Anda di halaman 1dari 2

MEDIA RILIS SERIKAT PEKERJA DI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN

SERIKAT PEKERJA MEMINTA OMNIBUS LAW DIBATALKAN

Serikat pekerja/serikat buruh di sektor ketenagalistrikan kecewa dengan sikap Pemerintah dan
DPR RI yang seperti “kejar setoran” terburu-buru mengesahkan omnibus law RUU Cipta Kerja
menjadi undang-undang dalam sidang paripurna, Senin (5/10). Demikian disampaikan serikat
pekerja/serikat buruh di sektor kelistrikan seperti SP PLN Persero, PP Indonesia Power, SP PJB,
SPEE-FSPMI, dan Serbuk Indonesia.

Ketua Umum PPIP PS Kuncoro menyampaikan, Omnibus Law berpotensi melanggar tafsir
konstitusi, terutama dalam Subklaster Ketenagalistrikan. Di mana putusan MK No. 111/PUU-
XIII/2015, tidak digunakan sebagai rujukan pada UU Cipta Kerja. Hal ini akan mengakibatkan
adanya pelanggaran Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 ayat
(2), di mana tenaga listrik yang merupakan cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak tidak lagi dikuasai negara, yang ujungnya berpotensi akan
mengakibatkan kenaikan tarif listrik ke masyarakat.

“Kami sudah berkali-kali menyampaikan kepada pihak-pihak terkait akan dampak buruk yang
ditimbulkan jika omnibus law dilakukan. Tetapi aspirasi dan masukan yang kami sampaikan hanya
masuk telinga kiri dan keluar telinga tangan. Sebelumnya Para Wakil Rakyat telah berjanji akan
menjadikan putusan MK sebagai pegangan dalam penyusunan UU Cipta Kerja, tapi nyatanya
dalam pembahasan Subklaster Ketenagalistrikan janji tersebut terlupakan. ” tegasnya.

Hal nyata dari omnibus law yang paling mengancam sektor ketenagalistrikan di Indonesia adalah:
1. Peran DPR yang dihapuskan adalah hak dalam konsultansi Rencana Umum Ketenagalistrikan
Nasional (RUKN) yang mengakibatkan:

a. Aspirasi masyarakat dan peran masyarakat dalam pembangunan ketenagalistrikan


nasional, tidak tersalurkan sehingga perencanaan-perancanaan ketenagalistrikan
berpotensi hanya untuk kepentingan dan keuntungan bagi pihak-pihak tertentu
b. RUKN sangan berperan penting penentuan harga listrik karena terkait dengan jenis energi
primer yang digunakan dalam pembangkit tenaga listrik, karena harga listrik ditentukan
70% daribl jenis energi primernya. Oleh karena itu campur tangan para wakil tangan dalam
kebijakan energi primer menjadi sangat penting dalam Pembahasan RUKN. Pada ujungnya
tarif listrik akan berdampak juga terhadap ekonomi masyarakat.
c. Inti dari dihapusnya peran DPR dalam konsultansi Rencana Umum Ketenagalistrikan
Nasional menyalahi prinsip check and balance dalam melaksanakan kegiatan bernegara di
Indonesia

2. Kembali dimasukkannya Pasal 10 Ayat (2) terkait Unbundling sektor pembangkitan, transmisi,
distribusi, dan penjualan juga Pasal 11 Ayat (1) yang memperbolehkan badan usaha swasta
dalam penyediaan listrik untuk kepentingan mengakibatkan:
a. Menyalahi keputusan Mahkamah Konstitusi berdasarkan Putusan MK No. 111/PUU-
XIII/2015 bahwa Ketentuan Pasal 10 Ayat (2) dan Pasal 11 Ayat (1) tersebut tidak
memiliki kekuatan Hukum.
b. Pertimbangan MK dalam putusan tersebut adalah bahwa ketentuan-ketentuan Pasal 10
Ayat (2) dan Pasal 11 Ayat (1) tersebut menghilangkan fungsi kontrol negara dalam usaha
penyediaan listrik untuk kepentingan umum yang menjadi kebutuhan vital masyarakat
Indonesia dan hilangnya kedaulatan energi bagi negara.
c. Munculnya potensi memperburuk kondisi ketenagalistrikan saat ini yang telah mengalami
kelebihan pasokan listrik (oversupply) dan besarnya kewajiban pembayaran take or pay
kepada pembangkit listrik swasta (TOP IPP).
Oleh karena itu, serikat pekerja di sektor ketenagalistrikan meminta omnibus law yang sudah
disahkan segera dibatalkan. Terlebih lagi, beleid ini ditolak oleh banyak elemen masyarakat. Tidak
hanya buruh, tetapi juga mahasiswa, petani, nelayan, masyarakat adat, akademisi, penggiat HAM,
dan sebagainya.

Presiden harus mengambil sikap tegas untuk mengeluarkan PERPPU yang menunda
pemberlakukan Omnibus Law UU Cipta Kerja sampai batas waktu yang tidak ditentukan, toh hal
itu untuk kepentingan rakyatnya sendiri.

Jakarta, 6 Oktober 2020

Disiarkan oleh:
1. Muhammad Abrar Ali, Ketua Umum DPP SP PLN Persero (HP: 0811-6562-973)
2. PS Kuncoro, Ketua Umum PP Indonesia Power (HP: 08128879715
3. Agus Wibawa, Ketua Umum SP PJB (HP: 0896 8750 0690)
4. Yudi Winarno, Ketua Umum SPEE-FSPMI (085715552091
5. Subono, Ketua Umum Federasi Serbuk Indonesia (HS: 085810222340)
6. Indah Budiarti, Public Services International (HP: 081380416310)

Anda mungkin juga menyukai