PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
WHO (2016), mencatat 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat gangguan
kardiovaskular. Lebih dari 75% penderita kardiovaskular terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah, dan 80% kematian kardiovaskuler
disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.2
2
diagnosis dokter atau gejala prevalensi sama banyaknya antara laki-laki dan
perempuan.3
2.1.3. Etiologi
3
Penyebab Gagal Jantung Kanan
Penyebab jantung
Gagal jantung kiri
Stenosis katup pulmonal
Infark ventrikel kanan
Penyakit parenkim paru
Penyakit paru obstruksi kronis
Penyakit paru interstisial
Adult respiratory distress syndrome
Infeksi paru kronis atau bronkiektasis
Penyakit vaskular paru
Emboli paru
Hipertensi pulmonal primer
a. Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, hipertrofi pada LV,
infark miokard, obesitas, diabetes.
b. Faktor resiko minor meliputi merokok, dislipidemia, gagal ginjal kronik,
albuminuria, anemia, stress, lifestyle yang buruk.
c. Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.
d. Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri.
e. Toksik yang disebabkan karena pemberian agen kemoterapi (antrasiklin,
siklofosfamid, 5 FU), terapi target kanker (transtuzumab, tyrosine kinase
inhibitor), NSAID, kokain, alkohol.
f. Faktor genetik seperti riwayat dari 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎5
2.1.5. Patofisiologi
Pada Gagal Jantung Kongestif diawali dengan gangguan otot jantung yang
tidak bisa berkontraksi secara normal seperti infark miokard, gangguan tekanan
4
hemodinamik, overload volume, ataupun kasus herediter seperti cardiomiopathy.
Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan penurunan kapasitas pompa jantung.
Namun, pada awal penyakit, pasien masih menunjukkan asimptomatis ataupun
gejala simptomatis yang minimal. Hal ini disebabkan oleh mekanisme kompensasi
tubuh yang disebabkan oleh cardiac injury ataupun disfungsi ventrikel 𝑘𝑖𝑟𝑖.6
5
Gambar 1 Patofisiologi Gagal Jatung Kongestif
Perubahan neurohormonal, adrenergic dan sitokin menyebabkan
remodeling ventrikel kiri. Remodeling ventrikel kiri berupa (1) hipertrofi miosit ;
(2) perubahan sumber kontraksi miosit; (3) penurunan jumlah miosit akibat
nekrosis, apoptosis dan kematian sel autophagia; (4) desensitisasi beta adrenergic;
(5) kelainan metabolisme miokardium; (6) perubahan struktur matriks ekstraselular
miosit.
Remodeling ventrikel kiri dapat diberikan sebagai perubahan massa,
volume, bentuk dan kondisi jantung. Remodeling ventrikel kiri merubah bentuk
jantung menjadi lebih sferis sehingga beban mekanik jantung menjadi semakin
meningkat. Dilatasi pada ventrikel kiri juga mengurang jumlah afterload yang
mengurangi stroke volume. Pada remodeling ventrikel kiri juga terjadi peningkatan
end-diastolic wall stress yang menyebabkan (1) hipoperfusi ke subendokardium
yang akan memperparah fungsi ventrikel kiri; (2) peningkatan stress oksidatif dan
radikal bebas yang mengaktivasi hipertrofi ventrikel.
6
Perubahan struktur jantung akibat remodeling ini yang berperan dalam
penurunan cardiac output, dilatasi ventrikel kiri dan overload hemodinamik. Ketiga
hal diatas berkontibusi dalam progesivitas penyakit gagal jantung.7
2.1.6. 𝐊𝐥𝐚𝐬𝐢𝐟𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢𝟖
7
Tabel 3 Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kelainan struktural jantung
American Heart Assosiaciation (AHA) (PERKI, 2015)
Tabel 4. Manifestasi klinis gagal jantung menurut ESC Guidelines for the
diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure (𝟐𝟎𝟏𝟐)𝟖
Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
8
Mengi Krepitasi pulmonal
BB bertambah >2 Kg/minggu Suara pekak di basal paru pada
BB turun (gagal jantung stadium perkusi
lanjut) Takikardi
Perasaan kembung/begah Nadi ireguler
Nafsu makan menurun Nafas cepat
Perasaan bingung (terutama pasien Hepatomegali
usia lanjut) Asites
Depresi Kaheksia
Berdebar
Pingsan
2.1.8. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, foto toraks,
elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi, dan kateterisasi.
a. Anamnesis
Pada anamnesis pasien akan mengeluh gejala khas gagal jantung, yaitu
sesak nafas dyspnea d’effort (DOE), orthopnea (OE), dan paroxysmal nocturnal
dispnea (PND), edema tungkai, dan kelelahan. Selain itu, dokter juga harus
menggali faktor risiko dari pasien, seperti riwayat hipertensi, diabetes melitus,
hiperkolesterolemia, penyakit jantung koroner, kelainan katup, kelainan vaskular
perifer, demam reumatik, penggunaan kardiotoksik, alkoholisme, penyakit tiroid,
dan lain-lain, dan juga riwayat keluarga, seperti penyakit aterosklerosis,
kardiomiopati, kematian mendadak, penyakit gangguan konduksi, miopati
skeletal, dan lain-lain. Gejala gagal jantung yang timbul tidak berhubungan dengan
beratnya disfungsi jantung yang terjadi dan prognosis penyakit.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai tanda-tanda gagal jantung seperti
takikardia, S3gallop, peningkatan/ekstensi vena jugularis, refluks hepatojugular,
pulsus alternans, kardiomegali, ronki basah halus di basal paru, dan bisa meluas ke
9
kedua lapang paru bila gagal jantung berat, edema pretibial pada pasien yang rawat
jalan, edema sakral pada pasien tirah baring. Efusi pleura lebih sering pada paru
kanan daripada paru kiri. Asites sering terjadi pada pasien dengan penyakit katup
mitral dan perikarditis konstriktif. Selain itu, dapat ditemukan hepatomegali, nyeri
tekan, dapat diraba pulsasi hati yang berhubungan dengan hipertensi vena sistemik,
ikterus yang berhubungan dengan peningkatan kedua bentuk bilirubin (direk dan
indirek), ekstremitas dingin, pucat, dan berkeringat.
10
membuat kemungkinan gagal jantung sebagai penyebab gejala-gejala yang
dikeluhkan pasien menjadi sangat kecil. Pemeriksaan troponin dilakukan pada
penderita gagal jantung jika gambaran klinisnya disertai dugaan sindroma koroner
akut.
d. Foto Thoraks
Abnormalitas Penyebab
11
Garis Kerley B Peningkatan tekanan limfatik
e. Elektrokardiografi (EKG)
f. Ekokardiografi
12
kiri, dilatasi atrium kiri, kadang-kadang ditemukan dilatasi ventrikel kanan atau
atrium kanan, efusi perikard, tamponade, perikarditis.
2.1.9. Penatalaksanaan
Non farmakologis
13
Manajemen perawatan mandiri dapat didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yang
bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat
memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.
14
Farmakologi
Obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan gagal jantung adalah
sebagai berikut:
15
Kontraindikasi pemberian ARB: Sama seperti ACE-I, kecuali angioedema,
pasien yang diterapi ACE-I dan antagonis aldosteron bersamaan.Monitor fungsi
ginjal dan elektrolit serial ketika ARB digunakan bersama ACE-I.
3. Antagonis Aldosteron
Penambahan obat antagonis aldosteron dosis kecil harus dipertimbangkan
pada semua pasien dengan fraksi ejeksi ≤ 35 % dan gagal jantung simtomatik berat
(kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa hiperkalemia dan gangguan fungsi ginjal
berat. Antagonis aldosteron mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan
gagal jantung dan meningkatkan kelangsungan hidup.
Indikasi pemberian antagonis aldosteron: Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40
%, gejala sedang sampai berat (kelas fungsional III- IV NYHA), dosis optimal
penyekat β dan ACEI atau ARB (tetapi tidak ACEI dan ARB).
Kontraindikasi pemberian antagonis aldosteron: Konsentrasi serum kalium
>5 mmol/l, serum kreatinin >2,5 mg/dl, bersamaan dengan diuretik hemat kalium
atau suplemen kalium, kombinasi ACEI dan ARB.
4. β-blocker (penyekat β)
16
Kontraindikasi pemberian penyekat β: Asma, blok AV (atrioventrikular)
derajat 2 dan 3, sindroma sinus sakit (tanpa pacu jantung permanen), sinus
bradikardia (nadi <50x/menit).
ACE-I
ARB
Antagonis aldosteron
Penyekat β
17
5. Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau
gejala kongesti.
Tabel 8. Dosis Obat Diuretik pada Gagal Jantung
Diuretik Loop
Furosemide 20 – 40 40 – 240
Torasemide 5 – 1,0 10 – 20
Tiazid
18
density lipoprotein. Namun ada banyak faktor risiko gagal jantung kongestif yang
tidak bisa diintervensi, misalnya usia dan jenis kelamin.
2.1.10. Komplikasi
2.1.11. Prognosis
Secara umum, mortalitas pasien gagal jantung rawat inap sebesar 5-20%
dan pada pasien rawat jalan sebesar 20% pada tahun pertama setelah diagnosis.
Angka ini dapat meningkat sampai 50% setelah 5 tahun pasca diagnosis. Mortalitas
pasien gagal jantung dengan NYHA kelas IV, ACC/AHA tingkat D sebesar lebih
dari 50% pada tahun pertama.11
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Medicine (9theds)
7. Santoso, A. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Perhimpinan
Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia 2015.
8. American Heart Association (AHA). 2015. Heart disease and stroke
statistics
9. Panggabean MM. 2010. Gagal Jantung. Dalam Buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
10. McMurray et al. 2012. ESC Guidelines for The Diagnosis and Treatment of
Acute and Chronic Heart Failure. European Heart Journal
11. Ioana Dumitru, MD. 2016 Heart Failure: Practice Essentials, Background,
Pathophysiology. J Medscape.
21