Disusun Oleh :
1. Dia Hertati
2. Meliza
3. Febrianti
4. Supriyadi
5. Satria
6. Rozak
Guru Pembimbing : M. Guntur, S.Pd.i
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan perkenaan-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas ini.
Makalah ini merupakan hasil dan kesimpulan yang diambil melalui sumber buku dan
internet.
Harapan kami setelah membaca makalah ini, pembaca dapat lebih mengetahui
mengenai perubahan iklim dan pemanasan global, serta dampaknya dalam kehidupan kita di
Bumi sehingga ada kesadaran untuk melestarikan lingkungan sekitar kita.
Selanjutnya, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga maupun teman-
teman yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak guna perbaikan
karya tulis ini kedepannya. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Semenjak manusia zaman purbakala sampai dengan zaman sekarang, manusia selalu
mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya. Peradaban manusia
sekarang telah mengalami banyak kemajuan. Selama perkembangan itu, manusia menjalani
kehidupan dengan bergantung pada pertanian dan agrikultur. Melalui orientasi kehidupan
tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-
baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.
Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada
masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan
yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku
industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar
dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan
namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan
tempat tinggal manusia dan kehidupannya.
Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi
lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah
berkembang pesat saat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan
sering disebut sebagai Global Warming yang diantara beberapa akibatnya adalah perubahan
iklim yang terjadi di bumi sekarang ini.
Pemanasan global telah menyebabkan perubahan iklim yang signifikan, seperti yang
terjadi di negara kita, efek dari pemanasan ini telah menyebabkan perubahan iklim yang
ekstrim. Di beberapa daerah sering terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir bandang
dan longsor, munculnya angin puting beliung, bahkan kekeringan yang mengancam jiwa
manusia.
Seperti yang telah kita ketahui segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal
dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari
cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap
sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya sebagai radiasi infra merah gelombang
panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-
gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-
ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata bumi terus meningkat.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah ialah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan efek rumah kaca pemanasan global ?
2. Apa saja penyebab terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global ?
3. Apa saja dampak terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global ?
4. Bagaimana cara menanggulangi masalah efek rumah kaca dan pemanasan global ?
C. TUJUAN PENULISAN
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca dan pemanasan global
2. Mengetahui penyebab terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global
3. Mengetahui dampak terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global
4. Mengetahui cara menanggulangi masalah efek rumah kaca dan pemanasan global
D. MANFAAT PENULISAN
Sedangkan manfaat dari dari penulisan makalah ini adalah:
1. Agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan oleh pembaca untuk menambah
pengetahuan mereka tentang perubahan iklim dan pemanasan global
2. Para pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca dan
pemanasan global.
3. Pembaca dapat mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya efek rumah kaca dan
pemanasan global.
4. Pembaca dapat mengetahui dampak terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan
global.
5. Pembaca dapat mengetahui bagaimana cara menanggulangi efek rumah kaca dan
pemanasan global yang sedang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
Bumi semakin panas akibat dari matahari yang semakin bergejolak. matahari dalam
seabad ini sering muncul bintik-bintik matahari akibat ledakan energi hidrogen. berdasarkan
penelitian, ternyata semakin banyak jumlah bintik-bintik itu, maka energi panas yg
dipancarkan oleh matahari juga semakin tinggi yang akan mempengaruhi juga panas di bumi.
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam
pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah
kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek
rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak
telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi
kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena
radiasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan
efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun
1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin
telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan
bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-
rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott
dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat
estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh
Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan
aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan
bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari
sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Matahari memancarkan sinarnya dalam bentuk radiasi ultraviolet ke bumi yang akan
diterima oleh bumi dan dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah. Sinar matahari
masuk ke bumi sebagai panas, yang sebagiannya dipantulkan kembali ke angkasa,
sebagiannya lagi diserap baik oleh permukaan bumi yang berwarna agak gelap maupun oleh
“gas-gas rumah kaca” yang terkandung dalam atmosfer. Gas-gas rumah kaca ini bertindak
seperti layaknya “benda hitam”, di mana cahaya yang datang akan dipantulkan kembali
sebagai panas (cahaya dengan panjang gelombang pendek yang disebut inframerah. Semakin
pendek panjang gelombangnya, semakin panas). Semakin banyak kandungan atau
konsentrasi gas-gas rumah kaca ini, semakin banyak panas yang dilepaskan, maka semakin
panaslah atmosfer bumi. Ini yang disebut sebagai efek rumah kaca (greenhouse effect).
Efek Rumah Kaca terjadi alami karena memungkinkan kelangsungan hidup semua
makhluk di bumi. Tanpa adanya Gas Rumah Kaca, seperti karbon dioksida (CO2), metana
(CH4), atau dinitro oksida (N2O), suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih
dingin. Sejak awal jaman industrialisasi, awal akhir abad ke-17, konsentrasi Gas Rumah Kaca
meningkat drastis. Diperkirakan tahun 1880 temperatur rata-rata bumi meningkat 0.5 – 0.6
derajat Celcius akibat emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Bukti terjadinya Efek Rumah Kaca sebagai berikut:
1. Pertama, berdasarkan ilmu fisika, beberapa gas mempunyai kemampuan untuk menahan
panas. Tak ada yang patut diragukan dari pernyataan ini.
2. Kedua, pengukuran yang dilakukan sejak tahun 1950-an menunjukkan tingkat konsentrasi
Gas Rumah Kaca meningkat secara tetap, dan peningkatan ini berhubungan dengan emisi
Gas Rumah Kaca yang dihasilkan industri dan berbagai aktivitas manusia lainnya.
3. Ketiga, penelitian menunjukkan udara yang terperangkap di dalam gunung es telah berusia
250 ribu tahun . Artinya: Konsentrasi Gas Rumah Kaca di udara berbeda-beda di masa lalu
dan masa kini. Perbedaan ini menunjukkan adanya perubahan temperatur. Konsentrasi Gas
Rumah Kaca terbukti meningkat sejak masa pra industri.
Lapisan atmosfir bumi terdiri atas troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer.
Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca.
Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi
yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas.
Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas,
awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 %
diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke
permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang
telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu.
Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap
dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.
Secara sederhana, proses terjadinya efek rumah kaca dimulai saat panas matahari
merambat dan masuk ke permukaan bumi. Kemudian panas matahari tersebut akan
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa melalui atmosfer. Sebagian panas
matahari yang dipantulkan tersebut akan diserap oleh gas rumah kaca yang berada di
atmosfer. Panas matahari tersebut kemudian terperangkap di permukaan bumi, tidak bisa
melalui atmosfer sehingga suhu bumi menjadi lebih panas.
Yang termasuk dalam kelompok Gas Rumah Kaca adalah karbondioksida (CO2),
metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC),
sampai sulfur heksafluorida (SF6). Jenis GRK yang memberikan sumbangan paling besar
bagi emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida, metana, dan dinitro oksida. Sebagian besar
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) di sektor energi
dan transport, penggundulan hutan, dan pertanian. Sementara, untuk gas rumah kaca lainnya
(HFC, PFC, SF6 ) hanya menyumbang kurang dari 1%
Pada gambar di atas, dapat dilihat bagaimana pemanasan global akan mempengaruhi
perubahan lingkungan seperti: perubahan cuaca dan lautan, pergeseran ekosistem dan
degradasi lingkungan.
Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara global
(panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis.
Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul
kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut
akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya
bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian
dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma
psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Contohnya yaitu meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai
vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah
yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas
dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan terjadinya Global
Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan pun mulai
meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini
berkembang biak.
Degradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi padawaterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan
polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
Jika terjadi kenaikan air laut di indonesia maka akan hilangnya pulau-pulau kecil
merupakan ancaman langsung, tidak saja berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi dan
ekosistem tetapi juga terhadap Geopolitik mengingat pulau terluar merupakan pijakan penting
dalam menentukan batas wilayah dengan negara lain.
Rusaknya terumbu karang akan sangat mengganggu kegiatan sosial ekonomi
masyarakat, mengingat terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat pemijahan dan
bertelur, sehingga sangat mempengaruhi stok ikan. Berdasarkan data, sekitar 30 juta nelayan
di dunia tergantung pada ikan-ikan karang. Dan, setengah kebutuhan protein dan kandungan
gizi untuk 400 juta orang miskin di dunia disuplai dari ikan. Belum lagi nilai ekonomi untuk
wisata bahari juga akan terpengaruh. Selain itu, masyarakat yang tinggal di daerah pesisir
akan menjadi korban yang begitu nyata, beberapa nelayan yang menangkap ikan
disana,sebagian besar merasakan dampak terhadap cuaca yang semakin sulit ditentukan
kapan sebaiknya melaut karena musim ikan semakin sulit diprediksi.
Bawah tanah atau air bawah tanah bisa digunakan untuk menyuntikkan emisi CO2 ke dalam
lapisan bumi atau ke dalam lautan. Lapisan bumi yang dapat digunakan adalah penyimpanan
alami minyak dan gas bumi di tambang-tambang minyak. Dengan memompakan
CO2 kedalam tempat-tempat penyimpanan minyak di perut bumi akan membantu
mempermudah pengambilan minyak atau gas yang masih tersisa. Hal ini bisa menutupi biaya
penyembunyian karbon. Lapisan garam dan batubara yang dalam juga bisa menyembunyikan
karbon dioksida. Lautan juga dapat menyimpan banyak karbon dioksida, tetapi para ilmuwan
belum dapat menetapkan pengaruhnya terhapad lingkungan hidup di dalam laut.
B. SARAN
Banyak hal yang bisa dilakukan sebagai warga Bumi untuk turut berperan serta
mengatasi peristiwa Pemanasan Global (Global Warming) dan Perubahan Iklim (Climate
Change) yang sedang dialami Bumi, dimulai dari hal-hal kecil yang dapat dilakukan oleh
semua orang dari rumah tempat kita tinggal
DAFTAR PUSTAKA
http://theordinaryovy.blogspot.com/2013/12/sudut-datang-dan-pemanasan-di-muka-
bumi.html
http://obengplus.com/articles/1965/1/Berapa-jarak-1-tahun-cahaya-bisa-dihitung-dalam-
satuan-kilometer.html#.VCzkBWeSw1M
http://riescawardhani.blogspot.com/2012/04/pengaruh-radiasi-matahari-terhadap.html
http://www.energiportal.com
http://www.fisikaindonesia.blogspot.com/2010/10/hukum-ampare.html
Diakses pada Rabu, 12 Februari 2020. Pukul 10.15 WIB