Anda di halaman 1dari 84

~ Analisa Perhitungan Mikrohidro

Kumpulan Artikel - 104 - Energi Sungai PLTMH / Micro Hydro Power

Array Cetak Array PDF


Analisa Ekonomi Mikrohidro

Perhitungan Daya dan Energi Listrik


1 Perhitungan daya listrik pada sistem PLTMH
Daya poros turbin
Pt=9.81 xQxHx n (1)
Daya yang ditransmisikan ke generator
Ptrans = 9.81 x Q x H x nt x nbelt (1)
Daya yang dibangkitkan generator
P~. = 9.81 x Q x H x nt x nbelt x ngen (3)
dimana :
Q = debit air, m3/detik
H = efektif head, m
ill: = efisiensi turbin
= 0.74 untuk turbin crossflow T-14
= 0.75 untuk turbin propeller open flume lokal
nbelt = 0.98 untuk flat belt, 0.95 untuk V belt
ngen = efisiensi generator
Daya yang dibangkitkan generator ini yang akan disalurkan ke pengguna. Dalam perencanaan
jumlah kebutuhan daya di pusat beban harus di bawah kapasitas daya terbangkit, sehingga
tegangan listrik stabil dan sistem menjadi lebih handal (berumur panjang)
2. Kebutuhan listrik masyarakat
Kebutuhan listrik masyarakat, khususnya pada program pelistrikan desa sangat dibatasi. Hal ini
didasarkan ketersediaan potensi sumber daya air, kemampuan memelihara dan membiayai
penggunaan listrik, serta besaran biaya pembangunan.
Salah satu faktor pembatas adalah. pemilihan pembatas arus terkecil di pasaran, yaitu 0.5 A,
sehingga daya yang dapat digunakan untuk setiap sambungan instalasi rumah rata-rata sebesar
110 W. Penggunaan listrik masyarakat perdesaan dengan PLTMH ini, khusus untuk penerangan
digunakan pada malam hari dengan pertimbangan pada siang hari sebagian besar masyarakat

bekerja.
ESTIMASI BIAYA PEMBANGUNAN PLTMH
1 Analisis Harga Satuan
Perhitungan analisis harga satuan merupakan tahapan paling terdepan dari estimasi biaya
pembangunan. Parameter perhitungan dan analisis harga satuan pekerjaan pada perencanaan
PLTMH antara lain
Lokasi sumber material diharapkan pada jarak terdekat dengan lokasi pekerjaan konstruksi
Tenaga kerja yang digunakan menggunakan tenaga kerja lokal di lokasi proyek dengan upah
didasarkan pada harga satuan yang berlaku di wilayah tersebut. Penggunaan tenaga kerja diluar
lokasi, hanya pada tingkatan pengawas dan tukang untuk pekerjaan tertentu dengan upah
didasarkan pada harga yang wajar.
Harga satuan material diperoleh dari harga satuan material dan bahan yang berlaku di wilayah
rencana pembangunan PLTMH dan disesuaikan dengan faktor lokasi proyek (penyesuaian biaya
transportasi dan pengangkutan)
Secara umum komponen harga satuan yang diperhitungkan meliputi:
a. Komponen tenaga
Koefisien komponen tenaga untuk masing-masing harga satuan diperoleh dari analisa kebutuhan
tenaga yang diperlukan untuk setiap pekerjaan sesuai dengan standar yang berlaku, khususnya
dalam pekerjaan sipil
b. Komponen bahan dan material
Dalam perhitungan koefisien bahan dan material yang akan digunakan mengacu pada analisa
satuan pekerjaan yang berlaku
c. Komponen peralatan
Perhitungan koefisien peralatan didasarkan pada peralatan yang digunakan dalam satuan
pekedaan, sebagaimana yang berlaku secara umum dalam pekerjaan sipillkonstruksi.
Hasil perhitungan analisis harga satuan sesuai jenis pekerjaan dapat dilihat pada lampiran setiap
lokasi rencana pembangunan PLTMH.
2 Komponen Biaya Pembangunan PLTMH
Komponen biaya pembangunan PLTMH pada studi perencanaan ini terdiri dari
1. Engineering
Komponen engineering pada pembangunan PLTMH dialokasikan untuk kegiatan detail desain,
supervisi pembangunan, dan penyiapan dokumen teknis akhir pembangunan PLTMH. Pada
beberapa kasus kegiatan ini dapat diasumsikan terintegrasi pada pelaksana pembangunan.

Pada model pembangunan lainnya, khususnya yang melibatkan dana cukup besar, kegiatan
engineering dilaksanakan oleh konsultan teknik yang bertanggung jawab mereview basic desain,
mengawasi pelaksanaan (supervisi), menyiapkan dokumen teknis akhir, dan melaksanakan
komisioning bersama pelaksana pem6ang'unan.
Komponen biaya engineering ini dihitung berdasarkan kebutuhan minimum penggunaan tenaga
ahli senior dan berpengalaman pada bidang pekerjaan sipil, teknik mesin atau elektro, dan juru
gambar.
2. Peralatan Elektrikal - Mekanik
Komponen peralatan elektrikal - mekanik meliputi pengadaan sarana dan peralatan :
Turbin dan perlengkapannya yang terdiri dari unit turbin, sistem transmisi mekanik, base frame,
biaya instalasi dan trial run.
Generator dan base frame
Panel kontrol (switch gear dan kontrol beban) Ballast Load
Instalasi peralatan elektrikal dan sistem pengkabelan Biaya lain-lain (10%)
3. Pekerjan Sipil
Pekerjaan sipil pada pembangunan PLTMH meliputi:
Bangunan intake -weir, Saluran pembawa, Bak pengendap, Bak penenang, Pipa pesat,
Bangunan
pelimpas,
Rumah
pembangkit,Pondasi
turbin
(under
ground),Saluran
pembuangan,Biaya fain-lain (5%)
4. Jaringan Transmisi, Distribusi, dan Instalasi Rumah
Tiang lisfrik
Pengadaan kabel
Instalasi rumah
Biaya lain-lain (5%)
5. Komponen Lain-lain
Komponen lain-lain yang dimaksud pada bagian ini adalah alokasi untuk:
Penggunaan alat bantu khusus apabila harus diperlukan seperti: alat berat untuk penataan
lokasi, alat angkut khusus untuk peralatan yang berat
Keuntungan pelaksana pembangunan (15%)
Training/pelatihan operator dan pengelola

6. Pajak
Komponen pajak dihitung terhadap total pekerjaan meliputi pekerjaan 1, 2, 3, 4 dan 5 di atas.
Pajak yang diperhitungkan pada perencanaan ini adalah PPn sebesar 10%.
7. Biaya Pengembangan (Project Development)
Biaya pengembangan dapat dikatakan sebagai indirect cost. Komponen ini diperhitungkan
sebagai akibat proses penyiapan dan perencanaan pembangunan PLTMH yang tidak mudah
dan memerlukan kegiatan pendukung. Besaran Mokasi biaya pengembangan diestimasi
berdasarkan prosentase.
Aktivitas yang berkait dengan kegiatan pengembangan ini adalah kegiatan administrasi proyek,
manajemen proyek di tingkat owner (pemilik pekerjaan), biaya legal, penyiapan dan pelaksanaan
tender, ganti rugi atas pembebasan tanah apabifa ada, monitoring dan evaluasi proyek di tingkat
owner.
Sebagai acuan, estimasi biaya pengembangan dikelompokan menjadi: * Manajemen proyek
(10%) dari total biaya fisik dan pajak * Tender, kontrak dan legal (5%) dari total biaya fisik dan
pajak * Ganti rugi
Referensi dari prosentase dan harga satuan orang berdasarkan standar biaya orang nasionai
(Bappenas) dan beberapa rekomendasi pada kegiatan pembangunan PLTMH seperti yang
dikeluarkan oleh J1CA dan tingkat kewajaran yang berlaku umum.
Komponen Biaya Operasional
Perawatan PLTMH memegang peranan penting dalam menjaga sustainibility dan kehandalan
operasi. Pengelola harus dapat menangani kegiatan perawatan dan membiayainya. Kegiatan
perawatan ada yang bersifat periodik (penggantian oli) ada yang bersifat temporer setiap ada
kerusakan pada fasilitas bangunan sipil, peralatan elektrikal - mekanik, maupun jaringan
transmisi dan distribusi.
Sebagai gambaran kebutuhan biaya perawatan PLTMH, analisis dilakukan untuk periode
tahunan (annual cost). Besar biaya perawatan setiap lokasi akan berbeda. Estimasi biaya
operasional untuk setiap PLTMH terlampir pada laporan masing~ masing lokasi PLTMH.
Analisis Finansial Skema On Grid
Pada pembangunan PLTMH dengan skerna On-Grid System dilakukan perhitungan kelayakan
secara ekonomis. Aspek penilaian kelayakan dilakukan dengan kriteria :
Pay back periods atau pengembalian investasi maksimum 213 dari umur ekonomis proyek.
NPV (net present value) investasi > 0
IRR (internal rate of return) > discount rate
Profitability Indeks > 1
Parameter atau asumsi yang digunakan pada perhitungan cash flow ditetapkan sebagai

berikut:
Kenaikan biaya OM (operasi dan maintenance) setiap tahun sebesar 4%
Suku bunga pinjaman kornersial 17%-18%
Suku bunga deposito 10%
Tingkat resiko penggunaan equity 5%
Penyesuaian tarif jual listrik ke PLN setiap tahun 2,5%
Skerna investasi 100% equity, dan equity.. loan (60%: 40%)
Depresiasi 10 tahun
Grace periods pengembalian pinjaman 2 tahun
Jangka waktu pengembalian pinjaman 10 tahun
Berdasarkan hasil analisa kelayakan dapat disimpulkan bahwa faktor tarif menjadi kunci menarik
tidaknya investasi pada pembangunan PLTMH. Investasi pembangunan PLTMH akan menarik
untuk kapasitas pembangkitan skala minihidro > 100 W Pada skala minihidro ini biaya
pembangunan per kW daya terpasang
cukup kecil < Rp 10 juta per kW, energi listrik yang dijual cukup besar, pendapatan penjualan
energi listrik lebih besar, sehingga tingkat pengembalian investasi lebih baik. Analisa kelayakan
ekonomi pada skema on - grid ini dapat dilihat pada laporan lokasi potensi pembangunan
PLTMH (site report).
Penutup
Investasi pembangunan PLTMH relatif besar sekitar Rp 20 jutalkW terbangkit dengan tidak
memasukkan biaya perencanaan dan pengembangan proyek pemerintah. Biaya pembangunan
ini semakin besar untuk kapasitas pembangkitan yang kecil, yaitu berkisar Rp 26 juta per kW
untuk kapasitas 20 _-30 W. Semakin besar kapasitas pembangkitan maka biaya pembangunan
per kW akan menurun, berkisar Rp 16 - 17 juta untuk kapasitas 40 kW - 50 kW dan di bawah Rp
10 juta per kW untuk skala minihidro, > 100 W. Hal ini dapat menjadi acuan apabila
pembangunan dilakukan oleh swasta dengan sumber pembiayaan di luar APBD atau APBN.
Besamya biaya pembangunan ini tentunya diharapkan dapat diimbangi oleh kemampuan
masyarakat dalam mengoperasikan, mengelola dan mengembangkan PLTMH sebagai motor
penggerak kegiatan ekonomi pedesaan dan kegiatan produktif kelompok masyarakat. Identifikasi
potensi pengembangan kegiatan ekonomi produktif seperti agro processing, home industri dan
agro, industri sangat penting dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah dan pihakpihak yang interest dalam pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat untuk mengoptimalkan
fungsi PLTMH selain untuk penerangan.
Pada saatnva, realisasi pelaksanaan pembangunan PLTMH memerlukan kompetensi dari pelaku
atau pelaksana pembangunan. Hal ini disebabkan sifat pembangunan PLTMH yang khas

sebagai bagian kegiatan pengembangan masyarakat (community development).


Pada skerna pembangunan PLTMH sebagai unit usaha (on grid system) maka idealnya biaya
pembangunan paling efisien dan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi yang akan
menarik investor/swasta. Dalam hal ini pembangkitan skala minihidro, > 100 kW dapat
memberikan kelayakan finansial yang baik dan menarik untuk distudi lebih jauh sebagaimana
dapat dilihat pada laporan setiap lokasi, khususnya untuk skerna on grid.

~ Pelaksanaan Turbin Air


Kumpulan Artikel - 104 - Energi Sungai PLTMH / Micro Hydro Power

Array Cetak Array PDF


Pelaksanaan Elektrikalmekanikal
1. Pemilihan Turbin

Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan dan energi kinetik) menjadi
energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi
tenaga listrik. Berdasarkan prinsip kerjanya , turbin air dibagi menjadi dua kelompok:
v Turbin impuls (cross-flow, pelton & turgo)
untuk jenis ini, tekanan pada setiap sisi sudu geraknya lrunnernya - bagian turbin yang berputar - sama.

v Turbin reaksi ( francis, kaplanlpropeller)


Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relatif spesifik. Pada beberapa daerah operasi memungkinkan digunakan beberapa jenis
turbin. Pemilihan jenis turbin pada daerah operasi yang overlaping ini memerlukan perhitungan yang lebih mendalam. Pada dasarnya
daerah kerja operasi turbin menurut Keller2 dikelompokkan menjadi:
Low head powerplant: dengan tinggi jatuhan air (head) :S 10 M3
Medium head power plant:: dengan tinggi jatuhan antara low head dan high-head High head power plant: dengan tinggi jatuhan air yang
memenuhi persamaan
H 100 (Q)0-113
dimana, H =head, m Q = desain debit, m 31s
Secara umum hasil survey lapangan mendapatkan potensi pengembangan PLTMH dengan tinggi jatuhan (head) 6 - 60 m, yang dapat
dikattegoirikan pada head rendah dan medium.
Tabel Daerah Operasi Turbin

Jenis Turbin

Variasi Head, m

Kaplan dan Propeller

2 < H < 20

Francis

10 < H < 350

Peiton

50 < H < 1000

Crossfiow

6 < H < 100

Turgo

50 < H < 250

2. Kriteria Pemilihan Jenis Turbin


Pemilihan jenis turbin dapat ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis turbin,
khususnya untuk suatu desain yang sangat spesifik. Pada tahap awal, pemilihan jenis turbin dapat
diperhitungkan dengan mempertimbangkan parameter-parameter khusus yang mempengaruhi sistem
operasi turbin, yaitu :
v Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit yang akan dimanfaatkan untuk operasi turbin
merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemilihan jenis turbin, sebagai contoh : turbin pelton
efektif untuk operasi pada head tinggi, sementara turbin propeller sangat efektif beroperasi pada
head rendah.
v Faktor daya (power) yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit yang tersedia.
v Kecepatan (putaran) turbin ang akan ditransmisikan ke generator. Sebagai contoh untuk sistem
transmisi direct couple antara generator dengan turbin pada head rendah, sebuah turbin reaksi
(propeller) dapat mencapai putaran yang diinginkan, sementara turbin pelton dan crossflow
berputar sangat lambat (low speed) yang akan menyebabkan sistem tidak beroperasi.
Ketiga faktor di atas seringkali diekspresikan sebagai "kecepatan spesifik, Ns", yang didefinisikan dengan formula:
Ns = N x P0.51W .21
dimana :
N = kecepatan putaran turbin, rpm
P = maksimum turbin output, kW
H = head efektif , m
Output turbin dihitung dengan formula:
P=9.81 xQxHx qt

(2)

dimana
Q
H
ilt

= debit air, m 3 ldetik


= efektif head, m
= efisiensi turbin

= 0.8 - 0.85 untuk turbin pelton

= 0.8 - 0.9 untuk turbin francis


= 0.7 - 0.8 untuk turbin crossfiow
= 0.8 - 0.9 untuk turbin propellerlkaplan
Kecepatan spesifik setiap turbin memiliki kisaran (range) tertentu berdasarkan data eksperimen. Kisaran kecepatan spesifik beberapa turbin air
adalah sebagai berikut:

Turbin pelton

12Ns25

TurbinFrancis

60;Ns300

Turbin Crossflow

40Ns200

Turbin Propeller

250Ns 1000

Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan dan pemilihan jenis turbin akan menjadi
lebih mudah. Beberapa formula yang dikembangkan dari data eksperimental berbagai jenis turbin dapat
digunakan untuk melakukan estimasi perhitungan kecepatan spesifik turbin, yaitu :
Turbin pelton (1 jet)

Ns = 85.49/H0.243

(Siervo & Lugaresi, 1978)

Turbin Francis

Ns = 3763/H0.854

(Schweiger & Gregory, 1989)

Turbin Kaplan

Ns = 2283/H0.486

(Schweiger & Gregory, 1989)

Turbin Crossfiow

Ns = 513.25/H0.505

(Kpordze & Wamick, 1983)

Turbin Propeller

Ns = 2702/H0.5

(USBR, 1976)

Dengan mengetahui besaran kecepatan spesifik maka dimensi dasar turbin dapat diestimasi (diperkirakan).
Pada perencanaan PLTMH ini, pilihan turbin yang cocok untuk lokasi yang tersedia adalah :
1.
2.

Turbin propeller tipe open flume untuk head rendah s.d 6 m


Turbin crossflow 1 banki-mithell untuk head 6 m < H < 60 m.

Pemilihan jenis turbin tersebut berdasarkan ketersediaian teknologi secara lokal dan biaya pembuatan/pabrikasi yang lebih murah
dibandingkan tipe lainnya seperti pelton dan francis. Jenis turbin crosstlow yang dipergunakan pada perencanaart ini adalah crossfiow T-14
dengan diameter runner 0.3 m. Turbin tipe ini memiliki efisiensi maksimum yang baik sebesar 0.74 dengan efisiensi pada debit 40% masih
cukup tinggi di atas 0.6. Sementara untuk penggunaan turbin propeller open flume pabrikasi lokal ditetapkan efisiensi turbin sebesar 0.75.
Penggunaan kedua jenis turbin tersebut untuk pembangkit tenaga air skala mikro (PLTMH), khususnya crossfIlow T-14 telah terbukti handai

di lapangan dibandingkan jenis crossfiow lainnya yang dikembangkan oleh berbagai pihak (lembaga penelitian, pabrikan, import).
Putaran turbin baik propeller open flume head rendah dan turbin crossflow memiliki kecepatan yang rendah. Pada sistem mekanik turbin
digunakan transmisi sabuk flatbelt dan pulley untuk menaikkan putaran sehingga sama dengan putaran generator 1500 rpm. Efisiensi sistem
transmisi mekanik flat belt diperhitungkan 0.98. Sementara pada sistem transmisi mekanik turbin propeller open flume menggunakan sabuk V,
dengan efisiensi 0.95.

Diagram Aplikasi berbagai jenis Turbin


(Head Vs Debit)

Tabel Putaran Generator Sinkron (rpm)


Jumlah Pole (kutub) Frekuensi , 50 Hz
2

3000

1500

1000

750

10

600

12

500

14

429

Tabel Run-away speed Turbin, N maks/N


Jenis Turbin

Putaran Nominal, N (rpm)

Runaway speed

Semi Kaplan, single regulated

75-100

2-2.4

Kaplan, double regulated

75-150

2.8-3.2

Small-medium Kaplan

250-700

2.8-3.2

Francis (medium & high head)

500-1500

1.8-2.2

Francis (low head)

250-500

1.8-2.2

Pelton

500-1500

1.8-2

Crossflow

100-1000

1.8-2

Turgo

600-1000

2. Pemilihan Generator dan Sistem Kontrol


Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Jenis generator yang digunakan pada
perencanaan PLTMH ini adalah :

v Generator sinkron, sistem eksitasi tanpa sikat (brushless exitation) dengan penggunaan dua
tumpuan bantalan (two bearing).
v Induction Motor sebagai Generator (IMAG) sumbu vertikal, pada perencanaan turbin propeller
open flume

Spesifikasi generator adalah putaran 1500 rpm, 50 Hz, 3 phasa dengan keluaran tegangan 220 V/380 V. Efisiensi generator secara umum
adalah

v Aplikasi < 10 KVA efisiensi 0.7 - 0.8


v Aplikasi 10 - 20 KVA efisiensi 0.8 - 0.85
v Aplikasi 20 - 50 KVA efisiensi 0.85
v Aplikasi 50 - 100 KVA efisiensi 0.85 - 0.9
v Aplikasi >. - 100 KVA efisiensi 0.9 - 0.95
Sistem kontrol yang digunakan pada perencanaan PLTMH ini menggunakan pengaturan beban sehingga jumlah output daya generator selalu
sama dengan beban. Apabila terjadi penurunan beban di konsumen, maka beban tersebut akan dialihkan ke sistem pemanas udara (air heater)
yang dikenal sebagai ballast load/dumy load.
Sistem pengaturan beban yang digunakan pada perencanaan ini adalah

v Electronic Load Controller (ELC) untuk penggunaan generator sinkron


v Induction Generator Controller (IGC) untuk penggunaan IMA
Sistem kontrol tersebut telah dapat dipabrikasi secara lokal, dan terbukti handal pada penggunaan di banyak PLTMH. Sistem kontrol ini
terintegrasi pada panel kontrol (switch gear).
Fasillitas operasi panel kontrol minimum terdiri dari

v Kontrol start/stop, baik otomatis, semi otomatis, maupun manual


v Stop/berhenti secara otomatis
v Trip stop (berhenti pada keadaan gangguan: over-under voltage, over-under frekuensi.
v Emergency shut down, bila terjadi gangguan listrik (misal arus lebih)

Waduk dan tenaga Air


BAB
BENDUNG

TETAP

UNTUK

III
IRIGASI

I.
Pemilihan
Lokasi
Bendung
A.
Umum
Lokasi bendung tetap permanen bagi kepentingan irigasi dipilih yang menguntungkan dari segi
perencanaan, pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dll.
B.
Pemilihan
Lokasi
Bendung
:
Lokasi
bendung
dipilih
atas
pertimbangan
beberapa
aspek
yaitu
:
1)
Keadaan
topografi
a. Semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari.
b. Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat
ditetapkan.
c.
Kedua
hal
diatas
lokasi
bendung
dilihat
dari
segi
topografi
dapat
diseleksi.
d.
Ketinggian
mercu
bendung
dari
dasar
sungai
dpaat
pula
direncanakan.
2)
Kondisi
topografi
a.
Ketinggian
bendung
tidak
terlalu
tinggi.
b.
Trace
saluran
induk
terletak
ditempat
yang
baik.
c. Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen.
3) Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung termasuk angkutan sedimennya adalah faktor
yang
harus
dipertimbangkan
yaitu:
a. Pola aliran sungai, kecepatan & arahnya pada waktu debit banjir sedang/kecil.
b.
Kedalaman
dan
lebar
muka
air
pada
waktu
debit
banjir
sedang
dan
kecil.
c. Tinggi MA pada debit rencana, dan Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
d.
Potensi
dan
distribusi
angkutan
sedimen.
Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan pembangunan bandung di lokasi lain
misalnya
di
sudetan
sungai
atau
dengan
jalan
membangun
pengendalian
sungai.
4) Kondisi tanah fundasi bendung harus dipertimbangkan dilokasi dimana tanah fundasinya cukup baik
sehingga
bangunan
akan
stabil.
5) Biaya pelaksanaan Beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan, selanjutnya biaya pelaksanaan
dapat
ditentukan
dan
cara
pelaksanaanya,
peralatan
dan
tenaga.

6) Faktor faktor lain yaitu penggunaan lahan di sekitar bendung, kemungkinan pengembangan daerah
disekitar bendung, perubahan morfologi sungai daerah genangan yang tidak terlalu luas dan ketinggian
tanggul
banjir.
B.
Penempatan
Bendung
di
Sudetan
Sungai
Penempatan bendung dulu dikenal hanya di palung sungai. Sudetan sungai adalah saluran yang dibuat
untuk
memindahkan
aliran
sungai
dari
palung
aslinya.
Gambar
3.1.2.
Bendung
di
sudetan
1)
Keuntungan
bendung
ditempatkan
di
sudetan
sungai
yaitu
:
a. Memudahkan pelaksanaan bendung tanpa gangguan aliran sungai dan tidak perlu terburu buru karena
gangguan
musim
b.
Arah
aliran
menuju
bendung
dan
kehilirnya
akan
lebih
baik
c.
Untik
mendapatkan
tanah
fundasi
yang
lebih
baik
d.
Penempatan
lokasi
intake,
kantong
sedimen
dan
saluran
akan
lebih
baik
2)
Kesulitannya
yaitu
:
a.
Membuat
tanggul
penutup
sungai
yang
kadangkala
cukup
tinggi
dan
berat
b. Diperlukan pula bangunan pengelak khusus dalam pelaksanaan pembuatan tanggul penutup tersebut.
c.
Adakalanya
perlu
penyeberangan
saluran
induk
diatas
palung
sungai
asli.
3) Tata letak yang tepat untuk sudetan bergantung kepada keadaan geotek, topografi dll. Yagn
dipertimbangkan
pada
pengaturan
alur
sudetan
yaitu
:
a.
Perubahan
morfologi
sungai
diusahakan
sesedikit
mungkin
b. Penurunan dasar sungai/sudetan di hilir bendung akan terjadi sehingga penentuan kedalaman koperan
bangunan/bendung
harus
dipertimbangkan.

C.
1)

Gbr

2)

Contoh
Bendungan

3.2

Bendungan

Penempatan
Indrapura

Bendung

Metawa

di

Indrapura

di

Sungai

Bendung
Batang

di

Metawa,

di
Indarapura,

Sudetan

Sulawesi

Sudetan
Sumatra

Sungai

Tengad

Sungai
Barat.

Indrapura

(Gbr.

3.1.C2)

Gbr
3.3
Bendung
Metawa
di
Sudetan
Sungai
Metawa
II.
BENDUNG
PELIMPAH
Bendung berfungsi untuk meninggikan muka air, agar air banjir sungai dapat disadap sesuai dengan
kebutuhan dan mengendalikan aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat
dimanfaatkan secara aman, efektif dan optimal. Bendung sebagai pengatur tinggi muka air sungai dibedakan
menjadi:
1) Bendung Pelimpah terdiri dari tubuh bendung (ambang tetap yang berfungsi untuk meninggikan taraf

muka
air
sungai).
2) Mercu Bendung (berfungsi untuk mengatur tinggi air minimum, melewatkan debit banjir, dan untuk
membatasi
tinggi
genangan
yang
akan
terjadi
di
udik
bendung).
A.
Klasifikasi
bendung
Bendung
berdasarkan
fungsinya
dapat
diklasifikasikan
menjadi:
1)
Bendung
penyadap
sebagai
penyadap
untuk
irigasi.
2)
Bendung
pembagi
banjir
sebagai
pengatur
muka
air
sungai.
3)
Bendung
penahan
pasang
sebagai
pencegah
masuknya
air
asin.
Berdasarkan
tipe
strukturnya
bendung
dibedakan
atas:
1)
Bendung
tetap.
2)
Bendung
bergerak.
3)
Bendung
kombinasi.
4)
Bendung
kembang
kempis.
5)
Bendung
bottom
intake.
Ditinjau
dari
segi
sifatnya
bendung
dapat
dibedakan
atas:
1) Bendung permanent, seperti bendung pasang batu, beton dan kombinasi beton dan batu.
2)
Bendung
semi
permanent,
seperti
bendung
bronjong,
cerucuk
kayu.
3)
Bendung
darurat,
seperti
bendung
tumpukan
batu
dan
sebagainya.
B.
Tata
Letak
Bendung
dan
Perlengkapannya
Bendungan tetap yang terbuat dari pasangan batu untuk keperluan irigasi terdiri atas beberapa komponen
dan
fungsinya:
1) Tubuh bendungan : terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung dengan bangunan peredam energi.
Bermaksud agar aliran utama menuju bendung dan yang keluar terbagi rata, sehinnga tidak menimbulkan
pusaran-pusaran aliran diudik bangunan pembilas dan intake. Pusaran aliran dapat menimbulkan gangguan
penyadap
aliran
ke
intake
dan
pembilas
sedimen.
2) Bangunan intake : terdiri dari ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar penempatan pintu, saringan
sampah, jembatan pelayan, dan rumah pintu. Bangunan ini merupakan satu kesatuan dengan bangunan
pembilas dan tembok pangkal diudiknya, intake diupayakan berada ditikungan aliran sungai, sehingga dapat
mengurangi
sedimen
yang
masuk
ke
intake.
3) Bangunan pembilas : dengan underscluice atau tanpa underscluice, pilar penempatan pintu, pintu bilas,
jembatan pelayan, rumah pintu, dan saringan batu. Diletakkan berdampingan dengan intake untuk
membentuk tikungan luar aliran dan mengurangi jumlah angkutan sedimen dasar masuk ke intake.
4) Bangunan perlengkapan : yaitu tembok pangkal, sayap bendung, lantai udik dan dinding tirai, pengarah
arus tanggul banjir dan tanggul penutup atau tanpa tanggul, penangkap sedimen atau tanpa penangkap
sedimen,
tangga,
dan
penduga
muka
air.
C.
Bentuk
Bendung
Pelimpah
Pelimpah lurus : Dibangun melintang dipalung sungai dan tegak lurus antara tembok pangkal dan pilar
pembilas bendung, mengarah tegak lurus terhadap aliran utama sungai. (gbr. 3.4)

Pelimpah lengkung : Jarak lengkung biasanya sekitar 1/10 1/20 dari lebar bentang, bentuk ini akan
melimpahkan aliran sungai lebih besar dibandingkan dengan bentuk lurus karena bentangnya lebih panjang.
Umumnya dibangun didasar sungai dari jenis batuan keras sehingga penggerusan setempat hilir bendung
tidak
perlu
dikhawatirkan.

Gbr.
3.5
Bentuk
Pelimpah
bendung
D.
Mercu
Bendungan
1.
Defenisi
dan
Fungsi
Mercu bendungan yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana aliran dari udik dapat melimpah kehilir.
Fungsinya sebagai penentu tinggi muka air minimum disungai bagian udik bendung, sebagai penampang
sungai
dan
sebagai
pelimpah
aliran
sungai.
2.
Bentuk
Mercu
Bendung
bentuk
mercu
bendung
tetap
yaitu:
1.
Mercu
bulat
(1
jarijari
pembulatan).
2.
Mercu
bulat
(2
jarijari
pembulatan).
3.
Mercu
tipe
Ogee,
SAF,
dan
mercu
ambang
lebar.
(Gbr.3.6
Bentuk
Mercu)
3.
Tinggi
Mercu
Bendung
(TMB)
Tinggi mercu bendung (p) yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/dasar sungai di udik bendung dan
elevasi
mercu.
Menentukan
TMB,
harus
dipertimbangkan:
1.
Kebutuhan
penyadap
untuk
memperoleh
debit
dan
tinggi
tekan
2.
Kebutuhan
tinggi
energi
untuk
pembilas
3.
Tinggi
muka
air
genangan
yang
akan
terjadi
4.
Kesempurnaan
aliran
pada
bendung
5.
Kebutuhan
pengendalian
angkutan
sediment
yang
terjadi
di
bendung.
Rumus
Bucdschu
dan
Verwoerd,
untuk
perhitungan
tinggi
muka
air
adalah:
m
=
1,49

0,018
{5

(h/R)}2
k
=
4/27
.
m2
.
h3
{
1/(h+p)
}2
dimana:
k
=
Tinggi
kecepatan
aliran
h
=
Tinggi
muka
air
udik
bendung
m
=
Koefisien
pengaliran
bendung
p
=
Tinggi
mercu
bendung
kedasar
sungai
R
=
Jari

jari
pembulatan
mercu
bendung

Gbr.
3.7
Pengaturan
Tinggi
Mercu
Bendung
(P)
dari
lantai
udik
4.
Panjang
Mercu
Bendung
Panjang mercu bendung disebut pula lebar bentang bendung yaitu antara kedua tembok pangkal bendung
(abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar pilarnya, disebut panjang Mercu Bruto. Yang
diperhatikan
dalam
perhitungannya
adalah:
1.
Kemampuan
melawan
debit
desain
dengan
tinggi
jagaan
yang
cukup.
2. Batas tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain.
Panjang mercu bendung efektif (Be) yaitu panjang mercu bendung bruto (Bb) dikurangi dengan lebar pilar
pintu pembilas. Artinya panjang mercu bendung yang efektif melawan debit banjir desain. Panjang mercu
bendung efektif lebih pendek dari pada panjang mercu bendung bruto. Panjang mercu bendung efektif dapat
diperhitungkan
dengan
cara:
1).
Be
=
Bb

20%
b
t
2).
Be
=
Bb

2
(n
.
kp
+
ka)
H
Dimana
:
Be
:
panjang
mercu
bendung
efektif
(meter)
Bb
:
Panjang
mercu
bendung
Bruto
(meter)
b
:
Jumlah
lebar
pembilas

t
n
kp
ka
H
:
Harga

Jumlah

:
:
Tinggi
koef.

pilar

pilar
pembilas
Jumlah
pilar
pembilas
dan
pilar
jembatan
:
Koefisien
kontraksi
pilar
Koefisien
kontraksi
pangkal
bendung
energi,
yaitu
h
+
k
;
h
=
tinggi
air;
k
=
V2
/
2g
Pilar
dapat
dilihat
pada
standar
perencanaan
irigasi,
KP-02

Gbr.
3.8.
Panjang
mercu
bendung
5.
Penentuan
Elevasi
Mercu
Bendung
Elevasi
mercu
bendung
ditentukan
berdasarkan
beberapa
pertimbangan
:
1)
Elevasi
sawah
tertinggi
yang
akan
diairi,
dan
keadaan
tinggi
air
sawah
2) Kehilangan tekanan mulai dari intake sampai dengan saluran tersier ditambah kehilangan tekanan akibat
exploitasi.
3) Tekanan yang diperlukan agar dapat membilas sedimen di undersluice dan kantong sedimen.
4) Pengaruh elevasi mercu bendung terhadap panjang bendung untuk mengalirkan debit benjir rencana, dan
mendapatkan
sifat
aliran
sempurna.
6.
Peninggian
Mercu
Bendung
Peninggian
mercu
sangat
menimblkan
dampak
yang
baik,
yaitu:
1) penyadapan air tidak terganggu, sehingga daerah irigasi yang diari menjadi kurang.
2) Tinggi energi yang dibutuhkan bertambah, sehingga pembilas sedimen oleh undersluice dan di kantong
sediment
sangat
baik.
7.
Tinggi
Muka
Air
di
atas
Mercu
Bendung
Tinggi Muka Air di atas Mercu dapat dihitung dengan persamaan tinggi energi debit untuk ambang bulat
dan
pengontol
segi
empat,
yaitu:
dimana
Cd
=
g
b
H
Penentuan

:
koefisien
=
=
Koef.

Qd
debit

=
Cd

debit
(
=
C0
=
percepatan
panjang
mercu
tinggi
energi
diatas
Debit
(Cd),
dapat
dilihat
standar

desain,
C1

m3/det
.
.
C2
)
gravitasi
efektif
(m)
mercu
(m)
perencanaan
irigasi
KP.02

Gbr. 3.9. Cara peninggian Mercu Bendung Gbr. 3.10. Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendung
III.
BANGUNAN
INTAKE
A.
Defenisi
dan
Fungsi
Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendungan yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai,
mengatur pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke
intake.
B.
Tata
Letak
Tata
letak
intake
diatur
seperti
berikut
:
1. Sedekat mungkin dengan bangunan pembilas, dan merupakan satu kesatuan dengan pembilas serta

tidak
menyulitkan
penyadapan
aliran
2.
Tidak
menimbulkan
pengendapan
sedimen
dan
turbulensi
aliran
diudik
intake.
C.
Macam
Intake
Intake biasa yaitu intake dengan pintu berlubang satu atau lebih dan dilengkapi dengan pintu dinding banjir,
lebar satu pintu tidak lebih dari 2,5 m dan diletakkan dibagian udik. (Gbr.3.11)
Intake gorong gorong : tanpa pintu dibagian udik, pintu pintu diletakkan dibagian hilir gorong gorong,
lubang intake lebih dari dengan lebar masing masing lubang tidak kurang dari 2,5 m. (Gbr.3.12)
Intake frontal : diletakkan ditembok pangkal, jauh dari bangunan pembilas/bendung. (Gbr.3.13)
D.
Arah
Intake,
Komponen
dan
Letak
Bangunan
1.
Arah
Intake
(Gbr.3.14):
terhadap
suhu
sumbu
sungai
dapai
diatur
sbb:
a.
Tegak
lurus
membentuk
sudut
sekitar
90o
pada
sumbu
sungai
b.
Menyudut
membentuk
sudut
45o
60o
terhadap
sumbu
sungai
c.
keadaan
tertentu
ditetapkan
d.
berdasarkan
hasil
uji
model
hidraulik
laboratorium.
Komponen
utama
bagian
intake
(Gbr.3.15),
adalah
sebagai
berikut:
a. Ambang/lantai dinding bangunan tembok sayap, Pintu, perlengkapannya serta dinding penahan banjir.
Pilar
penempatan
pintu
bila
pintu
lebih
dari
1
buah,
dan
jembatan
pelayan.
b.
Rumah
pintu,
saringan
sampah,
sponeng
dan
sponeng
cadangan
dll.
2. Letak Intake (Gbr.3.16) : Diatur sedemikian rupa supaya berada ditikungan luar aliran, sehingga pada
keadaan banjir angkutan sedimen dasar yang mendekat keintake akan terlempar ketikungan dalam
menjauhi
intake.
E.
Bentuk
dan
Ukuran
Hidraulik
1. Lantai Intake : lantai intake dirancang datar / miring dihilir pintu, bila lantai intake di awal kantong sedimen
bisa berbentuk datar dengan kemiringan tertentu. Ketinggian intake, yaitu: sama tinggi dengan plat lantai
undersluice,
sampai
0,5
m
diatas
plat
undersluice.
Tergantung
pada
keadaan.
Bila ditempatkan pada bangunan pembilas tanpa undersluice maka ketinggiannya: Sungai mengangkut
lanau, tingginya (0,5m), pasir dan krikil (1,0m), kerakal dan bongkah (1,5m). Dan tergantung keadaan.

Gbr.3.17
Contoh
Letak
Lantai
Intake
2. Lebar dan Tinggi Lubang Intake : dimensi lubang penyadap aliran harus ditentukan berdasarkan
kebutuhan air maksimum, baik untuk pemasokan kebutuhan air maupun untuk pembilasan sedimen
dikantong
sedimen.
a)
Lebar
lubang
intake
dapat
dihitung:
atau
dimana:
Q1
=
Debit
intake
(m3/det)
c
dan

=
Koefisien
pengaliran
a
=
Tinggi
duka
lubang
g
=
Percepatan
gravitasi
z
=
Kehilangan
tinggi
energi
(m)
b) Tinggi Pintu intake (h) : berbanding dengan lebar pintu (b), dapat diambil dengan perbandingan:

b
:
h
=
1
:
1
atau
b
:
h
=
1,5
:
1
atau
b
:
h
=
2
:
1
F.
Pilar
Intake
dan
Dinding
Banjir
1. Pilar untuk penempatan pintu : bila lebar intake lebih dari 1m maka diperlukan pilar untuk penempatan
pintu.
Penempatan
pilar
diatur:
a. bagian awalnya diletakkan agak mundur sebesar (R), supaya aliran yang masuk lebih mulus.
b.
Bentuk
awal
pilar
bulat
dan
tegak
atau
dengan
kemiringan.
c.
Bagian
hilirnya
dapat
dibuat
tegak
/
miring,
ketebalan
pilar
0,7

1
m.
2. Dinding Banjir dan Sponeng (Gbr.3.18): Diletakkan dihilir pintu intake. Fungsinya untuk mencegah aliran
banjir, masuk ke intake mengurangi kecepatan aliran yang menuju intake, berkaitan dengan pengendalian
pergerakan
angkutan
muatan
sedimen
ke
itntake.
G.
Dua
Intake
di
Satu
Sisi
Bendung
1.
Maksud
seharusnya untuk kedua irigasi yang terletak dikedua sisi bendung dibangun dua pula intakenya. Tetapi bila
salah satu irigasi debit pengambilannya kurang 1 m3/detik, maka intake dapat dibuat satu sisi saja.untuk
menghemat biaya pembilas, karena hanya dibuat satu buah bangunan pembilas yang berdekatan dengan
intake
tersebut.
2.
Desain
Desain
dua
banguna
intake
yang
ditempatkan
disatu
sisi
bendung
diatur:
a)
pintu
intake
yang
ditempatkan
di
pilar
pembilas,
b)
goronggorong
untuk
menyeberangkan
aliran
ditempatkan
didalam
tubuh
bendung,
c) kecepatan aliran didalam gorong gorong diambil 2,5 m/det sehingga dapat menghanyutkan sedimen
yang masuk kedalam goronggorong, tetapi tidak pula terlalu tinggi untuk menghindari bahaya pengikisan.
d) Fasilitas pembilas sedimen dirancang tepat di pengeluaran gorong-gorong diawal saluran induk.
e)
Tebal
pilar
pembilas
2
m

t,
dimana
(tminimum=
1,0
m)

Gbr
3.19
Penempatan
Pintu
Intake
di
Pilar
IV.
BANGUNAN
PEMBILAS
A.
Defenisi
dan
Fungsi
Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak didekat dan menjadi satu
kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi
angkutan
muatan
sedimen
layang
masuk
ke
intake.
B.
Sistem
Kerja
Pembilas
dengan
Undersluice
Sistem
kerja
pembilas
dengan
undersluice
bila
dioperasikan
yaitu:
1. Aliran sungai dari udik menuju bangunan terbagi 2 lapis oleh pilar undersluice
2. Aliran sungai lapisan atas yang relatif tidak mengandung sedimen dasar mengalir ke intake.
3. Aliran sungai dilapisan bawah bersama sama dengan sedimen dasar mengalir dan masuk ke lubang
undersluice,
lalu
terbuang
kehilir
melalui
pintu
bilas.
4. Pembilasan secara berskala sehingga mendapatkan kedung daerah bebas endapan diudik dan dimulut
intake
atau
undersluice.
C.

Macam

Bangunan

dan

Tata

Letak

1.
Macam
bangunan,
dibedakan
atas:
a. Bangunan pembilas konvensional terdiri 1 dan 2 pintu, umumnya dibangun dibendung kecil (bentang
20m).
Seperti
bangunan
tua
warisan
belanda.
b. Bangunan pembilas undersluice untuk bendungan irigasi, ditempatkan pada bentang dibagian sisi yang
arahnya
tegak
lurus
sumbu
bendung.
c. Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan di bendung sungai ruas hulu, untuk menghindarkan
benturan
batu/benda
padat
lainnya
terhadap
bendungan.
2.
Tata
Letak
Tata
letak
bangunan
pembilas
undersluice
diatur
sbb:
a.
Bersatu
dengan
bangunan
intake,
b.
Pintu
pembilas
diletakkan
segaris
dengan
sumbu
bendung,
c. Bengunan diletakkan di sisi luar tubuh bendung dekat tembok pangkal, arahnya tegak lurus sumbu
bendung,
d.
Mulut
undersluice
mengarah
keudik
bukan
kearah
samping.
Tata
letak
bangunan
pembilas
shunt
undersluice
diatur
sbb:
a.
Bersatu
dengan
bangunan
intake,
b.
Ditempatkan
dibagian
luar
tubuh
atau
diluar
tembok
pangkal
bendung,
c.
Mulut
undersluice
mengarah
ke
samping
bukan
ke
arah
udik,
d.
Pilar
pembilas
berfungsi
sebagai
tembok
pangkal.
(Gmbr
3.20
Tata
letak
)
D.
Komponen
dan
Bentuk
Bangunan
1.
Komponen
Bangunan
pembilas
undersluice
lurus
terdiri:
a.
Undersluice
dan
perlengkapannya.
Bangunan
Undersluice
terdiri
atas:

Lubang
/
torowongan,
plat
undersluice,
dan
lantai
dengan
lapisan
tahan
aus.

Tembok
penyangga
bila
lubang
lebih
dari
satu
buah.
Mulut undersluice, pintu bilas atas dan bawah, saringan batu dan sebagainya.
b.
Pintu
pembilas
dan
perlengkapannya.
c.
Pilar-pilar
penempatan
pintu,
tembok
baya-baya
/
guide
wall,
tembok
pangkal.
d.
Jembatan
pelayan,
rumah
pintu
,
tangga
dll.
2.
a.
b.
c.

Bentuk
Undersluice,
Undersluice
lurus
dan
shunt
undersluice,
dibagi
atas:
Undersluice
satu
atau
dua
lubang
dengan
mulut
sejajar
sumbu
bendung.
Undersluice
1
lubang/lebih
dengan
mulut
menyudut
terhadap
sumbu
bendung.
Undersluice
2
lubang/lebih
dengan
mulut
menyudut
terhadap
sumbu
bendung.

E.
Tata
Cara
Desain,
Urutan
cara
dalam
mendesain
Undersluice
yaitu:
1.
Tentukan
lebar
Undersluice,
memperhatikan
lebar
(pintu
bilas
dan
intake),
2.
Tentukan
arah
dan
letak
mulut
Undersluice,
3. Tentukan panjang Undersluice (520 m) dengan memperhatikan bahwa mulut Undersluice harus terletak
diudik
intake,
4. Tentukan letak elevasi plat bagian atas Undersluice dengan memperhatikan elevasi ambang atau lantai
intake,
5.
Tentukan
ketebalan
palt
Undersluice
(0,200,35
m),
6. Tentukan tinggi lubang dan elevasi lantai Undersluice, biasanya tinggi 1,5 m.
Gambar 3.4 Bangunan pembilas dengan tiga lubang dengan dinding bajir kombinasi pada bendung Cisokan,
CianjurJawa
Barat(
atas)
dan
pembilas
tanpa
under
scluice
(
bawah
)
F.
Dimensi
Bangunan
Undersluice
1.
Pembilas
undersluice
lurus

a.
bentuk
mulut
1)
Mulut
undersluice
diletakkan
diudik
mulut
intake
dengan
arah
tegak
lurus,
2) Lebar mulur
undersluice
sluice
harus
lebih
besar dari (1,2
x lebar
intake),
3) Elevasi bagian atas palat undersluice diletakkan sama tinggi atau lebih rendah dari pada elevasi
ambang/lantai
intake,
Lubang
dapat
terdiri
dari
atas
2
bagian
atau
lebih,
4) Bila lebar mulut bagian udik jauh lebih lebar dari bagian hilir dapat dipersempit dengan tembok
penyangga.
b.
Lebar
bangunan
1) lebar pembilas total diambil (1/6 1/10) dari lebar bentang bendung untuk sungai sungai yang lebarnya
kurang
dari
100
meter.
2) Lebar satu lubang maksimum 2,5 m untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah lubang tidak lebih dari
tiga
buah.
c.
Tinggi
dan
panjang
undersluice
1)
Tinggi
lubang
undersluice
diambil
1,5
m
2)
Panjang
ditentukan,
mulut
undersluice
harus
terletak
dibagian
udik
intake,
3)
Bentuk
lantai
undersluice
rata
tanpa
kemiringan.
d.
Elevasi
lantai
lubang
1)
sama
tinggi
dengan
lantai
udik
bendung,
2)
lebih
rendah
atau
lebih
tinggi
dari
lantai
udik
bendung.

Gmbr.3.21

macam

penempatan

lantai

lubang

undersluice

2.
Pintu
Pembilas
Macam Pintu : dapat dibuat 1 pintu atau 2 pimtu yakni pintu atas dan bawah.
Fungsi Pintu : pintu bawah untuk pembilasan sedimen yang terdapat didalam, diudik dan disekitar mulut
undersluice. Pintu atas untuk menghanyutkan bendabenda padat yang terapung diudik pintu.
Jenis
Pintu
:
umumnya
pintu
sorong,
dan
hampir
tidak
dijumpai
pintu
radial.
Bahan
Pintu
:
dibuat
dari
balok

balok
kayu
dengan
kerangka
baja.
Dinding Banjir : untuk pembilas dengan undersluice lurus biasanya tidak dilengkapi dengan dinding banjir.
Pintu bilas tanpa dinding banjir dapat memperbesar kapasitas pelimpah debit banjir.
Desain
:
mendesain
pintu,
faktor

faktor
yang
harus
diperhatikan
adalah:
a.
Beban
yang
bekerja
pada
pintu.
b.
Alat
pengangkat
tenaga
manusia
atau
dengan
mesin.
c.
Sistem
kedap
air
dan
bahan
bangunan.
Ukuran:
a. Untuk 1 lubang/ruang pintu sorong yang dioperasikan dengan tenaga manusia lebar maks. 2,5 m, ukuran

satu
b.
Untuk
c.
Tinggi

balok
kayu
pintu
yang
dioperasikan
mercu
pintu
pembilas

dengan
1cm

pintu
20x25
mesin,
lebar
2,5
m

>
dari
elevasi
mercu

cm.
5,0
m.
bendung.

3.
Pilar
Pembilas
Fungsi
:
Untuk
penempatan
pintu-pintu,
undersluice
dan
perlengkapan
lain.
Bahan : Umumnya terbuat dari tembok pasangan batu, beron bertulang sebagai bahan pilar jarang dibuat.
Bentuk : Bagian udik bulat dengan jarijari pembulatan setengah lebar pilar. Bagian hilir runcing dengan jarijari
peruncingan
2x
lebar
pilar.
Ukuran: Lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2 m dan sisi bagian dalam 1 1,5 m.
Penempatan
:
pada
undersluice
lurus
ditempatkan
dibentang
sungai.
4.
Sponeng
dan
Stang
Pintu
Sponeng : Fungsi pada pintu sorong kayu, untuk menahan tekanan air pada pintu. Ukuran 25x25 cm atau
25x30 cm, dilengkapi dengan sponeng cadangan bentuk huruf T pada bangunan bilas dengan undersluice.
Stang pintu : Berfungsi mengangkat dan menurunkan pintu. Ditempatkan dalam sponeng diluar bukaan
bersih. Jumlah stang pintu 2 buah diletakkan dibagian dalam dike-2 sisi, tidak 1 buah di tengah.
5.
Tembok
baya

baya
Fungsi : Tembok baya/guidewall adalah untuk mencegah angkutan sedimen dasar meloncat dari udik
bendung
keatas
plat
undersluice.
Penempatan : Tembok bayabaya ditempatkan menerus kearah udik dari plat pembilas bagian luas / sisi
bendung.
Bentuk
:
Mengecil
kearah
udik
/
sama
besar
dari
hilir
keudik.
Ukuran : Tinggi mercu tembok gaya gaya 0,5 1m diatas mercu bendung.
6.
Pengoperasian
Pintu
a.
Kriteria
pengoperasian
Kecepatan aliran diambang undersluice harus terbatas sehingga tidak masuk lantai underscluice,
Pintu bilas harus ditutup selama sengai banjir untuk menghindarkan penghisapan sampah-sampah yang
dapat
menyumbat
lubang
underscluice,
Tinggi bukaan pintu bilas harus diatur sedemikian, supaya tidak menimbulkan pusaran isap atau
menimbulkan
bahaya
kavitasi.
b.
Masalah
Rongga
dibawah
Plat
Rongga
udarah
dibawah
plat
undersluice
dapat
terjadi
bila:

Pintu
bilas
dibuka
penuh,
Muka
air
hilir
terlalu
rendah,

Tidak
terjadi
pelimpah
dari
mercu
pintu
bilas.
Mengatasi
hal
diatas
dilakukan
cara:

Pintu
bilas
tidak
dibuka
penuh,
Ujung
plat
diudik
undersluice
dibuat
bulat,

Pengoperasian
pintu
diatas
sehingga
tidak
terjadi
pusaran
isap.
7.
Dinding
Banjir
Dinding
banjir
pada
pembilas
bendung
dibedakan:
a.
Tanpa
dinding
banjir
b.
Dengan
dinding
banjir
c.
Kombinasi
keduanya
Manfaatnya:
Memperbesar kapasitas debit pelimpah banjir. Dan sampah yang terapung diudik pintu bilas dapat dibuang
secara
hidraulik
dengan
mudah.
Kelemahan:
Dapat merusak pintu dan stangnya waktu banjir, karena tekanan banjir dan sampah.

Mudah
menumpukkan
sedimen
diudik
pintu
bangunan
pembilas.
G.
Pembilas
Shunt
Undersluice
1)
Pengertian

Adalah bangunan undersluice yang penempatannya diluar bentang sungai dan diluar pangkal bendung,
dibagian
samping
melengkung
kedalam
dan
terlindung
tembok
pangkal.
2)
Maksud
dan
Manfaat
Pembilas shunt undersluice dipilih pada bendung-bendung yang dibangun disungai ruas hulu. Bermaksud
agar pilar dan bangunan undersluice terhindar dari bahaya benturan batu dan kayu yang hanyut sewaktu
banjir. Manfaatnya yaitu kapasitas pelimpah bendung tidak dikurangi oleh adanya pilar pembilas atau
seluruh
bentang
bendung
tidak
terganggu
melimpahkan
debit
banjir
sungai.
3)
Cara
Kerja
dan
Kelemahan
Cara:
a. Air yang mengalir sebelum masuk keintake terbagi 2 yaitu atas dan bawah.
b.
Lapisan
air
bagian
bawah
masuk
kedalam
lubang
pembilas.
c.
Lapisan
air
bagian
atas
mengalir
masuk
ke
intake.
Kelemahan:
Kurang diperolehnya efek penggurusan dimulut shunt undersluice yang diakibatkan aliran helicoidal seperti
yang
biasanya
terbagi
pada
bangunan
undersluice.
4)
Bentuk
dan
Ukuran
a.
Tinggi
lubang
12
m,
diusahakan
1,5
m.
Lebar
sekitar
2
m.
b.
Mulut
undersluice
mengarah
kearah
bendung
bukan
kearah
udik.
c.
Bentuk
melengkung
kearah
luar
bendung.
d.
Umumnya
dilengkapi
dengan
dinding
banjir
ditempatkan
dihilir
pintu
bilas.
H.
Pengoperasian
Pintu
Pembilas
Pembukaan
Pintu;
dilakukan
dengan
cara:
1.
Pembilasan
sistem
terus-menerus,
pintu
bilas
dibuka
sewaktu-waktu.
2. Pintu bilas bibuka dengan tinggi bukaan tertentu bila selesai banjir atau banjir sungai mulai turun
3. Pintu bilas bukaan pintu tergantung pada besar debit sungai dan keadaan tinggi muka air sungai. Pintu
bilas
ditutup
selama
banjir
sungai
berlangsung
4. Pintu bilas ditutup penuh saat pengaliran keintake dan saat air kecil dan banjir.
Pengangkatan dan Penutupan Pintu; yang dilakukan oleh tenaga manusia akan lebih mudah dan ringan bila
ulir
tempat
perputaran
stang
pintu
terbuat
dari
bahan
tembaga.
Evektifitas Pembilas; akan sangat tinggi bila terdapat head yang cukup, debit sungai yang memadai dan
tinggi bukaan pintu bilas yang sesuai daerah bebas endapan dimulut undersluice selalu terjadi.
V.
BANGUNAN
PENAHAN
BATU
(BOULDER
SCREEN)
1.
Defenisi
dan
Fungsi
Bangunan penahan batu adalah bangunan ditempatkan diudik bangunan pembilas bendung, terdiri dari
barisan tiang-tiang. Berfungsi sebagai alat untuk mencegah batu-batu dengan diameter tertentu yang akan
masuk keintake dan menyimpan batu dengan diameter tertentu masuk kebangunan bilas/intake kearah
bendung.
2.
Persyaratan
Mendesain bangunan penahan batu, diperhatikan debit yang masuk keintake tidak berkurang dari jumlah
yang dibutuhkan karena adanya kemungkinan terjadinya endapan batu diantara batang-batang cerucuk.
3.
Penempatan
Ditempatkan diudik/undersluice dengan arah desain sedemikian, sehingga tercipta tikungan luar aliran dan
menjadi deflector untuk melemparkan angkutan sedimen dasar menjauh dari intake dan dapat pula
menyimpan
batu
tertentu.
4.
Komponen,
bangunan
penahan
batu
terdiri
atas:
a.
barisan
cerucuk
pipa
bulat
dipasang
vertikal,
b.
balok
beton
sebagai
pengikat
horizontal,
fundasi
bangunan.
5.
Tipe
Bangunan
Tipe penahan batu dibuat dengan bentuk pagar yang terdiri dari batang tegak dan bagian atasnya diikat
dengan
balok
pengikat.

6.
Bentuk
dan
Ukuran
a.
Pipa
untuk
cerucuk,
tipe
pipa
dipilih
yang
bulat
b.
Balok
beton
pengikat,
dipasang
horizontal
diujung
atas
cerucut
vertikal.
c.
Elevasi
balok
pengikat,
diletakkan
diketinggian
12
m
diatas
mercu
bendung.
d. Jarak antara tiang, jarak bersih antara batang satu dan yang lain diambil sesuai dengan diameter butir
batu
yang
akan
ditahan
atau
(15

20)
cm.
e. Fundasi tiang, disesuaikan kedalamannya dengan kedalaman elevasi dasar sungai dan lantai undersluice.
7.
Penerapan
Bangunan
Penahan
Batu
Pada bendungan Cisokan Cianjur jawa barat tahun 1886. dan direhabilitasi pada tahun 1989 dengan
peninggian mercu bendung, perbaikan intake, pembangunan pembilas tambahan tipe undersluice, dan
bangunan penahan. Masalah besar dijumpai pada bendungan ini adalah masalah angkutan sedimen yang
cukup besar ke intake. Untuk mencegah angkutan sedimen dasar masuk ke intake, membangun pengelak
sedimen
tipe
undersluice
lurus
bentuk
tertentu,
sehingga:
1) Dapat menciptakan aliran helicoidal tepat diudik undersluice sehingga pengendapan sedimen dasar
didaerah
ini
dapat
dihindari.
2) Dapat membentuk daerah bebas endapan tepat di udik undersluice dan menciptakan skiming wall ke
intake.

VI.
BANGUNAN
PEREDAM
ENERGI
1.
Defenisi
dan
Fungsi
Adalah struktur dari bagunan dihilir tubuh bendung yang terdiri dari berbagai tipe, bentuk dan dikanan kirinya
dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu.
Fungsi bangunan adalah untuk meredamkan energi akibat pembendungan, agar air dihilir bendung tidak
menimbulkan
penggerusan
setempat
yang
struktur
membahayakan.
2.
a.
b.
c.

Tipe
Bangunan
Peredam
Energi
Bendung,
terdiri
berbagai
macam
tipe:
Lantai
hilir
mendatar,
tanpa
atau
dengan
ambang
hilir
balok
lantai,
Cekung
masif
dan
cekung
bergigi,
berganda
dan
bertangga,
Kolam
loncat
air,
Kolam
bantalan
air
dan
lain

lain.

3.
Faktor
Pemilihan
Tipe,
antara
lain:
a.
Tinggi
bendungan,
Keadaan
geoteknik
tanah
dasar
,
b.
Jenis
angkutan
sedimen
yang
terbawah
aliran
sungai
c. Kemungkinan degradasi dasar sungai yang akan terjadi dihilir bendung ,Keadaan aliran yang terjadi
dibangun peredam energi seperti aliran tidak sempurna/tenggelam, loncatan aliran yang lebih rendah atau
lebih
tinggi
dan
sama
dengan
kedalaman
muka
air
hilir
(tail
water).
4.
Prinsip
Pemecahan
Energi
Adalah dengan cara menimbulkan gesekan air dengan lantai dan dinding struktur, gesekan air dengan air,
membentuk
pusaran
air
berbalik
vertikal
arah
keatas
dan
ke
bawah.
5.
Desain
Hidraulik
Peredam
Energi
5.1
Peredam
energi
lantai
hilir
datar
dengan
ambang
akhir
1)
Defenisi
dan
Fungsi
Adalah bagian dihilir bendung yang merupakan kolam olak terdiri atas lantai hilir mendatar. Fungsinya untuk
meredam energi air agar tidak menimbulkan penggerusan setempat yang membahayakan bangunan bagian
hilir.
2)
Bentuk
Hidraulik,
yaitu:
a)
Mercu
bendung
bertipe
bulat,
b)
Tubuh
bendung
bagian
hilir
tegak
sampai
dengan
kemiringan
1:1,

c)
Tanpa
lengkungan
dipertemuan
kaki
bendung
dan
lantai,
d)
Lantai
hilir
berbentuk
datar
tanpa
kemiringan,
e) Untuk menambah keamanan tepat dihilir ambang akhir dan dikaki tembok sayap dipasang rip rap dari
batu
berdiameter
0,3

0,4
m.
3)
Persyaratan,
yaitu:
a) Tinggi air diatas mercu bendung (< 4m), tinggi bendung dari dasar sungai bagian hilir (< 10m),
b)
Bila
melampaui
keadaan
diatas,
maka
dilakukan
pemeriksaan
uji
model
fisik.
4)
Ukuran
Hidraulik
Kedalaman lantai (Ds), Panjang lantai (L), Tinggi ambang (a), dan parameter lain ditentukan berdasarkan
grafik

grafik
yang
telah
disiapkan.
5.2
Peredam
energi
cekung
1)
Umum
Tipe ini biasanya digunakan pada bendungan yang berlokasi pada sungai dengan kemiringan dasar sungai
curam dengan angkutan sedimen batu gelundung yang terbawa aliran sewaktu banjir. Ide pemanfaatan tipe
ini,
untuk
menggantikan
tipe
drop
weir.
2)
Defenisi,
Fungsi
dan
macamnya
peredam energi cekung adalah bagian dihilir tubuh bendung berbentuk lantai cekung masif, dilengkapi
dengan ambang akhir (apron lip) dan dibatasi oleh tembok pangkal sibagian kanan kirinya. Berfungsi untuk
menjauhkan bendung penggerusan setempat dari bangunan dan menghindarkan benturan batu langsung
pada
permukaan
bangunan.
Peredam
energi
cekung
terdiri
atas:
a.
Masif
cekung
tanpa
gigi
b.
Cekung
dengan
gigi
yang
ditempatkan
dibagian
ambang
akhir.
3)
Sifat
dan
Prinsip
Pemecahan
Energi
Bangunan
peredam
energi
tipe
cekung,
bersifat:
a.
Aliran
pusaran
balik
atas
dan
pusaran
balik
bawah.
b.
Aliran
loncat
(skijump
bucket).

4)
Bentuk
dan
Ukuran
Bentuk
hidraulik
bangunan
tipe
ini,
yaitu
(Gbr.3.22):
a.
Mercu
bendung
bertipe
bulat
b.
Tubuh
bendung
bagian
hilir
dengan
kemiringan
1:1.
c.
Cekungan
berbentuk
lengkung
dengan
satu
radius,
d. Harus dilengkapi dengan tembok sayap hilir yang awalnya dimulai dari akhir ambang akhir. Bentuk sayap
hilir
miring.
Ukuran hidraulik bangunan tipe ini, yaitu selain diatas, yang terpenting penentuan jari jari lengkungan (R)
dan
kedalaman
lantai
cekungan
dari
muka
air
hilir
(T).
5.3
Peredam
energi
berganda
1)
Umum
Tipe ini sangat cocok dibangun sudetan sungai dengan ketinggian lebih dari 10m.
2)
Defenisi
dan
keuntungan
Adalah struktur dibagian hilir tubuh bendung yang merupakan kolam olak berganda, dan masing masing
dilengkapi
dengan
lantai
datar
dan
ambang
akhir
pembentuk
olakan.
Keuntunga:
a. Pemetaan energi air lebih besar karena dua ruang olakan, sehingga penggerusan setempat menjadi lebih
dangkal.
b.
Jauh
lebih
stabil
karena
bentuknya
yang
besar.
c.
Kerusakan
lantai
dan
tubuh
bendung
akibat
terjunan
dapat
dihindari.
3)
Persyaratan
stabil, aliran yang melimpah pada mercu pertama dan diatas mercu kedua harus kelihatan halus dan tidak
bertubulensi

pipa
aliran
tidak
meninggalkan
mercu
bendung.
4)
Bentuk
dan
Ukuran
Bentuk
hidraulik
bangunan
tipe
ini,
yaitu:
Peredam energi bagian lantai atas yaitu lantai olakan pertama (L1), mercu pertama dengan tinggi (P1). Dan
bagian bawah terdiri mercu kedua dengan tinggi (P2), lantai olakan kedua (L2), dan ambang akhir.
Ukuran panjang olakan dan tinggi ambang, yaitu: olakan pertama dan kedua , serta tinggi mercu kedua.
Untuk
penentuan
ukuran
hidrauliknya
biasanya
digunakan
bantuan
model
fisik.

Gbr.
3.23
Peredam
Energi
berganda
5.3
Peredam
energi
tipe
USBR
Tipe ini didesain berdasarkan grafik USBR untuk bendung akan kurang handal karena:
1)
Elevasi
dasar
sungai
didesain
sama
tinggi
dengan
elevasi
lantai,
2)
Pengaruh
bergradasi
sungai
dan
bentuk
tembok
sayap
hilir
tidak
disinggung,
3) Pengaruh tipe dan ukuran tidak disinggung efektivitasnya terhadap pengurangan penggerusan setempat.
Menentukan ukuran dalam Hidraulic Design of Stilling Basin and Energy Dissipators USBR, dimana:
1) Panjang lantai, chute block, floor block and endsill ditentukan berdasarkan bilangan Froude (Fr), dan
Lokasi
Fr
di
kaki
spillway,
2)
Aliran
air
dikaki
spillway
dianggap
loncatan
penuh
tanpa
pusaran,
3) Kecepatan aliran dimana, z = tinggi terjung yang dihitung dari mercu spillway ke pipa arus dikaki spillway,
dan
D1
=
tebal
pipa
arus.
Bila
penggunaan
USBR,
menjadi
over
desain
yang
disebabkan
oleh
antara
lain:
1) Adakanlah tidak berbentuk loncatan balik diatas lantai dan adakalanya aliran yang terjadi lebih tinggi dari
tail
water.
2) Perbedaan aliran bilangan Fr (Gmr 3.34) karena keadaan aliran loncatan penuh pada spillway dan
loncatan balik pada bendung dan tebal aliran di kaki spillway (D1) lebih kecil dari pada tebal aliran di kaki
bendung (D2), akibat bilangan pada bendung akan lebih kecil dari pada bilangan Fr pada spillway, atau
untuk:
3)
Spillway,
;

Loncatan
Penuh
4)
Spillway,
;

Loncatan
Balik
5)
Fr2
<
Fr1

Gbr.

3.24

Sifat

Peredam

Energi

USBR

Gbr.

3.25

Bentuk

dan

Tipe

Peredam

Energi

USBR

VII.
TEMBOK
SAYAP,
TEMBOK
PANGKAL
DAN
PENGARAH
ARUS
7.1
Tembok
Sayap
Hilir
1)
Definisi
dan
Fungsi
Tembok sayap hilir adalah tembok sayap yang terletak dibagian kanan dan kiri peredam energi bendung
yang menerus kehilir dari tembok pangkal bendung. Fungsi sebagai pembatas, pengarah arus, penahan
terowongan dan longsoran tebing sungai dihilir bangunan dan pencegah aliran samping.
2)
Penentu
Dimensi
a.
Dimensi
berdasarkan
peredam
energi,
dan
Geometri
sungai
disekitar,
b. Dihilirnya, dan Tinggi muka air hilir desain, dan Penggerusan setempat yang akan terjadi dan sebagainya.
3)
Bentuk
Sayap
hilir
a.
bentuk
miring
sebagai
kelanjutan
dari
tembok
pangkal
bendung,
b.
bagian
ujung
hilir
tembok
sayap
dibulatkan
dan
masuk
kedalam
tebing,
c. bagian awal tembok sayap hilir yang miring dan akhir tembok pangkal dimulai dari sekitar tengah tengah
lantai
peredam
energi.
4)
Ukuran
Tembok
Sayap
a.
panjang
tembok
bagian
yang
lurus
yaitu
dimana:
Lp
=
Panjang
lantai
datar
peredam
energi
Lx
=
Panjang
tembok
sayap
(1,25

1,5)
x
L
b.
Kemiringan
tembok
sayap
dapat
diambil
dengan
kemiringan
1
:
1

Gbr.

3.26

Ukuran

Tembol

Sayap

hilir

Gbr.
3.27
Bentuk
Ujung
Tembok
Sayap
Hilir
Bendung
Lamasi
(SulSel)
7.2
Tembok
Pangkal
bendung
1)
Definisi
dan
Fungsi
Tembok pangkal bendung adalah tembok yang terletak dikiri kanan pangkal bendung dengan tinggi tertentu
yang menghalangi luapan aliran pada debit desain tertentu kesamping kanan dan kiri. Berfungsi sebagai
pengaruh arus agar aliran sungai tegak lurus (frontal) terhadap sumbu bendung, sebagai penahan tanah,
pencegah
rembesan
samping,
pangkal
jembatan
dan
sebagainya.
2)
Bentuk
dan
Ukuran
Hidraulik
Bentuk pangkal bendung umumnya ditentukan vertikal dengan ukuran panjang ke udik dan kehilirnya yang
sesuai
dengan
fungsi
yang
harus
dicapai.
Ukuran
Hidraulik:
a. Tinggi pangkal bendung = tinggi muka air udik rencana + tinggi jagaan (free board) sebesar (1 1,5) m,
atau
aman
pada
debit
desain
tertentu.
b. Panjang tembok pangkal ke udik dipebgaruhi oleh adanya bangunan intake dan tata letak jembatan lalu
lintas.
7.3
Tembok
Sayap
Udik
dan
Pengaruh
Arus
1)
Definisi
dan
Fungsi
Tembok sayap udik adalah tembok sayap yang menerus keudik dari tembok pangkal dengan bentuk dan
ukuran yang disesuaikan dengan fungsinya sebagai pengaruh arus, pelindung tebing dan atau pelindung
tanggul
penutup
dari
arus
yang
deras.
2)
Ukuran
dan
Bentuk
Arah dan ukuran disesuaikan dengan fungsinya sebagai pengarah arus pelindung tebing atau tanggul
penutup dan disesuaikan dengan pangkal bendung dari geometri badan sungai. Berbentuk: miring dengan
perbandingan 1 : 1 atau 1 : 1. Pertemuannya dengan tembok pangkal dibuat menyudut kurang lebih
45o(
Gbr
3.28).
VIII.
RIP

RAP
1.
Defenisi
dan
Fungsi
yaitu susunan bongkahan batu alam atau blok-blok beton buatan dengan ukuran volume tertentu sebagai
peredam energi dihilir bendung. Fungsinya sebagai lapisan prisai untuk mengurangi kedalaman pergeseran
setempat
dan
melindungi
tanah
dasar
dihilir
peredam
energi
bendung.
2.
jenis
Rip

Rap,
dibedakan
atas:
a.
Timbunan
bongka
batu
alam
b. Susunan blok blok beton berbentuk segi empat, segi panjang dan lain lain.
3.
Penempatan,
Pada:
a.
Sepanjang
bagian
hilir
ambang
akhir
b.
Sepanjang
bagian
kaki
tembok
sayap
hilir.
4.
Bentuk
dan
Ukuran,
pada
rip

rap
bongkahan
batu:
a.
Bentuk
batu
relatif
bulat,
keras
dengan
berat
jenis
2,4
t/m3
b.
Diameter
batu
berkisan
0,30
m,
dan
Volume
batu
yang
cukup
c. Kedalaman sekitar 2 m untuk bagian hilir ambang akhir, dan sekitar 1,5 m untuk bagian dihilir tembok

sayap
hilir.
5.
Sistem
Kerja
Rip

Rap:
Dihilir terjadi kecepatan aliran sungai yang besarnya bervariasi, rip rap yang terdiri dari susunan batu
batu lepas yang terkena aliran deras akan menyebar, masuk dan menutup lubang pengerusan setempat,
sehingga
terjadi
perisai/pelindung
dasar
sungai
dari
bahaya
penggerusan.
6.
Pemasangan
Rip

Rap:
Desain
rip

rap
batu
dihilir
dipasang
miring
dan
rata.

Gbr.
3.29
Bentuk
Pemasangan
Rip
Rap
7.
Rip

Rap
Beton:
Rip rap beton bentuk persegi panjang (1x1x2)m, digunakan untuk pengamanan bendung walahar (gmbr
3.20). Dan rip rap beton persegi empat digunakan dikaki sayap hilir bendung rentang dijawa barat.

Gbr.

3.30

Contoh

Penggunaan

Rip

Rap

Beton

8.
Rip

rap
Bronjong
Penggunaan bronjong kawat dihilir bangunan peredam energi bendung bermaksud mengurangi bahaya
penggerusan setempat. Sebagai perlindungan dasar sungai dari bahaya penggerusan setempat, tetapi dari
pengalaman pengalaman penempatan rip rap bronjong kurang berhasil, disebabkan:
a. Bronjong yang bukan jenis bronjong maccafferi berkarat, kurang tahan terhadap gaya benturan batu dan
benda
padat
lain
yang
terbawa
aliran
sungai,
b. Batu tidak seragam dan bila kawatnya putus maka batu batu itu akan hanyut,

c.
Karena
perbedaan
kekerasan
antara
bronjong
dan
tanah
dasar
dihilirnya.
d. Karena bronjong flexible dan bila terjadi penggerusan setempat dihilirnya maka bronjong itu akan ikut
turun.
IX.
STABILITAS
BENDUNG
1
Umum
Salah satu persyaratan keamanan yaitu: Harus stabil terhadap geser, guling dan piping.
Gaya

gaya
yang
bekerja
pada
bangunan,
yaitu:
a.
Berat
sendiri
bangunan,
b.
Tekanan
air
normal
setinggi
bendung
dan
setinggi
muka
air
banjir
desain,
c.
Tekanan
lumpur,
d.
Gaya
gempa,
tekanan
air
dibawah
bendung/uplift.
2
Langkah
Perhitungan
1)
Hitung
berat
sendiri
bangunan,
yaitu:
a.
Tubuh
bendungan
saja
b.
Gaya
yang
bekerja
c.
Momen
gaya

gaya
tersebut
d. Jumlah seluruh gaya yang bekerja dan momennya dari bagian yang ditinjau.
2)
Pengaruh
Gempa:
koefisien
gempa
kali
gaya
lintang
3) Tekanan air normal: tekanan air setinggi mercu bendung terhadap tubuh bendung.
4)
Tekanan
Banjir:
tekanan
setinggi
muka
air
banjir
pada
debit
banjir
desain.
5)
Tekanan
Lumpur:
tekanan
lumpur
terhadap
bangunan
hidraulik
diudik
bendung.
3
Contoh
Perhitungan
a.
Stabilitas
Bangunan
1) Hitung berat sendiri bangunan (Volume, Berat, Jarak titik berat terhadap sumbu Y & X, serta momen
tahanan),
2)
Tentukan
koefisien
Gempa
(dari
peta
gempa
Indonesia),
3)
Hitung
gaya
horizontal
pada
keadaan
air
normal
dan
keadaan
air
banjir,
4)
Hitung
gaya
tekanan
lumpur
serta
momen
tahanannya,
5) Hitung gaya tekanan uplift disetiap titik untuk keadaan air normal dan banjir.
dan
dimana
:
Ux
=
Gaya
tekanan
keatas
titik
x
(kg/m)
Hx
=
Tinggi
energidiudik
bendung
(m)
Lx
=
Jarak
sepanjang
bidang
kontak
dari
udik
sampai
titik
x
(m)
L
=
Panjang
total
bidang
kontak
(m)
Lv
=
Panjang
bidang
vertikal
(m)
LH
=
Panjang
bidang
horizontal
(m)
6) Periksa stabilitas bangunan untuk keadaan air normal dan keadaan air banjir. Pemeriksaan dilakukan
terhadap
bahaya:
a)
Guling
:
faktor
keamanan
(Fk)
=
MT
/
MG
1,5
b)
Geser
:
Koefisien
geser
(f)
=
tg
Gaya
tahanan
=
f
.
v
=
...(ton)
Dimana:
MT
=
Momen
tahanan
MG
=
Momen
gempa
c) Eksentrisitas pembebanan atau jarak dari pusat gravitasi dasar sampai titik potong resultante dengan
dasar.
dimana
B

e
=

=
Lebar

Eksentrisitas
dasar

MT
MG
V

=
=
=

momen
momen
Jumlah

tahanan
guling
vertikal

gaya

7) Periksa terhadap daya dukung tanah pada keadaan air normal dan keadaan air banjir.
a)
Hitung
tegangan
ijin
=

b)
Hitung
tegangan
tanah.
;
dan
persyaratan
yaitu
:
dimana
:
1,2
=
Tegangan
Tanah
V
=
gaya

gaya
vertikal
B
=
Lebar
dasar
E
=
Eksentrisitas
b.
1)
2)
3)

Periksa
Hitung
Hitung

Panjang
Lantai
dan
tentukan
harga
Weighted
perbedaan
antara
tinggi
muka
air
panjang
garis
rayapan
yang
dihitung

Creep
udik
dengan

Ratio
dan
cara

Udik
(C)
hilir
lane:

Dimana:
LW
=
Panjang
garis
rayapan
total
LV
=
Panjang
garis
rayapan
dalam
arah
vertical
LH
=
Panjang
garis
rayapan
dalam
arah
horizontal
4)
Periksa
panjang
garis
rayapan.
c.
Tebal
Lantai
Hilir
1) Ambil tebal lantai hilir untuk potongan yang paling tebal dan paling kecil (t).
2)
Tentukan
berat
jenis
bahan,
.
3)
Tentukan
tekanan
Uplift,
dengan
rumus
pasal
(a.
Bagian
5)
4) Periksa syarat keseimbangan, bila , maka ketebalan lantai yang ditentukan memadai.

Gbr. 3.31 pemeriksaan Tebal Lantai Hilir


Diposkan oleh petergo di 09:27 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

kebutuhan air irigasi


BAB

I
KEBUTUHAN
1.1

AIR

IRIGASI
UMUM

Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan dengan cara menyalurkan air yang perlu
untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan mendistribusikannya secara sistematis. Sebaliknya
pemberian air yang berlebih pada tanah yang diolah itu akan merusakkan tanaman. Jika terjadi curah hujan yang
lama yang disebabkan oleh curah hujan yang deras, maka tanah yang diolah itu akan tergenang dan dibanjiri air,
yang kadang-kadang mengakibatkan kerusakan yang banyak. Daerah-daerah yang rendah yang kurang baik
drainasenya, selalu akan tergenang air. Pada daerah-daerah demikian, pelapukan dan dekomposisi tanah tidak
berkembang, sehingga daerah itu tidak akan menjadi lingkungan yang baik untuk pertumbuhan padi. Jadi di daerahdaerah demikian, kelebihan air itu harus di drainase secara buatan dan pengeringan harus dilaksanakan secepatcepatnya.
Di daerah-daerah dengan distribusi curah hujan yang tidak merata, meskipun curah hujannya itu banyak dengan
kondisi meteorologi yang cocok untuk pertumbuhan tanaman, diperlukan juga irigasi buatan, mengingat kadar air
tanah tidak dapat dipertahankan dalam interval kadar air efektif oleh curah hujan saja. Pemberian air yang cukup
adalah faktor utama yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman mencoba mengabsorbsi
kadar air secukupnya dari tanah untuk pertumbuhan. Jadi yang terpenting untuk tanaman itu ialah bahwa kebutuhan
air

dalam

1.2

tanah

KEBUTUHAN

mencukupi.

AIR

TANAMAN

Banyaknya air yang diperlukan untuk berbagai tanaman, masing-masing daerah dan masing-masing musim adalah
berlainan. Hal ini tergantung dari beberapa faktor antara lain Jenis tanaman, sifat tanah, keadaan tanah, cara
pemberian air, pengelolaan tanah, iklim, waktu tanam, kondisi saluran dan bangunan, serta tujuan pemberian air.
1.2.1

Jenis

Tanaman

Kebutuhan air untuk berbagai jenis tanaman tidak sama, ada tanaman yang hanya memerlukan air sedikit untuk
pertumbuhannya, ada juga tanaman yang akan tumbuh dengan baik kalau tanahnya selalu digenangi air dan
pemberian airnya untuk jangka waktu tertentu harus dilakukan terus menerus seperti halnya tanaman padi sawah.
Selanjutnya ada tanaman yang sesudah menghisap air dari dalam tanah tidak memerlukan air yang mengalir diatas
tanah, dan sebaliknya ada tanaman yang tidak dapat menghisap air yang agak dalam dibawah permukaan tanah.
Pada umumnya tanah harus selalu dalam keadaan basah yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dari jenisjenis

tanaman.

1.2.2

Keadaan

Medan

Tanah

Untuk kemiringan medan tanah agak besar, air yang dialirkan diatasnya relatif akan cepat hilang mengalir ke tempattempat yang lebih rendah, dengan demikian air tidak atau kurang ada kesempatan untuk meresap ke dalam tanah
untuk membasahi tanah tersebut. Untuk pembasahan yang sama pada tanah-tanah yang kemiringannya besar akan
memerlukan
1.2.3

air

yang

lebih

banyak
Sifat

daripada

tanah

yang

datar.
tanah

Tekstur tanah mempunyai pengaruh yang besar akan kemampuan tanah di dalam menahan air, jadi akan

menentukan kapasitas kapiler tanah. Bilamana tanah mempunyai butir-butir yang seragam, jadi teksturnya
beraturan,

maka

liang

reniknya

mempunyai

volume

yang

tidak

ditentukan

oleh

besarnya

butir.

Permeabiltas tanah banyak dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, juga oleh alur-alur pembajakan, akar-akar
tumbuh-tumbuhan, lubang-lubang cacing atau keaktifan jenis makhluk yang terdapat di dalam tanah. Memelihara
permeabiltas tanah pertanian yang baik untuk sesuatu jenis tanaman akan menjamin hasil baik produksi tanaman.
1.2.4

Cara

pemberian

air

Cara pemberian air kepada tanaman yang memerlukannya akan mempengaruhi banyaknya air irigasi yang
diperlukan. Pada sistim irigasi yang baik dengan adanya saluran pembawa dan pembuang akan membutuhkan air
irigasi yang lebih banyak. Cara pemberian air secara bergiliran (rotasi) akan menghemat pemberian air irigasi dari
pada

dengan

cara

1.2.5

terus

Pengolahan

menerus.
tanah

Cara pengolahan tanah untuk tanaman merupakan hal penting yang perlu mendapat perhatian. Pengolahan tanah
untuk keperluan penanaman padi di sawah akan membutuhkan air irigasi dari pada pengolahan tanah untuk
tanaman palawija. Pada tanaman padi di sawah, banyaknya keperluan air irigasi untuk pengolahan tanah adalah
yang paling besar dan banyaknya air pada masa pengolahan tanah ini yang paling menentukan didalam
perhitungan-

perhitungan

kapasitas

1.2.6

saluran.
Iklim

Banyaknya hujan yang turun mempengaruhi besarnya air irigasi yang diperlukan untuk tanaman. Apabila tinggi hujan
cukup dan selang waktunya sesuai keperluan air untuk pertumbuhan tanaman, maka air irigasi yang diperlukan
dipengaruhi pula oleh suhu (temperature), lamanya penyinaran matahari, kelembaban udara, serta kecepatan angin.
1.2.7

Waktu

Penanaman

Pada musim hujan air yang diperlukan akan lebih sedikit dari pada waktu musim kemarau. Pada perhitungan
banyaknya air irigasi, hujan yang diperhitungkan adalah hujan efektif, yang akan dijelaskan kemudian. Waktu
menanam mempengaruhi besarnya kebutuhan air irigasi, termasuk pula sistem pemberian air irigasi, apakah secara
terus menerus atau dengan rotasi dalam pemberian air ke lahan-lahan pertanian, sehingga pemberian air tidak
serentak secara bersamaan akan tetapi diberikan secara bergiliran bagian demi bagian dengan selang waktu
tertentu.
1.2.8

Keadaan

saluran

dan

bangunan

Bilamana keadaan saluran dan bangunan irigasi dalam keadaan kurang baik, maka akan terjadi banyak kehilangan
air baik karena rembesan maupun kebocoran, sehingga akan mempengaruhi besarnya kebutuhan air irigasi yang
diperlukan.
1.2.9

Tujuan

Pemberian

Air

Dalam Irigasi tujuan pemberian air ada yang untuk membasahi tanah saja, ada juga yang disamping membasahi
tanah juga untuk merabuk. Kalau tujuan pemberian air tersebut disamping untuk membasahi tanah juga untuk

merabuk, maka air yang diperlukan akan menjadi lebih banyak. Untuk merabuk ini lebih banyak pemberian air akan
lebih baik apalagi bila unsur hara yang diperlukan untuk tanaman tidak terdapat didalam air irigasi.
Apabila air tersebut diperlukan juga untuk menghilangkan zat-zat garam didalam tanah yang mermbahayakan
tanaman dan untuk membersihkan air yang kotor, maka banyaknya air irigasi yang diperlukan lebih banyak.

KEBUTUHAN

AIR

KONSUMTIF

TANAMAN

(Consumtive

Use

of

Water,

CU

Yang dimaksud kebutuhan air konsumtif tanaman adalah banyaknya air yang diperlukan oleh pertumbuhan tanaman
dalam daerah yang diairi. Besarnya kebutuhan air ini tergantung dari pola tata tanam dan faktor iklim .(Kelembaban
udara,

temperature,

Perhitungan

besarnya

Cu

radiasi
kebutuhan

air

Cu

matahari,
ini

dapat

Koefisien

Et

diformulasikan

angin,
sebagai

Et.(

kecepatan

dll).
berikut

1-1

Consumtive
tanaman,

tergantung

:
)
Use

dari

jenis

tanamannya

Evapotranspirasi

Potensial

Pada gambar 1.1 dan 1.2 dapat dilihat besarnya nilai koefisien masing masing tanaman. Besarnya nilai Et sangat
tergantung dari faktor iklim. Untuk menghitung besarnya Et tersebut dapat dipergunakan metode Penman, Blaney
Criddle,

Thorn-waith.

1.3

PERKOLASI

Perkolasi didefinisikan sebagai gerakan air ke bawah dari zone tidak jenuh (antara permukaan tanah sampai ke
permukaan air tanah ) ke dalam daerah jenuh (daerah di bawah permukaan air tanah ). Perkolasi ini dipengaruhi
antara

lain

oleh:

a. Tekstur tanah, tanah dengan tekstur halus mempunyai angka perkolasi yang rendah, sedangkan tanah dengan
tekstur
b.

yang

kasar

Permeabilitas

tanah,

mempunyai
Angka

angka

perkolasi

dipengaruhi

perkolasi
oleh

yang
permeabilitas

besar.
tanah.

c. Tebal lapisan tanah bagian atas, makin tipis lapisan tanah bagian atas ini makin rendah/kecil angka perkolasinya.
Perkolasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perkolasi vertikal dan horizontal. Menurut hasil penelitian di
lapangan, perkolasi vertikal lebih kecil dari pada perkolasi horizontal, angkanya berkisar antara 3 sampai 10 kali, hal
ini terutama untuk sawah-sawah dengan keadaan lapangan yang mempunyai kemiringan besar yaitu sawah-sawah
dengan teras-teras. Akan tetapi perkolasi horizontal ini, masih dapat dipergunakan lagi oleh petak sawah
dibawahnya sehingga perkolasi horizontal tidak diperhitungkan. Di Jepang menurut hasil penelitian di lapangan,
angka-angka perkolasi untuk berbagai jenis tanah disawah dengan lapisan tanah bagian atas (top soil) lebih tebal
dari

Tabel

50

Cm

adalah

sebagai

berikut:

Perkolasi

Vertikal

(mm/hari)

Macam

Tanah

Perkolasi

Sandy

loam

Loam
Clay

Loam

Sumber

Rice

Irrigation

in

Japan,

OTCA

1973

Di Indonesia menurut penelitian di lapangan, angka perkolasi ini seperti untuk Proyek Irigasi Sempor adalah 0,70
mm/hari. Didaerah daratan pantai utara pulau Jawa dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan berkisar 1
mm/hari. Untuk menentukan besarnya perkolasi secara tepat, satu satunya cara yang diperlukan adalah dengan
mengadakan
1.4

pengukuran

PENGOLAHAN

TANAH

di

Puddling

Requirement,

lapangan.

Pd

DAN

PEMBIBITAN

Untuk penanaman padi, tanah terlebih dahulu harus diolah, untuk pengolahan tanah diperlukan air agar tanah
tersebut menjadi lembek. Banyaknya air yang diperlukan dalam periode pengolahan tanah berkisar antara 150-250
mm. Banyaknya air irigasi yang paling banyak adalah saat terjadi pengolahan tanah, apalagi bila tidak terjadi turun
hujan

atau

waktu

untuk

pengolahan

tanah

tersebut

sangat

sempit.

Pengolahan tanah pada umumnya dilakukan 20-30 hari sebelum penanaman dimulai pengolahan tanah ini dilakukan
dalam

tahap,

yaitu

pembajakan

dan

panggarukan.

Banyaknya air yang diperlukan untuk saat pengolahan tanah dapat dihitung dari rumus sebagai berikut :
Wp

Wp

(n-1)

Banyaknya
=

10

(m3).(1-2)

saat

pengolahan

untuk

Unit

tanah

pengolahan

air

tanah

pengolahan

water

(Evapotranspirasi
A

hari

Tinggi
=

air

Jumlah

(mm)

requirement

(mm)

Luas

Perkolasi)

daerah

yang

tanahnya

diolah

Banyaknya air untuk pengolahan tanah pada hari ke- X dapat dihitung dari persamaan sebagai berikut:
W

px

A/n

(x-1)

Sebagai
n

hari,

air
=

Banyaknya
Wp7

10

m3...(1-3)

contoh

Jumlah
Wp

yang
2100

air

s=200

yang

=2100/7

diperlukan
200

di

mm,

+2100

perlukan
[200

:
d=15mm/hari,

saat
x

untuk
+
870.000

15

A=

pengolahan
(7-1)/2]

pengolahan
(7-1)

10
tanah
15]

2100

Ha

tanah

5.145.000

pada

hari
.

m3
ke-7:
10
m3/hari

1.5.

PEMBIBITAN

PERSEMAIAN

(Nr)

Pekerjaan persemaian tanaman biasanya bersamaan dengan pekerjaan pengolahan tanah, tetapi karena kurang
tenaga kerja terkadang dilakukan sekitar 5 hari setelah pengolahan tanah . Untuk persemaian ini biasanya
diperlukan waktu 20-25 hari adapun luas yang diperlukan untuk persemaian pada umumnya 5% dari luas lahan.
Sedang

1.6.

kebutuhan

CURAH

air

HUJAN

untuk

persemaian

EFEKTIF

lebih

(EFFECTIVE

kurang

RAINFALL,

mm/hari.

Re

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh selama masa pertumbuhan tanaman yang dapat dipergunakan
untuk

memenuhi

air

konsumtif

tanaman.

Cara mendapatkan Curah Hujan Efektif banyak metode yang bisa digunakan diantaranya adalah : Metode Basic
Year.

Yang

terdiri

dari

1.

Metode

Gulbel.

2.

Metode

IWAI.

3.

Hazen

Plotting.

4.

Analisa

Frekwensi.

5.

Metode
Batasan

80.

Hazen

batasannya

Plotting
sebagai

berikut

1. Curah hujan harian < 5mm dianggap tidak efektif. 2. Curah hujan antara 5 36mm dianggap efektif. 3. Curah
hujan yang berturut-turut. < 30mm dianggap curah hujan efektif. Diselinggi satu hari tak hujan masih dianggap
efektif. Apabila curah hujan yang beturut turut melebihi : Re = 30 + 6x atau CH perhitungan > Re maka CH efektif
=

CH

perhitungan.

Apabila CH berturut-turut < Re perhitungan, maka untuk CH yang diambil nilai CH berturut-turut. 1.7. EFISIENSI
IRIGASI. Harga Efisiensi Jenis Efisiensi Tanaman Padi Tanaman Lain Tingkat Tersier Pengunaan air Di salurkan
Efisiensi keseluruhan 95% 90% 85% 80% 75% 60% Tingkat Sekunder Disalurkan Keseluruhan 90% 77% 90% 54%
Tingkat Primer Di salurkan Keseluruhan 90% 70% 90% 50% BAB II PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI 2.1.
GAMBAR DAERAH RENCANA Dalam laporan ini, daerah rencana merupakan suatu daerah yang direncanakan
untuk lahan pertanian teknis. Luas daerah kurang lebih 800 Ha. Daerah rencana ini kondisi geografisnya di bagian
selatan berbukit-bukit yang merupakan daerah hulu, sedangkan di bagian utara terdiri dari tanah datar dan
bergelombang dengan perbedaan elevasi antara 1 sampai 2 meter yang luasnya berkisar 60% dari luas daerah.
Sumber air utama untuk pertanian bergantung pada kapasitas air dari kali yang di hulu yang mengalir dari bagian
selatan menuju daerah yang lebih rendah di sebelah utara. Bendung direncanakan pada daerah hulu yang
merupakan pintu pengambilan air dari kali di sebelah selatan kemudian dibawa ke saluran primer yang membagi

menjadi saluran sekunder untuk mengairi petak sekunder. Sebagian besar semua daerah dapat diairi karena
kemiringan medan yang merata dan tidak terlalu berbukit-bukit sehingga dengan bantuan gravitasi bumi (kemiringan
medan) daerah irigasi dapat terairi. 2.2. LAY OUTING 2.2.1 Umum Lay outing atau tata letak jaringan adalah
merencanakan tata letak dari saluran -saluran, bangunan-bangunan irigasi sesuai dengan kondisi geografi atau peta
kontur dari daerah yang direncanakan. Adapun langkah-langkah me-lay out adalah : a. Membuat peta, yang
didalamnya tergambar batas batas daerah yang jelas, letak sungai, bukit desa, jalan dan sebagainya. b. Menentukan
luas dari suatu daerah rencana. c. Mengetahui syarat-syarat luas daerah rencana, misalnya - Petak primer : 3000 Ha
- Petak Sekunder : 750 1500 Ha. - Petak tersier : 50 100 Ha. d. Mengetahui kondisi medan secara umum, yang
didalamnya terdapat elemen-elemen medan antara lain : hutan, kuburan, sungai, dan sarana prasarana lingkungan.
Kondisi medan ini menunjukan kemiringan medan dan ditunjukkan dengan anak panah misal : e. Mengetahui sistim
saluran, baik saluran pembawa maupun saluran pembuang. Saluran pembawa : (1) (2) (3) (4) No 1 dan 2
merupakan jaringan irigasi yang searah. No 3 adalah yang merupakan jaringan yang ideal karena ekonomis. No 4
sedapat mungkin dihindarkan karena : Pendistribusian air menjadi lambat, karena kemiringan medan tidak terlalu
besar. Kemungkinan penyerobotan air dibagian hilir. 2.2.2 Lay Out Petak Tersier a. Pendahuluan Perencanaan
teknis petak tersier harus menghasilkan perbaikan kondisi pertanian. Masalah-masalah yang diperkirakan dalam
menghalangi tujuan ini harus dikenali dan dipertimbangkan dalam pembuatan Lay out dan perencanaan jaringan
irigasi/ tersier. Untuk merencanakan lay out aspek-aspek berikut akan dipertimbangkan : Luas petak tersier Batasbatas petak tersier Bentuk yang optimal Kondisi medan Jaringan irigasi yang ada Ekaploitasi jaringan
Berhubung para petani harus mengelola sendiri jaringan tersier maka kebutuhan untuk eksploitasi dan pemeliharaan
harus dibuat minim. Pembagian harus adil, seimbang dan efisien. b. Petak Tersier Yang Ideal Petak tersier bisa
dikatakan tersier, jika masing-masing sawah milik petani telah memiliki air sendiri / pengambilan air sendiri dan dapat
membuang kelebihan langsung ke jaringan pembuang. Juga para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan hasil
perkebunan dengan peralatan mesin atau ternak mereka ke dan dari sawah melalui jalan yang ada. Untuk mencapai
pola pemilikan yang ideal dalam petak-petak sawah mereka dengan cara saling menukar bagian tertentu dari sawah
mereka atau dengan cara lain menurut tersebut di atas yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Kebalikan dari tersebut di atas adalah mempertahankan situasi yang lama, dimana hal ini perencanaan yang paling
cocok adalah memperbaiki situasi yang ada tersebut, kemudian diusahakan sedapat mungkin untuk mencapai
karateristik yang ideal misalnya : Emam sampai delapan pemilikan sawah yang ada di organisir sendiri Air
diberikan dari saluran kwarter dan kelebihan air dibuang melalui pembuangan kwarter. Pembagian air
proporsionaldengan box bagi yang dilengkapi dengan pintu guna memudahkanpembagian air secara berselang
seling ke petak-petak kwarter. c. Ukuran dan Bentuk Petak Tersier dan Kwarter Ukuran petak tersier tergantung pada
besarnya biaya eksploitasi dan pemeliharaan jaringan. Menurut pengalaman ukuran optimum suatu petaktersier
adalah 50-100 Ha, ukuran dapat ditambah sampai dengan maksimum 150 Ha jika keadaan topografi memungkinkan
demikian. Dipetak tersier yang kecil, efisiensi irigasi menjadi tinggi karena : Saluran-saluran yang lebih pendek
menyebabkan kehilangan air yang lebih sedikit. Diperlukan lebih sedikit titik pembagian air. Lebih sedikit petani
yang terlibat, jadi kerja lebih baik. Pengaturan air yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman. Perencanaan
lebih fleksibel sehubungan dengan batas-batas desa. Bentuk optimum suatu petak tergantung dari biaya minimum
pembuatan saluran, jalan dan box bagi. Apabila saluran kwarter diberi air dari saluran tersier, maka panjang total
jalan dan saluran menjadi minimum. Dengan dua saluran tersier untuk areal yang sama, maka panjang total saluran
dan jalan bertambah. Bentuk optimum petak tersier adalah bujur sangkar karena pembagian air akan menjadi sulit

pada petak tersier dalam bentuk memanjang. Ukuran petak tersier dan kwarter tergantung pada ukuran sawah,
keadaan topografi, tingkat teknologi yang ada, kebiasaan yang ada, kebiasaan bercocok tanam, biasanya
pelaksanaan dan sistim pembagian air secara efisien. Jumlah petani-petak kwarter sebaiknya tidak boleh lebih dari
30 orangagar koordinasi antara petani baik. Ukuran petak sebiknya tidak lebih boleh dari 15 Ha agar pembagian air
menjadi lebih efisien. Ukuran optimum petak kwarter adalah 8-15 Ha. kriteria umum untuk mengembangkan petak
tersier: Ukuran petak tersier 50 100 Ha. Ukuran petak kwarter 8 -15 Ha. Panjang saluran tersier lebih kecil dari
1500 m. Jarak antara saluran kwarter dan pembuang kurang dari 300 m. d. Batas Petak Batas-batas petak tersier
didasarkan pada kondisi topografi. Daerah tersebut hendaknya diatur sebaik mungkin, sehingga petak tersier dalam
satu daerah administrasi desa agar eksploitasi jaringan lebih mudah. Jika ada dua desa pada petak tersier yang
sama diajurkan untuk membagi petak menjadi dua sub petak tersier yang berdampingan sesuai dengan arah desa
masing-masing. Batas-batas petak kwarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan saluran pembuang yang
memotong kemiringan medan dan saluran irigasi tersier, pembuang tersier atau yang mengikuti kemiringan medan.
e. Identifikasi Daerah-daerah Yang Dialiri Dibeberapa petak tersier pada bagian-bagian yang tidak dialiri karena
alasan-alasan tertentu, misalnya : Tanah tidak cocok untuk tanaman pertanian Muka tanah terlalu tinggi Tak ada
petani penggarap Tergenang air Harus dicek apakah daerah-daerah ini tidak diairi selamanya, atau untuk
sementara waktu saja,jika sudah jelas tidak ditanami damasa yang akan dating,maka derah itu ditandai pada petak
dan tidak ada fasilitas irigasi yang akan diberikan. Kecocokan tanah di seluruh daerah dipelajari dan dibuat rencana
optimalisasi pemanfaatan air irigasi yang tersedia. Berdasarkan hasil penilaian ini dapat diputuskan apakah akan
dibuat jaringan tersier atau tidak. f. Trase Saluran Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan trase
saluran ini yaitu : 1. Daerah yang sudah diairi 2. Daerah yang belum diairi Dalam hal mana yang pertama, trase
saluran kurang lebih sudah tetap, tetapi saluran-salurannya perlu ditingkatkan atau diperbesar disini sedapat
mungkin trase saluran akan mengikuti yang ada. Jika daerah baru akan dibangun maka kriteri umum yang diberikan
di bawah ini akan sangat membantu. Aturan yang akan sebainya diikuti daerah baru adalah menetapkn lokasi
saluran pembuang terlebih dahulu, ini biasanya sudah ada di daerah tadah hujan. 3.2.3 Lay Out Jaringan Irigasi
Saluran irigasi tersier adalah saluran pembagi yang membawa air dan mengambil air dari bangunan sadap melalui
box atau sampai box terakhir, pada tanah terjal saluran mengikuti kemiringan medan, sadangkan pada tanah
bergelombang atau datar saluran mengikuti kaki bukit atau tempat-tempat yang tinggi. Box kwarter akan
memberikan air ke saluran saluran kwarter. Saluran-saluran kwarter adalah saluran saluran bagi, umumnya dimulai
dari box sampai ke saluran pembuang. Panjang maksimum yang diijinkan adalah 500m karena jika ada suatu hal
yang istimewa. Didasarkan di daerah yang terjal saluran kwarter biasanya merupakan saluran garis tinggi yang tidak
memerlukan bangunan terjun, jika hal ini tidak mungkin maka saluran kwarterbiasanya dibuat mengalir mengikuti
kemiringan medan dangan menyediakan bangunan terjun rendah yang sederhana. Pada tanah yang bergelombang
saluran kwarter mengikuti kaki bukit atau berdasarkan berdampingan dengan saluran tersier. Bangunan ditempatkan
di ujung saluran irigasi kwarter yang bertemu pada saluran pembuang dan berfungsi untuk mencegah agar debit
kecil tidak terbuang pada ujung saluran pembuang. Didaerah terjal, saluran kwarter juga diperoleh untuk di pakai
sebagai saluran pembuang kwarter. 3.2.4 Lay Out Saluran Pembuang Saluran pembuang intern harus sesuai
dengan kerangka kerja saluran primer. Jaringan tersier dipakai untuk : Mengeringkan sawah. Membuang
kelebihan air hujan Membuang kelebihan air irigasi. Saluran pembuang kwarter biasanya berupa saluran buatan
yang merupakan garis tinggi pada medan terjal atau alur alami kecil medan yang bergelombang. Kelebihan air
ditampung langsung dari sawah di daerah atas atau searah saluran pembuang cacingan di daerah sawah. Saluran

tersier menampung air dari saluran pembuang kwarter sering merupakan batas antara petak-petak tersier. Saluran
pembuangan tersier biasanya merupakan saluran yang mengikuti kemiringan medan.diusahakan agar saluran irigasi
dan pembuang tidak saling bersebelahan karena saluran pembuang dapat mengikis dan merusak saluran irigasi,
jika hal ini tidak mungkin dan kalau ada kemiringan hidrolis antara saluran irigasi akan banyak mengalami
kehilangan air akibat rembesan dan kemungkinan bisa runtuh. Jarak antara saluran irigasi dan pembuangan
hendaknya cukup jauh agar kemiringan hidrolis tidak kurang. Berikut ini diberikan paduan untuk menentukan trase
saluran baru atau saluran tambahan : Sedapat mungkin ikuti batas-batas sawah. Rencanakan saluran irigasi
pada punggung medan dan saluran pembuangan pada daerah lembah / depresi. Hindari persilangan dengan
salura pembuangan. Saluran irigasi sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan. Saluran irigasi tidak boleh
melewati petak-petak tersier yang lain. Hindari pekerjaan tanah yang besar. Batasi jumlah bangunan. Batasbatas petak tersier-tersier dan kwarter, batas-batas tiap sawah, batas-batas desa danindekasi daerah yang bisa
diairi dan yang tidak bisa diairi. Saluran-saluran primer, sekunder, tersier primer serta saluran pembuang. Semua
bangunan termasuk indikasi type bangunan seperti box tersier, gorong-gorong, jembatan dll. Jalan-jalan inspeksi
dan jalan petani. Sistim tata nama (nomenklatur) saluran pembuang dan bangunan. Ukuran petak tersier dan
masing-masing petak kwarter. 2.3. SKEMA JARINGAN IRIGASI Skema jaringan irigasi merupakan bagian dari tahap
perencanaan irigasi yang berupa tentang jalannya air dari pembendungan, dibawa oleh saluran pembawaprimer,
sekunder, tersier, dan kwarter sampai pada laha yang diairi. Dalam skema jaringan juga luas tiap-tiap petak tersier,
disertai pula nomen klatur, dari setiap saluran dan bangunan yang ada. Keterangan lain dapat dilihat pada skema
jaringan irigasi yang dibuat pada laporan ini. 2.4. PETAK TERSIER PERCONTOHAN Petak tersier adalahpetak
dasar dari jaringan irigasi. Petak ini merupakan bagian dari daerah yang mendapat air irigasi dari bangunan sadap
tersier dan dilayani oleh satu jaringan irigasi (jaringan tersier). Petak tersier dibagi-bagi menjadi petak-petak kwarter.
Petak sub tersier diterapkan hanya apabila petak tersier berada di dalam daerah administrasi yang meliputi dua desa
atau lebih. Jaringan tersier terdiri dari : Jaringan Bagi : Saluran dan bangunan yang membawa dan membagi air
dari bangunan sadap tersier ke petak kwarter (saluran tersier). Jaringan Pemakai : Saluran dan bangunan yang
membawa air dari bangunan bagi ke petak sawah. Jaringan Pembuang : Saluran dan pembangun yang membuang
kelebihan air dari petak sawah ke saluran pembuang. Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier
pada jaringan utama ke petak kwarter. Batas-batas ujung tersier dalam box bagi kwarter yang terakhir, Para petani
tidak diperkenakanmengambil dari saluran tersier. Saluran pembawa membawa air dari box bagi kwarter melalui
lubang sadap sawah atau saluran cacingan ke sawah-sawah. Jika pemilikan sawah terletak lebih dari 5m dari
saluran kwarter, saluran kwarter sebaiknya berakhir di saluran pembuang agar air irigasi yang terpakai dapat
dibuang supaya tidak tergerus, diperlukan bangunan akhir. Box kwarter hanya membagi air irigasi antara saluran
kwarter dan saluran tersier. Saluran pembuang kwarter terletak di dalam petak tersier untuk menampung air
langsung dari sawah dan membuang air itu ke saluran pembuang tersier. Saluran pembuang tersier terletak di
antara petak-petak tersier dari jaringan irigasi sekunder yang sama, serta menampung air dari saluran pembuang
kwarter maupun langsung dari sawah. BAB III PERENCANAAN SALURAN IRIGASI Umum Untuk membawa air dari
sumbernya hingga ke petak tersier sawah diperlukan adanya saluran irigasi. Saluran-saluran itu adalah saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Sedangkan air yang tidak berguna bagi tanaman
dibuang melalui saluran pembuang ( Drainase ). Dengan dibuatnya saluran pembuang itu, diharapkan tidak terjadi
genangan pada petak-petak sawah yang dapat berakibat mati atau menurunnya produksi tanaman. Pada masingmasing saluran diatas dilengkapi dengan berbagai macam bangunan yang berfungsi untuk mempermudah air pada

saluran yang lebih kecil, atau pada petak sawah. Berdasarkan hal diatas dapat diartikan bahwa seluruh saluran
beserta bangunannya dalam suatu daerah irigasi disebut jaringan irigasi. Adapun yang dimaksud bangunan irigasi
disini adalah : 1. Bangunan Utama 2. Bangunan Persilangan 3. Bangunan Bagi 4. Bangunan Sadap 5. Bangunan
Pengatur Muka 6. Bangunan Pengukur Debit dan lain-lain. Kriteria dan kemantapan perencanaan teknis dari suatu
saluran dalam suatu jaringan irigasi teknis mutlak diperlukan, oleh karena yang dimaksud dengan saluran disini
adalah yang mampu menahan erosi. Analisa teknis perencanaan dimensi yang perlu dilakukan antara lain : 1. Tipe
Saluran yang paling cocok 2. Efisiensi Hidrolis 3. Metode pelaksanaan yang paling efektif dan efisien 4. Ekonomis
Untuk menunjang perencanan teknis tersebut, maka faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan
saluran adalah : 1. Macam material yang membentuk tubuh saluran untuk menentukan koefisien kekerasan. 2.
Kecepatan aliran minimum yang diijinkan agar tidak terjadi pengendapan apabila air mengandung Lumpur dan sisa
kotoran. 3. Kemiringan dasar dan dinding saluran. 4. Tinggi jagaan (free board) 5. Penampung yang paling efisien,
baik hidrolis maupun empiris Perlu diperhatikan pula alternatif pemilihan bangunan pelengkap dalam saluran, tanpa
mengabaikan keempat analisa teknis diatas. Terkadang dalam perencanaan ini jarang dilakukan sistem coba
banding alternatif, untuk memperoleh perencanaan yang optimal. Dengan memperhitungkan faktor-faktor tersebut
diatas diharapkan kita akan mendapatkan suatu saluran yang betul-betul mampu membawa debit yang kita
rencanakan dari bangunan pengambilan utama sampai ke tempat yang memerlukan air tersebut, tanpa
menimbulkan efek yang kurang baik terhadap daerah yang dilewatinya, misalnya banjir. Dalam jaringan irigasi
dibedakan menjadi beberapa macam saluran pembawa sesuai dengan fungsinya : Saluran Primer : Membawa air
dari bangunan utama sampai bangunan terakhir. Saluran Sekunder : Membawa air dari bangunan bagi pada saluran
primer sampai bangunan bagi atau sadap akhir. Saluran Tersier : Saluran yang berfungsi mengairi suatu petak
tersier yang mengambil airnya dari saluran sekunder maupun primer. Saluran Kwarter : Saluran dari mana sawah
mengambil air secara langsung. 3.1 MACAM-MACAM SALURAN Berdasarkan material yang membentuk tubuh
saluran macamnya saluran adalah sebagai berikut : 3.1.1 Saluran Tanah Saluran tanah sudah umum dipakai untuk
saluran irigasi, karena biayanya jauh lebih murah jika dibandingkan dangan saluran pasangan. Sedangkan kapasitas
dari saluran tersebut ditentukan oleh luas area (A), angka pemberian (q) dan koefisien lengkung tegal (c). kecepatan
minimum V = 0.25 m/det. Lebar dasar minimum b = 0.30m, sedangkan kriteria perbandingan b dan h, freeboard,
kecepatan air, kemiringan talud tergantung pada debit yang dibawa oleh saluran tersebut. 3.1.2 Saluran Pasangan
Saluran ini dibuat apabila talud mudah longsor, tanahnya porous dan mengandung zat-zat yang merusak atau
merugikan tanaman, hewan maupun manusia. Bahannya dapat dibuat dari pasangan batu, beton, aspal maupun
blok-blok batu. Kecepatan maksimum bahan : 1. pasangan batu V = 2.0m/det 2. beton V = 3.0m/det Kemiringan
talud bisa dibuat lebih tegak dari saluran tanah. 3.1.3 Saluran Terowongan (TUNNEL) Saluran Tertutup Terowongan
dibuat apabila penggalian saluran terlalu dalam ( > 15 m ) ataupun bila saluran melalui batuan keras. Sedangkan
saluran tertutup dibuat apabila tanggul saluran mudah longsor dan juga dalam keadaan dimana saluran berada
dibawah

muka

air

tanah

maksimum

dihilir

bendung.

Dinding saluran bisa menggunakan pasangan batu atau beton, bentuk saluran disesuikan dengan kondisi medan.
Kecepatan air = 3 m/det. Apabila terjadi belokan, maka jari-jari lengkungnya dibuat sebesar mungkin.
Susunan

saluran

Eksploitasi atau jaringan irigasi, sekema jalannya air dari sungai atau sumber air dapat disusun sebagai berikut :

a.

Bangunan

pengambilan

Merupakan salah satu jenis bangunan utama disisi sungai yang berfungsi memberikan air irigasi yang dibutuhkan.
Bangunan pengambilan ini bisa berupa Free Intake atau bendung, dan pemilihanya tergantung pada tinggi
rendahnya

muka

air

b.

sungai.

Bangunan

pembawa

Adalah saluran yang berfungsi membawa air dari bangunan utama sampai ketempat yang memerlukan. Saluran
pembawa

ini

berupa

Saluran

primer

Saluran

sekunder

Saluran

tersier

Saluran

kwarter

Untuk daerah irigasi dimana diperkirakan air irigasinya banyak membawa Lumpur, kemungkinan diperlukan
bangunan yang disebut pengendap lumpur atau kantong Lumpur. Bangunan ini adalah bagian dari saluran primer di
hilir, bangunan pengambilan memberi kesempatan bagi Lumpur yang kasar memperhalus untuk mengendap. Pada
waktu-waktu

tertentu

saluran

ini

c.

dikuras

secara

hidrolis

atau

mekanis.

Bangunan

Bagi

Adalah bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-saluran sekunder atau pada
saluran

sekunder

ke

d.
Bangunan

saluran

sekunder

lainya.

Bangunan
yang

terletak

pada

saluran

e.

primer

sadap

atau[un

sekunder

yang

memberi

Bangunan

air

saluran

tersier.
Box

Fungsi dari bangunan box tersier atau kwarter untuk membagi air ke saluran kwarter atau langsung ke sawah.

3.2

BENTUK

SALURAN

Bentuk penampang saluran direncanakan yang paling efisien, baik secara hidrolis maupun empiris. Penampang
saluran

tersebut

bisa

berbentuk

Segitiga

Segiempat

Trapezium

Setengah

lingkaran

Ellips

Dan

sebagainya

Pemilihan bentuk penampang saluran berdasarkan pada bentuk penampang yang ekonomis dan mampu untuk
membawa debit rencana. Syarat dari penampang ekonomis tersebut adalah bahwa penampang basah dari saluran
minimum.

3.3

TEORI

PERENCANAAN

SALURAN

3.3.1

Rumus

de

Chrezy
R.S

Dimana

Kecepatan

aliran

Jari-jari

hidrolis

Kemiringan

Kecepatan

Jari-jari

tahanan

m/det
(

aliran

Faktor

fps

ft

kemiringan
aliran,

Kekasaran

;
dasar

tergantung

saluran
dari

rata-rata

hidrolis

dasar

satuan

Viskositas

Dalam

mencari
Rumus

harga

Ganguilet

dapat
kulter

di
yang

gunakan

rumus-rumus

dinyalakan

dalam

sbb

satuan

:
Inggris

Dimana
n

adalah

koefisien
Rumus

Kutter,

yang

Bazin,

besarnya

sama

dinyatakan

dengan
dalam

koefisien

Manning

satuan

n.

English

(Satuan

English)

(Satuan

Matriks)

Dimana

adalah

koefisien

Tabel

Kayu

yang
yang

disemen
tidak
dalam

Tanah

dalam

0.83
1.54

dapat

dilihat

dalam

pada

table

bawah

ini

:
n

saluran

m
sangat

beton

atau

halus
bata

pasangan

bata

keadaan

baik

keadaan
keadaan

di

Kekasaran

secara
rata,

batu,

Tanah

0.21

besarnya

dasar

Pasangan

Tanah

dan

Koefisien

Macam
Kayu

kekasaran

tidak

biasa
teratur

0.11

2.36
3.17

Powell

Formula

(English)
Dimana

Re
R

angka

jari-jari

Reynold
hidrolis

VRP

ft

Roughness

density

dynamic

Tabel

viscosity

Roughness

Keadaan

Saluran

Lama

Baru

Permukaan
Saluran

bersemen
kayu

yang

Saluran

dengan

Saluran

tanah

Saluran

halus

0.0002

ridak
pasangan

0.0010

beton

lurus

tanah

rata

0.0040

dan
yang

0.0004

uniform
dikeruk

0.0017
0.0060
0.0040
0.0100

3.3.2

Manning

Rumus ini dikembangkan untuk pendimensian saluran, rumus ini diperkuat dari 170 penelitian serta data-data dari
Bazin.
Bentuk
R2/3

dari

manning
S1/2

sebagai
.English

berikut

:
Unit

R2/3

S1/2

.Matric

Unit

Dimana

kecepatan

aliran

jari-jari

hidrolis

m/det
(

kemiringan

koefisien

fps

ft

dasar

saluran

kekerasan

Manning

Karena bentuk yang sederhana serta menghasilkan suatu perhitungan yang memuaskan, maka rumus ini sangat
luas digunakan sebagai rumus aliran uniform dalam perhitungan aliran saluran terbuka. Dalam menggunakan rumus
Manning

kesulitan

yang

timbul

ialah

dalam

mnentukan

ketahanan

dari

saluran

terhadap

saluran.

Tiga orang ahli telah menentuka besarnya koefisien kekerasan Manning tersebut, yaitu COWAN, HORTON, SCOBY
dan

RAMSER.

Perhitungan

dengan

memakai

rumus

Manning

mempergunakan

Perhitungan

Perhitungan

dua

cara

yaitu

cara

cara

grafis

3.3.3
Rumus

dapat

Analis

nomogram

Rumus
ini

ditentukan

pada

tahun

1923,

Strickler

bentuknya

hampir

sama

dengan

rumus

Manning

R2/3

S1/2

Dimana

kecepatan

aliran

hidrolis

diatas

Tabel

harga

dapat

pula
K

dengan

saluran

teratur.

tangkis

licin

belah

baru.

tak
dengan

dengan
batu

umum
teratur.

dengan
sekunder
dan

plesteran

yang

tidak

tersier

pasangan

grafis

tidak

terpelihara

secara

dinding

dan

Saluran

baru

dengan

Ft

Nomogram

dinding

Saluran
induk

dengan

Saluran

saluran

memakai

untuk

dengan

Sungi

fps

kekerasan
m

Dasar

Saluran

kemiringan

Macam

Beton

Perhitungan

Saluran

m/det
koefisien

jari-jari

Saluran

Saliran

bertangkis.
=

7.5

10
baik

m3
m3

beton

papan

yang

/
/
tidak

det.
det.
diplester.
kayu.

36
38
40
43

45

47

50
60
90
Tabel

hubungan

m3

det

dan

0.5

tersier
40.

3.4

3
3.5

4
4.5

11

yang
1

2.5

Saluran

7.5
-

1.5

7.5

4.5
-

4.5

1.5
-

1.5

0.5
-

dasar
adalah

Kriteria

salurannya

kemiringan

talud

Perencanaan

lempung

b/h

Saluran

1,5

Pembawa

Yang termasuk dalam saluran pembawa seperti yang diuraikan diatas adalah : saluran primer, saluran sekunder,
saluran tersier dan saluran kwarter. Selanjutnya akan dibahas dibawah ini tentang beberapa point saluran pembawa.
3.4.1

&

3.4.2

Debit

Rencana

dan

Dimensi

Saluran

Berdasarkan perhitungan kebutuhan air pada tugas irigasi I, telah didapatkan q = 1.5 lt/dt/ha yang dijadikan patokan
perhitungan

debit

rencana

ataupun

dimensi

saluran.

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui luas areal yang diairi, maka dapat ditentukan besarnya debit rencana
ataupun

dimensi

Sedangkan
a.

untuk

Didasarkan

mendimensi
pada

saluran
aliran

dipakai
seragam

saluran.
dasar-dasar
(

sebagai
uniform

berikut

flow

b. Besarnya kecepatan ditentukan berdasarkan pengalaman dari De Vos, yang dilihat pada table di bawah ini :

Debit

(Q)

m3

dt.

Kecepatan

aliran

(m/dt.)

0.15

0.25

0.30

0.15

0.30

0.30

0.35

0.30

0.40

0.35

0.40

0.40

0.50

0.40

0.45

0.50

0.75

0.45

0.50

0.75

1.50

0.50

0.55

1.50

3.00

0.55

0.60

3.00

4.50

0.65

0.70

4.50

6.00

0.70

6.00

7.50

0.70

c.

Luas

daerah

d.

Saluran

primer

irigasi

seperti

dan

pada

sekunder

3.4.3

tugas

berupa

Irigasi

pasangan

I.

batu

kali.

Kecepatan

Aliran

Kecepatan rata-rata yang diperkenankan berada antara kecepatan minimal dan maksimal atau antara 0.45 0.9 m /
det.

Tergantung

a.
b.

Pengendapan
Pengikisan

pada
Lumpur,

dasar

pada

saluran,

3.4.4

pada

tanah

(Ir.

Th.

kecepatan

minimal

kecepatan

maksimal

D.
Lumpur

aliran

Kemiringan

Kemiringan
a.

jenis

dinding
Macam

b.

Maanen,

1931

tidak

mengendap

belum

mengikis

saluran

ini
yang

Kehilangan

dasar.

dasar

saluran.
Saluran.

tergantung

pada

membentuk

air

tubuh

akibat

Geometri

:
saluran
rembesan

dari

d.

).

ke

Dinding

material

c.

air

Van

saluran

Cara

kontruksi

Ukuran saluran dengan Geometri normal USBR menggunakan angka 1 : 1 yaitu cotangen sudut lereng.
Keuntungan dari lereng ini adalah hampir cocok untuk segala macam material. Untuk saluran yang tak tahan erosi
maka penentuan pilihan kemiringan saluran ini harus diteliti secara khusus agar mendapatkan kestabilan yang
memuaskan.
3.4.5

Jagaan

Yang di maksud dengan jagaan adalah jarak dari puncak tanggul sampai tinggi muka air perencanaan.
Tujuan
a.

untuk

mencegah

Gelombang

atau

peluapan

air

fluktuasi

akibat

permukaan

air.

b. Kenaikan air pada belokan bagian cembung pada saat air mempunyai kecepatan besar serta sudut defleksi yang
besar

pula.

c. Bila air mendekati kecepatan kritis maka bila ada halangtan sedikit saja akan terjadi hydraulic jump.
d.

Sebab-sebab

alamiah

yaitu

yang

disebabkan

oleh

gerakan

air

oleh

pasang

sudut

dsb.

Tinggi jagaan ini umumnya dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan mengenai besarnya serta lokasi dari
saluran, penambahan air akibat hujan, fluktuasi permukaan air tanah, gerakan angina, karakteristik tanah, gradient

rembesan,
Untuk

persyaratan
menetapkan

mengenai
tinggi

jalan

jagaan

serta
dapat

Tabel

bahan-bahan
dilihat

pada

atau

material

table

setempat.

dibawah

Tinggi

Debit

Saluran

Saluran

tersier

Saluran

sekunder

Jagaan

=
Q

(m)

0.5

0.30

0.5

0.40

induk

dan

0.5

Jagaan

(m3/dt.)

Saluran

ini

sekunder
1

0.50

0.60

0.60

0.60

0.60

10

0.75

10

25

25

0.75
-

1.00

100

1.00

3.4.6

Tanggul

Lebar tanggul saluran irigasi dibuat sedemikian rupa hingga dapat dilalui orang. Dan lebar tanggul tidak diberi
lapisan. Yang dimaksud lapisan ini adalah lapisan untuk penempatan mesin-mesin untuk pembuatan lapisan keras
yang

tebalnya

Syarat

1.00

sampai

teknis

berkisar

Lebar

minimum
minimum

dasar

saluran

meter.

Saluran

Kecepatan
Lebar

2.00

dasar
(

Kwarter

saluran
)

Kedalaman

0,2
=

m/det
0,3

saluran

m
h

3.5

Perhitungan

Perencanaan

Luas

Saluran

Irigasi

lahan

A1

14,95

Ha

A2

14,29

Ha

B1

11,16

Ha

B2

12,19

Ha

C1

14,22

Ha

C2

14,40

Ha

D1

10,58

Ha

D2

13,46

Ha

Menentukan

kapasitas

Perhitungan

rencana

dimensi

dan

saluran

dimensi

dasar

menurut

syarat

saluran

minimum

Asumsi
B

Bmin
A

0,3

(2B

2H)

(2H

2H)

2
A
2
A

2H2

Amin

=
=

m2
0,2

0,18

m/dt

Vmin
0,2

0,036
saluran

2B2
(0,3)2

Amin

=
Untuk

2
0,18

Vmin
Qmin

m3/dt
a1

Luas

Area

yang

diairi

Q
=

akan

14,95

1,5

=
1,5

lt/dt/ha

14,95

Ha

Ha

A
22,425

lt/dt

karena nilai Q dari saluran a1 lebih kecil dari Qmin, maka Q yang diperlukan untuk saluran a1 adalah Qmin yaitu
sebesar

0,036

m3/dt

atau

Perhitungan

36

lt/dt.

Dimensi

Untuk

saluran

Diambil

dengan

Qmin

perbandingan

Saluran
=

36

(2B

lt/dt

1,5

2H)

2
A

(2

1,5H

2H)

2
A

2,5H2

1,5H

2H
+

(m2

2H

(12

2,5H2

1)

Dimana

4,328H

A
K
A

S
0,58H2/3

3,354H2
=
=

S1/2

R2/3

dan
*

30
(30

R2/3

(K
=

2,5H2

0,036
H

0,58H

0,036

1)
4,328H

0,036

*S1/2)
=
*

0,0021/2
0,0021/2)
(0,58H)2/3
1,945H8/3
(0,036/1,945)3/8

0,224

1,5H

1,5

0,224

0,336

Cek

terhadap

Vmin

*R2/3

30

30

0,344

*
*
m/dt

0,58H2/3

(0,58

Saluran

x
>

area

A1

A2

14,95

14,29

B1

11,16

1,50

m/dt

T1

14,22

C1

C2

14,40

10,58

+
+

D1

13,46

0,15788

105,25

Ha

m3/dt
:

(2B

D2

Ha

Saluran

perbandingan

105,25

lt/dt

Dimensi

OK

diairi

Perhitungan

0,0021/2

157,88

Diambil

akan

B2

12,19

0,0021/2

0,2

yang

S1/2

0,224)2/3

Bs

Luas

1,5

2H)

2
A

(2

1,5H

2H)

2
A

1,5H

P
R

2,5H2
2H

(m2

2H

(12

=
=

1)

1)
4,328H

A
2,5H2

/
/

P
4,328H

=
Q

0,58H
=

Dimana

0,15788

(K

K
=

*S1/2)
=

0,582/3

S1/2

R2/3

dan

(30

0,0021/2

0,0021/2)

3,354H2

0,15788

(0,58H)2/3

1,945H8/3

(0,15788/1,945)3/8

0,390

1,5H

1,5

0,390

0,585

Cek

terhadap

Vmin

=
=

30

0,498

*
*

0,58H2/3

(0,58
m/dt

Saluran

x
>

area

B1

+
+

12,19

1,50

C1

14,22

OK

T2

+
14,40

diairi

C2
+

10,58

D1
13,46

lt/dt

76,01

Ha

1,5

D2

m3/dt

Saluran

(2B

Ha

0,11402

76.01
=

perbandingan

0,0021/2

akan

Dimensi

m/dt

Perhitungan

0,0021/2

114,02

Diambil

0,2

yang

B2

S1/2

0,390)2/3

T1

Luas

*R2/3

30

11,16

30

2,5H2

0,15788

R2/3

2H)

H
H

2
A

(2

1,5H

2H)

2
A

2,5H2

1,5H

2H
+

(m2

2H

(12

1)

1)

4,328H

2,5H2

4,328H

0,58H

Dimana

0,11402

A
K

A
=

*S1/2)
=

0,582/3

0,0021/2

0,0021/2)

3,354H2

(0,58H)2/3

1,945H8/3

(0,11402/1,945)3/8

0,345

1,5H

1,5

0,345

0,518

Cek

terhadap

Vmin

=
=

30

0,459

*
*
m/dt

0,58H2/3

(0,58

Saluran

x
>

area

C1

0,2

1,50
78,99

m/dt

0,0021/2

10,58
q

13,46

=
52,66

+
*

x
lt/dt

diairi
D1

OK

T3

akan

C2
14,40

0,0021/2

yang

S1/2

0,345)2/3

T2

Luas

*R2/3

30

S1/2

R2/3

dan

(30

0,11402

14,22

30

2,5H2

R2/3

(K

0,11402

0,07899

D2
52,66

Ha
A
Ha
m3/dt

Perhitungan

Dimensi

Diambil

Saluran

perbandingan

(2B

1,5

2H)

2
A

(2

1,5H

2H)

2
A

2,5H2

1,5H

2H
+

(m2

2H

(12

1)

1)

4,328H

2,5H2

4,328H

0,58H

Dimana

0,07899

A
K

A
=
2,5H2

0,07899

R2/3

(K

K
=

*
*

30
(30

R2/3

dan

*S1/2)
=

0,582/3

S1/2
0,0021/2

0,0021/2)

3,354H2

0,07899

(0,58H)2/3

1,945H8/3

(0,07899/1,945)3/8

0,301

1,5H

1,5

0,301

0,452

Cek

terhadap

Vmin

30

30

0,419

*R2/3
*

*
m/dt

0,58H2/3

(0,58

x
>

S1/2

0,301)2/3
0,2

m/dt

0,0021/2
*

0,0021/2
OK

Saluran

T3

Luas

area

yang

T4

akan

D1

diairi

10,58

13,46

1,50

D2
=

24,04

36.06

m3/dt

Saluran

perbandingan

Ha

0,03606

Dimensi

Diambil

24,04

lt/dt

Perhitungan

Ha

(2B

1,5

2H)

2
A

(2

1,5H

2H)

2
A

2,5H2

1,5H

2H
+

(m2

2H

(12

2,5H2

Dimana

4,328H

A
K
A
=
2,5H2

30
(30

dan

0,582/3
3,354H2

*S1/2)
=
*

0,0021/2
0,0021/2)
(0,58H)2/3
1,945H8/3

(0,03606/1,945)3/8
0,224

S1/2

R2/3

R2/3

(K

K
=

0,03606

1)

0,58H

0,03606

0,03606

1)
4,328H

=
1,5

1,5H
x

0,336

0,224
m

Cek

terhadap

Vmin

30

30

0,344

Tabel

*R2/3
*

0,58H2/3

(0,58
m/dt

x
>

S1/2

0,224)2/3
0,2

m/dt

0,0021/2
*

Dimensi

4.1

OK

Saluran

BAB
KRITERIA

0,0021/2

IV
DESAIN

BANGUNAN

DALAM

SALURAN

IRIGASI
UMUM

Pada dasarnya pendistribusian air irigasi tidak bisa langsung dimanfaatkan oleh sawah atau yang membutuhkan

lainnya. Hal itu disebabkan oleh kondisi medan yang tidak memungkinkan, sehingga diperlukan bangunanbangunan

irigasi

supaya

air

dapat

dimanfaatkan

oleh

yang

membutuhkannya

separti

para

petani.

Bangunan irigasi tersebut mulai dari pintu pengambilan sampai pada saluran kwarter dimana sawah mengambil
airnya. Sedang macam-macamnya bangunan irigasi tersebut sudah disinggungpada bab terdahulu, dan bab ini akan
dijelaskan

mengenai

4.2

difinisi

tiap

macam

PINTU

konstruksi

dan

kritiria

PENGAMBILAN

perencanaannya.

INTAKE

Dibangun untuk dapat mengatur banyaknya air yang masuk saluran sesuai dengan yang dibutuhkan dan menjaga
air banjir tidak ke dalam saluran. Ukuran pintu pengambilan dihitung berdasarkan debit maxsimum yang akan
dialirkan ke dalam saluran primer, dengan rumus pengaliran untuk ambang lebar dan sempurna. Pintu ini dari jenis
pintu

sorong.

Adapun
Q

rumus
=

yang
b

digunakan

adalah

Dimana
Q

)
:

debit

saluran

primer

m3

det

lebar

0,85
pintu

tinggi

bukaan

tekan

9.81

4.3

pintu

tinggi

)
m

0.05

det2

BANGUNAN

BAGI

Prinsip bangunan bagi adalah untuk membagi air dari saluran primer / sekunder ke saluran sekunder / tersier.
Bangunan bagi dilengkapi dengan pintu dan alat ukur. Waktu debit kecil, muka air akan turun. Pintu diperlukan untuk
menaikan kembali muka air sampai batas yang diperlukan. Pintu ini dibuat pada bagian saluran yang menembus.
Pada cabang saluran dibangun alat ukur guna mengukur debit yang akan dialirkan melalui saluran yang
bersangkutan

sesuai

4.4

dengan

kebutuhan

BANGUNAN

air

irigasi

di

sawah

PENGATUR

yang

MUKA

akan

diairi.
AIR

Bangunan ini bersifat mengatur muka air di saluran pada elevasi yang dikehendaki. Termasuk disini adalah
bangunan yang karena medan yang terjal harus dibuat terjunan, got miring. Sejak tahap perencanaan sudah diduga
perlu
Bangunan

adanya

pelimpah

maupun

yang

akan

diatur

dalam

eksploitasi.
Terjun

Bila kemiringan lapangan lebih besar dari pada kemiringan saluran irigasi yang telah ditentukan maka saluran harus

dibagi dalam beberapa ruas, yang satu dengan yang lainnya. Bangunan terjun ini dibagi 2 jenis yaitu :
a.

Bangunan

terjun

Bentuk

lurus

hidrolis

(tegak)

dan

kritiria.

Bangunan terjun dengan tegak sering dipakai pada saluran induk dan sekunder, bila tinggi terjun tidak terlalu besar.
Tinggi terjun maks. 1,5 m untuk Q < 2,5 m3 / dtk. Tinggi terjun maks. 0,75 m untuk Q > 2,5 m3 /dtk.
Pada

umumnya

bangunan

terjun

tegak

dipakai

untuk

tinggi

terjun

maks.

Perhitungan

m.

hidrolis

Lebar

Bukaan

Efektif

Q
B

1,71

H2/3

V12
H

h1

2*g
Dimana

lebar

H
V1

debit

tinggi

kecepatan

air

m3
di

saluran

Tinggi

a
=

)
hulu

m
/

dtk

Q2

)
)

Hilir

Ambang

dc

di

hulu
hulu

dtk
=

energi

air
di

garis
muka

m
(

tinggi

efektif

koefisien

H1

bukaan

dc

B2

dimana

dc
Q

tinggi

ambang

kedalaman

debit

air
rencana

lebar

kritis

dtk

m3

bukaan

hilir

/
(

Panjang
=

c1

Olakan
*

dc

0,25

dc
c1

dc
=

2,5

1,1

0,7

b.

Bangunan

1.

Terjun

Bentuk

Miring

hidrolis

dan

kritiria.

Untuk tinggi terjun > 2,00 m dipakai bangunan terjun dengan bidang miring, lazimnya dipakai tipe vlugter.
2.

Perhitungan

a.

Tinggi

Ho

hidrolis

air

diatas

1,17

mercu.

)2/3

Dimana

Ho

tinggi

air

diatas

debit

koefisien

1,2

lebar

Kedalaman

aliran

b.

mercu

dan
=

mercu

ruang

olakan

1,1

Dimana

kedalaman

panjang

ruang
ruang

jari

garis

Tinggi

olakan
jari

hidrolis

kehilangan

tinggi

c.

olakan

energi

dan

0,15

tekanan
terhadap

lebar
(

ambang

mercu

hilir
)

1/2

2a

dimana

tinggi

ambang

hilir

lebar

ambang

hilir

4.5

Siphon

Direncanakan untuk membawa air irigasi yang mana muka air hanya sedikit lebih tinggi dari muka air di sungai
ataupun permukaan jalan raya, jalan kereta api, sehingga harus dilewatkan melalui bawah dengan siphon dengan
aliran

yang

a.

bersifat

Bentuk

tertekan.

Hidrolis

Pengaliran

dan

pipa

yang

Kritiria
terisi

penuh.

- Siphon dibuat dengan persilangan tegak lurus tegak lurus terhadap sungai maupun jalan raya dan kereta api,
supaya
-

siphon
Pipa

tidak

dibuat

terlalu

persegi

panjang

empat

atau

bulat.

- Kecepatan tidak terlalu besar agar kehilangan tekanan tidak terlalu besar yang bisa mengurangi areal yang diairi.
- Kecepatan juga tidak terlalu kecil supaya tidak terjadi pengendapan dan penyumbatan pada pipa.
-

Kecepatan

Ukuran

aliran
minimum

dalam
pipa

siphon
diambil

berkisar
0,70

antara
m

demi

1,5
untuk

kepentingan

dtk.

inspeksi.

Pipa
Untuk

pipa

siphon

yang

hilir

papa

Bagian
Bagian

dibuat

pemasukan

besar

dari

umumnya

dibuat

dilengkapi

segi

kemiringan

dengan

b.

empat,

tidak

saringan

dan

dari

lebih

untuk

tumbuk.
beton

dari

menahan

bertulang.

kotoran-kotoran

Perhitungan

Q
Q

dibuat

beton

=
=

2g

+
2g

fi
A

fi

pipa

fm

persegi

fm

)1/2

fLS/4
:

debit

f1

fm

diameter

koefisien

kehilangan

total

L
=

beda

koefisien
T.

tekanan

antara

siphon

pemasukan

dan

pengeluaran

keliling

Untuk

pemasukan

kehilangan

pada

panjang

M.

pipa

tekanan

luas

kehilangan

basah

penampang

tekanan

dapat

basah

disebabkan

oleh

a.

Geseran

hf

=
=

f
124,5

f
f

=
=

*
n2

1,5
29

/
(

n2
1,5

L/D

v2

d4/3(

pipa

0,01989

/
(

bulat

R4/3

pipa

0,001989

0,0005078

2g
),

atau

0,0005078/D
persegi
/

dimana
hf

fL/D

Dimana

besar.
Hidrolis

),

atau

4R

)
:

kehilangan
=

tekanan
faktor

karena
kehilangan

geseran
tekanan

panjang

siphon

kecepatan

siphon

diameter

siphon

jari-jari

hiidrolis

n
b.

koefisien

kekasaran

manning
Pemasukan

hi

fi

fi

v2

1/u2

2g

dimana

hi

kehilangan

fi

v
hs

0,8

=
=

tekanan

pada

faktor

kecepatan
*

pemasukan

kehilangan

pada

-0,9

siphon

sin

tekanan

saringan
t/b

(screen
4/3

Vi

dimana
=

koefisien

batang

persegi

saringan

bulat

2.42

=
=

kemiringan

tebal
jarak

hb

1.79

sudut

kecepatan
=

di

fb

tergantung

fc

batang

saringan

bersih

saringan
saringan

v2

besarnya

belokan
/

sudut

Saluran
=

saringan

hulu
*

pada

c.
hc

/2g
:

fb

2g

belokan

Transmisi

ke
v22

Siphon

v12

dimana

2g
:

fc

0,15

0,20

v2

kecepatan

pada

siphon

v1

kecepatan

pada

saluran

d.
hd

Saluran
=

fd

ke

v12

Saluran

v22

dimana

2g
:

fd

0,25

0,3

v1

kecepatan

pada

siphon

v2

kecepatan

pada

saluran

Total kehilangan tekanan h harus = 10% lebih kecil dari pada perbedaan muka air tanah pemasukan dan
pengeluaran

yang

tersedia.

Hf + hi + hs + hb + hc + hd < 90% . H Faktor kehilangan tekanan karena belokan. fb 5 10 05 20 25 30 35 40 45


0.013 0.030 0.048 0.067 0.088 0.115 0.146 0.84 0.234 4.6 TALANG Suatu perlintasan antara saluran irigasi dengan
pembuang alam atau sungai. 1. Bentuk Hidrolis dan Kritiria Pengaliranya seperti pengairan pada saluran dan dapat
dibuat dari kayu, beton bertulang atau besi dengan bentuk persegi empat. Bila dari besi dapat berbentuk setengah
lingkaran. Kecepatan pada kayu, beton : v = 1,5 - 2 m / det v = 2,5 - 3 m / det dasar dari tulang harus cukup tinggi

dari muka air maksimum si sungai supaya aman dari benda-benda kasar yang hanyut di sungai. 2. Perhitungan
Hidrolis Q = bh 2 g ( Z + v2 / 2g ) V = k R 2/3 I 1/2 Dimana : b = lebar talang h = tinggi talang Z = kehilangan
tekanan k = koefisien kekasaran R = jari-jari hidrolis I = kemiringan memanjang talang Koefisien kekasaran Material
k Kayu Beton Besi 60 70 80 4.7 Gorong-gorong Adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air ( saluran
irigasi atau pembuang ) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), bawah jalan kereta api. Pada goronggorong aliran bebas = Benda-benda hanyut dapat lewat dengan mudah, biaya mahal. Pada gorong-gorong
tenggelam = seluruh potongan melintang berada dibawah permukaan air, biaya relative murah, bahaya tersumbat
lebih besar. Kritiria Perencanaan : 1. Kecepatan yang dipakai tergantung pada jumlah kehilangan energi yang ada &
geometri lubang masuk dan keluar. 2. Kecepatan diambil = 1,5 m / dtk gorong-gorong saluran untuk irigasi, dan 3,0
m / dtk gorong-gorong untuk saluran pembuang. 3. Diameter minimum di saluran primer 0,60 m ( gorong-gorong
lingkaran ) 4. Gorong-gorong segi empat dibuat dari beton bertulang atau dari pasangan batu dengan pelat beton
bertulang sebagai penutup. Kehilangan tinggi energi untuk gorong-gorong yang mengalir penuh. 1. Gorong-gorong
pendek ( L < 20m ) Q = A 2gz Dimana : Q = debit ( m3 / dtk ) = koefisien debit A = luas pipa ( m2 ) G = 9,8 m /
dtk2

Kehilangan

kehilangan

tinggi

masuk

energi
H

pada

gorong-gorong

masuk

masuk

2.

Gorong-gorong

Va

>

20

m
)2

2g
Kehilangan

akibat

gesekan

Hf

Cf

V2

V2

2g

C2R

Kehilangan

keluar

keluar

DALAM

keluar

Va

)2

2g
TABEL

HARGA-HARGA

Tinggi

dasar

dibangunan

GORONG-GORON
Sama

PENDEK

dengan

disaluran

Sisi

Segi

empat

0.80

Bulat

0.90

Tinggi

dasar

dibangunan

Lebih

Ambang

tinggi

daripada

disaluran

Sisi

Segi

empat

Segi

empat

0.72

Segi

empat

Segi

empat

0.76

Bulat

Bulat

Keterangan
C

untuk
KR1/5,

adalah

notasi
koefisien

0.85

gorong-gorong
strickler

L
=

1/n

>
=

70

20
untuk

m
beton

jari-jari
panjang

kecepatan

Va

Gorong-gorong
Q

aliran

2.

pipa

aliran

h1

2gz

penuh
2/3

2/3

0.385

0.85

h1
h
2gh

=
=
=
=

lebar

0.9
gorong-gorong

dalam

air

didepan

gorong-gorong

dalam

air

didalam

gorong-goromg

kehilangan

BAB
PERENCANAAN

h1

h
h

Dimana

saluran

terisi
>

b.h.

m/dtk

dalam

tidak
h1

pipa

dalam

kecepatan

1.

hidrolis

tekanan

V
BANGUNAN

UTAMA

5.1

PERHITUNGAN

5.1.1
NO
1

KEMIRINGAN

DAN

Perhitungan
PATOK

ELEVASI

P.1

129.8

KEDALAMAN

SUNGAI

Kemiringan
Hi

JARAK
50

ELHi

129.8128.00

Sungai
i

EL0

1.80

(Hi+1+Hi).L/2

(1.70+1.80)25=87.50

P.2

129.7

50

1.70

82.50

P.3

129.6

50

1.60

78.75

P.4

129.55

50

1.55

76.25

P.5

129.50

50

1.50

73.75

P.6

129.45

50

1.45

71.25

P.7

129.40

50

1.40

68.75

P.8

129.35

50

1.35

66.25

P.9

129.30

50

1.30

63.75

10

P.10

129.25

50

1.25

62.25

11

P.11

129.24

50

1.24

61.25

12

P.12

129.21

50

1.21

60.00

13

P.13

129.19

50

1.19

57.25

14

P.14

129.10

50

1.10

54.25

15

P.15

129.07

50

1.07

50.50

16

P.16

128.95

50

0.95

46.25

17

P.17

128.90

50

0.90

43.75

18

P.18

128.85

50

0.85

41.25

19

P.19

128.80

50

0.80

39.50

20

P.20

128.78

50

0.78

38.50

21

P.21

128.76

50

0.76

36.50

22

P.22

128.70

50

0.70

33.75

23

P.23

128.65

50

0.65

28.75

24

P.24

128.50

50

0.50

12.50

25

P.25

128.00

50

0.00

0.00

Hi

27.50

1335

Contoh

Perhitungan
Hi

a.

H1

129.8

ELHi

EL0

H0

128.00

=
b.

1.80
i

(Hi

Hi)

.L1

2
=

(H2

H1)

.L1

2
=

(1.70

1.80)

25

87.50

2i
H

rata-rata

Li
2

(1335)

=
1250
=

2.136

rata-rata

rata-rata

Li
2.136
=
1250
=
Jadi

0.0017
kemiringan

5.1.2

dasar

Perhitungan

sungai

rata-rata

Kedalaman

0.0017

Sungai

Maksimum

Dalam menentukan kedalaman sungai maksimum perlu diketahui penampang melintangnya. Kemudian penampang
sungai itu kita bagi dengan kedalaman air tertentu. Berdasarkan kedalaman tersebut kita akan mendapatkan luas
penampang basah (A), keliling basah (P), kecepatan aliran (V) dan debit (Q). Untuk kecepatan aliran memakai
rumus

MANNING

V
dan
Sketsa

=
persamaan
penampang

sungai

1/n*
kontinuitas
pada

patok

R2/3
:

P16

dimana

Q
bendung

*S1/2

akan

diletakkan

*
sebagai

A
berikut

Elevasi

0.0017

1
30

Gambar

5.1.

Luas

Keliling

Sketsa

penampang
basah

Penampang

basah

Jari-jari

A
B

(B

2H

hidrolis

Sungai

+
(1

mH)H
+

m2)

A/P

Tabel hubungan tinggi muka air dengan debit, dihitung berdasarkan penampang melintang pada patok P18.

Hasil perhitungan pada table diatas dapat disajikan dalam gambar grafik hubungan antara elevasi muka air dan debit
pada

patok

Dari

soal

Dari

diketahui

grafik

Q20

diketahui

Kedalaman

P18.

untuk

airnya

Q20

(H)

140
=

m3/dt

140

130.22

m3/dt

128.85

1.37

5.2

DESAIN

COVER

DAM

HULU

Bendungan pengelak ( cover dam ) dibangun dengan maksud menutupi sungai agar aliran berbelok dan masuk
kesaluran pengelak ( diversion channel ) sehingga tidak mengganggu pelaksanaan kontruksi bendung yang sedang
dibangun. Cover dam di bangun dibagian hulu dan hilir agar keseluruhan aliran tidak masuk ke lokasi proyek.
-

Q10
Dari

grafik

hubungan

dan

m3/dt

Q10

129.85

=
-

74
=

74

m3/dt

128.85

1
Kemiringan
Cover
Elevasi
+

sungai
dam

dasar

rata-rata

dibuat
cover

128.85

dibagian

dam
+

elevasi
(

upstream
dasar
0,0017

)
dan
bendung
x

0,0017

down

stream

S
100

L
)

128.85

0.17

Tinggi

Elevasi

jagaan
crest

129.02
diambil

cover

dam

=
elevasi

muka

meter

air

129.85

=
-

+
Jadi

tinggi

cover

dam

hulu

130.85

elevasi

crest

cover

dam

elevasi

cover
=

130.85

129.02

1.83
131.50

)
m

Elevasi

Crest

Cover

Dam

Tinggi

Jagaan

=
El.

dasar
dam

=
+

jagaan

1
Muka

Air

m
H

129.85

1.83

Tinggi

Cover

Dam

Hulu

Elevasi

Dasar

Cover

Dam

Gambar

5.2

5.3

DESAIN

129.02

Desain

Cover

SALURAN

Dam

PENGELAK

SEMENTARA

Saluran pengelak dibuat dengan tujuan membelokkan air sungai selama ada pembangunan bendung disebelah
hilirnya. Saluran pengelak biasanya terletak dekat cover dam atau turap baja yang dibangun untuk membelokkan air.
Debit

yang

dipakai

Data-data

dengan
tahun

Penampang

rencana

Kecepatan
Talud
Koefisien

rencana
/

10

tahun.

dipakai

Q10

ulang

yang

kala

Dinding
kekasaran

74

m3/dt

=
Saluran
manning

3H

2
=

m/dt
1

:1
0,025

Gambar
-

5.3.

Luas

Desain

penampang

basah

3H

Saluran

Pengelak

basah

3H

3H

2H

2H

(1

(1

m2)

2H

H
m2

12)

2H

3H

1,41

2,82H

Dari

hokum

H
H

4H2

3H

MH

1H

=
Keliling

4H

A
_

Sementara

5,82H

kontinuitas

V
4H2

m2

74

m3/dt

m/dt

4H2

m2

H2

37

4
9.25

Dari

3.04

penampang
=

rencana

B
-

m2

37

luas

Jadi

penampang
keliling

basah

3H

jadi

9,12

basah

=
3.04

=
Jadi

4H2
P

m2
=

5,82

3.04
H

m
)2
=

36.97
5,82

m2

=
x

40m2
3,04
17.69

3.04

9.12

gambar

5.4.

Desain

5.4.

PENENTUAN

Saluran

pengelak

ELEVASI

sementara

MERCU

BENDUNG

Elevasi mercu harus ditentukan secermat mungkin agar supaya semua petak yang dilayani dapat mendapatkan air
dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan pedoman elevasi sawah tertinggi ditambah dengan seluruh kehilangan
tenaga

diseluruh

Tahapan
3.

perhitungan

Tentukan

Muka

air

dari

elevasi

sistim

disawah

sistim

untuk

petak,

mercu
elevasi

penggenangan

adalah

sawah

dan

pembawa.

yang

kehilangan

tertinggi

tenaga

yang

biasanya

sbb

akan

dialiri.

diambil

0,12

m.

4. Menghitung semua kehilangan tenaga disepanjang saluran mulai dari saluran kwarter, sub tersier, tersier, dan
sekunder

dan

Kehilangan

akhirnya

energi

ditiap

Kehilangan

berupa

disepanjang

tenaga

ditiap

saluran.

bangunan-bangunan

Kehilangan

primer.

saluran

tenaga

Kehilangan

saluran

silang

tenaga

Kehilangan

tenaga

dikotak-kotak

untuk

alat

ukur

- Kehilangan tanaga untuk persedian eksploitasi, misalnya kehilangan tenaga dipipa-pipa dan pintu-pintu.
Rumus

yang

ELM

digunakan

Dimana

ELS

ELM

ELS
ho

tekan

tinggi

tekan

saluran

tinggi

tekan

dari

saluran

sekunder

g.

Kehilangan

tinggi

tekan

dari

saluran

primer

i.

tinggi

tekan

Tinggi

j.

tinggi

Kehilangan

l.

tinggi

Persediaan

m.

Persediaan

Perhitungan

akibat

tekan

tekanan
ELS

akibat

elevasi

0,10

sekunder

0,10

0,20

0,15

ukur

0,40

ekaploitasi
dasar

saluran

0,10

bangunan
sungai

lain
+

m
0,25
H

0,10

0,10

0,10

0,20

m
Q20

1,37

+
=

tersier

0,10

alat

0,10

primer

128.85

=
ho

saluran

kemiringan

bangunan

saluran

untuk

untuk

sawah

disawah

tekanan

tekan

ke

sungai-sungai

genangan

Kehilangan

k.

dari

tekan

terjadi

tersier

Kehilangan
Kehilangan

Q20

tinggi

f.
h.

yang

dari

bendung
tertinggi

kehilangan

tinggi

Kehilangan

mercu

sungai

total

Kehilangan

ho

sawah

dasar

e.

elevasi

elevasi

elevasi

adalah

130.22
+

0,10

0,15

0,40

0,10

0,25

1,50

ELM

ELS

130.22

ho

1,50

5.5.

131.72

PENENTUAN

LEBAR

BENDUNG

Dalam menentukan lebar bendung, faktor utama yang dapat dipakai sebagai pertimbangan adalah lebar sungai yang
ada

dan

debit

yang

direncanakan

melimpah

di

atas

mercu

bendung.

Lebar efektif bendung ( Be ) dihubungkan dengan lebar bendung yang sebenarnya ( B ), yakni jarak antara pangkal

pangkal

Be

bendung

B1

Dimana

dan

B1

tiang
(

kp

He

sebenarnya

kontraksi

pilar

kontraksi

dinding

tekan

total

tinggi
=

bendung

bendung

koefisien

ka
efektif

koefisien
=

persamaan

lebar

lebar

He

dengan

Ka

Be
=

Kp

pancang

jumlah

pilar

kp

0,01

untuk

pilar

bulat

ka

0,10

untuk

pilar

bulat

dengan

lebar

Lebar

Bendung

Pilar

Lebar

(B)

Perhitungan

Pintu

Be

=
=

B1

33

33

=
kp

5
+

=
.

ka

26
=

B1
26

2
2(5

26

5.6.1

Data
direncanakan

He
t

m
5

Pilar

PERHITUNGAN

Data-data

30

(b)

ke

5.6
Bendung

pilar

=
Be

1.1

Pengurasan

Pilar

lebar

Pilar
(t)

Jarak

pengurasan

jumlah

Jumlah
Lebar

bendung
pintu

lebar

Data

kp
0.01

+
+

ka
0.10)

0.30

teknis

tipe

He
BENDUNG

tipe

dengan

He
He

HIDROLIS
dan

bendung
Ogee

II
:

Lebar
Lebar

efektif

sebenarnya

bendung

Debit
dasar

Tinggi

bendung

elevasi
(+

140

bendung
=

dasar

128.85

131.72

mercu

bendung

muka

131.72)

bendung

5.6.2

(+

128.85)
m

tipe

Tinggi

bendung

2,87

Gambar

m
m3/dt

elevasi

0,30He

bendung

dasar

dimuka

mercu

26

26

Q20

sungai

Elevasi

rencana

Elevasi

bendung

ogee

muka

air

II.

dihilir

bendung.

Tinggi muka air dihilir bendung dipengaruhi oleh besar debit yang lewat dan kecepatan airnya. Perhitungan debit
menggunakan

rumus

kontinuitas

Q
V

(1

Q
.

Manning.
V

S1/2

m2)

mH

2H

rumus

R2/3

=
=

menggunakan
.

air

V
Q

kecepatan

A
P

dan

/
R2/3

1/2

Data

data

(26

26

26

mH

2H
2H

2H

(1

m2)

(1

12)

1.4

2.8

26H

26

H
+

H2

+
Q

H
H2

+
A

m3/dt

26

+
1.H

1
140

P
Maka

=
R

26H
=

0,0017

=
P

0,025

Q20

Perhitungan

=
m

teknis

2.8
V

A
Q

2/3

S1/2

Untuk

3.5

3.5

(26

2.8*3.5)2/3

(0.041)(26*3.5+3.52)

(26*3.5+3.52)2/3

38.06

0.40

93.31
Untuk

3.5

2.5

(26

2.8*2.5)2/3

(0.041)(26*2.5+2.52)

(26*2.5+2.52)2/3

36.05

0.72

50.28
Untuk

3.5

2.04

(26

2.8*2.04)2/3

(0.041)(26*2.04+2.042)

(26*2.04+2.042)2/3

35.11

1.007

34.86
Diambil

Maka

A
26*

2.04

26H

2.04

H2

53.04

m
2.042

4.16

57.2

m2

26

26

2.8H

2.8*2.04

31.71

57.2

31.71

=
5.6.3

1.8
Tinggi

Muka

Air

diatas

m
Mercu

Bendung

He

Debit
Q

yang

lewat

diatas

2/3

Dimana

Cd

mercu
Cd

=
=

debit

(Cd

Penentuan

Cd

Koefisien

C0

C1.

C2)
m/dt2)

bendung

(m)
(m)

mercu

Ogee

1,3

(m3/dt)

tekan

Cd

C0,

grafik

:
He3/2

(9,81

efektif

untuk

C1

C0.

grafitasi

pelimpah

tinggi

debit

dipakai

Be

diatas

lebar

He

yang

g)

debit

percepatan

Be

persamaan

(2/3

koefisien

bendung,

C1,

C2

konstanta

antara

hubungan

hd
C2

Langkah

langkah

1.

Mengasumsikan

2.

Menghitung

3.

Co

4.

Menghitung

perencanaan
nilai

Cek

Data

dari
/

Cd

Be

)
diatas
)

C1
Grafik

Q20

Cd
140

hitung

m3

0.30

misal

1,3

dari

26

Hd

asumsi

konstanta

C2

teknis

ogee

data

(
rumus

1,3

(1

He

Menentukan

6.

Cd

Cd

5.

grafik

He

2,87

Cd

dt
m

1,3

Perhitungan
Q

140

140

:
2/3
2/3
=

140

Cd
*

(2/3
1,3(2/3

(0,867)
=

g)

9,81)

(2,557)

(26

57.64

He3/2

Be

(26

.
0,30He)

0.30

He)
0,665

Untuk
He

2,50

140

2,25

140

(2,50)3/2

0,665

(He)

3/2
He3/2
He5/2

1.84

140

57.64

(2,25)3/2

0,665

(2,25)5/2
189.49

57.64

(1.84)3/2

=
He

(2,50)5/2
221.27

140
Diambil

57.64
=

140
He

3/2

140
He

He

0.665

(1.84)5/2
140

1.84

Maka

Be

26

26

0,30

0,30

He

1.84

25.448

Ho

2.87

He

1.84

4.71

Be

25.448

Ho

4.71

119.86

m2

140

119.86

1,168

Hd

m/dt

He

V2

2.g
=

1.84

(1,168)2

1.84

1,364

9,81

19,62

1,77

Maka

berdasar

Co

grafik

1,3

konstanta

P/Hd

2.87

1.77

1,621

C1

0,992

P/He

2.87

1,84

1.56

C2

0,998

Maka

Cd

1,3

C0

0,992

asumsi

2/3
=

(2/3

2/3

(1,3)

asal
g)

2,034
0,26

18,671
=

=
=

+
+

He
m

Be
18,670

2,034

2,034

5,524
=

m
m

P
3,49

He3/2
m

He3/2
41.395

2,034
He

19,2

(18,670)

120

dengan

Be

(2,557)

Dikontrol

hitung
1,3

He

0,998

Cd

rumus

Cd

C2
1,3

dengan

He3/2

Ho

Cek

Be

1,3

120

C1

1,29

Cd

.
.

Ho
5,524

103,133

m2

120

1,164

Hd

2,034

A
103,133

m
He

V2

dt
2

1,164)2

.g

19,62

1,965

Analisa

koefisien

Co

debit

1,3

Berdasar

konstanta

grafik

Hd

3,49

1,965

1,776

C1

0,992

He

3,49

2,034

1,716

C2

0,998

Jadi

Cd

1,3

C0

C1

0,992

C2

0,998

Cek

1,29

120

2/3

2/3

He3/2

Cd

(2/3

(1,29)

g)

(2,557)

He

He3/2

41,078

He

2,9212/3

He

2,04

2,04

Jadi

Maka

lebar

He

asumsi

He
efektif

3/2

(18,671)

120

He

Be

2,04

bendung

(Be)

19,2

2,04
=

19,2

m
m

0,26

He

0,26

(2,04)

18,670

5.6.4.

Kontrol

Terhadap

Bahaya

Kavitasi

Retak

Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, tekanan minimum pada mercu bendung harus dibatasi s/d (4) tekanan air
jika
Untuk

mercu

terbuat

mengetahui

apakah

Berdasarkan
Data

dari
terjadi

beton

keretakan

dan

atau

grafik

data

(1)

kavitasi,

maka

yang

He

di

cek

maka
ada

pasangan
dengan

harga

diperoleh
:

He

Perbandingan

untuk

2,04

He

r.
m
m

2,04

1,336

=
maka

He

1,336
/

batu.

1,038
dari

grafik

diperoleh

(P/g)

0,22

He

Maka,

P/g

2,04
=

0,22

0,22

0,449

m
x

x
<

Lengkung

He

2,04

Debit

aman

Diatas

)
Bendung

Rumus
Q
Data
Be

134,48

:
=

Cd

2/3

(2/3

data
=

.
:

g)

.
Cd
18,670

Be

.
=

He3/2
1,3
m

120,612

5.7 DESAIN PENAMPANG LINTANG BENDUN

Dari

hasil

perhitungan

Penampang

diperoleh

Hd

Lintang

5.8

DESAIN

5.8.1

Perhitungan

1,965

Bendung

KOLAM
Loncatan

OLAKAN
Hidrolis

Loncatan hidrolis (hydraulic jump) adalah kejadian naiknya muka air tiba-tiba dari air yang mengalir dengan
kecepatan tinggi disertai kedalaman rendah bergabung dengan air yang berkecepatan tinggi dengan kedalaman
tinggi.
X

0.294

1.049

2.207

3.743

5.639

Perhitungan
Menghitung
Vz

dalamnya
=

air

(2

disetiap
.

titik

setelah

(z

melalui
H0

Vz

mercu
+

:
Yz)

Yz

Be
Fz

(2

Vz

(g

.g

(z

H0

Yz)

Yz)

Be.Yz
Dimana

Debit

banjir

rencana

Be

Lebar

efektif

bendung

Vz

Q20

Kecepatan
=

120

Be
q

dititik
m3/dt

=
=

Q20

18.670
120

6.427

m3/dt/m

Be

18.670

Elevasi

muka

air

hulu

+134,58

Elevasi

energi

di

hulu

+134,65

Elevasi
Tinggi

Asumsi

dasar
garis

energi

kolam
Hj

diatas

Yj

kolam

olakan
=

(+

134,58)

+128,60
(+128,6)

5,98

5.8.2.

Panjang

loncatan

Hidrolis.

Panjang loncatan hidrolis adalah gerak antara permukaan dengan loncatan hidrolis sampai pada suatu titik
permukaan

gulungan

ombak

yang

Panjang

segera

menuju

kehilir.

loncatan

Lj

6,9

y2

kedalaman

Lj

6,9

y2

loncatan
(

Lj

hidrolis.
hidrolis

3,326

Dimensi

di

5.8.3.

y1

hilir

0,608

18,75

Kolam

Olakan

Dalam pemilihan kolam olak, selain ditentukan oleh topograpi dan tail water, juga ditentukan oleh bilangan Froude
(Fr).
Kriteria

pemilihan

USBR

Type

USBR

USBR
Dalam

Type

III

kolam

olakan

IV

4,5

Type

<

2,5

Fr

<

ini

Dimensi

digunakan

1,3

se

Fr

V1

15

Fr

kolam

USBR

Block
Y1
.

=
=

18

m/dt

4,5
type

IV

W1
0,608

=
ac

4,5

0,608
.

2,5

<

:
=

2,5

Froude.

<

olak

Chute

W1

bilangan

<

II

perencanaan

berdasarkan

1,520
=

2
2

.
.

Y1
0,608
1,216

Lc
Lc

diambil

as

Y1
Y1

1,25

1,216

1,25

Y1

0,608

0,760

Yb
=

1,1

1,1

.
1/2

1/2
.

.
0,608

Y1

(1

(1

Fr2

1)

4,2072

1)

3,659

Lb

6,1

6,1

Yb

3,569

21,771

Keterangan

Lb

Panjang

Kolam

Olak

Lc

Panjang

Chute

Block

Yb

Tinggi

as

muka

air
Tinggi

didalam

Kolam

Olak

End

Sills

ac

Tinggi

Chute

Block

be

Lebar

Chute

Block

se

SKETSA

Jarak

anatara

KOLAM

Chute

Blocks

OLAKAN

5.9

KANTONG

5.9.1

LUMPUR

Definisi

dan

Fungsi

Kantong Lumpur merupakan bangunan pembesaran potongan melintang saluran (diperdalam dan diperlebar)
sampai panjang tertentu. Fungsi dari kantong lumpur ini adalah untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi
kesempatan kepada sedimen yang lewat untuk mengendap, tujuannya untuk mencegah agar sedimen ini tidak
mengendap di seluruh saluran irigasi. Kantong lumpur ditempatkan pada bagian awal dari saluran primer persis
dibelakang pintu pengambilan. Tampungan ini dibersihkan tiap jangka waktu tertentu (kurang lebih sekali seminggu
atau setengah bulan) dengan cara membilas sedimennya kembali ke sungai dengan aliran terkonsentrasi yang
berkecepatan

tinggi.

Panjang kantong Lumpur berkisar antara 200 sampai 500 m, panjang tersebut bergantung kepada :
a. Diameter sedimen yang akan mengendap 200 m untuk bahan sedimen kasar dan 500 m untuk partikel-partikel
yang

lebih

b.

halus.

Topografi

c.

dan

Kemungkinan

dilakukannya

pembilasan.

Dalam bagian Kp-03 mengenai saluran, dikatakan bahwa kantong Lumpur tidak akan diperlukan jika volume
sediment yang masuk kejaringan irigasi tetapi tidak sampai ke sawah (partikel yang lebih besar dari 0,06 0,07 mm)
kurang

dari

5%

5.9.2

kedalaman

Langkah

Untuk
1.

(permil)dari

merencanakan
Menentukan

2.

Lumpur

partikel

Menentukan

air

kantong

ukuran

saluran

jaringan

Langkah

dilakukan

rencana

volume

diseluruh

yang

kantong

dengan
akan

Perencanaan

langkah
terangkat

lumpur

irigasi.

sebagai
ke

berikut

jaringan

yang

irigasi.

diperlukan

3. Membuat perkiraan awal luas rat-rata permukaan kantong Lumpur dengan menggunakan rumus :
Dimana
B

:
=

Q
W
Dalam

L
Lebar

Panjang
rata-rata

Kebutuhan

=
soal

endap
0,004

pembawa

m/dt

rencana

partikel
karena

rencana
diameter

0,07
SKETSA

Lumpur

profil
pengambilan

Kecepatan
ini

kantong

sedimen

(m)
(m)
(m3/dt)
(m/dt)
sebesar
mm

PROFIL

KANTONG

LUMPUR

PENAMPANG

MUKA

PENAMPANG

MELINTANG

Keterangan

L
Lebar

Panjang
rata-rata

endap

Tinggi

Lumpur

profil

pembawa

partikel

rencana

Qn

(m)
(m/dt)
aliran

Tinggi
sedimen

di

air
kantong

5.9.3
Dalam

(m)

rata-rata

=
=

LUMPUR

kantong

Kecepatan

Hn

LUMPUR

KANTONG

Kecepatan

V
Hs

KANTONG

lumpur

Perhitungan
perencanaan

ini
=

data

data
1,45

yang

diperoleh

:
m3/dt

0,004

m/dt

Waktu

karena

diameter

pembilasan

sedimen

sebesar

Volume

0,07

miggu

sekali

Kantong

0,0005

0,0005

Lumpur

1,45

mm

Qn
(14

24

T
.

876,96

3600)
m3

Diambil

54

Penentuan
in
-

in
Kemiringan

Vn

untuk

diambil

0,4

Hn

normal,

m/dt

kantong

untuk

(B
(6
=

penuh)
vegetasi
40

+
+

hampir

timbulnya

=
=

sedimen

mencegah

Ks

An
3,625

eksploitasi

m.Hn)Hn
1.

Hn)Hn
0,5531

Penentuan
is
Vs

is

Pembilasan
=

Kantong

Lumpur

Kecepatan

kosong,

sediment

pembilas

didalam

kantong

diambil

berupa
1,4

pasir

kasar
m/dt

Agar pembilas dapat dilakukan dengan baik, maka kecepatan aliran harus dijaga agar tetap subkritis.

PENAMPANG

MUKA

KANTONG

LUMPUR

BAB

VI

PENUTUP
6.1.

KESIMPULAN

Setelah diselesaikannya penyusunan tugas irigasi dan bangunan air ini, yang meliputi teori dan perhitungan tentang
kebutuhan air irigasi, perencanaan jaringan dan saluran irigasi sampai pada perencanaan bendung dan
perlengkapannya,

maka

dapat

kami

simpulkan

sebagai

berikut

a. Dalam perencanaan mengenai irigasi dan bangunan air sangat diperlukan data-data lapangan yang akurat,
sehingga dalam perencanaan dan perhitungan dapat menghasilkan desain yang optimal, yang pada akhirnya
bangunan yang dibuat dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan irigasi pada daerah yang
direncanakan serta ekonomis dari segi biaya namun tetap terjaga kualitas sehingga tidak terjadi hal-hal yang
diinginkan seperti meluapnya air keluar bendung, terjadinya erosi tanah akibat saluran air yang meluap dan
pembagian

air

disawah

yang

tidak

merata.

b. Sistem irigasi untuk pengairan yang direncanakan dengan baik dan memperhatikan kebutuhan air tanaman akan
meningkatkan hasil produksi pertanian terutama pada tanaman padi yang bila diairi dengan mengandalkan curah
hujan hanya dapat tanam 2 kali dalam setahun dengan hasil dan kualitas yang kurang optimal, namun bila diairi
dengan sistim irigasi yang baik akan dapat tanam 3 kali dalam setahun dengan hasil padi yang optimal dan
berkualitas.
6.2.

SARAN

a. Mata kuliah irigasi dan bangunan air sebaiknya ditambah sks nya agar ilmu tentang irigasi dan bangunan air dapat
diterima seluruhnya dan dapat serap dengan baik, sehingga benar-benar menghasilkan sumber daya manusia yang
mempunyai

kompetensi

tinggi.

b. Pada mata kuliah ini akan lebih baik bila dilakukan tinjauan lapangan sehingga lebih mengetahui sistim irigasi
yang direncanakan dengan baik dan tidak, yang pada akhirnya dapat meningkatkan serta memperbaiki sistim
jaringan irigasi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai