Anda di halaman 1dari 8

Isma dan Koyimatun, Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Informasi Elektronik pada Dokumen ....

109

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ELEKTRONIK


PADA DOKUMEN ELEKTRONIK SERTA HASIL CETAKNYA DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA*
Nur Laili Isma** dan Arima Koyimatun***

Program Studi Pascasarjana, Fakultas Hukum


Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Jalan Sosio Justisia No. 1, Bulaksumur, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

Abstract
This research studies on the strength of electronic documents and its printed copy as evidence in criminal
proceedings. The questions presented are: How is the position of electronic evidences and documents, as
well as its printed copies, in the evidentiary process of criminal proceedings? How is the strength of those
said documents in the evidentiary process? This research is a juridical normative research. The research
shows that electronic evidences and documents as well as their printed copies can be categorized as
expansion of letter evidences or directives based on Article 184 of KUHAP. Criminal procedural law does
not have hierarchy of evidences, however such documents need to be duly considered.
Keywords: evidences, electronic documents, criminal procedural law.

Intisari
Penelitian ini membahas tentang kekuatan pembuktian alat bukti informasi elektronik pada dokumen
elektronik serta hasil cetaknya dalam pembuktian tindak pidana. Rumusan masalah yang dikemukakan
adalah Bagaimana kedudukan alat bukti informasi elektronik dan dokumen elektronik serta hasil
cetaknya dalam pembuktian tindak pidana? Bagaimanakah kekuatan pembuktian alat bukti informasi
elektronik dan dokumen elektronik serta hasil cetaknya dalam pembuktian tindak pidana? Penelitian
ini merupakan penelitian yuridis normatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kedudukan alat bukti
informasi elektronik dan dokumen elektronik serta hasil cetaknya dapat merupakan perluasan alat bukti
surat maupun petunjuk berdasarkan 184 KUHAP. Dalam hukum acara pidana tidak mengenal adanya
hierarki alat bukti. Akan tetapi pada perkembangannya alat bukti informasi elektronik dan dokumen
elektronik harus dipertimbangkan dalam membuat terang suatu perkara pidana.
Kata Kunci: alat bukti, dokumen elektronik, hukum acara pidana.

Pokok Muatan
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 110
B. Metode Penelitian ............................................................................................................................. 110
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ..................................................................................................... 111
1. Kedudukan Alat Bukti Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik dalam Pembuktian
Tindak Pidana .............................................................................................................................. 111
2. Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Elektronik .............................................................................. 112
D. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 113

*
Hasil penelitian didanai Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Hukum UGM.
**
Alamat korespondensi: aprimayurista@gmail.com.
***
Alamat korespondensi: helmy.boemiya@gmail.com.
110 JURNAL PENELITIAN HUKUM Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, Halaman 109-116

A. Latar Belakang Berdasarkan isi Pasal 5 UU ITE di atas maka


Banyak sekali dampak yang bisa dirasakan adanya alat bukti yang disebut dengan informasi
dengan adanya jejaring sosial ini, baik itu dampak elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
positif misalnya mempermudah komunikasi bisa dengan mudah untuk membuktikan tindak
masyarakat tanpa dibatasi waktu dan jarak, pidana yang diatur dalam UU ITE karena alat
menjalin persahabatan, perhatian dan empati bukti baru tersebut merupakan perluasan dari
sesama pengguna serta memudahkan pengguna alat bukti yang diatur dalam Pasal 184 KUHAP.
untuk saling bertukar informasi. Ataupun Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 184
sebaliknya dampak negatif, sisi negatif dari KUHAP mengatur alat bukti yang sah dalam acara
jejaring sosial misalnya pertukaran data yang pidana adalah sebagai berikut :
berbau pornografi dan pornoaksi, saling menghina (1) Keterangan Saksi
dan mengejek serta masih banyak lagi. Sehingga (2) Keterangan Ahli
(3) Surat
kemajuan teknologi sangat potensial terhadap
(4) Petunjuk
munculnya berbagai bentuk tindak pidana, (5) Keterangan Terdakwa
internet dapat menjadi media yang memudahkan
Dengan pemaparan di atas maka peneliti
seseorang untuk melakukan berbagai tindak
ingin melakukan penelitian tentang “Kekuatan
pidana berbasis teknologi informasi atau yang
Pembuktian Alat Bukti Informasi Elektronik
dikenal dengan istilah cybercrime.1
Dan Dokumen Elektronik Serta Hasil Cetaknya
Perkembangan teknologi informasi mela-
Dalam Pembuktian Tindak Pidana”. Berdasarkan
hirkan aturan baru di Indonesia, yaitu diundang-
dari latar belakang pemikiran di atas, maka yang
kannya Undang-Undang Republik Indonesia
menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
Transaksi Elektronik. Secara umum, materi
(1) Bagaimana kedudukan alat bukti informasi
UU ITE dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
elektronik dan dokumen elektronik serta hasil
pengaturan mengenai informasi dan transaksi
cetaknya dalam pembuktian tindak pidana? (2)
elektronik dan pengaturan mengenai perbuatan
Bagaimanakah kekuatan pembuktian alat bukti
yang dilarang. UU ITE tersebut juga mengatur
informasi elektronik dan dokumen elektronik
mengenai alat bukti baru sebagai perluasan dari
serta hasil cetaknya dalam pembuktian tindak
alat bukti yang diatur dalam KUHAP. Dalam
pidana?
Pasal 5 UU ITE berbunyi:2
(1) Informasi elektronik dan/atau
B. Metode Penelitian
dokumen elektronik dan/atau hasil
Penelitian ini bersifat penelitian normatif.
cetaknya merupakan alat bukti hukum
Dalam penelitian ini peneliti mengedepankan
yang sah.
data sekunder yaitu terdiri dari bahan hukum
(2) Informasi elektronik dan/atau doku-
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
men elektronik dan/atau hasil
tertier. Meskipun pada dasarnya penelitian ini
cetaknya sebagaimana dimaksud
bersifat normatif, dalam prakteknya peneliti
pada ayat (1) merupakan perluasan
menyandarkan pada data primer yang peneliti
dari alat bukti yang sah sesuai
dapatkan melalui wawancara. Wawancara
dengan Hukum Acara yang berlaku
dilakukan pada para narasumber untuk
di Indonesia.

1
Ach. Tahir, 2010, Cyber Crime (Akar Masala, Solusi, dan Penanggulangannya), Suka Press, Yogyakarta. hlm.3.
2
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4847).
Isma dan Koyimatun, Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Informasi Elektronik pada Dokumen .... 111

memperkuat data sekunder yang ada, terutama Terorisme.


untuk mencermati apa yang terkandung dalam 8) Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2013 tentang Pencegahan dan
undang-undang. Narasumber dalam penelitian ini
Pemberantasan Perusakan Hutan.
adala dua orang pakar yaitu Prof. Dr. Eddy O.S. 9) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
Hiariej, S.H., M.Hum. selaku Guru Besar Hukum 2014 tentang Hak Cipta
Pidana Fakultas Hukum UGM dan Anugra Berdasarkan sembilan (9) undang-undang
Anditya, S.H., M.T. selaku Dosen Hukum dan di atas terdapat dua pandangan tentang alat bukti
Teknologi Fakultas Hukum UGM. Penelitian informasi elektronik dan dokumen elektronik
ini dianalisis menggunakan metode deskriptif yaitu sebagai berikut: Pandangan pertama,
kualitatif. adalah bahwa bukti elektronik itu masuk dalam
pengkategorian bukti yang sudah ada, artinya
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan tidak berdiri sendiri. Terlihat dalam Undang-
1. Kedudukan Alat Bukti Informasi Elek- Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
tronik dan Dokumen Elektronik Dalam Perusahaan mengkategorikan bahwa alat bukti
Pembuktian Tindak Pidana elektronik yang dimana merupakan perluasan
Dalam menjabarkan kedudukan alat bukti dari alat bukti surat sebagaimana dalam pasal
informasi elektronik berdasarkan Pasal 5 UU 184 KUHAP. Karena mengingat dokumen
ITE, Penulis telah mengidentifikasi beberapa elektronik merupakan bagian dari dokumen
peraturan perundang-undangan hukum pidana perusahaan dan dokumen perusahaan dimaksud
yang menerangkan tentang alat bukti elektronik. merupakan bagian dari alat bukti surat.3 Kemudian
Diantaranya sebagai berikut: dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
1997 tentang Dokumen Perusahaan
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan Atas Tindak Pidana Korupsi menyatakan secara
Undang-Undang Nomor 31 taun tegas alat bukti elektronik merupakan perluasan
1999 tentang Pemberantasan Tindak dari alat bukti yang sah yang berupa petunjuk.
Pidana Korupsi.
Sebagaimana telah diterangkan dalam Penjelasan
3) Undang-undang Nomor 15 Tahun
2003 tentang Penetapan Peratutan Umum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Pemerintah Pengganti Undang- Pandangan kedua, menyatakan bahwa bukti
undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang elektronik merupakan alat bukti yang berdiri
Pemberantasan Tindak Pidana sendiri. Alat bukti elektronik merupakan yang
Terorisme, menjadi Undang-undang.
4) Undang-undang Nomor 21 Tahun terpisah dari alat bukti sebagaiman yang telah
2007 tentang Pemberantasan Tindak diatur dalam pasal 184 KUHAP. Pengaturannya
Pidana Perdagangan Orang. ditemukan dalam keempat peraturan terakhir
5) Undang-undang Nomor 35 Tahun yakni Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2009 tentang Narkotika.
2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
6) Undang Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Terorisme, Undang-Undang Nomor 21 Tahun
Pemberantasan Tindak Pidana 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang. Perdagangan Orang, Undang- Undang Nomor 35
7) Undang-Undang Nomor 9 Tahun
Tahun 2009 Tentang Narkotika, Undang-Undang
2013 tentang Pencegahan dan Pem-
berantasan Tindak Pidana Pendanaan Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan

3
Hasil Wawancara dengan Eddy O.S. Hiariej selaku Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, pada Hari Senin,
Tanggal 17 April 2014.
112 JURNAL PENELITIAN HUKUM Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, Halaman 109-116

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, elektronik sebagai perluasan dari alat bukti surat
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang dan petunjuk. Hal ini karena surat yang dimaksu
Pencegahan dan Pemberantasan Pendanaan dalam KUHAP hanya surat secara konvensional.
Terorisme, Undang-Undang Nomor 18 Tahun Sedangkan dokumen eletronik tidak hanya
2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan terbatas pada surat pada bentuk tulisan saja. Tapi
Perusakan Hutan dan Undang-Undang 28 Tahun juga suara, gambar, peta, rancangan, foto atau
2014 tentang Hak Cipta. sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,
Menurut Eddy O.S. Hiariej, berpendapat simbol atau perforasi yang memiliki makna atau
bahwa berdasarkan pasal 5 UU ITE bahwa alat arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
bukti informasi elektronik dan dokumen elektronik memahaminya.
serta hasil cetaknya merupakan perluasan alat Selanjutnya alasan mengapa alat bukti
bukti berdasarkan Pasal 184 KUHAP . Menurutnya informasi elektronik tidak bisa dijadikan
tidak perlu lagi dipertentangkan apakah alat bukti sebagai perluasan sumber perolehan alat bukti
informasi elektronik dan dokumen elektronik petunjuk karena mengingat untuk keberadaan
serta hasil cetaknya merupakan perluasan alat alat bukti petunjuk itu digunakan pada setelah
bukti surat ataupun alat bukti petunjuk karena menghadirkan alat bukti lain. Padahal alat bukti
pada dasarnya alat bukti informasi elektronik dan informasi elektronik dan dokumen elektronik
hasil cetaknya merupakan penambahan alat bukti untuk beberapa kasus pidana bisa menjadi alat
baru selain yang ada dalam UU ITE.4 Jadi alat bukti utama dan pertama dalam pembuktian
bukti dalam pembuktian perkara pidana saat ini terutama jika berkaitan dengan kejahatan dunia
terdiri dari lima (5) alat bukti yang diatur Pasal maya atau cybercrime.
184 KUHAP dan Pasal 5 UU ITE yaitu sebagai 2. Kekuatan Pembuktian Alat Bukti
berikut: keterangan saksi, keterangan ahli, surat; Elektronik
petunjuk; keterangan terdakwa; dan informasi Dalam hukum acara pidana, kekuatan
elektronik dan Dokumen Elektronik dan/atau semua alat bukti pada hakikatnya sama, tidak ada
hasil cetaknya. satu melebihi yang lain. Alat bukti dalam hukum
Berbeda dengan pendapat di atas, menurut acara pidana tidak mengenal hierarki.5 Hanya
Anugrah untuk menentukan kedudukan alat bukti saja ada ketentuan-ketentuan yang mensyaratkan
informasi elektronik dan dokumenelektronik keterkaitan antara bukti yang satu dengan bukti
harus ditelaah lebih jauh substansi atau isi yang lain. Oleh karena itu, dalam hukum acara
dari alat bukti tersebut. Berdasarkan substansi pidana terdapat bukti yang bersifat pelengkap.
tersebut alat bukti informasi elektronnik bisa Pada dasarnya dalam pembuktian modern ada
dikategorikan sebagai perluasan alat bukti surat yang dikenal alat bukti universal. Salah satu alat
dan alat bukti petunjuk. Dari dua pandangan yang bukti universal di dunia ini adalah dokumen.
berbeda di atas, peneliti cenderung sependapat Dokumen itu tercakup dokumen elektronik jadi
dengan pandangan yang diberikan oleh Eddy O.S. tidak hanya di dunia maya termasuk didalamnya
Hiariej. Hal ini dikarenakan alat bukti informasi hasil print-out merupakan dokumen. Alat bukti
elektronik dan dokumen elektronik itu memiliki elektronik harus dilakukan verifikasi lebih lanjut
sifat yang berbeda dengan alat bukti yang telah ada mengenai alat bukti dokumen elektronik sama
dalam Pasal 184 KUHAP terutama jika melihat juga dengan verfikasi terhadap alat bukti surat.
alat bukti informasi elektronik dan dokumen Ada tiga hal yang berkaitan dengan dokumen

4
Ibid.
5
Ibid.
Isma dan Koyimatun, Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Informasi Elektronik pada Dokumen .... 113

sebagai alat bukti yaitu:6 terkait dengan keaslian sosial adalah ruangan publik sehingga dalam
dokumen tersebut atau originalitas; isi sebuah pengambilan segala sesuatu tidak diperlukan
dokumen atau substansinya; dan mencari alat-alat izin tertentu karena sifat public tadi, siapapun
bukti lain yang memperkuat alat bukti dokumen bisa mengkasesnya. Berbeda dengan e-mail,
elektronik. diperlukan izin untuk mengakses data tersebut.
Alat bukti informasi elektronik dan doku- Cara mudah yang bisa ditempuh oleh penyidik
men elektronik sangat rentan untuk dimanipulas. yaitu dengan meminta izin pada pemilik account
Sehingga keaslian alat bukti informasi elektronik tersebut. Selain itu ada langkah lain bisa
dan dokumen elektronik sangat penting dalam ditempuh yaitu melalui penyedia layanan. Karena
pembuktian. Menurut Anugrah,7 keabsahan dari pada dasarnya ada perjanjian antara penyedia
alat bukti informasi elektronik dan dokumen layanan dan konsumen atau yang dikenal dengan
elektronik masih sangat diperlukan pembuktian End User License Agreement (EULA). Dalam
lebih lanjut. Pembuktian ini terkait erat dengan perjanjian itu ada klausula yang menyebutkan
originalitas alat bukti informasi elektronik seandainya konsumen melakukan pelanggaran
dan dokumen elektronik. Mengingat penilaian hukum atau tindakan yang bertentangan dengan
keabsahan alat bukti informasi elektronik dan aturan maka penyedia layanan boleh menerobos
dokumen elektronik sangat sulit, karena jangan masukke account tersebut.9
sampai keberadaan alat bukti informasi elektronik Dari penjelasan di atas maka dapat disimpul-
dan dokumen elektronik merugikan orang lain. kan bahwa dalam hal kekuatan pembuktian,
Selain masalah originalitas dari suatu alat bukti hakim memiliki peranan penting dalam menilai
informasi elektronik, dan dokumen elektronik kekuatan dari alat bukti informasi elektronik.
dalam menjadikan suatu data atau dokumen Meskipun telah dijelaskan sebelumnya bahwa
sebagai alat bukti yang sah dalam pembuktian dalam pembuktian pidana tidak mengenal
perkara pidana adalah masalah pengambilan hierarki alat bukti atau pembuktian bebas.
data yang bisa dijadikan alat bukti. Karena dalam Hakim memiliki hak untuk menilai alat bukti
pengambilan alat bukti tidak mudah. Alasan yang dihadirkan dalam persidangan. Hakim
kedua, karena sampai saat ini belum ada Standard terikat dengan minimum pembuktian yaitu dalam
Operating Procedure (SOP) dalam pengambilan menjatuhkan putusan hakim harus berdasarkan
alat bukti elektronik. Padahal mengingat kasus- 2 alat bukti yang saha sebagaimana diatur
kasus yang bersinggungan dengan cyberspace dalam pasal 183 KUHAP. Sehingga keberadaan
dan elektronik sudah berkembang. Mengingat alat bukti informasi elektronik dan dokumen
yang bertugas untuk mengumpulkan alat bukti elektronik mememiliki peranan penting dalam
adalah penyidik, sehingga diperlukan dengan pembuktian suatu perkara pidana.
segera SOP dari penyidik kaitannya dengan
pengambilan alat bukti informasi elektronik dan D. Kesimpulan
dokumen elektronik.8 Berdasarkan perumusan masalah dan
Jika menelaah kasus-kasus yang sudah pembahasan sebagaimana dijelaskan dalam bab-bab
ada, misalnya berkaitan dengan status seseorang sebelumnya, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan
dalam media sosial. Dalam media sosial ada sebagai berikut:
resiko yang harus dihadapi. Mengingat media 1. Kedudukan alat bukti informasi
6
Ibid.
7
Hasil Wawancara dengan Anugrah Aditya selaku Dosen Hukum Teknologi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, pada Hari Senin,
Tanggal 17 April 2014.
8
Ibid.
9
Ibid.
114 JURNAL PENELITIAN HUKUM Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, Halaman 109-116

elektronik dan dokumen elektronik ITE tidak boleh diperdebatkan lagi


serta hasil cetaknya dalam pembuktian mengenai kedudukannya. Kedudukan
perkara pidana sebelum UU ITE alat bukti informasi elektronik dan
disahkan sudah jauh dikenal dalam dokumen elektronik serta hasil
beberapa peraturan perundang- cetaknya merupakan perluasan alat
undangan. Diantaranya Undang- bukti berdasarkan 184 KUHAP. Dalam
Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang arti menambahkan lima (5) alat bukti
Dokumen Perusahaan. Undang- yang sudah ada dalam 184 KUHAP
Undang Nomor 20 Tahun 2001 menjadi 6 alat bukti baru dalam
tentang Perubahan Atas Undang- pembuktian perkara pidana yaitu (a)
Undang Nomor 31 taun 1999 tentang keterangan saksi; (b) keterangan ahli;
Pemberantasan Tindak Pidana (c) surat; (d) petunjuk; (e) keterangan
Korupsi. Undang-Undang Nomor terdakwa; dan (f) informasi elektronik,
15 Tahun 2003 tentang Penetapan dokumen elektronik dan/atau hasil
Peratutan Pemerintah Pengganti cetaknya. Sedangkan perbedaan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002 pendapat dengan Anugrah Anditya,
tentang Pemberantasan Tindak Pidana menurutnya diperlukan pemahaman
Terorisme, menjadi Undang-undang. dari penegak hukum untuk menelaah
Undang-undang Nomor 21 Tahun substantsi dari alat bukti informasi
2007 tentang Pemberantasan Tindak elektronik dan dokumen elektronik.
Pidana Perdagangan Orang, Undang- Jika substansi dari alat bukti informasi
Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang elektronik dan dokumen elektronik
Pencegahan dan Pemberantasan berisi surat sebagaiman pengertian
Pendanaan Terorisme, Undang- surat maka informasi elektronik
Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang dan dokumen elektronik merupakan
Pencegahan dan Pemberantasan perluasan dari alat bukti surat. Akan
Perusakan Hutan dan Undang-Undang tetapi jika substansinya berisi sebua
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. . petunjuk misalnya gambar, video
Menurut UU Dokumen Perusahaan audio visual, maupun CCTV maka ini
alat bukti dokumen elektronik hanya bisa dijadikan perluasan alat
merupakan bagian dari alat bukti surat, bukti petunjuk. Sekalipun informasi
sedangkan dalam UU Tipikor secara elektronik dan dokumen elektronik
tegas menjelaskan bahwa informasi tersebut di print out tetap merupakan
elektronik dan dokumen eletronik perluasan alat bukti petunjuk.
merupakan perluasan dari alat 2. Dalam hukum acara pidana tidak
bukti pertunjuk. Pendapat dari para mengenal adanya hierarki alat bukti.
narasumber yang Peneliti wawancara Sehingga tidak mengenal alat bukti
terdapat perbedaan pandangan yang lebih tinggi atau lebih kuat
mengenenai kedudukan dari alat bukti dalam perkara pidana. Karena pada
informasi elektronik dan dokumen hakikatnya dalam pembuktian perkara
elektronik serta hasil cetaknya. Menurut pidana dikenal pembuktian bebas.
Eddy O.S. Hiariej, alat bukti informasi Akan tetapi pada perkembangannya
elektronik dan dokumen elektronik alat bukti informasi elektronik
serta hasil cetaknya berdasarkan UU dan dokumen elektronik harus
Isma dan Koyimatun, Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Informasi Elektronik pada Dokumen .... 115

dipertimbangkan dalam membuat dijadikan alat bukti dalam persidangan


terang suatu perkara pidana. Kesadaran yaitu (a) originalitas/keotentikan alat
dan pemahaman hukum dari penegak bukti; (b) substansi dari alat bukti; dan
hukum akan keberadaan alat bukti (c) kesesuaian alat bukti dengan alat
informasi elektronik dan dokumen bukti yang lain. Mengenai penilaian
elektronik merupakan alat bukti yang informasi elektronik dan dokumen
sah dalam pembuktian perkara pidana elektronik masih sangat sulit karena
di Indonesia saat ini. Jangan sampai mengingat informasi elektronik rentan
infromasi elektronik dan dokumen dimanipulasi sehingga keberadaan
elektronik hanya dijadikan sebagai alat bukti informasi elektronik dan
barang bukti dalam persidangan. Di dokumen elektronik masih sangat
lain sisi keberadaan infomasi elektronik diperlukan pembuktian lagi dalam
dan dokumen elektronik juga masih prakteknya.
sangat memerlukan syarat jika ingin

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku 45, Tambahan Lembaran Negara Republik


Tahir, Ach, 2010, Cyber Crime (Akar Masalah, Indonesia Nomor 4284).
Solusi dan Penanggulangannya),Suka Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Press, Yogyakarta. Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia
B. Peraturan Perundang-Undangan Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Negara Republik Indonesia Nomor 4720).
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76). Informasi dan Transaksi Elektronik.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Dokumen Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor Negara Nomor 4843).
18, Tambahan Lembaran Negara Republik Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Indonesia Nomor 3674). Narkotika (Lembaran Negara Republik
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
31 taun 1999 tentang Pemberantasan 5062).
Tindak Pidana Korupsi (Lemabaran Negara Undang Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
134, Tambahan Lembaran Negara Republik Pidana Pencucian Uang, Lembaran Negara
Indonesia Nomor 4150). Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang 122, Tambahan Lembaran Negara Republik
Penetapan Peratutan Pemerintah Pengganti Indonesia Nomor 5164.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Pidana Pendanaan Terorisme (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor Negara Republik Indonesia Tahun 2013
116 JURNAL PENELITIAN HUKUM Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, Halaman 109-116

Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara C. Sumber Lain


Republik Indonesia Nomor 5406). Wawancara dengan Eddy O.S. Hiariej selaku
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Universitas Gadjah Mada, pada Hari Senin,
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tanggal 17 April 2014.
Tahun 2013 Nomor 130, Tambahan Lembaran Wawancara dengan Anugrah Aditya selaku
Negara Republik Indonesia Nomor 5435). Dosen Hukum Teknologi Fakultas Hukum
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Universitas Gadjah Mada, pada Hari Senin,
Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Tanggal 17 April 2014.
Indonesia Tahun 2014 Nomor 266, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5599).

Anda mungkin juga menyukai