Anda di halaman 1dari 5

Lingkungan hidup merupakan bagian dari bumi yang mencakup mahluk hidup

seperti manusia, hewan dan tumbuhan dan benda lainnya seperti air, tanah udara
ataupun sumber energi yang ada di dalamnya dan menjadi satu. Lingkungan hidup
yang baik dapat tercipta bila terjadi keseimbangan antara mahluk hidup satu dengan
yang lainnya serta terhadap benda lain (air, tanah, udara dan sumber energi), namun
perkembangan teknologi yang pesat membantu manusia untuk menemukan inovasi
yang memudahkan mereka melakukan pekerjaan. Perkembangan inovasi ini tidak
diseimbangkan dengan akibat dari apa yang dihasilkan dari inovasi tersebut.

Seperti yang kita ketahui akhir- akhir ini ditemukan bangkai ikan paus sperma
yang terdampar di perairan pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Bukan cuma
soal paus yang mati tapi juga tentang sampah-sampah yang terbawa arus laut dan
akhirnya bersarang diperut paus. Adapun total berat sampah 5,9 kg, penemuan
sampah dalam perut paus menyimpulkan betapa tercemarnya lautan oleh ulah
manusia.

Sampah sudah menjadi masalah yang klasik bagi setiap Negara di seluruh
dunia ini. Hampir semua Negara memiliki masalah dalam mengatasi timbunan
sampah yang jumlahnya terus meningkat setiap hari. Masalah ini menjadi fokus
utama karena berkaitan dengan kondisi lingkungan suatu negara. Oleh karena itu, saat
ini banyak negara yang telah memulai program re-use dan re-cycle atas sampah -
sampah yang ada untuk menanggulangi masalah ini. Di negeri kita sendiri, sampah
adalah permasalahan yang tak kunjung menemukan penyelesaian. Meskipun
pemerintah kita juga melaksanankan program re-use dan re-cycle, namun
permasalahan lingkungan dan sampah di negeri kita ini belum juga terselesaikan.
Bahkan permasalahan di negeri kita ini menjadi komplek dan menjalar ke berbagai
segi lainnya sehingga memperparah kerusakan lingkungan. Berikut ini adalah
permasalahan – permasalahan yang memperparah kerusakan lingkungan di
Indonesia.
Permasalahan yang pertama adalah penebangan kayu liar. Indonesia memang
terkenal dengan industry berbahan kayu yang bahkan kepopulerannya telah sampai ke
tingkat dunia. Namun sayangnya bahan – bahan kayu tersebut diambil dari hutan
tanpa memperhatikan kelestariannya sehingga banyak hutan yang habis ditebangi.
Akibatnya, hutan menjadi gundul dan kehilangan fungsi – fungsinya.

Permasalahan yang kedua adalah polusi. Indonesia dituduh sebagai salah satu
Negara yang bertanggung jawab dalam terjadinya global warming. Hal ini
dikarenakan negeri kita memiliki tingkat polusi udara yang tinggi akibat dari
banyaknya asap pabrik, kendaraan bermotor dan lain masih banyak lagi yang
dihasilkan.

Permasalahan yang ketiga adalah kurangnya ketersediaan tempat pembuangan


sampah. TPA saat ini sudah tidak bisa lagi menampung jumlah sampah yang ada.
Selain itu keberadaan TPA ini sering sekali menimbulkan permasalahan karena
banyak warga setempat yang menuntut untuk memindahkan TPA dari tempat mereka
karena mengganggu.

Permasalahan yang keempat adalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat


dalam menjaga kebersihan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya sampah yang
beserakan karena mereka malas dalam membuang sampah pada tempatnya. Mereka
lebih memilih membuang sampah di sungai daripada di tempat sampah yang telah
disediakan. Akibatnya, sungai jadi tercemar dan dapat mengakibatkan banjir.

Berdasarkan penjabaran – penjabaran yang telah dibahas di atas, dapat kita


simpulkan bahwa masalah lingkungan di negeri kita ini belum bisa terselesaikan
bahkan semakin komplek dengan permasalahan – permasalahan seperti yang
disebutkan di atas.

Pencemaran terhadap lingkungan hidup yang sejatinya berasal dari manusia


sendiri telah mencemari air, tanah dan udara sebagai contoh pemanasan global
(global warming). Isu pemanasan global sendiri muncul pada tahun akhir 1980
dimana terjadi perubahan iklim akibat gas CO (karbonmonoksida), NOx, CO2
(karbondioksida), CFC, N2O, CCl4, CH4 (metana) gas – gas ini dikenal dengan gas
rumah kaca. Sampah merupakan masalah klasik yang kurang mejadi perhatian di
sebagian masyarakat. Produksi wadah makanan, alat elektronik, alat kosmetik, hingga
pakaian yang kita kenakan akan menjadi sampah saat kita sudah tidak memakainya
lagi. Penyianyiaan terhadap makanan pun masih tinggi yang membuat banyak
makanan atau minuman yang di buang. Peningkatan produksi sampah pun menjadi
permasalah global karena beberapa jenis sampah sulit untuk di urai terutama sampah
plastik dan sampah elektronik.

Pencegahan terhadap kerusakan lingkugan sudah mulai di lakukan beberapa


dekade terakhir ini dengan mendorong masyarakat dunia untuk mulai merubah pola
pikir terhadap gaya hidup mereka. Gaya hidup untuk mengurangi kerusakan terhadap
lingkungan. Energi dan material yang ramah lingkungan membuat para peneliti
berpikir lebih keras agar menciptakan teknologi yang ramah dengan lingkungan, tidak
hanya peneliti yang berpikir keras agar teknologi yang digunakan manusia membuat
keseimbangan terhadap alam, masyarakat umum mulai belajar bagaimana
mengurangi kerusakan lingkungan dengan cara yang sederhana dan mudah disamping
para peneliti mengembangkan penemuan yang lebih “hijau”.

Regulasi terhadap isu lingkungan pun diberlakukan oleh beberapa Negara


sebagai pembelajaran dan pembiasaan terhadap warga negaranya untuk lebih peduli
terhadap lingkungannya sebagai contoh mengurangi konsumsi kantong plastik
dengan membeli kantong plastic berbayar. Sistem ini memakasa kita (manusia) untuk
lebih bijak lagi memilih kantong belanja dengan harapan dapat mengurangi
penggunaan kantong plastic. Tidak hanya dalam bentuk regulasi, kampanye terhadap
kerusakan lingkungan juga sering digaungkan oleh sekumpulan orang yang peduli
terhadap lingkungan baik itu dalam lingkungan rumah tangga,sekolah, perkantoran
ataupun universitas.
Untuk mendorong dan sama – sama belajar akan meningkatkan kepedulian
kita terhadap lingkungan dapat membentuk suatu komunitas. Komunitas merupakan
di mana sekumpulan orang dengan visi, misi dan kepeduliaan yang sama berkumpul
untuk mendiskusikan dan membaginya dengan lingkungan sekitar mereka agar apa
yang dicita-citakan terwujud. Komunitas peduli lingkungan sudah banyak baik itu
global maupun lokal dalam suatu Negara. WWF (World Wildlife Fund), Greenpeace,
350, dan Earth Hour merupakan contoh komunitas besar yang bergerak akan
kepedulian mereka mengenai lingkungan. Adapun cara yang ditunjukkan komunitas
peduli lingkungan ini ada yang menunjukkan dengan gerakan massal mematikan
listrik selama 60 menit di berbagai Negara, berbagi ilmu dengan masayarakat dan
kaum muda untuk belajar bersama bagaimana cara untuk mengurangi kerusakan
lingkungan, bahkan menkritik dan melakukan aksi protes terhadap perusahaan
ataupun Negara yang tidak menerapkan konsep lingkungan “hijau”. Mongabay,
KOPHI, GreenGeneration merupakan contoh komunitas besar yang ada di Indonesia.
Selain itu ada banyak komunitas kecil yang bergerak di daerah baik itu lingkup kota
hingga kampus.
Pembentukan suatu komunitas di kampus mampu memberikan edukasi nyata
kepada dosen, karyawan dan mahasiswa. Komunitas yang di bentuk dapat dalam
skala universitas ataupun fakultas bahkan jurusan. Komunitas lingkungan hidup yang
terbentuk nantinya mampu memberikan edukasi terhadap warga kampus dengan
melakukan road show memberikan seminar kecil dan melaksanakan kerja nyata untuk
mengurangi dampak lingkungan yang tidak hanya di lakukan saat itu saja namun
secara berkelanjutan. Pembuatan vertikal garden dapat di terapkan, tidak pembuatan
vertikal garden secara umumnya, ‘siapa yang menanam dia yang bertanggung jawab’
sistem ini akan membuat mahasiswa bertanggung jawab dengan apa yang dia tanam
baik atau buruknya vertical garden yang dibuat semua akan di publikasikan lewat
media sosial komunitas yang ada dengan begitu mahasiswa akan merasa bangga saat
yang ia tanam berhasil dan malu jika apa yang di tanam tidak dapat dia rawat dengan
baik.
Komunitas lingkungan hidup yang terbentuk dapat bekerjasama dengan para
pihak sebagai contoh pengadaan tempat sampah yang tidak hanya 2 macam tetapi 3
yaitu sampah plastik, sampah botol (plastik) dan sampah organik (makanan, batang
dan dedaunan). Pemilahan ini berkonsep pada visi Kementrian lingkungan hidup
menuju Indonesia bebas sampah 2020.

Kesimpulannya bahwa kita harus membangun kesadaran akan kepedulian


lingkungan hidup disekitar sebab pencemaran atau ulah manusia yang merusak
lingkungan hidup dapat berdampak bagi ekosistem sekitar bahkan dapat membunuh
makhluk hidup yang lain. Kesadaran ini harus ditanamkan sejak dini agar
membiasakan diri untuk peduli terhadap lingkungan. Semua ini harus disertai dengan
pemerintah yang memadai dalam melakukan sosialisasi serta pencegahan pencemaran
terhadap lingkungan hidup

Anda mungkin juga menyukai