109
Abstract
This research studies on the strength of electronic documents and its printed copy as evidence in criminal
proceedings. The questions presented are: How is the position of electronic evidences and documents, as
well as its printed copies, in the evidentiary process of criminal proceedings? How is the strength of those
said documents in the evidentiary process? This research is a juridical normative research. The research
shows that electronic evidences and documents as well as their printed copies can be categorized as
expansion of letter evidences or directives based on Article 184 of KUHAP. Criminal procedural law does
not have hierarchy of evidences, however such documents need to be duly considered.
Keywords: evidences, electronic documents, criminal procedural law.
Intisari
Penelitian ini membahas tentang kekuatan pembuktian alat bukti informasi elektronik pada dokumen
elektronik serta hasil cetaknya dalam pembuktian tindak pidana. Rumusan masalah yang dikemukakan
adalah Bagaimana kedudukan alat bukti informasi elektronik dan dokumen elektronik serta hasil
cetaknya dalam pembuktian tindak pidana? Bagaimanakah kekuatan pembuktian alat bukti informasi
elektronik dan dokumen elektronik serta hasil cetaknya dalam pembuktian tindak pidana? Penelitian
ini merupakan penelitian yuridis normatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kedudukan alat bukti
informasi elektronik dan dokumen elektronik serta hasil cetaknya dapat merupakan perluasan alat bukti
surat maupun petunjuk berdasarkan 184 KUHAP. Dalam hukum acara pidana tidak mengenal adanya
hierarki alat bukti. Akan tetapi pada perkembangannya alat bukti informasi elektronik dan dokumen
elektronik harus dipertimbangkan dalam membuat terang suatu perkara pidana.
Kata Kunci: alat bukti, dokumen elektronik, hukum acara pidana.
Pokok Muatan
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 110
B. Metode Penelitian ............................................................................................................................. 110
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ..................................................................................................... 111
1. Kedudukan Alat Bukti Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik dalam Pembuktian
Tindak Pidana .............................................................................................................................. 111
2. Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Elektronik .............................................................................. 112
D. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 113
*
Hasil penelitian didanai Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Hukum UGM.
**
Alamat korespondensi: aprimayurista@gmail.com.
***
Alamat korespondensi: helmy.boemiya@gmail.com.
110 JURNAL PENELITIAN HUKUM Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, Halaman 109-116
1
Ach. Tahir, 2010, Cyber Crime (Akar Masala, Solusi, dan Penanggulangannya), Suka Press, Yogyakarta. hlm.3.
2
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4847).
Isma dan Koyimatun, Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Informasi Elektronik pada Dokumen .... 111
3
Hasil Wawancara dengan Eddy O.S. Hiariej selaku Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, pada Hari Senin,
Tanggal 17 April 2014.
112 JURNAL PENELITIAN HUKUM Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, Halaman 109-116
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, elektronik sebagai perluasan dari alat bukti surat
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang dan petunjuk. Hal ini karena surat yang dimaksu
Pencegahan dan Pemberantasan Pendanaan dalam KUHAP hanya surat secara konvensional.
Terorisme, Undang-Undang Nomor 18 Tahun Sedangkan dokumen eletronik tidak hanya
2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan terbatas pada surat pada bentuk tulisan saja. Tapi
Perusakan Hutan dan Undang-Undang 28 Tahun juga suara, gambar, peta, rancangan, foto atau
2014 tentang Hak Cipta. sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,
Menurut Eddy O.S. Hiariej, berpendapat simbol atau perforasi yang memiliki makna atau
bahwa berdasarkan pasal 5 UU ITE bahwa alat arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
bukti informasi elektronik dan dokumen elektronik memahaminya.
serta hasil cetaknya merupakan perluasan alat Selanjutnya alasan mengapa alat bukti
bukti berdasarkan Pasal 184 KUHAP . Menurutnya informasi elektronik tidak bisa dijadikan
tidak perlu lagi dipertentangkan apakah alat bukti sebagai perluasan sumber perolehan alat bukti
informasi elektronik dan dokumen elektronik petunjuk karena mengingat untuk keberadaan
serta hasil cetaknya merupakan perluasan alat alat bukti petunjuk itu digunakan pada setelah
bukti surat ataupun alat bukti petunjuk karena menghadirkan alat bukti lain. Padahal alat bukti
pada dasarnya alat bukti informasi elektronik dan informasi elektronik dan dokumen elektronik
hasil cetaknya merupakan penambahan alat bukti untuk beberapa kasus pidana bisa menjadi alat
baru selain yang ada dalam UU ITE.4 Jadi alat bukti utama dan pertama dalam pembuktian
bukti dalam pembuktian perkara pidana saat ini terutama jika berkaitan dengan kejahatan dunia
terdiri dari lima (5) alat bukti yang diatur Pasal maya atau cybercrime.
184 KUHAP dan Pasal 5 UU ITE yaitu sebagai 2. Kekuatan Pembuktian Alat Bukti
berikut: keterangan saksi, keterangan ahli, surat; Elektronik
petunjuk; keterangan terdakwa; dan informasi Dalam hukum acara pidana, kekuatan
elektronik dan Dokumen Elektronik dan/atau semua alat bukti pada hakikatnya sama, tidak ada
hasil cetaknya. satu melebihi yang lain. Alat bukti dalam hukum
Berbeda dengan pendapat di atas, menurut acara pidana tidak mengenal hierarki.5 Hanya
Anugrah untuk menentukan kedudukan alat bukti saja ada ketentuan-ketentuan yang mensyaratkan
informasi elektronik dan dokumenelektronik keterkaitan antara bukti yang satu dengan bukti
harus ditelaah lebih jauh substansi atau isi yang lain. Oleh karena itu, dalam hukum acara
dari alat bukti tersebut. Berdasarkan substansi pidana terdapat bukti yang bersifat pelengkap.
tersebut alat bukti informasi elektronnik bisa Pada dasarnya dalam pembuktian modern ada
dikategorikan sebagai perluasan alat bukti surat yang dikenal alat bukti universal. Salah satu alat
dan alat bukti petunjuk. Dari dua pandangan yang bukti universal di dunia ini adalah dokumen.
berbeda di atas, peneliti cenderung sependapat Dokumen itu tercakup dokumen elektronik jadi
dengan pandangan yang diberikan oleh Eddy O.S. tidak hanya di dunia maya termasuk didalamnya
Hiariej. Hal ini dikarenakan alat bukti informasi hasil print-out merupakan dokumen. Alat bukti
elektronik dan dokumen elektronik itu memiliki elektronik harus dilakukan verifikasi lebih lanjut
sifat yang berbeda dengan alat bukti yang telah ada mengenai alat bukti dokumen elektronik sama
dalam Pasal 184 KUHAP terutama jika melihat juga dengan verfikasi terhadap alat bukti surat.
alat bukti informasi elektronik dan dokumen Ada tiga hal yang berkaitan dengan dokumen
4
Ibid.
5
Ibid.
Isma dan Koyimatun, Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Informasi Elektronik pada Dokumen .... 113
sebagai alat bukti yaitu:6 terkait dengan keaslian sosial adalah ruangan publik sehingga dalam
dokumen tersebut atau originalitas; isi sebuah pengambilan segala sesuatu tidak diperlukan
dokumen atau substansinya; dan mencari alat-alat izin tertentu karena sifat public tadi, siapapun
bukti lain yang memperkuat alat bukti dokumen bisa mengkasesnya. Berbeda dengan e-mail,
elektronik. diperlukan izin untuk mengakses data tersebut.
Alat bukti informasi elektronik dan doku- Cara mudah yang bisa ditempuh oleh penyidik
men elektronik sangat rentan untuk dimanipulas. yaitu dengan meminta izin pada pemilik account
Sehingga keaslian alat bukti informasi elektronik tersebut. Selain itu ada langkah lain bisa
dan dokumen elektronik sangat penting dalam ditempuh yaitu melalui penyedia layanan. Karena
pembuktian. Menurut Anugrah,7 keabsahan dari pada dasarnya ada perjanjian antara penyedia
alat bukti informasi elektronik dan dokumen layanan dan konsumen atau yang dikenal dengan
elektronik masih sangat diperlukan pembuktian End User License Agreement (EULA). Dalam
lebih lanjut. Pembuktian ini terkait erat dengan perjanjian itu ada klausula yang menyebutkan
originalitas alat bukti informasi elektronik seandainya konsumen melakukan pelanggaran
dan dokumen elektronik. Mengingat penilaian hukum atau tindakan yang bertentangan dengan
keabsahan alat bukti informasi elektronik dan aturan maka penyedia layanan boleh menerobos
dokumen elektronik sangat sulit, karena jangan masukke account tersebut.9
sampai keberadaan alat bukti informasi elektronik Dari penjelasan di atas maka dapat disimpul-
dan dokumen elektronik merugikan orang lain. kan bahwa dalam hal kekuatan pembuktian,
Selain masalah originalitas dari suatu alat bukti hakim memiliki peranan penting dalam menilai
informasi elektronik, dan dokumen elektronik kekuatan dari alat bukti informasi elektronik.
dalam menjadikan suatu data atau dokumen Meskipun telah dijelaskan sebelumnya bahwa
sebagai alat bukti yang sah dalam pembuktian dalam pembuktian pidana tidak mengenal
perkara pidana adalah masalah pengambilan hierarki alat bukti atau pembuktian bebas.
data yang bisa dijadikan alat bukti. Karena dalam Hakim memiliki hak untuk menilai alat bukti
pengambilan alat bukti tidak mudah. Alasan yang dihadirkan dalam persidangan. Hakim
kedua, karena sampai saat ini belum ada Standard terikat dengan minimum pembuktian yaitu dalam
Operating Procedure (SOP) dalam pengambilan menjatuhkan putusan hakim harus berdasarkan
alat bukti elektronik. Padahal mengingat kasus- 2 alat bukti yang saha sebagaimana diatur
kasus yang bersinggungan dengan cyberspace dalam pasal 183 KUHAP. Sehingga keberadaan
dan elektronik sudah berkembang. Mengingat alat bukti informasi elektronik dan dokumen
yang bertugas untuk mengumpulkan alat bukti elektronik mememiliki peranan penting dalam
adalah penyidik, sehingga diperlukan dengan pembuktian suatu perkara pidana.
segera SOP dari penyidik kaitannya dengan
pengambilan alat bukti informasi elektronik dan D. Kesimpulan
dokumen elektronik.8 Berdasarkan perumusan masalah dan
Jika menelaah kasus-kasus yang sudah pembahasan sebagaimana dijelaskan dalam bab-bab
ada, misalnya berkaitan dengan status seseorang sebelumnya, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan
dalam media sosial. Dalam media sosial ada sebagai berikut:
resiko yang harus dihadapi. Mengingat media 1. Kedudukan alat bukti informasi
6
Ibid.
7
Hasil Wawancara dengan Anugrah Aditya selaku Dosen Hukum Teknologi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, pada Hari Senin,
Tanggal 17 April 2014.
8
Ibid.
9
Ibid.
114 JURNAL PENELITIAN HUKUM Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, Halaman 109-116
DAFTAR PUSTAKA