Anda di halaman 1dari 5

● 3.

​Terdapat 2 sudut pandang yaitu affirmatif (pihak yang menyetujui topik) dan
negatif (pihak yang tidak menyetujui topik)

Di dalam debat ada tim afirmasi yaitu kelompok yang mendukung atau setuju dengan mosi
atau biasanya pihak pro. Tim afirmasi akan terus mengeluarkan pendapat yang
pro/setuju dengan mosi dan akan disanggah oleh tim oposisi yaitu tim yang
menentang tidak swtuju terhadap perdebatan biasanha disebut tim kontra juga.
Mereka akan saling adu argumen tentang mosi yang ditujukan. Kedua belab pihak
akan berdebat meemberi alasan dan salinh bertukar pendapat

4. Karena debat adalah proses saling bertukar pendapat untuk membahas suatu isu dengan
masing-masing pihak yang berdebat memberi alasan. Bila perlu ditambah dengan informasi,
bukti, dan data untuk mempertahankan pendapat masing-masing. ​Dari sebuah hasil debat,
biasanya diperoleh sudut pandang baru yang bisa diterima kedua belah pihak. Meskipun
demikian, tidak jarang debat berakhir dengan keduanya tetap pada posisi awal, berbeda
pendapat, tetapi tentu dengan wawasan baru. Dan juga agar ​pihak lawan berdebat atau
pihak lain yang mendengarkan perdebatan itu menjadi yakin dan berpihak padanya

1. ​Intinya sebenarnya sama saja debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak
atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan
memutuskan masalah dan perbedaan
5. Apakah masih diperlukan penyelenggaraan UN sebagai ukuran standar keberhasilan
pembelajaran di sekolah SD, SMP, & SMA
Moderator: Dewasa ini ​Ujian Nasional adalah sistem ​evaluasi​standar ​pendidikan​ dasar dan
menengah secara ​nasional​ dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang
dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas
di ​Indonesia​ berdasarkan​Undang-Undang​ tentang Sistem Pendidikan
Nasionalnomor​20​ ​tahun​ ​2003​. Ujian Nasional merupakan salah satu bentuk ujian yang
diamanatkan atau di bawah pengawasan yang didesain untuk menggambarkan tingkat
pencapaian keseluruhan sistem pendidikan, bukan pencapaian individu tertentu.
Anggapan inilah yang akan kita bahas dalam debat kali ini. Untuk putaran peetama saya
persilakan secara bergantian Tim Afirmasi, Tim Oposisi, dan Tim Netral untuk
menyampaikan pendapatnya.

Tim Afirmasi: saya setuju bahwa UN diperlukan sebagai standar keberhasilan pembelajaran
di sekolah. ​Ujian nasional (UN) masih dibutuhkan meskipun hasilnya tidak lagi menjadi
penentu kelulusan siswa, tetapi berguna untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
berikutnya. ujian merupakan hal yang lumrah diterapkan dalam setiap lembaga apa pun,
karena dari hasil ujian dapat menjadi tolok ukur keberhasilan dari pembelajaran selama
penerapannya, termasuk sebagai bahan evaluasi terhadap keberhasilan atau kelemahan
dari sistem yang diterapkan.
Misalnya dalam perguruan pencak silat pasti dilakukan ujian dulu guna menentukan apakah
pendekar tersebut layak naik tingkat atau tidak. Begitu pula dengan berbagai lembaga lain,
termasuk di sekolah yang diperlukan untuk mengukur kemampuan daya serap siswa dan
kemampuan guru dalam mengajar.

Selain itu ​Hasil ujian dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan pendidikan untuk
mendeteksi kelemahan yang dimiliki.

·Sebagai alat untuk melakukan perubahan dalam bidang pendidikan.

·Memberikan informasi mengenai kondisi terkini dan kemajuan peserta didik serta kualitas
sekolah.

·Memberikan hasil ujian yang akuntabel guna memotivasi guru dan peserta didik untuk
berusaha lebih baik

Tim Oposisi

Saya tidak setuju jika UN sebagai ukuran standar keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Intinya, mirip seperti penggaris, semua jenis ujian itu dibuat untuk ngukur kemampuan
seseorang. Jadi, UN itu ada biar semua anak Indonesia punya kemampuan yang setara. Tapi,
apakah semua murid harus diukur pake penggaris yang sama? Apakah UN adalah cara
terbaik buat mengukurnya?

Jika dibandingkan dengan negara lain, nyatanya sistem pendidikan itu berbeda-beda.
Misalnya, ada negara-negara yang tidak menerapkan UN! Contohnya Finlandia. Di sana ujian
cuma satu kali aja buat masuk sekolah tinggi. Itu sama sepperti Jepang yang mengganti UN
dengan ujian tes masuk sekolah dan universitas. Atau seperti Jerman yang membagi jenjang
SMP jadi lima jenis sekolah agar muridnya bisa belajar sesuai minat dan kemampuannya,
dan tentu saja menghilangkan sistem UN ini.

Tim Netral
Saya sebagai pihak netral berpendapat bahwa ​bisa dibilang UN bukan satu-satunya cara
untuk mengukur atau bahkan Meningkatkan kualitas pendidikan. Untungnya, sejak tahun
2015 kemarin, pemerintah Tidak lagi bikin nilai UN sebagai syarat kelulusan. Meski begitu,
ketika masih ada banyak anak di Indonesia yang bahkan sekadar Datang ke sekolah saja
pasti melewati gunung dan lautan, keberadaan UN masih perlu dipertanyakan sebagai satu
ukuran kualitas pendidikan. Karena artinya masih ada kesenjangan kualitas pendidikan dan
semestinya itu yang harus diselesaikan.
Pembicara 2:
Tim afirmasi
Sesungguhnya UN masih diperlukan karena menurut saya UN dapat
·Meningkatkan standar pendidikan untuk menjawab kebutuhan lapangan kerja

·Untuk mempertahankan standar pendidikan yang sudah dimiliki.

·Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan terkait dengan
alokasi sumber daya pembelajaran untuk sistem pendidikan secara umum, sekolah-sekolah
yang memiliki karakteristik khusus dan sekolah berprestasi.

·Untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk menetapkan akuntabilitas


prestasi belajar peserta didik.

·Ujian negara dilakukan sebagai bagian dalam gerakan modernisasi, di bawah pengaruh
pemberi modal, yang tidak terlalu memperhatikan kesinambungan dan tidak memahami
bagaimana memanfaatkan informasi yang diperoleh.

·Untuk mengubah keseimbangan pengawasan dalam sistem pendidikan.

·Untuk mengimbangi lemahnya praktek penilaian atau evaluasi yang dilakukan oleh para
guru.

Kehadiran UN bisa menjadi pengukur tingkat kognitif (pengetahuan) murid dan salah satu
parameter keberhasilan mengajar para guru juga ​nih​. Mereka jadi mengetahui
bagian-bagian apa saja yang harus lebih ditingkatkan lagi untuk persiapan UN di tahun
berikutnya. Jadi, sebenarnya yang harus mengikuti satu standar itu bukan hanya siswanya
saja.

Alasan alasan ​yang membuat pelaksanaan Ujian Nasional masih dipertahankan :

Ujian Nasional untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pendidikan

1. Ujian Nasional dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik


2. Ujian Nasional dapat menumbuhkan motivasi mengajar bagi guru
3. Bagi sekolah, hasil Ujian Nasional dapat digunakan untuk klasifikasi sekolah
4. Untuk mengimbangi lemahnya praktek penilaian atau evaluasi yang dilakukan oleh para
guru
5. Sebagai alat evaluasi independen yang lebih objektif dibandingkan alat pengukuran
local
6. Sebagai bahan pertimbangan dalam seleksi penerimaan siswa baru pada jenjang yang
lebih tinggi
7. Pemerintah masih berusaha menerapkan 4 kunci keberhasilan Ujian Nasional yang baik
dan kredibel
Tim oposisi
UN sekiranya tidak dapat dijadikan sebagai salah satu parameter standarisasi mutu
pendidikan. Saat ini UN hanya menekankan pada salah satu variable saja terkait dengan
kemampuan potensi akademik peserta didik, karena out pendidikan sekiranya tidak hanya
soal akademik, tetapi juga keterampilan, dan pekerti (moiralitas dan religi). Sehingga sangat
terkesan aneh jika standarisasi pendidikan diukur dari UN yang secara teknis hanya
dilakukan penilaian terhadap prestasi akademik peserta didikan melalui tes yang bersifat
pilihan ganda.

Meskipun pelaksanaan Ujian Nasional selalu mengalami evaluasi di setiap tahunnya, namun
praktek kecurangan masih belum mampu dihindari. Selain itu
Membutuhkan biaya yang besar. Sistem Ujian Nasional hanya menilai kualitas pendidikan
secara keseluruhan

Tujuan pelaksanaan Ujian Nasional adalah untuk menilai kualitas pendidikan secara
nasional. Ujian Nasional memang sengaja didesain untuk menggambarkan tingkat
pencapaian keseluruhan pendidikan, bukan untuk menggambarkan tingkat pencapaian
secara individu. Padahal, kualitas pendidikan dan tingkat pencapaian di seluruh wilayah
Indonesia jelas berbeda. ​Ujian Nasional belum mampu mencapai tujuan pendidikan
nasional ​Pola pikir masyarakat yang mengesampingkan kejujuran hanya untuk kelulusan
merupakan tanda bahwa sistem Ujian Nasional masih belum mampu mencapai tujuan
pendidikan, yaitu untuk menghasilkan generasi yang juga cerdas karakter. Ujian Nasional
menghambat kreativitas siswa, Ujian Nasional tidak sesuai dengan sistem penilaian pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ujian Nasional hanya bersifat penilaian
sesaat

Tim netral
Berbagai problematika yang mewarnai pelaksanaan ujian nasional tersebut seharusnya
menjadi bahan koreksi bagi Pemerintah agar ke depan pelaksanaan UN menjadi lebih baik.
Selain meningkatkan standar kelulusan ujian nasional tiap tahunnya, Pemerintah wajib
memperbaiki semua infrustruktur pendidikan yang ada di Negeri ini, agar tidak terjadi lagi
ketimpangan kualitas pendidikan antar daerah. Ujian Nasional dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan nasional dan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh
wilayah Indonesia. Selama ini kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia tidak sama.
Dengan pelaksanaan ujian nasional ini akan diketahui kualitas pendidikan di masing-masing
daerah, sehingga pemerintah bisa mengatasi ketimpangan kualitas pendidikan antara
daerah satu dengan daerah lainnya. Namun dalam kenyataannya, pemerintah pusat
ataupun daerah lambat mengatasi ketimpangan kualitas pendidikan di negeri ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas, sekiranya UAN akan tetap dilaksanakan, namun sekiranya
bukan dijadikan sebagai parameter kelulusan peserta didik, melainkan untuk:
1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap standarisasi mutu pendidikan, sehingga
dapat terdeteksi sekolah-sekolah yang dianggap masih berada dibawah mutu standarisasi
pendidikan nasiona. Kelulusan siswa harapannya ditentukan oleh guru/sekolah dengan
memasukkan faktor prestasi selama 3 tahun ditambah dengan etika/moralitas serta
ditambahkan juga dengan hasil Ujian Nasional.

2. UN sebaiknya dijadikan sebagai standarisasi untuk masuk ke jenjang pendidikan lebih


lanjut, sebagaimana pernah dilaksanakan pada masa lalu melalui NEM (Nilai Ebtanas Murni)
sehingga Nilai UASBN SD sebagai standar seleksi masuk ke jenjang SMP. Nilai UN SMP
sebagai standar seleksi masuk ke jenjang SMA. Dan nilai UN SMA digunakan sebagai standar
seleksi masuk PT.

3. UN dapat dijadikan sebagai standarisasi untuk mendapatkan akses beasiswa bagi


peserta didik yang memiliki prestasi, baik akademik maupun soft skill, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan motivasi bagi peserta didik dan lembaga pendidikan (sekolah).

Itulah sekilas gambaran tentang pelaksanaan Ujian Nasional di negeri ini. Yang perlu kita
ingat, bahwa yang patut disalahkan itu adalah sistem dan pelaksanaannya, bukan ujiannya.
Karena ujian dimaksudkan untuk membantu peserta didik meningkatkan dan
mengembangkan pembelajarannya.

Anda mungkin juga menyukai