Anda di halaman 1dari 4

Penciptaan dan Hidup Yang Bermakna

Denni B. Saragih

FK Ukrida: 007

Menurut saya iman kristiani atas penciptaan dunia memberikan makna atas hidup manusia. Memang
menurut ilmu pengetahuan tidak ada bukti mutlak bahwa dunia ini diciptakan Tuhan. Namun ilmu
pengetahuan tidak bisa berdiri sendiri. Iman dan ilmu pengetahuan idealnya berjalan berdampingan.
Dalam tulisan ini saya akan memberikan tiga argumentasi mengapa iman atas penciptaan membuat
hidup manusia lebih bermakna. Pertama iman atas penciptaan memberikan makna atas tujuan hidup
manusia. Kedua iman atas penciptaan memberikan keyakinan dalam menapaki kehidupan. Ketiga
seorang yang tidak memiliki iman atas penciptaan akan berjalan tanpa tujuan yang jelas. Ketiga
argumentasi inilah yang akan saya uraikan dalam ulasan saya berikut ini.

Pertama iman Kristen atas penciptaan memberikan makna atas tujuan hidup manusia. Manusia
membutuhkan tujuan dalam kehidupannya. Seseorang kuliah karena ia punya tujuan. Mungkin karena
ingin lebih pintar, ingin sukses ataupun sekedar memiliki gelar. Yang pasti ada tujuan yang ingin
dicapainya. Setiap benda yang diciptakan manusia juga memiliki tujuan. Mobil diciptakan untuk menjadi
alat transportasi. Namun karena harganya mahal, maka diciptakan juga sepeda motor. Tujuannya untuk
memberikan alternatif yang lebih murah. Baik makna kuliah maupun makna dari keberadaan alat
angkutan tersebut diukur dari tujuannya. Apabila memenuhi tujuannya, maka baik kuliah maupun
kenderaan memberi makna bagi masyarakat atau penggunanya. Demikian juga hidup manusia. Untuk
menilai apakah hidup manusia bermakna atau tidak maka itu tergantung pada tujuan hidup seseorang.
Kalau seseorang sudah memenuhi tujuan hidupnya maka hidupnya akan bermakna. Kalau tidak, maka
hidupnya akan kehilangan makna.

Sebagai orang Kristen saya percaya tujuan hidup manusia adalah untuk memuliakan Tuhan.
Tuhan tidak membutuhkan manusia, tetapi manusialah yang membutuhkan Tuhan. Tuhan itu absolut,
karena itu Tuhan tidak membutuhkan sesuatu diluar diriNya sendiri. Kalau dia membutuhkan manusia
atau malaikat maka itu bukan Tuhan lagi. Kalau Tuhan masih butuh sesuatu, maka Ia sudah berhenti
sebagai Tuhan. Karena itu Tuhan sebenarnya tidak membutuhkan manusia. Meski manusia meninggikan
Tuhan, Tuhan tidak bertambah tinggi. Karena ia sudah mutlak adanya. Kalau manusia membesarkan
Tuhan, maka Tuhan tidak akan bertambah besar, sebab Ia sudah maha besar dan tidak bisa lebih besar
lagi. KebesaranNya, kekuasaanNya dan hikmatNya sudah mutlak dan tidak bisa dikurangi dan ditambahi.
Maka ketika Tuhan menciptakan manusia, tujuanNya hanyalah karena kasihNya. Tuhan senang
menciptakan manusia dan senang kalau manusia memuliakanNya. Dan Tuhan menetapkan bahwa
manusia harus hidup untuk memuliakan Tuhan sehingga manusia mengalami makna dan tujuan hidup
ketika manusia memuliakan Sang Pencipta.

Kedua, kalau manusia diciptakan untuk kemuliaan Tuhan, maka ketika manusia menjalani tujuan
hidup sedemikian maka manusia itu bisa memiliki keyakinan. Bukan hanya keyakinan, tetapi juga
kepastian. Memang manusia ingin menentukan sendiri tujuan hidupnya. Namun hal itu adalah sesuatu
yang sia-sia. Ketika kita melihat benda-benda disekeliling kita, kita bisa melihat setiap benda yang
dipakai sesuai dengan tujuannya akan bermanfaat dan terpelihara. Monitor komputer diciptakan
sebagai layar untuk bekerja. Bayangkan kalau digunakan sebagai tempat duduk. Bukan saja tidak
nyaman dipakai, tetapi juga akan rusak dan tidak berguna lagi. Begitu juga dengan botol kaca yang
diciptakan sebagai tempat minuman. Kalau digunakan sebagai palu atau martil, maka botol itu akan
pecah berantakan dan tidak berguna lagi. Sebaliknya ketika masing-masing digunakan untuk tujuannya,
maka bukan saja mereka menjadi sangat bermanfaat, tetapi juga akan bertahan sampai lama. Benda itu
akan awet dan terjaga dengan baik.

Demikian juga dengan hidup manusia. Apabila hidup itu dipakai sesuai dengan tujuan Tuhan
menciptakannya, maka hidup manusia bukan saja bermakna, tetapi juga awet dan langgeng. Dalam
bahasa yang lebih kongkrit, hidup manusia itu akan dipenuhi dengan sukacita dan kebahagiaan. Sebagai
orang Kristen saya yakin Tuhan yang menetapkan tujuan hidup manusia, maka Tuhan juga akan
memelihara ciptaanNya. Tuhan bukan saja menentukan tujuan hidup manusia, tetapi Tuhan juga
menuntun agar tujuan itu tergenapi dalam kehidupan kita masing-masing. Ia hadir dan menyertai; Ia
membimbing dan meneguhkan. Dalam hal ini dikenal pula istilah panggilan (vokasi) dalam iman kristen.
Setiap orang memiliki panggilan sesuai dengan talenta yang sudah Tuhan berikan. Tuhan tidak hanya
memberikan tujuan hidup yang umum untuk seluruh manusia memuliakan Dia, tetapi Tuhan juga
memberikan panggilan yang khusus sesuai dengan talenta dan karunia yang diberikanNya.

Apabila kita menggabungkan kedua tujuan ini, yaitu tujuan umum untuk memuliakan Tuhan dan
tujuan khusus untuk mengerjakan panggilan Tuhan sesuai dengan karunia kita masing-masing, maka kita
akan mendapatkan gambaran yang indah mengenai hidup manusia. Manusia diciptakan untuk
memuliakan Tuhan. Dan bentuk kemuliaan itu memiliki wujud yang khusus sesuai dengan talenta dan
karunia yang Tuhan berikan kepada masing-masing manusia. Seseorang yang diberikan karunia untuk
mengajar dan mendidik anak-anak, misalnya, bisa menemukan tujuan hidupnya dengan memuliakan
Tuhan melalui pendidikan sekolah dasar. Dia bisa menjadi guru, dan dengan menjadi guru yang baik dan
mengasihi anak-anak, Ia memuliakan Tuhan. Ia akan memenuhi tujuan hidupnya yang umum
memuliakan Tuhan, dan tujuan hidupnya yang khusus yaitu dengan cara mencerdaskan anak-anak
sebagai wujud dari kasih Allah atas anak-anak tersebut. Tuhan dipermuliakan melalui sikap guru
tersebut, dan juga dimuliakan melalui karyanya dalam kehidupan anak-anak kecil. Hal ini bisa kita
terapkan juga bagi seorang yang diberi karunia menjadi pengusaha, hakim, dokter, arsitek dan bidang-
bidang kehidupan lainnya. Setiap profesi dan pekerjaan bisa menjadi wujud tujuan hidup manusia yang
telah didesain Tuhan ketika Tuhan menciptakan manusia, dan karena itu bisa menjadi wujud karya yang
bermakna bagi setiap manusia yang diciptakan Tuhan.

Ketiga, sebagai antithesis dari argumentasi yang saya uraikan, saya menilai seseorang yang tidak
memiliki iman atas penciptaan tidak akan bisa menjelaskan makna hidup manusia. Kalau tidak ada
penciptaan maka tidak ada pula Sang Pencipta. Kalau tidak ada Pencipta, maka dunia ini terjadi sebagai
sebuah kebetulan, sebagai bagian dari sebuah proses yang tidak punya tujuan dan tidak punya makna.
Tanpa pencipta maka apapun yang dilakukan seseorang dalam hidupnya tidak punya arti yang jelas.
Kalaupun mau dibuat bermakna, maka makna itu hanya berasal dari pikiran manusia semata-mata.
Dengan kata lain makna itu hanya ilusi dan fantasi. Sesuatu yang terdengar indah ditelinga tetapi kosong
dan tidak punya kebenaran sama sekali. Hidup manusia hanya seperti mainan anak kecil, seperti istana
megah yang dibangun ditepi pantai dengan pasir, namun akan runtuh dan sirna termakan ombak laut.

Sebagai implikasinya maka seluruh tatanan masyarakat kita juga akan kehilangan maknanya.
Ambil contohnya keluarga. Mengapa seseorang harus berkeluarga? Tidak ada alasan moral yang jelas
untuk berkeluarga, kalau dunia ini bukan ciptaan Tuhan. Tidak ada bedanya antara berkeluarga, dengan
tidak berkeluarga. Seseorang bisa saja hidup bersama, punya anak, kemudian meninggalkan keluarganya
ketika dia sudah bosan dan tidak punya keinginan untuk bersama-sama lagi. Apa dasarnya seseorang
harus setia pada satu keluarga? Bukankah keluarga tidak punya tujuan sama sekali. Demikian juga
dengan pekerjaan, belajar, bermasyarakat dan menjalani kehidupan. Semuanya tidak punya tujuan
instrinsik dan hanyalah kumpulan kegiatan yang tidak saling berhubungan. Setiap orang harus memilih
dan menentukan tujuan hidup masing. Dalam keadaan seperti ini hidup menjadi hampa dan tidak punya
makna.
Inilah tiga argumentasi yang saya berikan untuk menyatakan bahwa iman atas penciptaan
membuat hidup manusia menjadi lebih bermakna. Penciptaan memberikan tujuan hidup manusia, dan
penciptaan juga memberi keyakinan bahwa pekerjaan dan karya yang dilakukan seseorang adalah
bagian dari kehendak dan panggilan Sang Pencipta dalam hidup seseorang. Sebaliknya seseorang yang
tidak mengimani penciptaan harus menciptakan sendiri tujuan hidupnya. Di dalam hati kecilnya ia harus
mengakui bahwa itu semua hanya ilusi. Hidup manusia pada dasarnya adalah hampa dan kosong belaka
bila seseorang tidak punya iman atas karya penciptaan Tuhan. (1179 kata)

Anda mungkin juga menyukai