Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mohamad Ari

Kelas : TPPK D 19

NIM : 1902148

PERTANYAAN
1. Apa dasar/alasan pengajuan undang-undang tersebut ke MK ?
2. Apa putusan MK terhadap pengujian undang-undang tersebut ?
3. Apa yang terjadi jika suatu undang-undang yang isinya bertentangan dengan UUD
tidak dilakukan uji konstitusionalitas ?

JAWAB
Contoh yang saya ambil adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang
Ketenagalistrikan yang diujikan ke MK oleh PT. PLN

1. Alasan para pemohon antara lain adalah banyaknya pasal-pasal dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan yang tidak hanya
bertentangan dengan UUD 1945, tetapi juga peraturan perundangan-undangan
lainnya. Para pemohon juga bahwa UU Ketenagaanlistrikan telah dan akan merugikan
kepentingan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia (merugikan kepentingan publik)
dan adanya ketidakpastian hukum. Di samping itu, salah satu hal pokok dalam UU
Ketengaanlistrikan itu adalah ketentuan mengenai penyelenggaraan usaha penyedian
tenaga listrik, yang menjadikan negara tidak lagi bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum padahal
seharusnya negara melakukan usaha penyediaan tenaga listrik.

2. Akhirnya MK dalam amar putusannya menyatakan bahwa UU Ketenagaanlistrikan


bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Namun, kini telah lahir UU ketengaanlistrikam yang baru, yaitu Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2009 tentang ketenagaanlistrikan.

Konstitusi terus bergulir antara lain dengan pengajuan judicial review UU No. 30


Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Para pengusung jihad konstitusi menilai, UU
Ketenagalistrikan bertentangan dengan konstitusi dan berpotensi merugikan
kepentingan negara dan masyarakat. Hal pokok lainnya yang digugat adalah
ketentuan mengenai kompetisi pengusahaan tenaga listrik. Dalam putusannya, MK
mengabulkan permohonan pemohon atas hal itu. Secara eksplisit MK berpendapat
bahwa paradigma kompetisi bertentangan dengan konstitusi.

Akibat dibatalkannya ketentuan mengenai sistem unbundling dan kompetisi dalam


pengusahaan tenaga listrik, MK pun menyatakan UU No. 20 Tahun 2002 tak lagi
memiliki kekuatan hukum mengikat. Sebab, meski hanya beberapa pasal yang
dibatalkan,MK memandang bahwa seluruh paradigma UU Ketenagalistrikan
mendasarkan pada dua hal tersebut. Dengan demikian, seluruh paradigma UU tersebut
dianggap bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945.

Lima tahun setelah putusan MK, UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
disetujui oleh DPR. Di dalam UU ini tak lagi dikenal sistem unbundling, alias usaha
penyediaan tenaga listrik pun tak lagi dipisahkan. Selain itu, BUMN diberi prioritas
pertama (first right of refusal) untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik.

Hanya saja, dalam UU Ketenagalistrikan ini sistem tarif listrik yang diberlakukan
bersifat regulated. Artinya, tarif tenaga listrik untuk konsumen ditetapkan oleh
pemerintah dengan persetujuan DPR. Dalam Peraturan Menteri ESDM No.31 Tahun
2014 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara ketentuan mengenai hal ini diatur lebih lanjut.

Singkatnya, UU Ketenagalistrikan memberlakukan tarif yang berbeda bagi pelanggan


yang tidak mendapat subsidi. Mereka dikenakan tarif yang berubah-ubah setiap
bulannya. Perubahan itu mengikuti fluktuasi harga minyak mentah Indonesia
(Indonesia Crude Price/ICP), nilai tukar rupiah dan besaran inflasi.

Ada dua belas jenis pelanggan yang diberlakukan tarif penyesuaian setiap bulan.
Mereka adalah para pelanggan yang menggunakan tegangan menengah dan tinggi,
baik kategori rumah tangga, bisnis, kantor pemerintah, maupun penerangan jalan
umum.

3. Hal demikian tidak boleh dibiarkan mengesampingkan prinsip umum (general


principle) penting yang menjadi landasan kehidupan ketatanegaraan Indonesia, yaitu
UUD 1945 sebagai hukum tertinggi atau hukum dasar dan sebagai filosofische
grondslag dan staatsidee (cita negara), yang harus mengalir dalam dan menjadi
sumber seluruh peraturan perundangan-undangan sesungguhnya mengandung materi
muatan yang seharusnya menjadi materi muatan undang-undang.
Maka akan yang akan terjadi banyak tantangan yang tidak sesuai dengan cita negara
dan biasanya akan untung kepada seseorang tapi akan merugikan banyak orang hal
tersebut sangat bertentangan dengan UUD dan undang undang tersebut akan
mengikat hukum yang seharusnya tidak mengikat hukum.

Anda mungkin juga menyukai