Anda di halaman 1dari 24

PANJI KEADILAN

Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum


Universitas Muhammadiyah Bengkulu
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI


TENAGA LISTRIK (SPJBTL) ANTARA PT PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA
PELAYANAN PELANGGAN TANJUNGPINANG DENGAN PELANGGAN
Ari Hikmawan
Magister Imu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, email: arihikmawan@gmail.com

ABSTRAK
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dapat dikatakan
bahwa, ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan
tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik. Tenaga Listrik mempunyai peran yang sangat
penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional, maka usaha penyediaan
tenaga listrik perlu terus ditingkatkan sejalan dengan perkembangan pembangunan agar tersedia
tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, merata, dan bermutu. Usaha penyediaan tenaga listrik
merupakan pengadaan tenaga listrik meliputi pembangkitan, transmisi, dan penjualan tenaga listrik.
Dalam penjualan tenaga listrik terjadi transaksi jual beli tenaga listrik antara pelanggan dengan PT.
PLN (Persero). Berdasarkan Pasal 1457 KUHPerdata, jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana
pihak yang satu mengikat dirinya untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang dan pihak yang
lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya perlu
diadakan suatu perjanjian antara pelanggan dengan PT. PLN (Persero) yang disebut dengan “Surat
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL)”. Penelitian ini membahas mengenai hak dan kewajiban
para pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara PT PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan dan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
(SPJBTL) antara PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan
Pelanggan jika dilihat dari asas itikad baik.
Metode Penelitian adalah penelitian hukum normatif, yang disebut juga dengan penelitian
hukum doktrinal. Dalam penelitian hukum normatif ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan menggunakan asas hukum. Penelitian yang membahas tentang asas hukum ini penulis
gunakan dikarenakan berkaitan dengan asas hukum itikad baik (Good Faith) terhadap mengenai hak
dan kewajiban para pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara PT PLN (Persero)
Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan serta mengenai upaya
penyelesaian perselisihan yang terjadi antara PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan
Tanjungpinang dengan Pelanggan. Penulis menggunakan metode kajian kepustakaan yaitu peneliti
menganalisa berdasarkan buku-buku, peraturan perundang-undangan maupun literatur-literatur
lainnya yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. Analisis data dilakukan secara kualitatif yaitu
data yang diperoleh tidak dengan menggunakan statistik atau matematika ataupun yang sejenisnya.
Dalam menarik kesimpulan penulis menggunakan metode berfikir deduktif yaitu cara berfikir yang
menarik kesimpulan dari suatu pernyataan atau dalil yang bersifat umum menjadi suatu pernyataan
atau kasus yang bersifat khusus.
Kesimpulan penelitian ini adalah para pihak harus memenuhi hak dan kewajibannya sebagai
pelanggan dan tidak melakukan pelanggaran dalam menggunakan tenaga listrik, antara lain: tidak
menunggak atau tidak membayar rekening tagihan tenaga listrik, tidak melakukan pencurian tenaga
listrik, tidak menyalurkan tenaga listrik pada pihak lain, menggunakan tenaga listrik sesuai
peruntukan dalam SPJBTL serta tidak merubah atau merusak peralatan listrik dan tidak melakukan
perbuatan lainnya yang merugikan PT. PLN (Persero). Akan tetapi hak dan kewajiban para pihak
dalam Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara PT PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang tidak diatur secara jelas dan tegas. Sehingga apabila terdapat
wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak, maka pihak yang dirugikan tidak mendapatkan ganti
kerugian sebagaimana mestinya. Sehingga untuk menghindari terjadinya wanprestasi yang dapat
2 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

merugikan para pihak maka perjanjian jual beli tenaga listrik (SPJBTL) antara PT. PLN (Persero)
dengan konsumen harus didasarkan dengan itikad baik. Untuk kedepannya dalam membuat surat
perjanjian jual beli tenaga listrik pihak PLN harus meninjau ulang mengenai klausula dalam SPJBTL,
karena beberapa pasal dalam SPJBTL masih mengandung klausula yang melanggar hak-hak
konsumen. Sehingga tujuan Negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteran rakyat dalam
energi listrik di Indonesia dan misi PLN tentang kepuasan pelanggan dapat tercapai. Untuk konsumen
kedepannya harus lebih bertanggungjawab dalam menunaikan kewajibannya, agar hak-hak juga bisa
diperoleh dengan baik. Sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
Kata kunci: hak dan kewajiban; SPJBTL; PLN unit pelaksana pelayanan pelanggan Tanjungpinang

ABSTRACT
Article 1 number 1 of Law Number 30 Year 2009 concerning Electricity can be said that, electricity is
everything related to the supply and use of electricity as well as electricity supporting businesses.
Electric Power has a very important and strategic role in realizing national development goals, so the
business of supplying electricity needs to be continuously increased in line with the development
development so that there is sufficient, equitable and quality electricity. Electricity supply business is
the supply of electricity including the generation, transmission and sale of electricity. In the sale of
electricity there is a power purchase transaction between the customer and PT. PLN (Persero). Based
on Article 1457 of the Civil Code, buying and selling is an agreement with which one party binds
himself to surrender ownership rights to an item and the other party to pay the price promised.
Therefore in its implementation it is necessary to hold an agreement between the customer and PT.
PLN (Persero), called the "Electricity Purchase Agreement (SPJBTL)". This study discusses the rights
and obligations of the parties in the Electricity Sale and Purchase Agreement (SPJBTL) between PT
PLN (Persero) Tanjungpinang Customer Service Implementing Unit with Customers and the Electricity
Sale and Purchase Agreement (SPJBTL) between PT PLN (Persero) Customer Service Implementation
Unit Tanjungpinang with customers when viewed from the principle of good faith.
The research method is normative legal research, also called doctrinal law research. In this
normative legal research, the author is interested in conducting research using the principle of law.
This research discusses the legal principle I use because it relates to the legal principle of good faith
(Good Faith) regarding the rights and obligations of the parties in the Power Purchase Agreement
(SPJBTL) between PT PLN (Persero) Tanjungpinang Customer Service Implementation Unit with
Customers and regarding efforts to resolve disputes that occur between PT PLN (Persero)
Tanjungpinang Customer Service Implementation Unit and Customers. The author uses the method
of literature study in which the researcher analyzes based on books, laws and regulations and other
literatures related to the problem under study. Data analysis was carried out qualitatively, that is, the
data obtained were not using statistics or mathematics or the like.
The conclusion of this research is that the parties must fulfill their rights and obligations as
customers and do not violate the use of electricity, including: not arrears or not paying electricity bill,
not stealing electricity, not delivering electricity to other parties, using electricity in accordance with
the designation in the SPJBTL and does not change or damage the electrical equipment and does not
do other actions that harm PT. PLN (Persero). However, the rights and obligations of the parties in
the Power Purchase Agreement (SPJBTL) between PT PLN (Persero) Tanjungpinang Customer Service
Implementation Unit are not clearly and clearly regulated. So if there is a default done by the parties,
the injured party does not get compensation as they should. So as to avoid the occurrence of default
that can be detrimental to the parties, the power purchase agreement (SPJBTL) between PT. PLN
(Persero) with consumers must be based on good faith. In the future, in making a power purchase
agreement, the PLN must review the clause in the SPJBTL, because some articles in the SPJBTL still
contain clauses that violate consumer rights. So that the State's goal of achieving prosperity and
prosperity of the people in electrical energy in Indonesia and PLN's mission of customer satisfaction
can be achieved. For consumers in the future must be more responsible in fulfilling their obligations,
so that rights can also be obtained properly. So that no party is harmed..
Keywords: rights and obligations; SPJBTL; PLN Tanjungpinang customer service implementation unit
Ari Hikmawan
Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara 3
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan

PENDAHULUAN Perjanjian yang dibuat oleh para


Pasal 1 angka 1 Undang-Undang pihak ini dapat dijadikan dasar perikatan
Nomor 30 Tahun 2009 tentang bagi kedua belah pihak. Hal ini seperti
Ketenagalistrikan dapat dikatakan bahwa, yang disebutkan dalam Pasal 1338 ayat (1)
ketenagalistrikan adalah segala sesuatu KUHPerdata yang berbunyi: “Semua
yang menyangkut penyediaan dan perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
pemanfaatan tenaga listrik serta usaha sebagai undang-undang bagi mereka yang
penunjang tenaga listrik. Tenaga Listrik membuatnya”. Dari Perjanjian yang dibuat
mempunyai peran yang sangat penting ini, maka akan timbul suatu hubungan
dan strategis dalam mewujudkan tujuan antara 2 (dua) orang tersebut. Hubungan
pembangunan nasional, maka usaha inilah yang dinamakan perikatan. Pada
penyediaan tenaga listrik perlu terus dasarnya perjanjian menerbitkan suatu
ditingkatkan sejalan dengan perikatan antara dua orang (pihak) yang
perkembangan pembangunan agar membuatnya.2
tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang Usaha penyediaan tenaga listrik
cukup, merata, dan bermutu. Untuk merupakan pengadaan tenaga listrik
memenuhi berbagai kebutuhan manusia meliputi pembangkitan, transmisi, dan
didalam kehidupan bermasyarakat, individu penjualan tenaga listrik. Dalam penjualan
satu senantiasa berhubungan dengan tenaga listrik terjadi transaksi jual beli
individu yang lain, demikian pula tenaga listrik antara pelanggan dengan PT.
sebaliknya secara timbal balik. Hubungan PLN (Persero). Berdasarkan Pasal 1457
antara dua individu yang timbal balik KUHPerdata, jual beli adalah suatu
tersebut dalam hukum Indonesia dikenal perjanjian dengan mana pihak yang satu
dengan istilah perikatan. Perikatan adalah mengikat dirinya untuk menyerahkan hak
suatu hubungan hukum antara dua milik atas suatu barang dan pihak yang lain
individu atau dua pihak, dimana pihak untuk membayar harga yang telah
yang satu menuntut suatu hal atau dijanjikan. Oleh karena itu dalam
prestasi dari pihak lain serta pihak yang pelaksanaannya perlu diadakan suatu
lain berkewajiban untuk memenuhi perjanjian antara pelanggan dengan PT.
tuntutan tersebut.1 PLN (Persero) yang disebut dengan “Surat

2
Fuady, M. 2001. Hukum Kontrak (Dari Sudut
1
Subekti, R., 2020. Hukum Perjanjian. Jakarta: Pandang Hukum Bisnis). Bandung: PT. Citra
PT Intermasa, hlm. 1. Aditya Bakti, hlm. 26.
4 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik mengisi suatu formulir permohonan untuk
(SPJBTL)”. penyambungan arus listrik, apabila
Undang-Undang Nomor 30 Tahun permohonan disetujui selanjutnya kepada
2009 tentang Ketenagalistrikan calon pelanggan diminta untuk
mengemukakan bahwa PT. PLN (Persero) menandatangani perjanjian tersebut.
bukanlah sebagai Pemegang Kuasa Usaha Perjanjian itu telah dibuat terlebih dahulu
Ketenagalistrikan lagi akan tetapi sebagai oleh pihak PT. PLN (Persero) secara
Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga sepihak, sehingga pihak calon pelanggan
Listrik, sehingga Penetapan Tarif tinggal menyetujui dan menandatangani
ditetapkan dalam Peraturan yang baru perjanjian tersebut. Perjanjian seperti ini
yaitu Peraturan Menteri Energi Sumber disebut perjanjian standar atau perjanjian
Daya dan Mineral (ESDM) Nomor 7 Tahun baku. Setelah perjanjian itu disetujui oleh
2010 tentang Tarif Tenaga Listrik. Sebagai para pihak, maka perjanjian yang dibuat
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT. secara sah itu berlaku sebagai undang-
PLN (Persero) tetap akan mendapatkan undang bagi para pihak, hal ini
prioritas sebagai pelaku usaha penyediaan berdasarkan Pasal 1338 ayat (1)
tenaga listrik untuk kepentingan umum. KUHPerdata. Perjanjian jual beli tenaga
Jika PT. PLN (Persero) tidak sanggup, listrik ini telah dilaksanakan antara
maka swasta akan masuk dan PT. PLN pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Unit
(Persero) boleh melaksanakan proses Pelaksana Pelayanan Pelanggan
business to business (B2B) untuk Tanjungpinang, namun dalam perjanjian
menyediakan listrik bagi daerah-daerah tersebut terjadi wanprestasi yang
tertentu.3 dilakukan antara pelanggan dengan PT.
Keterangan yang penulis dapatkan PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan
dari kantor PT. PLN (Persero) Unit Pelanggan Tanjungpinang.
Pelaksana Pelayanan Pelanggan Dalam pelaksanaan Perjanjian Jual
Tanjungpinang, dalam perjanjian jual beli Beli Tenaga Listrik, terdapat hak dan
tenaga listrik tersebut calon pelanggan kewajiban masing-masing pihak, pihak
harus memenuhi prosedur yang sesuai konsumen mempunyai hak untuk
dengan surat perjanjian jual beli tenaga mendapatkan tenaga listrik secara terus
listrik. Selain itu calon pelanggan harus menerus yang telah dibayarnya sesuai
yang telah diperjanjikan dengan mutu dan
3
Hutabarat, R. E., & Slamet, S. R. 2015.
Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli keandalan yang baik dan kewajiban
Tenaga Listrik. Lex Jurnalica, 12(1), hlm. 33.
Ari Hikmawan
Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara 5
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan

konsumen utama. Konsumen dalam tertunaikan sebagaimana mestinya dalam


Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik adalah sebuah perjanjian.
membayar tagihan pemakaian tenaga Sebagaimana dalam perjanjian jual
listrik sesuai dengan batas waktu seperti beli tenaga listrik yang menggunakan
yang diperjanjikan. Sedangkan kewajiban Sistem Meter Prabayar (MPB), bahwa hak
konsumen menurut Pasal 5 Undang- dan kewajiban pihak kedua (pelanggan)
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang adalah:4
Perlindungan Konsumen adalah: 1. memberitahukan kepada pihak pertama
a. Membaca atau mengikuti petunjuk tentang pengalihan pemilikan atau
informasi dan prosedur pemakaian atau penguasaan persil dan atau bangunan
pemanfaatan barang dan/atau jasa dari pihak Kedua kepada pihak lain atau
demi keamanan dan keselamatan. ahli waris atau pengganti pihak kedua
b. Beritikad baik dalam melakukan selambat-lambatnya 14 hari sejak
transaksi pembelian barang dan/atau pengalihan atau penguasaan, dan
jasa. 2. menjaga instalasi milik Pihak pertama
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang berada di persil pihak kedua dan
yang disepakati. segera melaporkan kepada pihak
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum pertama apabila ada kelainan;
sengketa perlindungan konsumen 3. dilarang menjual dan atau menyalurkan
secara patut. tenaga listrik pihak kedua yang dibeli
Akan tetapi dalam perjanjian PT. PLN dan diterima dari Pihak pertama kepada
(Persero) Unit Pelaksana Pelayanan pihak lain, apabila Pihak Kedua tidak
Pelanggan Tanjungpinang mengenai hak memiliki Izin Usaha Penyediaan Tenaga
dan kewajiban para pihak tidak dibahas Listrik sesuai ketentuan yang berlaku;
dan diatur secara tegas dalam perjanjian 4. dilarang dengan cara dan dalih apapun
tersebut. Sehingga dengan tidak dibahas dilarang membuka, merusak atau
dan diatur secara tegas tersebut merubah peralatan listrik milik Pihak
menyebabkan hak dan kewajiban para pertama, baik yang dilakukan oleh pihak
pihak dalam perjanjian Jual Beli Tenaga kedua maupun pihak lain dan;
Listrik (SPJBTL) antara PT PLN (Persero)
Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan
4
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Prabayar
Tanjungpinang dengan Pelanggan tidak
antara PT PLN (PERSERO) dan Tukino PJBTL
Nomor Pihak Pertama 183019911905293349
6 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

5. dilarang memindahkan peralatan listrik Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang)


milik pihak pertama Tanpa seijin pihak adalah:5
pertama; 1. setiap saat berhak dan diijinkan oleh
6. wajib membayar tagihan susulan sesuai pihak kedua memasuki persil pihak
ketentuan yang berlaku akibat kedua untuk melaksanakan penertiban
ditemukannya pemakaian tenaga listrik di tempat/
pelanggaran/gangguan/kelainan pada persil pihak kedua tanpa surat
pemakaian tenaga listrik dan atau akibat pemberitahuan terlebih dahulu, dan
pemakaian tenaga listrik tidak terukur apabila ditemukan Pelanggaran dan
secara penuh akibat peralatan atau kelainan, maka pihak kedua
pengukuran bekerja tidak normal bukan dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang
dikarenakan kesalahan pihak Kedua. berlaku.
Beberapa kasus mengenai Hak dan 2. setiap saat berhak dan diijinkan oleh
kewajiban pihak kedua yang sering sekali pihak kedua memasuki persil pihak
tidak ditunaikan oleh pihak kedua, seperti kedua untuk melaksanakan kegiatan
tidak memberitahukan kepada pihak pemeliharaan jaringan dan atau
pertama tentang pengalihan pemilikan, pemasangan jaringan.
tidak menjaga instalasi milik pihak pertama Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
yang berada di persil pihak kedua, (SPJBTL) antara PT PLN (Persero) Unit
menyalurkan tenaga listrik pihak kedua Pelaksana Pelayanan Pelanggan
yang dibeli dan diterima dari pihak Tanjungpinang dengan Pelanggan
pertama kepada pihak lain tanpa memiliki menunjukan ketidakjelasan hak dan
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik kewajiban antara kedua pihak, untuk
sesuai ketentuan yang berlaku, merusak kedepannya perlu adanya perbaikan-
atau merubah peralatan listrik milik pihak perbaikan sehingga hak dan kewajiban
pertama baik yang dilakukan oleh pihak antara PT PLN (Persero) Unit Pelaksana
kedua maupun pihak lain, serta pelanggan Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang
memindahkan peralatan listrik milik pihak dengan Pelanggan memenuhi unsur-unsur
pertama tanpa seijin pihak pertama. dalan perjanjian jual beli Tenaga Listrik.
Kemudian hak dan kewajiban pihak Dari uraian latar belakang masalah
pertama (PT PLN (Persero) Unit Pelaksana diatas tersebut penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian yang akan peneliti

5
Ibid.
Ari Hikmawan
Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara 7
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan

tuangkan dalam bentuk tesis dengan judul gunakan dikarenakan berkaitan dengan
“Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam asas hukum itikad baik (Good Faith)
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) terhadap mengenai hak dan kewajiban
antara PT PLN (Persero) Unit Pelaksana para pihak dalam Perjanjian Jual Beli
Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang Tenaga Listrik (SPJBTL) antara PT PLN
dengan Pelanggan”. Rumusan masalah (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pelanggan Tanjungpinang dengan
1. Bagaimanakah hak dan kewajiban para Pelanggan serta mengenai upaya
pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga penyelesaian perselisihan yang terjadi
Listrik (SPJBTL) antara PT PLN (Persero) antara PT PLN (Persero) Unit Pelaksana
Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang
Tanjungpinang dengan Pelanggan? dengan Pelanggan.
2. Bagaimanakah Perjanjian Jual Beli Dalam penelitian ini penulis
Tenaga Listrik (SPJBTL) antara PT PLN menggunakan metode kajian kepustakaan
(Persero) Unit Pelaksana Pelayanan yaitu peneliti menganalisa berdasarkan
Pelanggan Tanjungpinang dengan buku-buku, peraturan perundang-
Pelanggan jika dilihat dari asas itikad undangan maupun literatur-literatur
baik? lainnya yang terkait dengan permasalahan
yang diteliti. Tujuannya guna mendapatkan
METODE PENELITIAN landasan teoritis berupa pendapat-
Jenis penelitian yang digunakan oleh pendapat atau tulisan para ahli, dan juga
penulis adalah penelitian hukum normatif, untuk memperoleh informasi baik dalam
yang disebut juga dengan penelitian bentuk ketentuan formal maupun data
hukum doktrinal. Penelitian normatif ini melalui naskah resmi yang ada.6 Analisis
adalah suatu penelitian yang membahas data dilakukan secara kualitatif yaitu data
tentang asas-asas hukum, sistematika yang diperoleh tidak dengan menggunakan
hukum, taraf sinkronisasi hukum, sejarah statistik atau matematika ataupun yang
hukum dan perbandingan hukum. Dalam sejenisnya. Namun analisis kualitatif cukup
penelitian hukum normatif ini, penulis dengan menguraikan secara deskriptif dari
tertarik untuk melakukan penelitian dengan data yang diperolah. Dalam menarik
menggunakan asas hukum. Penelitian yang kesimpulan penulis menggunakan metode
membahas tentang asas hukum ini penulis 6
Soemitro, R. H. 1994. Metodologi Penelitian
Hukum. Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 28.
8 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

berfikir deduktif yaitu cara berfikir yang dan kewajiban pihak kedua (pelanggan)
menarik kesimpulan dari suatu pernyataan adalah:7
atau dalil yang bersifat umum menjadi 1. memberitahukan kepada pihak pertama
suatu pernyataan atau kasus yang bersifat tentang pengalihan pemilikan atau
khusus. penguasaan persil dan atau bangunan
dari pihak Kedua kepada pihak lain atau
PEMBAHASAN ahli waris atau pengganti pihak kedua
Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam selambat-lambatnya 14 hari sejak
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik pengalihan atau penguasaan, dan
(SPJBTL) antara PT PLN (Persero) 2. menjaga instalasi milik Pihak pertama
Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan yang berada di persil pihak kedua dan
Tanjungpinang dengan Pelanggan segera melaporkan kepada pihak
Perjanjian PT. PLN (Persero) Unit pertama apabila ada kelainan;
Pelaksana Pelayanan Pelanggan 3. dilarang menjual dan atau menyalurkan
Tanjungpinang mengenai hak dan tenaga listrik pihak kedua yang dibeli
kewajiban para pihak tidak dibahas dan dan diterima dari Pihak pertama kepada
diatur secara tegas dalam perjanjian pihak lain, apabila Pihak Kedua tidak
tersebut. Sehingga dengan tidak dibahas memiliki Izin Usaha Penyediaan Tenaga
dan diatur secara tegas tersebut Listrik sesuai ketentuan yang berlaku;
menyebabkan hak dan kewajiban para 4. dilarang dengan cara dan dalih apapun
pihak dalam perjanjian Jual Beli Tenaga dilarang membuka, merusak atau
Listrik (SPJBTL) antara PT PLN (Persero) merubah peralatan listrik milik Pihak
Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan pertama, baik yang dilakukan oleh pihak
Tanjungpinang dengan Pelanggan tidak kedua maupun pihak lain dan;
tertunaikan sebagaimana mestinya dalam 5. dilarang memindahkan peralatan listrik
sebuah perjanjian. milik pihak pertama Tanpa seijin pihak
Sebagaimana dalam perjanjian jual pertama;
beli tenaga listrik yang menggunakan 6. wajib membayar tagihan susulan sesuai
Sistem Meter Prabayar (MPB), bahwa hak ketentuan yang berlaku akibat
ditemukannya
pelanggaran/gangguan/kelainan pada

7
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Prabayar
antara PT PLN (PERSERO) dan Tukino PJBTL
Nomor Pihak Pertama 183019911905293349
Ari Hikmawan
Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara 9
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan

pemakaian tenaga listrik dan atau akibat pemberitahuan terlebih dahulu, dan
pemakaian tenaga listrik tidak terukur apabila ditemukan Pelanggaran dan
secara penuh akibat peralatan atau kelainan, maka pihak kedua
pengukuran bekerja tidak normal bukan dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang
dikarenakan kesalahan pihak Kedua. berlaku.
Beberapa kasus mengenai Hak dan 2. setiap saat berhak dan diijinkan oleh
kewajiban pihak kedua yang sering sekali pihak kedua memasuki persil pihak
tidak ditunaikan oleh pihak kedua, seperti kedua untuk melaksanakan kegiatan
tidak memberitahukan kepada pihak pemeliharaan jaringan dan atau
pertama tentang pengalihan pemilikan, pemasangan jaringan.
tidak menjaga instalasi milik pihak pertama Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
yang berada di persil pihak kedua, (SPJBTL) antara PT PLN (Persero) Unit
menyalurkan tenaga listrik pihak kedua Pelaksana Pelayanan Pelanggan
yang dibeli dan diterima dari pihak Tanjungpinang dengan Pelanggan
pertama kepada pihak lain tanpa memiliki menunjukan ketidakjelasan hak dan
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik kewajiban antara kedua pihak, untuk
sesuai ketentuan yang berlaku, merusak kedepannya perlu adanya perbaikan-
atau merubah peralatan listrik milik pihak perbaikan sehingga hak dan kewajiban
pertama baik yang dilakukan oleh pihak antara PT PLN (Persero) Unit Pelaksana
kedua maupun pihak lain, serta pelanggan Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang
memindahkan peralatan listrik milik pihak dengan Pelanggan memenuhi unsur-unsur
pertama tanpa seijin pihak pertama. dalan perjanjian jual beli Tenaga Listrik.
Kemudian hak dan kewajiban pihak Listrik adalah kebutuhan vital yang
pertama (PT PLN (Persero) Unit Pelaksana sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk
Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang) menunjang kegiatan sehari-hari dalam
adalah:8 rangka memenuhi kebutuhannya. Dengan
1. setiap saat berhak dan diijinkan oleh adanya listrik, masyarakat dapat
pihak kedua memasuki persil pihak menjalankan aktivitasnya di siang dan
kedua untuk melaksanakan penertiban malam hari tanpa mengalami kendala.
pemakaian tenaga listrik di tempat/ Banyak sekali produkproduk yang di
persil pihak kedua tanpa surat hasilkan oleh masyarakatyang
memanfaatkan dan membutuhkan tenaga
8
Ibid.
10 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

listrik. Terpenuhinya kebutuhan listrik dari PLN harus terjadi perjanjian


masyarakat secara baik berarti mendorong antara pelanggan listrik dengan
faktor pertumbuhan ekonomi dalam rangka perusahaan. Dengan adanya perjanjian,
mewujudkan kesejahteraan umum.9 maka secara tidak langsung akan timbul
Tenaga listrik mempunyai peranan hak dan kewajiban secara timbal balik
yang penting dalam Pembangunan antara pelanggan listrik dengan
Nasional pada umumnya dan sebagai salah perusahaan listrik negara, dimana kedua
satu pendorong kegiatan ekonomi pada belah pihak mempunyai kehendak untuk
khususnya dalam rangka mewujudkan melakukan suatu prestasi yang telah
masyarakat yang adil dan makmur. Untuk diperjanjikan. Berdasarkan pengertian
itulah penyelenggaraan usaha penyediaan Kitab Undang-undang Hukum Perdata
tenaga listrik yang cukup dalam jumlah, pasal 1313.11 Hubungan antara PT. PLN
mutu dan keandalannya dengan harga (Persero) dengan Pelanggan adalah
terjangkau oleh masyarakat merupakan hal hubungan hukum yang terjadi karena
utama yang perlu diperhatikan, seiring perjanjian yang dibuat kedua pihak.
dengan upaya pemanfaatan semaksimal Pasal 1313 KUH Perdata mengatakan
mungkin sumber-sumber energi bagi bahwa, suatu perjanjian adalah suatu
penyediaan tenaga listrik dengan tetap perbuatan dengan mana satu orang atau
memperhatikan keamanan, keseimbangan, lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
dan kelestariaan lingkungan hidup.10 orang lain atau lebih. Pengertian perjanjian
Listrik termasuk barang bergerak dalam pasal ini hanya menyebut perbuatan
yang tidak bertubuh, artinya barang yang (handeling), sehingga terlalu luas dan
tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan kabur. Mengingat pengertian Pasal 1313
manfaatnya. Oleh karena itu produk listrik KUH Perdata itu tidak jelas, maka lalu
tersebut merupakan objek transaksi jual ditafsirkan yang tidak jauh menyimpang
beli yang mengandung resiko cukup besar. dari rumusan Pasal 1313 KUH Perdata,
Untuk mendapatkan aliran listrik, yaitu ditambahkan kata “hukum” sehingga
masyarakat cenderung menggunakan jasa menjadi perbuatan hukum.
dari PT. PLN (Persero). Sedangkan syarat Orang bebas untuk membuat suatu
dan prosedur untuk mendapatkan aliran perjanjian jenis apapun dan apapun isinya
(kebebasan berkontrak). Berdasarkan asas
9
Hutabarat, R. E., & Slamet, S. R. 2015.
Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli 11
Harahap, M. Y. 1986. Segi-Segi Hukum
Tenaga Listrik. Lex Jurnalica, 12(1), hlm. 33. Perjanjian. PT. Alumni. Bandung, 1986, hlm.
10
6.
Ari Hikmawan
Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara 11
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan

kebebasan berkontrak itu juga tidak ada Listrik, sehingga Penetapan Tarif
halangan untuk membuat perjanjian yang ditetapkan dalam Peraturan yang baru
mengandung syarat yang isinya membatasi yaitu Peraturan Menteri Energi Sumber
atau menghapuskan tanggung jawab salah Daya dan Mineral (ESDM) Nomor 7 Tahun
satu pihak. Syarat yang berisi pengecualian 2010 tentang Tarif Tenaga Listrik. Sebagai
salah satu pihak terhadap akibat peristiwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT.
yang menurut peraturan hukum yang PLN (Persero) tetap akan mendapatkan
berlaku harus ditanggung resikonya prioritas sebagai pelaku usaha penyediaan
disebut syarat eksonerasi.12 Syarat-syarat tenaga listrik untuk kepentingan umum.
itu dituangkan dalam 3 macam bentuk Jika PT. PLN (Persero) tidak sanggup,
yuridis yaitu:13 maka swasta akan masuk dan PT. PLN
1. Tanggung jawab untuk akibat hukum (Persero) boleh melaksanakan proses
dikurangi atau dihapuskan karena tidak business to business (B2B) untuk
atau kurang baik memenuhi kewajiban menyediakan listrik bagi daerah-daerah
(gantinya dalam hal wanprestasi). tertentu. Sasaran akhir PLN untuk
2. Kewajiban-kewajiban dibatasi atau menjadikan dan melayani tenaga listrik
dihapuskan (perluasan keadaan bagi kemanfaatan umum, secara terus
darurat). menerus dan merata, dengan mutu dan
3. Salah satu pihak dibebani dengan keandalan serta dalam jumlah yang cukup
kewajiban untuk memikul tanggung dengan harga yang terjangkau oleh
jawab pihak yang lain, yang mungkin masyarakat, harus dapat tetap
ada untuk kerugian yang diderita oleh dipertahankan dengan kebijaksanaan
pihak ketiga. dengan strategi pemasaran selektif,
Undang-Undang Nomor 30 Tahun peningkatan efisiensi, mutu, keandalan dan
2009 tentang Ketenagalistrikan, pelayanan.
menyatakan bahwa PT. PLN (Persero) Prakteknya, pendistribusian listrik
bukanlah sebagai Pemegang Kuasa Usaha kepada pelanggan listrik dirumuskan dalam
Ketenagalistrikan lagi akan tetapi sebagai suatu perjanjian jual-beli yang dilakukan
Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga oleh PT. PLN yang biasanya disebut
dengan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga
12
Sudikno Mertokusumo, 1989.
“Derdenwerking” dan Schadevergoeding, Listrik (SPJBTL). Dengan demikian terjadi
Makalah Penataran Hukum Perikatan II, hubungan hukum perjanjian jual-beli
Ujung Pandang, , hlm. 13.
13
Ibid, hlm. 14.
12 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

tenaga listrik antara pelanggan dengan Konsep perjanjian dalam SPJBTL


perusahaan listrik. Perjanjian jual-beli termasuk standar kontrak (perjanjian
secara umum diatur dalam Pasal 1457 KUH baku). Konsep tersebut telah disusun
Perdata yang menyatakan “Jual-beli adalah sedemikian rupa oleh PLN sehingga pada
suatu perjanjian, dengan nama pihak yang waktu penandatanganan perjanjian, para
satu mengikatkan dirinya untuk pihak hanya tinggal mengisi beberapa hal
menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang bersifat subyektif seperti identitas diri
yang lain untuk membayar harga yang dan alamat, sedangkan ketentuan-
telah diperjanjikan“. Biasanya perjanjian ketentuan mengenai substansi perjanjian
yang diadakan oleh pelanggan listrik (term conditions) sudah tertulis (tercetak)
dengan PT. PLN merupakan salah satu lengkap yang pada dasarnya tidak dapat
bentuk perjanjian dalam bentuk baku, diubah lagi. Jika dilihat dari segi isinya, di
artinya perjanjian tersebut ditentukan dalam SPJBTL terdapat ketidakseimbangan
secara sepihak oleh PT. PLN, dan antara hak dan kewajiban para pihak
pelanggan listrik tinggal menyetujuinya sebagaimana yang diatur di dalam
saja. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya perjanjian tersebut. Ini berarti pihak PLN
ketidakadilan bagi pelanggan, karena sebagai pihak pengusaha cenderung
bentuk perjanjian seperti ini tentu hanya melindungi kepentingannya sedemikian
menguntungkan salah satu pihak saja yaitu rupa dengan menetapkan sejumlah hak
pihak PT. PLN. sekaligus membatasi hak-hak lawan.
Perusahaan ini terus mencoba untuk Sebaliknya PLN meminimalkan
tetap dapat berbuat lebih baik kepada kewajibannya sendiri dan mengatur
masyarakat, sebagaiman falsafah yang sebanyak mungkin kewajiban pihak lawan.
dimiliki oleh perusahaan ini yaitu: Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli
“keberhasilan perusahaan bukan sekedar Tenaga Listrik terdapat hak dan kewajiban
ditentukan oleh besarnya laba tetapi juga masing-masing pihak, pihak konsumen
oleh kemampuan perusahaan memberikan mempunyai hak untuk mendapatkan
pelayanan terbaik kepada para pelanggan, tenaga listrik secara terus menerus yang
sehingga mereka mampu ikut serta secara telah dibayarnya sesuai yang telah
aktif dalam kegiatan produktif dan diperjanjikan dengan mutu dan keandalan
memperoleh kehidupan sejahtera”.14 yang baik dan kewajiban konsumen utama.
Konsumen dalam Perjanjian Jual Beli
14
PT PLN (Persero), 2000, Budaya Perusahaan, Tenaga Listrik adalah membayar tagihan
PLN Pusat, Jakarta, hlm. 9.
Ari Hikmawan
Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara 13
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan

pemakaian tenaga listrik sesuai dengan c. Hak atas informasi yang benar, jelas
batas waktu seperti yang diperjanjikan. dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
Sedangkan kewajiban konsumen menurut barang dan/atau jasa.
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun d. Hak untuk didengar pendapat dan
1999 tentang Perlindungan Konsumen keluhannya atas barang dan/atau jasa
adalah: yang digunakan.
a. Membaca atau mengikuti petunjuk e. Hak untuk mendapatkan advokasi,
informasi dan prosedur pemakaian atau perlindungan dan upaya penyelesaian
pemanfaatan barang dan/atau jasa sengketa perlindungan konsumen
demi keamanan dan keselamatan. secara patut.
b. Beritikad baik dalam melakukan f. Hak untuk mendapatkan pembinaan
transaksi pembelian barang dan/atau dan pendidikan konsumen.
jasa. g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar secara benar dan jujur serta tidak
yang disepakati. diskriminatif.
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum h. Hak untuk mendapatkan kompensasi,
sengketa perlindungan konsumen ganti rugi dan/atau penggantian apabila
secara patut. barang dan/atau jasa yang diterima
Yang menjadi hak konsumen tidak sesuai dengan perjanjian atau
menurut Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 tidak sebagaimana mestinya.
Tahun 1999 tentang Perlindungan Perjanjian jual beli menurut
Konsumen, yaitu: KUHPerdata menganut sistem obligatoir,
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan yang berarti bahwa perjanjian jual beli
keselamatan dalam mengkonsumsi baru meletakkan hak dan kewajiban
barang dan/atau jasa. bertimbal balik antara kedua pihak yaitu
b. Hak untuk memilih barang dan/atau penjual dan pembeli pada saat terjadi
jasa serta mendapatkan barang kesepakatan. Dengan adanya kesepakatan
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan tersebut, maka kepada penjual diletakkan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan kewajiban untuk menyerahkan hak milik
yang dijanjikan atas barang yang dijualnya, sekaligus
memberikan hak untuk menuntut
pembayaran harga yang telah disepakati
14 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

dan dilain pihak meletakkan kewajiban peraturan-peraturan atau kaidah yang


kepada pembeli untuk membayar harga berlaku. Kepada orang tersebut untuk
barang sebagai imbalan haknya dan untuk melakukan tindakan yang dapat memenuhi
menuntut penyerahan hak milik atas kepentingannya.16 Artinya jika kita kaitkan
barang yang dibelinya. Dengan kata lain, dengan kasus jual beli tenaga listrik maka
perjanjian jual beli menurut KUHPerdata tidak ada jaminan perlindungan hukum
belum memindahkan hak milik atas terhadap konsumen.
barang, hak milik atas barang berpindah
pada saat setelah dilakukannya Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
penyerahan (levering) yang merupakan (SPJBTL) antara PT PLN (Persero)
perbuatan yuridis guna memindahkan hak Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan
milik. Tanjungpinang dengan Pelanggan
Perlindungan hukum bagi pihak Jika Dilihat dari Asas Itikad Baik
konsumen dalam perjanjian baku jual beli Lahirnya suatu perjanjian
tenaga listrik dengan pihak PT. PLN menimbulkan hubungan hukum perikatan
cenderung tidak memberikan perlindungan dalam bentuk hak dan kewajiban,
hukum yang cukup bagi pihak konsumen. pemenuhan hak dan kewajiban inilah yang
Prinsip tentang tanggung jawab merupakan akibat hukum suatu perjanjian,
merupakan hal yang sangat penting hak dan kewajiban tersebut tidak lain
dilakukan dalam hukum perlindungan adalah hubungan timbal balik dari para
konsumen. Ini disebabkan karena dalam pihak pembuat perjanjian. Kewajiban dari
hal terjadinya kasus pelanggaran hak pihak pertama merupakan hak bagi pihak
konsumen membutuhkan kehati-hatian kedua dan sebaliknya, kewajiban dari pihak
dalam menganalisis pihak mana yang kedua merupakan hak bagi pihak pertama.
harus bertanggung jawab dan seberapa Dengan kata lain, akibat hukum perjanjian
besar tanggung jawab itu dibebankan sebenarnya.
kepadanya.15 Itikad baik dalam hukum perjanjian
Mengacu pada teori perlindungan merupakan doktrin atau asas yang berasal
hukum, yakni perlindungan hukum itu dari ajaran bona fides dalam Hukum
adalah suatu perbuatan untuk menjaga
kepentingan subyek-subyek hukum dengan

15
Kristiyanti, C. T. S. 2014. Hukum 16
Hadjon, P. M. 2011. Pengantar Hukum
Perlindungan Konsumen Cetakan. Sinar Administrasi Indonesia. Gajah Mada
Grafika, Jakarta, hlm. 92. University Press, Yogyakarta, hlm. 10.
Ari Hikmawan
Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara 15
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan

Romawi.17 Itu sebabnya asas itikad baik si penggugat sendiri telah melakukan
memang lebih memiliki kedekatan dengan wanprestasi.20 Akibat-akibat wanprestasi
Sistem Civil Law ketimbang dengan Sistem bagi debitur adala:21
Common Law. Fides berarti sumber yang 1) Membayar kerugian yang diderita
bersifat religius, yang bermakna kreditur atau pemberian ganti rugi
kepercayaan yang diberikan seseorang 2) Pembatalan perjanjian
kepada orang lainnya, atau suatu 3) Peralihan resiko
kepercayaan atas kehormatan dan 4) Membayar biaya perkara, kalau sampai
kejujuran seseorang kepada orang lainnya. diperkarakan di depan pengadilan.
Bona fides mensyaratkan adanya itikad Menurut Pasal 1339 KUHPerdata,
baik dalam perjanjian yang dibuat oleh suatu perjanjian tidak hanya mengikat
orang-orang Romawi.18 untuk hal-hal yang dengan tegas
Pemutusan perjanjian akibat dari dinyatakan dalam perjanjian, tetapi juga
wanprestasi terdapat istilah “exceptio non untuk segala sesuatu yang menurut sifat
ad impleti contractus”, yang artinya adalah perjanjian diharuskan (diwajibkan) oleh
sangkalan dalam suatu persetujuan timbal kepatutan, kebiasaan, dan undang-
balik yang dikemukakan oleh suatu pihak undang. Kewajiban dan hak para pihak
bahwa pihak lawan juga berada dalam dalam perjanjian jual beli tenaga listrik pra
keadaan lalai (in gebreke) dan dengan bayar ini harus dipenuhi, agar tidak
demikian tidak dapat menuntut menimbulkan permasalahan yang dapat
pemenuhan prestasi.19 Salah satu pihak merugikan para pihak, masing-masing
dalam perjanjian timbal balik yang lalai pihak harus memahami mana hak dan
dalam memenuhi kewajibannya tidak dapat kewajiban yang harus dipenuhi.
diminta pemenuhannya oleh pihak lain. Pemenuhan hak dan kewajiban tersebut
Apabila ia menuntut pemenuhan kepada merupakan bentuk dari akibat hukum
pihak lain, maka pihak lain ini dapat dalam suatu perjanjian.
menangkis dengan apa yang disebut Kebanyakan ahli hukum
exceptio non adimpleti contractus, karena mendasarkan kajian itikad baik dalam Pasal
1338 ayat (3) BW, yang mengatur bahwa:
17
Reinhard Zimmerman and Simon Whitttaker,
Loc. Cit.
18
Ridwan Khairandy, Loc. Cit. 20
Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum
19
Fockema Andreae. 1983. Kamus Istilah Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm.
Hukum, Belanda Indonesia. Bina Cipta, hlm. 34.
127. 21
Subekti, Op. Cit, hlm. 45.
16 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

“Persetujuan-persetujuan (perjanjian) a. Pihak Pelanggan Tenaga Listrik baik


harus dilaksanakan dengan itikad baik.” setiap orang atau badan usaha atau
Namun demikian, ayat ini sebenarnya badan/lembaga lain yang berdiri
bukan satu-satunya ketentuan dalam BW mewakili untuk dan atas nama
yang mengatur mengenai itikad baik. Di sebagai pihak dalam Surat
samping itu, BW sebenarnya memahami Pernyataan Kontrak Penyambungan.
itikad baik dalam berbagai bentuk; tidak b. Pihak Pelanggan Tenaga Listrik baik
hanya itikad baik yang dikenal dalam Pasal setiap orang atau Badan Usaha atau
1338 ayat (3) BW tersebut saja. badan/lembaga lain yang berdiri
Perjanjian jual beli tenaga listrik, mewakili untuk dan atas nama
menyangkut barang itu sudah jelas objek sebagai pihak dalam Perjanjian Jual
atas perjanjian tersebut adalah benda atau Beli Tenaga Listrik
barang, yaitu tenaga listrik. Tenaga Listrik Pada dasarnya hal-hal pelanggaran
termasuk dalam benda yang tidak wanprestasi itu menimbulkan kewajiban
berwujud, oleh karena itu listrik disebut ganti rugi sebagaimana yang diatur dalam
benda tidak berwujud. Yang dimaksud Pasal 1238 KUHPerdata dan dalam Pasal
dengan listrik disini adalah Tenaga listrik 1243 KUHPerdata, dengan demikian
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 seseorang dinyatakan wanprestasi itu
Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan dapat berupa halhal sebagai berikut:
Pasal 1 ayat 2 adalah salah satu bentuk 1. Sama sekali tidak memenuhi suatu
energi sekunder yang dibangkitkan, prestasi.
ditransmisikan, dan didistribusikan untuk 2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna.
segala macam keperluan dan bukan listrik 3. Terlambat memenuhi prestasi.
yang dipakai untuk komunikasi atau 4. Melakukan apa yang di dalam suatu
isyarat. perjanjian dilarang untuk dilakukan.
Hanya ada 2 (dua) pihak yang Wanprestasi dalam perjanjian timbul
terlibat dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga dikarenakan isi perjanjian jual beli tenaga
Listrik, yaitu: listrik tersebut tidak dipenuhi oleh salah
1. Pihak Perusahaan, yaitu PT. PLN satu pihak, baik PT. PLN (Persero) yaitu
(Persero) kreditur maupun pelanggan (debitur) yang
2. Pihak Pelanggan atau Pemakai Tenaga telah bersepakat untuk melakukan
Listrik adalah: perjanjian jual beli tenaga listrik yang
tertuang dalam Surat Perjanjian Jual Beli
Ari Hikmawan
Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara 17
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan

Tenaga Listrik (SPJBTL) dan ketentuan- Rutten bahwa melaksanakan perjanjian


ketentuan pelaksanaannya. Terjadinya berdasarkan itikad baik berarti bahwa
wanprestasi oleh pelanggan dapat Sikreditur dalam pelaksanaan haknya dan
diketahui pada saat Tim Opal/petugas debitur di dalam pemenuhan kewajibannya
pelaksana lapangan menemukan adanya harus beriktikad sesuai dengan prsyaratan
indikasi ataupun telah terjadi kerusakkan “Redelijkheid en billijkheid, artinya para
pada alat-alat milik PT. PLN (Persero) yang pihak harus melaksanakan perjanjian itu
digunakan sebagai alat pendistribusian sebagaimana yang seharusnya dilakukan
tenaga listrik. tindakan-tindakan secara oleh orang-orang yang beradab”.23
hukum seperti pemutusan secara langsung Selanjutnya melaksanakan suatu
bila terbukti melakukan pengerusakkan perjanjian, perilaku para pihak, baik
peralatan penyaluran tenaga listrik, tagihan debitur maupun kreditur harus diuji atas
susulan atau pemutusan sementara apabila dasar norma-norma objektif yag tidak
tejadi wanprestasi dalam keterlambatan tertulis. Oleh karena itu pula itikad baik
pembayaran. Wanprestasi pada dasarnya dalam Pasal 1338 ayat (3) BW itu disebut
akan menimbulkan kerugian, namun dalam itikad baik dalam arti obyektif. Obyektif di
prakteknya apabila pelanggan yang sini menunjuk kepada kenyataan bahwa
dirugikan terdapat kecenderungan perilaku para pihak itu harus sesuai
pelanggan tidak melakukan penuntutan dengan anggapan umum tentang itikad
apapun atau bersifat pasif. baik dan tidak semata-mata berdasrkan
Pelaksanaan dengan itikad baik pada anggapan para pihak sendiri. Hal ini
(uitvoering te goeder Trouw) Menurut lebih ditegaskan oleh Wiryono Prodjodikoro
Wery menyatakan bahwa kedua pihak yang menyatakan bahwa kejujuran (itikad
harus berlaku yang satu dengan yang lain baik) dalam Pasal 1338 ayat (3) BW, tidak
seperti patutnya diantara orang-orang terletak pada keadaan jiwa manusia, akan
yang sopan tanpa tipu daya tanpa tipu tetapi terletak pada tindakan yang
muslihat, tanpa akal-akalan, tanpa dilakukan oleh kedua belah pihak dalam
mengganggu pihak lain, tidak melihat melaksanakan janji, jadi kejujuran di sini
kepentingannya sendiri saja tetapi juga bersifat dinamis, kejujuran dalam arti
22
dengan melihat kepentingan pihak lain”. dinamis atau kepatutan ini berakar pada
Hal serupa juga dikemukakan oleh Aser sifat peranan hukum pada umumnya, yaitu

23
Asser Rutten, dalam Bambang Sutiyoso,
22
Subekti, Loc.cit. Loc.cit.
18 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

usaha untuk mengadakan keseimbangan Keterangan yang penulis dapatkan


dari berbagai kepentingan yang ada dalam dari kantor PT. PLN (Persero) Unit
masyarakat. Dalam suatu tata hukum pada Pelaksana Pelayanan Pelanggan
hakekatya tidak diperbolehkan kepentingan Tanjungpinang, dalam perjanjian jual beli
orang lain sama sekali terdesak atau tenaga listrik tersebut calon pelanggan
diabaikan. Masyarakat harus merupakan harus memenuhi prosedur yang sesuai
sesuatu neraca yang berdiri tegak dalam dengan surat perjanjian jual beli tenaga
keadaan seimbang.24 listrik. Selain itu calon pelanggan harus
Pandapat ini sejalan pula dengan mengisi suatu formulir permohonan untuk
pendapat Subekti yang menyatakan penyambungan arus listrik, apabila
bahwa: “yang dimaksud dengan permohonan disetujui selanjutnya kepada
melaksanakan perjanjian dengan itikad calon pelanggan diminta untuk
baik adalah melaksanakan perjajian menandatangani perjanjian tersebut.
dengan mengandalkan norma-norma Perjanjian itu telah dibuat terlebih
kepatutan dan kesusilaan. Jadi dahulu oleh pihak PT. PLN (Persero) secara
pelaksanaan perjanjian harus dinilai sepihak, sehingga pihak calon pelanggan
berdasarkan ukuran obyektif atau dengan tinggal menyetujui dan menandatangani
lain perkataan”.25 perjanjian tersebut. Perjanjian seperti ini
Pelaksanaan perjanjian harus disebut perjanjian standar atau perjanjian
berjalan di atas rel yang benar selanjutnya baku. Setelah perjanjian itu disetujui oleh
menurut Subekti26 Pasal 1338 BW itu para pihak, maka perjanjian yang dibuat
memberikan kekuasaan pada hakim untuk secara sah itu berlaku sebagai undang-
mengawasi pelaksanaan suatu perjajian undang bagi para pihak, hal ini
agar jangan sampai pelaksanaan itu berdasarkan Pasal 1338 ayat (1)
melanggar kepatutan atau keadilan. Oleh KUHPerdata. Perjanjian jual beli tenaga
karena itu hakim berkuasa untuk listrik ini telah dilaksanakan antara
menyimpang dari sisi perjanjian menurut pelanggan dengan PT. PLN (Persero) Unit
hurufnya, manakala pelaksanaan menurut Pelaksana Pelayanan Pelanggan
huruf itu akan bertentangan dengan itikad Tanjungpinang, namun dalam perjanjian
baik. tersebut terjadi wanprestasi yang
dilakukan antara pelanggan dengan PT.
PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan
24
Wiryono Prodjodikoro, Op. Cit, hlm. 87.
25
Subekti, Op. Cit, hlm. 51. Pelanggan Tanjungpinang.
26
Wiryono Prodjodikoro, Op. Cit, hlm. 86.
Ari Hikmawan
Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara 19
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan

Dalam pelaksanaan Perjanjian Jual hak dan kewajiban para pihak tidak
Beli Tenaga Listrik, terdapat hak dan tercantum dengan jelas dan tegas dalam
kewajiban masing-masing pihak, pihak Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
konsumen mempunyai hak untuk (SPJBTL) antara PT PLN (Persero) Unit
mendapatkan tenaga listrik secara terus Pelaksana Pelayanan Pelanggan
menerus yang telah dibayarnya sesuai Tanjungpinang. Sehingga apabila terdapat
yang telah diperjanjikan dengan mutu dan wanprestasi yang dilakukan oleh apra
keandalan yang baik dan kewajiban pihak, maka pihak yang dirugikan tidak
konsumen utama. Konsumen dalam mendapatkan ganti kerugian
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik adalah sebahgaimana mestinya.
membayar tagihan pemakaian tenaga
listrik sesuai dengan batas waktu seperti KESIMPULAN
yang diperjanjikan. Hak dan kewajiban dalam perjanjian
Kesimpulan bahwa sebagian besar jual beli tenaga listrik antara PT. PLN
perlindungan itikad baik yang terbaik (Persero) dengan pelanggan tercantum
digambarkan sebagai pertahanan juga dalam Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga
tercapai jika seseorang mengambil Listrik (SPJBTL) antara PT PLN (Persero)
(konvensional) pandangan bahwa untuk Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan
memenuhi syarat sebagai pertahanan, Tanjungpinang. Para pihak harus
ketentuan yang berlaku harus memberikan memenuhi hak dan kewajibannya sebagai
beban pembuktian. Tanggung jawab untuk pelanggan dan tidak melakukan
membuktikan ketentuan-ketentuan pelanggaran dalam menggunakan tenaga
undang-undang ada pada terdakwa jika (1) listrik, antara lain: tidak menunggak atau
menyatakan suatu pengecualian, tidak membayar rekening tagihan tenaga
justifikasi, alasan, dasar defeasance atau listrik, tidak melakukan pencurian tenaga
pengecualian yang mengasumsikan listrik, tidak menyalurkan tenaga listrik
keberadaan dasar umum atau dasar dari
Finlay); Kyloh v Wilsen [1923] SASR 501, 504
mana timbulnya kewajiban atau hak, atau (Poole J); Barrett (1994) 63 SASR 208, 221
(2) mengalahkan kewajiban sehubungan (Duggan J); Alamdo Holdings (2005) 223 CLR
660, 674 (Gleeson CJ, Gummow, Hayne and
dengan tindakan yang terkait dengan Callinan JJ). Cf Hamilton v Halesworth (1937)
58 CLR 369, 380 (Dixon and McTiernan JJ).
pelaksanaan kekuasaan hukum.27 Namun Jurnal Westlaw, diakses melalui Thomson
Reuters. No claim to original U.S. Government
Works. Pada 19 Agustus 2019, Pukul 15.00
27
Newell v Starkie (1919) 83 JP 113, 117 (Lord WIB
20 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

pada pihak lain, menggunakan tenaga penandatanganan perjanjian jual beli


listrik sesuai peruntukan dalam SPJBTL tenaga listrik (SPJBTL) antara PT. PLN
serta tidak merubah atau merusak (Persero) dengan konsumen. Akan tetapi
peralatan listrik dan tidak melakukan hak dan kewajiban para pihak tidak
perbuatan lainnya yang merugikan PT. PLN tercantum dengan jelas dan tegas dalam
(Persero). Akan tetapi hak dan kewajiban Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
para pihak dalam Surat Perjanjian Jual Beli (SPJBTL) antara PT PLN (Persero) Unit
Tenaga Listrik (SPJBTL) antara PT PLN Pelaksana Pelayanan Pelanggan
(Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Tanjungpinang. Sehingga apabila terdapat
Pelanggan Tanjungpinang tidak diatur wanprestasi yang dilakukan oleh para
secara jelas dan tegas. pihak, maka pihak yang dirugikan tidak
Perjanjian jual beli tenaga listrik mendapatkan ganti kerugian sebagaimana
diawali dengan pengajuan permohonan/ mestinya. Sehingga untuk menghindari
penawaran dari pelanggan untuk terjadinya wanprestasi yang dapat
mendapatkan sambungan tenaga listrik merugikan para pihak maka perjanjian jual
sebagaimana prosedur penyambungan beli tenaga listrik (SPJBTL) antara PT. PLN
baru yang telah diatur dalam Standart (Persero) dengan konsumen harus
Operating System/SOP yang dibuat oleh didasarkan dengan itikad baik.
PT. PLN (Persero), PT. PLN (Persero)
memberikan penerimaan/persetujuannya SARAN
yang dituangkan dalam bentuk Surat Untuk kedepannya dalam membuat
Jawaban Penyambungan Disetujui. surat perjanjian jual beli tenaga listrik
Berdasarkan konstruksi hukum tersebut, pihak PLN harus meninjau ulang mengenai
maka Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik klausula dalam SPJBTL, karena beberapa
terjadi/lahir pada saat pelanggan pasal dalam SPJBTL masih mengandung
mengajukan dan menandatangani klausula yang melanggar hak-hak
permohonan penyambungan tenaga listrik konsumen. Listrik merupakan salah satu
yang mengikat dan pihak PT. PLN energi yang dikuasai oleh negara dan
(Persero) menyetujui permohonan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
penyambungan listrik tersebut. Artinya kemakmuran rakyat, untuk itu selayaknya
perjanjian tersebut lahir pada saat adanya PLN tidak memaksakan suatu produk jasa
sepakat antara PLN dan Konsumen, yang dengan pertimbangan UUPK dan asas
selanjutnya dilakukan perbuatan hukum keadilan bagi konsumen, sehingga tujuan
Ari Hikmawan
Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara 21
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan

negara mencapai kemakmuran dan Mamahit, 2009, Kamus Istilah


kesejahteran rakyat dalam energi listrik di Hukum, Jakarta.
Indonesia dan misi PLN tentang kepuasan Dominikus Rato, 2010. Filsafat Hukum
pelanggan dapat tercapai. Untuk Mencari: Memahami dan Memahami
konsumen kedepannya harus lebih Hukum, Laksbang Pressindo,
bertanggungjawab dalam menunaikan Yogyakarta.
kewajibannya, agar hak-hak juga bisa E. Fernando M. Manullang, 2016. Legisme,
diperoleh dengan baik. Sehingga tidak ada Legalitas dan Kepastian Hukum,
pihak yang dirugikan. Cetakan Pertama, Prenada Media
Group, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Fockema Andreae, 1983. Kamus Istilah
Buku Hukum Belanda-Indonesia, Bina
Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Cipta.
Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak (Dari
Bakti. Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra
Ali Achmad, 2012, Menguak Tabir Hukum Aditya Bakti, Bandung.
(Suatu Kajian Filosofis dan Hans Kelsen, 2006. Teori Umum Tentang
Sosiologis), Penerbit Toko Gunung Hukum dan Negara, Nusamedia,
Agung, Jakarta. Bandung.
Apeldoorn, L.J. Van, 1993, Pengantar Ilmu Hartono Supratikno, 1982. Aneka
Hukum, terj. Oetarid Sadino, Pradnya Perjanjian Jual Beli, Seksi Notariat
Paramita, Jakarta. Fakultas Hukum Universitas Gadjah
A. Qiram Syamsudin Meliala, 1985. Pokok- Mada, Yogyakarta.
Pokok Hukum Perjanjian Beserta Herlien Budiono, 2004. “Pengikat Jual Beli
Perkembangannya, Liberty, dan Kuasa Mutlak” Majalah Renvoi,
Yogyakarta. Artikel, edisi tahun I, No. 10, Bulan
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2014. Hukum Maret 2004.
Perlindungan Konsumen, Sinar Ishaq, 2009. Dasar-dasar Ilmu Hukum,
Grafika, Jakarta. Sinar Grafika Jakarta.
Cst Kansil, Christine, S.T Kansil, Engelien Mariam Darns II, 2005. KUHPerdata Buku
R, Palandeng dan Godlieb N III Hukum Perikatan dengan
Penjelasan, PT Alumi Bandung.
22 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

Mariam Daris, 2001. Kompilasi Hukum Ridwan Khairandy, 2004. Itikad Baik Dalam
Perikatan, Citra Aditya Bakti, Kebebasan Berkontrak, Pascasarjana
Bandung. UI, Jakarta.
Mertokusumo, Sudikno, 1989, Makalah R. Setiawan, 1994. Pokok-Pokok Hukum
Peraturan Hukum Perikatan II, Ujung Perikatan, Bina Cipta, Bandung.
Pandang. R. Subekti, 2002, Hukum Perjanjian,
________________, 2005, Mengenal Intermasa, Jakarta.
Hukum Suatu Pengantar, Liberty, _________ 2014, Aneka Perjanjian, PT
Yogyakarta. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Nasution Az, 1995. Konsumen dan Hukum, R. Soeroso, 2006. Pengantar Ilmu Hukum,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Sinar Grafika, Jakarta.
Nuktoh Arfawie Kurdie, 2005. Telah Kritis Satjipto Raharjo, 2003. Sisi-sisi Lain dari
Teori Negara Hukum, Pustaka Hukum di Indonesia, Kompas,
Pelajar, Yogyakarta. Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2008. Pengantar Soemitri, Ronny Hanitijo, 1994, Metodologi
Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta. Penelitian Hukum, Ghalia, Jakarta.
Philipus M. Hadjon, 2011. Pengantar Sudikno Mertokusumo, 1989. Makalah
Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Peraturan Hukum Perikatan II, Ujung
Mada University Press, Yogyakarta. Pandang.
PT PLN (Persero), 2000. Budaya Soedjono Dirjosisworo, 2001. Pengantar
Perusahaan, PLN Pusat, Jakarta. Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada,
Purwahid Patrik, 1994. Dasar-Dasar Hukum Jakarta.
Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Syahrani, Riduan, 1999, Rangkuman
Perjanjian Dan Dari Undang- Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya,
Undang), Mandar Maju, Bandung. Bandung.
Rato, Dominikus 2010, Filsafat Hukum Syahmin, 2006, Hukum Kontrak
Mencari: Memahami dan Memahami Internasional, Raja Grafindo Persada,
Hukum, Laksbang Pressindo, Jakarta.
Yogyakarta. Tutik, Titik Triwulan, 2008, Hukum Perdata
Riduan Syahrani, 1999. Rangkuman Intisari dalam Sistem Hukum Nasional,
Ilmu Hukum, Citra Aditya, Bandung. Kencana, Jakarta.
Wiryono Prodjodikoro, 2006. Asas-Asas
Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung.
Ari Hikmawan
Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) antara 23
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Tanjungpinang dengan Pelanggan

Yahya Harahap, 1986. Segi‐segi Hukum Thomson Reuters. No claim to


Perjanjian, PT Alumni, Bandung. original U.S. Government Works.
Zainal Asikin, 2012, Pengantar Tata Hukum Pada 19 Agustus 2019, Pukul 15.00
Indonesia, Rajawali Press, Jakarta. WIB.
Zainuddin Ali, 2014, Metode Penelitian Newell v Starkie (1919) 83 JP 113, 117
Hukum, Sinar Grafika, Jakarta (Lord Finlay); Kyloh v Wilsen [1923]
SASR 501, 504 (Poole J); Barrett
Jurnal (1994) 63 SASR 208, 221 (Duggan
Asser Rutten, dalam Bambang Sutiyoso, J); Alamdo Holdings (2005) 223 CLR
2013. Penafsiran Kontrak Menurut 660, 674 (Gleeson CJ, Gummow,
Kitab Undang-Undang Hukum Hayne and Callinan JJ). Cf Hamilton v
Perdata dan Maknanya Bagi Para Halesworth (1937) 58 CLR 369, 380
Pihak yang Bersangkutan, Jurnal (Dixon and McTiernan JJ). Jurnal
Hukum, Ius Quia Iustum, Vol. 20, Westlaw, diakses melalui Thomson
No. 2, 2013. Reuters. No claim to original U.S.
Fence M. Wantu, 2012. Mewujukan Government Works. Pada 19 Agustus
Kepastian Hukum, Keadilan dan 2019, Pukul 15.00 WIB
Kemanfaatan Dalam Putusan Hakim Riry Elizabeth Hutabarat dan Sri Redjeki
di Peradilan Perdata, Jurnal Dinamika Slamet, 2015. Wanprestasi Dalam
Hukum, Vol. 12 Nomor 3, September Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik,
2012. Lex Jurnalica, Fakultas Hukum
Gregory Klass, 2019. Intent to Contract, Universitas Esa Unggul, Volume 12
Jurnal West Law, diakses melalui Nomor 1, April 2015.
http;//fh.unri.ac.id/index.php/pepust
akaan/, pada tanggal 19 Agustus Peraturan Perundang-Undangan
2019, diterjemahkan oleh Google Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Translate. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009
Iain Field, 2016. Good Faith Defences in tentang Ketenagalistrikan
Tort Law, Jurnal Westlaw, Good Faith Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL)
Defences in Tort Law, 38 Sydney L. antara PT PLN (Persero) Unit
Rev. 147, Sydney Law Review June, Pelaksana Pelayanan Pelanggan
2016, hlm. 2. Diakses melalui Tanjungpinang dengan Pelanggan
24 Panji Keadilan Jurnal Ilmiah Nasional Mahasiswa Hukum
P-ISSN: 2599-1892, E-ISSN: 2622-3724
Volume 3, Nomor 1, Januari 2020

Sumber Lain
Reinhard Zimmerman and Simon
Whitttaker, Good Faith in European
Contract Law, University Press,
Cambridge, 2000, hlm. 12. diakses
melalui
file:///C:/Users/User/Downloads/
Documents/1292462008-3-
BAB%20II%20Ngurah%20Wahyu%2
0Resta%20.pdf pada tanggal 19
Agustus 2019 Pukul 11.00 WIB
https://kbbi.kata.web.id/sero-terbatas-pt/
diakses tanggal 19 Agustus 2019,
Pukul 13.25 WIB.
http://www.statushukum.com/perlindunga
n-hukum.html diakses, tanggal, 05
November 2019.
http://www.artika.com/arti-370785-
perlindungan.html diakses, tanggal,
05 November 2019.
http://www.tesishukum.com/pengertian-
perlindungan-huku-menurut-para-
ahli/ diakses, tanggal, 05 November
2019.
http://www.materibelajar.id/2015/12/
hakikat-perlindungan-serta-
penegakan.html diakses, tanggal 05
November 2019.

Anda mungkin juga menyukai