Anda di halaman 1dari 24

Teknik Konversi

Energi Surya Gol


A
Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONVERSI ENERGI SURYA

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KOMPOR SURYA TIPE KOMBINASI

Dosen Pembimbing

Risse Entikaria R, S.Pd, M.Si

Penyusun:

1. Bagus Pamungkas (H41160345)


2. Maskur Fauzi (H41160389)
3. Amanda Regita (H41160399)
4. Miftah Khoirul Umam (H41160429)
5. Amalina Nur Shabrina (H41160435)

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN


JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Energi yang berasal dari matahari merupakan potensi energi terbesar dan
terjamin keberadaannya di muka bumi. Berbeda dengan sumber energi lainnya,
energi matahari bisa dijumpai diseluruh permukaan bumi. Pemanfaatan radiasi
matahari sama sekali tidak menimbulkan polusi ke atmosfer. Perlu diketahui
bahwa berbagai sumber energi seperti tenaga angin, bio-fuel, tenaga air
sesungguhnya juga berasal dari energi matahari. Pemanfaatan radiasi matahari
umumnya terbagi dalam dua jenis, yaitu termal dan photovoltaic.
Energi radiasi surya merupakan salah satu bentuk energi alternatif yang
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan kehidupan dalam rumah tangga
maupun industri. Indonesia sebagai negara kepulauan bersifat tropis, rata-rata
radiasi surya diperoleh 8 sampai 10 jam perhari. Energi radiasi ini dapat
menggantikan energi konvensional seperti kayu, bahan bakar cair dan gas yang
sekarang ini jumlahnya sudah semakin berkurang. Salah satu bentuk pemanfaatan
energi radiasi ini yang paling banyak dipergunakan adalah sebagai energi
untuk pengeringan maupun untuk memasak..
Untuk mengatasi permasalahan energi bahan bakar minyak dan gas, maka
oleh sekelompok peneliti telah dilakukan solusi alternatif yaitu dengan
pemanfaatan energi surya. Surya sebagai salah satu sumber energi baru terbarukan
menawarkan harapan sebagai energi alternatif pengganti energi bahan bakar
fosil. Pemanfaatan energi radiasi surya sebagai sumber energi terbarukan perlu
digalakkan dalam rangka menghemat penggunaan sumber energi fosil yang
semakin menipis ketersediaannya. Bahan bakar minyak yang selama ini dapat
kita peroleh dengan mudah semakin lama akan berkurang dan habis. Kayu bakar
yang dahulu tergeser oleh minyak tanah dan elpiji mulai diminati kembali
meskipun kayu bakar tidak dapat dijadikan andalan karena semakin lama
jumlahnya semakin terbatas. Sebagai salah satu solusi untuk menghemat
penggunaan sumber energi fosil yang semakin menipis ketersediaannya dibuat
kompor surya tipe kombinasi yang memanfaatkan energi terbarukan yang ramah
lingkungan.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui desain kompor surya tipe kombinasi dengan variasi bentuk
reflektor
2. Mengetahui kinerja kompor surya tipe kombinasi dengan variasi bentuk
reflektor
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Energi


Kebutuhan akan sumber energi di muka bumi ini sangat mempengaruhi
aspek kehidupan di dalamnya dari hubungan energi dengan musim, pemenuhan
kebutuhan pokok makhluk hidup, ekonomi bahkan kebudayaan kultural suatu
kelompok. Kebutuhan energi dalam rumah tangga yang sangat besar, untuk
memasak atau sekedar memanaskan air (Wilson and Maryam, 2000).
Kenaikan bahan bakar pada tahun 2012 ini semakin mempersulit ekonomi
rakyat golongan menengah ke bawah, sehingga banyak yang mencari sumber
energi alternatif untuk mengatasi problematika ekonomi. Kayu bakar yang dahulu
tergeser oleh minyak tanah dan gas elpiji mulai diminati kembali. Kuantitas dan
kualitaskayu bakar untuk saat ini tidak dapat dijadikan andalan. Energi alternatif
lainnya yang dapat dipilih adalah cahaya Matahari yang sering dikenal dengan
istilah solar energi (Mazen dkk, 2008).
Kebutuhan energi dalam bentuk panas merupakan problem utama di
kehidupan sehari-hari (Muller and Schwarzer, 2004). Energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi energi dapat berubah bentuk. Hal
ini juga berlaku bahwa cahaya Matahari dapat diubah menjadi energi panas.
Permasalahan pelik yang timbul yaitu mempertahankan kalor saat cahaya
Matahari meredup danhilang sangat sukar. Kalor hasil transformasi harus
disimpan supaya saat Matahari tidak menyinari bumi masih dapat dimanfaatkan.
Cara mengatasinya diperlukan bahan yang memiliki kapasitas panas jenis tinggi
untuk mempertahankan simpanan kalor.

2.2 Radiasi dan sinar matahari


Indonesia terletak di garis khatulistiwa, sehingga Indonesia mempunyai
sumber energi Matahari yang berlimpah dengan intensitas radiasi Matahari rata-

rata sekitar 4,5 kWh/m2/hari diseluruh wilayah Indonesia. Dalam kondisi puncak

atau posisi Matahari tegak lurus, sinar Matahari di Indonesia seluas 1m2 akan

mampu mencapai 900 hingga 1000 W. Total intensitas penyinaran perharinya di

Indonesia mampu mencapai 4500 W jam/m2 yang membuat Indonesia tergolong


kaya sumber energi Matahari. Salah satu cara sederhana dan efektif untuk
memanfaatkan energi yang diperlukan untuk memasak adalah kompor tenaga
surya. Kompor berkonsentrasi energi Matahari dengan merefleksikan cahaya
Matahari melalui lapisan. Teknologi yang digunakan pada kompor ini disebut
teknologi energi termal dengan mengubah energi Matahari menjadi energi panas
pada panci. Kompor energi surya mengurangi ketergantungan terhadap listrik dan
bahan bakar minyak, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.
Sinar Matahari yang melimpah di daerah tropis, termasuk Indonesia
merupakan sumber energi potensial yang hingga kini belum dieksplorasi secara
maksimal untuk memberikan manfaat yang tinggi. Matahari merupakan sumber
energi dengan jumlah yang melimpah, murah, bersih, dan berkesinambungan.
Indonesia menerima sinar Matahari tidak kurang dari 10 jam tiap harinya karena
letaknya di khatulistiwa. Pemanfaatannya di Indonesia belum optimal dalam
bentuk teknologi maju, baru sebatas untuk pengeringan dan penerangan secara
tradisional.
Eksplorasi artifisial di negara lain sudah banyak dilakukan, misalnya untuk
pengeringan makanan (Scanlin, 1997), solar cooker di Pakistan tahun 1985 dan di
Cina pada 1987, di Prancis Bernard telah mengembangkan solar panel cooker dan
tak kalah Barbara Kerr di Arizona juga mengembangkan hal yang serupa.
Radiasi dari Matahari merupakan salah satu bentuk energi alternatif yang
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan guna menggantikan energi yang
dihasilkan minyak bumi. Matahari dengan jari-jari 6,96.105 km dan jarak rata-rata
ke Bumi sekitar 1,496 x 108 km. Arus energi yang memasuki atmosfer bumi
dengan kepadatan yang diperkirakan sebesar antara 1 sampai 1,4 kW/m 2 dengan
arah tegak lurus terhadap poros sinar. Dari jumlah tersebut, 34% dipantulkan
kembali ke ruang angkasa, 19% diserap atmosfer yaitu oleh komponen-komponen

yang terdapat diudara seperti karbon dioksida (CO2), debu dan awan. Energi yang

diserap bumi kurang lebih sebesar 47% .


Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses
thermonuklir yang terjadi di Matahari. Energi radiasi Matahari berbentuk sinar
dan gelombang elektromagnetik. Spektrum radiasi Matahari sendiri terdiri dari
dua yaitu, sinar bergelombang pendek dan sinar bergelombang panjang. Sinar
yang termasuk gelombang pendek adalah sinar x, sinar gamma, sinar ultra violet,
sedangkan sinar gelombang panjang adalah sinar infra merah. Jumlah total radiasi
yang diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat) faktor yaitu :

1. Jarak Matahari. Setiap perubahan jarak bumi dan Matahari


menimbulkan variasi terhadap penerimaan energi Matahari
2. Intensitas radiasi Matahari yaitu besar kecilnya sudut datang sinar
Matahari pada permukaan bumi. Jumlah yang diterima berbanding lurus
dengan sudut besarnya sudut datang. Sinar dengan sudut datang yang
miring kurang memberikan energi pada permukaan bumi disebabkan
karena energinya tersebar pada permukaan yang luas dan juga karena
sinar tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih jauh
ketimbang jika sinar dengan sudut datang yang tegak lurus.
3. Panjang hari (sun duration), yaitu jarak dan lamanya antara Matahari
terbit dan Matahari terbenam.
4. Pengaruh atmosfer. Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan
diadsorbsi oleh gas-gas, debu dan uap air, dipantulkan kembali,
dipancarkan dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi.
2.3. Pemanfaatan energi Matahari
Dalam pemanfaatan energi surya dapat dibedakan menjadi tiga cara
(Marwani, 2011) yaitu :
1. Pemanfaatan langsung sinar Matahari untuk pengeringan, misalnya
pengeringan baju, pembuatan garam, pengering hasil pertanian, dll.
2. Mengumpulkan energi termal Matahari melalui suatu kolektor energi surya
yang selanjutnya energi termal tersebut digunakan secara langsung atau
dikonversikan menjadi energi listrik.
3. Mengkonversikan energi radiasi termal Matahari langsung menjadi energi
listrik melalui sel fotovoltaik.
Matahari dipercayai terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan
massa Matahari adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga Matahari
yang sampai ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya
menyamai 1.370 watt per meter persegi setiap saat. Untuk memanfaatkan
potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi yang sudah
diterapkan, yaitu teknologi energi surya termal dan energi surya fotovoltaik.
Energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor
surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan,
tanaman pangan) dan memanaskan air.
Radiasi Matahari dapat digunakan untuk menghasilkan energi termal
untuk air, bisa juga digunakan sebagai sumber pemanas pada siklus pemanas
mesin sebagai tenaga gerak. Kegunaan yang lain dari energi Matahari adalah
menghasilkan listrik dari melalui penggunaan sel photovoltaic. Kata
photovoltaic berasal dari bahasa Yunani photos yang berarti cahaya dan volta
yang merupakan nama ahli fisika dari Italia yang menemukan tegangan listrik.
Secara sederhana dapat diartikan sebagai listrik dari cahaya. Photovoltaic
merupakan sebuah proses untuk mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik. Efek photovoltaic pertama kali berhasil diidentifikasi oleh seorang ahli
Fisika berkebangsaan Prancis Alexandre Edmond Becquerel pada tahun 1839.
Baru pada tahun 1876, William Grylls Adams bersama muridnya, Richard
Evans Day menemukan bahwa material padat selenium dapat menghasilkan
listrik ketika terkena paparan sinar. Meskipun selenium gagal mengkonversi
cukup listrik dari cahaya untuk menjalankan suatu peralatan, mereka berhasil
membuktikan bahwa material padat dapat menghasilkan listrik tanpa panas
ataupun bagian yang bergerak.
Enargi termal pada umunya digunakan digunakan untuk memasak (kompor
surya). Mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan,
tanaman pangan) dan memanaskan air. Energi surya fotovoltaik digunakan untuk
memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari
pendingin di puskesmas dengan kapasitas total kurang lebih 6 MW. Prinsip kerja
dari kompor Matahari adalah dengan memfokuskan panas yang diterima dari
Matahari pada suatu titik menggunakan sebuah cermin cekung besar sehingga
didapatkan panas yang besar yang dapat digunakan untuk menggantikan panas
dari kompor minyak atau kayu bakar.
Pada perkembangan berikutnya seorang peneliti bernama Russel Ohl
berhasil mengembangkan teknologi sel surya dan dikenal sebagai orang pertama
yang membuat paten peranti solar cell modern. Pada tengah hari yang cerah
radiasi sinar Matahari mampu mencapai 1000 Watt permeter persegi. Jika sebuah
piranti semikonduktor seluas satu meter persegi memiliki efisiensi 10 persen,
maka modul sel surya ini mampu memberikan tenaga listrik sebesar 100 Watt.
Saat ini modul sel surya komersial memiliki efisiensi berkisar antara 5 hingga 15
persen tergantung material penyusunnya. Tipe silikon kristal merupakan jenis
piranti sel surya yang memiliki efisiensi tinggi meskipun biaya pembuatannya
relatif lebih mahal dibandingkan jenis sel surya lainnya. Masalah yang paling
penting untuk merealisasikan sel surya sebagai sumber energi alternatif adalah
efisiensi peranti sel surya dan harga pembuatannya. Efisiensi didefinisikan
sebagai perbandingan antara tenaga listrik yang dihasilkan oleh peranti sel surya
dibandingkan dengan jumlah energi cahaya yang diterima dari pancaran sinar
Matahari.

2.4. Kompor tenaga surya


Kompor tenaga surya adalah perangkat memasak yang menggunakan energi
termal Matahari melalui suatu kolektor sebagai sumber energi. Prinsip dasar cara
kerja kompor surya adalah radiasi termal sinar Matahari yang jatuh pada
permukaan kolektor dipantulkan ke sebuah titik atau area tertentu yang disebut
titik api kolektor; konsentrasi energi termal Matahari pada titik atau area ini
menghasilkan suhu yang sangat tinggi. Panci atau alat tempat memasak
ditempatkan pada daerah titik api ini sedemikinan rupa sehingga energi termal
yang terkonsentrasi mengenai alas panci dan meneruskan energi termal tersebut
ke produk yang sedang dimasak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
kompor tenaga surya ini selain lamanya waktu bersinar dan besarnya intensitas
radiasi termal dari Matahari, adalah:
a. Refleksivitas material kolektor
b. Luas permukaan kolektor
c. Bentuk geometrik dan letak titik api dari kolektor
d. Arah normal permukaan kolektor terhadap sinar Matahari yang datang.
e. Sifat benda hitam dari panci atau alat memasak
f. Besarnya kehilangan energi kalor ke sekitarnya.
Ada berbagai jenis kompor surya. Semuanya menggunakan panas dari
cahaya Matahari untuk memasak makanan. Beberapa prinsip dasar kompor surya
adalah Pemusatan cahaya Matahari. Beberapa perangkat, biasanya berupa cermin
atau sejenis bahan metal atau logam yang memantulkan cahaya, digunakan untuk
memusatkan cahaya dan panas Matahari ke arah area memasak yang kecil,
membuat energi lebih terkonsentrasi ke satu titik dan menghasilkan panas yang
cukup untuk memasak.
Mengubah cahaya menjadi panas. Bagian dalam kompor surya dan panci,
dari bahan apapun asal yang berwarna hitam, dapat meningkatkan efektivitas
pengubahan cahaya menjadi panas. Panci berwarna hitam dapat menyerap hampir
semua cahaya Matahari dan mengubahnya menjadi panas, secara mendasar
meningkatkan efektivitas kerja kompor surya. Semakin baik kemampuan panci
menghantarkan panas, semakin cepat kompor dan oven bekerja memerangkap
panas. Upaya mengisolasi udara di dalam kompor dari udara di luarnya akan
menjadi penting. Penggunaan bahan yang keras dan bening seperti kantong plastik
atau tutup panci berbahan kaca memungkinkan cahaya untuk masuk ke dalam
panci. Setelah cahaya terserap dan berubah jadi panas, kantong plastik atau tutup
berbahan gelas akan memerangkap panas di dalamnya seperti efek rumah kaca.
Hal ini memungkinkan kompor untuk mencapai temperatur yang sama ketika hari
dingin dan berangin seperti halnya ketika hari cerah dan panas.
Ada beberapa tipe kompor tenaga surya dilihat dari segi bentuk dan kolektor
yang digunakan (Noam, 1990), diantaranya :
1. Kompor tenaga surya tipe box
Sesuai dengan namanya kompor ini berbentuk kotak sederhana dapat dibuat
dengan menggunakan kardus bekas, panas yang dihasilkan umumnya mencapai 150
ºC ini berarti tidak sepanas kompor konvensional pada umumnya. Namun demikian,
memasak dengan kompor ini sebaiknya dilakukan sebelum tengah hari.
Bergantung pada lokasi berdasarkan garis lintang dan cuaca, makanan dapat
dimasak baik pada pagi hari atau siang hari. Kompor ini ditemukan oleh Horace
de Saussure, seorang naturalis Swiss, sejak tahun 1767, kompor surya baru
populer sekitar tahun 1970an. Perangkat masak yang sederhana dan berguna ini
semakin banyak digunakan di berbagai negara di seluruh dunia. Adapun kompor
tenaga surya tipe box dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1. Kompor tenaga surya tipe box

2. Kompor tenaga surya tipe parabolik


Kompor jenis mampu menghasilkan panas yang sangat tinggi dan memasak
dengan cepat, namun senantiasa membutuhkan pengaturan dan pengawasan agar
dapat beroperasi dengan aman. Sesuai dengan namanya kompor ini berbentuk
seperti mangkuk yang berfungsi menangkap dan memfokuskan sinar Matahari
yang selanjutnya akan diteruskan ke absorber. Kompor ini banyak digunakan di
Negara cina dan banyak digunakan untuk memasak skala besar. Adapun kompor
tenaga surya tipe parabolik dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kompor tenaga surya tipe parabolik


Prinsip kerja dari kompor Matahari adalah dengan memfokuskan panas
yang diterima dari Matahari pada suatu titik menggunakan sebuah cermin cekung
besar sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat digunakan untuk
menggantikan panas dari kompor minyak atau kayu bakar. Adapun skema gambar
kompor Matahari terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Skema kompor tenaga surya

2.5. Kolektor surya dan jenis-jenis kolektor


Kolektor surya dapat didefinisikan sebagai sistem perpindahan panas yang
menghasilkan energi panas dengan memanfaatkan radiasi sinar Matahari sebagai
sumber energi utama. Ketika cahaya Matahari menimpa absorber pada kolektor
surya sebagian cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan
sebagian besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas, lalu panas
tersebut dipindahkan kepada fluida yang bersirkulasi di dalam kolektor surya
untuk kemudian dimanfaatkan guna berbagai aplikasi. Jenis kolektor surya yang
sering digunakan adalah tipe kolektor surya prismatik, tipe kolektor surya plat
datar, tipe concentrating collectors, tipe evacuated tube collectors.
Salah satu teknologi energi Matahari yang cukup sederhana adalah konversi
energi Matahari menjadi energi termal melalui kolektor. Kolektor surya dapat
didefinisikan sebagai sistem perpindahan panas yang menghasilkan energi panas
dengan memanfaatkan radiasi sinar Matahari sebagai sumber energi utama.
Ketika cahaya Matahari menimpa absorber pada kolektor surya, sebagian
cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan sebagian besarnya
akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas, lalu panas tersebut dipindahkan
kepada fluida yang bersirkulasi di dalam kolektor surya untuk kemudian
dimanfaatkan guna berbagai aplikasi. Kolektor surya yang pada umumnya
memiliki komponen-komponen utama, yaitu (Duffie dan Beckman, 1974) :
1. Cover, berfungsi untuk mengurangi rugi panas secara konveksi
menuju lingkungan
2. Absorber, berfungsi untuk menyerap panas dari radiasi cahaya Matahari.
3. Isolator, berfungsi meminimalisasi kehilangan panas secara konduksi
dari absorber menuju lingkungan
4. Frame, berfungsi sebagai struktur pembentuk dan penahan beban
kolektor.
Salah satu komponen kompor adalah kolektor surya sejalan dengan
pendapat Made dan Astawa (2001), mengatakan bahwa kolektor surya merupakan
suatu alat yang berfungsi untuk mengumpulkan energi Matahari yang masuk dan
diubah menjadi energi thermal dan meneruskan energi tersebut ke fluida. Kolektor
surya memiliki beberapa komponen yaitu: transmisi, refleksi, dan absorbsi.
Komponen transmisi dapat diperoleh dengan menggunakan kaca, refleksi dari
elemen cermin dan absorber dari bahan aluminium atau kuningan yang dilapisi
dengan permukaan benda hitam. .Jadi dapat disimpulkan secara prinsip bahwa
metode kerja dari kolektor surya adalah sama yaitu menyerap sinar Matahari.
Kompor surya juga terdapat reflektor yang berfungsi untuk memantulkan
cahaya dan memfokuskan cahaya kedalam kompor agar memperoleh energi radiasi
Matahari yang maksimal serta suhu didalam kompor menjadi lebih tinggi. Jumlah
reflektor dapat mempengaruhi suhu pada kompor, dengan 4 reflektor dapat

menaikkan suhu 20 oC lebih tinggi dari pada kompor yang hanya menggunakan 1

reflektor (Martin, 2006).


Ada beberapa jenis kolektor surya, dimana kolektor surya ini dibuat
berdasakan sifat dan kegunaannya, diantaranya kolektor surya prismatik, plat
datar dan parabolik.
1. Kolektor surya prismatik
Kolektor surya prismatik adalah kolektor surya yang dapat menerima
energi radiasi dari segala posisi Matahari. Kolektor jenis ini juga dapat
digolongkan dalam kolektor plat datar dengan permukaan kolektor berbentuk
prisma yang tersusun dari empat bidang yang berbentuk prisma, dua bidang
berbentuk segitiga sama kaki dan dua bidang berbentuk segi empat siku–siku
sehingga dapat lebih optimal proses penyerapan. Tipe kolektor jenis Prismatik
ini dapat dilihat seperti Gambar 4.
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Praktikum 1 Pembuatan Kompor Surya
Alat:
1. Gunting
2. Cutter
3. Penggaris
Bahan
1. Kertas kardus
2. Alumunium foil
3. Lem fox rajawali
4. Double tape
Praktikum 2 Pengujian Kompor Surya
Alat:
1. Kompor surya yang telah dibuat
2. Solari meter
3. Termokopel
4. Thermometer
5. Stop watch
6. Panci yang sudah dicat hitam
7. Anemometer
Bahan:
1. Air 0.5 liter

3.2. Prosedur Kerja


Praktikum 1 Pembuatan Kompor Surya
a. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.
b. Membuat desain rancangan kompor surya tipe kombinasi
c. Membuat garis-garis ukuran yang terdiri dari berbagai sisi kompor
surya tipe kombinasi pada kardus sesuai dengan bentuk desain
kompor surya tipe kombinasi untuk memudahkan proses pemotongan
d. Memotong bahan berupa kardus sesuai dengan ukuran dari desain
kompor surya tipe kombinasi
e. Menggabungkan potongan-potongan bahan sehingga terbentuk
kompor surya tipe kombinasi
f. Melapisi kompor surya dengan menggunakan aluminium foil

Praktikum 2 Pengujian Kompor Surya


a. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.
b. Panci diisi dengan air sebanyak 0.5 liter (0.5 kg).
c. Suhu air awal diukur menggunakan termometer
d. Menuju tempat pengujian kompor surya tipe kombinasi yaitu di
parkiran belakang Gedung Teknik.
e. Posisi kompor surya diatur supaya terkena sinar matahari secara
keseluruhan
f. Panci yang berisi air sebanyak 0.5 liter diletakkan pada masing-
masing kompor
g. Timer disetting selama 2 jam untuk proses pengujian kompor surya
ini. Data berupa suhu lingkungan, kecepatan angin, Irradiasi Surya (I)
dan suhu air dalam panci dicatat setiap 10 menit sekali.
h. Catat hasil pengukuran
i. Melakukan analisa hasil percobaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengujian

Massa air = 0.5 kg


Berat jenis panci = 1000 kg/m3
Massa panci = 700 gram
Berat jenis panci (aluminium) = 2712 kg/m3

Kompor 1

Wakt Suhu Suhu ΔT Irradiasi Kecepatan


u (t) Air (Tw) Lingkungan (Ta) Surya (I) Angin
(v)
menit ℃ ℃ ̊ C W/m2 (m/s)
0 29 35.3 -6.3 105 0.5
10 40.5 34.0 6.5 97.5 0.6
20 39.9 32.4 7.5 77.2 1.3
30 38.5 33.3 5.2 74.6 0.1
40 39.1 34.7 4.4 113.3 1.3
50 38.9 33.8 5.1 209 0.9
60 38.9 35.0 3.9 423 1.0
70 39.3 49.9 -10.6 467 0.2
80 38.8 34.6 4.2 263 3.1
90 38.1 34.2 3.9 133 2.4
100 35.6 30.9 4.7 59 0.7
110 34.1 29.7 4.4 57 7

Waktu Daya Daya Efisiensi


(t) Pemasakan Pemasukan Kompor Surya
Rata- Rata (P) Standar (Ps) (η)
menit W W %
0 500 3333.333 0
10 500 3589.744 37.38446
20 500 4533.679 27.23932
30 500 4691.689 13.02944
40 500 3089.144 5.444339
50 500 1674.641 2.736757
60 500 827.4232 0.861699
70 500 749.4647 -1.81833
80 500 1330.798 1.119402
90 500 2631.579 1.82706
100 500 5932.203 4.467126
110 500 6140.351 3.935206

Kompor 2
Wakt Suhu Suhu ΔT Irradiasi Kecepatan
u (t) Air (Tw) Lingkungan (Ta) Surya (I) Angin
(v)
menit ℃ ℃ ̊C W/m2 (m/s)
0 29 35.3 -6.3 105 0.5
10 39.7 34.0 5.7 97.5 0.6
20 39 32.4 6.6 77.2 1.3
30 37.5 33.3 4.2 74.6 0.1
40 37.8 34.7 3.1 113.3 1.3
50 37.8 33.8 4 209 0.9
60 37.2 35.0 2.2 423 1.0
70 37.7 49.9 -12.2 467 0.2
80 37.7 34.6 3.1 263 3.1
90 37.1 34.2 2.9 133 2.4
100 34.7 30.9 3.8 59 0.7
110 33.2 29.7 3.5 57 7

Waktu Daya Daya Efisiensi


(t) Pemasakan Pemasukan Kompor Surya
Rata- Rata (P) Standar (Ps) (η)
menit W W %
0 500 3333.333 0
10 500 3589.744 32.7833
20 500 4533.679 23.97061
30 500 4691.689 10.52378
40 500 3089.144 3.835784
50 500 1674.641 2.146476
60 500 827.4232 0.486086
70 500 749.4647 -2.0928
80 500 1330.798 0.826225
90 500 2631.579 1.358583
100 500 5932.203 3.611719
110 500 6140.351 3.130278
Kompor 3
Wakt Suhu Suhu ΔT Irradiasi Kecepatan
u (t) Air Lingkungan (Ta) Surya (I) Angin
(Tw) (v)
menit ℃ ℃ ̊C W/m2 (m/s)
0 29 35.3 -6.3 105 0.5
10 43.5 34.0 9.5 97.5 0.6
20 40.8 32.4 8.4 77.2 1.3
30 42.5 33.3 9.2 74.6 0.1
40 42.3 34.7 7.6 113.3 1.3
50 46.6 33.8 12.8 209 0.9
60 53.2 35.0 18.2 423 1.0
70 54 49.9 4.1 467 0.2
80 45.4 34.6 10.8 263 3.1
90 44 34.2 9.8 133 2.4
100 39 30.9 8.1 59 0.7
110 36.9 29.7 7.2 57 7

Waktu Daya Daya Efisiensi


(t) Pemasakan Pemasukan Kompor Surya
Rata- Rata (P) Standar (Ps) (η)
menit W W %
0 500 3333.333 0
10 500 3589.744 54.63883
20 500 4533.679 30.50804
30 500 4691.689 23.05208
40 500 3089.144 9.403858
50 500 1674.641 6.868724
60 500 827.4232 4.02126
70 500 749.4647 0.703317
80 500 1330.798 2.878461
90 500 2631.579 4.591074
100 500 5932.203 7.698664
110 500 6140.351 6.439428

Kompor 4
Wakt Suhu Suhu ΔT Irradiasi Kecepatan
u (t) Air (Tw) Lingkungan (Ta) Surya (I) Angin
(v)
menit ℃ ℃ ̊C W/m2 (m/s)
0 29 35.3 -6.3 105 0.5
10 44.4 34.0 10.4 97.5 0.6
20 41.0 32.4 8.6 77.2 1.3
30 43.8 33.3 10.5 74.6 0.1
40 47.5 34.7 12.8 113.3 1.3
50 44.7 33.8 10.9 209 0.9
60 50.7 35.0 15.7 423 1.0
70 52.2 49.9 2.3 467 0.2
80 44.5 34.6 9.9 263 3.1
90 42.9 34.2 8.7 133 2.4
100 38.7 30.9 7.8 59 0.7
110 36.8 29.7 7.1 57 7

Waktu Daya Daya Efisiensi


(t) Pemasakan Pemasukan Kompor Surya
Rata- Rata (P) Standar (Ps) (η)
menit W W %
0 500 3333.333 0
10 500 3589.744 59.81514
20 500 4533.679 31.23443
30 500 4691.689 26.30944
40 500 3089.144 15.83808
50 500 1674.641 5.849147
60 500 827.4232 3.468889
70 500 749.4647 0.394544
80 500 1330.798 2.638589
90 500 2631.579 4.075749
100 500 5932.203 7.413528
110 500 6140.351 6.349992
Catatan: Hingga 2 jam, pastikan ada suhu tertinggi air yang dapat dicapai selama
praktikum

4.2. Pembahasan

(𝑇2 − 𝑇1) 𝑚. 𝐶
𝑃=
∆𝑡

P = daya pemasakan rata-rata (W)


T2 = suhu air dalam panci (°C)

T1 = suhu lingkungan (°C)

m = massa air (kg)

Cp = panas jenis air (4186 J/kg.K)

∆𝑡 = interval waktu (s)

 700 
Ps  P 
 Ir 

Ps = daya pemasakan standar (W)

Ir = Irradiasi surya rata-rata (W/m2)


m cp p  mwcw Tw  Ta 
A I t

m = massa (kg)

c = panas jenis (J/kg.C)

T = suhu (oC)

A = luas permukaan kolektor (m2)

I = Irradiasi surya rata-rata (W/m2)

t = waktu (detik)

subskrip : p = panci, w = air, dan a = lingkungan


KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Wisnubroto, S., 2006. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya,


Jakarta.
Wikipedia.com, 2008. Radiasi Surya. Dikutip dari http://www.wikipedia.com.
Diakses
Soegeng, R., 1996. Ionosfer. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Chaisson, E. and S. McMillan, 1996. Astronomy Today. Second Edition. Prentice
Hall, New Jersey.
Petterssen, S., 1997. Introduction To Meteorology. Second Edition. Mc-Graw Hill
Book Company, Inc., New York.
Pitts, D. R., and L. E. Sissom, 2001. Theory and Problems of Heat Transfer.
Second Edition.McGraw-Hill, New York.
Seller, A. H. and P. J. Robinson, 1990. Contemporary Climatology. Longman
Scientific & Technical, New York.
Kartasapoetra, A. G., 1988. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Bina Aksara, Jakarta.
Handoko, 2003, Klimatologi Dasar, Bogor: FMIPA-IPB.
Lakitan, Benyamin,1994, Dasar-Dasar Klimatologi, Jakarta: PT. Rajawali
Grafindo Persada.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai