Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis berupa paper di Departemen Ilmu
Penyakit Jiwa atau Psikiatri di Rumah Sakit Umum Haji Medan yang berjudul
“HOMOSEKSUAL” dapat tersusun dan terselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih saya ucapkan kepada Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked. KJ. Sp.
KJ(K) selaku pembimbing saya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang
telah disusun ini masih banyak erdapat kekurangan di dalam penulisannya, baik dalam
penyusunan kalimat maupun di dalam teorinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak

Medan, 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi TORCH(Toxoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus,Herpes simplex) ... 4
2.2. Toxoplasma ........................................................................................................... 4
2.3. Rubella .................................................................................................................. 8
2.4. Citomegalovirus .................................................................................................... 11
2.5. Herpes Simpleks Virus.......................................................................................... 14
2.6. Beta HCG (Human Chorionic Gonadotropin) ...................................................... 17
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Homoseksual adalah istilah yang digunakan untuk orientasi seksual kepada jenis
kelamin yang sama. Homoseksual yang dilakukan sesama pria dinamakan gay,
sedangkan homoseksual yang dilakukan oleh sesama wanita disebut dengan lesbian.
Kedua perilaku seksual tersebut, baik dalam ranah agama maupun ranah sosial disebut
sebagai bentuk seks menyimpang. Pelaku dan perilaku homoseksual bisa dikenakan
sanksi, seperti sanksi dosa dan dilecehkan (Himawan, 2007 : 68).
Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau
dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat
menganggap homoseksual sebagai penyimpangan sosial. Homoseksual dianggap
sebagai penyakit, dosa, perilaku yang amoral. Homoseksual dianggap bertentangan
dengan nilai yang terinternalisasi dalam masyarakat, menjelaskan bahwa orientasi
seksual laki-laki umumnya terhadap perempuan dan sebaliknya. Ketika ada laki-laki
yang orientasi seksualnya terhadap laki-laki dan perempuan yang orientasi seksualnya
terhadap perempuan (sesama jenis), masyarakat menganggap hal tersebut tidak wajar.
Aturan agama dan pemerintah yang diwujudkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Dasar Perkawinan bab I pasal 1 menyatakan
bahwa perkawinan ialah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan YangMaha Esa. Isi dari undang-undang tentang
perkawinan tersebut menjelaskan bahwa tidak ada perkawinan sesama jenis di
Indonesia. Namun, kenyataannya banyak hal yang terjadi diluar kendali agama dan
pemerintah dengan dasar undang-undang tersebut. Praktik homoseksual marak terjadi
di berbagai daerah di Indonesia berdasarkan given(pemberian), life style(gaya hidup),
maupun adat istiadat (Oetomo, 2001: 7).

1
Perspektif sosiologis tidak menjelaskan benar atau salah mengenai
homoseksual(Soekanto, 2006: 19), namun melihat bagaimana hal tersebut terjadi di
masyarakat sehingga muncul identitas homoseksual dan dinamika homoseksual
tersebut khususnya di Indonesia. Aspek-aspek multikultur dan pluralisme merupakan
ciri khas dari masyarakat Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam budaya, etnis, ras,
suku, agama, profesi, dan lain-lain. Kemajemukan ini mempengaruhi fenomena
homoseksual yang terjadi di Indonesia (Oetomo, 2001: 15-22).
Menurut pengamatan peneliti, kelompok homoseksual dalam kehidupan sehari-
hari bisa dibilang mendapatkan tekanan sosial lebih besar daripada kelompok
heteroseksual. Kelompok homoseksual harus menghadapi kenyataan secara intern dan
ekstern. Secara ekstern, mayoritas kelompok heteroseksual menjadi kelompok utama
yang menolak apa yang terjadi dan berbagai usaha dilakukan untuk meniadakan praktik
homoseksual. Selain itu, pihak ekstern secara hukum tidak membedakan-bedakan
perlakuan terhadap kelompok homoseksual tetapi perlakuan orang per orang yang
dibedakan. Secara intern, masih banyak terjadi konflik antara kelompok satu dengan
yang lain sesama homoseksual. Pada konflik intern kelompok homoseksual seperti
kekerasan dalam hubungan pasangan homoseksual kecil kemungkinan aparat atau
penegak hukum akan memproses kasus tersebut sama seperti heteroseksual layaknya
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebab pernikahan yang diakui negara adalah
pernikahan lawan jenis bukan sesama jenis, sehingga kelompok homoseksual kesulitan
untuk bisa mendapatkan perlindungan hukum dalam konteks kekerasan pada hubungan
homoseksual. Organisasi hanya sebagai jalan mencari referensi dan membantu dalam
ranah informal, namun tidak bisa memberikan efek jera sebagaimana tujuan dari
hukuman pada ranah hukum yang legal di Indonesia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Homoseksual dan Sejarahnya


Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antara
pribadi yang berjenis kelamin sama. Pada penggunaan mutakhir, kata sifat homoseks
digunakan untuk hubungan intim dan/atau hubungan sexual di antara orang-orang
berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak mengidentifikasi diri merek sebagai
gay atau lesbian. Homoseksualitas, sebagai suatu pengenal, pada umumnya
dibandingkan dengan heteroseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay adalah suatu
istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Sedangkan
Lesbian adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada wanita
homoseksual.
Definisi tersebut bukan definisi mutlak mengingat hal ini diperumit dengan
adanya beberapa komponen biologis dan psikologis dari seks dan gender, dan dengan
itu seseorang mungkin tidak seratus persen pas dengan kategori di mana ia
digolongkan. Beberapa orang bahkan menganggap ofensif perihal pembedaan gender
(dan pembedaan orientasi seksual).
Homoseksualitas dapat mengacu kepada:
1. Orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang
lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang
sama.
2. Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli
orientasi seksual atau identitas gender.
3. Identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu
kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.

Ungkapan seksual dan cinta erotis sesama jenis telah menjadi suatu corak dari
sejarah kebanyakan budaya yang dikenal sejak sejarah awal . Bagaimanapun, bukanlah

3
sampai abad ke-19 bahwa tindakan dan hubungan seperti itu dilihat sebagai orientasi
seksual yang bersifat relatif stabil. Penggunaan pertama kata homoseksual yang tercatat
dalam sejarah adalah pada tahun 1869 oleh Karl-Maria Kertbeny, dan kemudian
dipopulerkan penggunaannya oleh Richard Freiherr von Krafft-Ebing pada bukunya
Psychopathia Sexualis.

Di tahun-tahun sejak Krafft-Ebing, homoseksualitas telah menjadi suatu pokok


kajian dan debat. Mula-mula dipandang sebagai penyakit untuk diobati, sekarang lebih
sering diselidiki sebagai bagian dari suatu proyek yang lebih besar untuk memahami
Ilmu Hayat, ilmu jiwa, politik, genetika, sejarah dan variasi budaya dari identitas dan
praktek seksual. Status legal dan sosial dari orang yang melaksanakan tindakan
homoseks atau mengidentifikasi diri mereka gay atau lesbian beragam di seluruh dunia.

2.2 Faktor Penyebab Homoseksual

Penyebab homoseksual ada beberapa hal beberapa pendekatan biologi menyatakan


bahwa faktor genetik atau hormon mempengaruhi perkembangan homoseksualitas.
Psikoanalis lain menyatakan bahwa kondisi atau pengaruh ibu yang dominan dan
terlalu melindungi sedangkan ayah cenderung pasif. Penyebab lain dari
homoseksualitas seseorang yaitu karena faktor belajar.Orientasi seksual seseorang
dipelajari sebagai akibat adanya reward dan punishment yang diterima.Beberapa
peneliti yakin bahwa homoseksualitas adalah akibat dari pengalaman masa kanak-
kanak, khususnya interaksi antara anak dan orang tua.Fakta yang ditemukan
menunjukkan bahwa homoseksual diakibatkan oleh pengaruh ibu yang dominan dan
ayah yang pasif

2.3 Macam – Macam Homoseksual

4
Orientasi seksual Keterangan

Heteroseksual ekslusif -

Heteroseksual predominan Homoseksualnya Cuma kadang kadang

Heteroseksual dominan Homosekualnya lebih jarang jarang

Homoseksual & homoseksual Seimbang (bisexual)

Homosekual dominan Heteroseksualnya lebih dari kadang


kadang

Homoseksual predominan Heterosekualnya cuma kadang kadang

Homosekual ekslusif -

Ada beberapa jenis homoseksual yang tergolongkan dimana dapat kita golongkan
menjadi beberapa jenis yang berbeda. Adapun beberapa jenis homosekual adalah
sebagai berikut:

a. Batant Homoseksual
Homoseksual jenis ini sama dengan kaum gay sejati, dimana laki laki
dengan personalia seperti wanita atau feminim. Sedangkan kaum lesbian.
Wanitanya berkepribadian seperti laki-laki atau maskulian. Termasuk juga
“leather boy” yang memakai jaket kulit, rantai dan sepatu boots.
b. Desperate Homosexual
Biasanya kaum homosekual ini sudah menikah akan tetapi tetap menjalani
kehidupan homosekualnya dengan sembunyi dari istrinya.
c. Homoseksual Malu-Malu
Kaum lelaki yang suka mendatangi WC-WC umum atau tempat-tempat
mandi uap terdorong oleh hasrat homoseksual personal yng cukup intim
dengan orang lain untuk mempraktikan homoseksualitas.
5
d. Secret homoseksual
Kaum homoseksual ini terdiri dari bermacam jenis dan dari tingkat sosial
yang berbeda-beda, walaupun kebanyak dari mereka itu termasuk
golongan menegan yang berkemampuan. Sering juga mereka itu ada yang
sudah menikah dan beranak. Kaum homosekual ini pandai
menyembunyikan identitas, sehingga tak seorang pun tahu bahwa mereka
homosekual. Hanya beberapa teman dekatnya dan kekasihnya saja yang
tahu sebenarnya.
e. Situasion homosekual
Ada kalanya seseorang berada pada situasi sehingga individu itu
bertingkah laku seperti homoseks. Karena keadaan lah yang memaksa
mereka berbuat demikian. Misalnya seperti dalam penjara, sekolah-sekolah
yang berasrama dan institusi sejenisnya, setelah mereka keluar, tingkah
laku mereka kembali menjadi normal, tapi tak kurang juga yang
meneruskan pola homoseks itu. Atau karena alasan ekonomi misalnya
mencari uang.
f. Bisekxuals Individu dengan kehidupan homoseks dan heterosek. Biasanya
kaum homoseksual ini adalah mereka yang sudah menikah lama. Mereka
sama sama menikmati kedua kehidupan itu. Baik sebagai homosek atau
heteroseks. Agak serupa juga dengan golongan desperate homoseksual
yang mereka lebih enjoy dan menikmati hidup mereka sebagai homoseks
secara diam diam. lebih simpel biseksual adalah orang orang yang
mempraktikan baik homoseksualitas maupun heteroseksulitas sekaligus.
g. Adjusted homosexuals
Golongan homosekual ini lebih berterus terang hidup di antara sesama
mereka, dengan mudah menyesuaikan dirinya. Banyak kaum homoseksual
yang hidup dalam tingkat keintiman yang tinggi dari pada heteroseksual.
Namun kadar “perceraian” anatar pasangan homoseks lebih tinggi

6
dibandingkan dengan heterosekual. Sedangkan tingkat keintiman lesbian
lebih tinggi dibandingkan dengan gay, karena lesbian lebih menggunakan
emosi dalam menjalin hubungan. Sehingga berdasarkan penjelasan diatas
jelas bahwa kaum homoseksual dapat ditemukan di berbagai tempat
dengan jumlah yang terhitung banyak, bahkan sekitar 6 hingga 8 persen
dari populasi laki-laki di dunia ini diduga sebagai homoseksual atau gay.

2.4 Ciri Ciri Umum Kaum Homoseksual

Pada dasarnya mereka adalah manusia biasa yang memiliki sifat sifat dan ciri ciri
sebagaimana lumrahnya kebanyakan manusia. Dari sisi fisik dan penampilan,
sebetulnya sulit dibedakan apakah seseorang gay atau lesbian. Kecuali kalau waria,
mereka cenderung keliatan ciri cirinya. Memang ada sterotip bahwa gay cenderung
lelaki feminim, dan perempuan tomboy cenderung lesbian, tetapi itu cuman sebagian
dari mereka. Kalau dari segi bahasa, mereka yang bergaul akrab dengan masyarakat
gay/waria menggunakan bahasa binaan, yang kini banyak meresapi bahasa gaul juga
(ditandai kosakata embrong, rumpik dll). Tetapi ketika kita amati secara khusus dan
teliti, ternyata mereka sering kali memiliki ciri ciri umum yang membedakanya dengan
kebanyakan manusia pada lumrahnya. Meskipun ciri cirinya tersebut tidak selamanya
benar. Diantara ciri ciri yang dimaksud adalah

a. Memakai anting hanya di telinga kanan, baik laki laki maupun wanita,
tetapi ciri ciri ini mereka zaman dulu yang konon kini telah ditinggalkan.
b. Mereka memiliki sifat pemurung, mudah tersinggung, dan gampang
marah. Kehidupan sosial mereka cenderung tertutup dari masyarakat pada
umumnya
c. Penampilan mereka selalu necisbak selebritis, dan suka dengan parfum
secara berlebihan
d. Gerak gerik mereka lemah gemulai

7
e. Fitrah dan tabiat mereka terbalik dan berubah dari fitrah yang telah
diciptakan Allah, yaitu lebih mencintai pada sejenis bukan pada lawan jenis
f. Mereka merasa mendaptkan kelezatan dan kebahagiaan apabila mereka
bisa melampiaskan nafsu birahi mereka pada tempat tempat yang kotor dan
najis dan tidak wajar, lalu melepaskan air kehidupan (mani) disitu (dimulut,
di dubur dan di tempat lain yang tidak semestinya)
g. Pikiran dan ambisi mereka setiap saat selalu terfokus pada perbuatan keji
itu, karena laki laki ada dihadapan merka di setiap waktu. Apabila mereka
melihat anak kecil, pemuda atau orang sudah berumur maka mereka akan
menginginkannya baik sebagai objek maupun pelaku.
h. Rasa malu mereka kecil, mereka tidak malu kepada Allah juga kepada
makhluknya, tidak ada kebaikan yang diharapkan dari mereka.
i. Mereka tidak tampak kuat dan jantan, mereka lemah dihadapan laki laki
karena merasa butuh kepadanya.
j. Allah mensifati mereka sebagai orang fasik dan pelaku kejelekan.
k. Selain itu, mereka juga disebut sebagai orang yang melampaui batas

2.5 Pandangan Homoseksual dari Aspek Agama (Pendapat para ulama)

Seluruh umat islam sepakat bahwa homoseksual termasuk dosa besar. Oleh karena
perbuatan yang menjijikkan inilah Allah kemudian memusnahkan kaum nabi Luth A.S
dengan cara yang sangat mengerikan. Allah SWT berfirman:

Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, Dan kamu tinggalkan
isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang
yang melampaui batas” (QS. As-Syu’ra : 165-166)

Bahkan Homoseksual jauh lebih menjijikkan dan hina daripada perzinahan.


Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

Bunuhlah fa’il dan maf’ulnya (kedua-duanya) (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

8
Oleh karena itulah ancaman hukuman terhadap pelaku homoseksual jauh lebih
berat dibandingkan dengan hukuman bagi pelaku pezina. Didalam perzinahan,
hukuman dibagi menjadi dua yaitu bagi yang sudah menikah dihukum rajam,
sedangkan bagi yang belum menikah di cambuk 100 kali dan diasingkan selama satu
tahun. Adapaun dalam praktek homoseksual tidak ada pembagian tersebut. Asalkan
sudah dewasa dan berakal (bukan gila) maka hukumannya sama saja (tidak ada
perbedaan hukuman bagi yang sudah menikah atau yang belum menikah).1

Sebenarnya ulama-ulama fiqh berbeda pendapat mengenai hukuman bagi pelaku


homoseksual. Diantara pendapat para ulama tersebut adalah:

1. Fuqoha Madzhaf Hanbali: Mereka sepakat bahwa hukuman bagi pelaku


homoseksual sama persis dengan hukuman bagi pelaku perzinahan. Yang
sudah menikah di rajam dan yang belum menikah dicambuk 100 kali dan
diasingkan selama setahun. Adapun dalil yang mereka pergunakan adalah
Qiyas. Karena defenisi Homoseksual (Liwath) menurut mereka adalah
menyetubuhi sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah. Maka mereka
menyimpulkan bahwa hukuman bagi pelakunya adalah sama persis dengan
hukuman bagi pelaku perzinahan. Tetapi qiyas yang mereka lakukan
adalah qiyas ma’a al-fariq (mengqiyaskan sesuatu yang berbeda) karena
liwath (homoseksual) jauh lebih mejijikkan dari pada perzinahan.
2. Pendapat yang benar adalah pendapat kedua yang mengatakan bahwa
hukuman bagi pelaku homoseksual adalah hukuman mati. Karena virus ini
kalau saja tersebar dimasyarakat maka ia akan menghancukan masyarakat
tersebut.

Syekh Ibnu Taymiyah mengatakan bahwa seluruh sahabat Rasulullah SAW


sepakat bahwa hukuman bagi keduanya adalah hukuman mati. Sebagaimana Sabda

9
Rasulullah SAW:

“Barangsiapa kamu temui melakukan perbuatan kaum Luth (Homoseksual),


maka bunuhlah al-fail dan al-maf’ul bi (kedua-duanya)”.

Hanya saja para sahabat berbeda pendapat tentang cara ekskusinya. Sebagian
sahabat mengatakan bahwa kedua-duanya harus dibakar hidup-hidup, sehingga
menjadi pelajaran bagi yang lain. Pendapat ini diriwayatkan dari khalifah pertama Abu
Bakar As-Shiddiq. Sahabat yang lain berpendapat bahwa cara ekskusinya sama persis
dengan hukuman bagi pezina yang sudah menikah (rajam). Adapun pendapat yang
ketiga adalah keduanya dibawa kepuncak yang tertinggi di negeri itu kemudian
diterjunkan dari atas dan dihujani dengan batu. Karena dengan demikianlah kaum Nabi
Luth A.S dihukum oleh Allah SWT.

Yang terpenting keduanya harus dihukum mati, karena ini adalah penyakit yang
sangat berbahaya dan sulit di deteksi. Jika seorang laki-laki berjalan berduaan dengan
seorang perempuan mungkin seseorang akan bertanya:”Siapa perempuan itu?”. Tetapi
ketika seseorang laki-laki berjalan dengan laki-laki lain akan sulit di deteksi karena
setiap laki-laki berjalan dengan laki-laki lain. Tetapi tentunya tidak semua orang bisa
menjatuhkan hukuman mati, hanya hakim atau wakilnyalah yang berhak, sehingga
tidak terjadi perpecahan dan kezaliman yang malah menyebabkan munculnya
perpecahan yang lebih dahsyat.

2.6 Pandangan Homoseksual dari Aspek Kejiwaan/Psikis


Keterkaitan antara aspek psikis pelaku pezinahan atau homoseksual adalah
faktor yang saling mendukung dan saling mempengaruhi otak untuk melakukan
perbuatan. Berikut adalah deskripsi kejiwaan pelaku zina atau homoseksual :

 Psikis “ Hewani” mendominasi


Maksudnya adalah kejiwaan manusia pelaku sudah tidak manusiawi lagi.
Kondisi yang ada ketika melakukan perzinahan baik bagi hetero seksual
10
maupun homo seksual, adalah psikis hewani yang mementingkan pemuas nafsu
birahi belaka. Sedangkan manusia, adalah makhluk yang beradab dengan
dilengkapi naluri manusiawi dan akal yang seharusnya sehat.

 Psikis yang adktif akan perzinahan.


Apabila seseorang melakukan zina atau homoseksual, secara statistic pasti akan
mengulanginya lagi (adiktif). Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
penderita HIV / AIDS baik dalam skala nasional maupun internasional.
Sedangkan cara penularan virus HIV / AIDS yang paling banyak dijumpai
adalah dengan gonta ganti pasangan seksual (baik hetero seksual maupun
homoseksual). Cara penularan yang kedua adalah dengan penggunaan jarum
suntik yang tidak bersih secara klinis. Dengan demikian, akibat kejiwaan adiktif
terhadap perzinahan tersebut, mengakibatkan pada kesehatan fisik si pelaku
perbuatan keji tersebut.

 Psikis yang ekstra posesif


Hal ini terjadi pada umumnya, didominasi oleh gay/ lesbian. Contoh kasus yang
tengah menjadi sorotan public saat ini adalah kasus pembunuhan berantai yang
dilakukan oleh tersangka Ryan atau Very Idham Afriansyah. Setelah dilakukan
uji psikologis oleh Tim Dokter Polri, tersangka Ryan divonis menderita
kelainan kejiwaan yang dalam bahasa Ilmu psikologi disebut psikopat, yakni
kondisi kejiwaan yang sangat labil dan tidak dapat membedakan perbuatan
yang baik atau buruk. Hal tersebut dapat terjadi pada setiap orang yang salah
satu pemicunya adalah sifat yang extra posesif ( rasa memiliki terhadap sesuatu
yang berlebihan ). Dalam konteks kasus Ryan, extra posesifnya terhadap
kekasih gey nya adalah pemicu ia melakukan pembunuhan mutilasi terhadap
korban almarhumk Ir. Hery.

Dapat disimpulkan, kondisi kejiwaan pelaku perzinahan, terdeteksi bersifat


negative dan berdampak pada kesehatan tubuh dan kesehatan psikis itu sendiri.

11
2.7 Pandangan Homoseksual dari Aspek Harta
Salah satu dari beberapa konsekuensi bagi para pelaku zinah atau homoseksual
adalah membelanjakan harta mereka ‘diluar rencana’ & secara ekonomis, hal ini
merugikan. Bagaimana tidak? Si pelaku tersebut harus mengeluarkan uang atau harta
lainya diluar rencana untuk meluluskan atau melampiaskan keinginan birahinya, sebab
perzinahan dan homoseksual adalah kegiatan yang diluar kebiasaan manusia pada
umumnya. Belum lagi, apabila dideteksi secara medis terkena penyakit yang
diakibatkan gonta-ganti pasangan seksual, pastinya akan mengeluarkan dana untuk
upaya pemulihan. Apakah hal tersebut (terkena peyakit kelamin) masuk dalam rencana
kehidupan?

2.8 Pandangan Homoseksual dari Aspek Kesehatan

Islam sangat keras dalam meberikan hukuman atas kejahatan yang satu ini karena
dampaknya yang buruk dan kerusakan yang ditimbulkannya kepada pribadi dan
masyarakat. Dampak negatif tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Benci terhadap wanita
Kaum Luth berpaling dari wanita dan kadang bisa sampai tidak mampu untuk
menggauli mereka. Oleh karena itu, hilanglah tujuan pernikahan untuk
memperbanyak keturunan. Seandainya pun seorang homo itu bisa menikah, maka
istrinya akan menjadi korbannya, tidak mendapatkan ketenangan, kasih sayang, dan
balas kasih. Hidupnya tersiksa, bersuami tetapi seolah tidak bersuami.
b. Efek Terhadap Syaraf
Kebiasaan jelek ini mempengaruhi kejiwaan dan memberikan efek yang sangat kuat
pada syaraf. Sebagai akibatnya dia merasa seolah dirinya diciptakan bukan sebagai
laki-laki, yang pada akhirnya perasaan itu membawanya kepada penyelewengan.
Dia merasa cenderung dengan orang yang sejenis dengannya.
c. Efek terhadap otak

12
d. Menyebabkan pelakunya menjadi pemurung
e. Seorang homoseksual selalu merasa tidak puas dengan pelampiasan hawa nafsunya.
f. Hubungan homoseksual dengan kejelekan akhlaq
Kita dapatkan mereka jelek perangai dan tabiatnya. Mereka hampir tidak bisa
membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang mulia dan yang hina.
g. Melemahkan organ tubuh yang kuat dan bisa menghancurkannya
Karena organ-organ tubuhnya telah rusak, maka didapati mereka sering tidak sadar
setelah mengeluarkan air seni dan mengeluarkan kotoran dari duburnya tanpa terasa.
h. Hubungan homoseksual dengan kesehatan umum.
Mereka terancam oleh berbagai macam penyakit. Hal ini disebabkan karena merasa
lemah mental dan depresi.
i. Hubungan homoseksual dengan kesehatan umum.
j. Pengaruh terhadap organ peranakan.
Homoseksual dapat melemahkan sumber-sumber utama pengeluaran mani dan
membunuh sperma sehingga akan menyebabkan kemandulan
k. Dapat meyebabkan penyakit thypus dan disentri
l. Spilis, penyakit ini tidak muncul kecuali karena penyimpangan hubungan seksual
m. Kencing nanah
n. AIDS, para ahli mengatakan bahwa 95% pengidap penyakit ini adalah kaum
homoseksul

2.9 Pandangan Homoseksual dari Aspek Akal/Daya Pikir


Tidak jauh berbeda dengan kondisi kejiwaan pelaku perzinahan, kondisi
akal atau daya pikiran pelaku homoseksual pasti akan berakibat tondensius negative.
Logikanya, apabila situasi psikis seorang labil, maka akan mempengaruhi daya pikir
otak si manusia itu sendiri dalam mengambil keputusan. Hal ini disebabkan oleh
manusia terdiri dari jasmani dan rohani yang satu sama lain saling mempengaruhi.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Homoseksual merupakan hal yang tabu dan perilaku yang menyimpang. Hal
ini dikarenakan Homoseksual menyalahi aturan agama dan norma sosial yang berlaku
di masyarakat. Di Indonesia sudah terdapat Undang-Undang tentang perkawinan No.
1 Tahun 1974 yaitu perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri.
1. Berbagai pejelasan diatas memberikan kesimpulan bahwa antara hukumpositif dan
hukum Islam sama-sama melarang perkawinan sesama jenis(gay) karena tidak sesuai
dengan hukum perkawinan dari keduanya yang sama-sama meregulasi perkawinan itu
antara dua orang yang berbeda jenis kelaminnya (heteroseks). Hal ini dibuktikan
dengan perbagai peraturan-peraturan yang telah ada. Dalam hal ini perkawinan dalam
hukum Islam mengacu pada Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan perkawinan dalam
hukum positif mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan.

2. Dalam hukum positif,perilaku seksual sejenis (Gay)masuk dalamkategori perbuatan


pidana pencabulan dan di pidana penjara selama lima tahun. Akan tetapi dalam KUHP
pidana tidak mengatur secara mendetailhukuman bagi pelaku homoseks/gay yang
cukup umur (dewasa).

3. Dalam hukum Islam, para ulama fiqh sepakat bahwa hukuman bagi
pelakuhomoseks/gay adalah, yang pertama dibunuh secara mutak. Kedua,
dihadsebagaiman had zina, bila pelakunya jejaka ia didera, bila pelakunya muhsania
harus di hukum rajam.Ketiga,dikenakan hukuman ta’zir.

14
DAFTAR PUSTAKA

A. Supratiknya, Teori-Teori Psikodinamik (Klinis),Yogyakarta: Penerbit Kanisius,


1993.h.95.
Mira T. Windy. Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks. Jakarta:PT bumI
aksara,2006.h.135.
Rama Azhari & Putra Kencana. Membongkar Rahasia Jaringan Cinta Terlarang Kaum
Homoseksual. Jakarta:Hujjah Press.2008.h.37.
Rama Azhari & Putra Kencana. Membongkar Rahasia Jaringan Cinta Terlarang Kaum
Homoseksual. Jakarta:Hujjah Press.2008.h.39
Michel Foucault.Seks Dan Kekuasaan: Sejarah Seksualitas (Diterjemahkan oleh
Rahayu S. Hidayat). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.1997.h.43.
Spencer, Colin. Sejarah Homoseksualitas: dari Zaman Kuno hingga Sekarang.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.2004. h.60
Robert S Feldmen. Understanding Psychology. New York: Mcgraw-Hill Publishing
Company.1990.h.360.
Shelly E. Taylor dkk.psikologi sosial edisi kedua belas.jakarta:kencana.2009.h.552.
Zaenum Mu’tadin .pengantar pendidikan dan ilmu perialku kesehatan.Yogyakarta:andi
offset.2002.h.24.

15

Anda mungkin juga menyukai