Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PLACENTA PREVIA

Disusun Oleh:

1. Sri Fitri Yenni SR1420800


2. Arsuwendy Ramadhan SR1420800
3. Muhammad Ridwan Anugerah SR1420800
4. Putri Kurniawati SR142080032
5. Wawan Dharmawan SR1420800

Semester 5

Kelas Reguler A

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH

PONTIANAK

TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Placenta previa di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan reproduksi II..

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Potianak, Oktober 2016

Kelompok 4

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis
biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio
plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya. Perdarahan anterpartum terjadi kira-
kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa, solusio plasenta dan
perdarahan yang belum jelas penyebabnya.

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan,namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan
tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai
tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak, mereka
datang untuk mendapatkan pertolongan.

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada
permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun
penyebabnya, penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfusi darah dan operasi.Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan
cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam
penyelamatan ibu dan janinnya.
1.2 Rumusan Masalah
1 Bagaimana konsep teori placenta previa
2 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan placenta previa
1.3 Tujuan
1 Mampu untuk menjelaskan konsep teori placenta previa
2 Mampu untuk menjelaskan asuhan keperawatan teori placenta previa

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta
terletak dibagian atas uterus. Plasenta previa adalah jaringan plasenta tidak tertanam dalam
korpuks uteri jauh dari ostium internus servisis, tetapi terletak sangat dekat pada ostium
internus tersebut. Menurut prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan
jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta
yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian
ostium internum. Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta
dibagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan
saat pembentukan segmen bawah rahim.

2.2 Etiologi

Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya


yang kurang baik misalnya karena atrofi endometrium / kurang baiknya vaskularisasi
desidua.

Keadaan ini dapat ditemukan pada :

Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek


Mioma uteri
Kuretasi yang berulang

2
Umur lanjut
Bekas seksio sesarea

Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita merokok atau pemakai kokain.
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan
bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat
persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu benar . memang
dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan
kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya
sehingga mendekati atau menutup sama sekali pembukaan jalan lahir. Frekuensi plasenta
previa pada primi grafida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigrafida yang berumur kurang dari 25 tahun. Pada grandemultipara
yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang
berumur kurang dari 25 tahun.

Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasentaprevia diantaranya adalah


mencakup :

1. Perdarahan (hemorrhaging)
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation
6. Erythroblastosis
7. Riwayat opersi / pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status social ekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok

Menurut mochtar (1998), factor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan
terjadinya plasenta previa adalah :

1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :


a. Kehamilan kembar (grameli)
b. Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium :
a. Malnutrisi ibu hamil
b. Melebarnya plasenta karena gameli
c. Bekas seksio sesarea
d. sering di jumpai pada grandemultipara
3. Terlambat implantasi :
a. Endometrium fundus kurang subur

3
b. Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap
untuk nidasi.
2.3 Klasifikasi

Luas plasenta yang menutupi lubang servik internal menentukan klasifikasi plasenta
previa. Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa terbagi menjadi 4, yaitu:

a Tingkat 1 : Plasenta previa letak rendah


Plasenta berimplantasi di segmen bawah rahim tetapi tidak menutupi Oustium Uteri
Internal (OUI)
b Tingkat 2 : Plasenta previa lateralis
Plasenta berimplantasi di segmen bawah rahim dan bagian tepi plasenta sedikit menutupi
OUI.
c Tingkat 3 : Plasenta previa Marginalis
Plasenta berimplantasi di segmen bawah rahim dan sebagian plasenta menutupi OIU.
d Tingkat 4 : Plasenta previa Totalis
Plasenta berimplantasi di segmen bawah rahim dan OUI tertutup seluruhnya oleh plasenta
terutama pada pembukaan lengkap.

Gambar 1.1 Klasifikasi placenta previa

2.4 Patofisiologi
Perdaraan anterpartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat
segmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada
trimester ke 3 karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan .pelebaran
sekmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena
lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tak dapat dihindarkan karena adanya ketidak mampuan selaput otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. (Mansjoer, dkk,
2002:276).

4
2.5 Manifestasi Klinis

Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdrahan pervaginam (yang keluar
melalui vagina) tanpa nyeri yang pad umumnya terjadi pada akhir triwulan ke 2. Ibu dengan
plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi
perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak teralu banyak dan berwarna
merah segar. Padamumunya perdarahan pertama terjadi tanpa factor pencetus, meskipun
latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi factor pencetus. Perdarahan terjadi karena
pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan
dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika di dapatkan kecurigaan
terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan vaginal tousche (pemeriksaan
dalam vagian) oleh dokter tidak boleh di lakukan kecuali di meja operasi mengingat resiko
perdarahan hebat yang mungkin terjadi.

2.6 Komplikasi
a. Pada ibu dapat terjadi
1. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan .
2. Anemia karena perdarahan
3. Plasentitis
4. Endometritis paska persalinan
5. Plasenta abruption. Pemisahan plasenta dari dinding rahim.
6. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi
(operasi pengangkatan rahim)
7. Perdarahan postpartum
8. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta.
9. Robekan-robekan jalan lahir
10. Prolaps plasenta
11. Prolaps melekat sehingga harus di keluarkan manual dan kalau perlu bersihkan
dengan kerokan
b. Pada janin dapat terjadi
1. Premature atau kelahiran bayi sebelum waktunya ( < 37 minggu)
2. Asfiksia berat
3. Kecacatan pada bayi.
4. Prolaps tali pusat.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah : hemoglobin, hemtokrit.
Pemeriksaan ultrasonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan placenta atau
jarak tepi plasenta terhadap ostium
Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul.
Ada kelainan letak janin

5
Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar dapat menentukan sumber
perdarahan dari karnali servisis atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi/
troma)
2.8 Penatalaksanaan

Menurut wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta


previa tergantung dari jenis plasenta previa nya yaitu :

1. Kaji kondisi fisik klien


2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda vital
6. Memeriksa kadar HB
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature.
9. Lanjutkan terapi ekspektasi bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan

Episode pendarahan signifikan yang pertama biasanya terjadi dirumah pasien, dan
biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat di rumah sakit dan tidakdilakukan pemeriksaan
vagina , karena akan mencetuskan perdarahan yang sangat besar. Dirumah sakit TTV pasien
diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar, dan dilakukan close match. Kehilangan darah
yang banyak memerlukan tranfusi. Dilakukan palpasi abdomen untuk menentukan umur
kehamilan janin, persentasi, dan posisinya.

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan segera setelah masuk, untuk mengkonfirmasi


diagnosis penatalaksanaan selanjutnya tergantung pada perdarahan dan umur kehamilan
janin. Dalam kasus perdarahan hebat, diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi (dan
plasenta) tanpa memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat,
perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umur kehamilan janin kurang dari 36 minggu.
Karena perdarahan ini cenderung berulang, ibu harus tetap dirawat di rumah sakit. Episode
perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran janin darurat, namun pada kebanyakan
kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan
bergantung pada apakah derajat plasenta previa minor atau mayor. Wanita yang memiliki
derajat plasenta previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau dengan
induksi persalinan asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani dengan
seksio seksarae pada waktu yang ditentukan oleh pasien atau dokter, meskipun biasanya
dilakukan sebelum tanggal yang disepakati, karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat.

6
Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri tidak
melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut (missal batuk,
mengedan karna sulit buang air besar). Pasang infus nacl fisiologis, bila tidak memungkinkan
beri cairan peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15
menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syyok akibat pendarahan. Pantau pula bjj dan
pergerakan janin, bila terjadi renjatan segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah bila
tidak teratasi, upaya penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.
Penanganan di rs dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjatan, usia gestasi
kurang dari 37 minggu, taksiran berat janin kurang dari 2500 gram, maka :

1. Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan mobilisasi
bertahap, beri kortikosteroid 12mg IV/hari selama 3 hari
2. Bila perdarahan berulang lakukan PDMO kolaborasi (pemeriksaan dalam diatas meja
oprasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan pretern. Bila tidak ada renjatan usia
gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500gram atau lebih lakukan PDMO,
bila ternyata plasenta previa melakukan persalinan perabdominam bila bukan usahakan
partus pervaginam.
Terapi ekspektatif

Ialah kalau janin masih kecil hingga kemungkinan hidup diluar baginya kecil sekali sikap
ekspektif atau hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan pendarahan sudah berhenti
atau sedikit sekali.

Tujuan : supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis dilakukan secara
noninvasive.

Syarat terapi ekspektatif :

1. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.


2. Belum ada inpartu
3. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar HB dalam batas normal)
4. Perdarahan tidak banyak selama terapi ekspetatif di usahakan menentukan lokalisasi
plasenta dengan softtisue technic, dengan radio isotop atau ultrasound.
5. Janin masih hidup
6. Rawat inap, tirah baring dan berikut antibiotika profilaksis

Tindakan yang kita pilih untuk pengobatan plasent previa dan kapan melaksanakannya
tergantung pada faktor-faktor :

7
a. Perdarahan banyak atau sedikit
b. Keadaan ibu dan anak
c. Besarnya pembukaan
d. Tingkat plasenta previa
e. Paritas

Pada pendarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil di pertimbangkan terapi
ekspektif. Perlu dikemukakan cara manapun yang di ikuti, persendian darah yang cukup
sangat menentukan:

Cara-cara terdiri dari :

a. Pemecahan ketuban

Dapat dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta previa merginelis dan plasenta
previa lateralis yang menutup ostium kurang dari setengah bagian. Pada plasenta previa
lateralis, pasenta terdapat di sebeblah belakang, maka lebih baik di lakukan SC karena
dengan pemecahan ketuban kepala kurang menekan. Pada plasenta, karena kepala tertahan
promotorium yang dalam hal ini dilapisi lagi oleh jaringan plasenta.

Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan karena :

1. Setelah pemecahan ketuban icterus mengadakan retraksi hingga kepala anak menekan
pada plasenta
2. Plasenta tidak bertahan lagi oleh ketuban da dapat mengikuti gerakan dinding rahim
sehingga tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim.
b. Versi Broxton hicks

Ialah tamponnade plasenta dengan bokong. Versi Broxton hicks biasanya dilakukan pada
anak yang sudah mati. Mengingat bahayanya, ialah robekan pada serviks dan pada segmen
bawah rahim. Perasat ini sudah tidak mempunyai tempat di rumah sakit tapi dalam keadaan
istimewa. Misalnya : kalau pasien berdarah banyak anank sudah meninggal dan kita kesulitan
mendapatkan dan kesulitan memperoleh darah dan kamar operasi masih lama siapnya maka
cara Broxton hicks dapat di pertimbangkan.syarat untuk melakukan versi bvrioxtoin hicks
ialah pembukaan harus dapat di lalui oleh 2 jari ( supaya dapat menurun kaki )

c. Cunam willett :

Maksudnya tompanade plasenta dengan kepala. Kulit kepala anak di jepit dengan cunan
willet dan dibagi dengan timbangan 500gr

8
d. Seksio sesarea

Tujuan melakukan sektio sesarea adalah untuk mempersingkat lamanya pendarahan dan
mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Robekan pada serviks dan
segmen bawah rahim mudah terjadi bila anak mengandung pembulu darah.

Seksio sesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan previa lainnya jika perdarahan
hebat. Tindakan seksio sesarea pada plasenta previa. Selain dapat mengurangi kematian bayi,
terutama juga dilakukan untuk kepentingan ibu. Oleh karena, seksio sesarea juga dilakukan
pada plasenta previa walaupun anak sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan
implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, presentasi janin. Perbaiki anemia
dengan pemberian sulfas ferosus atau ferosus fumarat peroral 60mg selama 1 bulan.

Pastikan tersediannya sarana untuk melakukan transfuse. Jika perdarahan terhenti dan
waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah
pasien di luar kota atau di perlukan waktu lebih dari 2 jam untuk mencapai rumah sakt)
dengan pesan segera kembali kerumah sakit jika terjadi perdarahan.

Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut di bandingkan dengan terminasi kehamilan.

Terapi aktif

Kehamilan segera di akhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut :

1. Cara vaginal yang di maksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan
demikian menutup pembulu-pembulu darah yang terbuka ( tamponnade pada plasenta )
2. Dengan section caisarea dengan maksud mengosongkan rahim hingga rahim dapat
mengadakan retraksi dan menghentikan pendarahan.
a. Rencanakan terminasi kehamilan jika :
Janin mature
Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangi kelangsungan
hidupnya ( misalnya anensefali)
Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang
maturitas janin.
b. Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat sedikit,
persalinan pervaginan masih mungkin.jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea .
c. Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta
Jahit tempat perdarahan dengan benang

9
Pasang infuse oksitosin 10 unit 500ml cairan IV ( NaCL atau ringer laktat) dengan
kecepatan 60 tetes permenit
d. Penanganan yang sesuai. Hal tersebut meliputi ligasi arteri atau histerektomi jika
perdarahan terjadi pasca persalinan, segera lakukan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1 Biodata
a. Identitas klien : data diri klien meliputi (nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medicalrecord dll)
b. Keluhan utama : gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
Sifat perdarahan; tanpa nyeri, berulang

10
Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek.
Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh
darah dan placenta.
2 Riwayat Kesehatan
a Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetri
meliputi:
Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan
Jenis anetesi dan kesulitan persalinan.
Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
Komplikasi pada bayi.
Rencana menyusui bayi
b Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan
dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat
kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ
seksual pada janin.
d Riwayat penyakit dan operasi
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan
trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
3 Pemeriksaan fisik
a Inspeksi dapat dilihat adanya perdarahan yang keluar pervagina, biasanya sedikit atau
banyak, warna merah segar, pucat, kesadaran menurun.
b Palpasi janin sering belum cukup bulan, sehingga TFU rendah, sering dijumpai
kelainan letak, bagian bawah janin belum masuk PAP.
c Auskultasi : DJJ normal 120-160x/menit, jika perdarahan banyak dapat menyebab
distress janin.
d Pemeriksaan USG ditemukann adanya gambaran letak plasenta pada SBR.
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
1 Resiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perdaraahan pervagina

11
Intervensi keperawatan :
a Kaji dan observasi penyebab kekurangan cairan (perdarahan)
b Monitor penurunan kesadaran, nadi, tekanan darah, anuria
c Anjurkan klien untuk tirah baring
d Berikan posisi yang tepat yaitu kepala lebih rendah dari pada pinggang
e Observasi kontraksi uterus dan keadaan janin
f Hindari vagina toucher atau pemeriksaan dalam
g Ukur intek-output tiap sift
h Lakukan peeriksaan hematokrit dan hb
i Kolaborasi dalam pemberian rehidrasi cairan dan transfuse
2 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat sekunder
terhadap perdarahan
a Observasi keadaan janin dan pantau DJJ
b Catat jumlah perdarahan yang keluar dan kontraksi uterus
c Anjurkan klien untuk tirah baring
d Kolaborasi dalam pemberian oksigen rehidrasi dan transfuse
e Siapkan klien untuk di indikasikan operasi
3 Potensial terjadi shock hipovolemik berhubungan dengan adanya perdarahan.
Intervensi Keperawatan :
a Observasi tanda-tanda terjadinya shock hipolemik.
b Kaji tentang banyaknya pengeluaran cairan (perdarahan).
c Observasi tanda-tanda vital.
d Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
e Pantau kadar elektrolit darah.
f Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
g Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak
minum.
4 Kecemasan burhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan
Intervensi keperawatan :
a Kaji tingkat dan penyebab kecemasan
b Orientasikan pada lingkungan dengan penjelasan sederhana
c Bicara perlahan dan tenang menggunakan kalimat pendek dan sederhana
d Beri informasi yang cukup mengenai perawatan dan pengobatan yang dilakukan dan
di rencanakan
e Beri dorongan untuk mengeksprresikan perasaan
f Beri pendampingan, libatkan keluarga, bila perlu libatkan pendampingan pasien
g Singkirkan stimulasi yang berlebihan: menjaga ketenangan lingkungan, batasi kontak
dengan orang lain/keluarga yang mengalami kecemasan.
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas : perdarahan
a Jelaskan batasan-batasan klien sesuai kondisi
b Kaji respon klien terhadap aktivitas : perdarahan
c Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal sehari-hari
d Bantu pemenuhan aktivitas yang tidak dapat / tidak boleh dilakukan klien, kalau perlu
libatkan keluarga

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta
terletak dibagian atas uterus. Plasenta previa adalah jaringan plasenta tidak tertanam dalam
korpuks uteri jauh dari ostium internus servisis, tetapi terletak sangat dekat pada ostium
internus tersebut.
Perdaraan anterpartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat
segmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada
trimester ke 3 karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan .pelebaran
sekmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena
lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tak dapat dihindarkan karena adanya ketidak mampuan selaput otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. (Mansjoer, dkk,
2002:276).

13
DAFTAR PUSTAKA
Indriyani, Diyan. 2013. Keperawatan Maternitas Pada Area Perawatan Antenatal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rohan, Hasdianah Hasan., Sandu Siyoto. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Nuha Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai