Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGANTAR KEUANGAN PUBLIK

PENYEBAB KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK


SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL
DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

OLEH :

Nama : Septian Dwi Arya Nugraha


Kelas : 2M
No. Absen : 35
NPM : 08360015476

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA


2009/2010
A.

LATAR
BELAKANG MASALAH

Pada mulanya, listrik bukanlah suatu kebutuhan vital dalam kehidupan manusia.
Namun seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan,
manusia banyak menemukan hal-hal baru. Banyak peralatan hidup baru ditemukan dan
hampir seluruhnya menggunakan listrik sebagai sumber energi. Karenanya listrik
menjadi suatu barang yang vital dalam kehidupan manusia. Sadar akan hal tersebut,
pemerintah melalui undang-undang segera menguasai pengelolaan listrik nasional yang
dianggap menguasai hajat hidup orang banyak. Pemerintah mendirikan suatu Badan
Usaha Milik Negara bernama PT. PLN (Perusahaan Milik Negara) untuk mengelola
listrik.
Karena listrik sangat penting dalam kehidupan, penilaian kinerja PLN sangat
bergantung pada 2 hal yaitu pemadaman dan tarif dasar listrik. PLN dituntut untuk
menyalurkan listrik secara lancar tanpa pemadaman dengan tarif dasar listrik yang relatif
murah demi tercapainya prinsip keadilan dan distribusi. Pelayanan listrik di Indonesia
sendiri masih memprihatinkan. Tarif listrik dianggap tinggi dan pemadaman sering
terjadi. seringkali keduanya tidak dapat dicapai secara bersama. PLN harus memilih satu
dari kedua hal itu, apakah itu pelayanannya, atau pada tarifnya. Jika harus
mempertahankan tarifnya, PLN akan memiliki dalih untuk tidak meningkatkan kinerja,
sedangkan jika memilih untuk meningkatkan pelayanan, PLN harus mendapatkan
sumber keuangan tambahan mengingat subsidi untuk listrik sendiri sudah cukup tinggi.
Hal inilah yang sangat memusingkan pemerintah. Masyarakat menuntut agar
pemadaman listrik yang sering terjadi segera dihilangkan. Sementara kenaikan tarif dasar
listrik, terasa memberatkan masyarakat. Selain itu, kenaikan tarif dasar listrik tidak serta
merta menghilangkan pemadaman listrik karena masih banyak hal-hal selain tarif dasar
listrik yang dapat mempengaruhi pemadaman, seperti rusaknya gardu dan pembangkit
listrik.
B. PERUMUSAN MASALAH

Pelayanan pasokan listrik dinilai kurang baik. Pemadaman masih sering


terjadi. Oleh karena itu, muncul wacana pemerintah melalui PLN untuk menaikkan tarif
dasar listrik dengan dalih untuk meningkatkan pelayanan, mengurangi beban APBN dan
beberapa argumen lainnya. Pemerintah menyampaikan bahwa akan ada kenaikan tarif
dasar listrik sebesar 6-20% dengan kemungkinan besar adalah 15%. Isu ini menjadi topik
hangat di masyarakat, mengingat 80% konsumen listrik PLN adalah dari sektor rumah
tangga.
Rencana kenaikan ini juga mendapat tanggapan dari direktur Lembaga Advokasi dan
Perlindungan Konsumen, Farid Wajdi. Menurutnya, wacana kenaikan tarif dasar listrik
bagai simalakama dan berada dalam posisi sulit. “Dinaikkan begitu memberatkan, tetapi
tak dinaikkan juga krisis listrik terus mengancam,” ujarnya. Lebih lanjut, dekan Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ini mengatakan jika rencana
kenaikan tarif listrik ini harus dilakukan, persentase kenaikan tidak boleh lebih besar dari
rata-rata 15 persen itu. Sebaliknya, lanjut Farid, bagi kepentingan konsumen rencana
kenaikan TDL itu terasa seperti teror psikologis. Masalahnya rencana simulasi kenaikan
TDL itu seiring dengan maraknya pemadaman listrik.
Pada 15 Juni 2010, DPR menyetujui kenaikan tarif dasar listrik bagi pelanggan
listrik selain pelanggan kecil. Hanya dua kelompok pelanggan yang tidak mengalami
kenaikan yakni pelanggan rumah tangga kecil dengan daya 450-900 VA karena dianggap
tidak mampu serta pelanggan dengan daya di atas 6.600 VA karena sudah membayar
TDL sesuai harga pasar. Berdasarkan persetujuan DPR RI tersebut dan mengacu pada
Pasal 34 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, Pemerintah
juga telah menerbitkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07
Tahun 2010 tanggal 30 Juni 2010 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara (Berita Negara RI Tahun
2010 No. 314). Tarif baru ini berlaku efektif per 1 Juli 2010.
Kenaikan tarif listrik ini tentu saja memberatkan pihak yang menanggung beban
kenaikan. Selain itu, secara lebih luas, kenaikan tarif dasar listrik berpotensi mengubah
komposisi kegiatan ekonomi. Karena listrik merupakan barang vital, kenaikan tarif ini
akan mempengaruhi perekonomian nasional pada umumnya dan unit-unit usaha kecil
menengah (UKM) pada khususnya.

C. LANDASAN TEORI DAN DASAR HUKUM

1. Pengertian Umum
a. Definisi Tarif Listrik
Tarif tenaga listrik adalah tarif tenaga listrik untuk konsumen yang
disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.
Tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara dinyatakan dalam Tarif Dasar Listrik berdasarkan
golongan tarif.
Tarif Dasar Listrik sebagaimana dimaksud di atas terdiri atas tarif listrik reguler
dan tarif listrik prabayar. Tarif listrik reguler merupakan tarif listrik yang
dibayarkan setelah pemakaian tenaga listrik oleh konsumen. Tarif listrik prabayar
merupakan tarif listrik yang dibayarkan sebelum pemakaian tenaga listrik oleh
konsumen.
b. Definisi Usaha Kecil dan Menengah
1. Usaha Kecil adalah kegiatan
ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam
Undang-undang.
2. Usaha Menengah dan Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar daripada
kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan Usaha Kecil.

2. Dasar Hukum
Dasar Hukum yang digunakan dalam analisis antara lain :
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 Tentang
Ketenagalistrikan
• Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun
2010 Tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.
• Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang
Usaha Kecil.

D. ANALISIS

Penyebab Kenaikan Tarif dasar listrik

Kenaikan tarif dasar listrik merupakan suatu kebijakan pemerintah selaku penguasa
suatu barang yang memiliki public interest atau kepentingan publik. Meskipun bukan
merupakan barang publik, listrik dianggap vital karena menguasai hajat hidup orang
banyak. Kebijakan untuk menaikkan tarif dasar listrik tentunya akan sangat berpengaruh
pada tingkat penggunaan listrik yang berdampak pada kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu pemerintah tidak sembarang mengambil kebijakan. Pertimbangan utama dari
pemerintah adalah beban anggaran dari subsidi listrik.
Subsidi listrik dalam APBN 2010 mencapai Rp 55,1 triliun. Selain subsidi itu, masih
ada subsidi lain yaitu subsidi BBM dan elpiji yang angkanya mencapai Rp 90 triliun,
subsidi pupuk, dan lain lain yang secara total mencapai Rp 210 triliun. Dengan APBN
2010 yang mencapai Rp 1.126 triliun, artinya seperlima dana APBN habis digunakan
untuk subsidi. Jika angka ini kian membengkak,
Seperti diketahui, dalam APBN-P 2010 yang diputuskan pada awal Mei lalu, subsidi
listrik yang dianggarkan mencapai Rp 54 triliun. Untuk itu, diperlukan kenaikan TDL
sebesar 10% untuk menutupi kebutuhan PLN akibat pengurangan subsidi sekitar Rp 10
triliun dari APBN 2009 sebesar Rp 64,46 triliun. Kebutuhan PLN harus disubsidi karena
saat ini biaya yang dikeluarkan PLN untuk memproduksi listrik sekitar Rp 1.200 per
kilowatt hour (KWh), sementara harga jual listrik BUMN listrik itu ke para
pelanggannya hanya sekitar Rp 630 per Kwh. Subsidi yang ditanggung pemerintah
adalah sebesar selisihnya untuk setiap Kwh yang digunakan.
Pembangkit listrik di Indonesia kebanyakan menggunakan BBM sebagai bahan
bakarnya. Dewasa ini, harga minyak dunia makin meningkat yang mengakibatkan
perubahan asumsi makro pada APBN. Awalnya asumsi harga minyak pasar dunia adalah
$65/barel dan angka itu kemudian direvisi menjadi $80/barel. Perubahan asumsi ini
makin memberatkan APBN seandainya kenaikan tarif tidak diberlakukan.
Pertimbangan lainnya adalah stabilitas produksi dan pasokan listrik PLN, khusunya
konsumsi masyarakat. Ini tentu saja bisa kita lihat secara sosiologis, dimana persoalan
listrik yang sering padam menjadi alasan kenaikan TDL. Wajar saja ketika kemudian,
konsumsi wacana ditengah masyarakat hanya berputar pada 2 hal, listrik murah tapi
sering pemadaman atau listrik mahal yang lancar. Hal ini mengingatkan kita kepada
rentetan regulasi disektor lain, yang menjebak pilihan masyarakat. Secara kasarnya hal
ini merupakan todongan paksa bagi masyarakat kita. Semisal memilih yang mana,
pendidikan murah yang minim fasilitas atau pendidikan mahal yang kaya fasilitas. Atau
mungkin BBM dan Gas subsidi yang langka dan sulit dicari atau yang mahal namun
mudah didapatkan. Ini jelas merupakan suatu bentuk pemaksaan pilihan bagi masyarakat.
Sebab Pemerintah, bukannya tidak memiliki opsi atau alternative lain. Namun sekali lagi,
keberpihakanlah yang menentukan dari regulasi kenaikan TDL ini. Dan Pemerintah jelas
telah mengorbankan rakyat kecil dengan pola-pola tersebut.
Di samping karena beban anggaran, ada beberapa alasan lain yang layak diangkat
pemerintah. Pertama, kenaikan tarif listrik terakhir kali adalah tahun 2003 atau tujuh
tahun lalu. Kedua, Tarif listrik bisa berdampak serius, mengingat selisih antara biaya
keekonomian dan tarif listrik makin jauh. Artinya, PLN bisa kesulitan melakukan
investasi dan rakyat yang dirugikan karena kurang pasokan listrik. Ketiga, mengacu
semangat UU APBN 2010, yang pantas mengalami kenaikan tarif adalah pelanggan
6.600 VA ke atas. Sebab, mereka golongan orang kaya yang tak pantas dapat subsidi.

Dampak Kenaikan Tarif Dasar Listrik Pada Perekonomian Nasional

Kenaikan Tarif Dasar Listrik membawa dampak besar bagi perekonomian nasional.
Karena sebagian besar konsumen listrik PLN adalah sektor rumah tangga, dengan
pendapatan dan tingkat konsumsi listrik yang cenderung tetap, daya beli masyarakat
dikhawatirkan akan menurun.
Jika barang yang dikonsumsi masyarakat adalah barang dari pasar persaingan
sempurna, maka kenaikan tarif dasar listrik akan menaikkan biaya produksi seluruh
produsen dalam pasar. Akibatnya harga barang itu akan naik. Hal ini menguntungkan
perusahaan karena dapat menggeser beban kenaikan itu kepada konsumen. Konsumen
menjadi pihak yang paling dirugikan karena harus membayar lebih mahal dan mendapat
barang dalam jumlah yang lebih sedikit.
Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sudah mendorong peningkatan harga sembilan
bahan pokok (sembako) berlipat-lipat. Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar
tradisional di berbagai daerah, kenaikan harga sembako itu meningkat drastis. Di
berbagai pasar tradisional di Semarang, Jawa Tengah, misalnya, harga berbagai
kebutuhan pokok melonjak. Selain sembako, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas
pelengkap kebutuhan primer seperti daging, bawang merah, bawang putih, cabai, dan
berbagai jenis sayuran. Menurunnya daya beli akan menurunkan jumlah konsumsi
agregat yang berimbas pada penurunan pengeluaran agregat negara sehingga pendapatan
nasional juga akan turun. Belum lagi kekhawatiran akan bertambahnya angka
kemisikinan sebagai dampak lebih jauh.
Di sektor industri, kenaikan tarif dasar listrik dapat mengubah komposisi pasar.
Inflasi desakan biaya akan terjadi karena kenaikan dasar listrik akan menaikkan biaya
produksi. Dengan asumsi biaya listrik adalah biaya variabel, produsen tidak dapat
menaikkan harga semaunya karena posisinya sebagai price taker, bukan price maker,
apalagi jika ada perusahaan yang dapat melakukan diferensiasi sehingga harga barang
tidak serta merta naik. Hal ini menyebabkan perusahaan berusaha memperkecil biaya
produksi. Umumnya, biaya yang akan ditekan adalah biaya upah dan gaji pegawai.
Dengan kata lain akan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja besar-besaran yang akan
menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Kenaikan tarif ini diperkirakan akan
menurunkan jumlah permintaan tenaga kerja sebesar 1,17%. Dengan asumsi jumlah
angkatan kerja pada saat ini sekitar 100 juta orang, kenaikan tarif listrik itu berpotensi
menyebabkan pemutusan hubungan kerja atas 1,17 juta orang. Itu baru di atas kertas.
Kenyataannya bisa lebih tinggi, karena pasti terjadi rentetan dampak kenaikan tarif
listrik, terutama pada kenaikan harga barang dan jasa. Semua itu akan dirasakan oleh
masyarakat serta kalangan industri, khususnya skala kecil dan menengah.
Dari sektor perbankan, suku bunga juga diprediksi kan menaikkan suku bunga
kredit. Suku bunga kredit dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu biaya pendanaan
atau cost of fund, biaya operasional, margin, dan premi risiko. Dari keempat faktor
tersebut, premi risiko menjadi faktor penghambat terbesar bagi perbankan untuk
menurunkan suku bunga kreditnya. Kenaikan Tarif Dasar Listrik yang membuat panik
kalangan industri dikhawatirkan akan membuat resiko usaha menjadi kian tinggi. Premi
risiko akan terus bergoyang dan cenderung terus tinggi karena adanya AC-FTA yang
membuat pedagang kecil terus berjatuhan sehingga risiko preminya akan lebih tinggi.
Jika suku bunga kredit naik, investasi kemungkinan besar akan menurun karena makin
tingginya bunga yang harus dibayar perusahaan atas pinjamannya. Menurunnya investasi
akan mengakibatkan lesunya perekonomian dan akan berdampak pada pengeluaran
agregat.
Kenaikan tarif ini sendiri tidak pasti diikuti oleh hilangnya pemadaman. Jika
pemadaman listrik benar-benar tidak ada lagi, kenaikan tarif ini mungkin dapat
membawa multiplier positif, dimana kegiatan industri yang menggunakan listrik dapat
berjalan dengan lancar dan membuat industri tersebut makin maju. Namun jika tidak,
kenaikan tarif listrik dapat membuat kemungkinan yang telah dibahas sebelumnya
berpotensi terjadi.

Dampak Kenaikan Tarif Dasar Listrik Terhadap Usaha Kecil dan Menengah

Secara umum, keadaan unit-unit usaha kecil dan menengah setelah kenaikan tarif
dasar listrik adalah seperti yang terjadi pada perekonomian secara umum. Kenaikan tarif
dasar listrik menyebabkan kenaikan biaya produksi, dengan jumlah output yang sama
dengan sebelum kenaikan. Dengan adanya isu kenaikan gas, unit-unit usaha kecil dan
menengah akan makin terpukul. Padahal penghasilan yang diperoleh dari unit-unit usaha
kecil dan menengah terbilang minim.
Para pengrajin batik di Pekalongan, pengrajin tekstil di Yogyakarta, dan beberapa
pelaku usaha kecil dan menengah lainnya kompak mengatakan bahwa kenaikan tarif
dasar listrik berpotensi mematikan usaha mereka Kenaikan biaya produksi
mengharuskan unit-unit ukm untuk menekan harga dari bahan dasar, yaitu dari tingkat
petani. Para pengrajin batik dan baju menekan biaya produksi dengan mengurangi
permintaan dari pengusaha benang, kemudian pengusaha benang mengurangi permintaan
atas kapas dari petani kapas. Turunnya permintaan dari tiap-tiap industri ini
menyebabkan terjadi kontraksi perekonomian di kalangan usaha kecil dan menengah.

Kontraksi ekonomi inilah yang dapat menyebabkan banyak unit-unit usaha kecil dan
menengah terancam gulung tikar. Dengan pendapatan minim, disertai kenaikan harga
dan turunnya output, unit-unit ukm ini terancam mengalami kerugian. Jika mereka tidak
mampu menutupi biaya tetap usahanya, maka usah kecil dan menengah ini akan gulung
tikar dan keluar dari industri. Akibatnya angka pengangguran dapat mencapai angka
yang lebih tinggi daripada yang diprediksi. jika pada awalnya angka pengangguran hanya
berasal dari para pekerja yang dipekerjaan oleh para pemilik ukm, angka pengangguran
akan bertambah jika para pemilik ini sendiri akan kehilangan pekerjaan karena
bangkrutnya usaha mereka.
Terlihat secara jelas bahwa kebijakan pemerintah menaikkan tarif dasar listrik dapat
membuat para pelaku usah kecil dan menengah seperti tercekik. Padahal jika unit-unit
usaha kecil dan menengah ini sampai mengalami penurunan atau bahkan gulung tikar,
negara sendiri yang akan dirugikan karena memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Kemiskinan dan pengangguran sendiri akan menambah jumlah subsidi pemerintah.
Subsidi tersebut lebih condong digunakan untuk kegiatan konsumsi dibanding untuk
kegiatan yang produktif.
E. KESIMPULAN

Kenaikan TDL baik untuk rumah tangga maupun untuk industri diyakini tidak akan
berpengaruh signifikan pada perekonomian. Kenaikan tarif dasar listrik akan
menyebabkan efek domino, dari kenaikan harga bahan baku di tambah berkurangnya
daya beli konsumen. Para produsen dengan alasan kenaikan bahan baku dapat menaikan
harga jual produk. Dan akhirnya pasti akan menyebabkan multiplier efek yang bermuara
pada kenaikkan harga dan penurunan daya beli dan berujung pada penurunan produksi
yang berdampak pada pemutusan hubungan karyawan/pengangguran.
Persoalan kelistrikan di Indonesia selain mahalnya biaya produksi listrik adalah
kurangnya pasokan listrik sehingga banyak masyarakat yang tidak dapat menikmati
aliran listrik listrik. Penyebab masalah ini adalah selain masalah inefisiensi, juga karena
karena mahalnya bahan bakar pembangkit listrik yang berasal dari BBM serta pasokan
bahan bakar pembangkit listrik yang tidak mencukupi. Jika bahan bakar pembangkit
adalah BBM, maka kenaikan BBM pasti akan menyebabkan naiknya biaya produksi.
Sebaiknya jika bahan pembangkitnya adalah batu bara dan gas yang harganya jauh lebih
murah ternyata pasokan untuk kebutuhan dalam negeri justru tidak mencukupi, karena
lebih banyak untuk kepentingan ekspor. Ini adalah hal yang sangat ironis.
Masalah inefisiensi sebenarnya dapat diatasi dengan privatisasi. Namun disini lagi-
lagi muncul masalah klasik penyediaan barang oleh pemerintah, yaitu keadilan yang
bertentangan dengan efisiensi. Dengan privatisasi mungkin inefisiensi bisa dikurangi,
namun masalah baru akan muncul seperti terbentuknya monopoli oleh perusahaan swasta
dan tarif dasar yang diluar kewajaran. Negara kita dapat belajar dari kasus privatisasi
National Power Corporation (NAPOCOR/NPC) yang merupakan pemasok listrik utama
di Filipina. Harga listrik di negara tersebut saat ini sudah sangat tidak sehat.
Kenaikan tarif dasar listrik bagai pisau bermata dua. Jika tidak dinaikkan, subsidi
akan terus membengkak seiring kenaikan BBM. Hal ini akan membebani pemerintah
dalam mencari sumber dana. Pembiayaan pemerintah untuk hal lain seperti pendidikan,
kesehatan, dan lainnya semakin terabaikan. Namun, apabila dinaikkan, seperti telah
dibahas di atas, daya beli masyarakat akan turun, perekonomian makin lesu, dan
diperkirakakan jumlah kemiskinan bertambah. Meskipun subsidi untuk listrik makin
kecil, jumlah subsidi untuk kemiskinan akan bertambah. Bagaimanapun juga, pemerintah
bertindak mengambil keputusan sebagai pihak parental atau yang mengetahui segalanya.
F. LAMPIRAN

Daftar Tarif Dasar


Listrik per 30 Juni 2010

Anda mungkin juga menyukai