Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pegertian

Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan oksigen dan


oksigen yang ada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ pernapsan. Pada
keadaan tertentu tubuh kelebihan karbon dioksida, maka tubuh berusaha untuk
mengeluarkan kelebihan tersebut dengan menghembuskan napas (ekspirasi)
sehingga terjadi suatu keseimbangan antara oksigen dan karbon dioksida didalam
tubuh.

Sistem respirasi berperan untuk menukar udara kepermukaan dalam paru.


Udara masuk dan menetap dalam sistem pernapasan dan masuk dalam pernapasan
otot. Trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan, dan melembabkan
udara yang masuk, melindungi permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan
menghasilkan udara keparu melalui saluran pernapasan atas. Tekanan ini berguna
untuk menyaring, mengatur udara, dan mengubah permukaan saluran napas
bawah.

Guna pernapasan:

1. Mengambil oksigen dari luar masuk kedalam tubuh, beredar dalam darah.
Selanjutnya terjadi proses pembakaran dalam sel atau jaringan.
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi dari sisa-sisa hasil
pembakaran dibawa oleh darah yang berasal dari sel (jaringan).
Selanjutnya dikeluarkan melalui organ pernapasan.
3. Untuk melindungi sistem permukaan dari kekurangan cairan dan
mengubah suhu tubuh.
4. Melindungi pernapasan dari jaringan lain terhadap serangan patogenik.
5. Untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara, bernyayi, berteriak, dan
menghasilkan suara.

1
B. ORGAN PERNAPASAN
1. HIDUNG (NASAL)
Nasal berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru, sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara
yang dihirup ke dalam paru-paru. Nasal juga merupakan organ tubuh yang
berfungsi sebagai alat pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau).
Nasal terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal menonjol dari
wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago, dilindungi otot otot dan
kulit, serta dilapisi oleh membrane mukosa. Nasal eksternal berbentuk piramid
dengan bagian bagiannya dari atas ke bawah :
1. Pangkal hidung (bridge).
2. Dorsum nasi.
3. Puncak hidung.
4. Ala nasi.
5. Kolumela.
6. Lubang hidung (nares anterior). Batas atas nasal eksternal melekat pada os
frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut
dorsum nasi.
Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh :
Superior : os frontal, os nasal, os maksila.
Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris
mayor dan kartilago alaris minor.

Bagian nasal internal adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum.
Nasal internal terletak pada inferior tulang tengkorak dan daerah superior bagian
mulut. Nasal internal bagian anterior bergabung dengan nasal eksternal ,
sedangkan bagian posterior nasal berhubungan dengan faring. Pada anterior ronga
nasal bagian dalam disebut vestibulum yang di lapisi oleh sel submukosa sebagai
proteksi. Dinding samping bagian dalam dibentuk oleh etmoid, maxillae, lacrimal,
palatine, dan tulang konka nasal inferior.

Struktur Hidung

Tulang rawan epitalium dan lamina propia keduanya saling berkaitan, di


anggap sebagian fungsional mukosa terbanyak yang berasal dari rongga hidung.
Lamina propia mengandung banyak arteri, vena, dan kapiler yang membawa
nutrisi dan air yang di keluarkan oleh sel. Rangka hidung dibentuk oleh :

1. Bagian atas oleh laminan kribosa ossis etmoidalis dan pars nasalis ossis
frontalis.
2. Dinding lateral oleh tulang keras dan tulang rawan.
3. Sekat hidung (septum nasi) oleh tulang karang dan tulang rawan.

Di samping itu terdapat celah (kavum nasi) :

1. Prosessus spenoetmoidalis terletak antara konkasuprima dan konka


superior.
2. Meatus nasi superior antara konka superior dan konka media.
3. Meatus nasi media antara konka media dan konka inferior.

Pintu depan kavum nasi dibentuk oleh tepi bawah os maksilaris dan insura
nasalis ossis maksilaris. Sekelilng dinding sebelah dalam terdapat ruang-ruang
udara di dalam tulang-tulang kepala yang di sebut sinus paranalis, terdiri dari :

1. Sinus sfenoidalis, terletang dibagian belakang kranial hidung di dalam


korpus sfenoidalis, bermuara ke rongga hidung bagian belakang.
2. Sinus etmoidalis, terdapat dalam pars labirinitus ossis etmoidalis.
3. Sinus frontalis, terletak pada infundibulum meatus nasi media.
4. Sinus maksilaris (antrum hiqmori), terdapat pada dinding lateral hidung.
Korpus maksilaris bermuara di hiatus maksilaris ke rongga hidung hiatus
semilunaris media

1
Bagian-bagian dari hidung :
1. Batang hidung : dinding depan hidung yang di bentuk oleh ossa nasalis.
2. Cuping hidung : bagian bawah dinding lateral hidung yang dibentuk oleh
tulang rawan.
3. Septum nasi : dinding yang membatasi dua rongga hidung.
4. Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi).

Pada dinding hidung terdapat alat-alat kecil yang berfungsi menggerakkan


hidung dalam menghirup udara, meliputi :

1. M. piramidalis nasi : otot yang berbentuk pyramid pada hidung.


2. M. lavator labii superior alaguenasi : otot bibir yang dapat menggerakkan
hidung.
3. M. dilatator nares posterior : otot memanjang bagian belakang hidung.
4. M. dilatator nares anterior : otot memanjang bagian depan hidung.
5. M. komprepor nasi.
6. M. kompresor narium minor.
7. M. depressor alaris nasi.

Permukaan dorsal dan lateral rangka depan hidung yang ditutupi oleh jaringan
ikat, melekat pada puncak hidung dan mengandung folikel dan glandula
sebasea.

Fossa nasalis terdiri ruangan hidung (kavum nasi), merupakan bagian dalam
hidung. Dindingnya dilapisi oleh tukina mukosa yang disebut pituitari,
mengeluarkan secret mukosa. Selaput lendir hidung dilanjutkan oleh jaringan
kulit melekat pada perikondrium lamina. Batas atap atas vestibulum Krista
disebut linea nasi, bagian belakang selaput lendir hidung melanjut menjadi
membran mukosa nasofaring. Membran mukosa kavum nasi meliputi dinding
dari sinus paranasalis dan melanjutkan diri ke daerah sekelilingnya. Pada sinus
maksilaris melalui hiatus maksilaris kavum nasi yang juga diliputi membran
mukosa.
Bagian frontal hiatus maksilaris tertutup oleh membran mukosa, bagian
oksipital ditutupi olehn tunika mukosa, terdapat lubang yang terbuka pada
hiatus maksilaris tempat bermuara kavum nasi. Kavum nasi ini terletak
disebelah atas. Bila terjadi infeksi, cairan menumpuk di dasar sinus maksilaris.

Pada daerah kranial, konka nasalis superior mempunyai selaput lendir yang
epiteliumnya merupakan neuropitelium. Bagian ujung terdapat sel saraf
dendrit, bagian ini meruncing, berakhir seperti filia ke permukaan membrana
mukosa. Sel nervus olfakterius menuju kebagian dalam membrana mukosa,
berhubungan ujung filia olfaktorius dari N. olfaktorius, meninggalkan kavum
nasi melalui lubang kribosa ossis etmoidalis menuju ke rongga tengkorak.

Pembuluh darah hidung :

1. Arteri palatine, bercabang dua yaitu A. nasalis posterior lateralis dan A.


nasalis posterior septi.
2. A. nasalis anterior, berasal dari A. oftalmika, mempunyai cabang A.
anteriores lateralis dan A. nasalis anteriores septi.
3. Vena hidung : terdapat kribosa jaringan pada daerah konka, dikelilingi
oleh serabut otot krikuler dan longitunal, bermuara ke pleksus venosus
pterigoideus vena kanalis.

Perdarah hidung (kavum nasi) disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah


vena dihidung yang disebut epistaksis.

Persarafan hidung :

1. Nervus olfakterius : sebagi saraf sensibel (saraf pembau), masuk melalui


lubang-lubang dilamina kribosa etmoidalis.
2. Nervus tregiminus : mempunyai cabang N. oftalmikus dengan ranting N.
nasalis posterior superior dan N. nasalis anterior superior, untuk dinding
lateralis kavum nasi superior dan konka nasalis media.
3. Nervus etmoidalis anterior : cabnag dari oftalmikus masuk ke dalam
kavum nasi melalui lubang frontal di lamina kribosa ossis etmoidalis.

1
4. Nervus palatines anterior : masuk kedalam kavum nasi melalui lubang
dalam pars perpendikularis ossis palatani.

Pembuluh limfe hidung membentuk pleksus pada bagian permukaan


membran mukosa. Aliran limfe hidung dari subdural dan ruangan subaraknoid
dari rongga tengkorak. Aliran limfe dari hidung sebagian bermuara ke nodus
servikalis retrofaringeal yang terletak di dekat kornu mayor hioideum.

Fungsi Hidung
Fungsi hidung dalam proses pernapasan seperti :
1. Udara dihangatkan, oleh permukaan konka dan septum nasalis setelah
melewati faring, suhu lebih kurang 36 derajat Celsius.
2. Udara dilembabkan. Sejumlah besar udara yang melewati hidung bila
mencapai faring kelembapannya lebih kurang 75%.
3. Kotoran disaring oleh bulu-bulu hidung.
Penciuman.

2. Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus
antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI. Faring terletak antara
internal nares sampai kartilago krikoid dan memiliki panjang kurang lebih
13 cm dan berfungsi sebagai saluran respirasi dan saluran pencernaan.

Struktur Faring

Diantara basis kranii dan esofagus berisi jaringan ikat digunakan untuk tempat
lewat alat-alat didaerah faring :

1. Celah antara basis kranii dan M. konstriktor superior ditembus tuba


faringoauditiva palatine sendens cabang M. levator volipalatini.
2. Celah antara M. konstriktor faringeus superior dan M. konstriktor
faringeus media ditembus N. glosofaringeus, ligamentum stilofaringeus,
dan M. stilofaringeus.
3. Celah antara M. konstriktor faringeus media dan M. kontriktor faringeus
inferior ditembus N. laringikus superior.
4. Celah di bawah M. konstriktor faringikus inferior ditembus oleh N.
laringikus inferior dan N. rekurens.

Daerah faring di bagi atas tiga bagian :


1. Nasofaring adalah faring yang berbatasan dengan rongga hidung.
Nasofaring mempunyai 4 saluran (2 saluran ke internal nares dan 2 saluran
ke tuba eustachius). Nasofaring adalah tempat bertukarnya partikel udara
melalui tuba eustachius untuk keseimbangan tekanan udara faring dan
telinga tengah. Bagian lateral dinding nasofaring terdapat dua lubang :
Osteum faring. Antara nasofaring dengan orofaring dibatasi oleh
istmus faringis, suatu penyempitan faring yang dibentuk oleh
permukaan kranial, palatum mole, arkus faringeopalatinus, dinding
belakang nasofaring kewabah dengan orofaring. Dalam nasofaring
dan orofaring dilapisi oleh mukosa sehingga permukaannya akan
didapat tonjolan oleh otot dan tulang. Platum mole dapat mencegah
makanan dan minuman masuk ke rongga hidung waktu menelan.
Lobang medial (tuba faringeotimpanika eustachii). Pada dinding
lateral terdapat penonjolan, yang terlihat seperti lipatan kedalam
lumen faring otot. Ini dianggap sebagai bagian dorsal M.
faringeopalatinus. Gangguan bernapas melalui hidung atau keluhan
tuli.
2. Orofaring adalah faring yang berbatasan dengan mulut. Terletak
dibelakang rongga mulut dekat soft palate. Orafaring mempunyai dua
hubungan :
Ventral dengan kavum oris, melalui batas istmus fausim. Terdiri
dari platum mole, arkus glosopalatinus dekstra, arkus
glosopalatinus sinistra, dan dorsum lingua. Diantara kedua arkus
ini terdapat dua jaringan limfoid yaitu tonsil palatina atau amandel
yang terdapat didalam suatu lekuk, disebut fossa tonsilaris. Fossa

1
ini ditempati seluruhnya oleh tonsil. Tonsil palatina penting untuk
mencegah masuknya kuman melalui rongga mulut ke faring.
Radiks lingua merupakan lanjutan dari dorsum lingua terletak pada
tulang rawan,dihubungkan dengan epiglottis oleh tiga lipatan yaitu
dua plika glosoepiglotika lateralis dan satu plika glosoepiglotika
lateralis dan satu plika glosoepiglotika median. Diantara dua
lipatan ini terletak bagian yang cekung, disebut valekula epiglotika.
Kaudal terhadap radiks lingua, terdapat lubang yang merupakan
batas antara laring dan faring, terdapat suatu lipatan antara faring
dan epiglottis yang merupakan batas antara oral dan faring.
3. Laringofaring adalah faring yang berbatasan dengan laring. Laringofaring,
mempunyai hubungan dengan laring yaitu aditus laringues. Dinding depan
laringofaring terdapat plika laringiepiglotika. Lekuk ini mempunyai
dinding medial dan lateral. Kedua dinding ini bersatu didaerah ventral,
dapat dilihat penonjolan yang disebut plika nervus laringisi. Spasium
parafaringeal mempunyai hubungan ke ventral spatium subliungalis dan
submaksilaris. Batas lateral ruangan ini dibentuk oleh sarung pembuluh
saraf, antara arkus glosopalatinus dan arkus faringopalatinus terdapat
tonsil palatina. Pada atap nasofaring berhadapan dengan tonsila faringeal.
Pada radiks lingua terdapat bangunan seperti lingkaran. Bila tonsil palatina
membesar akan memperkecil istmus fausium.

Fungsi Faring
Lipatan-lipatan vocal suara mempunyai elastisitas yang tinggi dan dapat
memproduksi suara yang dihasilkan oleh pita suara. Lipatan-lipatan vokal
memproduksi suara melalui jalan udara, glottis, serta lipatan produksi
gelombang suara. Faktor yang menentukan frekuensi puncak bunyi dan
produksi bergantung pada panjang dan ketegangan regangan yang
membengkitkan frekuensi dan getaran yang diproduksi. Ketegaran dari
pita suara dikontrol oleh otot kerangka dibawah kontrol korteks.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yang
dilengkapi dengan otot, membran, jaringan ikat, dan ligamentum.

Struktur Laring

Rangka laring terdiri dari :

1. Kartilago tiroidea : Terdiri dari dua.


2. Kartilago krikoidea : Berbentuk cincin bagian ventral, yang sempit
disebut arkus, bagian yang lebar disebut lamina.
3. Kartilago aritenoidea : Sepasang berbentuk segitiga dengan apeks di
kranial, terdapat kartilago kornikulata dan kartilago epiglotika.
4. Kartilago epiglotika : Berbentuk kaudal meruncing, disebut peptiolus.
5. Os hioid dan kartilaines : laring (tulang lidah) bentuknya seperti tapak
kuda dan terdiri dari :
a. Korpus ossis hioid : bagian tengah.
b. Kornuminus : tiga tonjolan tulang kecil yang mengecil ke
kranialis dipertengahan tulang.
c. Kornu mayus : bagian belakang tulang yang mulai dari
bagian lateral korpus hioid.

Pada laring terdapat artikulasio (persendian) :

1. Artikulasio krikoitiroidea : suatu sumbu hamoir tegak lurus pada fasis


artikularis, terletak dalam bidang frontal.
2. Artikulasio krikoariteniodea : pergerakan artikulasio ini ke
medioventrokaudal dan lateradolkranial, pergerakan menggeser dengan
jurusan yang sama.

Pada laring terdapat ligamentum :

1. Ligamentum krikoideum medium/ventral:

1
antara kartilago tiroid dengan krikoid pada garis tengah, merupakan suatu
bagian yang kuat disebut konus klastikus.
2. Ligamentum krikoaritenoideum:
antara permukaan dorsal kartilago aritenoidea dan tepi dorsal kartilago
tiroidea.
3. Ligamentum kornikulofaringikum:
antara puncak kartilago aritenoidea dan dorsal kartilago aritenoidea.
4. Ligamentum hioitiroideum lateral:
Antara kornu superior kartilago tiroidea dan kornu mayus ossis hioid.
5. Ligamentum hiotoideum:
Antara korpus ossis hioideus dan insisura kartilaginis tiroidea.
6. Membran hiotiroidea, merupakan tepi lateral dorsal dan ventral membran
yang terletak diantara kedua tulang ini.
7. Ligamentum hioepiglotikum:
antara korpus ossis hioidea dan puncak epiglotis.
8. Membran kuadrangularis, terbentang antara tepi lateral kartilago epiglotis
dan tepi ventral kartilago aritenoidea.

Fungsi laring
vokalisasi adalah berbicara melibatkan system respirasi yang melibatkan pusat
khusus pengaturan berbicara dalam korteks se;ebri, pusat respirasi di dalam
batang otak, dan artikulasi serta struktur resonansi dari mulut dan rongga
hidung.
Berbicara mempunyai dua fungsi mekanisme yang terpisah :
1. Fonasi, disesuaikan dengan vibrator atau pita suara yang
merupakan lipatan-lipatan sepanjang dinding lateral laring yang
direnggangkan dan diatur posisinya dengan beberapa otot khusus
dalam batas laring.
2. Artikulasi dan resonasi. Ada tiga organ utama yang berfungsi
dalam artikulasi, yaitu : bibir, lidah, dan palatum. Resonasi terdiri
dari mulut, hidung (paranasalis), faring, dan rongga dada. Sifat
resonasi berbagai struktur dilukiskan oleh perubahan kualitas.

Teori fibrasi pita suara :

1. Aerodinamik : fibrasi pita suara palsu begantung pada tingg


tekanan udara subglotik.
2. Neuromuskular : variasi pita suara sebagai akibat kontraksi otot
intrinsic meskipun tidak mungkin.

Gangguan bicara meliputi :


1. Disfasia : kesukaran untuk mengerti suatu pembicaraan atau
berbicara. Terjadi karena kerusakan sebagian besar hemisfer
serebri, penyakit serebrovaskuler, atau tumor.
2. Disartria :kerusakan artikulasi atau mengucapkan kata dengan tidak
benar. Terjadi karena kelainan kontrol neuromuskular dari otot
artikulasi.
3. Dislalia : artikulasi abnormal yang disebabkan oleh kelainan lidah,
bibir, gigi, dan palatum atau alat bicara perifer.
4. Disritmia (gagap) : kerusakan ritme dan bicara dengan interupsi
tiba-tiba dari kecepatan bicara dan pengeluaran suara, jarang dapat
ditemukan. Kelainan neurologik kadang-kadang merupakan tanda
disfasia ringan. Lesi serebral dapat mempengaruhi otot pernapasan,
otot artikulasi mengacaukan irama bicara.

Disfonia : kelainan tinggi nada, kualitas, dan tingginya suara yang disebabkan
oleh kelainan didalam laring, intervasi sarafnya, kelainan psikogenik termasuk
suara parau. Bila tidak ada suara sama sekali disebut afonia dan dapat
menimbulkan batuk.

4. Trakea

1
Trakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang
dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak
diantara vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra
torakalis V. Panjangnya sekitar 13 cm dan diameter 2,5 cm, dilapisi oleh otot
polos, mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok hialin
yang mempertahankan trakea tetap terbuka.

Struktur Trakea
Pada ujung bawah trakea, setinggi angulus sterni teoi bawah trakea vertebrae
torakalis IV, trakea bercabang dua menjadi bronkus kiri dan bronkus kanan.
Trakea di bentunk oleh tulang-tulang rawan yang berbentuk cincin yang terdiri
dari 15-20 cincin. Diameter trakea tidak sama dengan seluruh bagian. Pada daerah
servikal agak sempit, bagian pertengahan sedikit melebar, dan mengecil lagi dekat
percabangan bronkus. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina,
terletak agak kekiri dari bidang median. Bagian dalam trakea terdapat sel-sel
bersilia, berguna untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama udara ke
jalan pernapasan.
Hubungan trakea dengan alat sekitarnya :
1. Sebelah kanan terdapat N. vagus dekstra, A.anonima, dan V. azigos.
2. Sebelah kiri terdapat aorta dan nervus rekuren sinistra.
3. Bagian depan menyilang V. anonima sinistra, dan fleksus kardiakus
profundus.
4. Bagian belakang terdapat esofagus, pada sisi trakea berjalan cabang-
cabang N. vagus dan trunkus simpatikus ke arah pleksus kardiakus.

Fungsi Trakea
Mukosa trakea terdiri dari epitel keras seperti lamina yang berisi jaringan
serabut-serabut elastis. Jaringan mukosa ini berisi glandula mukosa yang
sampai kepermukaan epitel menyambung ke pembuluh darah bagian luar.
Submukosa trakea menjadikan dinding trakea kaku dan melindungi serta
mencegah trakea mengempis. Kartilago antara trakea dan esofagus
lapisannya berubah menjadi elastis pada saat proses menelan sehingga
membuka jalan makanan dan makanan masuk ke lambung. Rangsangan
saraf simpatis memperlebar diameter trakea dan mengubah besar volume
saat terjadinya proses pernapasan.

5. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat
pada ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama
dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan
ke bawah ke tampuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang dua kiri dan
kanan yang dibatasi oleh garis pembatas. Setiap perjalanan cabang utama
tenggorok kesebuah lekuk yang panjang di tengah permukaan paru.
Bronkus prinsipalis terdiri dari dua bagian :
1. Bronkus prinsipalis dekstra : panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus
pulmonanis paru kanan, mempercabangkan bronkus lubaris superior. Pada
masuk ke hilus bercabang tiga menjadi bronkus lobaris medius, bronkus
lobaris inferior, dan bronkus lobaris superior, di atasnya terdapat V.
Azigos, dibawahnya A. pulmonalis dekstra.

2. Bronkus prinsipalis sinistra : lebih sempit dan lebih panjang serta lebih
horizontal dibandingkan bronkus dekstra, panjangnya sekitar 5 cm,
berjalan kebawah aorta dan didepan esofagus, masuk ke hilus pumonalis
kiri, bercabang menjadi dua (bronkus lobaris superior dan bronkus lobaris
inferior).

Bronkus lobaris atau bronkioli (cabang bronkus) merupakan cabang yang


lebih kecil dari bronkus. Pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau
alvioli. Percabangan bronkus lobaris alveoli meliputi bronkus lobaris superior
dekstra, bronkus lobaris media dekstra, bronkus lobaris inferior dekstra,
bronkus lobaris superior sinistra, dan bronkus lobaris inferior sinistra.

1
Bronkus mengadakan pendekatan pada lobus pernapasan.struktur dalam
bronkus berbeda dengan diluar bronkus. Seluruh gabungan otot menekan
bagian yang melalui cabang-cabang tulang rawan yang makin sempit dan
makin kecil yang disebut bronkiolus. Dari tiap-tiap bronkiolus masuk ke
dalam bronkus dan bercabang lebih banyak dengan diameter kira-kira 0,5 mm.
bronkus yang terakhir membangkitkan pernapasan di paru. Pernapasan
bronkiolus membuka dengan cara memperluas ruangan pembuluh alvioli
tempat terjadinya pertukaran udara antara (oksigen dan karbon dioksida).

6. Pulmo
Pulmo (paru) adalah salah satu organ system pernapasan yang berada di dalam
mkantong yang di bentuk oleh pleure parietalis dan pleure viseralis. Kedua paru
sangat lunak, elastis, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung
di dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena partikel-
partikel debu yang masuk termakan oleh fagosit. Hal ini terlihat nyata pada
pekerjaan tambang.

Masing-masing paru mempunyai apeks yang tumpul menjorok ke atas,


masuk ke leher kira-kira 2,5 cm di atas klavikula. Fasies kostalis yang konveks
berhubungan dengan dinding dada dan fasies mediastinalis yang konkaf
membentuk pericardium. Sekitar pertengahan permukaan kiri terdapat hilus
purmonalis suatu lekukan tempat bronkus, pembuluh darah, dan saraf masuk ke
paru membentuk radiks pumonalis.
Apeks pulmo berbentuk bundar dan menonjol kea rah dasar yang lebar,
melewati apetura torasis superior 2,5-4 cm di atas ujung sterna iga I. basis pulmo
adalah bagian yang berada di atas permukaan cembung diafragma. Oleh karena
kubah diafragma lebih menonjol ke atas, maka bagian kanan lebih tinggi dari paru
kiri. Dengan adanya insisura pada permukaan, paru dapat di bagi atas beberapa
lobus. Letak insisura dan lobus diperlukan dalam penentuan diagnosis. Pada paru
kiri terdapat suatu insisura yaitu insisura obligus. Insisura ini membagi paru kiri
atas dua lobus yaitu lobus superior (bagian yang terletak di atas dan di depan
insisura) dan lobus inferior (bagian paru yang terletak di belakang dan di bawah
insisura).

Pada paru kanan terdapat dua insisura :


1. Insisura obligua (interlobularis primer) : mulain di daerah insisura, ke atas
dan ke belakang sampai hilus setinggi vertebrae torakalis IV, ke bawah
dank e depan searah dengan iga IV sampai linea aksilaris media ke
ruangan interkostal VI, memotong margo inferior setinggi artikulasio iga
IV kembali ke hilus.
2. Insisura interlobukaris sekunder : mulai dari insisura obliqua pada aksilaris
media, berjalan horizontal memotong margo anterior pada artikulasio
kostokondralis IV terus ke hilus. Insisura oblique memisahkan lobus
inferior dan lobus medius dan lobus posterior. Insisura horizontal
memisahkan lobus medius dari lobus superior.

Dari bronkus lobaris bercabang menjadi bronkus segmentorum.


Bronkopulmonari segmen adalah daerah yang di urus oleh cabang-cabang
bronkus segmentorum, mendapat darah arteri yang berjalan bersama bronkus
segmentorum yang berdekatan, dan darah vena yang terletak intersegmental.

Paru kanan memiliki 10 segmen :


1. Lobus superior : segmen apikal, superior, dan anterior.
2. Lobus medius : segmen lateral dan medial.
3. Lobus inferior : segmen superior, mediobasal, anterobasal,
laterobasal, dan posterobasal.

Paru kiri terdiri dari 8 segmen :


1. Lobus superior : segmen apiko superior, anterior, superior, dan inferior.
2. Lobus inferior : segmen superior, anteriomediobasal, lateral basal, dan
latero basal.

1
Pleura adalah suatu membran serosa yang halus, membentuk suatu kantong
tempat paru berada. Ada duah buah, kiri dan kanan yang masing-masing tidak
berhubungan. Pleura mempunyai dua lapisan :
1. Lapisan permukaan disebut permukaan parietalis : lapisan pleura yang
langsung berhubungan dengan paru dan memasuki fisura paru,
memisahkan lobus-lobus dari paru.
2. Lapisan dalam pleura viseralis : pleura yang berhubungan dengan fasia
endotorasika, merupakan permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai
dengan letaknya, pleura parielatis ada empat bagian :
a. Pleura kostalis : menghadap ke permukaan lengkung kosta dan otot-
otot yang terdapat diantaranya, sebelah depan mencapai sternum,
bagian belakang melewati iga disamping vertebrae. Bagian ini
merupakan bagian yang paling tebal dan yang paling kuat dalam
dinding toraks.
b. Pars servikalis : Bagian pleura yang melewati aperture
torasis superior memasuki dasar lebar dan berbentuk seperti kubah,
diperkuat oleh membran suprapleura.
c. Pleura diafragmatika : bagian pleura yang berada di atas
diafragma.
d. Pleura mediastinalis : bagian pleura yang menutup permukaan
lateral mediastinum serta susunan yang terletak di dalamnya.
Pada waktu inspirasi bagian paru memasuki sinus dan pada waktu
ekspirasi ditarik kembali dari rongga tersebut. Sinus pleura ada dua bagian :

a. Sinus kostomediastinalis : terbentuk pada pertemuan pleura


mediastinalis dengan pleura kostalis. Pada waktu inspirasi hamper semua
terisi oleh paru.
b. Sinus frenikokostalis : terbentuk pada pertemuan pleura
diafragmatika dengan pleura kostalis. Pada inspirasi yang sangat dalam
bagian ini belum dapat di isi oleh pengembangan paru.
C. PROSES MEKANISME PERNAPASAN
paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis, dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis antara paru dan dinding dada. Paru dengan mudah
bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru dan dinding dada
dibawah tekanan atmosfer. Paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru
lahir.
Pada waktu menarik nafas dalam, otot berkontraksi tetapi pengeluaran
pernapasan dalam proses yang pasif. Diafragma menutup ketika penarikan napas,
rongga dada kembali membesar paru, dinding badan bergerak, diafragma dan
tulang dada menutup keposisi semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar yang
meliputi gerak tulang rusuk ketika bernapas dalam dan volume udara bertambah.
Pada waktu inspirasi udara melewati hidung dan faring. Udara
dihangatkan dan diambil uap airnya. Udara berjalan melalui trakea, bronkus,
bronkiolus, dan duktus alveolaris ke alveoli. Alveoli dikelilingi oleh kapiler-
kapiler. Terdapat kira-kira 300 juta alveoli. Luas total dinding paru yang
bersentuhan dengan kapiler-kapiler pada kedua paru kira-kira 70 m2.
Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk
sewaktu bernapas dalam. Pada waktu istirahat pernapasan menjadi dangkal akibat
tekanan abdomen yang membatasi gerakan diafragma.

D. PROSES INSPIRASI DAN EKSPIRASI


Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke dalam paru-paru
dimungkinkan oleh proses inspirasi dan proses ekspirasi. Proses ini terjadi 12 16
kali permenit. Proses inspirasi dan ekspirasi kuat secara normal akan terjadi ketika
kerja/olahraga, batuk, muntah, defekasi dan melahirkan. Proses pernafasan
sebagai berikut :

1. Proses inspirasi (inhalasi)


Inspirasi (inhalasi) adalah proses masuknya O2 dari atmosfir & CO2 ke dalam
jalan nafas.

1
Proses ini disebut proses aktif karena otot otot berkontraksi. Otot otot yang
berperan dalam proses inspirasi adalah diafragma dan muskulus interkostalis
eksternus, dengan dibantu oleh otot scalenus dan otot sternocleidomastoideus.
Berikut adalah proses inspirasi : difragma dan muskulus interkontalis eksterna
berkontraksi
v. Kubah difragma turun.
v. Ruang dalam dada membesar.
v. Muskulus interkostalis eksterna menarik dinding dada agak keluar.
v. Tekanan dalam rongga dada lebih rendah dari tekanan udara luar.
v. Udara masuk ke paru paru.

2. Proses Ekspirasi (exhalasi)


Ekspirasi (exhalasi) adalah keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir melalui jalan
nafas. Proses ini disebut proses pasif karena otot otot berelaksasi. Otot otot
yang berperan dalam proses inspirasi adalah diafragma dan muskulus interkostalis
eksternus, dengan dibantu oleh muskulus interkostalis interna dan rextus
abdominis.
Berikut adalah proses ekspirasi :
v difragma dan muskulus interkontalis eksterna berelaksasi.
v tekanan rongga torax menurun.
v dinding torax masuk ke dalam.
v udara keluar dari paru-paru.

E. CARA KERJA PERNAPASAN


Jika kita bernapas dengan kuat maka paru akan mengembang dengan
kapasitas maksimum, permukaan dada mengeluarkan tekanan yang berbeda. Oleh
karena kekuatannya yang lebih dari kekuatan elastis akan membesar
menyebabkan volume akan meninggi. Alat untuk mengukur muatan pernapasan,
persediaan pengeluaraan dan persediaan pemasukan sangat penting.
a. Pernapasan luar : kecenderuangan kekuatan tekanan molekul gas
meningkat sampai pada ketidakseimbangan menjadi tidak stabil, ketika
ketidakseimbangan molekul gas dalam ruang difusi luar tidak sampai
keseluruh molekul gas. Kembalinya tekanan sementara akan mengganggu
keseimbangan kekuatan tekanan meningkatnya akan bertambah besar pada
penghancuran molekul tekanan akan berkurang akibat pergerakan molekul
gas.
b. Pernapasan dalam : normal cairan interstitial dari PO2 adalah 40 mmHg
dan PCO2 45 mmHg. Sebagai hasil, oksigen (O2) disebarkan keluar
pembuluh kapiler dan karbon dioksida (CO2) diterima oleh pembuluh
kapiler sampai tekanan kapiler sampai dengan bagian membran. Darah
vena keluar dari kapiler akan ditranspor ke sirkulasi paru ketika
pernapasan luar memindahkan kelebihan CO2 dari kapiler bersama
oksigen. O2 dan CO2 dapat larut dalam plasma darah, ini merupakan fungsi
utama untuk membrane sel. Kelebiha O2 dan CO2 di edarkan ke dalam sel-
sel darah merah ketika molekul-molekul gas tersusun untuk dapat di
edarkan keseluruh tubuh. Hal yang terpenting untuk reaksi adalah
keteraturan oksigen dan karbon dioksida plasma berkonsentrasi tinggi.
Molekul-molekul berpindah ke sel darah merah ketika konsentrasi sel
darah merah plasma rendah dan melepaskan persediaan cadangannya.

F. VOLUME DAN KAPASITAS PARU


Metode yang sederhana untuk meneliti ventilasi paru adalah dengan
merekam volume pergerakan udara yang masuk dan keluar paru. Alat yang
digunakan dinamakan spirometri atau spirogram yang dapat memperlihatkan
perubahan dalam volume paru dalam berbagai keadaan pernapasan.

Volume Paru
Ada empat volume para bila semua dijumlahkan sama dengan volume maksimal
paru yang mengembang, masing-masing volume itu adalah :
1. Volume tidal : merupakan volume udara yang diinspirasikan dan di
ekspresikan disetiap pernapasan normal, jumlah kira-kira 500 ml.

1
2. Volume cadangan inspirasi : merupakan volume tambahan udara yang
dapat diinspirasikan di atas volume tidak normal, biasanya 3.000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi : merupakan jumlah udara yang masih dapat
dikeluakan dengan ekspirasi tidal yang normal, jumlahnya lebih kurang
1.100 ml.
4. Volume sisa : volume udara yang masih tersisa didalam paru setelah
kebanyakan ekspirasi kuat, volume ini rata-rata 1.200 ml.

Volume Sisa
Udara yang tidak bias dikeluarkan dari oaru bahkan dnegan ekspirasi yang kuat
pun juga tidak bisa dikeluarkan, fungsinya menyediakan udara dalam alveolus
untuk menyerasikan darah diantara dua siklus pernapasan. Seandainya tidak ada
udara sisa, konsentrasi oksigen dan karbon dioksida didalam darah akan naik dan
turun secara jelas.

Volume Respirasi Per Menit


Volume respirasi per menit adalah jumlah total udara baru yang masuk kedalam
saluran pernapasan setiap menit, sama dengan volume tidal kecepatan respirasi.
Volume tidal normal sekitar 500 ml dan kecepatan respirasi normal 12 kali
permenit. Rata-rata volume respirasi per menit sekitar 6 liter/menit. Seseorang
dapat hidup untuk waktu singkat dengan volume respirasi permenit sedikitnya 1,5
liter dan kecepatan respirasi serendahnya 2-4 kali permenit.
Kecepatan respirasi kadang-kadang mencapai 40-50 kali permenit dan
volume tidal dapat menjadi sama besar dengan kapasitas vital, kira-kira 4.600 ml
pada pria dewasa muda. Kecepatan bernapas tinggi tidak dapat mempertahankan
suatu volume tidal yang lebih besar dari setengah kapasitas vital, dengan
mengombinasikan kedua faktor ini laki-laki dewasa muda mempunyai kapasitas
pernapasan maksimum 100-120 liter/menit.

Kapasitas Paru
Dalam peristiwa siklus paru perlu menyatukan dua volume atau lebih. Kombinasi
seperti ini disebut kapasitas paru sebagai berikut :
1. Kapasitas inspirasi : sama dengan volume tidal, ditambah dengan volume
cadangan inspirasi,kira-kira 3.500 ml. jumlah udara yang dapat dihirup
oleh seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan
parunya sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas sisa fungsional : sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah volume sisa. Jumlah udara yang tersisa didalam paru pada akhir
ekspirasi normal kira-kira 2.300 ml.
3. Kapasitas vital : sama dengan volume cadangan di tambah dengan volume
tidal dan volume cadangan ekspirasi. Jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan dari paru-paru setelah ia mengisinya sampai batas maksimum
dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya kira-kira 4.600 ml.
4. Kapasitas total paru : adalah volume maksimum pengembangan paru
dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya kira-kira 5.800 ml.

G. Pengaruh Lingkungan Pada Pernapasan


1. Efek Ketinggian

Tubuh kita diperlengkapi secara optimal untuk hidup dibawah tekanan


atmosfer normal. Ketika kita naik kepuncak gunung yang jauh tinggi dari
permukaan laut, tekanan atmosfer secara progresif berkurang seiring dengan
peningkatan ketinggian. Pada ketinggian 5.400 meter diatas permukaan laut,
tekanan atmosfer hanya 380 mmHg, stengah dari nilai diatas permukaan laut.
Oleh karena proporsi O2 dan N2 dalam udara tidak berubah, PO2 untuk inspirasi
alveolus lebih rendah yaitu 45 mmHg. Setiap ketinggian 3.000 meter PO2 arteri
turun dibawah rentang aman.

Orang naik keketinggian 3.000 meter secara cepat akan mengalami akut
mountain sickness yang mengakibatkan hipoksia hipoksik dan alkalosis hipoksik,

1
alkolis yang diinduksi oleh hipokapmia. Peningkatan dorongan ventilasi berafas
untuk memperoleh tambahan oksigen menyebabkan alkolisis respiratorik, karena
karbondioksida membentuk asam lebih banyak yang dikeluarkan daripada yang
diproduksi. Gejala penyakit gunung ini adalah rasa lelah, mual, nafsu makan
hilang, bernapas terengah-engah, kecepatan denyut jantung meningkat dipicu oleh
hipoksia. Disfungsi saraf ditandai dengan gangguan penilaian, pusing, dan
inkoordinasi.

Bila seseorang tetap berada di ketinggian,respon kompensasi akut berupa


peningkatan ventilasi dan curah jantung akan bertahap. Selama beberapa hari
diganti oleh upaya kompensasi yang berkembang lebih lambat yang
memungkinkan oksigenisasi jaringan adekuat dan pemuliahan keseimbangan
asam basa. Produksi sel darah mearah meningkat dirangsang oleh eritropooetin,
sebagai respon terhadap penurunan penyaluaran oksigen keginjal.

Peningkatan kapasitas darah mengangkut oksigen memudahkan oksigen


dibebaskan dari Hb dijaringan. Jumlah kapiler dalam jaringan meningkat sehingga
jarak yang harus ditempuh oksigen lebih pendek. Sel mengalami aklimatisasi
(penyesuaian dengan iklim) sehingga mampu menggunakan oksigen secara lebih
efisien. Ginjal memulihakan pH arteri ketingkat normal dengan menahan asam
yang dalam keadaan normal dikeluarkan melalui urine, akibatnya jantung bekerja
keras untuk memompa darah melintasi pembuluh darah.

2. Efek Menyelam

Ketika seseorang menyelam ke laut dalam, tubuh terpajan pada tekanan


yang lebih besar daripada tekanan atmosfer. Tekanan dengan cepat meningkat
sesuai dengan kedalaman laut akibat berat air. Udara yang disediakan oleh
peralatan untuk bernapas dalam air disalurkan keparu dengan dengan tekanan
tinggi. Udara terdiri dari 79% nitrogen yang kurang larut dalam jaringan tubuh.
PN2 yang tinggi terjadi selama menyelam dilaut dalam menyebabkan lebih
banyak nitrogen yang larut dalam jaringan tubuh. Semakin banyak nitrogen yang
larut saat menyelam timbul nekrosis (pembiusan nitrogen) atau rasa gembira
dikedalaman. Nikrosis nitrogen diperkirakan terjadi karena penurunan
ekstitabilitas neuron akibat adanya nitrogen yang larut dimembaran lemak pada
sel tersebut.

Pada kedalam 45 meter dibawah permukaan laut, penyelam mengalami


perasaan euforia (perasaan gembira) dan mengantuk. Dikedalam 105-120 meter
penyelam menjadi lemah, canggung dan kehilangan kesadaran. Toksisitas oksigen
akibat tingginya PO2 merupakan efek lain yang merugikan.

Jika seseorang menyelam cukup lama dibawah permukaan laut, sejumlah


nitrogen secara bermakna terlarut dalam jaringan. Bila secara tiba-tiba naik
dengan cepat kepermukaan, terjadi penurunan cepat PN2 yang menyebabkan
nitrogen cepat keluar dari larutan dan membentuk gelembung-gelembung as
nitrogen ditubuh. Keadaan ini disebut penyakit dekompresi (pembengkokan)
karena korban sering membungkuk karena rasa nyeri. Hal ini dicegah dengan naik
secara pelan-pelan kepermukaan sehingga kelebihan nitrogen dapat secara
perlahan keluar melalui paru tanpa membentuk gelembung.

Anda mungkin juga menyukai