PENDAHULUAN
Mutisme Selektif atau bisu selektif adalah istilah untuk seorang anak yang
terus-menerus gagal berbicara di situasi sosial spesifik ketika ia diharapkan untuk
berbicara (misalnya di dalam kelas), tetapi konsisten berbicara di situasi sosial lain
(misalnya di rumah dengan ibunya). Prevalensi SM di dunia dalam setting
kesehatan mental dilaporkan rendah, dengan prevalensi kurang dari 1%. Namun
prevalensi dalam setting sekolah terlihat lebih tinggi, karena ruang kelas adalah
tempat dimana gangguan kecemasan ini paling mudah diamati.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFENISI
Mutisme selektif merupakan suatu gejala yang kuat dan resisten, yaitu
pasien tidak mau berbicara dalam keadaan tertentu ( sering di sekolah ) tetapi
berbicara secara normal di tempat lain atau pada saat lain. Tempat dan saat tertentu
ketika si anak tidak mau berbicara secara konsisten dan persisten perlu diketahui
untuk penegakkan diagnosa ini. Walaupun proses wicara yang normal secara sosial
di jumpai, dalam suatu kelompok kecil terdapat atau pernah terjadi kesulitan wicara
dalam artikulasi atau pengucapan kata.2
Mutisme selektif adalah keadaan masa kanak berupa kanak yang tetap
benar-benar diam, atau hampir diam, di dalam situasi sosial, dan paling khas terjadi
di sekolah. Sebagian besar anak dengan gangguan ini benar-benar diam di situasi
yang membuat stres, sedangkan anak lainnya hanya berbisik atau menggunakan
kata-kata dengan satu suku kata. Anak dengan mutisme selektif memiliki
kemampuan penuh untuk berbicara dengan kompeten ketika tidak sedang berada di
dalam situasi sosial yang menekan. Beberapa anak dengan gangguan ini
berkomunikasi dengan kontak mata atau sikap nonverbal. Anak-anak ini berbicara
lancar di situasi lain. Seperti dirumah, dan didalam lingkungan tertentu yang
dikenal baik. Mutisme selektif ini diyakini sebagai suatu bentuk fobia sosial. Akibat
ekspresinya di dalam situasi sosial tertentu.3
Pada umumnya, mutisme selektif ini dapat terjadi dan mulai tampak ketika
mereka telah mulai memasuki lingkungan sosial yang lebih luas, seperti berada di
lingkungan sekolah (preschool; 2-6 tahun), berada pada lingkungan teman sebaya
2
maupun dengan orangorang dewasa selain anggota keluarga, dan sebagainya.
Penolakan mereka untuk berbicara seringkali menyebabkan guru mengalami
kesulitan untuk menilai kemampuan membaca maupun kemampuan akademis
lainnya. Anak-anak dengan mutisme selektif kadang menggunakan komunikasi
nonverbal dalam berinteraksi sosial (misalnya menggumam, menunjuk, menulis).
Meskipun demikian, sebagian dari mereka tetap memiliki keinginan untuk terlibat
dalam aktifitas sosial yang tidak memerlukan komunikasi verbal. Misalnya, turut
serta dalam drama sekolah dengan mengambil peran yang tidak memerlukan
kemampuan berbicara.5
Ciri-ciri lain yang ditampilkan oleh anakanak dengan mutisme selektif ini
antara lain seperti kurangnya kontak mata, kurang senyum, tantrums, memerah
karena malu, gelisah, dan gejala umum lainnya yang berhubungan dengan mutisme
selektif. Anak-anak dengan gangguan mutisme selektif seringkali menolak untuk
berinteraksi, berkomunikasi maupun membaur dan menciptakan situasi yang
menyenangkan dengan lingkungan sekitarnya sebagaimana ketika mereka berada
di rumah atau bersama dengan temanteman sebaya yang mereka percaya.6
Hal ini sesuai yang diungkapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder (DSMV, 2013), bahwa saat berada dalam interaksi sosial tertentu,
anakanak dengan SM tidak memberikan respon saat diajak berbicara oleh orang
lain, baik dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa yang mereka anggap
kurang dapat memberikan rasa nyaman. Pada dasarnya, anak-anak mutisme selektif
tersebut memiliki kemampuan untuk berbicara dan berbahasa, namun saat mereka
berada di lingkungan tertentu seperti lingkungan sekolah mereka membisu dan
menarik diri dari lingkungan sekitarnya. Gangguan mutisme selektif ini dapat
menyebabkan anak mengalami hambatan untuk menjalin kontak sosial secara luas,
yang kemudian tanpa disadari juga dapat menghambat proses belajar mereka di
sekolah. .5
3
EPIDEMIOLOGI
Mutisme selektif biasanya jarang ditemui ( kurang dari 0,8 per 1000 anak).
Rasio pada kedua jenis kelamin adalah 1:1. Gangguan kelekatan biasanya lebih
sering dan banyak dilihat di bidang lembaga penelitian perlindungan anak. Anak
yang berespon cepat terhadap stimulasi lingkungan yang normal tidak akan menjadi
perhatian psikiater kecuali jika bukti ahli diperlukan untuk proses peradilan. Angka
yang dapat dipercaya untuk frekuensi gangguan ini sulit diperoleh, sebagian akibat
kontroversi mengenai batas kriteria penegakan diagnosis.2
Pada umunya gangguan mutisme selektif terjadi pada usia yang bervariasi
tetapi terutama pada anak di usia sekolah. Laporan menuliskan bahwa gangguan ini
terjadi paling banyak pada usia 5 atau 6 tahun, tetapi dapat juga terjadi pada anak
yang lebih muda yakni pada usia 2tahun 7 bulan sampai 5 tahun 4 bulan. Anak yang
berusia 2,5- 6 tahun memiliki kemampuan untuk menggunakan kata untuk
mempengaruhi perilaku, menjadi semakin mantap secara kognitif, mampu
bekerjasama terutama pada permainan sosiodrama. Dalam hubungan dengan
keluarga, teman sebaya dan sekolah, anak-anak pada masa akhir menghabiskan
lebih banyak waktu dengan teman-teman sebayanya. Interaksi tersebut dapat terjadi
disekolah maupun diluar sekolah.7
4
orang lain serta memiliki rasa percaya diri dan selama masa bersekolah, mereka
belajar untuk bersosialisasi dan mengikuti aturan yang ditetapkan. Bagi anak
penderita mutisme selektif, mereka menarik dirinya dan bertindak sebagai
pengamat saat teman-temanyya bermain. Dan konsikuensinya adalah mereka
kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi baik
secara verbal maupun non verbal untuk membantu dirinya dalam menghadapi
dunianya.7
Anak menjadi mutistik pada berbagai keadaan, tetapi tidak dalam keadaan
tertentu, lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan (5:1) dan umumnya
juga menunjukkan kelainan dalam bidang kejiwaan yang lain, seperti gejala
penarikan diri, menyendiri, tidak dapat bergaul dengan kawan sebayanya, sangat
bergantung pada orang tua atau anggota keluarga lain. Anak tersebut mungkin
dapat berhubungan dengan gurunya atau temannya hanya melalui gerakan tangan,
menolak membaca secara lantang dikelas. Kadang dia hanya mau bicara dengan
gurunya saja, atau dengan orang tuanya saja atau dengan salah satu saudaranya,
tetapi tidak dengan yang lain.8
ETIOLOGI
5
Serupa dengan keluarga yang memiliki anak yang memiliki anak yang
menunjukkan ansietas lain, ansietas maternal, depresi, dan meningkatnya
kebutuhan bergantung sering diamati di dalam keluarga dari anak dengan mutisme
selektif. Faktor-faktor ini dapat mengakibatkan proteksi ibu yang berlebihan dan
hubungan yang terlalu dekat tetapi ambivalen antara ibu dan anaknya yang
mengalami mutisme selektif.3
Ada beberapa penyebab dari mutisme selektif ini seperti misalnya kematian
seseorang yang disayangi, perceraian orang tua, kecemasan dalam keluarga seperti
misalnya orang tua yang overprotektif. Ada yang menyatakan karena adanya
trauma pada masa kanak-kanak, atau karena faktor keturunan. Peneliti menemukan
bahwa kebanyakan anak dengan gangguan mutisme selektif juga memiliki
keterkaitan dengan fobia sosial, salah satu tipe kecemasan sosial yang
menyebabkan rasa takut pada seseorang atau lebih atau situasi dimana orang
tersebut diekspose oleh orang yang tidak dikenal. Dapat pula mutisme selektif
disebabkan karena berasal dari keluarga migran, trauma pada masa awal sekolah,
adanya luka /cedera pada mulut atau rahasia dalam keluarga.7
6
Ciri-ciri Selective Mutism Sebagian besar anak dengan sifat bisu selektif
terlihat dan bertindak seperti anak lainnya, ketika mereka berada dalam situasi yang
nyaman. Tetapi ketika mereka berada dalam situasi lain, seperti sekolah atau situasi
yang membuat mereka sangat cemas dan tidak nyaman.9
Sebelum atau selama interaksi sosial, anak dengan sifat bisu selektif dapat
dicirikan sebagai berikut :9
7
berbahasa. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan bicara maupun hambatan
dalam berbahasa bukanlah faktor penyebab terjadinya mutisme selektif.6
KLASIFIKASI
Lebih lanjut lagi, Utnick juga menjelaskan mengenai ciri-ciri anak Mutisme
Selektif di sekolah yakni:10
1. Jika ia merasa cemas, maka ia akan duduk ataupun berdiri tanpa bergerak
ataupun berekspresi
2. Menatap langit-langit apabila mendapat pertanyaan
3. Meningkatkan sensitivitas sensory termasuk pada saat di keramaian
8
4. Kesulitan untuk mengikuti kegiatan sosial yang melibatkan bahasa yang
ekspresif
5. Kesulitan untuk melakukan kontak mata
6. Sulit baginya ketika ia menjadi pusat perhatian, padahal mereka merasa
mereka adalah pusat perhatian
7. Jika tidak tertangani, maka mutisme selektif dapat memicu masalah lain
termasuk rendah diri, dan phobia pada sekolah dan pada teman lain.
9
perlakuan kasar dari keluarga terutama orang tua, seperti tamparan pada
wajah atau ungkapan katakata kasar yang memerintahkan anak untuk
menutup mulut, diam, atau larangan berbicara. Jika hal ini tidak segera
mendapatkan penanganan secara tepat maka dapat menyebabkan depresi
berat, termasuk percobaan bunuh diri dan ketergantungan obat.
4. Passive – aggressive mutism Pada tipe ini anak menampilkan sikap diam
sebagai bentuk permusuhan. Mereka menolak untuk berbicara. Pada
umumnya mutisme selektif tipe ini disebabkan oleh adanya situasi yang
mengancam bagi anak. Mereka merasa terancam dan pada akhirnya tumbuh
keinginan kuat untuk menggunakan perilaku diamnya sebagai alat untuk
mengontrol dan memanipulasi lingkungan di sekitar mereka.
Sebelum atau selama dalam interaksi sosial, anak dengan mutisme selektif
memungkinkan menampilkan:6
1. Menarik atau menutup diri saat berada dalam situasi yang membuat mereka
sangat cemas;
2. Menolak untuk mengikuti petunjuk orang dewasa dan tampak tidak patuh
atau melawan (contohnya, menolak untuk pergi ke suatu tempat yang
membuat mereka merasa cemas);
3. Menghindari situasi atau kegiatan yang dapat memicu stres;
4. Mengeluh sakit kepala atau sakit perut;
10
5. Menatap ke arah lain, menghindari kontak mata atau tidak tersenyum;
6. Sulit mengatakan halhal sederhana seperti halo, selamat tinggal, atau ucapan
terima kasih.
Terdapat 5 kriteria diagnostik yang disajikan dalam DSMV (2013) tentang mutisme
selektif:5
11
Gambaran klinis gangguan kelekatan masa kanak-kanak:2
1. Kelekatan berlebih
2. Attachment diffuse
3. Mencari perhatian
4. Terlalu mudah akrab
5. Modulasi yang buruk pada interaksinya dengan teman sebaya
Mutisme ini dapat berkembang bertahap atau tiba-tiba setelah suatu pengalaman
yang mengganggu. Onset usia dapat berkisar dari 4 hingga 8 tahun. Periode
mutisme paling lazim ditunjukkan di sekolah atau di luar rumah. Pada kasus yang
jarang, seorang anak akan diam dirumah tetapi tidak di sekolah. Anak-anak yang
menunjukkan mutisme selektif juga dapat memiliki gejala gangguan ansietas
perpisahan, penolakan sekolah, dan pencapaian bahasa yang terlambat. Karena
ansietas sosial hampir selalu ada pada anak dengan mutisme selektif, gangguan
perilaku, seperti ledakan kemarahan dan perilaku oposisional juga dapat terjadi
dirumah.3
12
DIAGNOSIS BANDING3
Pada gangguan-gangguan ini, gejalanya tersebar luas dan tidak ada satu situasi
pun saat anak dapat berkomunikasi dengan normal, anak dapat memiliki
ketidakmampuan bukannya penolakan untuk bicara. Di dalam mutisme akibat
gangguan konversi, sifat mutisme ini pervasif. Anak-anak yang dikenalkan dengan
lingkungan yang berbicara dengan bahasa yang berbeda bisa menjadi enggan untuk
mulai menggunakan bahasa baru tersebut. Mutisme selektif harus didiagnosis
hanya jika anak juga menolak untuk bercakap-cakap dalam bahasa asalnya dan jika
mereka mendapatkan kompetensi komunikatif di dalam bahasa baru tetapi menolak
untuk mengucapkannya.
PENATALAKSANAAN
13
beberapa anak. Sebagian lain dapat memperoleh manfaat dengan terapi non verbal
seperti terpai bermain atau terpi seni. Perhatian perlu ditunjukkan pada adanya
kelainan proses wicaranya. Bila terdapat masalah interaksi keluarga, hal ini dapat
diatasi dengan terapi keluarga.2
Gangguan kelekatan dapat ditangani dengan upaya terapi pada hubungan antara
pengasuh dan sang anak, dengan penekanan pada konsistensi, tegas, sikap yang
baik dan interaksi positif. Hal ini dapat dilaksanakan pada keluarga atau kelompok
tertentu dapn dapat membentuk bagian suatu program pusat keluarga, yang juga
berguna bagi para pengasuh dalam mengatasi masalah lainnya. Anak ini mungkin
membutuhkan psikoterapi individual untuk memperoleh loncatan perkembangan
yang lebih normal, walaupun hal ini hanya dapat berguna bila lingkungannya
cocok. Suatu kemajuan dalam hubungan terkadang tidak terjadi tepat waktu untuk
memenuhi kebutuhan perkembangan anak, dan penempatan keluarga alternatif
dibutuhkan, yang diatur oleh hukum atau atas kemauan sendiri.2
14
6. Apaka anak tersebut tersenyum ketika sedang di foto oleh fotografer
profesional ( selain foto yang diambil di rumah)
7. Apakah anak tersebut memiliki kekuatiran secara berlebihan untuk
berbicara di depan umum?
8. Apakah anak tersebut memiliki kekuatiran secara berlebihan ketika
dipanggil dengan guru di kelas untuk respon verbal?
9. Apakah anak tersebut mengalami kesulitan pada performance non verbal di
kelas?
10. Apakah anak enggan untuk kesekolah atau menghindari kegiatan sosial
yang sesuai dengan usianya?
11. Apakah anak mengalami sakit kepala atau sakit perut saat datang ke
sekolah?
12. Apakah anak berbicara dirumah dengan menggunakan suara normal tetapi
tidak berkata apapun saat di depan umum?
13. Apakah komunikasi non verbal disekolah atau tempat umum itu
berlangsung lebih dari 1 tahun?
PROGNOSIS
Prognosis jangka panjang untuk mutisme selektif cukup baik, walaupun adanya
gangguan penyerta lain akan mengubah kondisi ini. Masalah perilaku lain ternyata
dapat membaik juga dengan meredanya mutisme selektif.2
15
Meskipun anak-anak dengan mutisme selektif sering malu berlebihan selama
bertahun-tahun prasekolah, onset gangguan ini biasanya pada usia 5 sampai 6 tahun.
Pola yang paling lazim adalah anak-anak berbicara hampir hanya dirumah dengan
kelurga inti, tetapi tidak ditempat lain terutama disekolah. Akibatnya mereka
memiliki kesulitan akademik dan bahkan gagal. Anak-anak dengan mutisme
selektif biasanya malu, cemas, rentan terhadap timbulnya depresi. Sebagian besar
anak dengan bentuk ringan gangguan ansietas, termasuk mutisme selektif pulih
dengan atau tanpa terapi. Dengan data terkini mengesankan bahwa fluoxetine dapat
mempengaruhi perjalanan gangguan mutisme selektif, pemulihan dapat
ditingkatkan .3
Sebagian besar kasus hanya berlangsung selama beberapa minggu atau bulan,
tetapi ada kasus yang berlangsung selama bertahun-tahun. Anak-anak yang tidak
membaij usia 10 tahun tampak memiliki perjalanan gangguan yang lama dan
prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang membaik pada usia
10 tahun. Sebanyak sepertiga anak dengan mutisme selektif, dengan atau tanpa
terapi dapat mengalami gangguan psikiatrik lain, terutama gangguan ansietas lain
dan depresi.3
16
BAB III
KESIMPULAN
Dapat diketahui bahwa sangat penting bagi kita untuk dapat memahami
perbedaan antara rasa “malu” dengan mutisme selektif pada anak-anak. Melalui
deteksi dini kita akan mampu menerapkan pencegahan dan penanganan secara tepat
sehingga mereka memiliki keterampilan psikososial yang matang sesuai
perkembangan usia. Beberapa hal yang harus diingat ketika dihadapkan pada anak-
anak dengan gangguan mutisme selektif adalah bahwa sistem penghukuman,
penekanan, atau pemaksaan bicara terhadap anakanak tersebut bukanlah solusi
yang tepat. Mereka akan semakin merasa terancam dan cemas sehingga pada
akhirnya kondisi mereka semakin memburuk.
Hal ini sebagaimana tercantum dalam DSMV (2013), bahwa gangguan mutisme
selektif tergolong dalam anxiety disorder, sehingga semakin mengalami tekanan
maka kecemasan anak semakin meningkat dan semakin menarik diri dari interaksi
sosial. Sangat penting membantu anak-anak dengan mutisme selektif secara
konsisten dan bertahap. Selain itu penerapan pola asuh juga memiliki peran bagi
terjadinya gangguan mutisme selektif. mutisme selektif yang berkepanjangan akan
berdampak pada kemampuan dan prestasi akademis mereka. Guru akan mengalami
banyak kesulitan melakukan penilaian terhadap kemampuan mereka terutama pada
pelajaran-pelajaran yang memerlukan keaktifan verbal, seperti membaca dan
menjawab pertanyaan secara lisan. Pada usia yang lebih dewasa, mutisme selektif
dapat menghambat untuk menjalin persahabatan, pekerjaan, dan sebagainya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Laela,Wina. 2016. Studi Kasus Tentang Perilaku Selective Mutism Pada Seorang Siswa
Di Suatu Sekolah Dasar Negeri Cidadap Kota Bandung Tahun Ajaran 2015/2016.
Universitas Pendidikan Indonesia
Puri, Basant K. Laking, Paul J. Treasaden, Ian H. 2011. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2.
Jakarta : EGC
Sadock, Benjamin James. Sadock, Virginia Alcott.2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi
2. Jakarta : EGC
Yanuarini, Shanti. 2018. Kajian Tentang Mutisme Selektif Pada Siswa di Sekolah Umum.
Program Studi Megister Sains Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Surabaya.
18