Anda di halaman 1dari 4

PARIWISATA SEJARAH DAN BUDAYA

IMBAS COVID-19 (VIRUS CORONA) TERHADAP INDUSTRI PARIWISATA

NAMA :
MADE SATRIA DWI MAHENDRA 1814021010

PRODI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN SEJARAH, SOSIOLOGI, DAN PERPUSTAKAAN
FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020
IMBAS COVID-19 (VIRUS CORONA) TERHADAP INDUSTRI PARIWISATA
Sektor pariwisata merupakan hal yang paling penting di dunia dari segi perekonomian.
Pengertian dari pariwisata sendiri adalah perjalanan wisata yang dilakukan secara berkali-kali
atau berkeliling-keliling, baik secara terencana maupun tidak terencana yang dapat menghasilkan
pengalaman total bagi pelakunya. Keuntungan banyak di dapatkan akibat kegiatan pariwisata
contohnya di Indonesia turis sekali berkunjung bisa menghabiskan 1000$dollar bahkan lebih.
Hal itu jelas mendatangkan new money bagi Indonesia. Pada mulanya wisatawan
membelanjakan dolarnya untuk memenuhi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan harapan
(expectation) yang diterima sebagai pendapatan oleh hotel, restoran, toko cendramata, taksi,
objek dan atraksi wisata, dan lain lain. Pada gilirannya perusahaan perusahaan atau pihak pihak
yang menerima pendapatan dan membelanjakan kembali dollar yang diterimanya untuk
membayar biaya kegiatan operasi mereka masing masing, kemudian berpindah tangan lagi dari
suatu perusahaan pada perusahaan lain atau dari seseorang pada seorang lainnya, sehingga dolar
itu beredar dalam kegiatan ekonomi daerah tujuan wisata yang dikunjungi melalui lima kali
transaksi dalam periode satu tahun. Bahkan di Indonesia sendiri di tahun 2019 sektor pariwisata
lah yang menduduki peringkat 2 dalam pengentasan kemiskinan setelah Migas (Minyak bumi
dan gas). Namun bagaimana jadinya jika sektor pariwisata di Indonesia mengalami Instabilitas ?.
Sangat jelas perekonomian Indonesia akan mengalami kemerosotan dan pendapatan nasional
(Income National) akan berkurang. Namun hal yang ditakutkan terjadi di awal tahun 2020 ini.

Baru-baru ini dunia sedang berduka akibat virus Corona atau dalam istilah kedoteran
menyebut 2019-nCoV (2019-novel CoronaVirus) , sesuai namanya Virus ini sudah muncul pada
awal desember 2019 di Wuhan, China. Menurut Center for Disease Control and
Prevention, cdc.gov, virus corona merupakan jenis virus yang diidentifikasi sebagai penyebab
penyakit pada saluran pernapasan.1 Sejak pertengahan Maret 2020 warga dunia mulai panik dan
sebagian pemerintah di dunia pun memilih untuk memulangkan warga negaranya yang bekerja di
luar negeri maupun hanya berlibur saja. Di sebagian belahan dunia mengalami kemerosotan di
bidang perekonomian akibat pandemi covid-19 ini. Salah satunya adalah di sektor pariwisata,

1
Ariyanto, “Asal Mula dan Penyebaran Virus Corona dari Wuhan ke Seluruh Dunia” diakses dari
https://bappeda.ntbprov.go.id/asal-mula-dan-penyebaran-virus-corona-dari-wuhan-ke-seluruh-dunia/ Pada 16 April
2020
pariwisata dunia sedang diberhentikan untuk sementara waktu hingga wabah penyakit ini
berakhir penyebarannya.

Padahal sangat banyak negara yang bergantung dengan pariwisata untuk meningkatkan
devisa negaranya. Salah satunya adalah Indonesia, Indonesia kini juga mengalami Instabilitas
pariwisata akibat wabah virus Corona. Instabilitas atau ketidakstabilan ini mengakibatkan
Indonesia banyak mengalami kerugian dalam dibidang pariwisata sehingga tidak mendapatkan
devisa negara. Tahun 2020 ini merupakan tahun yang menyedihkan bagi Indonesia, padahal di
tahun 2019 Indonesia berhasil raup devisa 246 Trilliun hanya di sektor Pariwisata saja.
Keuntungan di tahun sebelumnya bisa dikatakan keuntungan yang sangat tinggi. Pembangunan-
pembangunan seperti jalan, jembatan, sekolah di daerah terpencil Indonesia pun banyak
menggunakan keuntungan dari sektor pariwisata. Bahkan Wishnutama sebagai Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun mencatat, mewabahnya corona di Cina memukul sektor
pariwisata Indonesia. Sepanjang 2020, potensi devisa hilang akibat nihilnya kunjungan turis
Cina diproyeksikan mencapai US$ 4 miliar atau Rp 56 triliun (perkiraan kurs Rp 14
ribu).Angka itu merujuk pada asumsi kunjungan yang mencapai 2 juta orang dalam setahun
dengan rata-rata pengeluaran atau spending per kedatangan mencapai US$ 1.400 atau Rp 19,6
juta (perkiraan kurs Rp 14 ribu). Belum lagi, dampak ini juga akan meluas pada kunjungan
wisatawan asing dari negara-negara lain yang turut ditemukan kasus infeksi virus corona.

Banyak tempat-tempat terkenal seperti di Pantai kuta, Sanur dan Ubud juga ditutup juga
sedang menutup kawasan pariwisata demi menghentikan penyebaran dari penyakit ini mengingat
banyak wisatawan mancanegara yang berlibur di Indonesia dipulangkan ke asalnya. Sungguh
waktu yang sangat lama untuk mengembalikan keadaan dunia seperti semula. Baru-baru ini
Kemenparekraf memperediksi bahwa Bulan Juni masa tanggap Virus Corona atau Covid-19 ini
berakhir.2 Tentunya banyak pekerja yang dirumahkan sementara hingga masa darurat ini
berakhir, dan tidak sedikit orang yang kehilangan pekerjaannya. Warga terpaksa mengurangi
aktifitas di luar rumah dan mengharuskan lebih banyak melakukan aktifitas di dalam rumah.
Tercatat hari ini yang telah terkonfirmasi positif corona di Indonesia sudah mencapai angka
5,516 dan yang meninggal sebanyak 496. Jumlah kematian kebanyakan Lansia, balita, dan

2
Liputan 6, “Pariwisata Indonesia” diakes dari https://www.liputan6.com/tag/pariwisata-indonesia pada 16 April
2020
orang-orang yang ber-riwayat pernah bekerja diluar negeri. Dan angka kesembuhan akibat virus
ini hanya 548 tercatat per 16 April 2020.3

Hal yang dapat dilakukan masyarakat dunia dalam menanggulangi Instabilitas dalam
sektor pariwisata kini ialah, menuruti peraturan pemerintah untuk melakukan karantina dirumah
secara nasional, lebih banyak melakukan pekerjaan di dalam rumah, mengurangi aktifitas keluar
rumah dan lain-lain. Serta mencuci tangan secara rutin agar terhindar dari resiko terkenanya
virus Corona. Dengan cara ini tentunya keterpurukan perekonomian di bidang pariwisata
maupaun bidang lainnya cepat berakhir sehingga dunia bahkan khususnya Indonesia bisa menata
ulang pariwisatanya dan menghilangkan trauma dari orang-orang terhadap wabah penyakit.
Sehingga ketika penyebaran wabah penyakit ini berakhir, sektor pariwisata mampu menarik
minat wisatawan lagi.

Dengan kejadian yang seperti sekarang ini dapat disimpulkan bahwa bukan hanya
industri pariwisata saja yang harus diperhatikan namun masih banyak yang harus dikembangkan
contohnya di Bidang teknologi mengingat era sekarang merupakan era Revolusi Industri 4.0
teknologi haruslah canggih untuk perkembangan manusia di masa depan dan dunia juga perlu
meningkatkan alat untuk menanggulangi penyakit-penyakit yang ada seperti di tahun 2020 ini.
Pariwisata memang penting di Indonesia namun kita juga perlu mengembangkan sektor lainnya
yang bisa menghasilkan devisa yang tinggi.

3
Kemenkes “News Update Covid-19 (Corona)” diakses dari https://news.google.com/covid19/map?
hl=id&gl=ID&ceid=ID:id pada 16 April 2020

Anda mungkin juga menyukai