
energi
ditiap
Kehilangan
berupa
disepanjang
tenaga
ditiap
saluran.
bangunan-bangunan
Kehilangan
primer.
saluran
tenaga
Kehilangan
saluran
silang
tenaga
Kehilangan
tenaga
dikotak-kotak
untuk
alat
ukur
- Kehilangan tanaga untuk persedian eksploitasi, misalnya kehilangan tenaga dipipa-pipa dan pintu-pintu.
Rumus
yang
ELM
digunakan
Dimana
ELS
ELM
ELS
ho
tekan
tinggi
tekan
saluran
tinggi
tekan
dari
saluran
sekunder
g.
Kehilangan
tinggi
tekan
dari
saluran
primer
i.
tinggi
tekan
Tinggi
j.
tinggi
Kehilangan
l.
tinggi
Persediaan
m.
Persediaan
Perhitungan
akibat
tekan
tekanan
ELS
akibat
elevasi
0,10
sekunder
0,10
0,20
0,15
ukur
0,40
ekaploitasi
dasar
saluran
0,10
bangunan
sungai
lain
+
m
0,25
H
0,10
0,10
0,10
0,20
m
Q20
1,37
+
=
tersier
0,10
alat
0,10
primer
128.85
=
ho
saluran
kemiringan
bangunan
saluran
untuk
untuk
sawah
disawah
tekanan
tekan
ke
sungai-sungai
genangan
Kehilangan
k.
dari
tekan
terjadi
tersier
Kehilangan
Kehilangan
Q20
tinggi
f.
h.
yang
dari
bendung
tertinggi
kehilangan
tinggi
Kehilangan
mercu
sungai
total
Kehilangan
ho
sawah
dasar
e.
elevasi
elevasi
elevasi
adalah
130.22
+
0,10
0,15
0,40
0,10
0,25
1,50
ELM
ELS
130.22
ho
1,50
5.5.
131.72
PENENTUAN
LEBAR
BENDUNG
Dalam menentukan lebar bendung, faktor utama yang dapat dipakai sebagai pertimbangan adalah lebar sungai yang
ada
dan
debit
yang
direncanakan
melimpah
di
atas
mercu
bendung.
Lebar efektif bendung ( Be ) dihubungkan dengan lebar bendung yang sebenarnya ( B ), yakni jarak antara pangkal
pangkal
Be
bendung
B1
Dimana
dan
B1
tiang
(
kp
He
sebenarnya
kontraksi
pilar
kontraksi
dinding
tekan
total
tinggi
=
bendung
bendung
koefisien
ka
efektif
koefisien
=
persamaan
lebar
lebar
He
dengan
Ka
Be
=
Kp
pancang
jumlah
pilar
kp
0,01
untuk
pilar
bulat
ka
0,10
untuk
pilar
bulat
dengan
lebar
Lebar
Bendung
Pilar
Lebar
(B)
Perhitungan
Pintu
Be
=
=
B1
33
33
=
kp
5
+
=
.
ka
26
=
B1
26
2
2(5
26
5.6.1
Data
direncanakan
He
t
m
5
Pilar
PERHITUNGAN
Data-data
30
(b)
ke
5.6
Bendung
pilar
=
Be
1.1
Pengurasan
Pilar
lebar
Pilar
(t)
Jarak
pengurasan
jumlah
Jumlah
Lebar
bendung
pintu
lebar
Data
kp
0.01
+
+
ka
0.10)
0.30
teknis
tipe
He
BENDUNG
tipe
dengan
He
He
HIDROLIS
dan
bendung
Ogee
II
:
Lebar
Lebar
efektif
sebenarnya
bendung
Debit
dasar
Tinggi
bendung
elevasi
(+
140
bendung
=
dasar
128.85
131.72
mercu
bendung
muka
131.72)
bendung
5.6.2
(+
128.85)
m
tipe
Tinggi
bendung
2,87
Gambar
m
m3/dt
elevasi
0,30He
bendung
dasar
dimuka
mercu
26
26
Q20
sungai
Elevasi
rencana
Elevasi
bendung
ogee
muka
air
II.
dihilir
bendung.
Tinggi muka air dihilir bendung dipengaruhi oleh besar debit yang lewat dan kecepatan airnya. Perhitungan debit
menggunakan
rumus
kontinuitas
Q
V
(1
Q
.
Manning.
V
S1/2
m2)
mH
2H
rumus
R2/3
=
=
menggunakan
.
air
V
Q
kecepatan
A
P
dan
/
R2/3
1/2
Data
data
(26
26
26
mH
2H
2H
2H
(1
m2)
(1
12)
1.4
2.8
26H
26
H
+
H2
+
Q
H
H2
+
A
m3/dt
26
+
1.H
1
140
P
Maka
=
R
26H
=
0,0017
=
P
0,025
Q20
Perhitungan
=
m
teknis
2.8
V
A
Q
2/3
S1/2
Untuk
3.5
3.5
(26
2.8*3.5)2/3
(0.041)(26*3.5+3.52)
(26*3.5+3.52)2/3
38.06
0.40
93.31
Untuk
3.5
2.5
(26
2.8*2.5)2/3
(0.041)(26*2.5+2.52)
(26*2.5+2.52)2/3
36.05
0.72
50.28
Untuk
3.5
2.04
(26
2.8*2.04)2/3
(0.041)(26*2.04+2.042)
(26*2.04+2.042)2/3
35.11
1.007
34.86
Diambil
Maka
A
26*
2.04
26H
2.04
H2
53.04
m
2.042
4.16
57.2
m2
26
26
2.8H
2.8*2.04
31.71
57.2
31.71
=
5.6.3
1.8
Tinggi
Muka
Air
diatas
m
Mercu
Bendung
He
Debit
Q
yang
lewat
diatas
2/3
Dimana
Cd
mercu
Cd
=
=
debit
(Cd
Penentuan
Cd
Koefisien
C0
C1.
C2)
m/dt2)
bendung
(m)
(m)
mercu
Ogee
1,3
(m3/dt)
tekan
Cd
C0,
grafik
:
He3/2
(9,81
efektif
untuk
C1
C0.
grafitasi
pelimpah
tinggi
debit
dipakai
Be
diatas
lebar
He
yang
g)
debit
percepatan
Be
persamaan
(2/3
koefisien
bendung,
C1,
C2
konstanta
antara
hubungan
hd
C2
Langkah
langkah
1.
Mengasumsikan
2.
Menghitung
3.
Co
4.
Menghitung
perencanaan
nilai
Cek
Data
dari
/
Cd
Be
)
diatas
)
C1
Grafik
Q20
Cd
140
hitung
m3
0.30
misal
1,3
dari
26
Hd
asumsi
konstanta
C2
teknis
ogee
data
(
rumus
1,3
(1
He
Menentukan
6.
Cd
Cd
5.
grafik
He
2,87
Cd
dt
m
1,3
Perhitungan
Q
140
140
:
2/3
2/3
=
140
Cd
*
(2/3
1,3(2/3
(0,867)
=
g)
9,81)
(2,557)
(26
57.64
He3/2
Be
(26
.
0,30He)
0.30
He)
0,665
Untuk
He
2,50
140
2,25
140
(2,50)3/2
0,665
(He)
3/2
He3/2
He5/2
1.84
140
57.64
(2,25)3/2
0,665
(2,25)5/2
189.49
57.64
(1.84)3/2
=
He
(2,50)5/2
221.27
140
Diambil
57.64
=
140
He
3/2
140
He
He
0.665
(1.84)5/2
140
1.84
Maka
Be
26
26
0,30
0,30
He
1.84
25.448
Ho
2.87
He
1.84
4.71
Be
25.448
Ho
4.71
119.86
m2
140
119.86
1,168
Hd
m/dt
He
V2
2.g
=
1.84
(1,168)2
1.84
1,364
9,81
19,62
1,77
Maka
berdasar
Co
grafik
1,3
konstanta
P/Hd
2.87
1.77
1,621
C1
0,992
P/He
2.87
1,84
1.56
C2
0,998
Maka
Cd
1,3
C0
0,992
asumsi
2/3
=
(2/3
2/3
(1,3)
asal
g)
2,034
0,26
18,671
=
=
=
+
+
He
m
Be
18,670
2,034
2,034
5,524
=
m
m
P
3,49
He3/2
m
He3/2
41.395
2,034
He
19,2
(18,670)
120
dengan
Be
(2,557)
Dikontrol
hitung
1,3
He
0,998
Cd
rumus
Cd
C2
1,3
dengan
He3/2
Ho
Cek
Be
1,3
120
C1
1,29
Cd
.
.
Ho
5,524
103,133
m2
120
1,164
Hd
2,034
A
103,133
m
He
V2
dt
2
1,164)2
.g
19,62
1,965
Analisa
koefisien
Co
debit
1,3
Berdasar
konstanta
grafik
Hd
3,49
1,965
1,776
C1
0,992
He
3,49
2,034
1,716
C2
0,998
Jadi
Cd
1,3
C0
C1
0,992
C2
0,998
Cek
1,29
120
2/3
2/3
He3/2
Cd
(2/3
(1,29)
g)
(2,557)
He
He3/2
41,078
He
2,9212/3
He
2,04
2,04
Jadi
Maka
lebar
He
asumsi
He
efektif
3/2
(18,671)
120
He
Be
2,04
bendung
(Be)
19,2
2,04
=
19,2
m
m
0,26
He
0,26
(2,04)
18,670
5.6.4.
Kontrol
Terhadap
Bahaya
Kavitasi
Retak
Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, tekanan minimum pada mercu bendung harus dibatasi s/d (4) tekanan air
jika
Untuk
mercu
terbuat
mengetahui
apakah
Berdasarkan
Data
dari
terjadi
beton
keretakan
dan
atau
grafik
data
(1)
kavitasi,
maka
yang
He
di
cek
maka
ada
pasangan
dengan
harga
diperoleh
:
He
Perbandingan
untuk
2,04
He
r.
m
m
2,04
1,336
=
maka
He
1,336
/
batu.
1,038
dari
grafik
diperoleh
(P/g)
0,22
He
Maka,
P/g
2,04
=
0,22
0,22
0,449
m
x
x
<
Lengkung
He
2,04
Debit
aman
Diatas
)
Bendung
Rumus
Q
Data
Be
134,48
:
=
Cd
2/3
(2/3
data
=
.
:
g)
.
Cd
18,670
Be
.
=
He3/2
1,3
m
120,612
Dari
hasil
perhitungan
Penampang
diperoleh
Hd
Lintang
5.8
DESAIN
5.8.1
Perhitungan
1,965
Bendung
KOLAM
Loncatan
OLAKAN
Hidrolis
Loncatan hidrolis (hydraulic jump) adalah kejadian naiknya muka air tiba-tiba dari air yang mengalir dengan
kecepatan tinggi disertai kedalaman rendah bergabung dengan air yang berkecepatan tinggi dengan kedalaman
tinggi.
X
0.294
1.049
2.207
3.743
5.639
Perhitungan
Menghitung
Vz
dalamnya
=
air
(2
disetiap
.
titik
setelah
(z
melalui
H0
Vz
mercu
+
:
Yz)
Yz
Be
Fz
(2
Vz
(g
.g
(z
H0
Yz)
Yz)
Be.Yz
Dimana
Debit
banjir
rencana
Be
Lebar
efektif
bendung
Vz
Q20
Kecepatan
=
120
Be
q
dititik
m3/dt
=
=
Q20
18.670
120
6.427
m3/dt/m
Be
18.670
Elevasi
muka
air
hulu
+134,58
Elevasi
energi
di
hulu
+134,65
Elevasi
Tinggi
Asumsi
dasar
garis
energi
kolam
Hj
diatas
Yj
kolam
olakan
=
(+
134,58)
+128,60
(+128,6)
5,98
5.8.2.
Panjang
loncatan
Hidrolis.
Panjang loncatan hidrolis adalah gerak antara permukaan dengan loncatan hidrolis sampai pada suatu titik
permukaan
gulungan
ombak
yang
Panjang
segera
menuju
kehilir.
loncatan
Lj
6,9
y2
kedalaman
Lj
6,9
y2
loncatan
(
Lj
hidrolis.
hidrolis
3,326
Dimensi
di
5.8.3.
y1
hilir
0,608
18,75
Kolam
Olakan
Dalam pemilihan kolam olak, selain ditentukan oleh topograpi dan tail water, juga ditentukan oleh bilangan Froude
(Fr).
Kriteria
pemilihan
USBR
Type
USBR
USBR
Dalam
Type
III
kolam
olakan
IV
4,5
Type
<
2,5
Fr
<
ini
Dimensi
digunakan
1,3
se
Fr
V1
15
Fr
kolam
USBR
Block
Y1
.
=
=
18
m/dt
4,5
type
IV
W1
0,608
=
ac
4,5
0,608
.
2,5
<
:
=
2,5
Froude.
<
olak
Chute
W1
bilangan
<
II
perencanaan
berdasarkan
1,520
=
2
2
.
.
Y1
0,608
1,216
Lc
Lc
diambil
as
Y1
Y1
1,25
1,216
1,25
Y1
0,608
0,760
Yb
=
1,1
1,1
.
1/2
1/2
.
.
0,608
Y1
(1
(1
Fr2
1)
4,2072
1)
3,659
Lb
6,1
6,1
Yb
3,569
21,771
Keterangan
Lb
Panjang
Kolam
Olak
Lc
Panjang
Chute
Block
Yb
Tinggi
as
muka
air
Tinggi
didalam
Kolam
Olak
End
Sills
ac
Tinggi
Chute
Block
be
Lebar
Chute
Block
se
SKETSA
Jarak
anatara
KOLAM
Chute
Blocks
OLAKAN
5.9
KANTONG
5.9.1
LUMPUR
Definisi
dan
Fungsi
Kantong Lumpur merupakan bangunan pembesaran potongan melintang saluran (diperdalam dan diperlebar)
sampai panjang tertentu. Fungsi dari kantong lumpur ini adalah untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi
kesempatan kepada sedimen yang lewat untuk mengendap, tujuannya untuk mencegah agar sedimen ini tidak
mengendap di seluruh saluran irigasi. Kantong lumpur ditempatkan pada bagian awal dari saluran primer persis
dibelakang pintu pengambilan. Tampungan ini dibersihkan tiap jangka waktu tertentu (kurang lebih sekali seminggu
atau setengah bulan) dengan cara membilas sedimennya kembali ke sungai dengan aliran terkonsentrasi yang
berkecepatan
tinggi.
Panjang kantong Lumpur berkisar antara 200 sampai 500 m, panjang tersebut bergantung kepada :
a. Diameter sedimen yang akan mengendap 200 m untuk bahan sedimen kasar dan 500 m untuk partikel-partikel
yang
lebih
b.
halus.
Topografi
c.
dan
Kemungkinan
dilakukannya
pembilasan.
Dalam bagian Kp-03 mengenai saluran, dikatakan bahwa kantong Lumpur tidak akan diperlukan jika volume
sediment yang masuk kejaringan irigasi tetapi tidak sampai ke sawah (partikel yang lebih besar dari 0,06 0,07 mm)
kurang
dari
5%
5.9.2
kedalaman
Langkah
Untuk
1.
(permil)dari
merencanakan
Menentukan
2.
Lumpur
partikel
Menentukan
air
kantong
ukuran
saluran
jaringan
Langkah
dilakukan
rencana
volume
diseluruh
yang
kantong
dengan
akan
Perencanaan
langkah
terangkat
lumpur
irigasi.
sebagai
ke
berikut
jaringan
yang
irigasi.
diperlukan
3. Membuat perkiraan awal luas rat-rata permukaan kantong Lumpur dengan menggunakan rumus :
Dimana
B
:
=
Q
W
Dalam
L
Lebar
Panjang
rata-rata
Kebutuhan
=
soal
endap
0,004
pembawa
m/dt
rencana
partikel
karena
rencana
diameter
0,07
SKETSA
Lumpur
profil
pengambilan
Kecepatan
ini
kantong
sedimen
(m)
(m)
(m3/dt)
(m/dt)
sebesar
mm
PROFIL
KANTONG
LUMPUR
PENAMPANG
MUKA
PENAMPANG
MELINTANG
Keterangan
L
Lebar
Panjang
rata-rata
endap
Tinggi
Lumpur
profil
pembawa
partikel
rencana
Qn
(m)
(m/dt)
aliran
Tinggi
sedimen
di
air
kantong
5.9.3
Dalam
(m)
rata-rata
=
=
LUMPUR
kantong
Kecepatan
Hn
LUMPUR
KANTONG
Kecepatan
V
Hs
KANTONG
lumpur
Perhitungan
perencanaan
ini
=
data
data
1,45
yang
diperoleh
:
m3/dt
0,004
m/dt
Waktu
karena
diameter
pembilasan
sedimen
sebesar
Volume
0,07
miggu
sekali
Kantong
0,0005
0,0005
Lumpur
1,45
mm
Qn
(14
24
T
.
876,96
3600)
m3
Diambil
54
Penentuan
in
-
in
Kemiringan
Vn
untuk
diambil
0,4
Hn
normal,
m/dt
kantong
untuk
(B
(6
=
penuh)
vegetasi
40
+
+
hampir
timbulnya
=
=
sedimen
mencegah
Ks
An
3,625
eksploitasi
m.Hn)Hn
1.
Hn)Hn
0,5531
Penentuan
is
Vs
is
Pembilasan
=
Kantong
Lumpur
Kecepatan
kosong,
sediment
pembilas
didalam
kantong
diambil
berupa
1,4
pasir
kasar
m/dt
Agar pembilas dapat dilakukan dengan baik, maka kecepatan aliran harus dijaga agar tetap subkritis.
PENAMPANG
MUKA
KANTONG
LUMPUR
BAB
VI
PENUTUP
6.1.
KESIMPULAN
Setelah diselesaikannya penyusunan tugas irigasi dan bangunan air ini, yang meliputi teori dan perhitungan tentang
kebutuhan air irigasi, perencanaan jaringan dan saluran irigasi sampai pada perencanaan bendung dan
perlengkapannya,
maka
dapat
kami
simpulkan
sebagai
berikut
a. Dalam perencanaan mengenai irigasi dan bangunan air sangat diperlukan data-data lapangan yang akurat,
sehingga dalam perencanaan dan perhitungan dapat menghasilkan desain yang optimal, yang pada akhirnya
bangunan yang dibuat dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan irigasi pada daerah yang
direncanakan serta ekonomis dari segi biaya namun tetap terjaga kualitas sehingga tidak terjadi hal-hal yang
diinginkan seperti meluapnya air keluar bendung, terjadinya erosi tanah akibat saluran air yang meluap dan
pembagian
air
disawah
yang
tidak
merata.
b. Sistem irigasi untuk pengairan yang direncanakan dengan baik dan memperhatikan kebutuhan air tanaman akan
meningkatkan hasil produksi pertanian terutama pada tanaman padi yang bila diairi dengan mengandalkan curah
hujan hanya dapat tanam 2 kali dalam setahun dengan hasil dan kualitas yang kurang optimal, namun bila diairi
dengan sistim irigasi yang baik akan dapat tanam 3 kali dalam setahun dengan hasil padi yang optimal dan
berkualitas.
6.2.
SARAN
a. Mata kuliah irigasi dan bangunan air sebaiknya ditambah sks nya agar ilmu tentang irigasi dan bangunan air dapat
diterima seluruhnya dan dapat serap dengan baik, sehingga benar-benar menghasilkan sumber daya manusia yang
mempunyai
kompetensi
tinggi.
b. Pada mata kuliah ini akan lebih baik bila dilakukan tinjauan lapangan sehingga lebih mengetahui sistim irigasi
yang direncanakan dengan baik dan tidak, yang pada akhirnya dapat meningkatkan serta memperbaiki sistim
jaringan irigasi yang ada.