Fahalalamboy@gmail.com
Pendahuluan
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme
sel dan karbondioksida (CO²) yang merupakan hasil dari metabolisme tersebut yang kemudian
dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Dalam proses respirasi ini berperan berbagai macam organ
yang berfungsi untuk mengangkut udara dan sebagai alat pertukaran udara.
Di organ-organ tersebut pun tentunya akan berhubungan dengan bagian-bagian lain yang
kemudian akan membentuk suara, berperan dalam proses menelan, dan proses batuk. Yang
perlu dikethui juga bahwa sistem saluran pernafasan ini juga berpengaruh terhadap
metabolisme tubuh. Hal ini juga bersangkutan pada sistem keseimbangan asam basa pada
tubuh kita. Maka dari itu dalam makalah ini, penulis berharap pembaca dapat mengerti struktur
makro dan mikro dari organ pernafasan, serta mekanisme pernafasan dan juga keseimbangan
asam basa dan juga gangguannya yaitu asidosis dan alkalosis berdasarkan sistem pernasafan.
1
Gambar 1. Saluran pernapasan.1
Ketika bernapas, hidung merupakan organ pertama yang dilalui udara. Udara masuk melalui
lubang hidung, kemudian menuju rongga hidung. Rongga hidung dilengkapi dengan rambut-
rambut halus dan lendir. Rambut-rambut halus dan lendir berfungsi mengatur suhu udara
pernapasan dan mencegah debu yang masuk ke saluran pernapasan. Pada atap rongga
hidung terdapat lobus olfaktori yang berperan sebagai reseptor bau. Fungsi hidung adalah
sebagai saluran udara, saringan udara (partikel debu kasar dan halus), menghangatkan
udara pernapasan, melembabkan udara pernapasan, dan alat pembau.2
1. Hidung eksternal berbentuk piramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian ini
tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroareolar.
a. Septum nasal membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan
rongga nasal. Bagian anterior septum adalah kartilago.
b. Naris (nostril) eksternal dibatasi oleh kartilago nasal.
1) Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung.
2) Ala besar dan ala kecil kartilago nasal mengelilingi nostril.
c. Tulang hidung
1) Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung.
2) Vomer dan lempeng perpendikular tulang etmoid membentuk bagian posterior
septum nasal.
2
3) Lantai rongga nasal adalah palatum keras yang terbentuk dari tulang maksila dan
palatinum.
4) Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng kribriform
tulang etmoid, pada sisi anterior dari tulang frontal dan nasal, dan pada sisi
posterior dari tulang sfenoid.
5) Konka (turbinatum) nasalis superior, tengah dan inferior menonjol pada sisi
medial dinding lateral rongga nasal. Setiap konka dilapisi membran mukosa
(epitel kolumnar bertingkat dan bersilia) yang berisi kelenjar pembuat mukus
dan banyak mengandung pembuluh darah.
6) Meatus superior, medial dan inferior merupakan jalan udara
rongga nasal yang terletak di bawah konka.
Gambar 2. Hidung.3
d. Empat pasang sinus paranasal (frontal, etmoid. maksilar. dan sfenoid) adalah
kantong tertutup pada bagian frontal etmoid, maksilar, dan sfenold. Sinus ini dilapisi
membran mukosa.
1) Sinus berfungsi untuk meringankan tulang kranial, memberi area permukaan
tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara
yang masuk, memproduksi mukus, dan memberi efek resonansi dalam produksi
wicara.
3
2) Sinus paranasal mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal melalul duktus
kecil yang terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus. Pada
posisi tegak, aliran mukus ke dalam rongga nasal mungkin terhambat, terutama
pada kasus infeksl sinus.
3) Duktus nasolakrimal dari kelenjar air mata membuka ke arah meatus inferior.
Sinus paranasalis terdiri atas :
1. Sinus sphenoidalis
a. Terletak di dalam corpus os sphenoid.
b. Bermuara melalui lubang pada dinding anteriornya.
c. Ke dalam melalui rongga hidung.
2. Sinus ethmoidalis, terdiri dari :
a. Sinus ethmoidalis anterior.
b. Sinus ethmoidalis medius.
c. Sinus ethmoidalis posterior.
d. Sinus ethmoidalis anterior dan medius bermuara ke dalam meatus nasi
superior.
e. Sedangkan sinus ethmoidalis posterior bermuara ke dalam meatus nasi
medius.
3. Sinus frontalis
a. Terletak di tepi superior orbita.
b. Bermuara ke dalam perluasan superior hoatus semilunaris
4. Sinus maxillaris
a. Terletak dalam os maxilla.
b. Bermuara ke dalam meatus nasi inferior.
4
Gambar 3. Sinus Paranasalis.4
5
2) Penghangatan dan pelembaban udara yang masuk. Udara kering akan
dilembabkan melalui evaporasi sekresi serosa dan mukus serta dihangatkan oleh
radiasi panas dari pembuluh darah yang terletak di bawahnya.
3) Resepsi odor. Epitelium olfaktori yang terletak di bagian atas rongga hidung di
bawah lempeng kribriform, mengandung sel-sel olfaktori yang mengalami
spesialisasi untuk indera penciuman.5
3. Laringofaring mengelilingi mulut, esophagus, dan laring, yang merupakan gerbang untuk
sistem respiratorik selanjutnya.2
6
Gambar 4. Bagian Faring.6
C. Laring (kotak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Pada laring, terdapat selaput
suara. Selaput ini memiliki serabut-serabut otot sehingga laring merupakan tempat
dihasilkannya suara.1 Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti kotak triangular dan
ditopang oleh sembilan kartilago; tiga berpasangan dan tiga tidak berpasangan.
7
2. Kartilago berpasangan
a. Kartilago aritenoid terletak di atas dan di kedua sisi kartilago
krikoid. Kartilago ini melekat pada pita suara sejati, yaitu lipatan
berpasangan dari epltelium skuamosa bertingkat.
b. Kartilago kornikulata melekat pada bagian ujung kartilago aritenoid.
c. Kartilago kuneiform berupa batang-batang kecil yang membantu
menopang jaringan lunak.
3. Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring.
a. Pasangan bagian atas adalah lipatan ventrikular (pita suara semu)
yang tidak berfungsi saat produksi suara.
b. Pasangan bagian bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada
kartilago tiroid dan pada kartilago aritenoid serta kartilago krikoid.
Pembuka di antara kedua pita ini adalah glottis.
1) Saat bernapas, pita suara terabduksi (tertarik membuka) oleh otot laring, dan
glotis berbentuk triangular.
2) Saat menelan, pita suara teraduksi (tertarik menutup), dan glotis membentuk
celah sempit.
3) Dengan demikian, kontraksi otot rangka mengatur ukuran pembukaan glotis dan
derajat ketegangan pita suara yang diperlukan untuk produksi suara.2
8
D. Trakea (batang tenggorokan) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan
diameter 2,5 cm serta terletak di daerah leher, di atas permukaan anterior esophagus
(kerongkongan). Trakea merupakan pipa udara yang terdiri atas gelang-gelang tulang
rawan.1 Tuba ini merentang dari laring pada area vertebra serviks keenam sampai area
vertebra toraks kelima, tempatnya membelah menjadi dua bronkus utama.
1. Trakea dapat tetap terbuka karena adanya 16 sampai 20 cincin kartilago berbentuk-C.
Ujung posterior mulut cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot sehingga
memungkinkan ekspansi esofagus.
2. Trakea dilapisi epitelium respiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang
mengandung banyak sel goblet.5
E. Percabangan bronkus
Bronkus sebelah kanan bercabang tiga, sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang
dua. Cabang-cabang tadi bercabang-cabang lagi membentuk pembuluh halus, dinamakan
bronkiolus. Bronkiolus ini memiliki gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus,
tempat terjadinya pertukaran antara O2 dan CO2 melalui difusi.2
1. Bronkus primer (utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, lebih lurus
dibandingkan bronkus primer kiri karna arkus aorta membelokan trakea bawah
kekanan. Objek asing yang masuk kedalam trakea kemungkinan di tempatkan dalam
bronkus kanan.
2. Setiap bronkus primer bercabang 9-12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan
tertoier dengan diameter semakin kecil. Saat tuba semakin menyempit batang atau
lempeng kartilago menganti cincin kartilago.
3. Bronki disebut ekstrapulmonar sampai memasuki paru-paru, setelah itu disebut
intrapulmonar.
4. Struktur mendasar dari kedua paru-paru adalah percabangan brongkial yang selanjutnya
bronki, bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratori, duktus alveolar, dan
9
alveoli. Tidak ada kartilago dalam bronkiolus; sili tetap ada sampai bronkilus respiratori
terkecil.5
F. Paru-paru
1. Paru-paru adalah organ berbentuk piramid seperti spon dan berisi udara, terletak dalam
rongga toraks.
a. Paru kanan memiliki 3 lobus; paru kiri memiliki 2 lobus.
b. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga pertama,. Sebuah
permukaan diafragmatik( bagian dasar) terletak diatas diafragma, sebuah
permukaan media stinal (medial) yang terpisah dari paru lain oleh mediastinum ,
dan permukaan kostal terletak diatas kerangka iga.
c. Permukaan media stinal memiliki hilus (akar), tempat masuk dan keluarnya
pembuluh darah bronki, pulmonar dan bronchial dari paru.
2. Pleura adalah pembungkus paru-paru. Pleura terdiri dari dua lapisan , lapisan viseralis
yang melekat pada paru dan lapisan parietalis yang membatasi aspek terdalam dinding
dada, diafragma, serta sisi perikardium dan mediastinum.5
10
Bagian ini terdiri dari:
1. Rongga hidung (kavum nasi)
a. Vestibulum
Merupakan Epitel berlapis gepeng, terdapat vibrissae (rambut 2 kasar yang berfungsi
menyaring udara pernafasan) terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
b. Fossa nasalis
Dari masing-masing dinding lateral fossa nasalis keluar 3 tonjoilan mirip rak yang
biasa disebut konka. Antara lain: konka nasalis superior, konka nasalis media, konka
nasalis inferior. Hanya konka nasalis inferior dilapisi oleh epitel respirasi.
11
2) Terletak di belakang laring.
3. Laring
a. Menghubungkan faring dan trakea.
b. Bentuk tidak beraturan atau irregular.
c. Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plika vokalis berlapis
gepeng.
d. Dinding:
1) Tulang rawan hialin dan tulang rawan elastis.
2) Jaringan ikat.
3) M.Vokalis (otot skelet).
4) Kelenjar campur.
4. Epiglotis
Rangka terdiri dari tulang rawan elastis. Epiglotis mempunyai 2 permukaan:
a. Permukaan lingual yang menghadap ke lidah
1) Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
2) Ada kelenjar campur dan jaringan limfoid.
b. Permukaan laringeal yang menghadap ke laring
1) Epitel berlapis gepeng yang tipis dari permukaan lingual menjadi epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet,yang akan melanjutkan ke trakea dan
bronkus.
2) Lamina propria dibawahnya mempunyai kelenjar campur (lebih banyak daripada
permukaan lingual).
5. Trakea
Gambaran khas trakea:
a. Rangka berbentuk C terdiri atas tulang rawan hialin.
b. Jumlah 16 – 20 buah.
12
c. Cincin - cincin tulang rawan satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan
penyambung padat fibroelastis dan retikulin disebut lig.anulare untuk mencegah
agar lumen trakea jangan meregang berlebihan.
d. Otot polos berperan untuk mendekatkan kedua tulang rawan.
6. Bronkus
a. Bronkus ekstrapulmonal (sama dengan trakea ,diameter lebih kecil).
b. Bronkus intrapulmonal:
1) Mukosa membentuk lipatan longitudinal.
2) Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
3) Membrana basalis jelas.
4) Lamina propria:
a) jaringan ikat jarang.
b) serat elastis dan muskulus polos spiral.
c) Noduli limfatisi.
d) Kel.Bronkialis merupakan kelenjar campur.
e) Bentuk sferis.
f) Tulang rawan tidak beraturan.
g) Susunan muskulus seperti spiral
c. Bronkus kecil memiliki epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
d. Bronkus terkecil memiliki epitel selapis torak bersilia bersel goblet.
e. Tulang rawan (kecil).
13
f. Berkelenjar dan tidak berkelenjar.
7. Bronkiolus
a. Diameter kira kira 1mm
b. Tidak mempunyai tulang rawan
c. Epitel selapis torak memiliki silia , ada yang memiliki sel goblet dan ada yang tidak (
bronkiolus besar epitel masih bertingkat torak )
d. Lamina propria:
1) Tipis.
2) Tidak ada kelenjar
3) Tidak ada Noduli limfatisi
4) Otot polos relatif banyak daripada jaringan ikat
5) Serat elastin
8. Bronkiolus terminalis
a. Diameter 0,3 mm.
b. Epitel selapis torak bersilia, tidak ada sel goblet. Atau epitel selapis torak rendah.
c. Diantara deretan sel ini ada sel clara:
1) Ada mikrovili.
2) Granula kasar.
Lamina propria :
1. Sangat tipis (serat elastin)
2. Ada memiliki otot polos dan ada yang tidak
3. Tidak ada kelenjar
4. Tidak ada Nn.II
Lapisan luarnya
1. Serat kolagen.
2. Serat elastin.
3. Pembuluh darah + limf.
14
4. Saraf.
3. Sakus alveolaris
a. Kantong yang dibentuk oleh beberapa alveoli.
b. Terdapat serat elastin dan serat retikulin yang melingkari muara sakus alveoli.
c. Sudah tak punya otot polos.
4. Alveolus/alveoli
a. Kantong-kantong kecil terdiri dari selapis sel seperti sarang tawon.
b. Pertukaran gas ( O2 dan CO2) antara udara dan darah.
c. Di sekitar alveoli terdapat:
1) Serat elastin:
15
Inspirasi --- melebar
Expirasi --- menciut
2) Serat kolagen: mencegah regangan yang berlebihan, sehingga kapiler + septum
interalveolaris tidak rusak.
d. Jumlah : 300 -500 juta alveoli.
e. Epitel selapis gepeng.
f. Pada dinding alveolus terdapat lubang-lubang kecil berbentuk bulat atau lonjong
disebut poros atau stigma alveolaris.9
16
a. Inspirasi (penghirupan) terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berkontraksi.
Volume rongga dada dan paru-paru meningkat ketika diafragma bergerak turun ke
bawah dan sangkar tulang rusuk membesar. Tekanan udara dalam paru-paru akan turun
di bawah tekanan udara atmosfer, dan udara akan mengalir ke dalam paru-paru.
b. Ekspirasi (penghembusan) terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berelaksasi.
Volume rongga dada dan paru-paru mengecil ketika diafragma bergerak naik dan
sangkar tulang rusuk mengecil. Tekanan udara dalam paru-paru akan naik melebihi
tekanan udara atmosfer, dan udara akan mengalir keluar dari paru-paru.10
Bernapas merupakan proses masuknya udara pernapasan ke paru-paru dan keluarnya udara
pernapasan dari paru-paru. Bernapas terdiri dari dua proses yaitu proses inspirasi (menarik
napas/memasukan udara) dan ekspirasi (mengeluarkan udara). Masuk keluarnya udara dalam
paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan
udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk.
Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Proses
pernapasan pada manusia dapat terjadi secara sadar maupun secara tidak sadar. Pernapasan
secara sadar terjadi jika kita melakukan pengaturan-pengaturan saat bernapas, misalnya pada
saat latihan dengan cara menarik napas panjang, kemudian menahannya beberapa saat, lalu
mengeluarkannya. Pernapan secara tidak sadar, yaitu pernapasan yang dilakukan secara
otomatis dan dikendalikan oleh saraf di otak, misalnya pernapasan yang terjadi pada saat kita
tidur nyenyak.
Dalam pernapasan selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi (menghirup udara) dan ekspirasi
(menghambuskan udara). Berdasarkan cara melakukan inspirasi dan ekspirasi serta tempat
terjadinya, manusia dapat melakukan dua mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut.11
a.Pernapasan dada
Pernapasan dada disebut juga dengan pernapasan tulang rusuk. Proses inspirasi diawali dengan
berkonstraksinya muskulus interkostalis (otot di antara tulang rusuk), sehingga menyebabkan
terangkatnya tulang rusuk. Keadaan ini mengakibatkan rongga dada membesar dan paru-paru
mengembang. Paru-paru yang mengembang menyebabkan tekanan udara tekanan udara rongga
17
paru-paru menjadi lebih rendah dari tekanan udara luar. Dengan demikian udara dari luar masuk
ke dalam paru-paru. Sebaliknya, proses ekspirasi berlangsung pada saat muskulus interkostalis
berelaksasi sehingga tulang rusuk turun kembali. Keadaan ini menyebabkan rongga dada
menyempit dan paru-paru mengecil. Paru-paru mengecil mengakibatkan tekanan udara dalam
rongga paru-paru menjadi lebih tinggi dari tekanan udara luar, sehingga udara keluar dari paru-
paru.
b.Pernapasan perut
Mekanisme proses inspirasi pernapasan perut diawali dengan berkontraksinya otot diafragma,
sehingga diafragma yang semula melengkung berubah menjadi datar. Diafragma merupakan
sekat yang tersusun oleh jaringan ikat dan otot yang membagi rongga badan menjadi dua bagian,
yaitu rongga perut dan rongga dada. Keadaan diafragma yang datar mengakibatkan rongga dada
dan paru-paru mengembang. Tekanan udara yang rendah dalam paru-paru menyebabkan udara
dari luar masuk ke dalam paru-paru. Sedangkan proses ekspirasi terjadi pada saat otot diafragma
berelaksasi, sehingga diafragma kembali melengkung. Keadaan melengkungnya diafragma
mengakibatkan rongga dada dan paru-paru mengecil, tekanan udara dalam paru-paru naik,
sehingga udara keluar dari paru-paru.11
Berdasarkan tempat terjadinya, pernapasan dibedakan atas dua yaitu :
Pernapasan internal, mengacu kepada proses metabolisme intrasel yang berlangsung di
dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses
penyerapan energi dari molekul nutrien.
Pernapasan eksternal, mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat
dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Pernapasan
eksternal, topik yang dibahas di bab ini meliputi empat langkah :
a. Udara secara bergantian bergerak masuk-keluar paru, sehingga dapat terjadi
pertukaran antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara (alveolus)
paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh kerja mekanis pernapasan, atau ventilasi.
Kecepatan ventilasi diatur sedemikian rupa, sehingga aliran udara antara
atmosfer dan alveolus disesuaikan dengan kebutuhan metabolik tubuh untuk
menyerap O2 dan mengeluarkan CO2.
18
b. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam
kapiler pulmonalis melalui proses difusi.
c. Oksigen dan CO2 diangkut oleh darah antara paru dan jaringan.
Pertukaran O2 dan CO2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses difusi melintasi kapiler
sistemik (jaringan).12
19
dalam hitungan perpuluhan detik. Hal semacam ini terjadi pada alveoli yang normal,
sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti pada emfisema, percampuran gas
yang baru masuk dengan gas yang telah berada di alveoli lebih lambat.
b. Difusi menembus membran pembatas
Proses difusi yang melewati membran pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh
darah meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase cairan. Dalam hal ini,
pembatas-pembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler pembuluh darah
(endotel), lapisan plasma pada kapiler, dan dinding butir darah merah (eritrosit).
Kecepatan difusi melewati fase cairan tergantung kepada kelarutan gas dalam
cairan. Kelarutan karbondioksida lebih besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen
sehingga kecepatan difusi karbondioksida di dalam fase cairan 20 kali lipat
kecepatan difusi oksigen. Semakin tebal membran pembatas, halangan bagi proses
difusi semakin besar.13
20
c. PCO2 dalam udara alveolar adalah 40 mmHg dan PCO2 dalam kapiler di
sekitarnya adalah 45 mmHg. Dengan demikian, CO2 berdifusi dari kapiler ke
alveoli.
3. Faktor yang mempengaruhi difusi gas selain gradien tekanan parsialnya antara lain :
- Ketebalan membran respirasi. Penyebab apapun yang dapat meningkatkan
ketebalan membran, seperti edema dalam ruang intersetisial atau infiltrasi
fibrosa paru-paru akibat penyakit pulmonar dapat mengurangi difusi.
- Area permukaan membran respirasi. Pada penyakit seperti emfisema,
sebagian besar permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas berkurang
dan pertukaran gas mengalami gangguan berat.14
Transportasi Gas
A. Transpor oksigen. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah
berikatan dengan hemoglobin (Hb). 3% oksigen sisanya larut dalam plasma.
Setiap molekul dalam keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu
molekul oksigen untuk membentuk oksihemoglobin (HbO2) berwarna merah tua. Ikatan
ini tidak kuat dan reversibel. Hemoglobin tereduksi (HHb) berwarna merah kebiruan.
Kapasitas oksigen adalah volume maksimum oksigen yang dapat berikatan dengan
sejumlah hemoglobin dalam darah. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta
molekul hemoglobin. Setiap gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 mL oksigen. 100 mL
darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk maksimum 20 mL O2 per 100
mL darah (15 x 1,34). Konsentrasi hemoglobin ini biasanya dinyatakan sebagai
presentase volume dan merupakan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kejenuhan oksigen darah adalah rasio antara volume oksigen aktual yang terikat pada
hemoglobin dan kapasitas oksigen :
Kejenuhan oksigen = kandungan oksigen x 100 : kapasitas oksigen
Kejenuhan oksigen dibatasi oleh jumlah hemoglobin atau PO2.
Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin. Grafik memperlihatkan persentase kejenuhan
hemoglobin pada garis vertikal dan tekanan parsial oksigen pada garis horisontal. Kurva
berbentuk sigmoid karena kapasitas pengisian oksigen pada hemoglobin (afinitas
21
pengikatan oksigen) bertambah jika kejenuhan bertambah. Demikian pula, jika
pelepasan oksigennya (pelepasan oksigen terikat) meningkat, kejenuhan oksigen darah
pun meningkat. Hemoglobin dikatakan 97% jenuh pada PO2 100 mmHg, seperti yang
terjadi pada udara alveolar. Lereng kurva disosiasi ini menjadi tajam di antara tekanan
10 sampai 50 mmHg dan mendatar di antara 70 sampai 100 mmHg. Dengan demikian,
pada tingkat PO2 yang tinggi, muatan yang besar hanya sedikit memengaruhi kejenuhan
hemoglobin, seperti penurunan PO2 sampai 50 mmHg. Jika PO2 turun sampai di bawah
50 mmHg, seperti yang terjadi dalam jaringan tubuh, perubahan PO 2 ini walaupun
sangat sedikit dapat mengakibatkan perubahan yang besar pada kejenuhan hemoglobin
dan volume oksigen yang dilepas. Darah arteri secara normal membawa 97% oksigen
dari kapasitasnya untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, pernapasan dalam
atau menghirup oksigen murni tidak dapat memberi peningkatan yang berarti pada
kejenuhan hemoglobin dengan oksigen. Menghirup oksigen murni dapat meningkatkan
penghantaran oksigen ke dalam jaringan karena volume oksigen terlarut dalam plasma
darah meningkat. Dalam darah vena, PO2 mencapai 40 mmHg dan hemoglobin masih
75% jenuh, ini menunjukkan bahwa darah hanya melepas sekitar seperempat muatan
oksigennya saat melewati jaringan. Hal ini memberikan rentang keamanan yang tinggi
jika sewaktu-waktu pernapasan terganggu atau kebutuhan oksigen jaringan meningkat.
Afinitas hemoglobin terhadap oksigen dan kurva disosiasi oksigen-hemoglobin
dipengaruhi oleh pH, temperatur, dan konsentrasi 2,3 –ndifosfogliserat (2,3 – DPG).
a. Hemoglobin dan pH. Peningkatan PCO2 darah atau peningkatan asiditas darah
(penurunan pH darah dan peningkatan konsentrasi ion hidrogen) melemahkan
ikatan antara oksigen dan hemoglobin, sehingga kurva bergerak ke kanan.
Terhadap tingkat PO2 manapun, peningkatan asiditas darah menyebabkan
hemoglobin melepaskan lebih banyak oksigen ke jaringan. Sel-sel yang
bermetabolis aktif, seperti saat berolahraga, melepas lebih banyak CO2 dan ion
hidrogen. Efek peningkatan CO2 dan oenurunan pH darah disebut efek Bohr.
Efek ini semakin besar pada tingkat PO2 yang rendah, seperti yang terjadi di
22
dalam jaringan, dan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin untuk
penggunaannya.
b. Hemoglobin dan temperatur. Peningkatan temperatur yang terjadi dalam
visinitas sel-sel yang bermetabolis aktif juga akan menggerakkan kurva ke
kanan dan meningkatkan penghantaran oksigen ke otot yang bergerak.5
c. Hemoglobin dan DPG. Peningkatan konsentrasi 2,3 – DPG, suatu metabolit
glikolisis yang ditemukan dalam sel darah merah akan menurunkan afinitas
hemoglobin terhadap oksigen dan menggerakkan kurva disosiasi oksigen-
hemoglobin ke kanan. Konsentrasi 2,3 – DPG perlahan meningkat saat kadar
oksigen secara kronik menurun, seperti pada anemia atau insufisiensi jantung.
Metabolit ini bereaksi dengan hemoglobin dan mengurangi afinitasnya
terhadap oksigen sehingga semakin banyak oksigen yang tersedia untuk
jaringan. Konsentrasi 2,3 – DPG juga penting dalam transfer oksigen dari darah
maternal ke darah janin. Hemoglobin janin (hemoglobin F) memiliki afinitasn
leih besar terhadap oksigen dibandingkan hemoglobin dewasa (hemoglobin A),
inilah perubahan akibat kerja 2,3 - DPG terhadap hemoglobin F.
P50 adalah indeks yang tepat untuk pemindahan kurva disosiasi oksigen-hemoglobin.
Sebenarnya, PO2-lah yang menunjukkan hemoglobin 50% jenuh dengan oksigen.
Semakin tinggi P50, semakin rendah afinitas hemoglobin terhadap oksigen. 5
23
B. Transpor karbon dioksida. Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dari jaringan
dibawa ke paru-paru melalui cara berikut :
a. Sejumlah kecil karbon dioksida (7% sampai 8%) tetap terlarut dalam plasma.
Karbon dioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah, dimana 25%-
nya bergabung dalam bentuk reversibel yang tidak kuat dengan gugus amino di
bagian globin pada hemoglobin untuk membentuk karbaminohemoglobin.
Sebagian besar karbon dioksida dalam sel darah merah berikatan dengan air
untuk membentu asam karbonat dalam reaksi bolak-balik yang dikatalis oleh
anhidrase karbonik.
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-
Anhidrase karbonik
Reaksi di atas berlaku dua arah, bergantung konsentrasi senyawa. Jika
konsentrasi CO2 tinggi, seperti dalam jaringan, reaksi berlangsung ke kanan
sehingga lebih banyak terbentuk ion hidrogen dan bikarbonat. Dalam paru yang
konsentrasi CO2-nya lebih rendah, reaksi berlangsung ke kiri dan melepaskan
karbon dioksida.
b. Pergeseran klorida. Ion bikarbonat bermuatan negatif yang terbentuk dalam sel
darah merah berdifusi ke dalam plasma dan hanya menyisakan ion bermuatan
positif berlebihan. Untuk mempertahankan netralitas elektrokimia, ion
bermuatan negatif lain yang sebagian besar ion klorida, bergerak kedalam sel
darah merah untuk memulihkan ekuilibrium ion. Inilah yang disebut sebagai
pergeseran klorida. Kandungan klorida dalam sel darah merah di vena yang
memiliki konsentrasi karbon dioksida lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan
dalam darah arteri. Ion hidrogen bermuatan positif yang terlepas akibat disosiasi
asam karbonat, berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah untuk
meminimisasi perubahan pH.16
24
Pusat Kontrol Pernapasan
Berbagai mekanisme beroperasi untuk mempertahankan kekonstanan relatif PO2 dan PCO
Homeostasis gas-gas darah ini dipertahankan oleh perubahan ventilasi yaitu frekuensi dan
kedalaman pernapasan. Pusat pernapasan dalam batang otak mengontrol saraf yang
mempersarafi otot-otot inspirasi dan ekspirasi. Irama dasar siklus pernapasan (inspirasi dan
ekspirasi) tampaknya dibangkitkan oleh area medullatory rhytmicity. Area ini terdiri atas dua
pusat kontrol yang saling berhubungan: pusat inspirasi dan pusat ekspirasi. Ketika pusat
inspirasi membangkitkan impuls, sebagian dari impuls tersebut akan menjalar di sepanjang
saraf ke otot-otot pernapasan untuk menstimulasi kontraksi, dan sebagian impuls ini akan
menekan pusat ekspirasi. Hasilnya adalah inhalasi. Dengan mengembangnya paru-paru,
baroreseptor yang terdapat di dalam jaringan paru mendeteksi regangan ini dan mencetuskan
impuls sensori ke medulla; impuls ini mulai menekan pusat inhalasi. Proses ini disebut refleks
inflasi Hering-Breuer, yang membantu mencegah overinflasi paru-paru.
Dengan tertekannya pusat inspirasi, pusat ekspirasi menjadi lebih aktif, impulsnya makin
menekan pusat inspirasi. Hasilnya adalah penurunan impuls ke otot-otot pernapasan, yang
relaksnya akan menyebabkan ekshalasi. Kemudian pusat inspirasi menjadi lebih aktif kembali
untuk memulai siklus pernapasan berikutnya.
Kedua pusat pernapasan pada pons bekerja dengan pusat medullar untuk menghasilkan irama
pernapasan yang normal. Pusat apneustik memperpanjang inhalasi, dan yang kemudian
diselingi oleh impuls dari pusat pneumotaksik, yang menyebabkan ekshalasi. Pada pernapasan
normal inhalasi berlangsung sekitar 1 sampai 2 detik, diikuti dengan ekshalasi yang sedikit lebih
lama (2 sampai 3 detik), menghasilkan batasan frekuensi pernapasan yang normal sekitar 12
sampai 20 kali per menit. Meski demikian, masih mungkin terdapat variasi.
Pernapasan dapat juga dipengaruhi oleh emosi, misal ketika kita takut sehingga kita menahan
napas atau berteriak, dan marah biasanya membuat frekuensi pernapasan lebih cepat. Tahukah
anda bahwa refleks pernapasan lainnya adalah menguap. Kebanyakan dari kita akan menguap
jika lelah atau mengantuk, tetapi stimulus dan tujuan menguap itu sendiri tidak diketahui
25
dengan pasti. Terdapat beberapa kemungkinan, seperti kurangnya oksigen atau penumpukan
karbon dioksida. Keunikan dari refleks menguap ini adalah sifatnya yang menular. Melihat
seseorang menguap secara tidak disadari kita akan ikut menguap pula.
Kontrol pernapasan secara kimiawi dipengaruhi oleh pH darah, kadar O,, dan CO, darah.
Penurunan kadar 0, darah (seperti pada hipoksia) akan dideteksi oleh kemoreseptor pada
korpus karotis dan aortik. Impuls sensori yang dicetuskan oleh reseptor ini menjalar di
sepanjang nervus vagus dan glossofaring sampai ke medulla, yang berespons dengan
meningkatkan frekuensi atau kedalaman pernapasan (atau keduanya). Respons ini akan
membawa lebih banyak udara ke dalam paru-paru sehingga akan lebih banyak 0, yang dapat
berdifusi ke dalam darah untuk memperbaiki keadaan hipoksik.
O2 penting untuk pembentukkan energi dalam pernapasan sel. Sistem pernapasan dapat
mempertahankan kadar O2 darah meski frekuensi pernapasan turun sampai setengah dari
normal atau terhenti beberapa saat. Ingat bahwa udara yang diekshalasi mengandung 16% O2.
Oksigen ini tidak masuk ke dalam darah tetapi tersedia kapan saja oksigen ini dibutuhkan. Ingat
juga bahwa udara residu dalam paru-paru mensuplai O2 ke dalam darah meski ketika frekuensi
pernapasan melambat. Dengan demikian, peranan O2 dalam pengaturan pernapasan tidak
terlalu penting.
Sebaliknya C02 merupakan pengatur penting dalam pernapasan, alasannya bahwa CO2
mempengaruhi pH darah (jika kadar CO2 darah berlebih, akan menurunkan pH darah yang akan
membahayakan tubuh). Itulah sebabnya setiap terjadi peningkatan kadar CO2 dalam darah,
tubuh akan segera mengompensasi dengan meningkatkan pernapasan untuk mengeluarkan
CO2 yang berlebih dari dalam tubuh kita.
Namun demikian ada keadaan dimana O2 menjadi pengatur penting dalam pernapasan,
misalnya pada penderita penyakit paru kronis seperti emfisema yang mengalami penurunan
pertukaran baik O2 maupun CO2 dalam paru-parunya. Penurunan pH yang disebabkan oleh
penumpukan C02 akan dikoreksi oleh ginjal, tetapi kadar O2 darah akan tetap menurun dan
pada akhirnya kadar O2 akan turun terlalu jauh sehingga menyebabkan stimulus yang terlalu
kuat untuk meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan.17
26
Kerja Paru
Volume dan kapasitas paru. Volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat
inspirasi dan ekspirasi dapat diukur melalui spirometer. Pemeriksaan spirometri digunakan
untuk mengetahui adanya gangguan di paru-paru dan saluran pernapasan. Alat ini sekaligus
digunakan untuk mengukur fungsi paru. Selain itu, spirometri digunakan untuk menghitung dan
mengetahui volume tidal (T.V), volume cadangan inspirasi (I.R.V), volume cadangan ekspirasi
(E.R.V), kapasitas inspirasi (I.C) dan kapasitas vital (V.C). Pasien yang dianjurkan untuk
melalukan pemeriksaan ini antara lain : pasien yang mengeluh sesak napas, pemeriksaan
berkala bagi pekerja pabrik, pederita PPOK, penyandang asma, dan perokok. Spirometer dapat
digunakan bersama dengan pengatur kecepatan pencatatan. Hal ini dilakukan untuk mengukur
volume ekspirasi paksa (forced expiratory volume) yang bersifat sekuat-kuatnya dan secepat-
cepatnya. Nilai volume paru memperlihatkan suhu tubuh standar dan tekanan ambien serta
diukur dalam milillter udara.
1.Volume
1. Volume tidal (TV) adalah volume udara yang masuk dan keluar paru-paru selama
ventilasi normal biasa. TV pada dewasa muda sehat berkisar 500 ml untuk laki-laki dan
380 ml untuk perempuan.
2. Volume cadangan inspirasi (IRV) adalah volume udara ekstra yang masuk ke paru-paru
dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi tidal. IRV berkisar 3.100 ml pada laki-laki
dan 1.900 ml pada perempuan.
3. Volume cadangan ekspirasi (ERV) adalah volume ekstra udara yang dapat dengan kuat
dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidal normal. ERV biasanya berkisar 1.200 ml pada laki-
laki dan 800 ml pada perempuan.
4. Volume residual (RV) adalah volume udara sisa dalam paru-paru setelah melakukan
ekspirasi kuat. Volume residual penting untuk kelangsungan aerasi dalam darah saat
jeda pernapasan. Rata-rata volume ini pada laki-laki sekltar 1.200 ml dan pada
perempuan 1.000 ml.
27
2. Kapasitas
1. Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume residual dan volume
cadangan ekspirasi (KRF = VR + VCE). Kapasitas ini merupakan jumlah udara sisa dalam
sistem respiratorik setelah ekspirasi normal. Nilai rata-ratanya adalah 2.200 ml.
2. Kapasitas inspirasi (KI) adalah penambahan volume tidal dan volume cadangan inspirasi
(KI = VT + VCI). Nilai rata-ratanya adalah 3.500 ml.4
28
B. Jenis Kelamin
Mengapa laki-laki lebih kuat dan tahan bekerja berat atau berolahraga berat dibanding
perempuan ? Umumnya, laki-laki banyak melakukan aktifitas sehingga membutuhkan
energy yang lebih banyak. Hal itu mengakibatkan frekuensi pernafasannya lebih cepat
dengan banyaknya udara pernafasan yang masuk kedalam sel-selnya, maka banyak
energi yang dihasilkannya sehingga laki-laki lebih tahan dan kuat dalam bekerja. Namun,
apabila seorang laki-laki dan perempuan dengan berat yang sama, usia sama, dan
aktifitas sama, energi yang dibutuhkan lebih banyak perempuan sehingga frekuensi
pernafasannya lebih cepat perempuan.
C. Suhu Tubuh
Mengapa ketika kita ditempat yang panas, kita akan lebih cepat dalam mengambil udara
pernafasan ? Di lingkungan yang panas, tubuh mengalami peningkatan metabolism untuk
mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil. Untuk itu, tubuh harus lebih banyak
mengeluarkan keringat agar menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini, membutuhkan energi
yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan menggunakan oksigen sehingga akan
dibutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk meningkatkan frekuensi pernafasan.
D. Posisi Tubuh
Mengapa ketika kita tidur tengkurap dan terlentang atau duduk dan berdiri frekuensi
pernafasan kita berbeda ? Posisi tubuh berpengaruh terhadap beban otot pada sebagian
organ tubuh kita. Otot pada organ tubuh dapat mempertahankan posisi tubuh untuk
menyesuaikan kebutuhan energinya. Energy dihasilkan dengan bantuan oksigen dalam
peristiwa respirasi. Dengan posisi tubuh tertentu, dibutuhkan energi yang lebih banyak
sehingga akan meningkatkan frekuensi pernafasan.
E. Kegiatan Tubuh
Mengapa orang yang berlari cepat dan orang yang berjalan santai terjadi perbedaan
frekuensi pernafasan ? Orang yang melakukan pekerjaan lebih berat membutuhkan energi
yang lebih banyak. Energi dihasilkan dengan bantuan oksigen dalam peristiwa respirasi.
Aktivitas atau kegiatan tubuh yang berlebihan akan meningkatkan frekuensi pernafasan. 13
29
Keseimbangan asam basa serta ganguannya
Keseimbangan asam dan basa pada tubuh kita dalam batas yang normal adalah ph pada
rentang yaitu 7,37 - 7,43. Untuk menjaga ph dalam tubuh ini normal maka diperlukan
menkompensasi pernapasan agar metabolik O2 dan CO2 dapat teratur dengan baik sehinga
tidak mengangu ph yang normal pada tubuh.19 Bila ph kita terganggu maka sistem pertahanan
tubuh juga akan tergangu dan akan memudahkan seseorang untuk terkena terjangkit penyakit.
Hal ini diseabkan karena pH darah mempengaruhi stabilitas dari protein dan enzimm yang ada
di dalam tubuh. Sebagai contoh kompensasi yang terjadi di parucyang diatur oleh sistem saraf
pusat dan kompensasi oleh ginjal oleh mekanisme pengasaman urin. Kompensasi ini akan
membentuk amonia dan asam amino (glutamin, E: glutaminase), dia akan meningkatkan H+
sehingga terbentuk NH4+ hal ini akan berpengaruh terhadap penyimpanan kation dalam tubuh
melalui pertukaran dengan H+.19,20
Gangguan yangdapat terjadi dari keseimbangan asam dan basa ini adalah asidosis dan alkalosis.
Asidosis
Asidosis terjadi bila pH dari tubuh dibawah pH normal. Asidosis yang berlebihan dapat
menyebabkan disorentasi, koma bahkan kematian. Asidosis menurut sistemnya dibagi menjadi
dua yaitu asidosis respiratorik dan asidosis metabolik.19
Asiodsis repratorik adalah penurunan ventilasi pulmonar melalui pengeluaran sedikit CO2 oleh
paru-paru. Peningkatan selanjutnya dalam pCO2 arteri dan asam karbonat akan meningkatkan
kadar ion hidrogen dalam darah. Asidosis repiratorik dapat bersifat akut dan kronis. Penyebab
dari asidosis ini dapat menyebabkan retensi CO2 dalam darah meliputi penyakit pneumonia,
emfisema, obstruksi kronis saluran pernafasan, stroke atau trauma dan obat-obatan yang dapat
menekan sistem pernafsan seperti barburiat, narokotika dan sedative. Asidosis ini terjadi saat
CO2 berakumulasi peningkatan frekuensi pernafasan respiratorik ( hiperventilasi ) ketika
istirahat terjadi untuk mengeluarkan CO2 dari tubuh. Ginjal mengkompensasi peningkatan
kadar asam dengan mengekskresi lebih banyak ion hidrogen untuk mengembalikan pH darah
mendekati tingkat yang normal.19
30
Asidosis metabolik terjadi saat asam metabolik yang diproduksi secara normal tidak
dikeluarakan pada kecepatan yang normal atau basa bikarbonat yang hlang dari
tubuh. Penyebab paling umum terjadi akibat ketoasidosis karena DM atau kelaparan, akumulasi
peningkatan asam laktat akibat aktivitas otot rangka yang berlebihan seperti konvolusi,atau
penyakit ginjal. Diare berat dan berkepanjangan disertai hilangnya bikarbonat dapat
menyebabakan asidosis. Faktor kompensator. Hiperventilasi sebagai respon terhadap stimulasi
saraf adalah tanda klinis asidosis metabolik. Bersamaan dengan kompensasi ginjal,peningkatan
frekuensi respiratorik dapat mengembalikan pH darah mendekati tingkat normalnya. Asidosis
yang tidak terkompensasi akan menyebabakan depresi sistem saraf pusat dan mengakibatkan
disorentasi,koma dan kematian.19,20
ALKALOSIS
Alkalosis meningkatkan terjadi bila pH dalam tubuh lebih dari batas pH normal. Jika berat
alkalosis dapat menyebabakan kontraksi otot tetanik, konvulsi dan kematian akibat tetanus
otot respiratorik.19
Alkalosis respiratorik. Terjadi jika CO2 dikeluarkan terlalu cepat dari paru-paru dan ada
penurunaan kadarnya dalam darah. Penyebab hiperventilasi dapat disebabkan oleh
kecemasan,akibat demam,akibat pengaruh overdosis aspirin pada pusat pernafasan, akibat
hipoksia karena tekanan udara yang rendah didataran tinggi atau akibat anemia berat. Faktor
kompensator, jika hiperventilasi terjadi akibat kecemasan gejalanya dapat diredakan melalui
pengisapan kembali CO2 yang sudah di keluarkan. Ginjal mengkompensasi cairan alkalin tubular
dengan mengekskresi ion bikarbonat dan menahan ion hidrogen. Penyebab muntah yang
berkepanjangan ( pengeluaran asam klorida lambung ), disfungsi ginjal, pengobatan dengan
diuretik yang mengakibatkan hipokalemia dan penipisan volume CES atau pemakian antasid
yang berlebihan.19,20
Alkalosis metabolik. Adalah suatu kondisi kelebihan bikarbonat, hal ini terjadi jika ada
pengeluaran berlebihan ion hidrogen atau peningkatan berlebihan iio bikarbonat dalam cairan
tubuh. Kompensasi respiratorik adalah penurunan ventilasi pulmonar dan mengakibatkan
31
peningkatan pCO2 dan asan karbonat. Kompensasi ginjal melibatkan sedikit ekskresi ion
amonium, lebih banyak ekskresi ion natrium dan kalium, berkurangnya cadangan ion
bikarbonat dan lebih banyak ekskresi bikarbonat.19
Oleh sebab itu, apabila terjadi gangguan keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, maka
tubuh akan melakukan kompensasi dengan tiga cara yaitu”:
1. Meningkatkan ventilasi untuk membuang lebih banyak karbondioksida dari tubuh.
Karbondioksida yang meningkat akan meningkatkan keasaman darah. Apabila PaO2 menurun
dan CO2 meningkat maka badan karotis aorta akan peka perhadap perubahan keduanya
sehingga merangsang pengeluaran katekolamin untuk merangsang medulla aorta, dilanjutkan
badan aorta dan neuron-neuron respirasi untuk meningkatkan fungsi respirasi.20
2. Meningkat ekskresi ginjal dalam bentuk amonia. Ginjal dapat mengeliminasi kelebihan
asam dan basa dari tubuh. Walaupun ginjal relatif lambat memberi respon,dibandingkan sistem
penyangga dan pernafasan, ginjal merupakan sistem pengaturan asam-basa yang paling kuat
selama beberapa jam sampai beberapa hari.20
3. Sistem penyangga tubuh
Secara kimiawi, CO2 dalam darah akan berikatan dengan H2O menjadi H2CO3 yang dibantu
oleh enzim karbonatanhidrase yang banyak terdapat di sel-sel alveoli dan tubulus
ginjal. Karena reaksi CO2 dan H2O yang menghasilkan H2CO3 merupakan ikatan yang
reversibel dan mudah lepas menjadi H+ dan HCO3-.20
Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen ,sistem penyangga cairan tubuh bekerja
dalam waktu singkat untuk menimbulkan perubahan-perubahan ini. Sistem penyangga tidak
mengeliminasi ion-ion hidrogen dari tubuh atau menambahnya kedalam tubuh tetapi hanya
menjaga agar mereka tetep terikat sampai keseimbangan tercapai kembali.20
Daftar Pustaka
1. Diunduh dari.http://chezchawan.wordpress.com/science-ii/sistem-pernapasan-
manusia/organ-organ-sistem-pernapasan/ .pada tanggal 18 mei 2014 pukul 20.00
32
2. Karmana O. Cerdas belajar biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008.h.197-201
3. Diunduh dari.http://dipendidikan.blogspot.com/2013/05/fungsi-hidung-dan-bagian-bagian-
hidung.html .pada tanggal 18 mei 2014 pukul 20.00
4. Diunduh dari.http://odlarmed.com/?p=466.pada tanggal 18 mei 2014 pukul 20.00
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003.h.266-77
6. Diunduh dari.http://dipendidikan.blogspot.com/2013/05/fungsi-hidung-dan-bagian-bagian-
hidung.html.pada tanggal 18 mei 2014 pukul 20.30
7. Diunduh dari.http://siavent.blogspot.com/2010/02/radioanatomi-sistem-pernapasan.html.
pada tanggal 18 mei 2014 pukul 20.30
8. Diunduh dari.http://biokartanesia.blogspot.com/2009/12/sistem-respirasi-pada-
manusia.html. pada tanggal 18 mei 2014 pukul 20.45
9. Bloom, Fawcett. Buku ajar histology. Edisi ke-12. Jakarta: EGC, 2002.h.629-49
10. Suryo J. Herbal penyembuh gangguan sistem pernapasan. Jogjakarta : Penerbit PT. Bentang
Pustaka ; 2010.h.7-13.
11. Aryulina D, Muslim C, dkk. Biologi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; h.188-94.
12. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001.h.411-57.
13. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.221.
14. Aryulina D, Muslim C, dkk. Biologi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; h.188-94.
15. Diunduh dari.http://blogs.unpad.ac.id/ronasandro/2012/10/31/efek-bohr-efek-root-dan-
kurva-disosiasi/ .pada tanggal 18 mei 2014 pukul 21.00
16. Gaytton AC. Buku ajar fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 2007
17. Adair TH, Dzielak DJ, Hall JE, Lohmeier TE. Buku saku fisiologi kedokteran Guyton dan Hall.
Jakarta: EGC, 2007.h.455-9
18.diunduh dari. http://smarandana.wordpress.com/2011/07/29/hikayat-hembusan-nafas-
terakhir/ . pada tanggal 18 mei 2014 pukul 21.00
19. Horne MM, Swuaringen PL. Keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Jakarta: Penerbit
EGC; 2007
20. Marks DB, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: Penerbit EGC; 2005
33