Anda di halaman 1dari 11

1.

Pengertian Tayamum

Tayamum adalah tindakan bersuci dari hadast kecil atau hadast besar tanpa menggunakan
media air, tetapi dengan pasir atau debu. Tayamum ini dilakukan sebagai pengganti wudhu
atau mandi wajib. Tayamum memiliki persyaratan dan tata cara tersendiri. Salah satu syarat
sah shalat adalah suci dari hadast besar dan kecil. Normalnya, hal itu bisa terwujud dengan
berwudhu. Allah berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 6, "Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu hendak menunaikan salat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah …" Meskipun demikian, terdapat beberapa keadaan yang
membuat seseorang tidak dapat berwudu, sementara waktu shalat tiba, dan ia tetap wajib
mengerjakan ibadah tersebut.

Hal ini tercantum dalam Surah an-Nisa ayat 43, "... Dan jika kamu sakit atau sedang dalam
musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci),sapulah
mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf Lagi Maha Pengampun." Dalam
ayat tersebut terdapat dua alasan seseorang dapat melakukan tayamum. Yang pertama, sakit
yang tidak memungkinkannya bersuci dengan air. Yang kedua, tidak adanya air di sekitar.
Namun, terdapat penjelasan lebih detail.

2. Dasar Hukum Tayamum

3. syarat tayamum

4.rukun dan sunnah tayamum

5.Gambar dan doa tayamum

B. TATA CARA WUDHU

1. pengertian wudhu

Secara bahasa Wudhu berasal dari kata wudho-a. Artinya adalah bersih, baik, atau murni.
Namun, jika didefinisikan secara Fiqih, Wudhu adalah menggunakan air pada anggota tubuh
tertentu dan dibuka dengan niat. Pengertian ini dirasa cukup tanpa perlu ditambah apapun atau
lebih dipanjangkan lagi.
2. Dasar hukum wudhu

HUKUM WUDHU
Hukumnya terbagi dua, yaitu
1. Wajib
2. Sunnah

Wudhu menjadi wajib ketika akan melaksanakan 3 hal:


• Mengerjakan sholat
Dalilnya firman Allah ta’ala surat al-Maidah(6):

‫ق َوا ْم َسحُوا‬ ِ ِ‫صاَل ِة فَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوَأ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف‬ َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى ال‬
‫َأ‬
ْ‫ض ٰى وْ َعلَ ٰى َسفَ ٍر و‬ ‫َأ‬ َ ْ‫بِ ُر ُءو ِس ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَى ْال َك ْعبَ ْي ِن َوِإ ْن ُكنتُ ْم ُجنُبًا فَاطهَّرُوا َوِإ ْن ُكنتُ ْم َمر‬
ْ َّ ْ
‫طيِّبًا فَا ْم َسحُوا‬ َ ‫ص ِعيدًا‬ َ ‫َجا َء َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَاِئ ِط َأوْ اَل َم ْستُ ُم النِّ َسا َء فَلَ ْم تَ ِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا‬
ُ‫ج َو ٰلَ ِك ْن ي ُِري ُد لِيُطهِّ َرك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَه‬
ُ َ ٍ ‫بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوَأ ْي ِدي ُك ْم ِم ْنهُ َما ي ُِري ُد هَّللا ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِم ْن َح َر‬
َ‫َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan


shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

• Melaksanakan Thawaf di Ka’bah


Sesuai dengan sabda Rosul kepada wanita haidh: ”Janganlah
engkau melaksanakan thawaf kecuali dalam keadaan suci”

• Hendak menyentuh Al-Qur’an atau Mushaf


Surat Al-Waqi’ah ayat 79
َ‫اَل يَ َم ُّسهُ ِإاَّل ْال ُمطَهَّرُون‬
tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.

Disunnahkan berwudhu ketika melaksanakan ibadah selain yang


kita sebutkan sebelumnya, sesuai dengan sabda rosul

“Hanya orang-orang mukmin yang senantiasa menjaga wudhu” HR.


Ahmad

Lebih dianjurkan lagi tatkala memperbarui wudhu di setiap waktu


sholat atau saat akan berdzikir dan berdoa kepada Allah, saat akan
membaca al-qur’an, sebelum tidur, sebelum mandi, setelah
menguburkan jenazah, dan terkena najis maupun diluar waktu
sholat.

3. syarat wudhu
Jika kebetulan Anda melihat kitab-kitab yang membahas tentang
Wudhu, mungkin Anda tidak akan menemukan pembahasan tentang
syarat wudhu. Sebab, biasanya pokok pembahasan hanya berkisar 
pada rukun, sesuatu yang membatalkan Wudhu, serta sunnah-
sunnah yang ada di dalam Wudhu.

Meski begitu, sebenarnya ada juga hal yang harus dilakukan atau
dipersiapkan sebelum melakukan Wudhu. Apa saja itu?

1. Menggunakan air yang suci mensucikan


Syarat untuk bersuci adalah menggunakan air yang suci
mensucikan. Sebab, jenis air terbagi menjadi empat: air suci
mensucikan, air suci mensucikan tetapi makruh digunakan, air suci
tetapi tidak boleh dipakai untuk bersuci, air najis.

 Air suci mensucikan merupakan Air Mutlak. Jika diambil


pengertian, Air Mutlak adalah air yang namanya bisa
berubah sesuai dengan tempatnya. Misal ditempatkan di
dalam gelas, airnya akan berubah nama menjadi air gelas.
Misal ditempatkan di dalam kendi, airnya akan berubah
nama menjadi air kendi. Termasuk bagian dari air mutlak itu
adalah air sumur, air hujan, air sungai, air sumber, air laut,
air salju, dan air embun.
 Air suci mensucikan tetapi makruh digunakan. Air yang
tergolong suci mensucikan namun makruh untuk digunakan
adalah Air Musyammas. Air ini adalah air yang menjadi
panas karena tertempat matahari. Biasanya ditempatkan
pada tempat berbahan logam yang terkena terik matahari.
Air Musyammas masih bisa digunakan bersuci, namun
makruh.
 Air suci tetapi tidak boleh dipakai untuk bersuci. Air ini
adalah Air Musta’mal, dihukumi suci, tidak najis, tetapi
tidak bisa digunakan untuk bersuci. Pengertian Air
Musta’mal sendiri adalah air yang sudah digunakan bersuci.
Jika air ini dikumpulkan dan jumlahnya lebih dari 216 liter,
maka Air Musta’mal berubah menjadi air suci mensucikan
dan bisa digunakan bersuci.
 Air najis merupakan air yang kurang dari 216 liter dan
kemasukan najis. Atau, bisa jadi air yang lebih dari 216 liter,
kemasukan najis, dan warna atau bau air berubah.

Jadi, kesimpulannya adalah, air yang bisa digunakan untuk bersuci


adalah Air Mutlak atau Air Musyammas. Hanya saja, Air
Musyammas makruh untuk digunakan bersuci kerena mengandung
efek kurang baik.

2. Menghilangkan sesuatu yang menghalangi sampainya


air ke permukaan anggota Wudhu
Syarat lain untuk Wudhu adalah anggota Wudhu bersih dari sesuatu
yang menghalangi sampainya air pada permukaan kulit. Yang
dimaksud dengan anggota Wudhu di sini adalah setiap bagian tubuh
yang harus dibasuh atau diusap saat berwudhu.

Itulah mengapa, ketika Anda baru selesai mengecat atau mengelem


sesuatu misalnya, pastikan tidak ada ceceran cat atau lem yang
menutupi bagian tubuh Anda. Sebab, ceceran cat atau lem tersebut
akan menutupi kulit Anda.

Lalu bagaimana jika itu adalah coretan tinta atau hal semacamnya?
Apakah juga menghalangi air? Cara membedakan apakah sesuatu
tersebut menghalangi atau tidak adalah dengan mengkerik. Jika
terdapat kerak ketika Anda mengkerik, maka sesuatu tersebut harus
dihilangkan.

4. rukun dan sunnah wudhu

Bilangan seluruh rukun Wudhu adalah enam. Enam tersebut akan


dijelaskan sebagai berikut:

Niat bersama basuhan pertama


Niat Wudhu tidak perlu diucapkan. Namun, tidak masalah kalau
memang diucapkan. Sebab ucapan akan menuntun hati untuk
membaca niat. Niat Wudhu yang lumrah digunakan adalah:

ِ ‫ث اَألصْ غ‬
‫َر فَرْ ضًا هلل تعالى‬ ِ ‫ْت ْال ُوضُو َء لِ َر ْف ِع ْال َح َد‬
ُ ‫نَ َوي‬

Membasuh Wajah
Batas wajah atas adalah bagian yang ditumbuhi rambut kepala.
batas bawah adalah ujung dagu. Batas tepi adalah dua daun telinga.
Karena itu, pastikan seluruh wajah terbasuh ketika Wudhu.
Biasanya bagian pipi yang sudah dekat dengan telinga yang sering
tertinggal.

Membasuh kedua tangan hingga siku


Yang menjadi catatan pada rukun Wudhu ini adalah seluruh siku
harus ikut basah. Atau dengan kata lain, batas basuhan harus di atas
siku. Jadi, perhatikan ini betul, agar bagian siku tidak ketinggalan
ikut dibasuh. Dan jika pertanyaannya seseorang tidak memiliki
tangan, maka tangan yang dibasuh adalah sepanjang kira-kira
panjang tangan seseorang saat utuh.

Mengusap sebagian kepala


Dalam mengusap kepala disini bisa saja dilakukan dengan
mengusap sebagian rambut di kepala yang masih dalam batas
kepala. Artinya, jika rambut ditarik, bagian tersebut tidak akan
keluar dari batas lingkaran kepala. Tidak perlu sampai mengusap
dan mengoyak kepala, cukup dengan meletakkan tangan yang telah
basah di kepala, juga sudah cukup.
Membasuh kaki hingga mata kaki
Dalam ini, ada pembahasan yang menarik terkait membasuh kaki.
Sebab, ada pembahasan tentang khuffain atau sepatu khusus padang
pasir. Pembahasannya tentu akan panjang, namun bukan pada
artikel ini.

Tertib
Tertib adalah mengerjakan pekerjaan sesuai urutannya. Dengan
begitu, Anda benar-benar harus hafal urutan rukun Wudhu secara
benar, tidak boleh dibalik-balik. Sebab, Wudhu menjadi tidak sah
jika sampai rukun-rukunnya dilakukan secara terbalik.

Tambahan, mungkin Anda bingung cara membedakan antara


membasuh dan mengusap. Secara, di dalam Wudhu, terdapat
anggota yang dibasuh, ada juga yang cukup dengan diusap.
Perbedaan antara membasuh dan mengusap terletak pada airnya.
Maksudnya, pada membasuh air akan terlihat mengalir, sedang
pada mengusap, air tidak sampai mengalir, tetapi cukup membuat
anggota tubuh menjadi basah.

Sunnah wudhu.

1. Menghadap Kiblat.
Di dalam Kitab Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab dan Kitab Al-Fiqhu al-Manhaji Alaa
Madzhabi al-Imam Asy-Syaafi'i disebutkan bahwa disunnahkan ketika berwudhu untuk
menghadap ke arah kiblat. Sebab arah kiblat adalah arah yang mulia. Sehingga disunnahkan
untuk menghadap kiblat. Bagi yang tidak menghadap kiblat wudhunya tetap sah, hanya saja
tidak mendapatkan pahala sunnah menghadap kiblat.

2. Bersiwak.
Dalam Kitab Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab karya Imam an-Nawawi (wafat 676 H) dan
kitab Kaasyifatus Sajaa karya Syeikh Nawawi Al-Bantani (wafat 1314 H) disebutkan bahwa
disunnahkan bersiwak atau sikat gigi setiap kali hendak wudhu.

Dalilnya adalah hadits sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:


‫ "لوال أن أشق على أمتي ألمرتهم بالسواك مع كل‬:‫ قال‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ عن النبي‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن أبي هريرة‬
‫ رواه البخ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––اري ومس––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––لم‬.‫وض––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––وء‬.

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Seandainya
tidak memberatkan ummatku maka sungguh akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak
setiap kali wudhu. (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Membaca Basmallah.
Dalam Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja' (wafat 593 H) disebutkan bahwa termasuk
sunnah wudhu adalah membaca basmallah sebelum berwudhu. Dalilnya adalah hadis hasan
riwayat Imam an-Nasa'i:
‫ رواه النس–––ائي‬.‫ "توض–––أوا بس–––م هللا‬:‫ ق–––ال رس–––ول هللا ص–––لى هللا علي–––ه وس–––لم‬:‫ رض–––ي هللا عن–––ه – ق–––ال‬- ‫عن أنس‬.

Dari sahabat Anas RA, Rasulullah SAW bersabda: Berwudhulah dengan menyebut nama
Allah. (HR. An-Nasa'i)

4. Melafazkan Niat Wudhu.


Dalam Kitab Al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi (wafat 676 H)
disebutkan bahwa disunnahkan melafadzkan niat wudhu sebelum berwudhu. Biasanya lafaz
niat wudhu yang diucapkan redaksinya sebagai berikut:

‫ض––––––––––––––––ا هَّلِل ٍ تَ َع––––––––––––––––الَى‬


ً ْ‫َر فَر‬ ْ ‫ث اَأل‬
ِ ‫ص––––––––––––––––غ‬ ‫ض––––––––––––––––و َء لِ َر ْف‬
ِ ‫––––––––––––––––ع ال َح–––––––––––––––– َد‬
ِ ُ ‫نَ–––––––––––––––– َوي‬.
ُ ‫ْت ال ُو‬

(Saya niat wudhu untuk menghilangkan hadas kecil fardhu karena Allah Ta'ala). Hal ini
dilakukan agar bisa membantu niat dalam hati ketika membasuh wajah.

5. Membasuh Kedua Telapak Tangan.


Dalam Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan bahwa termasuk
sunnah wudhu adalah membasuh kedua telapak tangan terlebih dahulu sebelum berwudhu.
Dalilnya adalah hadis shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
‫ إذا استيقظ أحدكم من منامه فال يغمس ي––ده في اإلن––اء ح––تى‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ رواه البخ–––––––––––––––اري ومس–––––––––––––––لم‬.‫يغس–––––––––––––––لها فإن–––––––––––––––ه ال ي–––––––––––––––دري أين ب–––––––––––––––اتت ي–––––––––––––––ده‬.

Dari sahabat Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Jika salah satu dari kalian
bangun dari tidur maka janganlah memasukkan kedua tangan ke dalam wadah air hingga dia
mencucinya terlebih dahulu. Sebab dia tidak tahu dimana tangannya tadi malam." (HR.
Bukhari dan Muslim).

6. Berkumur-kumur.
Dalam Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan bahwa sunnah wudhu
adalah berkumur-kumur. Dalilnya adalah hadis sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
‫ض –وِئي‬ُ ‫ض –َأ نَحْ – َو ُو‬
َّ ‫ُول هَّللا ِ تَ َو‬ ُ ‫ َرَأي‬:‫ ثُ َّم قَا َل‬... ‫ َوا ْستَ ْنثَ َر‬،َ‫ َوا ْستَ ْن َشق‬،‫ض‬
َ ‫ْت َرس‬ َ ‫ ثُ َّم َمضْ َم‬... :‫ َأ َّن ع ُْث َمانَ َدعَا بِ َوضُو ٍء‬: َ‫ع َْن ُح ْم َران‬
)‫ (متف–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ق علي–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ه‬.‫هَ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– َذا‬

Dari Humran bahwa Utsman RA meminta air wudhu: "… Lalu berkumur-kumur dan
menghirup air dengan hidung dan mengembuskannya keluar. Kemudian Utsman berkata:
"Saya melihat Rasulullah SAW berwudhu seperti wudhu-ku ini." (HR. Bukhari Muslim)

7. Istinsyaq.
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan sunnah wudhu adalah
menghirup air ke dalam hidung atau disebut dengan Istinsyaq. Dalilnya adalah hadis sahih
riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
‫ض –وِئي‬ُ ‫ض –َأ نَحْ – َو ُو‬
َّ ‫ُول هَّللا ِ تَ َو‬ ُ ‫ َرَأي‬:‫ ثُ َّم قَا َل‬... ‫ َوا ْستَ ْنثَ َر‬،َ‫ َوا ْستَ ْن َشق‬،‫ض‬
َ ‫ْت َرس‬ َ ‫ ثُ َّم َمضْ َم‬... :‫ َأ َّن ع ُْث َمانَ َدعَا بِ َوضُو ٍء‬: َ‫ع َْن ُح ْم َران‬
)‫ (متف–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ق علي–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ه‬.‫هَ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– َذا‬
Dari Humran bahwa Utsman RA meminta air wudhu: … Lalu berkumur-kumur dan
menghirup air dengan hidung dan menghembuskannya keluar … Kemudian Utsman berkata:
"Saya melihat Rasulullah SAW berwudhu seperti wudhu-ku ini." (HR. Bukhari Muslim)

8. Mengusap Seluruh Kepala.


Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja' (wafat 593 H) disebutkan sunnah wudhu
termasuk mengusap seluruh bagian kepala. Dalilnya adalah hadits sahih riwayat Imam
Bukhari dan Muslim:
‫ْأ‬ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬ ‫ْأ‬
،‫ بَ َد بِ ُمقَ َّد ِم َر ِس ِه‬:‫ َوفِي لَف ٍظ‬.‫ فَ قبَ َل بِيَ َد ْي ِ–ه َو ْدبَ َر‬،‫ َو َم َس َح النبي بِ َر ِس ِه‬:‫ال‬ ْ
َ َ‫ ق‬- ‫صفَ ِة ال ُوضُو ِء‬ ِ ‫ فِي‬- ‫ص ٍم‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن يَ ِزي َد ْب ِن عَا‬
)‫ق َعلَيْ––––––––––ه‬ ٌ ––––––––––َ‫ ( ُمتَّف‬.ُ‫ ثُ َّم َر َّدهُ َم––––––––––ا ِإلَى ْال َم َك––––––––––ا ِن الَّ ِذي بَ–––––––––– َدَأ ِم ْن––––––––––ه‬،ُ‫َب بِ ِه َم––––––––––ا ِإلَى قَفَ––––––––––اه‬
َ ‫َحتَّى َذه‬

Dari Abdullah bin Yazid bin Ashim tentang cara berwudhu, dia berkata: "Rasulullah
mengusap kepalanya dengan kedua tangannya dari muka ke belakang dan dari belakang ke
muka." Dalam lafaz lain, "Beliau mulai dari bagian depan kepalanya sehingga mengusapkan
kedua tangannya sampai pada tengkuknya lalu mengembalikan kedua tangannya ke bagian
semula." (HR. Bukhari Muslim)

9. Mengusap Kedua Telinga.


Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan sunnah wudhu adalah
mengusap kedua telinga. Disunnahkan ketika mengusap telinga menggunakan air yang baru
lagi. Maksudnya tidak menggunakan air bekas usapan kepala. Dalilnya adalah hadits sahih
riwayat Imam Ibnu Majah:
‫– فَ َم َس– َح‬،‫ظ––ا ِه ِر ُأ ُذنَ ْي– ِه‬
َ ‫– َوخَالَفَ ِإ ْبهَا َم ْي ِه ِإلَى‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم َس َح ُأ ُذنَ ْي ِه دَا ِخلَهُ َما بِال َّسبَّابَتَي ِْن‬
َ ِ ‫ «َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬،‫س‬
ٍ ‫ع َِن ا ْب ِن َعبَّا‬
)‫ظَا ِه َرهُ َم––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ا َوبَا ِطنَهُ َم––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ا» (رواه ابن ماج––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ه‬

Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW mengusap kepala dan dua telinganya. Beliau
memasukkan dua jari telunjuk (ke bagian dalam daun telinga), sedangkan kedua jempolnya ke
bagian luar daun telinga. Beliau mengusap sisi luar dan dalam telinga. (HR. Ibnu Majah)

Dan juga hadis sahih riwayat Imam al-Hakim:


‫ُأِل‬ ‫ُأ‬
‫ض فََأ َخ َذ َما ًء ُذنَ ْي ِه ِخاَل فَ ْال َما ِء الَّ ِذي َم َس َح‬ َّ ‫ يَت ََو‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ُ ‫«رَأي‬
َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬ َ :‫ قَا َل‬،ِّ‫اري‬ َ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َز ْي ٍد اَأْل ْن‬
ِ ‫ص‬
‫ْأ‬
)‫بِ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– ِه َر َس–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––هُ» (رواه الح–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––اكم‬

Dari Abdullah bin Zaid al-Anshari, bahwa dirinya pernah melihat Rasulullah berwudhu, lalu
membasuh kedua telinganya dengan air yang baru, bukan air bekas membasuh kepalanya.
(HR. Hakim)

10. Menyela-nyela Jenggot dan Jari.


Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan sunnah wudhu adalah
menyela jenggot yang lebat dan menyela jari-jari tangan dan kaki. Dalilnya adalah hadis sahih
riwayat Imam Abu Dawud dan Imam Al-Baihaqi:
َّ َ َ ‫َأ‬َ ً ّ َ ‫َأ‬ ‫َأ‬
،»ُ‫ َخذ َكفا ِم ْن َم–ا ٍء ف دْخَ ل–هُ تَحْ تَ َحنَ ِك– ِه ف َخل َل بِ– ِه لِحْ يَتَ–ه‬، ‫ض‬ َ َّ َ َّ
َّ ‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو َسل َم َكانَ ِإذا تَ َو‬ ‫هَّللا‬ ‫َأ‬
َ ِ ‫ َّن َرسُو َل‬:‫ك‬ ٍ َ‫ع َْن َأن‬
ٍ ِ‫س ْبنَ َمال‬
)‫ «هَ َك–––––––––––––– َذا َأ َم–––––––––––––– َرنِي َربِّي عَ–––––––––––––– َّز َو َج–––––––––––––– لَّ» (رواه أب––––––––––––––و داود وال––––––––––––––بيهقي‬:‫َوقَ––––––––––––––ا َل‬
Dari Anas bin Malik, Nabi SAW bila berwudhu mengambil secukupnya dari air, dan
memasukkannya ke bawah dagunya dan meresapkan air ke jenggotnya. Beliau bersabda:
"Beginilah Tuhanku memerintahkanku." (HR. Abu Daud dan Baihaqi)

Adapun dalil kesunnahan menyela pada jari tangan dan kaki, (takhlil al-ashabi’), adalah hadis
berikut:
»‫ص –ابِ ِع‬ ُ ‫ض –ْأتَ فََأ ْس –بِ ِغ ْال ُو‬
َ ‫ض –و َء َوخَ لِّلْ بَ ْينَ اَأْل‬ َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ ع َْن َأبِي ِه قَا َل‬،‫يط‬
َّ ‫ «ِإ َذا ت ََو‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ٍ ِ‫ص ِم ب ِْن لَق‬
ِ ‫ع َْن عَا‬
)‫(رواه الترم–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ذي والنس–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ائي وأبي داود‬

Dari 'Ashim bin Laqith, dari ayahnya (Laqith), ia berkata: Rasulullah bersabda: Jika engkau
berwudhu, ratakanlah wudhu dan basahi sela-sela jari dengan air. (HR. Tirmizi, Nasa’i, dan
Abi Dawud)

11. Mendahulukan Bagian Kanan.


Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (w. 593 H) disebutkan sunnah wudhu adalah
mendahulukan bagian kanan baru kemudian yang kiri. Dalilnya adalah hadis shahih berikut:
‫ فَا ْب َد ُءوا بَِأيَا ِمنِ ُك ْم» (رواه أحمد وأبو داود‬،‫ضْأتُ ْم‬ َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ قَا َل‬،َ‫ع َْن َأبِي هُ َري َْرة‬
َّ ‫ َوِإ َذا تَ َو‬،‫ «ِإ َذا لَبِ ْستُ ْم‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
)‫وابن ماج–––––––––––––––––––––––––––––––ه وابن خزيم–––––––––––––––––––––––––––––––ة وابن حب–––––––––––––––––––––––––––––––ان وال–––––––––––––––––––––––––––––––بيهقي‬

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Bila kalian berpakaian dan
berwudhu maka mulailah dari bagian-bagian kananmu." (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu
Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi)

12. Membasuh dan Mengusap 3 Kali.


Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan sunnah wudhu adalah
membasuh atau mengusap 3 kali. Dalilnya adalah hadis shahih berikut ini:
َّ ‫ «هَ َذا ُوضُو ُء َم ْن اَل يَ ْقبَ ُل هَّللا ُ ِم ْنهُ ال‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم َّرةً َم َّرةً َوقَا َل‬
‫ ثُ َّم‬.»‫صاَل ةَ ِإاَّل بِ– ِه‬ َ ِ ‫ضَأ َرسُو ُل هَّللا‬
َّ ‫ تَ َو‬:‫ع َِن ا ْب ِن ُع َم َر قَا َل‬
‫ «هَ َذا ُوضُوِئي‬:‫ضَأ ثَاَل ثًا ثَاَل ثًا َوقَا َل‬ َّ ‫ ثُ َّم تَ َو‬.»‫ضا َعفُ هَّللا ُ لَهُ اَأْلجْ َر َم َّرتَ ْي ِن َم َّرتَ ْي ِن‬
َ ُ‫ «هَ َذا ُوضُو ُء َم ْن ي‬:‫ضَأ َم َّرتَ ْي ِن َم َّرتَ ْي ِن َوقَا َل‬
َّ ‫ت ََو‬
)‫ض–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––و ُء ْال ُمرْ َس–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––لِينَ ِم ْن قَ ْبلِي» (رواه ال–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––دارقطني‬ ُ ‫َو ُو‬

Dari Ibnu Umar, ia berkata: Bahwa Nabi SAW membasuh anggota wudhu masing-masing
satu kali lalu bersabda: "Ini adalah amal yang Allah tidak akan menerimanya kecuali dengan
cara ini." Kemudian beliau membasuh masing-masing dua kali dan bersabda: "Ini yang
membuat Allah melipatgandakan amal dua kali lipat." Kemudian beliau membasuh masing-
masing tiga kali dan bersabda: "Ini adalah wudhu'ku dan wudhu'nya para Nabi sebelumku."
(HR. Daruquthuni)

13. Berdoa Setelah Wudhu.


Dalam Kitab Imta'ul Asmaa’ Fii Syarhi Matni Abi Syujaa’ karya Dr. Syifaa' binti Dr. Hasan
Hitou disebutkan bahwa termasuk sunnah wudhu adalah berdoa setelah wudhu. Dalilnya
adalah hadis shahih berikut ini:
َ
،ُ‫ُ َوحْ َدهُ اَل َش – ِريكَ ل –ه‬ ‫هَّللا‬ ‫اَّل‬ َ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬ ُ ُ ْ ُ َ ‫ُأ‬
‫ ( شهَ ُد ْن اَل ِإلهَ ِإ‬:ُ‫ ث َّم يَقول‬،‫ فيُ ْسبِغ ال ُوضُو َء‬، ‫ض‬ ‫َأ‬ ُ ْ ‫هَّللا‬ َ
َّ ‫ َما ِمنك ْم ِم ْن َح ٍد يَت ََو‬:ِ ‫ قا َل َرسُو ُل‬:‫ع َْن ُع َم َر قا َل‬َ
َ‫ (اللهُ َّم اجْ َعلنِي ِمن‬:‫ َو َزا َد الترم––ذي‬.) ُّ‫ ( خ َر َج– هُ ُم ْس–لِ ٌم َوالترْ ِم– ِذي‬.‫ت لَ–هُ َأ ْب– َوابُ ال َجن ِة‬
ْ َّ ِّ ْ ‫َأ‬ َّ ْ ْ ‫ ِإاَّل فُتِ َح‬،)ُ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬
) َ‫ْال ُمتَطَه ِِّرين‬ َ‫ِمن‬ ‫َواجْ َع ْلنِي‬ ، َ‫التَّوَّابِين‬.

Dari Umar, ia berkata Rasulullah bersabda: Siapa pun di antara kalian yang berwudhu, dan
menyempurnakan wudhunya, lalu membaca: "asyhadu alla ilaaha illallahu wahdahuulaa
syariikalah, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluh…", pasti akan dibukakan
baginya pintu-pintu surga. (HR. Muslim dan Tirmizi). Dalam riwayat Tirmizi ditambahkan
bacaan: "Allahummaj'alni minat tawwabiina waj'alni minal mutathohhiriin." (HR. Tirmizi)

14. Ad-Dalku.
Dalam Kitab al-Fiqhu al-Manhaji Alaa Madzhabi al-Imam Asy-Syaafi’i disebutkan bahwa
disunnahkan ketika berwudhu memijit atau menggosok-gosok dengan tangan (ad-Dalku).
Dalilnya adalah hadis shahih berikut ini:
:‫ك ِذ َرا َعهُ» (رواه ابن خزيمة وقال قال األعظمي‬ ُ ُ ُ ‫ُأ‬ َّ َّ
ُ ‫صلى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم تِ َي بِثلثَ ْي ُم ٍّد فَ َج َع َل يَ ْدل‬ َّ ‫َأ‬ ‫هَّللا‬
َّ ِ‫ « َّن النب‬،‫ع َْن َع ْب ِد ِ ْب ِن َز ْي ٍد‬
َ ‫ي‬
)‫إس––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ناده ص–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––حيح‬

Dari Abdullah bin Zaid: bahwa Nabi SAW mengambil seperti mud air, yang digunakan untuk
menggosok lengannya. (HR. Ibnu Khuzaimah. Al-A'zhami berkata: Isnadnya shahih).

Dan juga hadis shahih berikut ini:


)‫» (رواه أحمد‬.‫ يدلك‬،‫ فجعل يقول هكذا‬،‫ توضأ‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ أن رسول هللا‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن عبد هللا بن زيد‬
Dari Abdullah bin Zaid: bahwa Nabi SAW berwudhu dan melakukan gosokan. (HR. Ahmad).

15. Muwalah.
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan bahwa termasuk
sunnah wudhu adalah muwalah. Muwalah adalah berwudhu dengan berkesinambungan tanpa
dijeda atau tanpa diputus-putus. Dalilnya adalah perbuatan Nabi SAW dalam setiap wudhu.
Namun apabila kita menjeda wudhu (tidak muwalah) maka wudhunya tetap sah. Misalnya
ketika membasuh tangan tiba tiba air yang kita gunakan habis. Sehingga harus mencari air
terlebih dahulu di tempat lain. Maka ini terjeda beberapa saat disebut dengan tidak muwalah.
Dan ketika menemukan air kemudian langsung lanjut mengusap kepala maka tidak apa apa.
Namun afdholnya mengulangi wudhu dari awal.

5. gambar dan doa wudhu


A.

A. Gambar urutan tata cara berwudhu yang benar.

B.

B. Gambar niat berwudhu, dibaca ketika melakukan gerakan membasuh muka.


C.

C. Gambar doa setelah wudhu, dibaca atau dilakukan ketika selesai berwudhu.

Anda mungkin juga menyukai