Pengertian Tayamum
Tayamum adalah tindakan bersuci dari hadast kecil atau hadast besar tanpa menggunakan
media air, tetapi dengan pasir atau debu. Tayamum ini dilakukan sebagai pengganti wudhu
atau mandi wajib. Tayamum memiliki persyaratan dan tata cara tersendiri. Salah satu syarat
sah shalat adalah suci dari hadast besar dan kecil. Normalnya, hal itu bisa terwujud dengan
berwudhu. Allah berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 6, "Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu hendak menunaikan salat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah …" Meskipun demikian, terdapat beberapa keadaan yang
membuat seseorang tidak dapat berwudu, sementara waktu shalat tiba, dan ia tetap wajib
mengerjakan ibadah tersebut.
Hal ini tercantum dalam Surah an-Nisa ayat 43, "... Dan jika kamu sakit atau sedang dalam
musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci),sapulah
mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf Lagi Maha Pengampun." Dalam
ayat tersebut terdapat dua alasan seseorang dapat melakukan tayamum. Yang pertama, sakit
yang tidak memungkinkannya bersuci dengan air. Yang kedua, tidak adanya air di sekitar.
Namun, terdapat penjelasan lebih detail.
3. syarat tayamum
1. pengertian wudhu
Secara bahasa Wudhu berasal dari kata wudho-a. Artinya adalah bersih, baik, atau murni.
Namun, jika didefinisikan secara Fiqih, Wudhu adalah menggunakan air pada anggota tubuh
tertentu dan dibuka dengan niat. Pengertian ini dirasa cukup tanpa perlu ditambah apapun atau
lebih dipanjangkan lagi.
2. Dasar hukum wudhu
HUKUM WUDHU
Hukumnya terbagi dua, yaitu
1. Wajib
2. Sunnah
ق َوا ْم َسحُوا ِ ِصاَل ِة فَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوَأ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف َّ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى ال
َأ
ْض ٰى وْ َعلَ ٰى َسفَ ٍر و َأ َ ْبِ ُر ُءو ِس ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَى ْال َك ْعبَ ْي ِن َوِإ ْن ُكنتُ ْم ُجنُبًا فَاطهَّرُوا َوِإ ْن ُكنتُ ْم َمر
ْ َّ ْ
طيِّبًا فَا ْم َسحُوا َ ص ِعيدًا َ َجا َء َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَاِئ ِط َأوْ اَل َم ْستُ ُم النِّ َسا َء فَلَ ْم تَ ِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا
ُج َو ٰلَ ِك ْن ي ُِري ُد لِيُطهِّ َرك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَه
ُ َ ٍ بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوَأ ْي ِدي ُك ْم ِم ْنهُ َما ي ُِري ُد هَّللا ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِم ْن َح َر
ََعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون
3. syarat wudhu
Jika kebetulan Anda melihat kitab-kitab yang membahas tentang
Wudhu, mungkin Anda tidak akan menemukan pembahasan tentang
syarat wudhu. Sebab, biasanya pokok pembahasan hanya berkisar
pada rukun, sesuatu yang membatalkan Wudhu, serta sunnah-
sunnah yang ada di dalam Wudhu.
Meski begitu, sebenarnya ada juga hal yang harus dilakukan atau
dipersiapkan sebelum melakukan Wudhu. Apa saja itu?
Lalu bagaimana jika itu adalah coretan tinta atau hal semacamnya?
Apakah juga menghalangi air? Cara membedakan apakah sesuatu
tersebut menghalangi atau tidak adalah dengan mengkerik. Jika
terdapat kerak ketika Anda mengkerik, maka sesuatu tersebut harus
dihilangkan.
ِ ث اَألصْ غ
َر فَرْ ضًا هلل تعالى ِ ْت ْال ُوضُو َء لِ َر ْف ِع ْال َح َد
ُ نَ َوي
Membasuh Wajah
Batas wajah atas adalah bagian yang ditumbuhi rambut kepala.
batas bawah adalah ujung dagu. Batas tepi adalah dua daun telinga.
Karena itu, pastikan seluruh wajah terbasuh ketika Wudhu.
Biasanya bagian pipi yang sudah dekat dengan telinga yang sering
tertinggal.
Tertib
Tertib adalah mengerjakan pekerjaan sesuai urutannya. Dengan
begitu, Anda benar-benar harus hafal urutan rukun Wudhu secara
benar, tidak boleh dibalik-balik. Sebab, Wudhu menjadi tidak sah
jika sampai rukun-rukunnya dilakukan secara terbalik.
Sunnah wudhu.
1. Menghadap Kiblat.
Di dalam Kitab Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab dan Kitab Al-Fiqhu al-Manhaji Alaa
Madzhabi al-Imam Asy-Syaafi'i disebutkan bahwa disunnahkan ketika berwudhu untuk
menghadap ke arah kiblat. Sebab arah kiblat adalah arah yang mulia. Sehingga disunnahkan
untuk menghadap kiblat. Bagi yang tidak menghadap kiblat wudhunya tetap sah, hanya saja
tidak mendapatkan pahala sunnah menghadap kiblat.
2. Bersiwak.
Dalam Kitab Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab karya Imam an-Nawawi (wafat 676 H) dan
kitab Kaasyifatus Sajaa karya Syeikh Nawawi Al-Bantani (wafat 1314 H) disebutkan bahwa
disunnahkan bersiwak atau sikat gigi setiap kali hendak wudhu.
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Seandainya
tidak memberatkan ummatku maka sungguh akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak
setiap kali wudhu. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Membaca Basmallah.
Dalam Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja' (wafat 593 H) disebutkan bahwa termasuk
sunnah wudhu adalah membaca basmallah sebelum berwudhu. Dalilnya adalah hadis hasan
riwayat Imam an-Nasa'i:
رواه النس–––ائي. "توض–––أوا بس–––م هللا: ق–––ال رس–––ول هللا ص–––لى هللا علي–––ه وس–––لم: رض–––ي هللا عن–––ه – ق–––ال- عن أنس.
Dari sahabat Anas RA, Rasulullah SAW bersabda: Berwudhulah dengan menyebut nama
Allah. (HR. An-Nasa'i)
(Saya niat wudhu untuk menghilangkan hadas kecil fardhu karena Allah Ta'ala). Hal ini
dilakukan agar bisa membantu niat dalam hati ketika membasuh wajah.
Dari sahabat Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Jika salah satu dari kalian
bangun dari tidur maka janganlah memasukkan kedua tangan ke dalam wadah air hingga dia
mencucinya terlebih dahulu. Sebab dia tidak tahu dimana tangannya tadi malam." (HR.
Bukhari dan Muslim).
6. Berkumur-kumur.
Dalam Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan bahwa sunnah wudhu
adalah berkumur-kumur. Dalilnya adalah hadis sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
ض –وِئيُ ض –َأ نَحْ – َو ُو
َّ ُول هَّللا ِ تَ َو ُ َرَأي: ثُ َّم قَا َل... َوا ْستَ ْنثَ َر،َ َوا ْستَ ْن َشق،ض
َ ْت َرس َ ثُ َّم َمضْ َم... : َأ َّن ع ُْث َمانَ َدعَا بِ َوضُو ٍء: َع َْن ُح ْم َران
) (متف–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ق علي–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ه.هَ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– َذا
Dari Humran bahwa Utsman RA meminta air wudhu: "… Lalu berkumur-kumur dan
menghirup air dengan hidung dan mengembuskannya keluar. Kemudian Utsman berkata:
"Saya melihat Rasulullah SAW berwudhu seperti wudhu-ku ini." (HR. Bukhari Muslim)
7. Istinsyaq.
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan sunnah wudhu adalah
menghirup air ke dalam hidung atau disebut dengan Istinsyaq. Dalilnya adalah hadis sahih
riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
ض –وِئيُ ض –َأ نَحْ – َو ُو
َّ ُول هَّللا ِ تَ َو ُ َرَأي: ثُ َّم قَا َل... َوا ْستَ ْنثَ َر،َ َوا ْستَ ْن َشق،ض
َ ْت َرس َ ثُ َّم َمضْ َم... : َأ َّن ع ُْث َمانَ َدعَا بِ َوضُو ٍء: َع َْن ُح ْم َران
) (متف–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ق علي–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ه.هَ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– َذا
Dari Humran bahwa Utsman RA meminta air wudhu: … Lalu berkumur-kumur dan
menghirup air dengan hidung dan menghembuskannya keluar … Kemudian Utsman berkata:
"Saya melihat Rasulullah SAW berwudhu seperti wudhu-ku ini." (HR. Bukhari Muslim)
Dari Abdullah bin Yazid bin Ashim tentang cara berwudhu, dia berkata: "Rasulullah
mengusap kepalanya dengan kedua tangannya dari muka ke belakang dan dari belakang ke
muka." Dalam lafaz lain, "Beliau mulai dari bagian depan kepalanya sehingga mengusapkan
kedua tangannya sampai pada tengkuknya lalu mengembalikan kedua tangannya ke bagian
semula." (HR. Bukhari Muslim)
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW mengusap kepala dan dua telinganya. Beliau
memasukkan dua jari telunjuk (ke bagian dalam daun telinga), sedangkan kedua jempolnya ke
bagian luar daun telinga. Beliau mengusap sisi luar dan dalam telinga. (HR. Ibnu Majah)
Dari Abdullah bin Zaid al-Anshari, bahwa dirinya pernah melihat Rasulullah berwudhu, lalu
membasuh kedua telinganya dengan air yang baru, bukan air bekas membasuh kepalanya.
(HR. Hakim)
Adapun dalil kesunnahan menyela pada jari tangan dan kaki, (takhlil al-ashabi’), adalah hadis
berikut:
»ص –ابِ ِع ُ ض –ْأتَ فََأ ْس –بِ ِغ ْال ُو
َ ض –و َء َوخَ لِّلْ بَ ْينَ اَأْل َ ِ قَا َل َرسُو ُل هَّللا: ع َْن َأبِي ِه قَا َل،يط
َّ «ِإ َذا ت ََو:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ٍ ِص ِم ب ِْن لَق
ِ ع َْن عَا
)(رواه الترم–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ذي والنس–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ائي وأبي داود
Dari 'Ashim bin Laqith, dari ayahnya (Laqith), ia berkata: Rasulullah bersabda: Jika engkau
berwudhu, ratakanlah wudhu dan basahi sela-sela jari dengan air. (HR. Tirmizi, Nasa’i, dan
Abi Dawud)
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Bila kalian berpakaian dan
berwudhu maka mulailah dari bagian-bagian kananmu." (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu
Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi)
Dari Ibnu Umar, ia berkata: Bahwa Nabi SAW membasuh anggota wudhu masing-masing
satu kali lalu bersabda: "Ini adalah amal yang Allah tidak akan menerimanya kecuali dengan
cara ini." Kemudian beliau membasuh masing-masing dua kali dan bersabda: "Ini yang
membuat Allah melipatgandakan amal dua kali lipat." Kemudian beliau membasuh masing-
masing tiga kali dan bersabda: "Ini adalah wudhu'ku dan wudhu'nya para Nabi sebelumku."
(HR. Daruquthuni)
Dari Umar, ia berkata Rasulullah bersabda: Siapa pun di antara kalian yang berwudhu, dan
menyempurnakan wudhunya, lalu membaca: "asyhadu alla ilaaha illallahu wahdahuulaa
syariikalah, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluh…", pasti akan dibukakan
baginya pintu-pintu surga. (HR. Muslim dan Tirmizi). Dalam riwayat Tirmizi ditambahkan
bacaan: "Allahummaj'alni minat tawwabiina waj'alni minal mutathohhiriin." (HR. Tirmizi)
14. Ad-Dalku.
Dalam Kitab al-Fiqhu al-Manhaji Alaa Madzhabi al-Imam Asy-Syaafi’i disebutkan bahwa
disunnahkan ketika berwudhu memijit atau menggosok-gosok dengan tangan (ad-Dalku).
Dalilnya adalah hadis shahih berikut ini:
:ك ِذ َرا َعهُ» (رواه ابن خزيمة وقال قال األعظمي ُ ُ ُ ُأ َّ َّ
ُ صلى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم تِ َي بِثلثَ ْي ُم ٍّد فَ َج َع َل يَ ْدل َّ َأ هَّللا
َّ ِ « َّن النب،ع َْن َع ْب ِد ِ ْب ِن َز ْي ٍد
َ ي
)إس––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––ناده ص–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––حيح
Dari Abdullah bin Zaid: bahwa Nabi SAW mengambil seperti mud air, yang digunakan untuk
menggosok lengannya. (HR. Ibnu Khuzaimah. Al-A'zhami berkata: Isnadnya shahih).
15. Muwalah.
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan bahwa termasuk
sunnah wudhu adalah muwalah. Muwalah adalah berwudhu dengan berkesinambungan tanpa
dijeda atau tanpa diputus-putus. Dalilnya adalah perbuatan Nabi SAW dalam setiap wudhu.
Namun apabila kita menjeda wudhu (tidak muwalah) maka wudhunya tetap sah. Misalnya
ketika membasuh tangan tiba tiba air yang kita gunakan habis. Sehingga harus mencari air
terlebih dahulu di tempat lain. Maka ini terjeda beberapa saat disebut dengan tidak muwalah.
Dan ketika menemukan air kemudian langsung lanjut mengusap kepala maka tidak apa apa.
Namun afdholnya mengulangi wudhu dari awal.
B.
C. Gambar doa setelah wudhu, dibaca atau dilakukan ketika selesai berwudhu.