Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PROFIL PEMBANGUNAN GENDER

A. Kondisi Geografis dan Astronomis


Kota Salatiga merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa
Tengah yang terletak pada koordinat antara 110027˚56,81” dan
110032˚.4,64” Bujur Timur dan antara 007017˚ dan 007017˚23”
Lintang Selatan. Secara administrasi, Kota Salatiga terdiri atas 4
(empat) kecamatan yaitu Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Sidorejo,
Kecamatan Tingkir, dan Kecamatan Sidomukti dengan luas total
wilayah Kota Salatiga sebesar 54,98 km2. Jumlah kelurahan yang
ada di Kota Salatiga adalah 23 (dua puluh tiga) yang terdiri dari, 6
(enam) kelurahan di Kecamatan Argomulyo, terdapat 7 (tujuh)
kelurahan di Kecamatan Tingkir, 4 (empat) kelurahan di Kecamatan
Sidomukti, dan terdapat 6 (enam) kelurahan di Kecamatan Sidorejo.
Kota Salatiga terletak pada jalur regional Jawa Tengah yang
menghubungkan kota Semarang dan Surakarta. Kota Salatiga berada
ditengah Kabupaten Semarang, adapun batas wilayah Kota Salatiga
terhadap Kabupaten Semarang adalah:
Tabel 2.1
Batas Wilayah Kota Salatiga
Sebelah Utara :  Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan, Kauman Lor,
dan Pejaten
 Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo dan Watu
Agung)
Sebelah Timur :  Kecamatan Pabelan ( Desa Ujung – Ujung,
Sukoharjo dan Glawan)
 Kecamatan Tengaran (Desa Bener,Tegal Waton dan
Nyamat)
Sebelah :  Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Samirono
Selatan dan Jetak)
 Kecamatan Tengaran (Desa Patemon dan Karang
Duren)
Sebelah Barat :  Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Jombor,
Sraten dan Gedangan)
 Kecamatan Getasan (Desa Polobogo)

II-1
Sumber : BPS Kota Salatiga, 2023
Kecamatan yang memiliki luas terbesar adalah Kecamatan
Argomulyo dengan luas sebesar 18,53 km2 dan memiliki presentase
sekitar 32,63 persen dari keseluruhan total wilayah di Kota Salatiga.
Kecamatan Argomulyo merupakan kecamatan dengan letak paling
tinggi terutama di wilayah Kelurahan Randuacir, Kelurahan Noborejo
dan Kelurahan Kumpulrejo dengan ketinggian tempat berkisar 734,5-
831 mdpl. Kecamatan Sidorejo merupakan wilayah terbesar kedua
setelah Argomulyo, dengan luas daerah sebesar 28,60 persen dan
merupakan kecamatan dengan ketinggian tempat terendah di Kota
Salatiga terutama di wilayah Kelurahan Kauman Kidul, Kelurahan
Bugel dan Kelurahan Pulutan dengan ketinggian tempat berkisar
445-541 mdpl. Kecamatan Sidomukti merupakan wilayah terbesar
ketiga yaitu dengan luas sebesar 20,18 persen dan Kecamatan Tingkir
merupakan Kecamatan dengan luas terkecil di Salatiga yaitu sebesar
18,58 persen.

Sumber : BPS Kota Salatiga, 2023

II-2
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Salatiga

B. Kondisi Demografis
Kota Salatiga merupakan sebuah kota kecil di Provinsi Jawa
Tengah, terdiri dari 4 Kecamatan dan 23 Kelurahan. Sensus
Penduduk pada tahun 2022 mencatat penduduk Kota Salatiga pada
tahun 2022 sebanyak 196.439 jiwa. Dalam jangka waktu sembilan
tahun yaitu tahun 2013 hingga 2022, jumlah penduduk Kota Salatiga
mengalami penambahan sekitar 12.221 jiwa atau rata-rata setiap
tahunnya bertambah sekitar 1400 jiwa.
Persebaran penduduk menurut kecamatan di wilayah Kota
Salatiga tidak merata. Kecamatan dengan jumlah penduduk
terbanyak adalah Kecamatan Sidorejo, yang dihuni oleh sekitar
54.284 Jiwa penduduk. Sementara kecamatan dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Sidomukti dengan jumlah
penduduk sekitar 45.053 jiwa penduduk.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Laju Pertumbuhan dan
Rasio Jenis Kelamin Kota Salatiga Tahun 2022 (Jiwa)
No. Kecamatan Jumlah Kepadatan Laju Rasio
Penduduk Penduduk pertumbuhan Jenis
(Jiwa) Per Km 2
penduduk Kelamin
tahun 2010- (%)
2020 (%)
1. Argomulyo 50.264 2.756 1,91 99,73
2. Tingkir 46.838 4.443 1,07 97,25
3. Sidomukti 45.053 4.125 0,94 96,53
4. Sidorejo 54.284 3.372 -0,47 96,92
Salatiga 196.439 3.520 0,83 97,63
Sumber : Dispendukcapil Kota Salatiga, 2023

Berdasarkan data kependudukan dari Dinas Kependudukan


dan Pencatatan Sipil, secara umum penduduk Kota Salatiga lebih
banyak laki-lakinya dibandingkan perempuan. Adapun Kecamatan
dengan penduduk tertinggi tahun 2021 berada di Kecamatan Sidorejo
yaitu sejumlah 54.284 jiwa yang terdiri dari 26.818 laki-laki dan
27.466 perempuan, disusul Kecamatan Argomulyo sejumlah 50.264
jiwa. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

II-3
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Kolaka Tahun 2021 (Jiwa)
Kecamatan & Jenis Kelamin Jumlah
Kelurahan Laki-laki Perempuan
Argomulyo 25.172 25.092 50.264
Noborejo 3.324 3.354 6.678
Cebongan 2.556 2.575 5.131
Randuacir 3.405 3.396 6.801
Ledok 5.530 5.506 11.036
Tegalrejo 6.184 6.123 12.307
Kumpulrejo 4.173 4.138 8.311
Tingkir 23.093 23.745 46.838
Tingkir 2.685 2.676 5.361
Tengah
Tingkir Lor 2.481 2.534 5.015
Kalibening 1.191 1.157 2.348
Sidorejo Kidul 3.701 3.822 7.523
Gendongan 2.595 2.729 5.324
Kutowinangun 3.979 4.217 8.196
Kidul
Kutowinangun 6.461 6.610 13.071
Lor
Sidomukti 22.299 22.755 45.054
Kecandran 3.550 3.508 7.058
Dukuh 7.072 7.224 14.296
Mangunsari 8.681 8.813 17.494
Kalicacing 2.996 3.210 6.206
Sidorejo 26.818 27.466 54.284
Pulutan 2.309 2.319 4.628
Blotongan 6.554 6.567 13.121
Sidorejo Lor 7.000 7.367 14.367
Salatiga 7.120 7.295 14.415
Bugel 1.757 1.741 3.498
Kauman Kidul 2.078 2.177 4.255
Sumber : Dispendukcapil Kota Salatiga, 2022

Dilihat dari jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun


2021 lebih banyak didominasi oleh penduduk produktif (15-64
tahun), sebanyak 136.237 jiwa lebih besar dibandingkan dengan usia
non produktif (0-14 dan 65 tahun keatas) sebanyak 57.288 jiwa.
Perbandingan jumlah penduduk non produktif terhadap jumlah
penduduk produktif menunjukkan bahwa angka ketergantungan Kota

II-4
Salatiga pada tahun 2021 sebanyak 42,05% yang berarti sebanyak
100 penduduk produktif menanggung sebanyak 42 orang non
produktif. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur secara
rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.4
Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin Kota Salatiga
Tahun 2021 (Jiwa)
Kelompok Jumlah Penduduk
Umur Laki- Perempua Jumlah
laki n
0-4 6.706 6.424 13.130
5-9 6.976 6.751 13.727
10-14 7.602 7.138 14.740
15-19 7.537 7.314 14.851
20-24 7.412 7.436 14.848
25-29 7.499 7.214 14.713
30-34 7.275 7.456 14.731
35-39 7.731 7.904 15.635
40-44 7.608 7.672 15.280
45-49 6.775 6.927 13.702
50-54 6.120 6.539 12.659
55-59 5.060 5.633 10.693
60-64 4.360 4.765 9.125
65-69 3.367 3.797 7.164
70-74 1.804 2.170 3.974
75+ 1.769 2.784 4.553
Salatiga 95.601 97.924 193.525
Sumber : Dispendukcapil Kota Salatiga, 2023

Persebaran penduduk berdasarkan kelompok umur secara


mudah dapat digambarkan melalui piramida penduduk. Piramida
penduduk adalah grafik mendatar yang menyajikan data
kependudukan dalam bentuk diagram batang yang menunjukkan
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Tersusun dari
garis koordinat vertikal yang digunakan untuk menyatakan golongan
umur. Dimulai dari umur 0-4,5-9 dan seterusnya hingga usia
maksimal yang bisa dicapai oleh penduduk suatu wilayah.
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Kota
Salatiga paling banyak banyak kelompok umur 35-39 tahun
sebanyak 15.635 jiwa dengan jumlah penduduk laki- laki sebanyak

II-5
7.731 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 7.904 jiwa.
Selanjutnya kelompok umur 40-44 tahun sebanyak 15.280 jiwa.
Sedangkan kelompok umur 60 tahun keatas relatif rendah.
Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
75+ 1,769.00 2,784
70-74 1,804.00 2,170
65-69 3,367.00 3,797
60-64 4,360.00 4,765
55-59 5,060.00 5,633
50-54 6,120.00 6,539
45-49 6,775.00 6,927
40-44 7,608.00 7,672
35-39 7,731.00 7,904
30-34 7,275.00 7,456
25-29 7,499.00 7,214
20-24 7,412.00 7,436
15-19 7,537.00 7,314
10-14 7,602.00 7,138
5-9 6,976.00 6,751
0-4 6,706.00 6,424
-10,000 -5,000 0 5,000 10,000

Laki-laki Perempuan
Sumber : Dispendukcapil Kota Salatiga, 2022
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Kota Salatiga Tahun 2021

C. Evaluasi KLA
1. Anak Yang Diregistrasi Dan Yang Memiliki Kutipan Akta
Kelahiran
a. Persentase Anak Diregistrasi Selama 2 Tahun Terakhir
Registrasi kelahiran adalah hak dasar untuk semua anak
yang dapat memastikan anak-anak memperoleh seluruh hak
asasi mereka seumur hidup. Registrasi kelahiran juga
merupakan salah satu pilar utama perlindungan anak, karena
anak-anak dengan kelahiran yang tidak tercatat menghadapi
risiko yang lebih tinggi terhadap perdagangan manusia,
eksploitasi seksual, praktik pekerja anak dan perkawinan anak
1
. Persentase anak yang di registrasi di Kota Salatiga tahun 2021
sebesar 98,12% yang naik dari tahun sebelumnya 95,13%.
Kecamatan di Kota Salatiga yang memiliki persentase tertinggi di

1
Unicef Indonesia, “Registrasi Kelahiran”,
https://www.unicef.org/indonesia/id/topics/registrasi-kelahiran / (Senin, 20 Februari
2023, 19.35)

II-6
tahun 2021 adalah Kecamatan Argomulyo yaitu sebesar 98,40%.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2.5
Persentase Anak Yang Di Registrasi Kurun Waktu 2 Tahun Di
Kota Salatiga
Persentase Anak Diregistrasi (%)
No. Kecamatan
2020 2021
1. Sidorejo 93,31 97,93
2. Tingkir 96,01 98,24
3. Argomulyo 96,19 98,40
4. Sidomukti 95,00 98,00
Kota Salatiga 95,13 98,14
Sumber : DP3APPKB Kota Salatiga 2023

b. Persentase Anak Yang Mendapatkan Kutipan Akta Kelahiran


Akta Kelahiran adalah dokumen pengakuan resmi orang
tua kepada anaknya dan negara. Akta kelahiran catatan
autentik yang dibuat oleh pegawai pencatatan sipil berupa
catatan resmi tentang tempat dan waktu kelahiran anak, nama
anak dan nama orang tua anak secara lengkap dan jelas, serta
status kewarganegaraan anak. Persentase anak yang
mendapatkan akta kelahiran di Kota Salatiga tahun 2021
sebesar 98,12% yang naik dari tahun sebelumnya 95,13%.
Kecamatan di Kota Salatiga yang memiliki persentase tertinggi
di tahun 2021 adalah Kecamatan Argomulyo yaitu sebesar
98,40%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.6
Persentase Anak Yang Mendapatkan Akta Kelahiran Dalam
Kurun Waktu 2 Tahun Terakhir Di Kota Salatiga (%)
Persentase Anak Memiliki Kutipan
No. Kecamatan Akta Kelahiran (%)
2020 2021
1. Sidorejo 93,31 97,93
2. Tingkir 96,01 98,24
3. Argomulyo 96,19 98,40
4. Sidomukti 95,00 98,00
Kota Salatiga 95,13 98,14
Sumber : DP3APPKB Kota Salatiga 2023

II-7
c. Kartu Identitas Anak
Kartu Identitas Anak (KIA) merupakan identitas yang wajib
dimiliki setiap anak agar bisa mengakses pelayanan publik secara
mandiri. Menurut Kemdagri, secara filosofis pemberian KIA pada
anak menunjukkan negara hadir memuliakan dan mendorong
kemandirian anak serta memberikan perlakuan non diskriminatif
bahwa anak memiliki identitasnya sendiri sebagai seorang WNI.
Pemerintah menerapkan Kartu Identitas Anak (KIA) sejak tahun
2016 dengan menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
2 tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak.
Tabel 2.7
Persentase Anak Yang Mempunyai KIA (%)
Persentase Kepemilikan Kartu
No. Kecamatan Identitas Anak (%)
2020 2021
1. Sidorejo 74,71 78,54
2. Tingkir 75,22 78,59
3. Argomulyo 75,68 79,59
4. Sidomukti 74,86 79,34
Kota Salatiga 75,12 79,02
Sumber : DP3APPKB Kota Salatiga 2023

2. Perkawinan Anak
Pernikahan usia anak adalah pernikahan yang terjadi sebelum
anak berusia 18 tahun serta belum memiliki kematangan fisik,
fisiologis, dan psikologis untuk mempertanggungjawabkan
pernikahan dan anak hasil pernikahan tersebut, serta sah menurut
agama dan negara.2 Perkawinan Anak Usia Dini banyak memberikan
dampak buruk, terutama bagi anak perempuan. Dampak bagi
perempuan antara lain adalah resiko kematian saat melahirkan lima
kali lebih besar, berisiko mendapatkan komplikasi yang terkait
dengan persalinan yang jauh lebih tinggi, risiko kematian pada bayi
dua kali lipat sebelum memasuki usia satu tahun, ibu berisiko
melahirkan anak secara premature dan stunting (kekurangan

2
Fadlyana, E. & Larasaty S. (2009). Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. Sari
Pediatri, 11 (2)

II-8
asupan gizi). Karena mengalami pernikahan secara dini, banyak
pula anak perempuan yang mengalami putus sekolah. Dengan
tingginya anak putus sekolah, mempengaruhi rendahnya tingkat
Index Pembangunan Manusia (IPM). Jumlah perkawinan anak yang
tercatat di DP3APPKB Kota Salatiga tahun 2021 berjumlah 4 orang
yang naik menjadi 7 Orang di tahun 2022. Selengkapnya dapat
dilihat pada gambar berikut.

2021 2022

Laki-laki Perempuan
Sumber : DP3APPKB Kota Salatiga 2023
Gambar 2.3 Jumlah Perkawinan Anak Yang Tercatat Di
DP3APPKB Kota Salatiga Tahun 2021

Sesuai dengan data dari DP3APPKB Kota Salatiga, bahwa


penyebab perkawinan usia anak yang paling dominan adalah subjek
dalam kondisi hamil, selain itu juga ada kasus yang menyebutkan
bahwa satu subjek ingin segera menikah untuk mengurangi stigma
negatif dari tetangga serta menghindari zina. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.8
Data Perkawinan Anak Kota Salatiga Tahun 2021-2022
(Pemohon)
Jenis Jumlah Jenis Jumlah
Penyebab Penyebab
Kelamin Perkawinan Kelamin Perkawinan
Perkawinan Perkawinan Usia
No. Usia Usia Anak Usia Anak
L P Usia Anak L P Anak
(L+P) (L+P)
2021 2022
1. <16 0 0 0 Subjek 0 0 0 Subjek Pada
Tahun dalam Kondisi Hamil
2. 16 Tahun 0 3 3 kondisi 0 3 3

II-9
Jenis Jumlah Penyebab Jenis Jumlah Penyebab
Kelamin Perkawinan Perkawinan Kelamin Perkawinan Perkawinan Usia
No. Usia L P Usia Anak Usia Anak L P Usia Anak Anak
(L+P) (L+P)
2021 2022
3. 17 Tahun 0 1 1 hamil 1 1 2 Satu subjek ingin
4. <19  0 0  0  1 1 2 segera menikah
Tahun  untuk mengurangi
stigma negatif dari
tetangga serta
menghindari zina
Kota Salatiga     Jumlah : 4       Jumlah : 7
Sumber : DP3APPKB Kota Salatiga 2023

Selain data dari DP3APPKB Kota Salatiga, perkawinan usia


anak juga tercatat di pengadilan agama Kota Salatiga. Jumlah
perkawinan anak yang tercatat di pengadilan agama Kota Salatiga
berjumlah 31 pemohon. Kecamatan yang menjadi pemohon
dispensasi terbanyak adalah Kecamatan Argomulyo yaitu 13
Pemohon. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Tabel 2.9
Data Jumlah Pernikahan Usia Anak (<19 Tahun) Per Kecamatan
Di Pengadilan Agama Tahun 2021 (Jiwa)
No. Kecamatan Jumlah
1. Argomulyo 13
2. Sidomukti 2
3. Sidorejo 12
4. Tingkir 4
Jumlah 31
Sumber : DP3APPKB Kota Salatiga 2023

3. Persalinan di Fasilitas Kesehatan


a. Pertolongan Persalinan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
Pasal 1 menyebutkan bahwa Fasilitas Pelayanan Kesehatan
adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat.3 Terdapat 6 fasilitas

3
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat

II-10
kesehatan berupa puskesmas di Kota Salatiga antara lain yaitu
Puskesmas Cebongan, Puskesmas Kalicacing, Puskesmas
Mangunsari, Puskesmas Sidorejo Kidul, Puskesmas Sidorejo Lor,
serta Puskesmas Tegalrejo. Sasaran ibu bersalin (Bulin) dari
seluruh puskesmas yaitu 2.336 jiwa dan Cakupan Persalinan
oleh Tenaga Kesehatan (PN) sejumlah 2.336 atau persentasenya
adalah 100%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

II-11
Tabel 2.10
Data Persalinan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2021 (Jiwa Dan %)
Jumlah Kunjungan ANC Puskesmas Puskesmas Persalinan
No. Puskesmas Sasaran melaksanakan Melaksanakan Sasaran PN PN
K1 % K4 % K6 % kelas Ibu Orientasi P4K PN % % %
Bumil Bulin FASYANKES FASYANKES
1. Cebongan 333 333 100, 331 99,4 317 95,2 1 1 309 309 100,0 309 100,0 - -
0
2. Kalicacing 275 275 100, 270 98,2 270 98,2 1 1 259 259 100,0 259 100,0 - -
0
3. Mangunsari 342 342 100, 336 98,2 336 98,2 1 1 279 279 100,0 279 100,0 - -
0
4. Sidorejo 560 560 100, 531 94,8 488 87,1 1 1 511 511 100,0 511 100,0 - -
Kidul 0
5. Sidorejo Lor 599 599 100, 588 98,2 588 98,2 1 1 527 527 100,0 527 100,0 - -
0
6. Tegalrejo 479 479 100, 468 97,7 410 85,6 1 1 451 451 100,0 451 100,0 - -
0
Total 25.588 25.58 100, 2.524 97,5 2.409 93,1 6 6 2.336 2.336 100,0 2.336 100,0 - -
8 0
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Salatiga, 2023

II-12
b. Jumlah Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada saat bayi
lahir sampai satu hari sebelum hari ulang tahun pertama.
Berdasarkan penyebabnya, kematian bayi dibedakan oleh faktor
endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen (kematian neonatal)
adalah kejadian kematian yang terjadi pada bulan pertama sejak
bayi dilahirkan umumnya disebabkan oleh faktor yang dibawa
sejak lahir, diwarisi oleh orangtua pada saat konsepsi atau didapat
dari ibunya selama kehamilan. Kematian eksogen (kematian
postnatal) adalah kematian bayi yang terjadi antara usia satu
bulan atau sampai satu tahun disebabkan oleh faktor yang
berkaitan dengan pengaruh lingkungan4.
Menurut peneliti kematian bayi diakibatkan karena kondisi
ibu saat hamil kurang baik. Ibu jarang memeriksakan
kehamilannya kepada tenaga kesehatan, jarak kelahiran yang
terlalu sempit, dan makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah dan rentan
akan penyakit yang dapat memperbesar risiko kematian bayi.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga, jumlah
kelahiran bayi di Kota Salatiga tahun 2021 berjumlah 2.328 jiwa
bayi yang dimana 17 jiwa bayi mengalami kematian pada 0-6 hari,
5 jiwa bayi mengalami kematian pada 7-28 hari, serta 10 jiwa bayi
mengalami kematian di 29 hari – 11 bulan. Selain itu ada pula
data 17 kasus mengalami Intrauterine Fetal Death (IUFD) atau
kematian janin setelah usia kehamilan 20 minggu, dan ada pula 5
kasus lahir mati. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

4
Wandira, A.K., dan Indawati, R. (2012). Faktor Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten
Sidoarjo. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 1, No. 1, Agustus 2012

II-13
Tabel 2.11
No. Puskesmas Kelahiran Hidup ∑IUFD ∑Lahir Mati Kematian Neonatal ∑Kematian Bayi (29 Hari- 11 Bulan)
<250gr ≥250gr Total ∑Kematian 0-6 Hari ∑Kematian 7-28 Hari
L P L P L P L P L P L P L P L P
1. Sidorejo Lor 8 13 281 225 289 238 1 1 1 - 2 3 2 - - 1
2. Kalicacing 2 4 125 125 127 129 2 2 - - 1 1 - - 1 -
3. Mangunsari 5 14 134 129 139 143 - - - - 1 1 - - 1 -
4. Tegalrejo 12 19 235 184 247 203 4 - - - 2 2 1 1 1 1
5. Cebongan 6 10 155 137 161 147     2 1 2       1 -
6. Sidorejo Kidul 10 8 279 208 289 216 3 4 1 - 2 - 1 - 2 2
Kota Salatiga 43 68 1.209 1.008 1.252 1.076 10 7 4 1 10 7 4 1 6 4
111 2.217 2.328  17 5 17  5  10
Jumlah Kematian Bayi Di Kota Salatiga Tahun 2021 (Jiwa)

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Salatiga 2023

II-14
4. Status Gizi Balita
a. Kekurangan Gizi (Underweight) Pada Anak Balita
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila
kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Gizi (Nutrition) adalah suatu
proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan,untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi 5. Gizi
kurang adalah suatu keadaan dimana berat badan balita tidak
sesuai dengan usia yang disebabkan oleh karena konsumsi gizi
yang tidak mencukupi kebutuhan dalam waktu tertentu. Data dari
Dinas Kesehatan Kota Salatiga, jumlah balita yang ditimbang di
tahun 2021 sejumlah 9.880 jiwa dengan 8.009 jiwa balita kategori
berat badan normal, 1.320 jiwa balita kategori berat badan lebih,
497 jiwa balita kategori berat badan kurang, serta 54 jiwa kategori
berat badan sangat kurang. Selengkapnya dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

5
Festi, Pipit. 2018. Buku Ajar Gizi dan Diet. Surabaya : UMSurabaya Publishing

II-15
12,000
9880
10,000
8009
8,000
6,000
4,000
2,000 1320
54 497
0
ng g ng al bi
h
ba an an m
ur r o r Le
im K u N B
it t K B B
D ga B B o
ta an B ik
al
i S es
B B R
h B
la
um
J
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Salatiga, 2023
Gambar 2.4 Kekurangan Gizi (Underweight) Pada Anak
Balita Di Kota Salatiga Tahun 2021 (Jiwa)

Dari 6 puskesmas yang berada di Kota Salatiga, yang


terdapat balita kategori berat badan sangat kurang berada di
Puskesmas Sidorejo Kidul yaitu 18 balita. Selain itu di Puskesmas
Sidorejo Kidul juga menempati posisi tertinggi jumlah balita
kategori berat badab kurang yaitu sejumlah 152 balita.
Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

II-16
2,512
2,258
1,981
1,794
1,533
1,282 1,347
1,206 1,163
948 1,045
820
387 294
167 240 136 152
124
1 19 108 6 64 1572 6 54 8 18
Kalicacing Mangunsari Tegalrejo Cebongan Sidorejo Lor Sidorejo
Kidul

Jumlah Balita Ditimbang BB Sangat Kurang


BB Kuranng BB Normal
Resiko BB Lebih
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Salatiga, 2023
Gambar 2.5 Data Kekurangan Gizi (Underweight) Pada
Anak Balita Tiap Puskesmas Di Kota Salatiga
Tahun 2021 (Jiwa)

b. Prevalensi Stunting (Pendek Dan Sangat Pendek) Pada Anak


Usia Di Bawah 2 Tahun
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami
anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial
yang tidak memadai (World Health Organization,2015). Faktor
penyebab stunting dapat dikelompokan menjadi penyebab
langsung dan tidak langsung. Praktik pemberian kolostrum dan
ASI eksklusif, pola konsumsi anak, dan penyakit infeksi yang
diderita anak menjadi faktor penyebab langsung yang
mempengaruhi status gizi anak dan bisa berdampak pada
stunting. Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah akses
dan ketersediaan bahan makanan serta sanitasi dan kesehatan
lingkungan (Wulandari Leksono et al., 2021).
Jumlah balita dibawah usia dua tahun (Baduta) di Kota
Salatiga tahun 2021 adalah 3.431 jiwa balita. Baduta kategori
sangat pendek berjumlah 55 jiwa dengan jumlah terbanyak berada
di Kecamatan Argomulyo (25 Jiwa). Kategori baduta pendek yaitu

II-17
sejumlah 231 jiwa dengan jumlah terbanyak berada di Kecamatan
Argomulyo. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.12
Stunting Pada Anak Usia Di Bawah 2 Tahun Di Kota Salatiga
Tahun 2021
Jumlah Baduta (0-23 Bulan)
Baduta Yang
No. Puskesmas Diukur PB/TP Jumlah Persentas
Jumlah
(0-23 Bulan) Sangat Jumlah e%
Pendek
Pendek
Kec. Sidomukti 799 4 22 26 3,25
1. Kalicacing 61 0 2 2 3,28
2. Dukuh 286 0 5 5 1,75
  P. Kalicacing 347 0 7 7 2,02
3. Mangunsari 307 3 6 9 2,93
4. Kecandran 145 1 9 10 6,90
  P. Mangunsari 452 4 15 19 4,20
             
Kec. Argomulyo
  975 25 89 114 11,69
5. Tegalrejo 220 6 14 20 9,09
6. Kumpulrejo 124 4 22 26 20,97
7. Randuacir 167 3 29 32 19,16
  P. Tegalrejo 551 13 65 78 15,26
8. Noborejo 114 6 8 14 9,72
9. Cebongan 104 3 5 8 7,69
10. Ledok 216 3 11 14 6,48
  P. Cebongan 464 12 24 36 7,76
             
Kec. Sidorejo
  909 10 70 80 8,80
11. Sidorejo Lor 154 0 9 9 5,84
12. Salatiga 203 4 23 27 13,3
13. Blotongan 249 2 9 11 4,42
14. Pulutan 129 0 9 9 6,98
15. Bugel 84 3 9 12 14,29
16. Kauman Kidul 90 1 11 12 12,33
  P. Sidorejo Lor 909 10 70 80 8,80
             
Kec. Tingkir
  748 16 50 66 8,82
17. Gendongan 68 4 3 7 10,29
18. Kalibening 44 3 6 9 20,45
19. Tingkir Tengah 114 3 16 18 15,79
20. Tingkir Lor 90 3 6 9 10

II-18
Jumlah Baduta (0-23 Bulan)
Baduta Yang Jumlah
No. Puskesmas Diukur PB/TP Jumlah Persentas
Sangat Jumlah e%
(0-23 Bulan) Pendek
Pendek
21. Kutawinangun Lor 174 2 13 15 8,62
Kutowinangun
22. Kidul 93 0 0 0 0
23. Sidorejo Kidul 165 1 7 8 4,85
  P. Sidorejo Kidul 748 16 50 66 8,82
Kota Salatiga 3.431 55 231 286 8,34
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Salatiga, 2023

5. Pelayanan Bagi Anak Korban Kekerasan dan Eksploitasi


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian eksploitasi
adalah pemanfaatan untuk keuntungan sendiri, penghisapan,
pemerasan atas diri orang lain yang merupakan tindakan tidak
terpuji. Menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan anak6, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang
yang berusia dibawah 21 Tahun dan belum menikah 7. Eksploitasi
anak merupakan tindakan sewenang-wenang dan perlakuan yang
bersifat diskriminatif terhadap anak yang dilakukan oleh masyarakat
ataupun keluarga dengan tujuan memaksa anak tersebut untuk
melakukan sesuatu tanpa memperhatikan hak anak seperti
perkembangan fisik dan mentalnya.
Hadirnya Undang-Undang (UU) No 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban, sebagaimana telah disempurnakan
melalui UU No 31 Tahun 2014, menegaskan kehadiran negara bagi
korban kejahatan dengan memberikan layanan perlindungan dan
bantuan berupa rehabilitasi bagi korban kejahatan. Layanan
dimaksud berupa bantuan medis, psikologis dan psikososial. Lembaga
/ Konstitusi saling bahu membahu untuk melakukan perlindungan

6
Zainal Asikin, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)
h.2
7
Sholeh Soeaidy, Dasa Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 2001)
h.19

II-19
dan bantuan bagi korban kejahatan ekploitasi. Data dari DP3APPKB
Kota Salatiga tentang anak korban kekerasan dan eksploitasi yang
mendapatkan layanan menunjukan bahwa pada tahun 2021 terdapat
18 kasus, dengan 6 layanan Standar hidup layak
(fisik,spiritual,mental,moral dan sosial anak) sejumlah 6 anak, serta
laporan berjumlah 6 anak. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.13
Anak Korban Kekerasan Dan Eksploitasi Mendapatkan Layanan Di
Kota Salatiga Tahun 2022
No. Layanan Lembaga/Institusi Jumlah Anak
1. Laporan DP3APPKB 6
2. Penampungan DP3APPKB 1
Sementara
3. Rehabilitasi Dinas 0
Kesehatan Kesehatan/PKBI
4. Pendidikan Dinas Pendidikan 0
termasuk
pendidikan
ketrampilan (life
skill)
5. Standar hidup DP3APPKB 6
layak
(fisik,spiritual,m
ental,moral dan
sosial anak)
6. Bantuan Huk Bagian Hukum - 1
um Setda, Kantor
Wilayah
Kemenkumham/LB
H
7. Pemulangan dan Dinas Sosial 3
Reunifikasi
keluarga
8. Pengasuhan Dinas Sosial 1
Alternatif
9. Reintegrasi Dinas Sosial 0
sosial (lanjutan)
Sumber : DP3APPKB Kota Salatiga, 2023

II-20
Selain itu terdapat pula data dari Dinas Sosial Kota Salatiga
bahwa terdapat 3 kasus anak yang berhadapan dengan hukum (ABH)
Pasca Diversi Memperoleh Layanan Rehabilitasi Dan Reintegrasi
Sosial di tahun 2021. Kasusnya diantara lain adalah dua kasus
pencurian dan satu kasus perekaman dan penyebaran video tindak
asusila. Selengkapnya dapat dilihhat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.14
Kasus Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum (ABH) Pasca Diversi
Memperoleh Layanan Rehabilitasi Dan Reintegrasi Sosial Di Kota
Salatiga Tahun 2021
No Layanan
Jenis Kasus Jenis Diversi
. Rehabilitasi
1. Perekaman dan Diversi Tanpa Korban Anak dikembalikan
penyebaran pada keluarga
video tindak
asusila
2. Pencurian Direhabilitasi sosial di Anak dikembalikan
Panti Wira Adhi Karya pada keluarga
Ungaran Kabupaten
Semarang dan reintegrasi
sosial dengan kembali ke
keluarga dan kembali
bersekolah.
3. Pencurian Pendampingan dan Anak dikembalikan
Konseling pada keluarga

II-21

Anda mungkin juga menyukai